Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kata "polisi" itu berasal dari kata Yunani "Politea". Kata ini pada mulanya
dipergunakan untuk menyebut "Orang yang menjadi warga negara dari kota Athene",
kemudian pengertian itu berkembang menjadi "kota" dan dipakai untuk menyebut "semua
usaha kota". Oleh karena pada zaman itu kota-kota merupakan negara-negara yang berdiri
sendiri, yang disebut juga "Polis", maka "politea" atau "polis", diartikan sebagai :"semua
usaha dan kegiatan negara, juga termasuk kegiatan keagamaan." Pada abad ke 14 dan 15 di
Perancis dipergunakan kata "police" dan di Jerman kata "polizei" dan perkataan-perkataan itu
sudah mengeluarkan urusan agama dari usaha "politeia" sehingga "politeia" atau "polis", "la
Police" (perancis), "Politeia" (Itali), "Polizei" (Jerman), "police" (Inggris), "Politie" (Belanda,
"Polis di Raja" (Malaysia) dan "Polisi" (Indonesia) hanya meliputi usaha dan urusan
duniawian saja.
Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde) dan
hukum. Kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Polri dilepas
dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam tugasnya
dia mencari barang bukti, keterangan-keterangan dari berbagai sumber, baik keterangan
saksi-saksi maupun keterangan saksi ahli. Masyarakat Indonesia menuntut Polri menjadi
lembaga yang humanis, professional dan mejunjung tinggi hak azazimanusia serta mampu
menciptakan keadilan sosial ditengah masyarakat.Hal ini tidakklah mudah bagi Polri, peranan
sebagai penegak hukum sering berbenturan dengan peranannya sebagai pelayan masyarakat.
Untuk itu Polri perlu mengembangkan upaya diskresi kepolisian dengan menggunakan hati
nurani ditengah ± tengah masyarakat
Namun sekarang ini, kebanyakan polisi menyeleweng dari perannya. Polisi yang
bertugas sebagai pencipta keadilan sosial, penegak hukum melaksanakan perannya tersebut
untuk kepentingan pribadi. Sebagai contoh, terkadang pihak kepolisian menilang seseorang
tidak sesuai dengan prosedurnya, terlibat kasus penjualan narkoba, bentrokan dengan
masyarakat, dll. Hal ini yang membuat citra kepolisian menjadi rusak bagi masyarakat.
Tindakan inilah yang tidak sesuai dengan etis kekristenan. Oleh sebab itu, pada pembahasan
selanjutnya, kami akan menjabarkan bagaimana pandangan teologi etis Kristen terhadap
profesi seorang polisi.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa yang dimaksud polisi?
2. Bagaimana pandangan theologi etis Kristen terhadap kinerja polisi saat ini?
3. Apa saran dan kesimpulan terhadap kinerja polisi saat ini?
BAB III
Tinjauan Teologis Etis Kristen Tentang Profesi Polisi

a. Tinjauan Teologis Etis Kristen tentang Profesi Polisi Menurut Alkitab

 Ulangan 16:19
“Janganlah memutarbalikkan keadilan, janganlah memandang bulu, dan
janganlah menerima suap, sebab suap membuat buta mata orang-orang
bijaksana dan memutarbalikkan perkataan orang benar.”
Penjelasan :
Melalui ayat ini, Tuhan menghendaki umatNya untuk mengatakan hal-hal
yang benar dan menegakan keadilan. Kita tidak boleh memutarbalikkan fakta
yang ada, memberi dan menerima suap, serta berbuat ketidakadilan terhadap
sesama kita. Demikian juga dengan seorang poilsi. Seorang polisi sebagai
aparat keamanan hendaknya memberikan perlindungan dan rasa aman
kepada masyarakat secara merata dan tanpa memandang bulu, sehingga
setiap warga masyarakat mendapatkan rasa aman. Polisi yang juga bertugas
menegakkan hukum seharusnya tidak menerima suap dari siapa pun yang
melakukan pelanggaran hukum.

 Mazmur 72:2
“Kiranya ia mengadili umat-Mu dengan keadilan dan orang-orang-Mu yang
tertindas dengan hukum.”
Penjelasan :
Melalui nats ini, Tuhan menghendaki kita untuk berbuat keadilan yang
sesuai dengan hukum yang berlaku, terutama untuk para penegak hukum,
seperti polisi. Seorang polisi kiranya dapat menjalani salah satu tugas
utamanya yaitu sebagai penegak hukum dengan adil dan sesuai dengan
peraturan hukum yang berlaku.

 1 Tesalonika 4 : 3
“Karena inilah kehendah Allah: pengudusanmu, yaitu supaya kamu
menjauhi percabulan,”
Penjelasan :
Dari nats ini Tuhan ingin mengingatkan kita agar kita tetap berada di
jalannya, tetap setia pada pasangan kita. Percabulan, selingkuh, pemerkosaan
adalah hal yang keji yang dibenci Tuhan. Kita sebagai umat harusnya
menuruti perintah Allah, Bapa kita. Apalagi jika kita diberi Tuhan kuasa
untuk menjadi paratur negara, harusnya kita yang mampu membersihkan
perbuatan zinah tersebut, dan menjadi contoh yang baik yang mencerminkan
bahwa kita adalah anak-anak Allah.

 Ibrani 10 : 24
“Dan marilah kita saling memperhatikan supaya kita saling mendorong
dalam kasih dan dalam pekerjaan baik.”
Penjelasan :
Dari nats ini Tuhan ingin mengajak kita untuk selalu melakukan berbagai
bentuk kasih kepada sesama kita. Walaupun saudara atau sesama kita telah
melakukan kesalahan bukan berarti kita berhak menegurnya dengan cara
yang kasar atau dengan sombong dan angkuhnya. Kita harus mampu
mengkontrol emosi kita sendiri barulah kita dapat mengkontrol sesama kita
agar dapat bersama-sama berjalan di jalan Tuhan, terutama seorang polisi
sebagai salah satu oknum penegak hukum. Tetapi bukan berarti polisi boleh
semena-mena. Tetaplah lakukan segala tugas dan tanggung jawabmu sesuai
profesimu dan dengan kasih.

 Titus 3 : 14
“Tetapi hendaklah engkau tetap berpegang pada kebenaran yang telah
engkau terima dan engkau yakini, dengan selalu mengingat orang yang
telah mengajarkannya kepadamu.”
Penjelasan :
Dari nats ini Tuhan mengajak kita untuk selalu berbuat baik agar kita dapat
berbuah, berbuah dalam Kristus. Mengambil hak milik orang lain atau
meminjam milik orang lain tanpa permisi adalah contoh dari perbuatan yang
menyebabkan kita menjadi tidak berbuah. Hendaklah apapun yang kita
inginkan dan kita perlukan, marilah kita bekrja keras untuk mendapatkannya
bukan dengan merampas paksa milik orang lain.

 Markus 9 : 50
“Garam memang baik, tetapi jika garam menjadi hambar, dengan apakah
kamu mengasinkannya ? Hendaklah kamu selalu mempunyai garam dalam
dirimu dan selalu hidup berdamai yang seorang dengan yang lain.”
Penjelasan :
Dari nats ini Tuhan ingin mengajak kita agar kita bisa hidup dalam damai.
Kita harus berdamai dengan teman kita, berdamai dengan saudara kita,
terutama berdamai dengan diri sendiri. Jangan karena sifat manusia yang
sama dengan dunia ini yang selalu ingin melakukan dosa, hanya dengan
perkara kecil tetapi dengan adanya kesombongan, ingin menjadi yang nomor
satu dengan menghalalkan segala cara, membuat kita menjadi tak dapat
mengontrol emosi dan pikiran kita. Sehingga dalam berumah tangga
misalnya dapat terjadi KDRT karena tidak adanya kedamaian dalam rumah
itu. Seorang polisi yang memiliki latihan fisik yang lebih, yang berbeda dari
antara latihan fisik yang biasa kita lakukan, bukan berarti dengan
kekuasaannya, dengan kemampuan fisiknya dia bisa berbuat sesuka hatinya
dan menyebabkan KDRT. Dan sebagai seorang polisi sedikit banyaknya
sudah banyak mengetahui tentang pasal-pasal yang menunjukkan kebenaran
suatu kejadian. Dan dengan adanya KDRT mungkin mampu menyeret
seseorang ke jeruji besi. Maka berdamailah dengan diri sendiri agar hal
buruk yang ada dalam hati dan pikiran kita masing-masing hilang dan akan
mengontrol setiap tindakan kita.

b. Tinjauan Teologis Etis Kristen tentang Profesi Polisi Menurut Undang-Undang


Dasar 1945

 Pasal 30 ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945


menyatakan, bahwa “Tiap-tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam pertahanan dan keamanan Negara”, yang artinya adalah setiap warga
negara memiliki hak untuk mendapatkan keamanan dari negara, sekaligus
memiliki kewajiban untuk melakukan upaya untuk pertahanan Negara
Republik Indonesia. Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai aparat
keamanan yang sah dalam benteng pertahanan Republik Indonesia hendaknya
memenuhi hak dari setiap warga negara Indonesia dalam hal keamanan,
bukan mempersulit rakyat untuk mendapatkan haknya dalam hal keamanan.
Namun, bangsa Indonesia juga hendaknya mau turut ambil bagian dalam
membantu Kepolisian Negara Republik Indonesia dalam melaksanakan
tugasnya, yaitu mengupayakan keamanan dalam segala segi kehidupan, demi
terciptanya perdamaian abadi, seperti yang dicita-citakan dalam Pembukaan
Undang-Undang Dasar 1945.

 Pasal 30 ayat (2) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan, bahwa “Usaha


pertahanan dan keamanan Negara dilaksanakan melalui sistem pertahanan
dan kemanan rakyat semesta oleh TNI dan POLRI sebagai kekuatan utama,
dan rakyat sebagai kekuatan pendukung”, yang artinya adalah TNI dan
POLRI sebagai kekuatan terbesar yang bertugas menjaga keamanan dan
pertahanan Nasional, membantu menanggulangi akibat bencana alam,
pengungsian dan pemberian bantuan kemanusiaan, menangani kriminalitas,
serta memelihara keamanan dalam negeri. Sedangkan, tugas rakyat yang
mempunyai kekuatan pendukung adalah dengan tidak melakukan hal hal yang
dapat menghambat atau memberi ancaman pada keamanan NKRI, contohnya
dengan tidak melakukan aksi terorisme, tidak melakukan kekerasan yang
berbau SARA, merusak lingkungan, atau tidak membuat gerakan sparatis
guna menciptakan negara baru. Oleh karena itu, POLRI dan rakyat Indonesia
hendaknya dapat saling bahu-membahu untuk menciptakan perdamaian dan
ketertiban Nasional yang baik.

 Pasal 30 ayat (4) Undang-Undang Dasar 1945 menyatakan, bahwa


“Kepolisian Negara Republik Indonesia sebagai alat negara yang menjaga
kemanan dan
ketertiban masyarakat bertugas melindungi, mengayomi, melayani
masyarakat, serta menegakkan hukum”, yang artinya adalah POLRI yang
bertugas untuk melindungi, mengayomi, serta melayani masyarakat,
hendaknya memenuhi tugas dan kewajiban yang dipercayakan. Bukan
menyalahgunakan tugas tersebut, seperti meminta imbalan kepada
masyarakat setelah melakukan tugas dan tanggungjawabnya tersebut. Oleh
karena itu, masyarakat pun hendaknya mengerti tentang dasar hokum serta
tugas dan wewenang yang dimiliki POLRI guna mengerti, seberapa batasan
kita agar dapat saling membantu dengan kepolisian Negara Republik
Indonesia.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dewasa ini, peran Polri sangat diharapkan bisa memperbaiki kinerja dan
citranya agar dapat menampilkan citra diri sebagai pelayan masyarakat yang dapat
memberikan rasa aman dan pengayoman bagi masyarakat yang dilayaninya.
Polisi adalah badan pemerintah yang bertugas memelihara keamanan dan
ketertiban masyarakat, menegakkan hokum serta memberikan perlindungan,
pengayoman, dan pelayanan kepada masyarakat.
Namun pada kenyataannya, sekarang ini ada begitu banyak peristiwa
penyimpangan yang terjadi di tubuh Polri, mulai dari menerima suap, pemakaian
narkoba, kasus salah tembak, penganiayaan, pemerkosaan, pencurian, korupsi
yang merugikan masyarakat.
Menurut Roy Remling, persoalan besar selama ini adalah ketiadaan
lembaga yang dapat mengontrol polisi.Akibatnya, polisi bisa berbuat apa saja,
tanpa perlu merasa takut. Banyak sikap dan perilaku polisi saat sedang
memberikan pelayanan kepada masyarakat terkesan kurang ramah, bahkan
melakukan pelanggaran hukum. Sikap ini dapat menghilangkan kepercayaan
masyarakat.
Tidak hanya masalah eksternal, masalah juga muncul dalam tubuh Polri
sendiri. Kerjasama antara atasan dan bawahan, antar anggota pun belum dapat
berjalan dengan baik. Oleh karena itu yang diperlukan dari semua itu adalah
perlunya menjalin komunikasi yang baik, mengilangkan sikap arogan, curiga, dan
saling menghargai antar anggota Polri. Dengan demikian, terciptalah rasa
persatuan sehingga masing-masing pribadi dapat saling dapat menghormati dan
menjaga nama baik organisasi (Polri), sehingga dapat dengan sepenuh hati
melayani masyarakat sesuai dengan hati nurani dan kode etik yang berlaku dan
dapat mencerminkan diri sebagai anak-anak Allah melalui profesi sebagai pelayan
masyarakat.
4.2 Saran

 Pemerintah/DPR
Sebaiknya pemerintah membuat undang-undang atau hukum yang intinya itu
untuk mengevaluasi kinerja polisi. Namun sebelum itua, sebaiknya perlu juga
dibentuk sebuah tim independen untuk mengontrol, memeriksa dan mengawasi
kinerja para polisi.

 Pimpinan/ atasan dalam kepolisian


Sebagai seorang pemimpin harusnya dapat bersikap memberikan contoh/teladan
yang baik dalam berhubungan maupun berkomunikasi, bersikap adil, memberikan
rasa nyaman dalam bekerja dengan bawahan sehingga dapat bekerjasama untuk
memberikan yang terbaik dalam pelaksaan tugas.Pimpinan juga sebaiknya
memperhitungkan situasi dan kondisi ketika akan memberikan pengarahan
pembinaan.
 Anggota polisi
Agar mampu menjaga hubungan baik dengan atasan/pimpinan, rekan kerja,
masyarakat, dan semua pihak terkait sehinnga dapat bekerja optimal sebagai
seorang penegak hukum yang berintegrasi, jujur, bertanggungjawab, adil dan
terpercaya.

 Sekolah kepolisian
Sebaiknya masa awal pendidikan, para calon polisi sudah ditanami dengan nilai-
nilai dasar yang dibutuhkan untuk menjadi seorang polisi, mulai dari kejujuran,
disiplin, adil, tegas, berjiwa besar, taat dan patuh pada kode etik yang berlaku,
serta menjaga nama baik/kehormatan organisasi. Bukan dengan mengembangkan
tradisi senioritas
sejak masa awal pendidikan.

 Institusi penegak hukum lain


Sebaiknya hubungan Polri dengan institusi penegak hukum lain (kejaksaan dan
pengadilan negeri) harus harmonis, dapat saling bekerjasama tanpa saling
mencurigai dengan saling menghormati aturan dan prosedur dari masing-masing
institusi sehingga penegakan hukum bisa dicapai sesuai dengan harapan
masyarakat.

 Masyarakat
Sebaiknya juga turut bekerjasama dengan cara memahami sebenarnya tugas dan
fungsi polisi, dan tidak mendukung aksi pungli yang terjadi, misalnya dengan
menempuh jalan pintas, dengan membayar uang ‘pelicin’ saat terkena tilang,
penyelesaian sengketa, dan hal lain untuk memuluskan urusannya. Justru
masyarakat harus bersikap kritis terhadap masalah seperti itu. Kalau perlu,
masyarakat dapat membantu tugas polisi dengan memberikan informasi terkait
kasus-kasus pelanggaran hukum yang terjadi di sekitar.

 LSM
Sebaiknya lembaga ini juga mampu memberikan sosialisasi yang baik akan peran
dan fungsi polisi sebenarnya kepada masyarakat, dan mampu mnegkritisi secara
baik dan aman, tidak anarkis apaila terdapat pelanggaran hukum yang dilakukan
oleh para anggota Polri.

 Gereja
Kiranya gereja dapat memberikan pengertian kepada para oknum polisi yang
‘nakal’ bahwasanya yang mereka lakukan itu adalah tindakan yang salah di mata
Tuhan dan menimbulkan dosa.
DAFTAR PUSTAKA

Jurnal Asia. Polres Siantar ringkus pelaku KDRT Nando Gultom. Medan, 20 September
2014
Jurnal Asia. Polsek Patumbak Gagalkan Penyelundupan 21 kg Ganja. Medan, 22
September 2014
Jurnal Asia. Polsek Helvetia Tangkap Dua Pelaku Jambret. Medan, 22 September 2014
Kompas. Tindak Pidana oleh Oknum Kepolisian Daerah Banten. Jakarta, 23 November
2013
Kompas. Dua Polisi jadi Tersangka. Jakarta, 7 NOvember 2013
Kompas. Berkas Perkara Oknum Polisi Dilimpahkan. Jakarta, 6 Maret 2012
Kompas. Polda Jateng Kawal Penindakan Anggotanya. Jakarta, 18 Januari 2013
Kompas. Siswa SMK Tertembak. Jakarta, 18 Januari 2013
Kompas. Polisi Butuhkan Saksi Ahli. Jakarta, 18 Januari 2013
Kompas. Senjata Api Dinas Menghabisi Jiwanya. Jakarta, 26 Mei 2013
Kompas. Tiga polisi jadi Tersangka Penembakan. Jakarta, 15 Mei 2013
Kompas. Polri Khawatir Basri Bikin Teror. Jakarta, 27 April 2013
Kompas. Dulu Polisi Seret Susno, Kini.. Jakarta, 27 April 2013
Kompas. Polisi Bongkar Penyelewengan Solar. Jakarta, 5 Maret 2013
Kompas. Polwan Diminta Meningkatkan Citra Positif. Jakarta, 2 September 2014
Kompas. Kapolri Bersajojo bersama Tim Perdamaian. Jakarta, 7 November 2013
Kompas. Polda metro terus Bersihkan Preman. Jakarta, 6 April 2012
Kompas. Polda Sasar Pengoplos Elpiji. Jakarta, 7 Januari 2014
Suwarni, 2009. Perilaku Polisi, Bandung, Nusamedia

Anda mungkin juga menyukai