SEKSUAL PADA
KORBAN DEWASA
DAN ANAK
Penghapusan Kekerasan Seksual
◦ Undang-undang (UU) Nomor 12 Tahun 2022 tentang Tindak Pidana Kekerasan Seksual
RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG
PENGHAPUSAN KEKERASAN SEKSUAL
PERLINDUNGAN ANAK
PP no 78 tahun 2021
UU NOMOR 35 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 23
TAHUN 2002 TENTANG PERLINDUNGAN ANAK
PASAL 287 & 288 KUHP
PERSETUBUHAN MELAWAN
HUKUM
PASAL 285 KUHP
Wadah harus dibersihkan terlebih dahulu dengan mencucinya dengan asam kromat hangat lalu
dibilas akuades dan dikeringkan
BAHAN PENGAWET
Sebenarnya yang paling baik adalah tanpa pengawet, tetapi bahan pemeriksaan harus disimpan
dalam lemari es
Bila terpaksa Maka dapat digunakan bahan pengawet yaitu:
Alkohol absolut;
Larutan garam dapur jenuh
Larutan NaF 1 %
NaF + Na sitrat (5 ml NaF + 50 ml Na sitrat untuk tiap 1 O ml bahan)
Na benzoat + fenil merkuri nitrat (hanya untuk urin)
they dull the appetite, reduce fatigue, and increase alertness, amphetamines have shown up in
weight-loss drugs and have been used by truck drivers, pilots, and students to postpone sleep.
Heavy use can cause hallucinations and delusions of persecution that are so similar to the
symptoms of paranoid schizophrenia that even trained professionals cannot recognize the
difference
The following sympathomimetic effects can be pronounced and last for several hours:
P.M. appearances are those of asphyxia. Myocardial fibrosis is seen in long-term use.
BENZODIAZEPINE
The commonly used preparations are: Diazepam, flurazepam, chlordiazepoxide, nitrazepam,
oxazepam, flurazepam, alprazolam, and lorazepam
Fatal Dose: 100 to 300 mg/kg body weight
Death is rare.
Signs and Symptoms: Symptoms appear in 1 to 3 hours.
Acute poisoning causes vertigo, slurred speech, nystagmus, diplopia, dysarthria, ataxia, staggering
walk, shallow breathing, sedation and somnolence and coma.
If taken alone they are not toxic, but mixed with alcohol or other drugs, they can contribute to death.
Chronic Poisoning: High dose, long term therapy (30 to 40 mg of diazepam daily) may produce
withdrawal symptoms when stopped suddenly, such as: C.N.S: headache, anxiety, insomnia, muscle
spasms, tremors, rarely convulsions and psychiatric disturbances. G.I: anorexia, vomiting.
R.S.: respiratory depression is rare.
HALUCINOGEN
CANABIS
Clinical effects (see also b Effects on driving, p.333)
Cannabis does not directly cause death. The key clinical effects relate to mood disturbance (euphoria)
and altered judgement and perception (important in road users). Possible long-term effects are the subject
of much argument, but include delusions and psychotic illness.
Testing
It can be detected more than a month after the last administration in a chronic user (approximately 1
week in a non-chronic user). This has potential significance for randomized testing in, for example, the
work- place or prison.
Medical uses
The possession and use of cannabis as self-medication for multiple scle- rosis and during chemotherapy
remains controversial and is currently still a criminal offence in the UK.
LSD
LSD (lysergic acid diethylamide)
LSD (along with psilocybin, infra) was the drug which launched the psych- edelic age in the 1960s. It is
associated with powerful hallucinogenic ‘trips’ which may be experienced again as ‘flashbacks’
(including negative expe- riences or ‘bad trips’). It is administered by mouth (often as microdots on
squares on paper). There are no physical or psychological withdrawal effects, although flashbacks can be
associated with psychological problems (including suicide). It is not addictive.
LSD is often available at clubs and parties where MDMA is used. However, the doses used today are
significantly lower than in the 1960s, which may explain why deaths are extremely rare.
In a custody setting, a user who is experiencing a ‘bad trip’ should be exposed to the minimum of
external stimulation. All light and noise levels should be kept as low as possible.
ALKOHOL
ETIL ALKOHOL
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN FORENSIK
Pada orang hidup, bau alkohol yang keluar dari udara pernapasan merupakan petunjuk awal. Petunjuk ini
harus dibuktikan dengan pemeriksaan kadar alkohol darah, baik melalui pemeriksaan udara pernapasan atau
urin, maupun langsung dari darah vena
Kelainan yang ditemukan pada korban mati tidak khas Mungkin ditemukan gejalagejala yang sesuai
dengan asfiksia
Seluruh organ menunjukkan tanda perbendungan, darah iebih encer, berwama merah ge!ap
Mukosa lambung menunjukkan tanda perbendungan, kemerahan dan tanda inflamasi tapi kadangkadang
tidak ada kelainan
Organ-organ termasuk otak dan darah berbau alcohol
Pada pemeriksaan histopatologik dapat dijumpai edema dan pelebaran pembuluh darah otak dan selaput
otak, degenerasi bengkak keruh pada bagian parenkim organ dan inflamasi mukosa saluran cema
Pada kasus keracunan kronik yang meninggal, jantung dapat memperlihatkan fibrosis interstisial, hipertrofi
serabut otot jantung, sel-sel radang kronik pada beberapa tempat, gambaran seran lintang otot jatung
menghilang, hialinisasi, edema dan vakuolisasi serabut otot jantung.
LABORATORIUM
Penentuan kadar alkohol dalam lambung saja tanpa menentukan kadar alkohol dalam darah hanya
menunjukkan bahwa orang tersebut telah minum alkohol
Pada mayat, alkohol dapat berdifusi dari lambung ke jaringan sekitarnya termasuk ke dalam jantung,
sehingga untuk pemeriksaan toksikologik, diambil darah dari pembuluh darah vena perifer (kubiti
atau femoralis)
Kadar alkohol darah yang diperoleh pada pemeriksaan belum menunjukkan kadar alkohol darah pada
saat kejadian Hal ini akibat dari pengambilan darah dilakukan beberapa saat setelah kejadian,
sehingga perhitungan kadar alkohol darah saat kejadian harus dilakukan.
METIL ALKOHOL
Tanda-tanda yang ditemukan pada jenasah tidak khas. Pada pemeriksaan luar mungkin hanya
tercium bau khas dan tanda-tanda asfiksia
Pada pembedahan jenazah dapat ditemukan perbendungan alat-alat dalam, perdarahan pada
permukaan paru dan mukosa alat dalam dan bintik-bintik perdarahan pada selaput otak
(meningen)
Pada pemeriksaan histopatologik dapat dijumpai degenerasi bengkak keruh pada hati dan
ginjal serta edema otak
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Bahan-bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologik adalah darah, otak, hati, ginjal dan
urin. Dalam urin dapat ditemukan metil aikohol dan asam formiat sampai 12 hari setelah keracunan
TIMBAL
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN FORENSIK
Diagnosis keracunan Pb pada orang hidup ditegakkan dengan melihat adanya gejala keracunan dan pemeriksaan kadar
Pb darah dan urin. Pemeriksaan radiologi juga dapat meno!ong.
Pada orang yang mati karena keracunan akut ditemukan tanda-tanda dehidrasi, lambung mengerut (spastis), hiperemi,
isi lambung berwama putih. Usus spastis dan feses berwama hitam.
Jika orang meninggal karena keracunan kronik, maka didapatkan tubuh sangat kurus, pucat, terdapat garis Pb, ikterik,
gastritis kronik, dan pada usus didapatkan bercak-bercak hitam. Atrofi otot lengan dan tungkai sering dijumpai. Bila
terdapat ensefalopati, dijumpai edema otak dan titik-titik perdarahan.
Ginjal menunjukkan tanda-tanda tubular nekrosis, korteks menebal, dan hiperemi. Mikroskopik terlihat sel tubuli
menunjukkan degenerasi sitoplasma. inclusion bodies dalam inti yang dapat juga timbul akibat keracunan Bi. Badan
inklusi ini juga ditemukan pada sel-sel hati.
Lambung menunjukkan gastritis kronik akibat iritasi (bila Pb peroral) dan pigmentasi pada usus. Bila tulang panjang
dipotong, tampak garis Pb yang lebih pucat dari sekitarnya.
Kadar tertinggi Pb terdapat dalam tulang, ginjal, hati dan otak sehingga bahan pemeriksaan diambil dari organ-organ
tersebut.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM.
Normal kadar Pb dalam darah kurang dari 60 ug/100ml. Bila lebih dari 70 ug/100ml berarti ada
pemaparan abnormal. Bila lebih dari 100 ug/1 00ml berarti telah terjadi keracunan.
Pemeriksan laboratorium untuk menentukan Pb dalam urin dapat dengan cara sebagai berikut.
Ke dalam urin ditambahkan H2SO4 encer sehingga terbentuk endap an PbSO4 berwarna putih, lalu disaring
Endapan ini tak larut dalam HNO3 tapi larut dalam HCI atau NH4-asetat
Untuk pemeriksaan Pb dalam urin sebaiknya digunakan urin 24 jam.
Dalam urin kadar Pb normal 0.5-ug/100 ml.
Pemaparan abnormal bila sama atau lebih besar dari 8 ug/100 ml Keracunan bila sama atau lebih besar dari 20
ug/100 ml
Pada keracunan didapatkan pula kadar koproporfirin 80 ug/100 mg kreatinin, dan d-ALA 2 mg/100 mg kreatinin.
Untuk mengetahui adanya koproporfirin dalam urin, dilakukan uji sebagai berikut;
5 cc urin diasamkan dengan asam asetat glasial sehingga pH menjadi kurang dari 4, kemudian ditambahkan 5 tetes
H2D2 3% dan 5 cc eter, lalu dikocok
Lapisan air dibuang dan lapisan eter di ambil, ditambahkan ke dalam 1 cc HCI 1.5 N, kocok
Lapisan asam diambil, lihat dengan sinar UV
Bila berwarna merah maka berarti terdapat koproporfirin, jika biru atau biru muda berarti negatif.
Fluoresensi dan uji koproporfirin Ill dalam urin paling baik dilakukan untuk skrining masal.
SIANIDA
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN FORENSIK
Pada pemeriksaan terhadap korban mati, pada pemeriksaan bagian luar jenazah, dapat tercium bau
amandel yang patognomonik untuk keracunan CN, dapat tercium dengan cara menekan dada mayat
sehingga akan ke luar gas dari mulut dan hidung
Bau tersebut harus cepat dapat ditentukan karena Indra pencium kita cepat teradaptasi sehingga tidak
dapat membaui bau khas tersebut.
Harus diingat bahwa tidak semua orang dapat mencium bau sianida karena kemampuan untuk mencium bau
khas tersebut bersifat genetik sex-linked trait.
Sianosis pada wajah dan bibir, busa keluar dari mulut, dan lebam mayat berwarna merah terang,
karena darah vena kaya akan oksi-Hb.
Warna lebam yang merah terarig tidak selalu ditemukan pada kasus keracunan sianida, ditemukan pula
kasus kematian akibat sianida dengan warna lebam mayat yang berwarna biru-kemerahan
Hal ini tergantung pada keadaan dan derajat keracunan
Pada pemeriksaan bedah jenazah, dapat tercium bau amandel yang khas pada waktu membuka
rongga dada, perut dan otak serta lambung (bila racun melalui mulut).
Darah, otot dan penampang organ tubuh dapat berwarna merah terang.
Selanjutnya hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia pada organ-organ tubuh.
Pada korban yang menelan garam alkali sianida, dapat ditemukan kelainan pada mukosa
lambung berupa korosi dan berwarna merah kecoklatan karena terbentuk hematin alkali dan
pada perabaan mukosa licin seperti sabun.
Korosi dapat mengakibatkan perforasi lambung yang dapat terjadi antemortal atau postmortal.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Uji kertas saring
Kertas saring dicelupkan ke dalam larutan asam pikrat jenuh, biarkan hingga menjadi lembab
Teteskan satu tetes isi lambung atau darah korban, diamkan sampai agak mengering,
Kemudian teteskan Na2CO3 10% 1 tetes
Uji positif bila terbentuk warna ungu
CO
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN fORENSIK
Diagnosis keracunan CO pada korban hidup biasanya berdasarkan anamnesis adanya kontak dan ditemukannya
gejala keracunan CO.
Pada korban yang mati tidak lama setelah keracunan CO, ditemukan lebam mayat berwama merah muda terang
(cherry pink) yang tampak jeias bila kadar COHb mencapai 30% atau lebih
Warna lebam mayat seperti itu juga dapat ditemukan pada mayat yang didinginkan, pada korban keracunan sianida
dari pada orang yang mati akibat infeksi oleh jasad renik yang mampu membentuk nitrit, sehingga dalam darahnya
terbentuk nitroksi-hemoglobin (nitric-oxide Hb). Meskipun demikian masih dapat dibedakan dengan ,pemeriksaan
sederhana
Pada mayat yang didinginkan dan pada keracunan CN, penampang ototnya berwarna biasa, tidak merah terang
Juga pada mayat yang didinginkan warna merah terang lebam mayatnya tidak merata, selalu masih ditemukan
daerah yang keunguan (livid).
Sedangkan pada keracunan CO, jaringan otot, visera dan darah juga berwarna merah terang
Selanjutnya tidak ditemukan tanda khas lain
Kadang-kadang dapat ditemukan tanda asfiksia dan hiperemia visera
Pada otak besar dapat ditemukan petekiae di substansia alba bila korban dapat bertahan hidup lebih dari 1 /2 jam
Pada analisa toksikologik darah akan ditemukan adanya COHb
Pada korban keracunan CO yang tertunda kematiannya sampai 72 jam maka seluruh CO telah
diekskresi dan darah tidak mengandung COHb lagi, sehingga ditemukan lebam mayat
berwama livid seperti biasa, demikian juga jaringan otot, visera dan darah.
Kelainan yang dapat ditemukan adalah kelainan akibat hipoksemia dan komplikasi yang
timbul selama penderita dirawat.
Otak, pada substansia alba dan korteks kedua belah otak, globus paiidus dapat ditemukan petekiae
Ke!ainan ini tidak patognomonik untuk keracunan CO, karena setiap keadaan hipoksia otak yang
cukup lama dapat menimbulkan petekiae.
Encephalomalacia simetris dapat ditemukan pada globus palidus - Tidak patognomonik, karena
dapat juga ditemukan pada keracunan barbiturat akut dan arterioskierotik pembuluh darah korpus
striatum.
Pemeriksaan mikroskopik pada otak memberi gambaran:
Pembuluh-pembuluh halus yang mengandung trombi hialin.
Nekrosis halus dengan ditengahnya terdapat pembuiuh darah yang mengandung trombi hialin dengan
perdarahandi sekitarnya, lazimnya disebut ring hemorrhage.
Nekrosis halus yang dikeiilingi oleh pembuluh-pembuluh darah yang mengandung trombi.
Ball hemorrhage yang terjadi karena dinding arteriol menjadi nekrotik akibat hipoksia dan memecah.
Pada Miokardium ditemukan perdarahan dan nekrosis, paling sering di muskulus papilaris ventrikel kiri.
Pada penampang memanjangnya, tampak bagian ujung m. papilaris berbercak-bercak perdarahan atau bergarisgaris seperti kipas berjalan dari tempat
insersio tendinosa ke dalam otot.
Kadang-kadang ditemukan perdarahan pada otot ventrikel terutama di subperikardial dan di subendokardial.
Pemeriksaan mikroskopik menunjukkan gambaran sesuai dengan infark miokardium akut.
Ditemukan eritema dan vesikel/bula pada kulit dada, perut, muka, atau anggota gerak badan, baik di tempat yang tertekan maupun yang tidak
tertekan
Kelainan tersebut disebabkan oleh hipoksia pada kapiler kapiler bawah kutit.
Pneumonia hipostatik paru mudah terjadi karena gangguan peredaran darah
Dapat terjadi trombosis a. pulmonalis.
Terjadi nekrosis tubuli ginjal yang secara mikroskopik tampak seperti payah ginjal.
Gangguan peredaran darah akibat perubahan degereratif miokardium memudahkan terbentuknya trombus.
Trombus dalam ventrikel kiri (mural trombus) mungkin mengakibatkan infark otak sedangkan trombus dalam a. femoralis mungkin mengakibatkan
timbulnya gangren.
Pada kasus yang kematiannya tidak segera terjadi (delayed death) diagnosis kematian harus didasarkan atas bukti-bukti di sekitar kejadian
(circumstantial evidences), ditemukannya perubahan akibat hipoksia dan disingkirkannya kemungkinan lain yang dapat menyebabkan
perubahan hipoksik tersebut.
Pemeriksaan histologik perlu dilakukan pada substansia alba, korteks serebri, serebelum, ammon's horn dan globus palidus.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Untuk penentuan COHb secara kualitatif dapat dikerjakan uji dilusi alkali.
Ambil 2 tabung reaksi
Masukkan ke dalam tabung pertama 1-2 tetes darah korban dan tabung kedua 1-2 tetes darah normal sebagai kontrol.
Encerkan masing-masing darah dengan menambahkan 1 O ml air sehingga warna merah pada kedua tabung kurang lebih
sama.
Tambahkan pada masing-masing tabung 5 tetes larutan NaOH 10-20%, lalu dikocok
Darah normal segera berubah warna menjadi merah hijau kecoklatan karena segera terbentuk hematin alkali, sedangkan
darah yang mengandung COHb tidak berubah warnanya untuk beberapa waktu, tergantung pada konsentrasi COHb, karena
COHb bersifat lebih resisten terhadap pengaruh alkali
COHb dengan kadar saturasi 20% memberi warna merah muda (pink) yang bertahan selama beberapa detik, dan setelah
1 menit baru beJubah warna menjadi coklat kehijauan. ·
Perlu diperhatikan bahwa darah yang dapat digunakan sebagai kontrol dalam uji dilusi alkali ini haruslah
darah dengan Hb yang normal
Jangan gunakan darah foetus karena dikatakan bahwa darah foetus juga bersifat resisten terhadap alkali.
ARSENIC
Tanda & Gejala
Keracunan akut
Timbul gejala gastro-intestinal hebat. Mulamula rasa terbakar di daerah tenggorok dengan rasa logam pada
mulut, diikuti mual dan mun tah-muntah hebat.
lsi lambung dan bahkan isi duodenum dapat ke luar, muntahan dapat mengandung bubuk berwarna putih
(As2O3), kadang-kadang sedikit berdarah.
Kemudian terjadi nyeri epigastrium yang cepat menjalar ke seluruh perut hingga nyeri pada perabaan, diare
hebat.
Kadangkadang terlihat bubuk putih pada kotoran yang dapat tampak seperti air cucian beras dengan jalur darah
Muntah dan berak hebat dapat berhenti spontan untuk kemudian timbul lagi
Akhirnya terjadi dehidrasi dan syok.
As juga memperlemah kerja otot jantung dan mempengaruhi endotel kapiler yang mengakibatkan dilatasi
kapiler sehingga menyebabkan syok bertambah berat.
Kematian dapat terjadi sebagai akibat dehidrasi jaringan dan syok hipovolemik yang terjadi
Keracunan Arsin
Arsin yang berbentuk gas ini masuk ke dalam tubuh melalui inhalasi, yang selanjutnya akan mencapai
darah dan menimbulkan hemolisis hebat serta penekanan terhadap SSP.
Korban menunjukkan gejala menggigil, demam, muntah, nyeri punggung, ikteris, anemia dan
hipoksia, kadang-kadang disertai kejang
Urin dapat mengandung hemoglobin, eritrosit dan silinder.
Kematian terjadi karena kegagalan kardio-respirasi. ·
Bila tidak segera meninggal, pada ginjal dapat terjadi nekrosis tubular dan obstruksi tubuli oleh
silinder eritrosit dengan akibat anuri dan uremia
Keracunan Kronik.
Pada keracunan kronik, korban tampak lemah, melanosis arsenik berupa pigmentasi kulit yang berwarna
kuning coklat, lebih jelas pada daerah fleksor, puting susu dan perut sebelah bawah serta aksila
Rambut tumbuh jarang.
Pigmentasi berbintik-bintik halus berwarna coklat, umumnya terlihat pada pelipis, kelopak mata dan
leher yang menyerupai pigmentasi pada penyakit Addison tetapi mukosa mulut tidak terkena.
Dapat pu!a menyerupai pitiriasis rosea dalam gambaran dan distribusi, tetapi menetap
Keratosis dapat ditemukan pada telapak tangan dan kaki (keratosis arsenik)
Gejala-gejala lain yang tidak khas seperti malaise, berat badan me nurun, mata berair, fotofobi,
pilek kronis, mulut kering, lidah menunjukkan bulu-buiu halus berwarna putih perak di atas
jaringan berwarna merah
Gejala neurologik berupa neuritis perifer, mula-mula rasa tebal dan kesemutan pada tangan dan
kaki, kemudian terjadi kelemahan otot, kejang otot (kram) terutama pada malam hari
PEMERIKSAAN KEDOKTERAN
FORENSIK
Korban mati keracunan akut
Pada pemeriksaan luar ditemukan tanda-tanda dehidrasi.
Pada pembedahan jenazah ditemukan tanda-tanda iritasi lambung, mukosa berwarna merah, kadang-kadang
dengan perdarahan (flea bitten appearance).
lritasi lambung dapat menyebabkan produksi musin yang menutupi mukosa dengan akibat partikel-partikel
Arsen dapat tertahan
Orpimen terlihat sebagai partikel-partikel As berwarna kuning sedangkan As203 tampak sebagai partikel berwarna
putih
Pada jantung ditemukan perdarahan sub-endokard pada septum.
Histopatologik jantung menunjukkan infiltrasi sel-sel radang bulat pada miokard.
Sedangkan organ lain parenkimnya dapat mengalami degenerasi.
Pada korban meninggal perlu diambil semua organ, darah, urin, isi usus, isi lambung, rambut, kuku, kulit
dan tulang.
Bahan-bahan yang perlu diambil untuk pemeriksaan toksikologik pada korban hidup adalah muntahan,
urin, tinja, bilas lambung, darah, rambut dan kuku.
Korban mati akibat keracunan Arsin
Bila korban cepat meninggal setelah menghirup arsin, akan terlihat tanda-tanda kegagalan kardio-
respirasi akut
Bila meninggalnya lambat, dapat ditemukan ikterus dengan anemi hemolitik, tanda-tanda kerusakan
ginjal berupa degenerasi lemak dengan nekrosis fokal serta nekrosis tubuli.
Korban mati akibat keracunan Kronik
Pada pemeriksaan luar tampak keadaan gizi buruk
Pada kulit terdapat pigmentasi coklat (melanosis arsenik), keratosis telapak tangan dan kaki (keratosis
arsenik)
Kuku memperlihatkan garis-garis putih (Mee's lines) pada bagian kuku yang tumbuh dan dasar kuku.
Temuan pada pemeriksaan dalam tidak khas.
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
Pada kasus keracunan As, kadar dalam darah, urin, rambut dan kuku meningkat.
Dalam urin, Arsen dapat ditemul<an dalam waktu 5 jam setelah
diminum, dan dapat terus ditemukan hingga 10-12 hari.
Pada keracunan kronik, Arsen diekskresikan tidak terus
menerus (intermiten) tergantung pada intake. Titik-titik basofil pada
eritrosit dan lekosit muda mungkin ditemukan pada darah tepi,
menunjukkan beban sumsum tulang yang meningkat. Uji Kopro-porfirin
urin akan memberikan hasil positip
INSEKTISIDA
Pemeriksaan Kedokteran Forensik
Keracunan insektisida golongan ini dapat diduga bila :
Gejala-gejala cepat timbul (dalam 6 jam)
Gejala-gejala bersifat progresif, makin lama makin he bat.
Gejala-gejala tidak dapat dimasukkan ke dalam suatu sindroma penyakit apapun, dapat menyerupai penyakit
gastroenteritis, ensefalitis, pnemoni dan lain lain dan pengobatan biasa tidak menolong.
Anamnesa terdapat kontak dengan racun golongan imi
Diagnosis keracunan ditegakkan berdasarkan anamnesis, gejala keracunan yang kompleks dan pemeriksaan
laboratorium (TLC, spektrofotometri, dan kromatografi gas}.
Pada korban yang meninggal tidak ditemukan tanda-tanda khas
Pada kasus keracunan akut hanya ditemukan tanda-tanda asfiksia, edema paru-paru dan perbendungan
organ-organ tubuh.
Mungkin tercium bau zat pelarut misalnya bau minyak tanah.
Minyak tanah sendiri dapat menimbulkan keracunan berupa depresi SSP dan bila teraspirasi dapat
menimbulkan pnemonitis.
Laboratorium
Untuk pemeriksaan toksikologik perlu diambil darah, jaringan hati, limpa, paru-paru dan lemak
badan.
Penentuan kadar AChE dalam darah dan plasma dapat dilakukan dengan cara tintometer (Edson) dan
cara paper-strip (Acholest).
MERKURI
Sign & symptoms
The tongue is white and sodden in appearance and the mouth generally has a diffuse grayish white
escharotic appearance. Eschar means a hard crust over a raw surface, e.g. material covering a deep
burn. The mucous membrane of the alimentary tract is inflamed and corroded
The muscular coats are so softened that it is difficult to remove the organ without rupture
Mercury has a selective action on the caecum and large intestine which show intense inflammation,
ulceration, and even gangrene.
The kidneys show a toxic nephritis
The liver and heart may show fatty degeneration, and heart subendocardial haemorrhages also
Postmortem appearances: The appearances of corrosive poisoning will be present, if the
poison is taken in a concentrated form. Otherwise, the signs of irritant poisoning will be
observed