Anda di halaman 1dari 12

MATERI PROFESI KEPERAWATAN

Disusun oleh :
Dwi Atika 180106003
Ratri Wulandari 180106011
Rumantika 180106012

PRODI SARJANA KEPERAWATAN ANESTESIOLOGI


UNIVERSITAS HARAPAN BANGSA PURWOKERTO
TAHUN AJARAN 2018/2019
BAB I
PENDAHULUAN

      A.    Latar Belakang


Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini
menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata
menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja
dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju.
Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi
keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari
eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri.

     B.     Tujuan


Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah:
1.      Agar Mahasiswa dapat mengetahui kriteria keperawatab dikatakan sebagai profesi
2.      Untuk menambah pengetahuan bagi perawat dalam menjalankan profesinya
BAB II
PEMBAHASAN

A.    Keperawatan Sebagai Profesi


Berdasarkan definisi oleh para ahli diatas menganai profesi, mari kita lihat mengapa
keperawatan itu sebagai profesi.
1. Mempunyai Body Of Knowledge
Tubuh pengetahuan yang dimiliki keperawatan adalah ilmu keperawatan ( nursing
science ) yang mencakup ilmu – ilmu dasar ( alam, sosial, perilaku ),ilmu biomedik,ilmu
kesehatan masyarakat,ilmu keperawatan dasar,ilmu keperawatan klinis dan ilmu
keperawatan komunitas.

2. Pendidikan Berbasis Keahlian Pada Jenjang Pendidikan Tinggi


Di Indonesia berbagai jenjang pendidikan telah dikembangkan dengan mempunyai
standar kompetensi yang berbeda-beda mulai D III Keperawatan sampai dengan S3 akan
dikembangkan.
3. Memberikan Pelayanan Kepada Masyarakat Melalui Praktik Dalam Bidang Profesi
Keperawatan dikembangkan sebagai bagian integral dari Sistem Kesehatan Nasional.
Oleh karena itu sistem pemberian askep dikembangkan sebagai bagian integral dari
sistem pemberian pelayanan kesehatan kepada masyarakat yang terdapat di setiap tatanan
pelayanan kesehatan.
Pelayanan/ askep yang dikembangkan bersifat humanistik/menyeluruh didasarkan
pada kebutuhan klien,berpedoman pada standar asuhan keperawatan dan etika
keperawatan.

4. Memiliki Perhimpunan/Organisasi Profesi


Keperawatan harus memiliki organisasi profesi,organisasi profesi ini sangat
menentukan keberhasilan dalam upaya pengembangan citra keperawatan sebagai profesi
serta mampu berperan aktif dalam upaya membangun keperawatan profesional dan
berada di garda depan dalam inovasi keperawatan di Indonesia. Saat ini di indonesia
memilki organisasi profesi keperawatan dengan nama PPNI, dengan aggaran dasar dan
anggaran rumah tangga, sedangkan organisasi keperawatan di dunia dengan nama
internasional Council Of Nurse (ICN).

5. Pemberlakuan Kode Etik Keperawatan


Dalam pelaksanaan asuhan keperawatan ,perawat profesional selalu menunjukkan
sikap dan tingkah laku profesional keperawatan sesuai kode etik keperawatan.

6. Otonomi
Keperawatan memiliki kemandirian,wewenang, dan tanggung jawab untuk mengatur
kehidupan profesi,mencakup otonomi dalam memberikan askep dan menetapkan standar
asuhan keperawatan melalui proses keperawatan,penyelenggaraan pendidikan,riset
keperawatan dan praktik keperawatan dalam bentuk legislasi keperawatan ( KepMenKes
No.1239 Tahun 2001 ).

7. Motivasi Bersifat Altruistik


Masyarakat profesional keperawatan Indonesia bertanggung jawab membina dan
mendudukkan peran dan fungsi keperawatan sebagai pelayanan profesional dalam
pembangunan kesehatan serta tetap berpegang pada sifat dan hakikat keperawatan
sebagai profesi serta selalu berorientasi kepada kepentingan masyarakat.

B.     Otonomi Dalam Keperawatan


Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu berpikir logis
dan mampu membuat keputusan sendiri. Orang dewasa dianggap kompeten dan memiliki
kekuatan membuat sendiri, memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang
harus dihargai oleh orang lain. Prinsip otonomi merupakan bentuk respek terhadap
seseorang, atau dipandang sebagai persetujuan tidak memaksa dan bertindak secara rasional.
Otonomi merupakan hak kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan
diri. Praktek profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai hak-hak klien
dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

Contoh:
         Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya
         Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting diketahui
klien dalam membuat suatu pilihan.
         Memberitahukan klien bahwa keadaannya baik, padahal terdapat gangguan atau
penyimpangan.
         Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien menghendaki
informasi tersebut.
         Memaksa klien memberi informasi tentang hal – hal yang mereka sudah tidak
bersedia menjelaskannya.

Berbuat Baik (Beneficience)


Beneficience berarti, hanya melakukan sesuatu yang baik. Kebaikan, memerlukan
pencegahan dari kesalahan atau kejahatan, penghapusan kesalahan atau kejahatan dan
peningkatan kebaikan oleh diri dan orang lain. Terkadang, dalam situasi pelayanan
kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.
Contoh : Perawat menasehati klien tentang program pelatihan utnuk memperbaiki
kesehatan secara umum, tetapi tidak seharusnya melakukannya apabila klien dalam
keadaan resiko serangan jantung.

Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan dibutuhkan untuk terpai yang sama dan adil terhadap orang lain
yang menjunjung prinsip-prinsip moral, legal dan kemanusiaan. Nilai ini direfleksikan
dalam prkatek profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai hukum,
standar praktek dan keyakinan yang benar untuk memperoleh kualitas pelayanan
kesehatan.
Contoh: Seorang perawat sedang bertugas sendirian di suatu unit RS, kemudian
ada seorang klien baru masuk bersamaan dengan klien yang memerlukan bantuan
perawat tersebut. Agar perawat tidak menghindar dari satu klien ke klien yang lainnya
maka perawat seharusnya dapat mempertimbangkan faktor2 dalam situasi tersebut,
kemudian bertindak pd prinsip keadilan.
Tidak Merugikan (Nonmaleficience)
Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis pada klien.
Contoh: Seorang klien yang mempunyai kepercayaan bahwa pemberian tranfusi
darah bertentangan dengan keyakinannya, mengalami perdarahan hebat akibat penyakit
hati yang kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan
pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan tranfusi darah. Pada
suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi perdarahan hebat, dokter
seharusnya menginstruksikan untuk memberikan tranfusi darah. Dalam hal ini, akhirnya
tranfusi darah tidak diberikan karena prinsip beneficience, walaupun sebenarnya pada
saat yang bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip maleficience.

Kejujuran (Veracity)
Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran. Nilai ini diperlukan oleh
pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan kebenaran pada setiap klien dan
untuk meyakinkan bahwa klien sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan
kemampuan seseorang untuk mengatakan kebenaran. Informasi harus ada agar menjadi
akurat, komprensensif, dan objektif untuk memfasilitasi pemahaman dan penerimaan
materi yang ada, dan mengatakan yang sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu
yang berhubungan dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan. Walaupun
demikian, terdapat beberapa argument mengatakan adanya batasan untuk kejujuran
seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien untuk pemulihan atau adanya
hubungan paternalistik bahwa ”doctors knows best” sebab individu memiliki otonomi,
mereka memiliki hak untuk mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran
merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.
Contoh: Ny. Ita seorang wanita lansia usia 60 tahun, dirawat diRS dengan
berbagai macam fraktur karena kecelakaan mobil. Suaminya yang juga ada dalam
kecelakaan tersebut masuk ke RS yang sama dan meninggal. Ny. Ita bertanya berkali-kali
kepada perawat tentang keadaan suaminya. Dokter ahli bedah berpesan kepada
perawatnya untuk tidak mengatakan kematian suami Ny. Ita kepada Ny. Ita, perawat
tidak diberi alasan apapun untuk petunjuk tersebut dan menyatakan keprihatinannya
kepada perawat kepala ruangan, yang mengatakan bahwa intruksi dokter harus diikuti.
Menepati Janji (Fidelity)
Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan komitmennya
terhadap orang lain. Perawat setia pada komitmennya dan menepati janji serta
menyimpan rahasia klien. Ketaatan, kesetiaan, adalah kewajiban seseorang untuk
mempertahankan komitmen yang dibuatnya. Kesetiaan, menggambarkan kepatuhan
perawat terhadap kode etik yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat
adalah untuk meningkatkan kesehatan, mencegah penyakit, memulihkan kesehatan dan
meminimalkan penderitaan.
Contoh :
         Menjalin hubungan saling percaya antara perawt dengan pasien
         Memberi Penghargaan pada pasien
         Meningkatkan kemampuan menyelesaikan masalah bagi pasien.
         Memberi kebebasan melakukan ibadah
         Membuat pasien sejahtera

Karahasiaan (Confidentiality)
Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien harus dijaga
privasi klien. Segala sesuatu yang terdapat dalam dokumen catatan kesehatan klien hanya
boleh dibaca dalam rangka pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh
informasi tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien dengan bukti persetujuan. Diskusi
tentang klien diluar area pelayanan, menyampaikan pada teman atau keluarga tentang
klien dengan tenaga kesehatan lain harus dihindari.

Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang profesional
dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

C.    Otoritas Dalam Keperawatan


Otoritas (autority) yaitu memiliki kewenangan sesuai dengan keahliannya yang akan
memengaruhi proses asuhan melalui peran professional.
Contoh:
1.      Seorang perawat berhadapan dengan suatu pilihan antara pulang ke rumah
karena sudah berjanji dengan anaknya untuk pergi ke suatu tempat atau tetap
berada di rumah sakit untuk menolong klien memenuhi kebutuhannya dalam
keadaan gawat.
2.      Seorang ibu meminta perawat untuk melepas semua selang yang dipasang pada
anaknya yang telah koma delapan hari. Keadaan seperti ini, perawat menghadapi
masalah posisinya dalam menentukan keputusan secara moral.
3.      Seorang klien berusia lanjut yang menolak untuk mengenakan sabuk pengaman
waktu berjalan, ia ingin berjalan dengan bebas. Pada situasi ini perawat
menghadapi masalah upaya menjaga keselamatan klien yang bertentangan
dengan kebebasan klien
4.      Seorang perawat yang mendapati teman kerjanya menggunakan narkotika. Dalam
posisi ini perawat tersebut beradadalam pilihan apakah akan mengatakan hal
inisecara terbuka atau diam karena diancamakan dibuka rahasia yg dimilikinya
bila melaporkan pada orang lain.

D.    Kode Etik Keperawatan


Kode etik adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman
perilaku dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk
seorang perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik
perawat nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode
etik sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan. Kode etik keperawatan:
a. Perawat dan Klien
1) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan menghargai harkat dan
martabat manusia, keunikan klien dan tidak terpengaruh oleh pertimbangan
kebangsaan, kesukuan, warna kulit, umur, jenis kelamin, aliran politik dan
agama yang dianut serta kedudukan sosial.
2) Perawat dalam memberikan pelayanan keperawatan senantiasa memelihara
suasana lingkungan yang menghormati nilai-nilai budaya, adat istiadat dan
kelangsungan hidup beragama klien.
3) Tanggung jawab utama perawat adalah kepada mereka yang membutuhkan asuhan
keperawatan.
4) Perawat wajib merahasiakan segala sesuatu yang dikehendaki sehubungan dengan
tugas yang dipercayakan kepadanya kecuali jika diperlukan oleh yang berwenang
sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

b. Perawat dan Praktek


1) Perawat memlihara dan meningkatkan kompetensi dibidang keperawatan melalui
belajar terus-menerus.
2) Perawat senantiasa memelihara mutu pelayanan keperawatan yang tinggi disertai
kejujuran profesional yang menerapkan pengetahuan serta ketrampilan
keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien.
3) Perawat dalam membuat keputusan didasarkan pada informasi yang akurat dan
mempertimbangkan kemampuan serta kualifikasi seseorang bila melakukan
konsultasi, menerima delegasi dan memberikan delegasi kepada orang lain.
4) Perawat senantiasa menjunjung tinggi nama baik profesi keperawatan dengan
selalu menunjukkan perilaku profesional.
c. Perawat dan Masyarakat
Perawat mengemban tanggung jawab bersama masyarakat untuk memprakarsai dan
mendukung berbagai kegiatan dalam memenuhi kebutuhan dan kesehatan masyarakat.

d. Perawat dan Teman Sejawat


1) Perawat senantiasa memelihara hubungan baik dengan sesama perawat maupun
dengan tenaga kesehatan lainnya, dan dalam memelihara keserasian suasana
lingkungan kerja maupun dalam mencapai tujuan pelayanan kesehatan secara
keseluruhan.
2) Perawat bertindak melindungi klien dari tenaga kesehatan yang memberikan
pelayanan kesehatan secara tidak kompeten, tidak etis dan ilegal.
e. Perawat dan Profesi
1) Perawat mempunyai peran utama dalam menentukan standar pendidikan dan
pelayanan keperawatan serta menerapkannya dalam kegiatan pelayanan dan
pendidikan keperawatan.
2) Perawat berperan aktif dalam berbagai kegiatan pengembangan profesi
keperawatan
3) Perawat berpartisipasi aktif dalam upaya profesi untuk membangun dan
memelihara kondisi kerja yang kondusif demi terwujudnya asuhan keperawatan
yang bermutu tinggi.

E. CIRI CIRI PROFESI KEPERAWATAN


Adapun keperawatan sebagai suatu profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut :
1.      Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu
dan keterampilan serta kode etik keperawatan.
2.      Telah lulus dari pendidikan pada Jenjang Perguruan Tinggi (JPT) sehingga diharapkan
mampu untuk :

a)      Bersikap professional,
b)      Mempunyai pengetahuan dan keterampilan professional,
c)      Memberi pelayanan asuhan keperawatan professional, dan
d)     Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan.
e)      Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam
bidang kesehatan, yaitu :
a)      Sistem pelayanan atau asuhan keperawatan
b)      Pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut
c)      Perumusan standar keperawatan (asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan registrasi
atau legislasi), dan
d)     Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai
dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan
Dengan mengetahui definisi, ciri profesi kita dapat menganalisis bahwa keperawatan
di indonesia dapat dikatakan sebagai suatu profesi. Karena memiliki ciri-ciri dari profesi
yaitu mempunyai body of knowledge, pendidikan berbasis keahlian pada jenjang pendidikan
tinggi, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik dalam bidang profesi,
memiliki perhimpunan/organisasi profesi, pemberlakuan kode etik keperawatan, otonomi,
dan motivasi bersifat altruistik.

B.     Saran
Setelah mengetahui tentang keperawatan sebagai profesi perawat diharapka untuk
lebih meningkat kulitas kerja sebagai perawat dan mampu menjadi perawat yang profesional
dibidangnya.
DAFTAR PUSTAKA

http://gustinerz.wordpress.com/2011/01/23/keperawatan-sebagai-profesi-2/
http://www.g-excess.com/3264/kode-etik-dalam-keperawatan-indonesia/

Anda mungkin juga menyukai