Anda di halaman 1dari 32

Pemeriksaan

Laboratorium DASAR FORENSIK

oleh:

dr. Muhammad Akbar Hasibuan

Pembimbing:

dr. Asan Petrus, M.Ked(For), Sp.F


PENDAHULUAN
Latar Belakang 
• Dalam melakukan pemeriksaan forensik, perlu dilakukan pemeriksaan penunjang untuk memperjelas dan
membuktikan kebenaran suatu kasus.

• Pada setiap kejadian kejahatan hampir selalu ada barang bukti yang tertinggal, seperti yang dipergunakan oleh
seorang ahli hukum kenamaan Italia yang bernama E. Ferri, 1859-1927, bahwa ada yang dinamakan ”saksi diam”
yang tdd:
1. Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan.
2. Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan.
3. Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh si penjahat pada tempat kejadian.
4. Benda-benda yang terbawa oleh si penjahat baik yang berasal dari benda atau tubuh manusia yang
mengalami kekerasan maupun yang berasal dari tempat kejadian.
5. Benda-benda yang tertinggal pada benda atau tubuh manusia yang mengalami kekerasan atau ditempat
kejadian yang berasal dari alat atau senjata yang dipakai ataupun berasal dari si penjahat sendiri.

• Bila ”saksi diam” tersebut diteliti  ilmu forensik  kejahatan terungkap, bahkan korban yang sudah
membusuk /hangus serta pelakunya akan dapat dikenali.

• Pemeriksaan penunjang khususnya pemeriksaan laboratorium sederhana  sangat dibutuhkan


keberadaannya dalam membantu kita sebagai dokter forensic  memperjelas suatu kasus kejadian kejahatan
Barang bukti

Jenis-jenis Barang BUKTI


Cairan tubuh: darah, semen, air liur, urin, keringat, feses
Jaringan tubuh: Sampel dari berbagai organ yang dikumpulkan saat otopsi untuk pemeriksaan
histopatologi bersama dengan darah, urin dan isi  toksikologi.
Obat dan bahan-bahan tertentu
bukti fisik yang secara
umum disebutkan Serat atau fiber, Bahan alam seperti kapas atau benang wol. Bahan atau serat sintetis seperti rayon
sebagai sejumlah dan dacron  identifikasi dan perbandingan
material baik dalam Jari-jari telapak tangan dan telapak kaki  identifikasi dan perbandingan.
jumlah banyak atau
sedikit yang dibuktikan Material yang mudah meledak dan api
melalui pemeriksaan Bahan cairan padat ataupun sisa hasil bakaran, Peluru atau proyektil dan tes senjata melalui jarak
yang ilmiah dan analisis
berkaitan tindak pidana tembakan dan kemampuan kerja dari masing-masing senjata,
telah terjadi. Kaca, Pecahan kaca dapat dihubungkan  menganalisa, atau memperkirakan arah kekerasan yang
terjadi atau urutan arah penembakan.
Analisa gelas juga digunakan untuk rekonstruksi kecelakaan lalu lintas,
Rambut untuk identifikasi spesies (hewan atau manusia),
Nomor seri mesin, Tanah dan mineral, kayu dan tanaman lain
Dokumen yang dipertanyakan Bentuk dari bukti fisik yang mungkin berisi tulisan tangan, ketikan,
salinan atau tulisan yang dihasilkan komputer Pemeriksaan  analisa tinta dan kertas, juga
perbandingan tulisan tangan untuk memperkirakan keaslian.
Manfaat Pemeriksaan Laboratorium
• Menentukan elemen criminal,
• Membantu investigasi untuk sebuah kasus,
• Mencari kaitan antara Tempat Kejadian Perkara atau korban terhadap tersangka,
• Mematahkan pernyataan seorang tersangka atau alibi,
• Mengidentifikasi tersangka,
• Memacu pengakuan tersangka melalui barang bukti yang diperiksa,
• Menyelamatkan/ membebaskan seorang tertuduh yang tidak bersalah,
• Memberi masukan data bagi keputusan hakim di pengadilan

Pemeriksaan laboratorium forensik terhadap berbagai macam barang bukti

Pengambilan sampel dan


Wadah sampel Pengawetan sampel
pengawetan
Jenis-jenis sampel untuk pemeriksaan lanjutan di laboratorium adalah sebagai berikut:
• vena femoralis dan vena iliaka. vena aksilaris
• vena jugularis karena sudah terkontaminasi oleh refluk cairan
dari rongga dada. Darah juga tidak boleh diambil dari rongga
Darah badan
Bahan yang paling banyak ditemukan melalui pemeriksaan darah:
Alkohol, Karbon Monoksida, Narkotika

Urin
Diambil sebelum otopsi, melalui pungsi suprapubik. • Cara pengambilan sampel:
Jika urin ingin diambil setelah otopsi maka terlebih • Sejumlah 20 – 30 cc urin dimasukkan dalam tabung/toples.
dahulu organ di dalam perut dikeluarkan kandung • Tidak diperlukan pengawet kecuali jika sampel tidak segera
kemih diangkat dan di aspirasi menggunakan spuit. dikirim ke laboratorium. Pengawet yang diperlukan adalah
Insisi pada permukaan ventral kandung kemih lalu sedikit sodium azide.
aspirasi urin dilakukan dengan spuit.

Lambung beserta isi dan bahan muntahan • Cara pengambilan sampel.


Bahan muntahan yang diperoleh dari korban hidup • Curvatura mayor lambung boleh dibuka kemudian isi
atau muntahan yang ditemukan di tempat kejadian
perkara (TKP) dimasukkan dalam toples lalu ditutup lambung dibiarkan tetap dalam wadahnya. Kadangkala
rapat. pihak laboratorium membutuhkan dinding lambung
untuk memeriksa adakah bahan kimia yang melekat di
Lambung dan isinya yang diperoleh dari otopsi
dimasukkan dalam toples dinding lambung.
Feses
Feses tidak selalu diperlukan untuk analisa • Sebanyak 20 – 30 gram feses dimasukkan dalam wadah
toksikologik kecuali jika dicurigai adanya tertutup.
intoksikasi logam berat, misalnya arsen,
merkuri, timah.

Hati, Empedu dan Organ Dalam lainnya


Hati merupakan organ tubuh yang harus diambil
ketika otopsi mengingat bahwa hampir semua zat yang
masuk ke dalam tubuh mengalami metobolisme di • Cara pengambilan sampel: Kandung empedu beserta isinya
dalam hati. Cairan empedu sangat berguna untuk langsung dimasukkan botol tanpa diaspirasi dengan spuit.
menemukan morfin dan klorpromazine. Keduanya
terkonsentrasi dalam hati kemudian dibuang melalui
kandung empedu

• Diperiksa terutama pada korban yang dicurigai keracunan


logam berat kronis seperti keracunan arsen, antimony,
Rambut dan Kuku thalium, batang rambut beserta akhirnya dan potongan
kuku harus diikutsertakan untuk pemeriksaan. Disamping
itu bermanfaat pula untuk pemeriksaan DNA.
Wadah sampel
• Bervariasi
• Setiap laboratorium memiliki peralatan tersendiri untuk menampung sampel.
• Peralatan- peralatan ini biasanya dilengkapi dengan spuit dan jarum steril untuk mengambil sampel. Tidak lupa
juga menyertakan petunjuk pengambilan dan pengawetan sampel.

Beberapa persyaratan wadah sampel, yaitu:


Wadah tersebut baik masih baru atau
pernah dipakai, harus dipastikan telah Sampel darah ditampung dalam Urin dan kandung empedu beserta
dicuci dan disteril sebelum digunakan. tabung/botol 30 ml atau tabung isinya ditampung dengan wadah
Bukan hanya bersih secara fisik juga plastik 5 ml. 30 ml.
bersih secara biologi dan kimia.

Hati dimasukkan dalam wadah berisi 3


Lambung dan isinya ditampung liter. Namun jika laboran hanya Cairan humour vitreus dan liqour
dalam wadah toples kaca atau membutuhkan sedikit irisan hati, cerebrospinal cukup dengan
plastik berukuran 250 ml. maka cukup dipakai wadah berisi 250- tabung 5 ml.
500 gram.

Wadah yang terbuat dari polypropylene tidak dianjurkan dipakai sebagai wadah sampel yang mudah berdifusi seperti berbagai
zat yang bisa menguap (volatile substance: arson). Untuk zat tersebut lebih baik digunakan wadah yang terbuat dari nylon.
 

Pengawetan Sampel
• Fungsi  menahan agar tidak terjadi perubahan pada sampel bila sampel tidak langsung diperiksa
sesaat setelah pengambilan sampel.
• Bahan pengawet  larutan sodium fluoride/potassium fluoride, selain itu biasanya ditambahkan EDTA
yang berfungsi untuk mempertahankan darah agar tidak menggumpal.
• pengawetan yang digunakan untuk pemeriksaan histopatologi larutan formalin 10%, (1:3)

Fluoride juga diperlukan sebagai pengawet beberapa bahan:


 Urin dan humor vitreus jika ada kecurigaan alkohol didalamnya.
 Pada Darah dipakai untuk pengawet sampel yang dicurigai mengandung kokain Catatan: pembuluh
darah femoral, jantung
PEMERIKSAAN BARANG BUKTI DAN INTERPRETASI

DARAH
1. PEMERIKSAAN DARAH
 salah satu pemeriksaan yang paling sering dilakukan pada laboratorium forensik.
 membantu identifikasi pemilik darah tersebut.

Pemeriksaan bercak darah antara lain dengan menggunakan luminol, benzidin, tes Teichmann, fluoresin,
leukokristal violet, leokomalasit hijau, Amido Black, DAB, dan TMB, ketiga teknik yang terakhir disebutkan selain
digunakan untuk visualisasi bekas bercak darah dapat pula digunakan untuk sidik jari dan sidik peralatan.
2. PENENTUAN DARAH MANUSIA ATAU BUKAN
Setelah dipastikan bahwa bercak darah  tentukan bahwa darah tersebut berasal dari manusia atau
bukan.
 
a. Test Presipitin Cincin 

• Menggunakan metode pemusingan sederhana antara dua cairan didalam tube.

• Dua cairan tersebut adalah antiserum dan ekstrak dari bercak darah yang diminta untuk diperiksa.

• Cara pemeriksaan:
Antiserum ditempatkan pada tabung kecil dan sebagian kecil ekstrak bercak darah ditempatkan secara
hati-hati pada bagian tepi antiserum. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1,5 jam. Pemisahan
antara antigen dan antibody akan mulai berdifusi ke lapisan lain pada perbatasan kedua cairan.

• Hasil:
Akan terdapat lapisan tipis endapan atau precipitate pada bagian antara dua larutan. Pada kasus bercak
darah yang bukan dari manusia maka tidak akan muncul reaksi apapun.
b. Reaksi presipitasi dalam agar.
• Cara pemeriksaan :
Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah
agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2 mm, yang dikelilingi oleh lubang-
lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai
derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber)
pada temperature ruang selama satu malam.

• Hasil :
Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan lubang tepi.
Pembuatan agar buffer :
1 gram agar; 50 ml larutan buffer Veronal pH 8.6; 50 ml aqua dest; 100 mg. Sodium Azide. Kesemuanya
dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer, tempatkan dalam penangas air mendidih sampai terbentuk agar cair.
Larutan ini disimpan dalam lemari es, yang bila akan digunakan dapat dicairkan kembali dengan menempatkan
labu di dalam air mendidih. Untuk melapisi gelas obyek, diperlukan kurang lebih 3 ml agar cair yang dituangkan
ke atasnya dengan menggunakan pipet.
3. JENIS GOLONGAN DARAH

• Pemeriksaan golongan darah pada bercak darah yang sudah kering dilakukan dengan metode Absorpsi-elusi.

• Cara: Antiserum diteteskan pada bercak darah, biarkan beberapa saat agar antibody bereaksi mengikat
antigen. Kemudian serum yang tidak bereaksi dicuci supaya antibodi dapat dihilangkan. Panaskan dalam
temperatur 550 agar ikatan antibodi dengan antigen terlepas (elusi). Terakhir, antibody yang terlepas
ditambahkan dengan sel darah merah yang telah diketahui golongan darahnya.

• Tes ini sulit, tes ini dimungkinkan oleh karena antigen yang terdapat pada permukaan sel tetap utuh walaupun
sel-selnya telah hancur. Dengan demikian penentuan golongan darah dalam tubuh ini dilakukan secara tidak
langsung.
 
SPERMA DAN AIR MANI
•  agak putih kekuningan, keruh dan berbau khas.
• Pada saat ejakulasi kental kemudian akibat enzim proteolitik menjadi cair dalam waktu yang singkat (10-20 menit).
• Keadaan normal, volume cairan mani 3 – 5 ml pada 1 kali ejakulasi dengan pH 7,2 – 7,6.
• Cairan mani mengandung spermatozoa, sel-sel epitel dan sel-sel lain yang tersuspensi dalam cairan yang disebut
plasma seminal yang mengandung spermion dan beberapa enzim sepertri fosfatase asam. Spermatozoa mempunyai
bentuk yang khas untuk spesies tertentu dengan jumlah yang bervariasi, biasanya antara 60 sampai 120 juta per ml.
 
Sperma didalam liang vagina
• Masih dapat bergerak dalam waktu 4 – 5 jam post-coitus;
• Tidak bergerak sampai sekitar 24-36 jam post coital
• Bila wanitanya mati masih akan dapat ditemukan 7-8 hari.

Pemeriksaan cairan mani dapat digunakan untuk membuktikan:


1. Adanya persetubuhan melalui penentuan adanya cairan mani dalam labia minor atau vagina yang diambil dari
forniks posterior
2. Adanya ejakulasi pada persetubuhan atau perbuatan cabul melalui penentuan adanya cairan mani pada pakaian,
seprai, kertas tissue, dsb.

Teknik Pengambilan bahan untuk pemeriksaan laboratorium untuk pemeriksaan cairan mani dan sel mani dalam
lendir vagina, yaitu dengan mengambil lendir vagina menggunakan pipet pasteur atau diambil dengan ose batang
gelas/swab diambil dari forniks posterior, bila mungkin dengan spekulum.
Pada anak-anak atau bila selaput darah masih utuh, pengambilan bahan sebaiknya dibatasi dari vestibulum saja.
PEMERIKSAAN UNTUK MENENTUKAN ADANYA ASAM FOSFATASE
• Merupakan tes penyaring adanya cairan mani, menentukan apakah bercak tersebut adalah bercak mani atau
bukan, sehingga harus selalu dilakukan pada setiap sampel yang diduga cairan mani sebelum dilakukan
pemeriksaan lain.
• Reaksi fosfatase asam dilakukan bila pada pemeriksaan tidak ditemukan sel spermatozoa.
• Tes ini tidak spesifik, hasil positif semu dapat terjadi pada feses, air teh, kontrasepsi, sari buah dan tumbuh-
tumbuhan.
• Dasar reaksi (prinsip) :
Adanya enzim fosfatase asam dalam kadar tinggi yang dihasilkan oleh kelenjar prostat. Enzim fosfatase asam
menghidrolisis natrium alfa naftil fosfat. Alfa naftol yang telah dibebaskan akan bereaksi dengan brentamin
menghasilkan zat warna azo yang berwarna biru ungu. Bahan pemeriksaan yang digunakan adalah cairan vaginal.

• Reagen :
Larutan A
1. Brentamin Fast Blue B 1 g
2. Natrium asetat trihidrat 20 g
3. Asam asetat glasial 10 ml
4. Askuades 100 ml

Reagen (2) dan (3) dilarutkan dalam (4) untuk menghasilkan larutan penyangga dengan pH 5,
kemudian (1) dilarutkan dalam larutan peyangga tersebut.
LARUTAN B

Natrium alfa naftil fosfat 800 mg + aquades 10 ml.


Sebanyak 89 ml Larutan A ditambah 1 ml larutan B, lalu saring cepat ke dalam botol yang berwarna
gelap.
Jika disimpan dilemari es, reagen ini dapat bertahan berminggu-minggu dan adanya endapan tidak akan
mengganggu reaksi.

• Cara pemeriksaan :
Bahan yang dicurigai ditempelkan pada kertas saring yang terlebih dahulu dibasahi dengan aquades
selama beberapa menit. Kemudian kertas saring diangkat dan disemprotkan / diteteskan dengan
reagen. Ditentukan waktu reaksi dari saat penyemprotan sampai timbul warna ungu, karena intensitas
warna maksimal tercapai secara berangsur-angsur.

• Hasil :
Bercak yang tidak mengandung enzim fosfatase memberikan warna serentak dengan intensitas tetap, sedangkan
bercak yang mengandung enzim tersebut memberikan intensitas warna secara berangsur-angsur.

• Waktu reaksi 30 detik merupakan indikasi kuat adanya cairan mani. Bila 30-65 detik, masih perlu dikuatkan
dengan pemeriksaan elektroforesis. Waktu reaksi > 65 detik, belum dapat menyatakan sepenuhnya tidak
terdapat cairan mani karena pernah ditemukan waktu reaksi > 65 detik tetapi spermatozoa positif.
• Enzim fosfatase asam yang terdapat di dalam vagina memberikan waktu reaksi rata-rata 90-100 detik.
Kehamilan, adanya bakteri-bakteri dan jamur, dapat mempercepat waktu reaksi.
Berberio
Reaksi ini dilakukan dan mempunyai arti bila mikroskopik tidak
Pemeriksaan untuk menentukan adanya kristal kholin ditemukan spermatozoa.
Dasar reaksi : Menentukan adanya spermin dalam semen.
Bahan pemeriksaan : cairan vaginal
Reagen :
Metode :
Larutan asam pikrat jenuh.
Florence Cara pemeriksaan (sama seperti pada reaksi Florence) :
Cairan vaginal ditetesi larutan yodium Bercak diekstraksi dengan sedikit akuades. Ekstrak diletakkan pada
kaca objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup. Reagen
Kristal yang berbentuk terlihat di bawah mikroskop dialirkan dengan pipet dibawah kaca penutup.
Bila pada cairan vagina terdapat kristal-kristal kholin Hasil :
yang periodida tampak berbentuk jarum-jarum yang Hasil positif bila, didapatkan kristal spermin pikrat kekuningan
berwarna coklat. berbentuk jarum dengan ujung tumpul. Kadang-kadang terdapat
garis refraksi yang terletak longitudinal. Kristal mungkin pula
berbentuk ovoid.
PENENTUAN GOLONGAN DARAH
Bahan pemeriksaan: cairan vaginal yang berisi air mani dan darah
Metode: Serologi (ABO grouping test)
Hasil yang diharapkan dari pemeriksaan ini adalah golongan darah dari air mani berbeda
dengan golongan darah korban. Pemeriksaan ini hanya dapat dikerjakan bila tersangka pelaku
kejahatan termasuk golongan “sektor”
Pemeriksaan Bercak Mani Pada Pakaian
Cara pemeriksaan :
Secara visual
• Sehelai kertas saring
Bercak mani berbatas tegas dan warnanya lebih
gelap daripada sekitarnya. Bercak yang sudah agak yang telah dibasahi
tua berwarna kekuningan. Pada bahan sutera / akuades ditempelkan
nilon, batas sering tidak jelas, tetapi selalu lebih Secara taktil pada bercak yang
gelap daripada sekitarnya. Pada tekstil yang tidak (perabaan) dicurigai selama 5 – 10
menyerap, bercak segar menunjukkan permukaan Bercak mani teraba menit. Keringkan lalu
mengkilat dan translusen kemudian mengering. kaku seperti kanji. semprotkan / teteskan
Dalam waktu kira-kira 1 bulan akan berwarna Skrining awal dengan reagen. Bila
kuning sampai coklat. Pada tekstil yang menyerap, Pada tekstil yang
tidak menyerap, bila (dengan Reagen terlihat bercak ungu,
bercak segar tidak berwarna atau bertepi kelabu
yang berangsur-angsurmenguning sampai coklat tidak teraba kaku, fosfatase asam) kertas saring
dalam waktu 1 bulan. masih dapat dikenali diletakkan kembali
Dibawah sinar UV bercak semen menunjukkan dari permukaan pada pakaian sesuai
flouresensi putih. Bercak pada sutera buatan atau bercak yang teraba dengan letaknya semula
nilon mungkin tidak berflouresensi. Flouresensi kasar. untuk mengetahui letak
terlihat jelas pada bercak mani pada bahan yang bercak pada kain.
terbuat dari serabut katun. Bahan makanan, urin,
sekret vagina, dan serbuk deterjen yang tersisa
pada pakaian sering berflouresensi juga.
Pemeriksaan Pria Tersangka
• Untuk membuktikan bahwa seorang pria baru saja melakukan persetubuhan dengan
seseorang wanita.

Cara lugol

• Kaca objek ditempelkan dan ditekan pada glans penis, terutama pada bagian kolum, korona serta
frenulum, kemudian letakkan dengan spesimen menghadap kebawah diatas tempat yang berisi larutan
ligol dengan tujuan agar uap yodium akan mewarnai sediaan tersebut. Hasil akan menunjukkan sel-sel
epitel vagina dengan sitoplasma berwarna coklat karena mengandung banyak glikogen.

• Untuk memastikan bahwa sel epitel berasal dari seorang wanita, perlu ditentukan adanya kromatin seks
(barr bodies) pada inti. Dengan pembesaran besar, perhatikan inti sel epitel yang ditemukan dan cari
barr bodies. Ciri-cirinya adalah menempel erat pada permukaan membran inti dengan diameter kira-
kira 1 µ yang berbatas jelas dengan tepi tajam dan terletak pada satu dataran fokus dengan inti.

• Kelemahan  bila persetubuhan tersebut telah berlangsung lama atau telah dilakukan pencucian pada
alat kelamin pria, maka pemeriksaan ini tidak akan berguna lagi.

• Pada dasarnya pemeriksaan laboratorium forensik pada korban wanita dewasa dan anak-anak adalah
sama, yang membedakan adalah pendekatan terhadap korban. Pengumpulan barang bukti harus
dilakukan jika hubungan seksual terjadi dalam 72 jam sebelum pemeriksaan fisik.
PEMERIKSAAN BEKAS GIGITAN
Tahap dalam investigasi bekas gigitan meliputi langkah-langkah berikut :10
• Pengenalan
• Dokumentasi
• Pengumpulan barang bukti dan persiapan (tes DNA pada barang bukti fisik)
• Membuat profil gigi dari barang bukti yang dipertanyakan (bekas gigitan)
• Membuat profil gigi dari barang bukti yang diketahui
• Perbandingan fisik antara profil gigi yang dipertanyakan dengan profil gigi tersangka, yang menghasilkan
kesimpulan:
- Terdapat hubungan atau Tidak ada hubungan
- Ketidakmampuan untuk memperkirakan karena barang bukti kurang baik
• Membuat profil DNA dari air liur yang didapatkan pada bekas gigitan dan profil DNA tersangka
• Menyampaikan hasil pemeriksaan kepada yang berwenang atau aparat hukum
• Kasus bekas gigitan  luka pada kulit  bisa masih hidup/sudah mati  sembuh/membusuk.
• Penyidik harus curiga jika ada bekas atau memar yang memiliki karakteristik yang sesuai dengan
ciri luka karena gigitan. Penentuan suatu luka merupakan luka gigitan o/k gigi manusia
memerlukan informasi-informasi yang sifatnya mendasar.
• Konfirmasi lanjut berupa analisi DNA dari saliva yang didapat dari tempat yang sama
mendukung atau meniadakan dugaan sementara tentang bekas gigitan yang tidak lengkap.
Identifikasi seseorang secara khusus paling baik dilakukan dengan cara mengumpulkan bukti fisik
dan biologik yang didapat di tempat yang sama.
Gambaran yang mengindikasikan bekas gigitan pada kulit.
Gigi manusia tersusun dalam pola yang dapat diprediksikan. Terdapat variasi dimensional
dalam ukuran / bentuk / posisi gigi antara satu individu dengan yang lain yang mungkin berguna
untuk investigasi forensik jika bekas gigitan itu sendiri memiliki detail yang cukup.

Pola ovoid / elliptical


Sejumlah memar atau abrasi berbentuk “C” yang didapat
secara utuh terlihat membentuk pola ovoid. Ini
Abrasi terputus (interrupted Continues bruises / memar yang
menggambarkan gigi depan atas dan bawah baik pada abrasi): bersambungan:
dewasa dan anak-anak.
Pada beberapa kasus, hanya terlihat satu luka berbentuk
pola ovoid ini dapat harus diketahui bahwa memar
“C”, hal ini mengindikasikan penggunakan hanya satu menggambarkan bekas gigi berbentuk oval dengan ukuran
rahang, biasanya rahang bawah. Ketiadaan tanda bekas
rahang yang lain pada gigitan dapat diterapkan dengan
spesifik masing-masing. Hal ini mendekati ukuran rahang manusia
beberapa hipotesis seperti “pakaian dapat bertindak bisa disamakan dengan bentuk telah terbukti dapat dihasilkan
sebagai pelindung bagi kulit selama gigitan”.
memar spesifik yang terdapat pada oleh benda lain selain gigi
Satu-satunya cara untuk membuktikan hal ini adalah
mencari saliva dalam pakaian (jika ada) dan melakukan tes luka pada umumnya. (contohnya bantalan EKG).
DNA.

Diagnosis bekas gigitan manusia pada bukti fisik kategori ini harus dibuat secara lebih konservatif
karena memar tidak merupakan informasi yang cukup detail untuk identifikasi manusia.
IDENTIFIKASI SIDIK JARI

• Seksi laboratorium ini sering identik dengan seksi sidik jari yang tersembunyi.
• Peran seorang dokter ahli forensik ini adalah pengambilan sidik jari dalam keadaaan khusus
seperti bila telah terjadi pembusukan, dokter membuat sidik tersebut lebih jelas dan trebal
untuk diambil sebagai alat identifikasi.
• Sidik jari yang terdapat dalam logam bersifat laten artinya sidik mengendap pada permukaan
logam dan dapat diambil untuk identifikasi.
Air Liur
cairan yang dihasilkan oleh kelenjar liur. Terdiri dari air, enzim alfa amilase (ptialin), protein, lipid, ion-ion anorganik seperti tiosianat, klorida dan
lain – lain.
Dalam bidang kedokteran forensik,  penting untuk kasus-kasus dengan jejas gigitan untuk menentukan golongan darah pengigitnya yang termasuk
dalam golongan sekretor dapat ditentukan dengan cara absorpsi inhibisi.

Reagen yang digunakan yaitu anti A dan anti B dapat diperoleh dari laboratorium transfusi darah PMI, demikian pula
dengan anti H. Anti H dapat dibuat dari biji-biji Ulex europaeus yang digerus dalam mortir. Tiap 1 g biji-bijian
ditambahkan 10 ml salin. Kemudian campuran tadi dikocok dengan mesin pengocok selam 1 jam dan dipusing selama 5
menit dengan kecepatan 3000 RPM. Cairan supernatan disaring dan dapat segera dipergunakan.

Untuk pemeriksaan perlu dilakukan kontrol dengan air liur yang telah diketahui golongan sekretor atau
non sekretor.

Cara absorpsi inhibisi :


• Basahkan bercak liur dengan 0,5 ml salin  peras dan tempatkan air liur atau ekstrak air liur dalam salin tadi ke dalam tabung reaksi,  panaskan
dalam air mendidih selama 10 menit. Putar dan ambil supernatant, bila mau dimpan maka simpan pada suhu 20˚C. Dalam tabung reaksi 1 vol air
liur ditambahkan 1 vol antiserum. Campuran tersebut didiamkan selama 30 menit pada suhu ruang untuk proses absopsi.
Pemeriksaan Laboratorium Forensik Rambut
• Rambut manusia berbeda dengan rambut hewan pada sifat-sifat lapisan sisik (kutikula), gambaran korteks dan
medula rambut.
• Kutikula merupakan lapisan paling luar dari rambut, di bawahnya terletak korteks yang terdiri dari gabungan
serabut-serabut dengan pigmen. Di tempat yang paling dalam/ tengah, terdapat medula yang mengandung
pigmen dalam jumlah terbanyak. Rambut manusia memiliki diameter sekitar 50-150 mikron dengan bentuk
kutikula yang pipih, sedangkan rambut hewan memiliki diameter kurang dari 25 mikron atau lebih dari 300
mikron dengan kutikula yang kasar atau menonjol.
• Pigmen pada rambut manusia sedikit dan terpisah-pisah sedangkan pada hewan padat dan tidak terpisah.
Perbandingan diameter rambut hewan dengan diameter rambut manusia, indeks medula rambut manusia
adalah 1:3, sedangkan indeks medula rambut hewan adalah 1:2 atau lebih besar. Pemeriksaan indeks medula
merupakan pemeriksaan terpenting untuk membedakan rambut manusia dari rambut hewan.
• Berdasarkan asal tumbuhnya, rambut manusia dibedakan atas rambut kepala; alis, bulu mata dan bulu
hidung; kumis dan jenggot; rambut badan; rambut ketiak dan rambut kemaluan. Umumnya tidak terdapat
perbedaan yang jelas antara jenis-jenis rambut tersebut di atas.
PEMERIKSAAN ORGAN SPESIFIK FORENSIK : MATA
 

Uji Nalorfin
Caranya :
Untuk mendeteksi seseorang apakah
ia pecandu atau bukan, dapat Ukur diameter pupil dengan
diketahui melalui Uji Nalorfin. pupilometer dan lakukan
Pemberian Nalorfin pada pemeriksaan ini di dalam ruang
pecandu morfin akan khusus yang tidak dipengaruhi
memperlihatkan midriasis dan cahaya. Pemeriksaan dilakukan
gejala putus obat lainnya. Tetapi bila lagi 30 menit setelah diberikan 3
midriasis tidak terjadi, maka belum mg Nalorfin subkutan.
tentu ia bukan pecandu.
PEMERIKSAAN ORGAN SPESIFIK FORENSIK : PARU

Uji apung paru.


• Uji ini harus dilakukan dengan teknik tanpa sentuh (no touch technique), paru-paru tidak disentuh untuk menghindari untuk
timbulnya artefak pada sediaan histopotologi jaringan paru akibat manipulasi berlebihan.

• Setelah organ leher dan dada dikeluarkan dari tubuh, lalu dimasukkan kedalam air dan dilihat apakah mengapung atau
tenggelam.

• Kemudian paru kiri dan kanan dilepaskan dan dimasukkan kedalam air lagi, dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.

• Setelah itu setiap lobus dipisahkan dan di masukkan ke dalam air dan dilihat apakah mengapung atau tenggelam.

• 5 potong kecil dari bagian perifer tiap lobus dimasukkan ke dalam air, dan diperhatikan apakah mengapung ataukah
tenggelam.

• Hingga tahap ini, paru bayi yang baru lahir mati masih dapat mengapung oleh karena kemungkinan adanya gas
pembusukan.

• Bila potongan kecil itu mengapung, letakkan di antara dua karton dan ditekan (dengan arah tekanan tegak lurus, jangan
bergeser) untuk mengeluarkan gas pembusukan yang terdapat pada jaringan interstisial paru, lalu masukkan kembali ke
dalam air dan di amati apakah masih mengapung atau tenggelam.

• Bila masih mengapung berarti paru tersebut berisi udara residu yang tidak akan keluar. Kadang-kadang dengan penekanan,
dinding alveoli pada bayi yang telah membusuk akan pecah dan udara residu keluar dan memperlihatkan hasil uji apung
• Hasil negatif belum berarti pasti lahir mati  kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian
berhenti bernafas meskipun jantung masih berdenyut, sehingga udara dalam alveoli diresopsi.
• Pada hasil negatif ini, pemeriksaan histopatologi harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir
mati atau hidup. Hasil uji apung paru positif berarti pasti lahir hidup.
• Lahir hidup  secara makroskopis maupun mikroskopis.
• Secara makroskopis paru-paru tampak mengembang dan menutupi kandung jantung, tepintnya
tumpul, warnaya merah ungu dengan gambaran mozaik, lebih berat (1/35 berat badan,
• pada yang lahir mati atau belum bernafas berat paru-paru sekitar1/70 berat badan), pada
perabaan teraba derik udara atau krepitasi, bila dimasukkan ke dalam air akan mengapung, bila
diiris dan dipijat akan banyak mengeluarkan darah dan busa.
• Secara mikroskopik akan tamak jelas adanya pengembangan dari kantung-kantung hawa
(alveoli). 
BARANG BUKTI YANG DAPAT DIAMBIL BESERTA
DENGAN CARA/PROSEDUR PENYITAANNYA :
1. Muntahan korban
Muntahan diambil dengan kertas saring dan disimpan dalam toples.
Muntahan dinilai, apakah ada bau fosfor ( bau bawang putih ); bagaimana sifat muntahannya misalnya seperti
bubuk kopi ( zat kaustik ), berwarna hitam ( H2SO4 pekat ), kuning ( HNO4 ), biru kehijauan ( CuSO4 )
2. Sisa obat - obatan. Dihitung jumlahnya dan dikumpulkan dengan pembungkusnya.
3. Sisa minuman/makanan yang dimakan/diminum sikorban, serta tempat seperti gelas dan alat minum lainnya
atau pemb

4. ungkusnya.
5. Sisa - sisa air seni si korban.
6. Kertas – kertas catatan, surat peninggalan/perpisahan jika merupakan kasus bunuh diri.
KESIMPULAN
1. Setiap kejahatan pasti akan menimbulkan barang bukti yang dapat menjadi petunjuk adanya tindak pidana.
Untuk itulah perlu dilakukan pemeriksaan barang bukti secara cermat dengan menggunakan tehnik pemeriksaan
menurut standar baku yang telah diakui di bidang forensik.
Sebab kematian tidak selalu dapat mengungkap melalui pemeriksaan luar dan pemeriksaan dalam. Oleh karena itu
dalam hal ini diperkirakan laboratorium terhadap barang bukti yang terdapat pada tubuh korban, tempat kejadian
perkara maupun pada tersangka pelaku.
2. Tahapan dalam pemeriksaan barang bukti terkait denngan ketrampilan dan pengetahuan yang baik dari seorang
ahli forensik dalam mengambil sampel dari tempat kejadian perkara, pengawetan dan pemeriksaan laboratorium
dasar pada forensik.
3. Pemeriksaan Laboratorium Forensik mencakup bidang yang sangat luas yaitu mencakup pemeriksaan terhadap
cairan tubuh, lambung beserta bahan muntahan, dan bekas gigitan.
4. Hasil interpretasi dari berbagai macam pemeriksaan laboratorium ataupun pelaku akan membantu
mengungkapkan sebab kematian.
5. Laboratorium Forensik memiliki peranan yang sangat besar bagi keberhasilan pengungkapan suatu tindak
pidana. Laboratorium forensik sendiri dapat merupakan lembaga yang termasuk dalam kepolisian namun dapat
pula berdiri sendiri (independen).

Anda mungkin juga menyukai