Anda di halaman 1dari 10

REFERAT

LABORATORIUM FORENSIK SEDERHANA

Disusun Oleh:
Reza Amanda Idris (1102017193)

Pembimbing:
dr. Riza Rivani Sp.F., MH. Kes

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KEDOKTERAN FORENSIK


RUMAH SAKIT UMUM DAERAH ARJAWINANGUN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS YARSI
PERIODE 05 DESEMBER 2022 – 07 JANUARI 2023
BAB I

PENDAHULUAN

Laboratorium forensik adalah suatu lembaga yang bertugas dan berkewajiban


menyelenggarakan fungsi kriminalistik dan melaksanakan segala usaha pelayanan serta membantu
mengenai kegiatan pembuktian perkara pidana dengan memakai teknologi dan ilmu-ilmu
penunjang lainnya. Adapun pelaksanaan tugasnya meliputi bantuan pemeriksaan laboratories.
terhadap barang bukti. Adapun mengenai tindak kejahatan biasanya meninggalkan bukti-bukti
atau bekas-bekas dari tindak kejahatan itu sendiri yang dapat diungkap baik melalui alat bukti
berupa keterangan saksi maupun keterangan tersangka atau terdakwa sendiri dan dapat pula
melalui pemeriksaan barang bukti yang dapat diperiksa secara laboratories. Peranan laboratorium
forensik penting artinya dalam mengungkap kasus kejahatan melalui proses pemeriksaan barang
bukti, karena sistem pembuktian menurut ilmu forensik yaitu adanya bukti segi tiga TKP maka
terdapat rantai antara korban, barang bukti dan pelaku. Oleh karena itu, tidak semua kejahatan
dapat diketahui dan diungkap melalui keterangan saksi dan tersangka atau terdakwa saja, tetapi
barang bukti juga dapat memberi petunjuk atau keterangan atas suatu tindak kejahatan yang telah
terjadi, karena hasil pemeriksaan barang bukti dari laboratorium forensik terdapat tiga alat bukti
yang dapat dipenuhi laboratorium tersebut dari lima alat bukti yang sah berdasarkan undang-
undang No. 8 Tahun tentang KUHAP Pasal 184 ayat (1) yaitu keterangan ahli, surat, dan petunjuk

1
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi
Yaitu suatu pemeriksaan yang dikerjakan dilaboratorium ilmu forensik dimana secara
teknik mudah dilaksanakan,dengan menggunakan alat dan reagen yang murah serta mudah
didapat namun memberi nilai manfaat besar dan cepat mendapatkan hasil. Artinya, memberi
fungsi penunjang yang signifikan dalam pemecahan suatu kasus pidana. Pemeriksaan ini
kadang kala disebut pula sebagai bedside test laboratorium karena dilakukan selama kegiatan
otopsi berlangsung secara simultan.Hasil yang cepat ini dimaksudkan pula sebagai pemandu
arah otopsi menuju kesuatu sebab kematian.
Yang dimaksud dengan Istilah “saksi diam” dalam suatu kejadian tindak pidana kejahatan
adalah:
1) Benda atau tubuh manusia yang telah mengalami kekerasan.
2) Senjata atau alat yang dipakai untuk melakukan kejahatan.
3) Jejak atau bekas yang ditinggalkan oleh pelaku kejahatan pada tempat kejadian.
4) Benda-benda yang terbawa oleh pelaku, bisa dari benda atau tubuh manusia yang
mengalami kekerasan atau berasal dari tempatkejadian.
5) Benda-benda tertinggal pada tubuh manusia yang mengalami kekerasan ditempat kejadian
baik yang berasal dari alat atau senjata yang dipakai ataupun dari pelaku sendiri.

2.2 Pemeriksaan Bercak Darah


Sebelum dilakukan pemeriksaan darah yang lebih lengkap, terlebih dahulu kita harus dapat
memastikan apakah bercak berwarna merah itu adalah darah. Oleh sebab itu perlu dilakukan
pemeriksaan guna menentukan langkah berikutnya.
• Langkah langkah tersebut adalah menentukan:
1) Bercak tersebut adalah benar darah
2) Darah tersebut dari manusia atau hewan
3) Jenis golongan darahnya, bila darah tersebut benar dari manusia

2
• Tahapan kesegaran sampel darah pada pemeriksaan laboratorium forensik:
1) Bercak dengan sel darah merah yang masih utuh tanpa terjadi kerusakan
2) Bercak sel darah merah rusak, tetapi dengan aglutinin dan antigen yang masih dapat
dideteksi
3) Sel darah merah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi namun sudah
terjdi kerusakan agglutinin.

a. Presemumptive test
Presumptive test digunakan untuk membedakan apakah suatu bercak adalah darah atau
bukan.
• Benzidine Test
Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian teteskan 1
tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidine. Hasil positif pada reaksi benzidine
adalah timbulnya warna biru gelap pada kertas saring.
• Phenolphtalein
Merupakan metode yang sangat sering digunakan saat ini mengingat mudahnya
mendapatkan reagen dan perlakuan. Penelitian Kastle menyebutkan bahwa zat ini
menghasilkan warna merah jambu terang saat digunakan untuk identifikasi darah. Cara
kerja Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak, langsung diteteskan reagen
phenolphtalein. Hasil positif apabila timbul warna merah muda pada kertas saring.

b. Konfirmasi test
Setelah dipastikan bahwa bercak tersebut adalah darah, maka dilakukan konfirmasi tes
untuk lebih meyakinkan berdasarkan terdapatnya pigmen atau kristal hematin (hemin) dan
hemokromogen.

2.3 Pemeriksaan cairan mani dan Spermatozoa


a. Menentukan cairan mani
Untuk menentukan adanya cairan mani dalam secret vagina perlu dideteksi adanya
zat-zat yang banyak terdapat dalam cairan mani, beberapa pemeriksaan yang dapat
dilakukan untuk membuktikan hal tersebut adalah:

3
• Reaksi Fosfatase Asam
Fosfatase asam adalah enzim yang dikeluarkan oleh kelenjar prostat di dalam cairan
semen/mani dan didapatkan pada konsentrasi tertinggi di atas 400 kali dalam mani
dibandingkan yang mengalir dalam tubuh lain. Dengan menentukan secara kuantitatif
aktifitas fosfatase asam per 2 cm2 bercak, dapat ditentukan apakah bercak tersebut
mani atau bukan.
• Reaksi Berberio
Prinsip reaksi ini adalah menentukan adanya spermin dalam semen. Spermin yang
terkandung pada cairan mani akan beraksi dengan larutan asam pikrat jenuh
membentuk kristal spermin pikrat.Bercak diekstraksi dengan sedikit aquades. Ekstrak
diletakkan pada kaca objek, biarkan mengering, tutup dengan kaca penutup.Reagen
diteteskan dengan pipet di bawah kaca penutup. Interpretasi: hasil positif
memperlihatkan adanya kristal spermin pikrat yang kekuning-kuningan atau coklat
berbentuk jarum dengan ujung tumpul.
• Reaksi Florence
Dasar reaksi adalah untuk menemukan adanya kholin. Bila terdapat bercak mani,
tampak kristal kholin-peryodida berwarna coklat, berbentuk jarum dengan ujung
terbelah.

b. Pemeriksaan Spermatozoa
• Tanpa pewarnaan / pemeriksaan langsung
Pemeriksaan ini berguna untuk melihat apakah terdapat spermatozoa yang
bergerak. Pemeriksaan motilitas spermatozoa ini paling bermakna untuk
memperkirakan saat terjadinya persetubuhan.Umumnya disepakati bahwa dalam 2-3
jam setelah persetubuhan, masih dapat ditemukan spermatozoa yang bergerak dalam
vagina. Haid akan memperpanjang waktu ini sampai 3-4 jam. Berdasarkan penelitian
dapat disimpulkan bahwa spermatozoa masih dapat ditemukan 3 hari-6 hari pasca
persetubuhan. Pada jenasah, sprematozoa masih dapat ditemukan hingga 2 minggu
pasca persetubuhan.

4
• Pewarnaan (pulasan Malachite green 1 %)
Interpretasi: pada pengamatan di bawah mikroskop akan terlihat gambaran sperma
dengan kepala sperma tampak berwarna ungu menyala dan lehernya merah muda,
sedangkan ekornya berwarna hijau.

• Pewarnaan Baecchi
Prinsip kerja nya yaitu asam fukhsin dan metilen biru merupakan zat warna dasar
dengan kromogen bermuatan positif. Asam nukleat pada kepala spermatozoa dan
komponen sel tertentu pada ekor membawa muatan negatif, maka akan berikatan
secara kuat dengan kromogen kationik tadi. Sehingga terjadi pewarnaan pada kepala
spermatozoa. Interpretasi : Kepala spermatozoa berwarna merah, ekor merah muda,
menempel pada serabut benang.

2.4 Pemeriksaan makroskopis paru untuk m3lihat bayi lahir hidup.


Paru bayi yang dilahirkan hidup akan tampak mengembang dan menutupi kandung
jantung, bertepi tumpul, warna merah ungu atau merah muda dengan gambaran mozaik /
seperti marmer karena adanya tingkatan aerasi atau pengisian udara dan darah. Berat kurang
lebih 1/35 berat badan (pada bayi yang lahir mati atau belum bernafas berat paru kurang lebih
1/70 berat badan), pada perabaan teraba derik udara, bila dimasukkan ke dalam air akan
mengapung, bila diiris dan dipijat akan banyak mengeluarkan darah dan busa.

2.5 Tes Apung Paru


Prinsip pemeriksaan ini adalah perbedaan berat jenis zat yang dibandingkan dengan berat
jenis air (berat jenis air adalah 1), sehingga didapati keadaan mengapung bila berat jenis kurang
dari 1, melayang bila berat jenis sama dengan 1 dan tenggelam bila berat jenis lebih dari 1).
Tes apung paru disebut juga docimacia pulmonum hydrostatica. Digunakan untuk
mengetahui apakah paru-paru bayi sudah pernah terisi udara pernafasan. Sehingga secara fisik
menyebabkan volume bertambah dan berakibat b j jadi kurang maka yang terlihat adalah
potongan paru tersebut mengambang. Sedangkan apabila paru tersebut belum kemasukkan
udara berarti belum digunakan untuk bernafas dan rongga alveoli masih menguncup, maka
potongan paru tersebut akan tenggelam karena berat jenis paru lebih besar dari air.

5
Tes ini dilakukan dengan teknik tanpa sentuh/no touch technique yang berfungsi
menghindari timbulnya artefak pada sediaan histopatologi jaringan paru akibat manipulasi
berlebihan. Hasil tes apung paru disebut positif,yaitu bila potongan paru tersebut dalam
keadaan terapung berarti paru pernah kemasukan udara saat bernafas atau ada komponen udara
yang berada dijaringan tersebut akibat pembusukan.Maka perlu dilanjutkan dengan menekan
jaringan tersebut dengan kertas tebal sehingga udara pembusukan dapat dikeluarkan. Bila
dimasukkan kembali keair hasilnya tetap mengambang berati test apung betul betul
positif,yang dapat diartikan bayi lahir hidup. Namun bila hasilnya jaringan paru tersebut
tenggelam disebut false positif yaitu akibat pembusukkan. Sebaliknya hasil negatif belum pasti
lahir mati, karena adanya kemungkinan bayi dilahirkan hidup tapi kemudian berhenti bernafas
meskipun jantung masih berdenyut sehingga udara dalam alveoli di resopsi. Pada hasil negatif
ini, pemeriksaan histopatologi harus dilakukan untuk memastikan bayi lahir mati atau hidup.

2.6 Pemeriksaan Diatome


Pemeriksaan ini merupakan salah satu trobosan untuk mencari adanya benda benda air
yang turut masuk terhisap paru sehingga berada di alveolus.Diatom merupakan rangka dari
jenis ganggang air dan dilapisi dengan silikat pada dindingnya sehingga berstruktur kuatdan
tahan terhadap pengaruh asam kuat dan basa kuat.Maka teknik pemeriksaan jaringan paru
tersebut apakah mengandung diatom adalah dengan menghancurkan dulu dengan basa kuat
kemudian asam kua tditabung reaksi atau erlenmeyer, lalu dilakukang sentrifug. Sedimen
yang ada diletakkan di obyek glas dan dengan tanpa pewarnaan langsung dibaca dibawah
mikroskop. Pemeriksan diatom positif bila diatom ditemukan dalam 4-5/LPB (lapangan
pandang besar) atau 10-20 per satu sediaan.

2.7 Pemeriksaan Rambut


Pemeriksaan rambut dapat menentukan saat kematian, sebab kematian, jenis kejahatan,
identitas korban, identitas pelaku dan benda atau senjata yang digunakan. Sifat-sifat rambut
digunakan untuk mengetahui saat kematian, yaitu:

1) Tingkat pertumbuhan rambut kepala, janggut dan kumis yaitu sekitar 0,4 mm/hari.
Pertumbuhannya akan berhenti jika orang meninggal dunia. Atas dasar tersebut dapat

6
diperhitungkan saat kematian asalkan diketahui kapan korban terakhir kali mencukur
rambutnya. Memang ada pendapat yang menyatakan bahwa rambut orang yang meninggal
dunia masih dapat tumbuh lebih panjang, tetapi sebetulnya bertambah panjangnya rambut
tersebut disebabkan karena menyusutnya kulit.
2) Lepasnya rambut akibat pembusukan Jika kematian sudah berlangsung antara 48-72 jam
maka rambut kepala akan mudah lepas.
3) Perubahan warna
Pada penguburan dangkal, perubahan warna terjadi sesudah 1-3 bulan, sedang pada
penguburan dalam sesudah 6-12 bulan

Perbandingan antara ciri rambut manusia dengan rambut hewan:


1) Ciri rambut manusia adalah halus dan tipis, kutikula mempunyai sisik kecil dan bergerigi,
medula sempit atau kadang tidak ada, kortex tebal, pigmen lebih ke arah perifer
2) Ciri rambut hewan adalah kasar dan tebal, kutikla mempunyai sisik lebar dan polihidral,
medula lebar, kortex tipis, pigmennya di perifer maupun di sentral

2.8 Pengiriman sampel jaringan autopsi


Persiapan dalam mengirimkan sampel jaringan hasil otopsi untuk pemeriksaan patologi
anatomi
1) Memilih bagian dari organ atau jaringan yang akan diperiksa.
2) Memotong dengan ketebalan tidak lebih dari 1 sentimeter.
3) Memasukkan dalam larutan pengawet. Untuk jaringan yang tipis dipotong memanjang dan
hati hati jangan sampai tertekuk

Cairan pengawet jaringan hasil otopsi yang digunakan dan cairan pengawet pengganti bila
kesulitan mendapatkan. Pada prinsipnya cairan pengawet jaringan adalah bahan kimia yang
dapat menghentikan otolisis sel yang berakibat pembusukan jaringan. Maka dipilihlah
senyawa yang dapat menggumpalkan protein dari sel sel jaringan yaitu derivate alcohol atau
formaldehyde/ formalin dengan konsentrasi 10 – 20 %. Sifat larutan ini menghentikan
perubahan dan mempertahankan bentuk dan struktur jaringan maka sering disebut cairan
fiksasi. Harapan lain penggunaan larutan fiksasi ini adalah mempertahankan susunan sel

7
dalam struktur jaringan, mempertahankan komponen komponen serta mengeraskan jaringan
untuk mempermudah proses selanjutnya. Formalin 10 – 20% merupakan cairan pengawet
pilihan pertama, sedangkan alkohol absolut merupan pilihan kedua.
• Syarat pembungkusan barang bukti sehingga memenuhi persyaratan yuridis
Jaringan tubuh atau sisa jaringan tubuh manusia yang digunakan sebagai barang bukti, harus
memenuhi syarat yuridis antara lain harus aman, tidak rusak dan tidak mudah dirusak.Untuk
itu perlu ditempatkan suatu wadah yang bersifat kedap air, rapat dan kuat.Diberi petunjuk
peletakan bagian atas dan bagian bawah nya sehingga tidak terbalik dan dilindungi tali
pengikat yang dipasang dengan lak serta ditempeli label. Sebelum dimasukkan dalam dos,
maka perlu disertakan contoh cairan / larutan pengawetnya. Sebagai langkah terakhir adalah
membuat berita acara pembungkusan tersebut

2.9 Tata cara pengiriman barang bukti


Pengiriman barang tersebut merupakan bagian dari tugas Polri sebagai penyidik, sehingga
yang melaksanakan tetap penyidik, sedangkan dokter cukup memberi arahan apabila secara
teknis diperlukan. Arahan ini meliputi ke laboratorium mana harus dituju, kapan harus sampai
dan perkiraan selesai dikerjakan. Kadang diperlukan pula oleh penyidik informasi tentang
manfaat pemeriksaan ini diperlukan serta apabila diapatkan hasil yang tidak mendukung kasus

8
DAFTAR PUSTAKA

1. Abraham S., Rahman A., Bambang PN., et al. 2010. Tanya Jawab: Ilmu Kedokteran
Forensik. Semarang: Universitas Diponegoro.
2. Lembaga Pendidikan Polri. Kedokteran Forensik kepolisian. Jakarta: Markas besar
Kepolisian negara Republik Indonesia

Anda mungkin juga menyukai