Anda di halaman 1dari 28

Tugas : Kelompok

Tingkat : 1B
Mata Kuliah : Anatomi dan Fisiologi

STRUKTUR TULANG
Dosen Pengampu : Ikrawanti Ayu Wulandari, S.ST, M.Keb

Oleh
Kelompok 2
Anggota Kelompok
Gayatri Endah Hermawan : 318,068
Ha An Anggraeni H : 318,069
Hariana : 318,070
Hasmawati : 318,071
Iin Nur Aliyyu : 318,072
Indah Sari : 318,073
Irdayanti Ismail : 318,074
Is Nurul Ardha : 318,075
Juwita: : 318,076
Siti Nurjannah M : 318,106
Syadhila Adzkiah Saleh : 318,110

YAYASAN WAHANA BHAKTI KARYA HUSADA


AKADEMI KEBIDANAN PELAMONIA
TAHUN 2018

i
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah ini tentang Struktur Tulang
Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi
susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat meperbaiki
makalah Struktur Tulang ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
maupun inspirasi terhadap pembaca.

Makassar, September 201

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ............................................................................................... i


KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
A. Klasifikasi Tulang Pada Manusia................................................................. 2
B. Histologi Tulang Pada Manusia ................................................................... 4
C. Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang Pada Manusia ........................... 11
D. Sifat Dinamis Tulang ................................................................................. 16
BAB III ................................................................................................................. 25
A. Kesimpulan ................................................................................................ 25
B. Saran ........................................................................................................... 25

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks
ekstraselular. Matriks tulang adalah bagian terkeras yang terletak dilapisan luar
tulang, yang diakibatkan oleh pengendapan mineral dalam matriks, sehingga
tulang pun mengalami kalsifikasi. Didalam tubuh manusia juga terdapat yang
namanya tulang rawan (cartilago), yaitu jaringan ikat yang mempunyai
kemampuan meregang, membentuk penyokong yang kuat bagi jaringan lunak,
memberikan kelenturan, dan sangat tahan terhadap tekanan.
Tulang berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan
tempat perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh seseorang. Tulang
juga melindungi otak, yang terletak didalam tengkorak, bisa dibayangkan ketika
terjadi kecelakaan yang membentur kepala seseorang jika tanpa tulang tengkorak,
maka organ penting didalamnya seperti otak dan semua susunan sarafnya dengan
mudah menjadi hancur.
Tulang melindungi jantung dan paru didalam rongga dada, dan organ seksual
dan urinaria terlindungi oleh tulang yang disebut tulang pelvis. Selain itu tulang
juga berfungsi dalam hemopoiesis (pembentukan sel darah), dan sebagai reservoir
(tempat penyimpanan) kalsium, fosfat, dan banyak mineral lainnya. Hampir
seluruh kalsium (99%) pada tubuh tersimpan di dalam tulang, dan ketika tubuh
butuh terhadap kalsium, maka kalsium tersebut akan berasal dari tulang.
Sedangkan tulang rawan berfungsi sebagai shock absorber (peredam tekanan).
Yang mana ketika seseorang mendarat setelah melompat, maka tubuh akan
menerima tekanan yang besar, disinilah salah satu fungsi tulang rawan berperan,
yaitu mengurangi tekanan yang ada. Tulang rawan ini bersifat avaskular atau tidak
terhubung dengan pembuluh darah.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana klasifikasi tulang pada manusia ?
2. Bagaimana histologi tulang pada manusia ?
3. Bagaimana perkembangan dan pertumbuhan tulang pada manusia
4. Bagaimana sifat dinamis tulang pada manusia ?
C. Tujuan
1. Mengetahui klasifikasi tulang pada manusia
2. Mengetahui histologi tulang pada manusia
3. Mengetahui perkembangan dan pertumbuhan tulang pada manusia
4. Mengetahui sifat dinamis tulang pada manusia

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Klasifikasi Tulang Pada Manusia


1. Pengertian, Fungsi, dan Klasifikasi Tulang
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks
ekstraselular. Tulang berfungsi sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan
memberikan tempat perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh
seseorang. Tulang juga melindungi otak, yang terletak didalam tengkorak.
Tulang melindungi jantung dan paru didalam rongga dada, dan organ seksual
dan urinaria terlindungi oleh tulang yang disebut tulang pelvis.
Selain itu tulang juga berfungsi dalam hemopoiesis (pembentukan sel
darah), dan sebagai reservoir (tempat penyimpanan) kalsium, fosfat, dan
banyak mineral lainnya. Hampir seluruh kalsium (99%) pada tubuh tersimpan
di dalam tulang, dan ketika tubuh butuh terhadap kalsium, maka kalsium
tersebut akan berasal dari tulang.
Tulang pada manusia memiliki bentuk yang beragam, tergantung
letaknya di dalam tubuh. Berdasarkan uluran dan bentuk, tulang dibagi atas :
Berdasarkan Bentuk dan Ukuran Tulang Contoh

Tulang panjang (Ossa longa) Femur,


humerus, radius,
–Bentuk seperti tabung, kedua ulna, tibia,
ujung bulat, dan ditengahnya slindris (diafisis) fibula,
–Terdiri dari 3 bagian: bagian metacarpals dan
ujung disebut epifisis, bagian tengah diafisis tersusun atas metatarsal
tulang keras.
Bagian antara epifisis dan diafisis disebut
cakraepifisis atau metafisis yang
terdiri atas tulang rawan dan mengandung osteoblas
–Berfungsi untuk sebagai alat
pengumpil atau alat penunjang
tubuh
Tulang pendek (Ossa brevia) Carpus dan
tarsus
– Berbentuk seperti kubus atau pendek tidak
beraturan. Panjang, tinggi dan lebarnya hampir
sama
– Tidak memiliki sumsum rongga,
pada bagian dalam terdiri atas tulang spons (spongy
bone) diisi oleh

2
ruang sumsum
– Pada bagian luar dikelilingi
lapisan tipis tulang kompak
– Fungsinya adalah untuk penahan benturan
Tulang pipih (ossa plana) Scapula, tulang
rusuk, tulang
–Tulang pipih berbentuk gepeng memipih tengkorak
– Mempunyai dua lapisan tulang kompak, yaitu lamina
eksterna dan interna ossis karnii. Kedua lapisan
dipisahkan oleh satu lapisan tulang spongiosa disebut
diploe
– Fungsinya adalah untuk melindungi bagian tubuh yang
lunak
seperti otak, jantung dan paru-paru.
Tulang tidak beraturan (irregular) Tulang veterbrae

– Memiliki bentuk tidak beraturan


– Struktur tulang ini menunjukkan
daya tahan yang besar terhadap
tenaga tekan
Tulang sesamoid Patella
(tempurung lutut)
–Mirip dengan biji wijen and fabellae
–Berfungsi untuk
mengurangi pergeseran dan perubahan arah dari
tendo (ossa sesamoidea)
Tulang pneumatic Frontal and
maxillary (tulang
–Memiliki ruang atau sinus yang menghubungkan dengan rahang atas),
udara (atmosphere)
Tulang splanchnic Os Penis

-Tulang yang berkembang dalam organ-organ lunak

2. Struktur Tulang
Tulang-tulang dalam tubuh membentuk sistem rangka. Rangka
manusia terdiri dari 206 tulang. Sistem rangka ini bersama-sama menyusun
kerangka tubuh. Secara garis besar rangka manusia yang terdiri dari 206 tulang
tersebut dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial (sumbu tubuh) dan rangka
apendikuler (anggota tubuh).
Perhitungan Jumlah Kesesluruhan Tulang Manusia :
a. Tulang Kepala yang membentuk tengkorak : 8 buah

3
b. Tulang Muka : 14 buah
c. Tulang telinga dalam : 6 Buah
d. Tulang lidah : 1 buah
e. Tulang Kerangka dada : 25 buah
f. Tulang pembentuk tulang belakang dan gelang panggul : 26 buah
g. Tulang anggota gerak atas : 64 buah
h. Tulang anggota gerak bawah : 62 buah

B. Histologi Tulang Pada Manusia


1. Matriks Tulang
Matriks merupakan gabungan protein dan karbohidrat yang mengikat
sel bersama-sama atau membagi satu jaringan dari yang lain. Matriks tersusun
atas serabu-serabut dan bahan dasar. Matriks merupakan salah satu jaringan
pengikat yang bekerja sinergis dengan sel-sel tulang dalam pembentukan dan
pelekatan antar jaringan tulang. Matriks tersusun atas air 25 %, mengandung
senyawa anorganik (67%) berupa kalsium, fosfat, Na,Mg, bikarbonat dan
sitrat, serta senyawa organik berupa serabut kolagen (protein) tipe 1, serabut
elastin, serabut retikuler (bakal fibroblast yang juga disebut sel retikuler), dan
mengandung glikosaminoglikan.
2. Sel – sel Tulang

4
a. Osteoprogenitor
Osteoprogenitor terletak di luar membrane (prosteum). Sel-sel ini
berasal dari mesenkim embrio, akan ada sepanjang hidup pascakelahiran
dan dapat mengalami pembelahan mitosis dan memiliki potensi untuk
berdiferensiasi menjadi osteoblas. Sel Osteoprogenitor berbentuk
gelendong dan memiliki inti oval berwarna pucat, sitoplasmanya
mengandung sedikit RE dan sebuah badan golgi yang berkembang dengan
kurang baik, tapi berisi ribosom yang sangat banyak. Sel-sel ini paling
aktif selama periode pertumbuhan tulang. Selama pertumbuhan tulang,
sel-sel ini akan membelah diri dan menghasilkan sel osteoblas yang
kemudian akan membentuk tulang. Sebaliknya pada permukaan dalam
dari jaringan tulang, sel-sel osteogenik menghasilkan osteoklas untuk
mengikis tulang membentuk rongga rongga (spons).
b. Osteoblas
Osteoblas berasal dari sel osteoprogenitor dan berkembang dibawah
pengaruh Bone Morphogenic protein (BMP) . Osteoblas memiliki
diameter antara 20-30 μm dan terlihat sangat jelas pada sekitar lapisan
osteoid dimana tulang baru terbentuk. Membran plasma osteoblas
memiliki sifat khas yakni kaya akan enzim alkali fostatase, yang
konsentrasinya dalam serum digunakan sebagai indeks dari adanya
pembentukan tulang. Sel osteoblas yang telah matang memiliki banyak
aparatus golgi yang berkembang dengan baik yang berfungsi sebagai sel
sekretori, sitoplasma yang basofilik (tidak mengandung granula), dan
banyak sekali retikulum endoplasma.
Osteoblas bertanggung jawab mensintesis komponen protein organik
dari matriks tulang, termasuk kolagen tipe I, proteoglikans, dan
glikoprotein, osteocalcin (untuk mineralisasi tulang), protein yang bukan
kolagen diantaranya osteonectin (terkait dengan mineralisasi tulang),
osteopontin , sialoprotein tulang, faktor pertumbuhan tulang, sitokin, dan
tentunya reseptor dari hormon-hormon.
Osteoblas memiliki jaluran sitoplasma yang bersentuhan dengan
osteoblas berdekatan. Juluran ini lebih jelas bila sel itu mulai dikelilingi
oleh matriksnya. Begitu terkurung seluruhnya oleh matriks yang baru
dibentuk ini maka osteoblas itu disebut sebagai osteosit.Lakunan dan
kenalikuli tampak, karena matriks telah dibentuk di sekitar sel dan juluran
sitoplasmanya.
c. Osteosit
Osteosit merupakan sel tulang yang telah dewasa dan sel utama pada
tulang yang berperan dalam mengatur metabolisme seperti pertukaran
nutrisi dan kotoran dengan darah. Osteosit berasal dari osteoblas yang

5
berdeferensiasi dan terdapat di dalam lacuna yang terletak diantara lamela-
lamela matriks pada saat pembentukan lapisan permukaan tulang
berlangsung. Jumlahnya 20.000 – 30.000 per mm3 dan sel- sel ini secara
aktif terlibat untuk mempertahankan matriks tulang dan kematiannya
diikuti oleh resorpsi matriks tersebut sehingga osteosit lebih penting saat
perbaikan tulang daripada pembentukan tulang baru. Kanalikuli
merupakan suatu kanal dimana terdapat pembuluh darah yang berfungsi
sebagai penyalur nutrisi dan pertukaran gas yang akan digunakan oleh
osteosit.
Osteosit lebih kecil dari osteoblas dan osteosit telah kehilangan banyak
organel pada sitoplasmanya. Osteosit muda lebih menyerupai osteoblas
tetapi merupakan sel dewasa yang memiliki aparatus golgi dan reticulum
endoplasma kasar yang sedikit lebih jelas tetapi memiliki jumlah lisosom
yang lebih banyak.
d. Osteoklas
Osteoklas adalah sel raksasa hasil peleburan monosit (jenis sel darah
putih) yang terkonsentrasi di endosteum dan melepaskan enzim lisosom
untuk memecah protein dan mineral di matriks ekstraseluler. Osteoklas
memiliki progenitor yang berbeda dari sel tulang lainnya karena tidak
berasal dari sel mesenkim, melainkan dari jaringan mieloid yaitu monosit
atau makrofag pada sumsum tulang. Osteoklas bersifat mirip dengan sel
fagositik lainnya dan berperan aktif dalam proses resorbsi tulang.
Osteoklas merupakan sel fusi dari beberapa monosit sehingga bersifat
multinukleus (10-20 nuklei) dengan ukuran besar dan berada di tulang
kortikal atau tulang trabekular Osteoklas berfungsi dalam mekanisme
osteoklastogenesis, aktivasi resorpsi kalsium tulang, dan kartilago, dan
merespon hormonal yang dapat menurunkan struktur dan fungsi tulang.
Osteoklas dalam proses resorpsi tulang mensekresi enzim kolagenase dan
proteinase lainnya, asam laktat, serta asam sitrat yang dapat melarutkan
matriks tulang. Enzim-enzim ini memecah atau melarutkan matriks
organik tulang sedangkan asam akan melarutkan garam-garam tulang.
Melalui proses resorpsi tulang, osteoklas ikut mempengaruhi sejumlah
proses dalam tubuh yaitu dalam mempertahankan keseimbangan kalsium
darah, pertumbuhan dan perkembangan tulang serta perbaikan tulang
setelah mengalami fraktur. Aktifitas osteoklas dipengaruhi oleh hormon
sitokinin.
Osteoklas memiliki reseptor untuk kalsitokinin, yakni suatu hormon
tiroid. Akan tetapi osteoblas memiliki reseptor untuk hormon paratiroid
dan begitu teraktivasi oleh hormon ini, osteoblas akan memperoduksi
suatu sitokin yang disebut faktor perangsang osteoklas. Osteoklas bersama

6
hormon parathyroid berperan dalam pengaturan kadar kalsium darah
sehingga dijadikan target pengobatan osteoporosis.

3. Tulang Kompak dan Tulang Berongga


a. Tulang Rawan (Berongga / Sponge / trabekular / cancelous / kartilago)
Tulang spons adalah bagian tengah tulang yang berongga serta terdapat
sumsung tulang merah dan sumsum tulang kuning. Sumsun tulang merah
memproduksi sel darah merah, sedangkan sumsum tulang kuning
menyimpan lemak. Dalam bahasa Inggris, tulang spons (spongiosa)
disebut cancellous bone. Tulang spons merupakan salah satu dari dua jenis
jaringan tulang yang membentuk tulang. Tulang rawan terdiri atas sel-sel
tulang rawan (kondrosit), serabut kolagen, dan matriks. Sel-sel tulang
rawan dibentuk oleh bakal sel-sel tulang rawan, yaitu kondroblas.
Sedangkan sel-sel tulang rawan di sebut kondrosit.

7
Kondrosit mempunyai inti yang khas berbentuk bundar dengan sebuah
nucleus atau dua buah nucleoli. Kondrosit terletak di dalam lacuna (celah)
berbentuk bulat. Ia disebut juga sel kartilago (yang kalau berkelompok
disebut sel isogen). Letak chondrocyt di dalam jaringan tulang rawan lebih
ke dalam daripada letak chondroblast.
Matriks jaringan tulang rawan terdiri atas kondrin, yaitu zat jernih
seperti kanji yang terbuat dari mukopolisakarida dan fosfat. Oleh karena
itu, sel tulang rawan disebut kondrosit. Kondrosit berfungsi mensintesis
dan mempertahankan matriks yang mengandung serabut kolagen, serabut
elastis, dan serabut fibrosa. Kondrin dihasilkan oleh sel kondroblast yang
terletak pada lakuna. Tulang rawan selalu terbungkus oleh membran
perikondrium karena masih bersifat lunak.
Jaringan tulang rawan pada anak berasal dari jaringan ikat embrional
(mesenkim), sedangkan pada orang dewasa dibentuk oleh selaput rawan
atau fibrosa tipis yang dinamakan perikondrium. Pada stadium embrio,
rangka hewan mamalia terdiri atas kartilago (tulang rawan). Pada
perkembangan selanjutnya, sebagian mengalami osifikasi (mengeras)
menjadi tulang keras dan hanya sebagian kecil yang tersisa pada stadium
dewasa. Misalnya pada daun telinga, hidung, serta antarruas tulang
belakang dan tulang dada.
Dibandingkan dengan tulang kompak, tulang spons memiliki luas
permukaan yang lebih luas dan massa jenis yang kurang karena kurang
padat. Struktur seperti itu membuat tulang spons menjadi lebih lembut,
lemah, dan lebih fleksibel. Luas permukaan yang lebih besar dibandingkan
tulang kompak membuat tulang spons cocok untuk dijadikan tempat
metabolisme kalsium. Tulang spons banyak mengandung pembuluh darah
dan seringkali ditemukan sumsum tulang merah.
Tulang spons dapat ditemukan di seluruh tubuh. Tulang spons biasanya
ditemukan di ujung tulang panjang, persendian, dan bagian dalam tulang
belakang. Fungsi tulang spons adalah sebagai peredam kejut seperti saat
melompat, sebagai tempat memproduksi sel darah merah, dan sebagai
tempat terjadinya metabolisme kalsium, dan berfungsi untuk mengurangi
berat tulang agar menjadi lebih ringan. Tulang rawan juga berfungsi
sebagai rangka tubuh pada awal embrio, menunjang jaringan lunak dan
organ dalam, serta melicinkan permukaan tulang dan sendi. Tulang rawan
tidak mempunyai saraf dan pembuluh darah.Tulang rawan tidak
mengandung system haversian.Jaringan tulang diatur dalam piringan yang
disebut trabekula (dipisahkan oleh ruang irregular, atau lubang) dan
membuat penampakan tulang berongga seperti “keju Swiss”.

8
Berdasarkan susunan serabutnya, tulang rawan dapat digolongkan
menjadi tiga jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Tulang rawan hialin, mempunyai serabut tersebar dalam anyaman
yang halus dan rapat. Tulang rawan hialin terdapat di ujung-ujung
tulang rusuk yang menempel ke tulang dada
2) Tulang rawan elastis, susunan sel dan matriksnya mirip tulang rawan
hialin, tetapi tidak sehalus dan serapat tulang rawan hialin. Tulang
rawan elastis terdapat di daun telinga, laring, dan epigloti
3) Tulang rawan fibrosa, matriksnya tersusun kasar dan tidak beraturan.
Tulang rawan fibrosa terdapat di cakram antartulang belakang dan
simfisis pubis (pertautan tulang kemaluan)
Berikut Tabel Perbedaan Kartilago Hialin, Fibrosa, dan Elastis

Ciri - ciri Kartilago Hialin Kartilago Fibrosa Kartilago Elastis


Serabut Serabut kolagen Serabut kolagen Serabut elastik
yang halus yang padat dan dan serabut
kasar kolagen
Warna Putih kebiruan Gelap dan keruh Keruh kekuning
Matriks dan tembus kuningan
cahaya
Letak Ujung tulang Ruas tulang Epiglotis. Daun
keras, cakram belakang, telinga dan
epifisis, simfisis pubis, bronkiolus
persendian, dan dan persendian
saluran
pernapasan
fungsi Memberi Menyokong dan Memberi
kekuatan, melindungi fleksibilitas dan
menyokong bagian sebagai
rangka didalamnya penyokong
embrionik,
menyokong
bagian rangka
dewasa tertentu
dan membantu
pergerakan
persendian

b. Tulang Keras (Kompak / Osteon)


Tulang terbentuk dari tulang rawan yang mengalami penulangan

9
(osifikasi). Ketika tulang rawan (kartilago) terbentuk, rongga-rongga
matriksnya terisi oleh sel osteoblas. Osteoblas merupakan lapisan sel
tulang muda. Osteoblas akan menyekresikan zat interseluler seperti
kolagen yang akan mengikat zat kapur. Osteoblas yang telah dikelilingi zat
kapur akan mengeras dan menjadi osteosit (sel tulang keras). Osteosit
terletak di dalam lakuna. Antara satu osteosit dengan osteosit lainnya di
dalam lakuna terhubungkan oleh saluran halus yang disebut kanalikuli.
Lakuna dan osteositnya tersusun secara konsentris (melingkar) disebut
lamela.
Di tengah lamela terdapat saluran sentral mikroskopis disebut Saluran
Havers yang mengandung pembuluh darah (vena, arteri, kapiler), saraf,
dan pembuluh getah bening (limfe). Antara saluran Havers saling
terhubungkan oleh Saluran Volkman. Saluran Volkman adalah saluran
yang menghubungkan dua saluran havers.
Tulang kompak tersusun atas periosteum (Luar) dan endosteum
(Dalam) yang berbatasan dengan sumsum tulang. Periosteum berupa
jaringan ikat padat tidak teratur. Endosteum mempunyai komponen-
komponen yang sama dengan periosteum hanya lebih tipis. Berbatasan
dengan periosteum terdapat lamela tulang sirkumferensial luar (lamela
periosteum) yang terdiri atas lamela tulang yang tersusun sejajar dengan
permukaan luar tulang, sedangkan berbatasan dengan endosteum terdapat
lamela tulang sirkumferensial dalam (lamela endosteum) yang terdiri atas
lamela tulang yang sejajar dengan permukaan dalam tulang.
Diantara Sistem Havers tedapat lamela tulang yang susunannya tidak
teratur disebut lamela intersisial. Lakuna juga terdapat diantara lamela
intersisial, lamela tulang sirkumferensial luar dan lamela sirkumferensial
dalam.
Tulang kompak memiliki matriks yang padat dan rapat, sedangkan
tulang spons memiliki matriks yang berongga-rongga. Sebenarnya, kedua

10
jenis tulang tersebut terdapat di suatu tempat yang sama. Penamaan
diambil hanya dengan melihat bagian mana yang paling dominan.

C. Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang Pada Manusia


Pada awal perkembangan janin manusia, kerangka seluruhnya terbuat dari
tulang rawan. Tulang rawan yang relatif lunak secara bertahap berubah menjadi
tulang keras melalui osifikasi.
1. Ossifikasi Tulang
Proses penulangan tulang dari tulang rawan menjadi tulang keras disebut
osifikasi. Proses ini dibedakan menjadi dua, yaitu osifikasi intramembranosa
dan osifikasi endocondral Osifikasi intramembranosa disebut juga penulangan
langsung (osifikasi primer). Proses ini terjadi pada tulang pipih, misalnya
tulang tengkorak. Penulangan ini terjadi secara langsung dan tidak akan
terulang lagi untuk selamanya. Contoh osifikasi endocondral adalah
pembentukan tulang pipa.
Tulang dewasa diklasifikasikan menurut bentuknya menjadi tulang panjang
(seperti 3femur), tulang pipih atau flat (seperti panggul), dan tulang pendek
(seperti tulang tangan dan kaki). Tulang panjang (dan beberapa tulang pendek
seperti tulang metakarpal) dibagi menjadi tiga wilayah topografi: diafisis,
epifisis, dan metafisis.
Diafisis merupakan bagian poros tulang. Epifisis tampak di kedua ujung
tulang dan sebagian tertutup oleh tulang rawan artikular. Metafisis merupakan
persambungan antara bagian diafisis dan epifisis. Dalam perkembangan tulang,
proses perkembangannya sendiri dimulai dari lempeng epifisis (epifisis disk).
Di tempat inilah di mana proses osifikasi endokhondral terjadi, suatu proses
pertumbuhan dimana terjadi secara longitudinal, kolom tulang rawan diganti
dengan massa tulang. Ketika tulang telah mencapai panjang dewasa, proses ini
berakhir, dan terjadi penutupan bagian epifisis, sehingga tulang menjadi benar-
benar kaku.
a. Ossifikasi Intarmembranousa
Merupakan proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim
menjadi jaringan tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang
pipih. Jaringan mesenkim berdiferensiasi menjadi osteoblas, lalu osteoblas
mensekresi matriks organik membentuk osteoid dan terkalsifikasi. Osteoid
membentuk tulang spongeus dan berkondensasi menjadi periosteum.
Mesenkim merupakan bagian dari lapisan mesoderm, yang kemudian
berkembang menjadi jaringan ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal
langsung dari sel sel masenkim melalui proses osifikasi intrammebrane

11
Gambar Mekanisme Pembentukan Tulang melalui Osifikasi Intramembranosa

Osifikasi intramembranosa, sumber sebagian terbesar tulang


pipih.Osifikasi intramembranosa juga membantu pertumbuhan tulang
pendek dan penebalan tulang panjang. Di dalam lapisan lapisan jatringan
penyambung tersebut, titik permulaan osifikasi disebut sebagai pusat
osifikasi primer. Proses ini mulai ketika kelompok- kelompok sel yang
menyerupai fibroblast muda berdifferensiasi menjadi osteoblas. Kemudian
terjadi sintesa osteoid dan kalsifikasi, yang menyebabkan penyelubungan
beberapa osteoblas yang kemudian menjadi osteosit. Bagian lapisan
jaringan penyambung yang tidak mengalami osifikasi menghasilkan
endosteum dan periosteum tulang intramembranosa. Osifikasi
intramembranosa banyak terjadi pada tulang tengkorak.
Proses yang hanya terjadi pada tulang pipih tertentu, diringkas
dalam dua langkah dasar:
1) Tulang spons mulai berkembang di tempat-tempat di dalam membran
yang disebut pusat osifikasi.
2) Sumsum tulang merah terbentuk di dalam jaringan tulang spons,
diikuti oleh pembentukan tulang padat di luarnya.
b. Ossifikasi Endokhondral
Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim
berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu berubah
menjadi jaringan tulang, misal proses pembentukan tulang panjang, ruas

12
tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini bertanggungjawab pada
pemanjangan tulang dan pembentukan sebagian besar tulang manusia.
Pada proses ini sel-sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul di
bagian tengah dari tulang rawan yang disbeut center osifikasi. Osteoblas
selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini tertanam
dengan kuat pada mtariks tulang.
Osifikasi endokondral terjadi di dalam suatu potongan tulang rawan
hialin yang bentuknya mirip ukuran kecil tulang yang akan dibentuk. Jenis
osifikasi ini terutama bertanggung jawab untuk pembentukan tulang
pendek dan tulang panjang.
Tulang panjang dibentuk dari model tulang rawan dengan pelebaran
ujung-ujung (epifisis) suatu batang silindris (diafisis). Dalam pertumbuhan
jenis ini, urutan kejadian yang dapat diperhatikan adalah:
1) Kondrosit yang terdapat pada bagian tulang rawan hialin mengalami
hipertropik dan memulai sintesa kolagen X dan vascular endothelial
cell growth factor (VEGF);
2) Pembuluh darah pada perikondrium memasuki bagian tengah dari
tulang rawan, dimana matriks akan mengalami kalsifikasi, osifikasi
primer terbentuk;
3) Sel-sel perikondrium bagian dalam membentuk bagian periosteal
yang tipis pada titik tengah poros tulang atau diafisis, periosteal
(periosteum yang membentuk dinding dari luar) akan membentuk
tulang woven, dengan pertumbuhan tulang intramembranosa yang
nantinya akan menjadi periosteum;
4) Pembuluh darah menginvasi rongga yang sebelumnya dibentuk oleh
kondrosit yang hipertropik dan sel-sel osteoprogenitor, dan sel-sel
hematopoetik yang menembus jaringan perivaskular; dan
5) Sel-sel osteoprogenitor yang berdifferensiasi menjadi osteoblas yang
tumbuh sejajar dengan kalsifikasi tulang rawan dan akan menempati
osteoid
Atau dengan penjabaran mekanisme berikut:
1) Pada tahap awal proses osifikasi, osteoblas akan membentuk suatu
lapisan kompak sehingga perikondrium berubah menjadi periosteum
(selaput tulang keras), setelah osteoblas mengisi jaringan
sekelilingnya akan membentuk osteosit (sel-sel tulang). Bersamaan
dengan proses tersebut, pada bagian tulang rawan di daerah diafisis
atau pusat batang (pusat osifikasi primer), sel-sel kondrosit membesar
akhirnya pecah.
2) Sel-sel tulang dibentuk secara bertahap dari arah dalam ke arah luar
sehingga pembentukannya konsentris. Setiap sel-sel tulang ini
melingkari suatu pembuluh darah dan saraf membentuk suatu sistem
yang disebut sistem havers. Selain itu disekeliling sel-sel tulang ini
terbentuk senyawa protein pembentuk matriks tulang dan akan

13
mengeras karena adanya garam kapur dan garam fosfat. Hal ini
mengganggu komponen nutrisi bagi sel-sel kondrosit akhirnya mati.
3) Perikondrium yang mengelilingi diafisis di pusat osifikasi berubah
menjadi periosteum. Lapisan osteogenik didalam membentuk kolar
tulang (klavikula), dan kemudian mengelilingi kartilago yang telah
terkalsifikasi.
4) Kondrosit (sel-sel kartilago) yang nutrisinya telah di putuskan oleh
kolar akan berdegenerasi dan kehilangan kemampuan untuk
mempertahankan matrik kartilago.
5) Kuncup periosteal mengandung pembuluh darah dan osteoblas yang
masuk ke dalam spikula kartilago terkalsifikasi melalui ruang yang di
bentuk osteoklas pada kolar tulang.
6) Jika kuncup periosteal mencapai puncak pertumbuhan akan menyebar
dua arah menuju epifisis.
7) Kemudian tumbuh pusat osifikasi sekunder dalam kartilago epifisis
pada kedua ujung tulang panjang.
8) Semua elongasi tulang yang terjadi selanjutnya adalah hasil dari
pembelahan sel- sel kartilago dalam lempeng epifisis.
9) Saat pertumbuhan seseorang penuh seluruh kartilago dalam lempeng
epifisis menjadi tulang dan akan berhenti.

Gambar Zona pertumbuhan tulang secara Endrokondral.

Gambar Mekanisme Secara Endokondral

14
2. Suplai Darah dan Persyarafan
a. Suplai Darah
1) Tulang-tulang panjang
a) Arteri nutrisia : arteri tunggal yang berbelok-belok masuk
foramen nutrisia oblik ke atas atau ke bawah menuju ke arah
yang berlawwanan untuk pertumbuhan tulang, satu arteri
disertai dengan 1-2 buah vena selama dalam korteks arteri
memberikan cabang-cabang menuju kanalis havers.
b) Arteri periosteale : arteri kecil yang menyuplai perousteum
berjalan sepanjang perlengketan otot.
c) Arteri metapisiale : rangkaian yang membentuk anastomosis
di sekeliling sendi yang di sebut sirkulus vaskulosus,
cabangnya masuk melalui foramina vaskularis tempat
keluarnya vena-vena epifise.
2) Tulang-tulang gepeng. Arteri epifisiale sebuah arteri nutrisia
tunggal dan bercabang-cabang, sejumlah cabang menyuplai
substansia spongeosa dalam substansia kompakta tulang.
3) Tulang-tulang iga. Arteri nutrisia memasuki tulang distalis dari
tuberkulum kosta dan membagi diri menjadi cabang-cabang
anterior longus dan posterior brevis yang menyuplai seluruh bagian
tulang iga.
4) Tulang-tulang vertebrae. Terdapat 2 arteri yang besar memasuki
permukaan posterior korpus vertebrae. Arkus neuralis disuplai oleh
pembuluh darah yang memasuki prosesus transversus, bercabang
menuju prosesus spinosus foramina ke vena vertebralis pada
permukaan posterior korpus vertebra
b. Persyarafan
Pada Manusia, khusus pada sum-sum tulang belakang merupakan
penghubung antara otak dan tubuh. Pada sum-sum tulang belakang
terdapat 31 saraf yang di namakan saraf spinal. Selain pada sum-sum
tulang belakang, saraf juga terdapat di :
1) Persarafan pada tulang wajah
a) Foramen Supraorbital disarafi oleh nervus Supraorbitalis
b) Foramen Infraorbital disarafi oleh nervus Infraorbitalis
c) Os Mentalis disarafi oleh nervus Mentalis
d) Foramina fosa insisivus disarafi oleh nervus Nasopalatimus
e) Os maxilla disarafi oleh nervus maxilaris
f) Foramen mandibularis disarafi oleh nervus alveolaris inferior

15
g) Os zygomatikum disarafi oleh nervus infraorbitalis
h) Meatus auditori eksterna disarafi oleh nervus
vestibulokoklearis
2) Persarafan pada tulang ektremitas atas
a) Skapula disarafi oleh Nervus Dorsalis skapulae, nervus
supraskapularis,dan nervus subskapularis
b) Toraks disarafi oleh nervus Torakikus longus,nervus
Pektoralis medialis, nervus Torakodorsalis dan nervus
Pektoralis lateralis.
c) Klavikula disarafi oleh nervus supraclavicularis
d) Humerus disarafi oleh nervus Aksilaris dan nervus
Muskulokutaneus
e) Radius disarafi oleh nervus Radialis
f) Ulna disarafi oleh nervus ulnaris
g) Karpal disarafi oleh nervus interoseus posterior
3) Persarafan pada tulang ekstremitas bawah
a) illium disarafi oleh nervus ilioinguinalis.
b) Foramen obturatorium disarafi oleh nervus obturatorius
c) Femur disarafi oleh nervus nervus femoralis dan nervus
iskiadikus
d) Tibia disarafi oleh nervus tibialis
e) Fibula disarafi oleh nervus fibularis
f) Tarsal disarafi oleh nervus fibularis profunda
dan nervus fibularis superfisialis
g) Phalanges disarafi oleh nervus plantaris medialis
dan nervus plantaris lateralis

D. Sifat Dinamis Tulang


1. Efek Latihan Pada Tulang
Walaupun tampak keras seperti batu, sebenarnya tulang adalah jaringan
yang hidup dan dinamis, yang terus-menerus mengalami proses regenerasi
yang dikenal sebagai remodelling. Tulang terdiri dari matriks protein, yang
tertanam dalam mineral seperti kalsium dan fosfor yang membuat tulang keras.
Proses remodeling mengikuti suatu siklus. Pada tahap pertama dari siklus,
terjadi proses resorpsi dimana sel memecah dan tulang mengalami
demineralisasi. Setelah itu, sel-sel lain dalam tulang akan mengalami
remineralisasi dan membangun kembali tulang dalam proses yang disebut
formasi. Semua ini tidak terjadi dalam semalam. Siklus remodeling biasanya

16
memakan waktu berbulan-bulan, dan pada waktu tertentu, ada daerah tertentu
dalam tulang yang sama yang sedang diresorpsi, sementara daerah lain dalam
tahap pembentukan.
Tekanan untuk menopang berat badan dan beban dari tarikan mekanik
yang terjadi saat kontraksi otot selama latihan, merangsang proses remodeling
tulang. Sekitar periode pubertas (selama kira-kira 2 tahun), kepadatan mineral
tulang mencapai kurang lebih seperempat dari total kepadatan mineral dalam
tulang, dan sekitar 95 % dari massa tulang tercapai pada akhir masa remaja.
Oleh karena itu, ini merupakan windows of opportunity untuk meningkatkan
massa tulang. Studi menunjukkan bahwa latihan dengan intensitas tinggi,
olahraga ketahanan dan aktivitas olahraga sebelum dan selama masa pubertas
adalah masa paling efektif untuk membentuk tulang yang kuat. Kegiatan yang
melibatkan melompat akan sangat berguna. Dengan demikian, kunci penting
untuk membantu memastikan adanya tulang yang kuat seumur hidup, adalah
dengan memaksimalkan kepadatan mineral tulang selama masa pubertas saat
remaja dan masa dewasa awal. Caranya, dengan mendorong partisipasi remaja
untuk berpartisipasi dalam berbagai aktivitas fisik dan olahraga secara reguler.
Puncak massa tulang, biasanya terjadi pada dekade ketiga kehidupan.
Setalah masa itu, laju resorpsi dan pembentukan tulang relatif stabil. Namun
ketika berusia 40-an tahun, resorpsi mulai melampaui laju pembentukan dan
mulai mengalami penurunan massa tulang. Rata-rata usia menopause adalah
sekitar 50 tahun, dan ini menandai saat ketika wanita kehilangan massa tulang
dengan sangat cepat.
Tingkat kecepatan kehilangan massa tulang terkait dengan penurunan
hormon estrogen yang bersirkulasi. Estrogen menghambat aktivitas sel-sel
yang memecah/ resorpsi tulang. Namun, dengan menurunnya kadar estrogen
saat masa menopause, aktivitas sel-sel yang memecah tulang tidak terhambat.
Akibatnya, tingkat resorpsi tulang meningkat sedangkan tingkat pembentukan
tulang tidak bisa mengikuti kecepatan resorpsi tulang. Hal tersebut sering
berakhir dengan penurunan tajam dalam massa tulang selama masa
menopause.
Untungnya, olahraga tampaknya memiliki efek positif pada massa
tulang selama masa dewasa. Sebagian besar penelitian tentang hubungan antara
olahraga dan kepadatan mineral tulang, dilakukan pada wanita karena wanita
memiliki risiko lebih besar untuk menderita patah tulang seiring dengan
pertambahan usia, dibanding laki-laki. Studi menunjukkan bahwa latihan
ketahanan yang Anda lakukan, apakah berjalan, jogging, atau berlari,
cenderung berdampak positif pada massa tulang. Dan ini tampaknya benar bagi
wanita sebelum maupun sesudah menopause.

17
Pelatihan ketahanan secara progresif dengan menggunakan lift yang
memuat pinggul dan punggung, mungkin lebih efektif untuk membangun
kepadatan mineral tulang pada wanita premenopause dan postmenopause. Pada
wanita muda, pelatihan ketahanan secara progresif dan berlari meningkatkan
kepadatan mineral tulang di punggung bagian bawah. Dan meskipun belum
banyak penelitian pada pria terkait hal ini, efek serupa diprediksi juga dialami
oleh pria.
Pesan utama dari studi ini adalah bahwa latihan beban dan latihan
ketahanan secara progresif, dapat membantu melindungi kesehatan dan
kekuatan tulang Anda, terlepas dari usia dan jenis kelamin. Untuk orang
dewasa, American College of Sports Medicine merekomendasikan kombinasi
latihan beban hampir setiap hari, dan latihan resistensi progresif 2-3 kali per
minggu. Dengan menerapkan latihan pada Tulang, aktivitas enzim pada tulang
meningkat serta kepadatan,kekuatan, dan besarnya tulang juga meningkat,
selain mencegah pengeroposan tulang. Permukaan tulang juga akan bertambah
kuat dengan adanya tarikan otot yang terus menerus.
2. Efek Nutrisi Dan Hormon Pada Tulang
Nutrisi dan hormone sangat berkaitan dengan proses remodeling tulang.
Berkaitan dengan nutrisi, Ternyata asupan kalori merupakan faktor penting
dalam memperkuat tulang. Beberapa atlet, khususnya wanita yang terlibat
dalam olahraga ketahanan seperti lari, atau olahraga dimana kerampingan
dianggap ideal seperti menari dan senam, membatasi asupan kalori sementara
masih berlatih dan bersaing dengan intensitas yang tinggi.
Tubuh menyesuaikan diri dengan keadaan kekurangan kalori, dan atlet
ini mungkin memiliki berat badan yang sangat stabil, meskipun mengkonsumsi
asupan rendah kalori. Tapi beban fisiologis terhadap keadaan ini, sangat tinggi.
Kalori berharga yang dikonsumsi, digunakan untuk memenuhi kebutuhan
energi untuk berlatih dan bersaing. Sayangnya, ini berarti tidak ada cukup
kalori tersisa untuk mendukung fungsi fisiologis normal lainnya. Fungsi
reproduksi sering menjadi korban akibat asupan kalori yang terlalu rendah.
Seringkali, atlet ini berhenti berovulasi dan berhenti mengalami menstruasi.
Mungkin pertamanya hal ini tampak sebgai sesuatu yang menyenangkan, tapi
efek pada tulang sangat buruk.
Menstruasi berhenti, karena hormon yang terlibat dalam fungsi
reproduksi, seperti estrogen, jumlahnya berkurang karena tubuh kekurangan
kalori untuk membentuk estrogen. Namun, seperti pada orang yang
menopause, ketika mengambil efek estrogen sebagai penghambat sel-sel yang
memecah tulang, tiba-tiba kecepatan resorpsi tulang jauh melebihi kecepatan
pembentukan tulang. Sementara jumlah siklus menstruasi yang terlewati

18
semakin bertambah, kepadatan mineral tulang terus menurun yang
menyebabkan tulang menjadi lemah. Bahkan, wanita yang aktif secara fisik
namun memiliki siklus mentruasi yang tidak teratur, memiliki risiko patah
tulang stres 2-4 kali lebih besar daripada wanita dengan siklus menstruasi yang
teratur.
Untungnya, siklus menstruasi dan fungsi reproduksi yang normal, dapat
dikembalikan dengan meningkatkan kalori yang tersedia, dan ini dapat
menormalkan proses remodeling tulang. Jadi, urutan pertama adalah
meningkatkan ketersediaan kalori. Lakukan ini dengan baik meningkatkan
asupan kalori, mengurangi latihan , atau kombinasi keduanya. Apapun
pendekatan yang ambil untuk meningkatkan ketersediaan kalori demi
mendukung fungsi fisiologis yang normal, pertahankan hingga siklus
menstruasi menjadi normal kembali dan lanjutkan terus saat berlatih dan
bersaing.
Selain menambah asupan kalori, pastikan bahwa menyediakan nutrisi
penting lainnya yang dibutuhkan untuk mendukung remodeling tulang yang
optimal, termasuk kalsium, vitamin D, dan protein . Menurut American College
of Sports Medicine, jumlah harian yang dibutuhkan untuk membangun tulang
adalah 1,000- 1,300 mg kalsium dan 400-800 IU vitamin D. Produk susu adalah
sumber kalsium dan vitamin D yang baik. Sebagai contoh, segelas susu
menyediakan sekitar 300 mg kalsium dan 100 IU vitamin D. Seporsi yogurt
menyediakan sekitar 300 mg kalsium dan 80 IU vitamin D. Produk lain yang
kaya kalsium adalah keju, yogurt beku, es krim dan tahu (menyediakan sekitar
150 mg kalsium per porsi). Jika ada pembatasan asupan produk susu, suplemen
kalsium dan vitamin D mungkin diperlukan untuk secara konsisten mencapai
asupan yang optimal bagi kesehatan tulang.
Rekomendasi harian untuk protein demi mendukung tulang yang kuat
adalah 0,5-0,7 gram per lb (1,2-1,6 gram per kg) berat badan. Ini setara dengan
sekitar 63-88 gram protein setiap hari untuk atlet dengan berat badan 125 -
pound (57 kg). Asupan protein sebagian besar atlet adalah sekitar jumlah
tersebut, meskipun atlet vegetarian mungkin harus ekstra perhatian dalam
memastikan kecukupan asupan protein mereka. Akhirnya, nutrisi lain yang
penting dalam proses remodeling tulang adalah vitamin C, vitamin K, seng,
tembaga, dan mangan. Dengan demikian, mengkonsumsi berbagai macam
makanan akan membantu memastikan kecukupan berbagai macam nutrisi yang
dibutuhkan untuk kesehatan tulang.
Berikut penjabaran faktor genetik dan hormon yang mempengaruhi
pertumbuhan tulang :
a. Herediter (Genetic)

19
Tinggi badan anak secara umum bergantung pada orang tua, anak-anak
dari orang tua yang tinggi biasanya mempunyai badan yang tinggi juga.
b. Faktor Endokrin
1) Hormone paratiroid (PTH) satu sama lain saling berlawanan dalam
memelihara kadar kalsium darah. Sekresi PTH terjadi dengan cara:
a) Merangsang osteoklas, reapsobsi tulang dan melepas kalsium ke
dalam darah.
b) Merangsang absorbsi kalsium dan fosfat dari usus
2) Tirokalsitonin, hormone yang dihasilkan dari sel-sel parafolikuler dari
kelenjar tiroid, cara kerjanya menghambat resorbsi tulang.
3) Hormone pertumbuhan yang di hasilkan hipofise anterior penting
untuk proliferasi (bertambah banyak) secara normal dari rawan
epifisealis untuk memelihara tinggi badan yang normal dari
seseorang.
4) Tiroksi bertanggung jawab untuk pertumbuhan tulang yang layak,
remodeling tulang dan kematangan tulang.
5) HGH (Human Growth Hormone), yang dikeluarkan oleh kelenjar
pituitary. Semakin dewasa jumlah hormone ini semakin berkurang
6) Estrogen : mencegah proses perombakan tulang oleh osteoklas.
7) Progesteron : Pemberian terapi hormon estrogen disarankan tidak
dipisahkan dari terapi hormon progesteron. Memang estrogen akan
mengurangi perombakan tulang, tapi tidak meningkatkan
pembentukan tulang baru. Akibatnya, otot yang sudah tua dan rusak
karena kerja fisik, tak diperbaharui. Untuk itulah diperlukan
progesteron, hormon yang berperan penting dalam pembentukan
tulang baru. Sebuah penilitian diketahui bahwa progesteron akan
terikat pada osteoblas, sel yang membuat tulang baru, dan membantu
osteoblas menangkal efek negative dari obat-obatan yang
mengandung steroid.
3. Skeleton Sebagai Cadangan Kalsium
Rangka tersusun atas tulang. Di dalam tulang terdapat berbagai mineral
seperti kalsium, kalium, dan natrium. Kalsium (zat kapur) merupakan mineral
utama pembentuk tulang. Sebagai cadangan mineral, tulang rangka
menyimpan cadangan energi dalam bentuk lemak yang disimpan pada sumsum
tulang kuning.
Kalsium merupakan mineral yang paling banyak terdapat didalam
tubuh manusia. Kira-kira 99% kalsium terdapat di dalam jaringan keras yaitu
pada tulang dan gigi. 1% kalsium terdapat pada darah, dan jaringan lunak.

20
Tanpa kalsium yang 1% ini, otot akan mengalami gangguan kontraksi, darah
akan sulit membeku, transmisi saraf terganggu, dan sebagainya.
Untuk memenuhi 1% kebutuhan ini, tubuh mengambilnya dari
makanan yang dimakan atau dari tulang. Apabila makanan yanag dimakan
tidak dapat memenuhi kebutuhan, maka tubuh akan mengambilnya dari tulang.
Sehingga tulang dapat dikatakan sebagai cadangan kalsium tubuh. Jika hal ini
terjadi dalam waktu yang lama, maka tulang akan mengalami pengeroposan
tulang.
4. Penyembuhan Patah tulang
Penyembuhan Fraktur secara garis besar terdiri atas 2 kombinasi proses
yaitu intermembranous dan endochondral. Proses endochondral dimulai ketika
periosteum robek ketika terjadi fraktur, sedangkan pada proses
intramembranous dimulai terbentuk soft callus hingga hard callus.
Berikut ini Proses Penyembuhan Fraktur / Patah tulang, berdasarkan Apley &
Solomon (1995: 240), adalah sebagai berikut :
a. Pembentukan Hematom
Tahap ini dimulai setelah fraktur sampai hari ke 5 terjadi perdarahan,
dalam 24 jam pertama terbentuk darah dan fibrin yang masuk ke daerah
fraktur, setelah 24 jam pertama, suplai darah meningkat ke daerah fraktur
dan terbentuk hematom. Hematom berkembang menjadi jaringan
granulasi.
b. Proliferasi Seluler
Tahap / proses ini terjadi sampai hari ke 12. Pada area fraktur, periosteum
endosteum dan sum-sum tulang yang mensuplai sel, berubah menjadi fibro
kartilago, kartilago hialan dan jaringan penunjang, fibrosa terjadinya
osteogenesis dengan cepat.
c. Tahap Pembentukan Kalus
Enam sampai sepuluh hari setelah fraktur / cidera, jaringan granulasi
berubah menjadi bentuk prakalus, prakalus menjadi puncak ukuran
maksimal pada 14 – 21 hari setelah cidera.
d. Tahap Osifikasi Kalus
Tahap osifikasi kalus ini terjadi sampai minggu ke dua belas. Membentuk
osifikasi dan kalus intermediate pada minggu ke 3 sampai 10 kalus
menutupi tulang.
e. Tahap Konsolidasi
Dengan aktifitas osteoblas dan osteoklast, kalus mengalami pembentukan
tulang sesuai dengan bentuk aslinya
f. Tahap Remodelling

21
Bilamana union telah lengkap, maka tulang yang baru akan membentuk
bagian yang meyerupai bulbus yang meliputi tulang. Pada fase remodeling
ini perlahan – lahan terjadi resorpsi. Kalus intermediet berubah menjadi
tulang yang kompak dan berisi system haversian dan kalus bagian dalam
akan mengalami peronggaan untuk membentuk susmsum. Pada fase
terakhir ini, dimulai dari minggu ke 8 – 12 dan berakhir sampai beberapa
tahun dari terjadinya fraktur.

Gambar Proses Penyembuhan Fraktur

5. Penuaan dan Sistem Tulang


Penuaan adalah konsekuensi yang tidak dapat dihindarkan. Menua
(menjadi tua) adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memeperbaiki diri/mengganti dan
mempertahankan fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap
infeksi dan memperbaiki kerusakan yang diderita.
Proses menua bukan merupakan suatu penyakit, melainkan suatu masa
atau tahap hidup manusia, yaitu; bayi, kanak-kanak, dewasa, tua, dan lanjut
usia. Proses menua dapat menyebabkan berkurangnya daya tahan tubuh dalam
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Walaupun
demikian, memang harus diakui bahwa ada berbagai penyakit yang sering
menghinggapi kaum lanjut usia. Sebenarnya tidak ada batas yang tegas, pada
usia berapa penampilan seseorang mulai menurun. Pada setiap orang, fungsi
fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapain puncak
maupun menurunnya.
Banyak faktor yang menyebabkan setiap orang menjadi tua melalui
proses penuaan. Pada dasarnya berbagai faktor tersebut dapat dikelompokkan
menjadi faktor internal dan faktor eksternal. Beberapa faktor internal adalah
radikal bebas, hormon yang menurun kadarnya, sistem kekebalan tubuh yang
menurun dan juga faktor genetik. Sedangkan faktor eksternal adalah gaya
hidup yang tidak sehat, diet yang tidak sehat, kebiasaan hidup yang salah,

22
paparan polusi lingkungan dan sinar ultraviolet, stress dan penyebab sosial lain
seperti kemiskinan. Kedua faktor ini saling terkait dan memainkan peran yang
besar dalam penyebab proses penuaan.
Pada tulang ciri-ciri perubahan fisik adalah perubahan struktur dan
fungsi bervariasi diantara individu selama proses penuaan. Perubahan yang
bermakna terjadi mulai usia pertengahan. Secara umum perubahan sacara
fisiologis adalah :
a. Penurunan tinggi badan sekitar 6-10 cm.
b. Lebar bahu menurun.
c. Fleksi pada lutut dan panggul.
d. Patah tulang akibat kompresi dari vertebrae.
e. Jalan goyah karena perubahan otot dan fungsi motorik.
f. Berkurangnya serta dan diameter otot.
g. Jumlah mineral dalam tulang berkurang.
h. Pembentukan tulang berkurang
i. Resorbsi tulang bertambah.
j. Tendon dan jaringan pengikat bertambah kaku
k. Tulang rawan persendian makin tipis
Perubahan secara klinis dimanifestasikan oleh adanya :
a. Kekuatan berkurang.
b. Cenderung patah tulang ( osteoporosis )
c. Sendi kaku dan cenderung inflamasi
d. Terjadi Resorpsi Tulang
Resorpsi tulang merupakan proses pendegradasian dari matriks tulang
oleh osteoklas. Resorpsi tulang inidapat dikatakan pula suatu proses
pengerusakan tulang oleh osteoklas yang berdampak pada pengeluaranisi
atau bahan pembentuk matriks tulang. Osteoklas ini sejenis dengan
makrofag yang khusus berada ditulang. Proses resorpsi tulang ini
bertujuan dalam mengatur kadar kalsium dalam tubuh dan tahapan dalam
bone remodelling atau pembaharuan matriks tulang yang rusak.
Menariknya proses ini diatur oleh berbagaimacam komponen
pendukung (inisiator) dan penghambat (inhibitor). Kedua komponen ini
pentingan agar resorpsi tulang dapat terjadi dalam keadaan normal
sehingga tidak menimbulkan masalah dalam tubuh kita. Akibat resorpsi
juga menimbulkan penurunan massa tulang.
e. Penurunan Fungsi Hormon

23
Estrogen merupakan hormon kelas steroid yang banyak diproduksi pada
wanita. Hormon ini berperandalam mengatur siklus menstruasi wanita.
Selain berperan dalam bidang reproduksi, estrogen berperandalam
mengatur tulang, yaitu dengan menghambat terjadinya resorpsi tulang.
Oleh karena itu pada wanitayang telah mengalami menopause dimana
kadar hormon tersebut berkurang pesat produksinya, degradasitulang akan
cepat terjadi sehingga menimbulkan keropos pada tulang yang biasanya
disebut osteoporosis.Dilihat dari penyebab penyakit ini, kita tak dapat
berasumsi dengan meningkatkan kadar asupan kalsium yang merupakan
struktur pembentuk tulang dapat mengobati penyakit ini. Masalah dari
penyakit ini adalahmeningkatnya aktivitas osteoklas dalam tulang bukan
kurangnya kadar kalsium dalam diri Osteoporosis dapat menyebabkan
tulang mudah patah, biasanya terjadi pada tulang belakang
yangmenyebabkan terjadinya pembungkukkan tubuh serta nyeri
punggung akibat tertekannya saraf, dan tulang panggul yang menyebabkan
kelainan dalam pengaturan berat tubuh sehingga terjadi kesulitan dalam
berjalan
Selain itu, menurunnya kadar HGH, juga mempengaruhi. Karena hanya
tersisa 25% hormone HGH yang tersisa pada seseorang yang berumur 65
tahun. Sedangkan tulang membutuhkan hormone tersebut untuk proses
fisiologis sepanjang hidup.

24
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Tulang adalah jaringan ikat yang terdiri dari sel, serat, dan matriks ekstraselular.
Fungsi utama tulang sebagai kerangka tubuh yang kaku, dan memberikan tempat
perlekatan pada otot dan organ yang terdapat pada tubuh seseorang. Ada lima jenis
ukuran tulang dalam tubuh manusia: panjang, pendek, datar, tidak teratur, dan
sesamoid. Struktur tulang dibagi menjadi dua, yaitu rangka aksial (sumbu tubuh)
dan rangka apendikuler (anggota tubuh). Matrik tulang pada manusia terdiri dari
tulang keras dan tulang rawan.

B. Saran
Isi makalah dan beberapa pembahasan di atas tiadak sepenunya sempurna, untuk
itu penulis mohon kepada para pembaca agar dapat memberikan kritik dan saran
yang baik. Harap maklum jika terdapat adanya beberapa kejanggalan dan
ketidaksempurnaan makalah. Atas perhatian para pembaca, penulis mengucapkan
terima kasih.

25

Anda mungkin juga menyukai