Anda di halaman 1dari 57

Refarat

ANATOMI

Supervisor

dr. Doaris Ingrid Marbun, M.Ked(For), Sp.F

OLEH

dr. Muhammad Akbar Hasibuan

NIM : 227113001

DEPARTEMEN KEDOKTERAN FORENSIK DAN MEDIKOLEGAL

FAKULTAS KEDOKTERAN USU

RSUP. H. ADAM MALIK MEDAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kita panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha
Esa karena berkat rahmatNya penulis dapat menyelesaikan Refarat ini.
Dalam penulisan refarat ini, saya sebagai penulis mengambil
“Anatomi” yang merupakan salah satu Judul refarat dalam program
pendidikan Dokter Spesialis dibagian Kedokteran Forensik.
Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya saya tujukan kepada
pembimbing saya dr. Doaris Ingrid Marbun M.Ked(For), Sp.F yang telah
membimbing penulisan dalam menyelesaikan refarat ini dan juga kepada
teman sejawat saya para dokter-dokter lainnya.
Akhir kata penulis berharap agar kiranya refarat ini bermanfaat
bagi pembaca. Kami juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun agar pada penulisan yang akan
datang lebih baik lagi.

Medan,......................
2022

Penulis,

dr. Muhammad Akbar


Hasibuan
DAFTAR ISI

BAB I.........................................................................................................................5

PENDAHULUAN......................................................................................................5

1.1 Latar Belakang.............................................................................................5

PEMBAHASAN........................................................................................................6

2.1 Klasifikasi Tulang Pada Manusia................................................................6

2.1.1 Pengertian, Fungsi dan Klasifikasi Tulang.................................................

2.1.2 Bagian-bagian Tulang.................................................................................

2.1.3 Struktur Tulang.........................................................................................10

1. Anggota gerak atas........................................................................................20

2. Anggota gerak bawah...................................................................................21

2.1.4 Hubungan Antar Tulang (Sendi)...............................................................22

2.2 Histologi Tulang Pada Manusia.................................................................24

2.2.1 Matriks Tulang..........................................................................................24

2.2.2 Sel-sel Tulang............................................................................................24

2.1.1 Tulang Kompak dan Tulang Berongga.....................................................28

2.1.2 Jaringan Tulang.........................................................................................33

2.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang..................................................34

2.2.1 Ossifikasi...................................................................................................34

2.2.2 Suplai Darah dan Persyarafan...................................................................40

2.3 Sifat Dinamis Tulang.................................................................................42

2.3.1 Efek Latihan Pada Tulang.........................................................................42


2.3.2 Skeleton Sebagai Cadangan Kalsium........................................................47

2.3.3 Proses Penyembuhan Fraktur....................................................................47

2.3.4 Penuaan Sistem Tulang.............................................................................49

2.4 Gangguan Pada Tulang..............................................................................51

BAB III.....................................................................................................................53

KESIMPULAN........................................................................................................53

3.1 Kesimpulan................................................................................................53

DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................54
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks
ekstraselular. Matriks tulang adalah bagian terkeras yang terletak dilapisan luar
tulang, yang diakibatkan oleh pengendapan mineral dalam matriks, sehingga tulang
pun mengalami kalsifikasi. Didalam tubuh manusia juga terdapat yang namanya
tulang rawan (cartilago), yaitu jaringan ikat yang mempunyai kemampuan
meregang, membentuk penyokong yang kuat bagi jaringan lunak, memberikan
kelenturan, dan sangat tahan terhadap tekanan.
Tulang berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan
tempat perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh seseorang. Tulang
juga melindungi otak, yang terletak didalam tengkorak, bisa dibayangkan ketika
terjadi kecelakaan yang membentur kepala seseorang jika tanpa tulang tengkorak,
maka organ penting didalamnya seperti otak dan semua susunan sarafnya dengan
mudah menjadi hancur.
Tulang melindungi jantung dan paru didalam rongga dada, dan organ
seksual dan urinaria terlindungi oleh tulang yang disebut tulang pelvis. Selain itu
tulang juga berfungsi dalam hemopoiesis (pembentukan sel darah), dan sebagai
reservoir (tempat penyimpanan) kalsium, fosfat, dan banyak mineral lainnya.
Hampir seluruh kalsium (99%) pada tubuh tersimpan di dalam tulang, dan ketika
tubuh butuh terhadap kalsium, maka kalsium tersebut akan berasal dari tulang.
Sedangkan tulang rawan berfungsi sebagai shock absorber (peredam tekanan).
Yang mana ketika seseorang mendarat setelah melompat, maka tubuh akan
menerima tekanan yang besar, disinilah salah satu fungsi tulang rawan berperan,
yaitu mengurangi tekanan yang ada. Tulang rawan ini bersifat avaskular atau tidak
terhubung dengan pembuluh darah.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Klasifikasi Tulang Pada Manusia

2.1.1 Pengertian, Fungsi dan Klasifikasi Tulang

Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks
ekstraselular. Tulang berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan
memberikan tempat perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh
seseorang. Tulang juga melindungi otak, yang terletak didalam tengkorak. Tulang
melindungi jantung dan paru didalam rongga dada, dan organ seksual dan urinaria
terlindungi oleh tulang yang disebut tulang pelvis.
Selain itu tulang juga berfungsi dalam hemopoiesis (pembentukan sel
darah), dan sebagai reservoir (tempat penyimpanan) kalsium, fosfat, dan
banyak mineral lainnya. Hampir seluruh kalsium (99%) pada tubuh tersimpan di
dalam tulang, dan ketika tubuh butuh terhadap kalsium, maka kalsium tersebut
akan berasal dari tulang.
Tulang pada manusia memiliki bentuk yang beragam, tergantung letaknya
di dalam tubuh. Berdasarkan uluran dan bentuk, tulang dibagi atas :
Berdasarkan Bentuk dan Ukuran Contoh
Tulang
Tulang panjang (Ossa longa) Femur,
–Bentuk seperti tabung, kedua humerus,
ujung bulat, dan ditengahnya slindris (diafisis) radius, ulna,

–Terdiri dari 3 bagian: bagian tibia, fibula,

ujung disebut epifisis, bagian tengah diafisis tersusun atas metacarpals

tulang keras. dan metatarsal


Bagian antara epifisis dan diafisis disebut
cakraepifisis atau metafisis yang
terdiri atas tulang rawan dan mengandung osteoblas
–Berfungsi untuk sebagai alat pengumpil atau alat
penunjang tubuh
Tulang pendek (Ossa brevia) Carpus dan
– Berbentuk seperti kubus atau pendek tidak tarsus
beraturan. Panjang, tinggi dan lebarnya hampir
sama
– Tidak memiliki sumsum rongga,
pada bagian dalam terdiri atas tulang spons (spongy
bone) diisi oleh ruang sumsum.
– Pada bagian luar dikelilingi
lapisan tipis tulang kompak
– Fungsinya adalah untuk penahan benturan
Tulang pipih (ossa plana) Scapula,
–Tulang pipih berbentuk gepeng memipih tulang rusuk,
– Mempunyai dua lapisan tulang kompak, yaitu lamina tulang
eksterna dan interna ossis karnii. Kedua lapisan tengkorak
dipisahkan oleh satu lapisan tulang spongiosa disebut
diploe
– Fungsinya adalah untuk melindungi bagian tubuh yang
lunak
seperti otak, jantung dan paru-paru.
Tulang tidak beraturan (irregular) Tulang
– Memiliki bentuk tidak beraturan veterbrae
– Struktur tulang ini menunjukkan daya tahan yang besar
terhadap tenaga tekan
Tulang sesamoid Patella
–Mirip dengan biji wijen (tempurung
–Berfungsi untuk mengurangi pergeseran dan perubahan lutut) and
arah dari tendo (ossa sesamoidea) fabellae
Tulang pneumatic Frontal and
–Memiliki ruang atau sinus yang menghubungkan dengan maxillary
udara (atmosphere) (tulang rahang
atas),
Tulang splanchnic Os Penis
-Tulang yang berkembang dalam organ-organ lunak

Gambar 1 Jenis tulang: (a) tulang panjang (os humerus), (b)tulang pendek (os
tarsus), (c) tulang pipih (tulang rusuk), (d) tulang irregular (lumbal vetebrae)

Gambar 2 Jenis tulang: (a) tulang pneumatic, dan (b) tulang Sesamoid.
2.1.2 Bagian-bagian Tulang

Bagian-bagian tulang antara lain :


Foramen : suatu lubang tempat dilaluinya pembuluh darah, saraf
dan ligamentum
Fosa : suatu lekukan pada tulang

Processus : Tonjolan

Kondilus : Tonjolan yang berbentuk bundar

Tuberculum : tonjolan kecil


Tuborositas : tonjolan besar

Trokanter : tonjolan besar (pada femur/paha)

Krista : pinggiran atau tepi tulang


Spina : tonjolan yang berbentuk runcing
Kaput : kepala tulang
Kollum : Leher tulang

Korpus : badan tulang

2.1.3 Struktur Tulang

Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Rangka


manusia terdiri dari 206 tulang. Sistem rangka ini bersama-sama
menyusun kerangka tubuh. Secara garis besar rangka manusia yang terdiri
dari 206 tulang tersebut dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial (sumbu
tubuh) dan rangka apendikuler (anggota tubuh).

Perhitungan Jumlah Keseluruhan Tulang Manusia


1. Tulang Kepala yang membentuk tengkorak : 8 buah

2. Tulang Muka : 14 buah

3. Tulang telinga dalam : 6 Buah


4. Tulang lidah : 1 buah

5. Tulang Kerangka dada : 25 buah

6. Tulang pembentuk tulang belakang dan gelang panggul : 26 buah

7. Tulang anggota gerak atas : 64 buah

8. Tulang anggota gerak bawah : 62 buah

A. Rangka Aksial

Rangka aksial merupakan kelompok tulang yang terletak di sumbu


tubuh, rangka aksial berjumlah 80 tulang. Rangka aksial terdiri atas:

Tulang tengkorak (skull)

Tulang tengkorak membentuk kepala seseorang. Tulang ini


merupakan kepingan tulang pipih berongga yang saling berhubungan.
Tulang tengkorak manusia terdiri atas 22 tulang. Tulang tersebut terbagai
menjadi tulang bagian kepala (kranial) dan bagian wajah (fasial). Tulang
kranial membentuk tempurung dan berfungsi melindungi organ di
dalamnya, yaitu otak. Tulang fasial membentuk rongga mata, rongga
hidung, wajah seseorang. Tulangini berfungsi melindungi mata serta
organ mulut dan bagian dalam hidung.

Tulang bagian kepala terdiri atas:

a. Tulang kepala belakang (osipital) merupakan tulang kepala bagian


belakang. Tulang ini hanya berjumlah 1.
b. Tulang ubun-ubun (parietal) terletak dibagian atas sampai kesamping
kepala. Tulang ini berjumlah 2 buah.
c. Tulang dahi (frontal) terletak di bagian depan (muka atas). Tulang
ini berjumlah 1 buah.
d. Tulang pelipis (temporal) ulang pelipis terletak di bagian kepala
samping belakang. Tulang ini berjumlah 2 buah.
e. Tulang baji (sphenoid) terletak di bagian kepala samping depang.
Tulang ini berjumlah 1 buah.
f. Tulang tapis (ethmoid) terletak di bagian dalam rongga kepala.
Tulang ini berjumlah 1 buah.

Tengkorak manusia jika dilihat dari bagian bawah akan terlihat tonjolan
mastoid dan foramen magnum (suatu rongga tempat sumsum tulang
belakang berhubungan dengan otak). Tulang bagian kepala (kranial) tidak
dapat digerakkan karena merupakan sendi mati (tidak dapat bergeser).
Pada bayi, tulang tengkorak belum bersatu sepenuhnya dan memiliki
daerah lunak (soft spot) atau fontanela. Daerah lunak ini tersusun atas
jaringan penghubung fibrosa. Pada kelahiran normal, tengkorak bayi
dapat saling tumpang tindih sehingga dapat menelusup keluar dari lubang
sempit. Seiring dengan pertumbuhannya, tengkorak bayi akan bersatu dan
fontanela akan hilang perlahan seiring dengan mengerasnya jaringan
penghubung fibrosa.
Tulang bagian wajah (fasial) terdiri atas atas:

a. Tulang rahang atas (maksila) merupakan tempat terdapatnya gusi


dan gigi bagian atas. Tulang ini berjumlah 2 buah.
b. Tulang rahang bawah (mandibula) berjumlah 1 buah. Dengan
adanya otot rahang, tulang ini dapat bergerak sehingga mulut kita
dapat terbuka dan tertutup.
c. Tulang hidung (nasal) terdapat di rongga hidung dan berjumlah 2 buah.
d. Tulang pipi (zigomatik) membentuk pipi seseorang. Tulang ini
berjumlah 2 buah.
e. Tulang air mata (lakrimal) terdapat di dalam rongga
mata.Tulang ini berjumlah 2 buah.
f. Tulang (vomer) berjumlah 1 buah.
g. Tulang langit-langit rongga mulut (palatin) berjumlah 2 buah.
h. Tulang konka inferior (inferior nasal cocha) terletak di dalam
rongga hidung. Tulang ini berjumlah 2 buah.
Tulang bagian wajah yang dapat digerakkan hanya tulang rahang bawah terhadap
tulang rahang atas, misalnya ketika kita berbicara atau makan. Beberapa
tulang yang terdapat di tengkorak bagian dalam dan berhubungan dengan indera
pendengaran yaitu:

a. Tulang martil (maleus) berlekatan dengan gendang telinga dan tulang


landasan. Dalam setiap telinga terdapat 1 tulang martil.
b. Tulang landasan (inkus) terletak diantara tulang martil dan tulang sanggurdi.
Terdapat 1 tulang landasan di setiap telinga.
c. Tulang sanggurdi (stapes) berbentuk seperti garputala dan berfungsi
menghubungkan telinga tengah dengan telinga dalam (koklea). Terdapat 1
tulang sanggurdi pada setiap telinga.

Ketiga tulang tersebut termasuk dalam bagian telinga tengah.

Tulang belakang (vertebr


Sebagai anggota vertebrata, manusia memiliki tulang belakang
(vertebra). Tulang belakang terletak di tengah tubuh manusia. Tulang ini
berfungsi penting untuk menopang badan, sebagai tempat melekatnya tulang
rusuk dan melindungi organ dalam tubuh. Peran tulang belakang sangat vital
karena selain sebagai penopang tubuh, tulang ini juga merupakan tempat
terdapatnya saraf utama tubuh. Tulang belakang terdiri atas 33 ruas tulang dan
terbagi menjadi 5 bagian, antara lain:

a. Ruas tulang leher (vertebra servik).

Terdapat 7 ruas tulang leher dengan ruas pertama adalah tulang atlas.
Tulang atlas berfungsi untuk menunjang tengkorak. Ruas kedua adalah tulang
pemutar (aksis). Adanya tulang atlas dan aksis memungkinkan kepala untuk
berputar. Ruas ketiga sampai ruas ketujuh memiliki bentuk yang mirip dan
tidak bersendian dengan tulang rusuk.

b. Ruas tulang punggung (vertebra torak).

Tulang punggung berjumlah 12 ruas dengan bentuk yang hampir


serupa. Tiap ruas tulang punggung memiliki badan tulang dengan tonjolan
tulang ke kiri dan ke kanan sebagai tempat persendian dengan tulang-tulang
rusuk (ribs). Badan tulang ini berlekatan dengan lengkung vertebra yang
melindungi sumsum tulang belakang. Diantara ruas tulang belakang terdapat
tulang rawan (kartilago).

c. Ruas tulang pinggang (vertebra lumbar).

Berjumlah 5 ruas tulang. Tulang pinggang merupakan ruas tulang


belakang yang paling kuat dan besar dibandingkan ruas tulang belakang
lainnya. Bentuknya hampir serupa dengan ruas tulang punggung, namun tidak
bersendian dengan tulang rusuk.

d. Ruas tulang kelangkang (sakrum).

Sakrum merupakan gabungan 5 ruas tulang yang bersatu. Tulang ini


bersendian dengan tulang gelang panggul, ruas tulang pinggang terakhir dan
tulang ekor.
e. Ruas tulang ekor (coccyx)
Tulang ekor merupakan vertebra terakhir. Tulang ekor atau coccyx
adalah gabungan 4 ruas tulang yang bersatu. Tulang ini bersendian dengan
tulang kelangkang.

Diantara tulang-tulang vertebra terdapat cakram invertebra. Cakram


invertebra merupakan tulang rawan yang keras di luar namun lunak di dalam.
Tulang ini berfungsi sebagai peredam getaran dan pelindung vertebra.

1. Tulang rusuk (ribs)

Tulang rusuk berbentuk pipih dan panjang melengkung. Bagian


belakang tulang rusuk berhubungan langsung dengan ruas tulang punggung
(vertebra torak). Tulang rusuk berjumlah 12 pasang tulang, terdiri atas 7 pasang
rusuk sejati, 3 pasang rusuk palsu, dan 2 pasang rusuk melayang.
Bagian depan tulang rusuk sejati melekat pada tulang dada (sternum).
Tulang rusuk palsu pada bagian belakang melekat pada tulang punggung
(vertebra torak), sedangkan di bagian depan melekat pada tulang rusuk
diatasnya. Tulang rusuk yang paling melengkung adalah tulang rusuk
kesembilan. Tulang rusuk tersusun teratur sesuai dengan perlekatannya dengan
tulang belakang. Ruangan diantara tulang rusuk disebut intercostal spaces.
Tulang rusuk melayang hanya bersendian dengan tulang punggung dan
tidak bersendian dengan tulang dada, oleh karena itu seperti tampak melayang.
Ukuran tulang rusuk melayang lebih pendek dibandingkan dengan rusuk yang
lain.
• Tulang dada (sternum)

Tulang dada terletak di bagian depan tubuh dan berjumlah 1 ruas tulang.
Tulang dada terdiri atas bagian hulu, badan dan taju pedang. Tulang ini
merupakan perlekatan bagian depan dari 7 pasang tulang rusuk sejati. Tulang
dada, tulang punggung dan tulang rusuk membentuk rongga dada (ribs cage)
dan berfungsi melindungi organ-organ didalamnya serta membantu dalam
pernafasan.

B. Rangka Apendikular

Rangka apendikuler merupakan rangka yang menyusun alat gerak,


terdiri atas tungkai atas, tungkai bawah, tulang bahu, dan tulang pinggul.
Tungkai atas terdiri atas tulang lengan, tulang hasta, tulang pengumpil, tulang
pergelangan tangan, tulang telapak tangan, dan tulang jari tangan. Pangkal
lengan berhubungan dengan tulang bahu. Tulang bahu terdiri atas tulang
selangka dan tulang belikat. Tungkai bawah tulang paha berhubungan dengan
tulang gelang panggul. Tulang panggul terdiri atas tulang duduk, tulang usus,
dan tulang kemaluan. Rangka apendikuler terdiri atas 126 ruas tulang.
Gambar Rangka Apendikular

Tulang-Tulang Rangka
Apendikuler
Tulang Nama tulang penyusun Jumlah

Bagian atas Tulang selangka (Klavikula) 2

Tulang belikat (Skapula) 2

Tulang pangkal lengan 2


(Humerus)
Tulang hasta (Ulna) 2

Tulang pengumpil (Radius) 2

Tulang pergelangan tangan 16 (8 pada tiap


(Karpal): tangan)
Skafoid 2

Lunate 2
Triquetrum 2

Pisiform 2

Trapesium 2

Trapesoid 2

Kapitatum 2

Hamate 2

Tulang telapak tangan 10


(Metakarpal)
Jari tangan (Falanges) 28

Bagian bawah Tulang koksa atau inomiat 2 (masing-masing

Ileum merupakan gabungan


dari 3 tulang di kiri
dan
Ischium kanan)

Pubis 1

Tulang paha (Femur) 1

Tulang lutut (Patella) 1

Tulang betis (Fibula) 2

Tulang kering (Tibia) 2

Tulang pergelangan kaki 2


(Tarsal):
Kalkaneus 2

Talus 14 (7 pada tiap kaki)

Kuboid 2

Navikular 2
Kuneformis 2

Tulang telapak kaki 6


(Metatarsal)
Jari kaki (Falanges) 10

28

Rangka apendikuler tersusun atas:

1. Anggota gerak atas.

Tulang-tulang pembentuknya antara lain:

a. Tulang gelang bahu

Terdiri atas tulang belikat (skapula) dan tulang selangka (klavikula).


Tulang belikat berbentuk seperti segitiga pipih dan bersendian dengan tulang
lengan atas (humerus). Tulang selangka pada ujung bagian depan melekat pada
tulang dada (sternum). Tulang gelang bahu berjumlah total 4 tulang.

b. Tulang lengan atas (humerus).

Berbentuk seperti pipa dengan bonggol di setiap ujungnya. Pada bagian


bawah memiliki dua bonggol yang bersendian dengan tulang lengan bawah
(hasta dan ulna). Pada bagian atas bersendian dengan tulang belikat (skapula).
Terdapat 2 tulang lengan atas pada tubuh manusia.

c. Tulang lengan bawah.

Terdiri atas tulang hasta (ulna) dan tulang pengumpil (radius). Bagian
ujung tulang hasta merupakan siku tangan sedangkan bagian bawahnya
merupakan tempat terdapatnya jari kelingking. Bagian ujung atas tulang
pengumpil bersendian dengan tulang humerus sedangkan bagian bawahnya
merupakan tempat terdapatnya tulang ibu jari (jempol). Kedua ujung bawah
tulang lengan bawah bersendian dengan tulang pergelangan tangan (karpal).
Jumlah total ruas tulang lengan bawah berjumlah 4 ruas tulang.

d. Tulang pergelangan tangan (karpal).

Tulang pergelangan tangan berukuran pendek dan merupakan


penghubung antara tulang lengan bawah dengan tulang telapak tangan
(metakarpal). Tulang pergelangan tangan pada masing-masing tangan berjumlah
8 ruas tulang.

e. Tulang telapak tangan (metakarpal).

Tulang telapak tangan berukuran pendek dan merupakan penghubung


antara tulang pergelangan tangan dengan tulang-tulang jari tangan (phalanges).
Tulang telapak tangan pada masing-masing tangan berjumlah 5 ruas tulang.

f. Tulang-tulang jari tangan (phalanges).

Tulang-tulang jari tangan berukuran pendek dan berbonggol. Pada


masing- masing tangan berjumlah 14 ruas tulang.

2. Anggota gerak bawah.

Tulang-tulang pembentuknya antara lain:

a. Tulang gelang panggul (pelvis)

Tulang gelang panggul merupakan gabungan dari 6 tulang yaitu 2 tulang


usus (ilium), 2 tulang duduk (ischium) dan 2 tulang kemaluan (pubis). Tulang
gelang panggul berbentuk pipih. Pada perempuan lubang yang terbentuk antara
ilium, ischium, dan pubis lebih lebar dan dalam dibandingkan dengan laki-laki.
Hal itu berperan ketika mengandung bayi dan melahirkan.

b. Tulang paha (femur).

Tulang paha berbentuk seperti pipa panjang yang berbonggol di setiap


ujungnya. Ujung atas bersendian dengan tulang gelang panggul, sedangakan
ujung bagian bawah bersendian dengan tulang kering (tibia) dan tulang
tempurung lutut (patela). Tulang paha merupakan tulang terpanjang, terkuat, dan
terberat diantara tulang tubuh lainnya. Tulang paha berjumlah total 2 tulang.

c. Tulang kering (tibia) dan tulang betis (fibula).

Tulang kering berukuran lebih besar daripada tulang betis. Letak tulang
kering terdapat lebih di bagian depan dari tulang betis. Ujung bagian atas tulang
kering bersendian dengan tulang paha dan ujung bawahnya bersendian dengan
tulang pergelangan kaki (tarsal). Pada masing-masing kaki terdapat 1 tulang
kering dan 1 tulang betis.

d. Tulang pergelangan kaki (tarsal).

Tulang pergelangan kaki berukuran pendek. Tulang ini terdapat diantara


tulang tibia dan tulang telapak kaki. Jumlah tulang ini Pada masing-masing kaki
berjumlah 7 tulang.

e. Tulang telapak kaki (metatarsal)

Tulang telapak kaki terletak diantara tulang pergelangan kaki dan tulang
jari kaki. Tulang ini berjumlah 5 tulang pada masing-masing kaki.

f. Tulang-tulang jari kaki (phalanges)

Tulang-tulang jari kaki berukuran pendek dan berbonggol. Pada masing-


masing kaki berjumlah 14 tulang.

2.1.4 Hubungan Antar Tulang (Sendi)


Daerah pertemuan antar tulang disebut persendian. Pertemuan tersebut
umumnya disatukan oleh ligamen atau berkas-berkas jaringan
penghubung (connective tissue). Serabut penghubung yang paling pendek disebut
persendian fibrosa. Contohnya seperti yang terdapat antara gigi dengan tulang
rahang.
Umumnya terdapat 3 macam persendian, yaitu:

a. Sendi mati (sinartrosis).


Sendi mati merupakan sendi yang tidak dapat digerakkan karena tulang-
tulangnya sudah terkunci bersama. Contohnya pada tulang tengkorak dan tulang
pada gelang panggul. Sendi mati tersusun atas jaringan penghubung fibrosa.
Jaringan ini akan mengeras seiring bertambahnya umur. Contoh yang paling
mudah adalah adanya daerah lunak (fontanela) pada bayi. Daerah ini
menjadi keras sehingga tulang tengkorak bersatu.
b. Sendi kaku (amfiartrosis)/ sendi geser.
Sendi yang memungkinkan adanya sedikit gerakan, misalnya pada
tulang - tulang pergelangan tangan dan kaki.
c. Sendi gerak (diartrosis).
Sendi gerak memungkinkan terjadinya gerakan yang lebih bebas.
Macam-macam sendi gerak adalah sebagai berikut:

1. Sendi peluru.
Sendi peluru terjadi antar bonggol tulang yang satu dengan lekukan
tulang yang lain. Sendi peluru memungkinkan terjadinya gerakan ke segala
arah. Contohnya antara tulang paha dengan gelang panggul atau antara tulang
lengan atas dengan gelang bahu
2. Sendi engsel.
Sendi engsel terjadi antara bonggol tulang yang satu dengan ujung tulang
lain yang menyerupai alur. Sendi ini memungkinkan terjadinya gerakan ke satu
arah seperti engsel pintu. Contohnya tulang paha (femur) dengan tulang kering
(tibia) atau disebut sendi lutut; tulang lengan atas (humerus) dengan tulang hasta
(ulna) atau disebut sendi sikut.
3. Sendi putar.
Terjadi antara ujung tulang yang berupa tonjolan masuk ke dalam lubang
pada tulang yang satunya lagi. Gerakan yang terjadi berupa rotasi / perputaran.
Contohnya tulang pemutar (aksis) dengan tulang atlas.
4. Sendi pelana.
Sendi pelana memungkinkan terjadinya gerakan kedua arah. Gerakannya
seperti orang naik kuda diatas pelana Contohnya tulang ibu jari dengan telapak
tangan.
5. Sendi gulung/elipsoid.
Sendi gulung terjadi antara permukaan oval tulang yang satu dengan
lekukan oval tulang yang lain. Contohnya pada tulang pergelangan tangan
(karpal) denga tulang pengumpil (radius).

2.2 Histologi Tulang Pada Manusia

2.2.1 Matriks Tulang

Matriks merupakan gabungan protein dan karbohidrat yang mengikat sel


bersama-sama atau membagi satu jaringan dari yang lain. Matriks tersusun atas
serabu-serabut dan bahan dasar. Matriks merupakan salah satu jaringan
pengikat yang bekerja sinergis dengan sel-sel tulang dalam pembentukan dan
pelekatan antar jaringan tulang. Matriks tersusun atas air 25 %, mengandung
senyawa anorganik (67%) berupa kalsium, fosfat, Na,Mg, bikarbonat dan sitrat,
serta senyawa organik berupa serabut kolagen (protein) tipe 1, serabut elastin,
serabut retikuler (bakal fibroblast yang juga disebut sel retikuler), dan
mengandung glikosaminoglikan.

2.2.2 Sel-sel Tulang

1. Osteoprogenitor

Osteoprogenitor terletak di luar membrane (prosteum). Sel-sel ini berasal


dari mesenkim embrio, akan ada sepanjang hidup pascakelahiran dan dapat
mengalami pembelahan mitosis dan memiliki potensi untuk berdiferensiasi
menjadi osteoblas. Sel Osteoprogenitor berbentuk gelendong dan memiliki inti
oval berwarna pucat, sitoplasmanya mengandung sedikit RE dan sebuah badan
golgi yang berkembang dengan kurang baik, tapi berisi ribosom yang sangat
banyak. Sel-sel ini paling aktif selama periode pertumbuhan tulang. Selama
pertumbuhan tulang, sel-sel ini akan membelah diri dan menghasilkan sel
osteoblas yang kemudian akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan
dalam dari jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas untuk
mengikis tulang membentuk rongga rongga (spons).

2. Osteoblas

Osteoblas berasal dari sel osteoprogenitor dan berkembang dibawah pengaruh


Bone Morphogenic protein (BMP) . Osteoblas memiliki diameter antara 20-30
μm dan terlihat sangat jelas pada sekitar lapisan osteoid dimana tulang baru
terbentuk. Membran plasma osteoblas memiliki sifat khas yakni kaya akan enzim
alkali fostatase, yang konsentrasinya dalam serum digunakan sebagai indeks
dari adanya pembentukan tulang. Sel osteoblas yang telah matang memiliki
banyak aparatus golgi yang berkembang dengan baik yang berfungsi sebagai sel
sekretori, sitoplasma yang basofilik (tidak mengandung granula), dan banyak
sekali retikulum endoplasma.
Osteoblas bertanggung jawab mensintesis komponen protein organik dari
matriks tulang, termasuk kolagen tipe I, proteoglikans, dan glikoprotein,
osteocalcin (untuk mineralisasi tulang), protein yang bukan kolagen diantaranya
osteonectin (terkait dengan mineralisasi tulang), osteopontin , sialoprotein tulang,
faktor pertumbuhan tulang, sitokin, dan tentunya reseptor dari hormon-hormon.
Osteoblas memiliki jaluran sitoplasma yang bersentuhan dengan osteoblas
berdekatan. Juluran ini lebih jelas bila sel itu mulai dikelilingi oleh matriksnya.
Begitu terkurung seluruhnya oleh matriks yang baru dibentuk ini maka osteoblas
itu disebut sebagai osteosit.Lakunan dan kenalikuli tampak, karena matriks telah
dibentuk di sekitar sel dan juluran sitoplasmanya.

3. Osteosit

Osteosit merupakan sel tulang yang telah dewasa dan sel utama pada
tulang yang berperan dalam mengatur metabolisme seperti pertukaran nutrisi dan
kotoran dengan darah. Osteosit berasal dari osteoblas yang berdeferensiasi dan
terdapat di dalam lacuna yang terletak diantara lamela-lamela matriks pada
saat pembentukan lapisan permukaan tulang berlangsung. Jumlahnya 20.000 –
30.000 per mm3 dan sel- sel ini secara aktif terlibat untuk mempertahankan
matriks tulang dan kematiannya diikuti oleh resorpsi matriks tersebut sehingga
osteosit lebih penting saat perbaikan tulang daripada pembentukan tulang baru.
Kanalikuli merupakan suatu kanal dimana terdapat pembuluh darah yang
berfungsi sebagai penyalur nutrisi dan pertukaran gas yang akan digunakan oleh
osteosit.
Osteosit lebih kecil dari osteoblas dan osteosit telah kehilangan banyak
organel pada sitoplasmanya. Osteosit muda lebih menyerupai osteoblas tetapi
merupakan sel dewasa yang memiliki aparatus golgi dan reticulum endoplasma
kasar yang sedikit lebih jelas tetapi memiliki jumlah lisosom yang lebih banyak.
4. Osteoklas

Osteoklas adalah sel raksasa hasil peleburan monosit (jenis sel darah
putih) yang terkonsentrasi di endosteum dan melepaskan enzim lisosom untuk
memecah protein dan mineral di matriks ekstraseluler. Osteoklas memiliki
progenitor yang berbeda dari sel tulang lainnya karena tidak berasal dari sel
mesenkim, melainkan dari jaringan mieloid yaitu monosit atau makrofag pada
sumsum tulang. Osteoklas bersifat mirip dengan sel fagositik lainnya dan
berperan aktif dalam proses resorbsi tulang.
Osteoklas merupakan sel fusi dari beberapa monosit sehingga bersifat
multinukleus (10-20 nuklei) dengan ukuran besar dan berada di tulang kortikal
atau tulang trabekular Osteoklas berfungsi dalam mekanisme osteoklastogenesis,
aktivasi resorpsi kalsium tulang, dan kartilago, dan merespon hormonal yang
dapat menurunkan struktur dan fungsi tulang. Osteoklas dalam proses resorpsi
tulang mensekresi enzim kolagenase dan proteinase lainnya, asam laktat, serta
asam sitrat yang dapat melarutkan matriks tulang. Enzim-enzim ini memecah
atau melarutkan matriks organik tulang sedangkan asam akan melarutkan garam-
garam tulang. Melalui proses resorpsi tulang, osteoklas ikut mempengaruhi
sejumlah proses dalam tubuh yaitu dalam mempertahankan keseimbangan
kalsium darah, pertumbuhan dan perkembangan tulang serta perbaikan tulang
setelah mengalami fraktur. Aktifitas osteoklas dipengaruhi oleh hormon sitokinin.
Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitokinin, yakni suatu hormon
tiroid. Akan tetapi osteoblas memiliki reseptor untuk hormon paratiroid dan
begitu teraktivasi oleh hormon ini, osteoblas akan memperoduksi suatu sitokin
yang disebut faktor perangsang osteoklas. Osteoklas bersama hormon parathyroid
berperan dalam pengaturan kadar kalsium darah sehingga dijadikan target
pengobatan osteoporosis..
2.1.1 Tulang Kompak dan Tulang Berongga

Gambar Struktur Makroskopis Tulang

1. Tulang Rawan (Berongga / Sponge / trabekular / cancelous / kartilago)

Tulang spons adalah bagian tengah tulang yang berongga serta terdapat
sumsung tulang merah dan sumsum tulang kuning. Sumsun tulang merah
memproduksi sel darah merah, sedangkan sumsum tulang kuning menyimpan
lemak. Dalam bahasa Inggris, tulang spons (spongiosa) disebut cancellous bone.
Tulang spons merupakan salah satu dari dua jenis jaringan tulang yang
membentuk tulang. Tulang rawan terdiri atas sel-sel tulang rawan (kondrosit),
serabut kolagen, dan matriks. Sel-sel tulang rawan dibentuk oleh bakal sel-sel
tulang rawan, yaitu kondroblas. Sedangkan sel-sel tulang rawan di sebut
kondrosit.

Kondrosit mempunyai inti yang khas berbentuk bundar dengan sebuah


nucleus atau dua buah nucleoli. Kondrosit terletak di dalam lacuna ( celah )
berbentuk bulat. Ia disebut juga sel kartilago ( yang kalau berkelompok
disebut sel isogen ). Letak chondrocyt di dalam jaringan tulang rawan lebih ke
dalam daripada letak chondroblast.
Matriks jaringan tulang rawan terdiri atas kondrin, yaitu zat jernih seperti
kanji yang terbuat dari mukopolisakarida dan fosfat. Oleh karena itu, sel tulang
rawan disebut kondrosit. Kondrosit berfungsi mensintesis dan mempertahankan
matriks yang mengandung serabut kolagen, serabut elastis, dan serabut fibrosa.
Kondrin dihasilkan oleh sel kondroblast yang terletak pada lakuna. Tulang rawan
selalu terbungkus oleh membran perikondrium karena masih bersifat lunak.
Jaringan tulang rawan pada anak berasal dari jaringan ikat embrional
(mesenkim), sedangkan pada orang dewasa dibentuk oleh selaput rawan atau
fibrosa tipis yang dinamakan perikondrium. Pada stadium embrio, rangka hewan
mamalia terdiri atas kartilago (tulang rawan). Pada perkembangan selanjutnya,
sebagian mengalami osifikasi (mengeras) menjadi tulang keras dan hanya
sebagian kecil yang tersisa pada stadium dewasa. Misalnya pada daun telinga,
hidung, serta antarruas tulang belakang dan tulang dada.
Dibandingkan dengan tulang kompak, tulang spons memiliki luas
permukaan yang lebih luas dan massa jenis yang kurang karena kurang padat.
Struktur seperti itu membuat tulang spons menjadi lebih lembut, lemah, dan lebih
fleksibel. Luas permukaan yang lebih besar dibandingkan tulang kompak
membuat tulang spons cocok untuk dijadikan tempat metabolisme kalsium.
Tulang spons banyak mengandung pembuluh darah dan seringkali ditemukan
sumsum tulang merah.
Tulang spons dapat ditemukan di seluruh tubuh. Tulang spons biasanya
ditemukan di ujung tulang panjang, persendian, dan bagian dalam tulang
belakang. Fungsi tulang spons adalah sebagai peredam kejut seperti saat
melompat, sebagai tempat memproduksi sel darah merah, dan sebagai tempat
terjadinya metabolisme kalsium, dan berfungsi untuk mengurangi berat tulang
agar menjadi lebih ringan. Tulang rawan juga berfungsi sebagai rangka tubuh
pada awal embrio, menunjang jaringan lunak dan organ dalam, serta melicinkan
permukaan tulang dan sendi. Tulang rawan tidak mempunyai saraf dan pembuluh
darah.Tulang rawan tidak mengandung system haversian.Jaringan tulang diatur
dalam piringan yang disebut trabekula (dipisahkan oleh ruang irregular, atau
lubang) dan membuat penampakan tulang berongga seperti “keju Swiss”.
Berdasarkan susunan serabutnya, tulang rawan dapat digolongkan
menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.

1) Tulang rawan hialin, mempunyai serabut tersebar dalam anyaman yang halus
dan rapat. Tulang rawan hialin terdapat di ujung-ujung tulang rusuk yang
menempel ke tulang dada

2) Tulang rawan elastis, susunan sel dan matriksnya mirip tulang rawan hialin,
tetapi tidak sehalus dan serapat tulang rawan hialin. Tulang rawan elastis terdapat
di daun telinga, laring, dan epigloti

3) Tulang rawan fibrosa, matriksnya tersusun kasar dan tidak beraturan. Tulang
rawan fibrosa terdapat di cakram antartulang belakang dan simfisis pubis
(pertautan tulang kemaluan)

Berikut Tabel Perbedaan Kartilago Hialin, Fibrosa, dan Elastis

Ciri- Kartilago Kartilago Fibrosa Kartilago


Hialin Elastis
ciri

Serabut Serabut kolagen Serabut kolagen yang Serabut


yang halus
padat dan kasar
elastic dan
serabut kolagen
Warna Putih kebiruan Gelap daan keruh Keruh
Matriks dan tembus
cahaya kekuning
kuningan
Letak Ujung tulang Ruas tulang belakang, Epiglotis. Daun
keras, cakram simfisis pubis, dan telinga dan
epifisis, persendian bronkiolus
persendian, dan
saluran
pernapasan
fungsi Member Menyokong dan Memberi
kekuatan, melindungi bagian fleksibilitas dan
menyokong sebagai
didalamnya
rangka penyokong
embrionik,

menyokong
bagian rangka
dewasa tertentu,
dan membantu
pergerakan
persendian
1. Tulang Keras (Kompak / Osteon)

Tulang terbentuk dari tulang rawan yang mengalami penulangan


(osifikasi). Ketika tulang rawan (kartilago) terbentuk, rongga-rongga matriksnya
terisi oleh sel osteoblas. Osteoblas merupakan lapisan sel tulang muda. Osteoblas
akan menyekresikan zat interseluler seperti kolagen yang akan mengikat zat
kapur. Osteoblas yang telah dikelilingi zat kapur akan mengeras dan menjadi
osteosit (sel tulang keras). Osteosit terletak di dalam lakuna. Antara satu osteosit
dengan osteosit lainnya di dalam lakuna terhubungkan oleh saluran halus yang
disebut kanalikuli. Lakuna dan osteositnya tersusun secara konsentris (melingkar)
disebut lamela.
Di tengah lamela terdapat saluran sentral mikroskopis disebut Saluran
Havers yang mengandung pembuluh darah (vena, arteri, kapiler), saraf, dan
pembuluh getah bening (limfe). Antara saluran Havers saling terhubungkan oleh
Saluran Volkman. Saluran Volkman adalah saluran yang menghubungkan dua
saluran havers.
Tulang kompak tersusun atas periosteum (Luar) dan endosteum (Dalam)
yang berbatasan dengan sumsum tulang. Periosteum berupa jaringan ikat padat
tidak teratur. Endosteum mempunyai komponen-komponen yang sama dengan
periosteum hanya lebih tipis. Berbatasan dengan periosteum terdapat lamela
tulang sirkumferensial luar (lamela periosteum) yang terdiri atas lamela tulang
yang tersusun sejajar dengan permukaan luar tulang, sedangkan berbatasan
dengan endosteum terdapat lamela tulang sirkumferensial dalam (lamela
endosteum) yang terdiri atas lamela tulang yang sejajar dengan permukaan dalam
tulang.

Diantara Sistem Havers tedapat lamela tulang yang susunannya tidak


teratur disebut lamela intersisial. Lakuna juga terdapat diantara lamela intersisial,
lamela tulang sirkumferensial luar dan lamela sirkumferensial dalam.
Tulang kompak memiliki matriks yang padat dan rapat, sedangkan tulang
spons memiliki matriks yang berongga-rongga. Sebenarnya, kedua jenis tulang
tersebut terdapat di suatu tempat yang sama. Penamaan diambil hanya dengan
melihat bagian mana yang paling dominan.
Gambar Tulang Kompak

2.1.2 Jaringan Tulang


Secara histologis tulang dibedakan menjadi 2 komponen utama, yaitu :

 Tulang muda/tulang primer

 Tulang dewasa/tulang sekunder

Kedua jenis ini memiliki komponen yang sama, tetapi tulang primer
mempunyai serabut-serabut kolagen yang tersusun secara acak, sedang tulang
sekunder tersusun secara teratur.

1. Jaringan Tulang Primer

Dalam pembentukan tulang atau juga dalam proses penyembuhan


kerusakan tulang, maka tulang yang tumbuh tersebut bersifat muda atau tulang
primer yang bersifat sementara karena nantinya akan diganti dengan tulang
sekunder.

Jaringan tulang ini berupa anyaman, sehingga disebut sebagai Woven


bone. Merupakan komponen muda yang tersusun dari serat kolagen yang tidak
teratur pada osteoid. Woven bone terbentuk pada saat osteoblast membentuk
osteoid secara cepat seperti pada pembentukan tulang bayi dan pada dewasa
ketika terjadi pembentukan susunan tulang baru akibat keadaan patologis.
Selain tidak teraturnya serabut-serabut kolagen, terdapat ciri lain untuk
jaringan tulang primer, yaitu sedikitnya kandungan garam mineral sehingga
mudah ditembus oleh sinar-X dan lebih banyak jumlah osteosit kalau
dibandingkan dengan jaringan tulang sekunder.
Jaringan tulang primer akhirnya akan mengalami remodeling menjadi
tulang sekunder (lamellar bone).

2. Jaringan Tulang Sekunder

Jenis ini biasa terdapat pada kerangka orang dewasa. Dikenal juga sebagai
lamellar bone karena jaringan tulang sekunder terdiri dari ikatan paralel
kolagen yang tersusun dalam lembaran-lembaran lamella. Ciri khasnya : serabut-
serabut kolagen yang tersusun dalam lamellae (lapisan) setebal 3-7μm yang
sejajar satu sama lain dan melingkari konsentris saluran di tengah yang
dinamakan Canalis Haversi. Dalam Canalis Haversi ini berjalan pembuluh darah,
serabut saraf dan diisi oleh jaringan pengikat longgar. Keseluruhan struktur
konsentris ini dinamai Systema Haversi atau osteon.
Sel-sel tulang yang dinamakan osteosit berada di antara lamellae atau
kadang-kadang di dalam lamella. Di dalam setiap lamella, serabut-serabut
kolagen berjalan sejajar secara spiral meliliti sumbu osteon, tetapi serabut-serabut
kolagen yang berada dalam lamellae di dekatnya arahnya menyilang.

2.2 Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang


Pada awal perkembangan janin manusia, kerangka seluruhnya terbuat dari
tulang rawan. Tulang rawan yang relatif lunak secara bertahap berubah menjadi
tulang keras melalui osifikasi.

2.2.1 Ossifikasi

Proses penulangan tulang dari tulang rawan menjadi tulang keras disebut
osifikasi. Proses ini dibedakan menjadi dua, yaitu osifikasi intramembranosa dan
osifikasi endocondral Osifikasi intramembranosa disebut juga penulangan
langsung (osifikasi primer). Proses ini terjadi pada tulang pipih, misalnya tulang
tengkorak. Penulangan ini terjadi secara langsung dan tidak akan terulang lagi
untuk selamanya. Contoh osifikasi endocondral adalah pembentukan tulang pipa.
Tulang dewasa diklasifikasikan menurut bentuknya menjadi tulang
panjang (seperti femur), tulang pipih atau flat (seperti panggul), dan tulang
pendek (seperti tulang tangan dan kaki). Tulang panjang (dan beberapa tulang
pendek seperti tulang metakarpal) dibagi menjadi tiga wilayah topografi:
diafisis, epifisis, dan metafisis.
Diafisis merupakan bagian poros tulang. Epifisis tampak di kedua ujung
tulang dan sebagian tertutup oleh tulang rawan artikular. Metafisis merupakan
persambungan antara bagian diafisis dan epifisis. Dalam perkembangan tulang,
proses perkembangannya sendiri dimulai dari lempeng epifisis (epifisis disk). Di
tempat inilah di mana proses osifikasi endokhondral terjadi, suatu proses
pertumbuhan dimana terjadi secara longitudinal, kolom tulang rawan diganti
dengan massa tulang. Ketika tulang telah mencapai panjang dewasa, proses ini
berakhir, dan terjadi penutupan bagian epifisis, sehingga tulang menjadi benar-
benar kaku.

a. Ossifikasi Intramembranousa
Merupakan proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi
jaringan tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang pipih. . Jaringan
mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas, lalu osteoblas mensekresi matriks
organik membentuk osteoid dan terkalsifikasi. Osteoid membentuk tulang
spongeus dan berkondensasi menjadi periosteum. Mesenkim merupakan bagian
dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan ikat
dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung darisel-sel mesenkim melalui
proses osifikasi intrammebrane.
Gambar Mekanisme Pembentukan Tulang melalui Osifikasi
Intramembranosa

Osifikasi intramembranosa, sumber sebagian terbesar tulang


pipih.Osifikasi intramembranosa juga membantu pertumbuhan tulang pendek dan
penebalan tulang panjang. Di dalam lapisan lapisan jatringan penyambung
tersebut, titik permulaan osifikasi disebut sebagai pusat osifikasi primer. Proses
ini mulai ketika kelompok- kelompok sel yang menyerupai fibroblast muda
berdifferensiasi menjadi osteoblas. Kemudian terjadi sintesa osteoid dan
kalsifikasi, yang menyebabkan penyelubungan beberapa osteoblas yang
kemudian menjadi osteosit. Bagian lapisan jaringan penyambung yang tidak
mengalami osifikasi menghasilkan endosteum dan periosteum tulang
intramembranosa. Osifikasi intramembranosa banyak terjadi pada tulang
tengkorak.
Proses yang hanya terjadi pada tulang pipih tertentu, diringkas dalam dua
langkah dasar:
 Tulang spons mulai berkembang di tempat-tempat di dalam membran
yang disebut pusat osifikasi.
 Sumsum tulang merah terbentuk di dalam jaringan tulang spons, diikuti
oleh pembentukan tulang padat di luarnya.

b. Ossifikasi Endokhondral
Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim
berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubah
menjadi jaringan tulang, misal proses pembentukan tulang panjang, ruas tulang
belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini bertanggungjawab pada pemanjangan
tulang dan pembentukan sebagian besar tulang manusia. Pada proses ini sel-sel
tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul di bagian tengah dari tulang rawan
yang disbeut center osifikasi. Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit,
sel-sel tulang dewasa ini tertanam dengan kuat pada mtariks tulang.
Osifikasi endokondral terjadi di dalam suatu potongan tulang rawan
hialin yang bentuknya mirip ukuran kecil tulang yang akan dibentuk. Jenis
osifikasi ini terutama bertanggung jawab untuk pembentukan tulang pendek dan
tulang panjang. Tulang panjang dibentuk dari model tulang rawan dengan
pelebaran ujung-ujung (epifisis) suatu batang silindris (diafisis). Dalam
pertumbuhan jenis ini, urutan kejadian yang dapat diperhatikan adalah:
(1). Kondrosit yang terdapat pada bagian tulang rawan hialin mengalami
hipertropik dan memulai sintesa kolagen X dan vascular endothelial cell growth
factor (VEGF); (2). Pembuluh darah pada perikondrium memasuki bagian tengah
dari tulang rawan, dimana matriks akan mengalami kalsifikasi, osifikasi primer
terbentuk;
(3). Sel-sel perikondrium bagian dalam membentuk bagian periosteal yang tipis
pada titik tengah poros tulang atau diafisis, periosteal (periosteum yang
membentuk dinding dari luar) akan membentuk tulang woven, dengan
pertumbuhan tulang intramembranosa yang nantinya akan menjadi periosteum;
(4). Pembuluh darah menginvasi rongga yang sebelumnya dibentuk oleh
kondrosit yang hipertropik dan sel-sel osteoprogenitor, dan sel-sel
hematopoetik yang menembus jaringan perivaskular; dan
(5). Sel-sel osteoprogenitor yang berdifferensiasi menjadi osteoblas yang tumbuh
sejajar dengan kalsifikasi tulang rawan dan akan menempati osteoid

Atau dengan penjabaran mekanisme berikut:


1) Pada tahap awal proses osifikasi, osteoblas akan membentuk suatu lapisan
kompak sehingga perikondrium berubah menjadi periosteum (selaput tulang
keras), setelah osteoblas mengisi jaringan sekelilingnya akan membentuk
osteosit (sel-sel tulang). Bersamaan dengan proses tersebut, pada bagian
tulang rawan di daerah diafisis atau pusat batang (pusat osifikasi primer),
sel-sel kondrosit membesar akhirnya pecah.
2) Sel-sel tulang dibentuk secara bertahap dari arah dalam ke arah luar sehingga
pembentukannya konsentris. Setiap sel-sel tulang ini melingkari suatu
pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem yang disebut sistem
havers. Selain itu disekeliling sel-sel tulang ini terbentuk senyawa protein
pembentuk matriks tulang dan akan mengeras karena adanya garam kapur
dan garam fosfat. Hal ini mengganggu komponen nutrisi bagi sel-sel
kondrosit akhirnya mati.
3) Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah menjadi
periosteum. Lapisan osteogenik didalam membentuk kolar tulang
(klavikula), dan kemudian mengelilingi kartilago yang telah terkalsifikasi.
4) Kondrosit (sel-sel kartilago) yang nutrisinya telah di putuskan oleh kolar
akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuan untuk mempertahankan
matrik kartilago.
5) Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang masuk
ke dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang di bentuk
osteoklas pada kolar tulang.
6) Jika kuncup periosteal mencapai puncak pertumbuhan akan menyebar dua
arah menuju epifisis.
7) Kemudian tumbuh pusat osifikasi sekunder dalam kartilago epifisis pada
kedua ujung tulang panjang.
8) Semua elongasi tulang yang terjadi selanjutnya adalah hasil dari pembelahan
sel- sel kartilago dalam lempeng epifisis.
9) Saat pertumbuhan seseorang penuh seluruh kartilago dalam lempeng
epifisis menjadi tulang dan akan berhenti.

Gambar Zona pertumbuhan tulang secara Endrokondral. Tampak zona


pertumbuhan dimulai dari zona istirahat tulang rawan, zona proliferasi tulang
rawan, zona hipertropi tulang rawan, zona kalsifikasi, dan zona ossifikasi

Gambar Mekanisme Secara Endokondral


2.2.2 Suplai Darah dan Persyarafan

1) Suplai Darah

 Tulang-tulang panjang
a. Arteri nutrisia : arteri tunggal yang berbelok-belok masuk foramen
nutrisia oblik ke atas atau ke bawah menuju ke arah yang
berlawwanan untuk pertumbuhan tulang, satu arteri disertai dengan 1-
2 buah vena selama dalam korteks arteri memberikan cabang-cabang
menuju kanalis havers.
b. Arteri periosteale : arteri kecil yang menyuplai perousteum berjalan
sepanjang perlengketan otot.
c. Arteri metapisiale : rangkaian yang membentuk anastomosis di
sekeliling sendi yang di sebut sirkulus vaskulosus, cabangnya masuk
melalui foramina vaskularis tempat keluarnya vena-vena epifise.
 Tulang-tulang gepeng. Arteri epifisiale sebuah arteri nutrisia tunggal dan
bercabang-cabang, sejumlah cabang menyuplai substansia spongeosa
dalam substansia kompakta tulang.
 Tulang-tulang iga. Arteri nutrisia memasuki tulang distalis dari
tuberkulum kosta dan membagi diri menjadi cabang-cabang anterior
longus dan posterior brevis yang menyuplai seluruh bagian tulang iga.
 Tulang-tulang vertebrae. Terdapat 2 arteri yang besar memasuki
permukaan posterior korpus vertebrae. Arkus neuralis disuplai oleh
pembuluh darah yang memasuki prosesus transversus, bercabang menuju
prosesus spinosus foramina ke vena vertebralis pada permukaan
posterior korpus vertebra

2) Aliran getah bening

Pada sum-sum tulang tidak terdapat aliran getah bening, tetapi


periosteum dan sistem havers mempunyai pembuluh getah bening yang
berjalan sepanjang pembuluh darah dan menyalurkan isinya menuju kelenjar
getah bening regional (daerah tertentu).

3) Persyararfan
Pada Manusia, khusus pada sum-sum tulang belakang merupakan
penghubung antara otak dan tubuh. Pada sum-sum tulang belakang terdapat 31
saraf yang di namakan saraf spinal. Selain pada sum-sum tulang belakang,
saraf juga terdapat di :

a. Persarafan pada tulang wajah

 Foramen Supraorbital disarafi oleh nervus Supraorbitalis


 Foramen Infraorbital disarafi oleh nervus Infraorbitalis
 Os Mentalis disarafi oleh nervus Mentalis
 Foramina fosa insisivus disarafi oleh nervus Nasopalatimus
 Os maxilla disarafi oleh nervus maxilaris
 Foramen mandibularis disarafi oleh nervus alveolaris inferior
 Os zygomatikum disarafi oleh nervus infraorbitalis
 Meatus auditori eksterna disarafi oleh nervus vestibulokoklearis

Gambar Letak Syaraf Pada Wajah

b. Persarafan pada tulang ekstermitas atas


 Skapula disarafi oleh Nervus Dorsalis skapulae, nervus
supraskapularis,dan nervus subskapularis
 Toraks disarafi oleh nervus Torakikus longus,nervus Pektoralis
medialis, nervus Torakodorsalis dan nervus Pektoralis lateralis.
 Klavikula disarafi oleh nervus supraclavicularis
 Humerus disarafi oleh nervus Aksilaris dan nervus Muskulokutaneus
 Radius disarafi oleh nervus Radialis
 Ulna disarafi oleh nervus ulnaris
 Karpal disarafi oleh nervus interoseus posterior

c. Persarafan pada tulang ekstermitas bawah


 illium disarafi oleh nervus ilioinguinalis.
 Foramen obturatorium disarafi oleh nervus obturatorius
 Femur disarafi oleh nervus nervus femoralis dan nervus iskiadikus
 Tibia disarafi oleh nervus tibialis
 Fibula disarafi oleh nervus fibularis
 Tarsal disarafi oleh nervus fibularis profunda dan nervus fibularis
superfisialis
 Phalanges disarafi oleh nervus plantaris medialis dan nervus plantaris
lateralis

2.3 Sifat Dinamis Tulang

2.3.1 Efek Latihan Pada Tulang

Walaupun tampak keras seperti batu, sebenarnya tulang adalah jaringan


yang hidup dan dinamis, yang terus-menerus mengalami proses regenerasi yang
dikenal sebagai remodelling. Tulang terdiri dari matriks protein, yang tertanam
dalam mineral seperti kalsium dan fosfor yang membuat tulang keras. Proses
remodeling mengikuti suatu siklus. Pada tahap pertama dari siklus, terjadi proses
resorpsi dimana sel memecah dan tulang mengalami demineralisasi. Setelah itu,
sel-sel lain dalam tulang akan mengalami remineralisasi dan membangun
kembali tulang dalam proses yang disebut formasi. Semua ini tidak terjadi dalam
semalam. Siklus remodeling biasanya memakan waktu berbulan-bulan, dan pada
waktu tertentu, ada daerah tertentu dalam tulang yang sama yang sedang
diresorpsi, sementara daerah lain dalam tahap pembentukan.
Tekanan untuk menopang berat badan dan beban dari tarikan mekanik
yang terjadi saat kontraksi otot selama latihan, merangsang proses remodeling
tulang. Sekitar periode pubertas (selama kira-kira 2 tahun), kepadatan mineral
tulang mencapai kurang lebih seperempat dari total kepadatan mineral dalam
tulang, dan sekitar 95 % dari massa tulang tercapai pada akhir masa remaja. Oleh
karena itu, ini merupakan windows of opportunity untuk meningkatkan massa
tulang. Studi menunjukkan bahwa latihan dengan intensitas tinggi, olahraga
ketahanan dan aktivitas olahraga sebelum dan selama masa pubertas adalah masa
paling efektif untuk membentuk tulang yang kuat. Kegiatan yang melibatkan
melompat akan sangat berguna. Dengan demikian, kunci penting untuk
membantu memastikan adanya tulang yang kuat seumur hidup, adalah dengan
memaksimalkan kepadatan mineral tulang selama masa pubertas saat remaja dan
masa dewasa awal. Caranya, dengan mendorong partisipasi remaja untuk
berpartisipasi dalam berbagai aktivitas fisik dan olahraga secara reguler.
Puncak massa tulang, biasanya terjadi pada dekade ketiga kehidupan.
Setalah masa itu, laju resorpsi dan pembentukan tulang relatif stabil. Namun
ketika berusia 40-an tahun, resorpsi mulai melampaui laju pembentukan dan
mulai mengalami penurunan massa tulang. Rata-rata usia menopause adalah
sekitar 50 tahun, dan ini menandai saat ketika wanita kehilangan massa tulang
dengan sangat cepat.
Tingkat kecepatan kehilangan massa tulang terkait dengan penurunan
hormon estrogen yang bersirkulasi. Estrogen menghambat aktivitas sel-sel yang
memecah/ resorpsi tulang. Namun, dengan menurunnya kadar estrogen saat
masa menopause, aktivitas sel-sel yang memecah tulang tidak terhambat.
Akibatnya, tingkat resorpsi tulang meningkat sedangkan tingkat pembentukan
tulang tidak bisa mengikuti kecepatan resorpsi tulang. Hal tersebut sering
berakhir dengan penurunan tajam dalam massa tulang selama masa menopause.
Untungnya, olahraga tampaknya memiliki efek positif pada massa tulang
selama masa dewasa. Sebagian besar penelitian tentang hubungan antara
olahraga dan kepadatan mineral tulang, dilakukan pada wanita karena wanita
memiliki risiko lebih besar untuk menderita patah tulang seiring dengan
pertambahan usia, dibanding laki-laki. Studi menunjukkan bahwa latihan
ketahanan yang Anda lakukan, apakah berjalan, jogging, atau berlari, cenderung
berdampak positif pada massa tulang. Dan ini tampaknya benar bagi wanita
sebelum maupun sesudah menopause.
Pelatihan ketahanan secara progresif dengan menggunakan lift yang
memuat pinggul dan punggung, mungkin lebih efektif untuk membangun
kepadatan mineral tulang pada wanita premenopause dan postmenopause. Pada
wanita muda, pelatihan ketahanan secara progresif dan berlari meningkatkan
kepadatan mineral tulang di punggung bagian bawah. Dan meskipun belum
banyak penelitian pada pria terkait hal ini, efek serupa diprediksi juga dialami
oleh pria.
Pesan utama dari studi ini adalah bahwa latihan beban dan latihan
ketahanan secara progresif, dapat membantu melindungi kesehatan dan kekuatan
tulang Anda, terlepas dari usia dan jenis kelamin. Untuk orang dewasa,
American College of Sports Medicine merekomendasikan kombinasi latihan
beban hampir setiap hari, dan latihan resistensi progresif 2-3 kali per minggu.
Dengan menerapkan latihan pada Tulang, aktivitas enzim pada tulang meningkat
serta kepadatan,kekuatan, dan besarnya tulang juga meningkat, selain mencegah
pengeroposan tulang. Permukaan tulang juga akan bertambah kuat dengan
adanya tarikan otot yang terus menerus.

Efek Nutrisi dan Hormon


Nutrisi dan hormone sangat berkaitan dengan proses remodeling tulang.
Berkaitan dengan nutrisi, Ternyata asupan kalori merupakan faktor penting
dalam memperkuat tulang. Beberapa atlet, khususnya wanita yang terlibat dalam
olahraga ketahanan seperti lari, atau olahraga dimana kerampingan dianggap
ideal seperti menari dan senam, membatasi asupan kalori sementara masih
berlatih dan bersaing dengan intensitas yang tinggi.
Tubuh menyesuaikan diri dengan keadaan kekurangan kalori, dan atlet
ini mungkin memiliki berat badan yang sangat stabil, meskipun mengkonsumsi
asupan rendah kalori. Tapi beban fisiologis terhadap keadaan ini, sangat tinggi.
Kalori berharga yang dikonsumsi, digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi
untuk berlatih dan bersaing. Sayangnya, ini berarti tidak ada cukup kalori tersisa
untuk mendukung fungsi fisiologis normal lainnya. Fungsi reproduksi sering
menjadi korban akibat asupan kalori yang terlalu rendah. Seringkali, atlet ini
berhenti berovulasi dan berhenti mengalami menstruasi. Mungkin pertamanya
hal ini tampak sebgai sesuatu yang menyenangkan, tapi efek pada tulang sangat
buruk.

Menstruasi berhenti, karena hormon yang terlibat dalam fungsi reproduksi,


seperti estrogen, jumlahnya berkurang karena tubuh kekurangan kalori untuk
membentuk estrogen. Namun, seperti pada orang yang menopause, ketika
mengambil efek estrogen sebagai penghambat sel-sel yang memecah tulang, tiba-
tiba kecepatan resorpsi tulang jauh melebihi kecepatan pembentukan tulang.
Sementara jumlah siklus menstruasi yang terlewati semakin bertambah,
kepadatan mineral tulang terus menurun yang menyebabkan tulang menjadi
lemah. Bahkan, wanita yang aktif secara fisik namun memiliki siklus mentruasi
yang tidak teratur, memiliki risiko patah tulang stres 2-4 kali lebih besar daripada
wanita dengan siklus menstruasi yang teratur.
Untungnya, siklus menstruasi dan fungsi reproduksi yang normal, dapat
dikembalikan dengan meningkatkan kalori yang tersedia, dan ini dapat
menormalkan proses remodeling tulang. Jadi, urutan pertama adalah
meningkatkan ketersediaan kalori. Lakukan ini dengan baik meningkatkan
asupan kalori, mengurangi latihan , atau kombinasi keduanya. Apapun
pendekatan yang ambil untuk meningkatkan ketersediaan kalori demi
mendukung fungsi fisiologis yang normal, pertahankan hingga siklus menstruasi
menjadi normal kembali dan lanjutkan terus saat berlatih dan bersaing.
Selain menambah asupan kalori, pastikan bahwa menyediakan nutrisi
penting lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung remodeling tulang yang
optimal, termasuk kalsium, vitamin D, dan protein . Menurut American College
of Sports Medicine, jumlah harian yang dibutuhkan untuk membangun tulang
adalah 1,000- 1,300 mg kalsium dan 400-800 IU vitamin D. Produk susu adalah
sumber kalsium dan vitamin D yang baik. Sebagai contoh, segelas susu
menyediakan sekitar 300 mg kalsium dan 100 IU vitamin D. Seporsi yogurt
menyediakan sekitar 300 mg kalsium dan 80 IU vitamin D. Produk lain yang
kaya kalsium adalah keju, yogurt beku, es krim dan tahu (menyediakan sekitar
150 mg kalsium per porsi). Jika ada pembatasan asupan produk susu, suplemen
kalsium dan vitamin D mungkin diperlukan untuk secara konsisten mencapai
asupan yang optimal bagi kesehatan tulang.
Rekomendasi harian untuk protein demi mendukung tulang yang kuat
adalah 0,5-0,7 gram per lb (1,2-1,6 gram per kg) berat badan. Ini setara dengan
sekitar 63-88 gram protein setiap hari untuk atlet dengan berat badan 125 - pound
(57 kg). Asupan protein sebagian besar atlet adalah sekitar jumlah tersebut,
meskipun atlet vegetarian mungkin harus ekstra perhatian dalam memastikan
kecukupan asupan protein mereka. Akhirnya, nutrisi lain yang penting dalam
proses remodeling tulang adalah vitamin C, vitamin K, seng, tembaga, dan
mangan. Dengan demikian, mengkonsumsi berbagai macam makanan akan
membantu memastikan kecukupan berbagai macam nutrisi yang dibutuhkan
untuk kesehatan tulang.

Berikut Penjabaran Faktor Genetik dan Hormon yang mempengaruhi


Pertumbuhan Tulang :
a. Herediter (genetic)

Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak dari
orang tua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggi juga.

b. Factor endokrin

 Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam


memelihara kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara:
 Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium ke dalam
darah.
 Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus.

 Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler dari


kelenjar tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsi tulang.

 Hormone pertumbuhan yang di hasilkan hipofise anterior penting untuk


proliferasi (bertambah banyak) secara normal dari rawan epifisealis untuk
memelihara tinggi badan yang normal dari seseorang.

 Tiroksi bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang yang layak, remodeling


tulang dan kematangan tulang.

 HGH (Human Growth Hormone), yang dikeluarkan oleh kelenjar pituitary.


Semakin dewasa jumlah hormone ini semakin berkurang
 Estrogen : mencegah proses perombakan tulang oleh osteoklas.
 Progesteron : Pemberian terapi hormon estrogen disarankan tidak dipisahkan
dari terapi hormon progesteron. Memang estrogen akan mengurangi
perombakan tulang, tapi tidak meningkatkan pembentukan tulang baru.
Akibatnya, otot yang sudah tua dan rusak karena kerja fisik, tak diperbaharui.
Untuk itulah diperlukan progesteron, hormon yang berperan penting dalam
pembentukan tulang baru. Sebuah penilitian diketahui bahwa progesteron
akan terikat pada osteoblas, sel yang membuat tulang baru, dan membantu
osteoblas menangkal efek negative dari obat-obatan yang mengandung
steroid.

2.3.2 Skeleton Sebagai Cadangan Kalsium


Rangka tersusun atas tulang. Di dalam tulang terdapat berbagai mineral
seperti kalsium, kalium, dan natrium. Kalsium (zat kapur) merupakan mineral
utama pembentuk tulang. Sebagai cadangan mineral, tulang rangka menyimpan
cadangan energi dalam bentuk lemak yang disimpan pada sumsum tulang kuning.
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam tubuh
manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu pada
tulang dan gigi. 1% kalsium terdapat pada darah, dan jaringan lunak. Tanpa
kalsium yang 1% ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah akan sulit
membeku, transmisi saraf terganggu, dan sebagainya.
Untuk memenuhi 1% kebutuhan ini, tubuh mengambilnya dari makanan
yang dimakan atau dari tulang. Apabila makanan yanag dimakan tidak dapat
memenuhi kebutuhan, maka tubuh akan mengambilnya dari tulang. Sehingga
tulang dapat dikatakan sebagai cadangan kalsium tubuh. Jika hal ini terjadi dalam
waktu yang lama, maka tulang akan mengalami pengeroposan tulang.

2.3.3 Proses Penyembuhan Fraktur


Penyembuhan Fraktur secara garis besar terdiri atas 2 kombinasi proses
yaitu intermembranous dan endochondral. Proses endochondral dimulai ketika
periosteum robek ketika terjadi fraktur, sedangkan pada proses intramembranous
dimulai terbentuk soft callus hingga hard callus.
Berikut ini Proses Penyembuhan Fraktur / Patah tulang, berdasarkan
Apley & Solomon (1995: 240), adalah sebagai berikut :
- Pembentukan Hematom
Tahap ini dimulai setelah fraktur sampai hari ke 5 terjadi perdarahan,
dalam 24 jam pertama terbentuk darah dan fibrin yang masuk ke daerah fraktur,
setelah 24 jam pertama, suplai darah meningkat ke daerah fraktur dan
terbentuk hematom. Hematom berkembang menjadi jaringan granulasi.
- Proliferasi Seluler
Tahap / proses ini terjadi sampai hari ke 12. Pada area fraktur,
periosteum endosteum dan sum-sum tulang yang mensuplai sel, berubah menjadi
fibro kartilago, kartilago hialan dan jaringan penunjang, fibrosa terjadinya
osteogenesis dengan cepat.
- Tahap Pembentukan Kalus
Enam sampai sepuluh hari setelah fraktur / cidera, jaringan granulasi
berubah menjadi bentuk prakalus, prakalus menjadi puncak ukuran maksimal
pada 14 – 21 hari setelah cidera.
- Tahap Osifikasi Kalus
Tahap osifikasi kalus ini terjadi sampai minggu ke dua belas. Membentuk
osifikasi dan kalus intermediate pada minggu ke 3 sampai 10 kalus menutupi
tulang.
- Tahap Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklast, kalus mengalami pembentukan tulang
sesuai dengan bentuk aslinya
- Tahap Remodelling
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk
bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang. Pada fase remodeling ini
perlahan – lahan terjadi resorpsi. Kalus intermediet berubah menjadi tulang yang
kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian dalam akan mengalami
peronggaan untuk membentuk susmsum. Pada fase terakhir ini, dimulai dari
minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa tahun dari terjadinya fraktur.
Gambar Proses Penyembuhan Fraktur

2.3.4 Penuaan Sistem Tulang


Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan mempertahankan
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap infeksi dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut usia.
Proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun demikian,
memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering menghinggapi
kaum lanjut usia. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada usia berapa
penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat
tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak maupun menurunnya.
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui
proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah
radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, sistem kekebalan tubuh yang
menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya hidup
yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah, paparan
polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain seperti
kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang besar
dalam penyebab proses penuaan.
Pada tulang cirri-ciri perubahan fisik adalah perubahan struktur dan
fungsi bervariasi diantara individu selama proses penuaan. Perubahan yang
bermakna terjadi mulai usia pertengahan. Secara umum perubahan sacara
fisiologis adalah :
- Penurunan tinggi badan sekitar 6-10 cm.
- Lebar bahu menurun.
- Fleksi pada lutut dan panggul.
- Patah tulang akibat kompresi dari vertebrae.
- Jalan goyah karena perubahan otot dan fungsi motorik.
- Berkurangnya serta dan diameter otot.
- Jumlah mineral dalam tulang berkurang.
- Pembentukan tulang berkurang
- Resorbsi tulang bertambah.
- Tendon dan jaringan pengikat bertambah kaku
- Tulang rawan persendian makin tipis

Perubahan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :


- Kekuatan berkurang.
- Cenderung patah tulang ( osteoporosis )
- Sendi kaku dan cenderung inflamasi
- Terjadi Resorpsi Tulang
Resorpsi tulang merupakan proses pendegradasian dari matriks tulang
oleh osteoklas. Resorpsi tulang inidapat dikatakan pula suatu proses
pengerusakan tulang oleh osteoklas yang berdampak pada pengeluaranisi atau
bahan pembentuk matriks tulang. Osteoklas ini sejenis dengan makrofag yang
khusus berada ditulang. Proses resorpsi tulang ini bertujuan dalam mengatur
kadar kalsium dalam tubuh dan tahapan dalam bone remodelling atau
pembaharuan matriks tulang yang rusak. Menariknya proses ini diatur
oleh berbagaimacam komponen pendukung (inisiator) dan penghambat
(inhibitor). Kedua komponen ini pentingan agar resorpsi tulang dapat terjadi
dalam keadaan normal sehingga tidak menimbulkan masalah dalam tubuh kita.
Akibat resorpsi juga menimbulkan penurunan massa tulang.
- Penurunan Fungsi Hormon
Estrogen merupakan hormon kelas steroid yang banyak diproduksi pada wanita.
Hormon ini berperandalam mengatur siklus menstruasi wanita. Selain berperan
dalam bidang reproduksi, estrogen berperandalam mengatur tulang, yaitu dengan
menghambat terjadinya resorpsi tulang. Oleh karena itu pada wanitayang telah
mengalami menopause dimana kadar hormon tersebut berkurang pesat
produksinya, degradasitulang akan cepat terjadi sehingga menimbulkan keropos
pada tulang yang biasanya disebut osteoporosis.Dilihat dari penyebab penyakit
ini, kita tak dapat berasumsi dengan meningkatkan kadar asupan kalsium yang
merupakan struktur pembentuk tulang dapat mengobati penyakit ini. Masalah
dari penyakit ini adalahmeningkatnya aktivitas osteoklas dalam tulang bukan
kurangnya kadar kalsium dalam diri Osteoporosis dapat menyebabkan tulang
mudah patah, biasanya terjadi pada tulang belakang yangmenyebabkan
terjadinya pembungkukkan tubuh serta nyeri punggung akibat tertekannya saraf,
dan tulang panggul yang menyebabkan kelainan dalam pengaturan berat tubuh
sehingga terjadi kesulitan dalam berjalan
Selain itu, menurunnya kadar HGH, juga mempengaruhi. Karena hanya
tersisa 25% hormone HGH yang tersisa pada seseorang yang berumur 65 tahun.
Sedangkan tulang membutuhkan hormone tersebut untuk proses fisiologis
sepanjang hidup.

2.4 Gangguan Pada Tulang

1. Penyakit yang Merusak Rangka Tulang

a. Osteoporosis
Penyakit osteoporosis adalah gangguan pada kesehatan tulang yang
disebabkan oleh kurangannya zat kapur (kalsium) di dalam tubuh. Penyakit ini
menyebabkan tulang mudah patah ataupun retak. Biasanya penyakit ini
menyerang kaum wanita yang berusia lanjut.Untuk mencegah penyakit
osteoporosis, dianjurkan untuk memakan makanan yang baik untuk tulang
seperti makanan yang mengandung
vitamin D dan juga kalsium. Bahan makanan yang mengandung vitamin D dan
kalsium terdapat pada susu dan ikan.
b. Polio
Penderita pada polio akan mengalami kelumpuhan yang menyebabkan
tulang mengecil, penyakit ini dapat dicegah dengan memberikan vaksin polio
pada saat masih berusia di bawah lima tahun.
c. Rematik
Penyakit rematik adalah penyakit yang menyebabkan nyeri pada persendian.
Penyakit ini biasanya menyerang pada pergelangan tangan, kaki, maupun siku.
d. TBC Tulang
Kuman tuberculosis (TBC) dapat juga menyerang tulang, sehingga tulang
akan menjadi lemah hingga bernanah yang menimbulkan rasa sakit yang luar
biasa.

2. Sikap Tubuh
Sikap tubuh yang salah mengakibatkan dampak yang buruk terhadap
bentuk rangka tulang. Ada rangka yang mudah mengalami gangguan yaitu tulang
belakang atau tulang punggung. Berikut ini gangguan yang ada pada tulang
belakang :

a. Lordosis, tulang punggung yang terlalu bengkok ke depan.


b. Kifosis, tulang punggung yang terlalu bengkok ke belakang.
c. Skoliosis, tulang punggung yang terlalu bengkok ke kanan atau ke kiri.

3. Kelainan atau gangguan pada tulang akibat dari kecelakaan


a. Fraktur (patah tulang), terputusnya kontinuitas tulang yang ditentukan sesuai
jenis dan luas retak atau patah pada tulang yang utuh.
b. Urai sendi, terlepasnya ujung-ujung tulang dari sendi

4. Infeksi
Gangguan pada tulang yang diakibatkan oleh infeksi yaitu :
a. Artritis eksudatif. Akibat peradangan pada selaput sendi.
b. Artritis sika. Akibat kekurangan minyak synovial (pelumas sendi)
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks
ekstraselular. Fungsi utama tulang sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan
memberikan tempat perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh
seseorang. Ada lima jenis ukuran tulang dalam tubuh manusia: panjang, pendek,
datar, tidak teratur, dan sesamoid. Struktur tulang dibagi menjadi dua, yaitu
rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka apendikuler (anggota tubuh). Matrik
tulang pada manusia terdiri dari tulang keras dan tulang rawan.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim.----------------.http://uraiansehat.com/jenis-penyakit-kelainan-pada-
tulang/
pada tanggal 4 Oktober 2016 pukul 14.56 WIB.

Hairy J, 1989; Fisiologi Olahraga Jilid I; Depdikbud, Dirjen Dikti, Jakarta.

Shih AT. Zainalabidin Z. Bone Healing. Diunduh dari


http://www.headtotoehe.mmh althcare.org/library/Bone_Healing.pdf
pada tanggal 4 Oktober 2016 pukul 14.56 WIB.

Sridianti.---------------.http://www.sridianti.com/pengertian-dan-penanganan-
patah-
tulang-fraktur.html. pada tanggal 4 Oktober 2016 pukul 14.56 WIB.

Anda mungkin juga menyukai