Anda di halaman 1dari 7

Pengaruh Tingkat Pendidikan Perawat Terhadap Pelayanan Asuhan

Keperawatan
Aldriana Amanda Shafira – 2006598364, PDK A

A. Pendahuluan

Profesi keperawatan salah satu yang memegang peran penting dalam


pelayanan kesehatan. Perawat rela memberikan waktu dan kepeduliannya yang
penuh untuk melayani dan mendampingi kliennya hingga mencapai kesembuhan
yang maksimal. Kualitas pelayanan asuhan yang diberikan oleh perawat akan
meningkat seiring dengan adanya peningkatan kualitas pengembangan kompetensi
dan pembentukan perawat yang professional. Institusi pendidikan memberikan
pengaruh yang signifikan terhadap kesiapan mencetak perawat yang professional
dan juga profesi yang dapat mengembangkan keinginan yang tinggi ikut andil
dalam memberikan pelayanan keperawatan yang berkualitas, bertanggung jawab,
dan terstandar.

Sifat caring yang tidak lepas dari kata perawat, memberi berpengaruh besar
terhadap pendekatan secara biopsiko-spiritual dengan kliennya. Perawat memiliki
peran yang salah satunya adalah komunikator yang baik bagi kliennya (Berman et
al, 2016). Dalam memberikan informasi atau melakukan tindakan keperawatan,
secara langsung ataupun tidak langsung perawat menerapkan kompetensi yang
berdasarkan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan etika, yang ia dapatkan selama
mengikuti pendidikan keperawatan di perguruan tinggi. Perlu diketahui bahwa
perawat memiliki tantangan yang besar untuk menghasilkan kualitas pelayanan
yang baik dalam merawat kliennya.

Perawat yang memiliki kualitas pelayanan yang baik merupakan ciri dari
perawat yang profesional. Pelayanan yang baik di sini maksudnya adalah
pelayanan yang dilakukan dengan dasar ilmu pengetahuan dan kompetensi yang
memenuhi standar mutu yang sesuai, yang didapatkan dari pendidikan
keperawatan sebagai pendidikan professional. Hal tersebut bertujuan agar calon
perawat mendapatkan keahliannya yang sesuai dengan tuntutan profesi
(Nurhidayah, 2011, dalam Lestari, 2014).
Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai
pentingnya pendidikan professional bagi perawat, sistem pendidikan perawat di
Indonesia, perbedaan wewenang perawat professional dan vokasional, serta
kualitas yang dihasilkan dari perbedaan tingkat pendidikan terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan.

Isi

B. Sistem Pendidikan Perawat di Indonesia


Unsur pendidikan dalam keperawatan menjadi syarat penting dalam
menghasilkan asuhan keperawatan yang professional dan berkualitas. Pendidikan
keperawatan bertujuan untuk memberikan bekal pengetahuan dan pengalaman
nonklinis dan klinis kepada peserta didik, serta menjadikan mereka sebagai
perawat yang berpegang pada nilai-nilai keprofesian. Di Indonesia tercatat,
perawat yang bekerja dan memberi asuhan pada kliennya di rumah sakit terbanyak
adalah perawat yang memiliki tingkat pendidikan D3 atau vokasional. Sedangkan,
kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan beragam menuntut tenaga
kesehatan seperti perawat memiliki tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Sistem
pendidikan keperawatan di Indonesia sendiri diatur dalam UU No. 38 Tahun
2014, mencakup 4 tingkat pendidikan, yaitu:

1. Pendidikan vokasional (DIII Keperawatan) Pendidikan vokasi dalam


keperawatan diselenggarakan oleh institusi pendidikan yang menyediakan
wadah dalam mempersiapkan dan melahirkan perawat yang memiliki
kompetensi sebagai perawat praktikal atau pelaksana asuhan keperawatan.
Pada tingkat pendidikan ini, mendapat gelar dengan sebutan Ahli Madya
Keperawatan
2. Pendidikan jenjang Ners. Dalam jenjang pendidikan ini, lebih
memfokuskan pada penguasaan disiplin ilmu, sehingga wewenang pada
perawat di tingkat pendidikan tersebut, salah satunya dapat mendiagnosis
asuhan keperawatan. Pada tingkat pendidikan ini, perawat akan bergelar
Ners.
3. Pendidikan perawat magister, program pendidikan akademik pasca sarjana
atau magister keperawatan, memiliki tujuan (goals) dalam melahirkan
perawat magister yang memiliki kompetensi untuk memajukan
keperawatan di era globalisasi dan society 5.0, mengembangkan sikap
yang professional dalam menyelesaikan permasalahan, dan memiliki
keterampilan dalam fungsi manajerial dalam keperawatan.
4. Pendidikan perawat spesialis. Pada tingkat keperawatan spesialis, perawat
diharapkan mampu menjadi perawat yang memiliki kemampuan yang
berfokus pada bidang tertentu. Program pendidikan spesialis, terdiri dari
Spesialis Keperawatan Medikal Bedah, Keperawatan Anak, Keperawatan
Gerontik, Keperawatan Maternitas, Keperawatan Komunitas, dan
Keperawatan Jiwa.
5. Pendidikan perawat doctoral. Pada tingkat pendidikan doctor keperawatan,
cakupannya lebih berfokus kepada peningkatan pengembangan konsep
pengetahuan dan kemampuan dalam menerapkan teknologi, meneliti, dan
berkarya dalam keperawatan melalui pendekatan interdisipliner

C. Perbedaan Wewenang dan Tugas Berdasarkan Tingkat Pendidikan


Perawat

Dalam menjalankan praktik asuhan keperawatan, perawat memiliki


wewenang dan tugasnya. Tingkat pendidikan yang berbeda tentunya
memilki wewenang dan tugas yang berbeda pula. Seperti yang dinyatakan
pada Pasal 17 PMK No. 26 Tahun 2019 Tentang Wewenang dan Tugas
Perawat yaitu:
a. Melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik;
b. Menetapkan diagnosis Keperawatan;
c. Merencanakan tindakan Keperawatan;
d. Melaksanakan tindakan Keperawatan;
e. Mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan;
f. Melakukan rujukan;
g. Memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan
kompetensi;
h. Memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter;
i. Melakukan penyuluhan kesehatan dan konseling; dan
j. Melakukan penatalaksanaan pemberian obat kepada Klien sesuai
dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

Kemudian, pada Pasal 19 dijelaskan kembali bahwa perawat dengan


tingkat pendidikan Profesi atau Ners mempunyai wewenang untuk
melakukan tindakan dari huruf a sampai j, sedangkan wewenang pada
perawat dengan tingkat pendidikan vokasional terbatas, yaitu hanya dapat
melakukan tindakan keperawatan pada huruf a, d, e, g, dan i, kecuali
memberikan konseling pada klien. Sedangkan pada perawat spesialis atau
Ners spesialis memiliki wewenang untuk melakukan tindakan
keperawatan yang mencakup semua tindakan asuhan tidak hanya
perorangan, tetapi juga pada masyarakat.

Perbedaan tingkat pendidikan perawat mempengaruhi adanya


batasan pelayanan keperawatan pada kliennya. Hal tersebut dipengaruhi
oleh kompetensi yang perawat dapatkan dalam pendidikannya. Sehingga
perlu adanya batasan tindakan yang diberikan dalam menjamin
terlaksananya asuhan keperawatan yang optimal dan professional.
Pendidikan professional dalam keperawatan memang sebagian besar
mempelajari teori, tetapi dengan banyaknya teori dan pengetahuan yang
dipelajari akan memunculkan kemampuan dalam berpikir kritis dan
rasional dalam pengambilan keputusan, menumbuhkan soft skill mengenai
caring, etika, dan moral dalam praktik keperawatan. Sehingga nantinya,
bekal soft skill yang didapat akan menjadi arahan dalam praktik asuhan
keperawatan pada klien.

Penutup
Perawat yang profesional dituntut untuk memiliki kemampuan
membuat keputusan klinis dengan tepat dan akurat yang berdasarkan
pengetahuan yang didapatkan dari pendidikan yang ditempuhnya serta
kemampuan berpikir kritis yang dimiliki tentunya membantu perawat dalam
menentukan kualitas tindakan keperawatan yang diberikan untuk kliennya.
Hal ini sejalan dengan adanya peningkatan kebutuhan masyarakat terhadap
terselenggaranya layanan kesehatan yang optimal dan prima. Tenaga
keperawatan yang profesional hanya dihasilkan dari suatu sistem pendidikan
keperawatan profesional yang sesuai dengan bidang keilmuannya.

Sistem pendidikan keperawatan di Indonesia mewadahi berbagai


jenjang pendidikan perawat, yaitu perawat vokasional dan perawat profesi
atau ners. Sayangnya, perawat professional dalam pelayanan kesehatan
masih sedikit jumlahnya. Hal ini berbanding terbalik dengan harapan
masyarakat untuk mendapatkan asuhan keperawatan yang bermutu tinggi.
Perawat yang menempuh pendidikan dengan minimal profesi tentunya juga
akan menumbuhkan citra perawat yang positif dan diharapkan dapat
mewujudkan cita-cita pelayanan kesehatan di masa depan.

(yey udh selesai, tp masih kasar, mingdep pokonya udh harus rampung dan
dikonsul ke bu kun yaaa, sampe ketemu 2 atau 3 hari kedepan buat
nambah2in dan revisi)
Daftar pustaka

- https://www.aacnnursing.org/Portals/42/Publications/BaccEssentials08.pdf
- Berman
- Potter
- UUD NO. 38 2014
- https://www.google.co.id/books/edition/
Pendidikan_Dalam_Keperawatan/OPyf0ArEccMC?
hl=id&gbpv=1&dq=tingkat+pendidikan+perawat&pg=PT106&printsec=fr
ontcover
- https://www.google.co.id/books/edition/Konsep_Dasar_Keperawatan/
O3y5bNnwND0C?
hl=id&gbpv=1&dq=tingkat+pendidikan+perawat&pg=PA6&printsec=fro
ntcover
- https://ppnitangsel.org/asset/files/
KompetensiPerawat_Ners_Mercure_Finaldraf_PPNI-1.pdf
- http://hukor.kemkes.go.id/uploads/produk_hukum/
PMK_No__26_Th_219_ttg_Peraturan_Pelaksanaan_UU_Nomor_38_
Tahun_2014_tentang_Keperawatan.pdf
- https://www.kompasiana.com/shabiraliamn/5ceae2213ba7f7548416f0e6/
pentingnya-pendidikan-dalam-keperawatan-sebagai-tenaga-profesional?
page=all asupan dari kating

Caring merupakan kata yang tidak lepas dari perawat. Kualitas caring yang baik
akan memberi berpengaruh besar terhadap pendekatan secara biopsiko-spiritual
dengan kliennya. Perawat memiliki peran yang salah satunya adalah komunikator
yang baik bagi kliennya (Berman et al, 2016). Dalam memberikan informasi atau
melakukan tindakan keperawatan secara langsung maupun tidak langsung,
perawat perlu menerapkan yang didapatkannya selama mengikuti pendidikan
keperawatan.
Pelayanan yang baik di sini maksudnya adalah pelayanan yang dilakukan dengan
dasar ilmu pengetahuan dan kompetensi yang memenuhi standar mutu yang
sesuai. Untuk mendapatkan kompetensi dan penerapan nilai-nilai professional
yang baik, perawat diharuskan mengikuti pendidikan keperawatan. Hal tersebut
bertujuan agar calon perawat mendapatkan keahliannya yang sesuai dengan
tuntutan profesi (Nurhidayah, 2011, dalam Lestari, 2014).

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk menyampaikan informasi mengenai


pentingnya pendidikan professional bagi perawat, sistem pendidikan perawat di
Indonesia, perbedaan wewenang perawat profesional dan vokasional, serta
kualitas yang dihasilkan dari perbedaan tingkat pendidikan terhadap pelayanan
kesehatan yang diberikan.

Pendidikan profesional dalam keperawatan memang sebagian besar mempelajari


teori, tetapi dengan banyaknya teori dan pengetahuan yang dipelajari akan
memunculkan kemampuan dalam berpikir kritis dan rasional dalam pengambilan
keputusan, menumbuhkan soft skill mengenai caring, etika, dan moral dalam
praktik keperawatan. Sehingga nantinya, bekal soft skill yang didapat akan
menjadi arahan dalam praktik asuhan keperawatan pada klien.

Sebagian besar penelitian menyatakan bahwa, perawat yang memiliki tingkat


pendidikan yang lebih tinggi dengan level sarjana atau ners memiliki kesadaran
yang lebih tinggi dalam menerapkan nilai-nilai profesionalisme daripada perawat
dengan tingkat pendidikan non-akademik yang lebih rendah. Perawat dengan
pendidikan tinggi juga menganut nilai-nilai profesional sebagai dasar untuk
praktik asuhan keperawatan yang berkualitas. Oleh karena itu, untuk
menghasilkan pelayanan asuhan yang berkualitas, diperlukan dukungan dari pihak
pemerintah dan penyelenggara akademik kesehatan atau institusi yang berkualitas,
sehingga nantinya perawat dapat meningkatkan asuhan perawatan pada klien.

Anda mungkin juga menyukai