Anda di halaman 1dari 19

METODE IDENTIFIKASI CAIRAN VAGINA DAN

CONTOH PENANGANAN KASUS FORENSIK

Oleh
Kelompok B
Anggota Kelompok
• Jennifer Agustina 141501014
• Reski Rumonda Hasibuan 141501022
• Rachel Patricia Sinaga 141501025
• Lilis Marlina Sipayung 141501041
• Reni Ester Pertiwi Harefa 141501042
• Sherly Koukouim Br. Tarigan 141501046
• Ketty Ananda Saputri 141501047
• Riani Ivana M. L. Simanjuntak 141501049
• Christantia Margaret Lubis 141501050
• Ainil Marwiyah Tumanggor 141501052
• Maria Ros Videlis Sitinjak 141501059
• Azyla Tambunan 141501107
• Coky F.L. Simanjuntak 141501118
Latar Belakang
• Dalam upaya pembuktian hukum bahwa telah terjadi
tindak pidana perkosaan, maka dalam hal ini Ilmu
Forensik sangat berperan dalam melakukan
pemeriksaan dan untuk memperoleh penjelasan atas
peristiwa yang terjadi secara medis
• Kekerasan seksual biasanya adalah kasus
tersembunyi di mana para saksi adalah korban dan
pelaku.Dengan berbagai alasan, bahkan korban
mungkin tidak mampu menyediakan keterangan
lengkap tentang pelaku atau identitas pemerkosa.
• Bukti cairan semen seringkali menjadi tonggak
dasar investigasi dan penuntutan dari kasus. Dari
berbagai investigasi kekerasan seksual, ada 4
pertanyaan utama yang dapat dibantu dari
pemeriksaan semen : Apakah terjadi kontak
seksual? Kapan (atau dalam waktu apa) terjadi
kontak seksual?Dapatkah pelaku spesifik terlibat
atau tidak terlibat sebagai sumber berpotensi dari
cairan semen?Apakah kontak seksual dipaksa atau
tidak?(Siegel, 2006).Oleh karena itu, pemeriksaan
cairan semen diharapkan dapat membantu para
korban dalam mengungkapkan kasus
pemerkosaannya.
Aspek Medis
• Spermatozoa adalah sel matur dari pria, produk spesifik dari
testis, yang memfertilisasi ovum matang
• Kondisi dan area pengumpulan sperma sangat berperan penting
dalam menentukan waktu interval diantara deposisi dan koleksi
( juga dikenal sebagai postcoital interval atau PCI )(Siegel, 2006).
• Cairan semen adalah campuran kompleks dari sekresi minimal 4
glandula urogenitalis pria. Kelenjar vesikula seminalis
menyumbang kurang lebih 60% ke campuran ini, kelenjar prostat
sebesar kurang lebih 30% dan kombinasi kontribusi dari
epididimidis dan kelenjar bulbourethral terhitung sebesar 10%
sisanya (McDonald, 2015). Hanya 10% dari volume semen adalah
sel sperma
Pemeriksaan Laboratorium
• Pemeriksaan Spermatozoa
– Tujuan : Menentukan adanya sperma
– Bahan Pemeriksaan: Cairan vagina

• Metode Pemeriksaan
– Tanpa Pewarnaan
– Pewarnaan
Tanpa pewarnaan
• Untuk melihat motilitas spermatozoa.
Pemeriksaan ini paling bermakna untuk
memperkirakan saat terjadinya persetubuhan.
• Letakkan satu tetes cairan vagina pada kaca
objek kemudian ditutup.Periksa dibawah
mikroskop dengan pembesaran 500 kali.
Perhatikan pergerakkan
spermatozoa(Hoediyanto, 2012).
HASIL
• Umumnya disepakati dalam 2 – 3 jam setelah
persetubuhan masih dapat ditemukan spermatozoa
yang bergerak dalam vagina. Haid akan
memperpanjang waktu ini sampai 3 – 4 jam.
Berdasarkan beberapa penelitian, dapat disimpulkan
bahwa spermatozoa masih dapat ditemukan 3 hari,
kadang – kadang sampai 6 hari pasca persetubuhan.
Pada orang mati, spermatozoa masih dapat
ditemukan hingga 2 minggu pasca persetubuhan,
bahkan mungkin lebih lama lagi (Andre, 2009).
Dengan Pewarnaan
• Pemeriksaan sel sperma dengan pewar-naan memerlukan 2
jenis reagen yaitu malachite green dan eiosin yellowish
• Malachite Green merupakan senyawa organik yang sering
digunakan sebagai zat pewarnaan.
• Dalam ilmu Forensik, malachite green digunakan dalam
prosedur Leuco-Malachite Green (LMG) yaitu untuk
mendeteksi adanya darah laten.
• Deteksi spermatozoa dengan pewarnaan malachite green
dinilai sangat baik karena berdasarkan hasil penelitian, dalam
enam hari, spermatozoa masih dapat ditemukan dalam
keadaan utuh dan terwarnai dengan baik.Hal serupa terjadi
pada sel sperma yang bergerombol dan tidak utuh.
• Sediaan hapusan dari cairan vagina pada objek gelas,
keringkan di udara, fiksasi dengan api, warnai dengan
Malacchite-green 1% dalam air, tunggu 10-15 menit,
cuci dengan air, warnai dengan Eosin-yellowish 1%
dalam air, tunggu 1 menit, cuci dengan air, keringkan,
periksa di mikroskop (Hoediyanto, 2012).
• Hasil yang diharapkan pada pengecatan Malachite–
green: basis kepala sperma berwarna ungu, bagian
hidung merah muda dan pada pengecatan Gram akan
terlihat sperma yang terdiri atas kepala berwarna
kemerahan, leher dan ekor yang berwarna kebiruan.
Dikatakan positif apabila ditemukan sperma paling
sedikit satu sperma yang utuh.
• Sel sperma agak sulit dibedakan dengan sel-sel
penyulit lain yang ikut terangkat ketika sampel
diambil. Sel penyulit yang dimaksud yaitu sel
epitel dinding vagina dan leukosit.
• Pewarna lain yang digunakan pada preparat
setelah malachite green yaitu eiosin yellowish.
Reagen ini bertindak sebagai pewarna konter
yang memfasilitasi peme-riksa dalam
menyingkirkan sel penyulit.
• Eiosin yellowish memberi warna merah muda
pada sel epitel. Leukosit tidak akan terwarnai.
Selain itu eiosin yellowish akan mewarnai bagian
kepala dan leher sel sperma ( Arios dkk., 2014).
• Kombinasi stain malachite green dan counter-stain eiosin yellowish
memberikan karakteristik warna yang khas pada sel sperma.
• Ketika telah terwarnai sedemikian rupa, spermatozoa akan lebih
mudah di identifikasi. Hasil pulasan yang khas tersebut
menjadikan pemeriksaan dengan pewarnaan lebih unggul dalam
mendeteksi sperma( Arios dkk., 2014).
• Deteksi spermatozoa dengan pewarnaan malachite green dinilai
sangat baik karena berdasarkan hasil penelitian, dalam enam hari,
spermatozoa masih dapat ditemukan dalam keadaan utuh dan
terwarnai dengan baik.
• Hal serupa terjadi pada sel sperma yang bergerombol dan tidak
utuh. Meskipun organelnya tidak utuh, pewarnaan tetap tersebar
secara merata.
• Dengan demikian penelitian ini mengukuhkan teori yang sudah
ada dimana malachite green benar-benar efektif dalam
mendeteksi spermatozoa
Pemeriksaan adanya cairanmani (semen)

• Reaksi Fosfatase Asam


• Reaksi Florence
• Reaksi Berberio
• Sinar Ultraviolet, visual, taktil dan penciuman
• Tes Spot Zink
• Pewarnaan Baecchi
• Tes Deteksi Prostate Specific Antigen (PSA) Pada
Semen
• Tes Semenogelin
Contoh Kasus
• Dua orang tersangka dituduh memperkosa perempuan
yang mereka undang ke apartemen mereka. Mereka
mengklaim bahwa korban minum sehingga mabuk dan
tidak sadarkan diri dalam rentang waktu 30 menit setelah
kedatangannya, dimana dia berimajinasi telah diperkosa.
Korban tersadar empat jam kemudian.
• Korban bersaksi bahwa dia memang meminum dua bir
dan satu skochi selama 2,5 jam. Setelah dia berhenti
minum, dia merasakan pusing dan tidak sadarkan diri. Dia
terjaga dan merasa sedang diperkosa, namun rasanya
seperti mimpi dan dia tidak bisa berbicara atau bergerak.
PENYELESAIAN :
• Untuk mengetahui apakah korban diperkosa, maka harus
dilakukan pemeriksaan antara lain tanda kekerasan dan
tanda persetubuhan.
1.  Tanda Kekerasan
• Pada kasus di atas, sampel darah korban di ambil kemudian
diteteskan ke alat strip test, apabila strip test menunjukkan
hasil positif bahwa pada darah korban mengandung obat
golongan benzodiazepin (BZD) yang memiliki efek sedatif-
hipnotika, maka selanjutnya dilakukan uji konfirmasi
untuk memastikan jenis zat narkotika dan psikotropika yang
terkandung di dalam sampel tersebut.
• Penetapan kadar dilakukan untuk mengetahui kadar diazepam
dalam darah. Penetapan kadar dapat dilakukan dengan metode
KLT-Spektrofotodensitometri. Apabila analisis dilakukan 5 jam
setelah kejadian dan hasil tes menunjukkan bahwa kadar
diazepam dalam darah korban sebesar 0,44 mg/L (Cp), maka
untuk mengetahui kadar diazepam dalam darah ketika kejadian,
maka dilakukan perhitungan runut balik. Perhitungan runut balik
dilakukan dengan bantuan waktu paruh farmakokinetik, yaitu
dengan dengan asumsi waktu paruh diazepam 20 jam, maka :
Apabila telah diketahui nilai k. Berdasarkan literatur, kadar
diazepam yang menimbulkan efek dalam plasma adalah 0,1
sampai 1,0 mg/L (Moffat et al., 2005). Ini berarti pada minuman
korban telah positif dicampur dengan diazepam dan pada saat
kejadian korban berada di bawah pengaruh obat tersebut.
2.  Tanda Persetubuhan
• Untuk mendeteksi ada tidaknya sel mani dari bahan swab
dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopik secara langsung
terhadap ekstrak atau dengan pembuatan preparat tipis yang
diwarnai dengan pewarnaan malachite green
• Jika yang akan diperiksa sampel berupa bercak peda pakaian
dapat dilakukan pemeriksaan Baechi, dimana adanya sperma
akan tampak berupa sel sperma yang terjebak diantara serat
pakaian. Sel sperma positip merupakan tanda pasti adanya
ejakulasi. Kendala utama pada pemeriksaan ini adalah jika sel
sperma telah hancur bagian ekor dan lehernya sehingga hanya
tampak kepalanya saja. Untuk mendeteksi kepala sperma
semacam ini harus diyakini bahwa memang kepala tersebut
masih memiliki topi (akrosom). Dengan adanya sperma ini, maka
dapat diketahui DNA pelaku pemerkosaan (Atmadja, 2009)
• Pemecahan kasus pemerkosaan dapat dilakukan dengan
menganalisa DNA yang terdapat pada sperma yang tertinggal
dalam vagina korban.
• Untuk kasus pemerkosaan diperiksa spermanya tetapi yang
lebih utama adalah kepala spermatozoanya yang terdapat
DNA inti sel didalamnya.
• Sedangkan jika di TKP ditemukan satu helai rambut maka
sampel ini dapat diperiksa asal ada akarnya. Namun untuk
DNA mitokondria tidak harus ada akar, cukup potongan
rambut karena diketahui bahwa pada ujung rambut terdapat
DNA mitokondria sedangkan akar rambut terdapat DNA inti
sel.
• Bagian-bagian tubuh lainnya yang dapat diperiksa selain
epitel bibir, sperma dan rambut adalah darah, daging, tulang
dan kuku (Putra, 2007).
• Finishing dari metode ini adalah mencocokkan tipe-tipe
DNA fingerprintdengan pemilik sampel jaringan (tersangka
pelaku kejahatan). 
• Pada kasus perkosaan ditemukannya pita-pita DNA dari
benda bukti atau korban yang ternyata identik dengan pita-
pita DNA tersangka menunjukkan bahwa tersangkalah yang
menjadi donor sperma tadi.
• Adanya kemungkinan percampuran antara sperma pelaku
dan cairan vagina tidak menjadi masalah, karena pada
proses kedua jenis DNA ini dapat dipisahkan satu sama lain.
• Satu-satunya kesalahan yang mungkin terjadi adalah kalau
pelakunya ternyata adalah saudara kembar identik dari si
tersangka, karena keduanya memiliki pita DNA yang sama
persis (Atmadja, 2009)

Anda mungkin juga menyukai