Anda di halaman 1dari 11

A.

Latar Belakang
Keperawatan merupakan bagian integral dari layanan kesehatan yang
didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan. Layanan ini berbentuk layanan
bio-psiko-sosio-spiritual komprehensif yang ditujukan bagi individu, keluarga,
kelompok dan masyarakat baik sehat maupun sakit yang mencakup seluruh
proses kehidupan masyarakat (Kemenkes RI, 2017). Proses keperawatan
sendiri tentunya dilakukan seorang perawat yang telah menyelesaikan studi
keperawatan baik dari D3, D4, profesi Ners, maupun jenjang yang lebih
tinggi.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring
dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia.
Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar
belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan
perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan
landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat
keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diplima saja, di ilhami
keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan
maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian
program paska sarjana FIK UI (1999).
Pendidikan keperawatan di Indonesia mengacu kepada UU No. 20 tahun
2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jenis pendidikan keperawatan di
Indonesia mencakup pendidikan vokasional, pendidikan akademik (Sarjana,
Magister, dan Doktor), serta pendidikan profesi (Ners dan spesialis)
Dinamika perkembangan pendidikan dan profesi keperawatan di Indoneia,
menciptakan polemik pada jenjang pendidikan dan keprofesian perawat yang
cukup kompleks. Salah satunya bahwa adanya tuntutan agar pemerintah
menghapuskan program pendidikan Diploma 3 lantaran dianggap tidak efektif
karena pada akhirnya akan melanjutkan ke jenjang S1 yang bersifat teori.
Selain itu pula, program D4 keperawatan di Indonesia masih menjadi
perdebatan, karena program pendidikan ini tidak diatur dalam UU No. 20
Tahun 2003.

B. Tinjauan Pustaka
a. Pengertian Keperawatan dan Profesi Keperawatan
Keperawatan adalah bentuk pelayanan profesional sebagai bagian integral
pelayan kesehatan yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan meliputi
aspek biologis, psikologis, sosial, dan spiritual yang bersifat
kompherensip, ditujukan kepada individu, keluarga dan masyarakat yang
sehat maupun yang sakit mencakup hidup manusia untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


1
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
Profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari
profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif
dalam sistem pelayanan kesehatan agar keberadaannya mendapat pengakuan
dari masyarakat.

b. Berikut Jenjang Pendidikan Keperawatan di Indonesia


1) D3 Keperawatan
Alumni D3 keperawatan mendapat gelar A. Md. Kep (Ahli Madya
Keperawatan). Alumninya menjadi perawat vokasi berperan sebagai
praktisi atau perawatn pelaksana yang membentu perawat professional
dalam perawatan klien atau pasien. Program Pendidikan Diploma III
(D-III) Keperawatan ini menghasilkan perawat generalis sebagai
perawat professional pemula/vokasional (ahli madya keperawatan)
yang dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan
landasan keprofesian yang kokoh. Lulusannya diharapkan mampu
melaksanakan asuhan keperawatan professional dengan berpedoman
kepada standar asuhan keperawatan dan dengan etika keperawatan
sebagai tuntunan.
2) D4 Keperawatan
Program pendidikan ini setara dengan S1 namun berbeda. Alumni
program ini bergelar S. Tr. Kep (Sarjana Terapan Keperawatan.
Berdasarkan pada SK Dirjen Dikti tahun 1997 dan sudah ada sejak
1998, program D4 keperawatan sendiri masih menjadi perdebatan
karena tidak diatur dalam UU No. 20 tahun 2003. Bila pendidikan
vokasi perawat mengacu pada D3 Keperawatan dan pendidikan
akademik mengacu pada S1 keperawatan, lantas dimana program D4
keperawatan ? Pertanyaan ini belum terjawab dengan pasti namun
berdasarkan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia, sarjana terapan
keperawatan berada di level 6 pendidikan berbasis keahlian. Perawat
dengan pendidikan Sarjana Terapan Keperawatan akan menjalani
perkuliahan selama 4 tahun dengan presentase 40% teori dan 60%
praktik. Alumni D4 keperawatan dapat langsung bekerja tanpa
sebagaimana alumni S1. Alumni D4 keperawatan dianggap lebih
cekatan dan terampil daripada alumni S1 keperawatan. Selama delapan
hingga sepuluh semester perkuliahannya, program D4 keperawatan
memang lebih banyak terfokus pada praktik.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


2
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
3) S1 Keperawatan
Program pendidikan ini lebih fokus pada pemahaman teori. Alumninya
bergelar S. Kep (Sarjana Keperawatan) dan memiliki wewenang untuk
mendiagnosa asuhan keperawatan kepada klien atau pasien. Selain
menerima mahasiswa baru dari lulusan SMA, program S1 keperawatan
terbuka bagi lulusan program D3. Alumni program S1 dianggap lebih
memiliki kompetensi yang lebih baik sebagai rekan kerja dokter. Pula,
diperlukan pendidikan program sarjana dan lanjut program profesi
Ners agar seorang perawat dapat membuka praktik mandiri atau home
care.
4) Profesi Ners
Sebelum menempuh program ini terlebih dahulu harus menempuh
pendidikan S1/D4. Pada pendidikan profesi ini mahasiswa dituntut
untuk melakukan praktik lapangan dengan menerapkan critical
thinking. Sehingga mahasiswa dapat mengimplementasikan ilmu-ilmu
yang didapatkan sebelumnya dalam praktik nyata di lapangan.
5) Magister Keperawatan
Aspek pengembangan dari pendidikan menjadi salah satu tuntutan
yang direspon berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 tentang Guru
dan Dosen tahun 2012, bahwa untuk institusi pendidikan yang
menyelenggarakan program Diploma dan Sarjana harus memiliki
kualifikasi Dosen Magister, sehingga pembukaan Program Magister
Ilmu Keperawatan (PSMIK) menjadi salah satu solusi dalam
meningkatkan kualifikasi dosen.
Program Magister Ilmu Keperawatan dirancang untuk
menghasilkan perawat yang mampu:
a) Menelaah praktik keperawatan lanjut pada area peminatannya.
b) Mendemonstrasikan asuhan keperawatan profesional pada area
peminatan.
c) Mendidik mahasiswa di area peminatan.
d) Mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen pada area
peminatan.
e) Melakukan penelitian pada area peminatan.

Magister bidang Ilmu Keperawatan dibagi dalam 6 peminatan :


a) Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan
b) Keperawatan Komunitas
c) Keperawatan Maternitas
d) Keperawatan Medikal Bedah
e) Keperawatan Jiwa
f) Keperawatan Anak

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


3
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
6) Program Spesialis
Program pendidikan Spesialis Keperawatan dilaksanakan setelah
mahasiswa menyelesaikan program pendidikan Magister Keperawatan
dimana mahasiswa melakukan registrasi administrasi dan akademik
sesuai ketentuan registrasi Universitas Indonesia. Pada program ini
mahasiswa harus mengikuti pendidikan tahap profesi selama 2
semester. Lulusan program studi ini akan memperoleh gelar profesi
Ners Spesialis (Sp.) sesuai peminatannya.
Terdapat lima Program Ners Spesialis Keperawatan, yaitu :
a) Keperawatan komunitas
b) Keperawatan maternitas
c) Keperawatan medikal bedah
d) Keperawatan jiwa
e) Keperawatan anak

c. Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI)


Sesuai ketentuan yang tercantum dalam Standar Nasional Pendidikan
Tinggi (SN DIKTI) tahun 2014, setiap program studi wajib dilengkapi
dengan target capaian pembelajaran sebagai bentuk akuntabilitas
penyelenggaraan program terhadap para pemangku kepentingan. Untuk
keperluan tersebut, Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi c.q. Direktorat
Pembelajaran dan Kemahasiswaan, berdasarkan amanah Peraturan
Menteri Pendidikan Nomor 73 tahun 2013 perlu menyusun Panduan
Capaian Pembelajaran (CP) lulusan program studi di perguruan tinggi.
Dasar hukum CP dinyatakan di dalam Peraturan Presiden Nomor 8 Tahun
2012 tentang Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) yaitu
kerangka penjenjangan kualifikasi kompetensi yang dapat
menyandingkan, menyetarakan, dan mengintegrasikan antara bidang
pendidikan dan bidang pelatihan kerja serta pengalaman kerja dalam
rangka pemberian pengakuan kompetensi kerja sesuai dengan struktur
pekerjaan di berbagai sektor (pasal 1 ayat 1). Selanjutnya di dalam pasal 1
ayat 2 peraturan tersebut, CP dinyatakan sebagai kemampuan yang
diperoleh melalui internalisasi pengetahuan, sikap, keterampilan,
kompetensi, dan akumulasi pengalaman kerja. KKNI pada sistem
pendidikan tinggi dinyatakan dalam Undang-Undang Republik Indonesia
nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi yang selanjutnya
disingkat UU Dikti 12/2012.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


4
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
Pasal 29 UU Dikti 12/2012 menyatakan bahwa:
1) Kerangka Kualifikasi Nasional merupakan penjenjangan capaian
pembelajaran yang menyetarakan luaran bidang pendidikan formal,
nonformal, informal, atau pengalaman kerja dalam rangka pengakuan
kompetensi kerja sesuai dengan struktur pekerjaan di berbagai sektor.
2) Kerangka Kualifikasi Nasional sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menjadi acuan pokok dalam penetapan kompetensi lulusan pendidikan
akademik, pendidikan vokasi, dan pendidikan profesi.
3) Penetapan kompetensi lulusan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
ditetapkan oleh Menteri.

Jenjang kualifikasi pada KKNI terdiri dari sembilan jenjang dimulai dari
jenjang 1 sampai dengan jenjang 9 sebagai jenjang tertinggi. Setiap
jenjang memiliki deskripsi CP yang sesuai dengan kualifikasinya. Jenjang
kualifikasi yang dihasilkan melalui pendidikan formal dapat disetarakan
dengan tingkat keahlian pada bidang pekerjaan.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


5
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
C. PEMBAHASAN
Keunggulan masing-masing bidang jenjang pendidikan Keperawatan di
Indonesia antara lain ; untuk D3 keperawatan menjalani 3 tahun pendidikan
dengan lulusan sebagai perawat vokasi yang berfokus pada perawat pelaksana
yg membatu kinerja perawat profesional/membantu pelaksanaan diagnosis
keperawatan, untuk D4 keperawatan menjalani 4 tahun pendidikan dengan
lulusan sebagai perawat pelaksana yg berfokus pada praktik namun dapat
langsung ke pelayanan tanpa profesi dengan cekatan dan trampil sebagai
satjana terapan keperawatan dengan tujuan awal dibentuk untuk menjadi
guru/dosen bagi pendidikan D3 dan untuk S1 keperawatan menjalani 4 tahun
pendidikan dengan lulusan sebagai perawat profesional yang berfokus pada
praktisi dan praktek mandiri keperawatan/ home care dan memiliki
kewenangan mendiagnosis keperawatan.
Namun dalam pelaksanaan pendidikan keperawatan masih terdapat
beberapa tumpang tindih kebijakan diantaranya polemik yang sempat
memanas dan tak kunjung terselesaikan terjadi antara pendidikan diploma 3
Keperawatan yang diopinikan akan dihapuskan, pendidikan diploma 4
keperawatan yang tidak jelas landasan payung hukum berdirinya dan
kerancuan pendidikan profesi ners spesialis karena tidak semua departemen
keperawatan masuk kedalam program ners spesialis yang diakui secara sah
oleh kementrian terkait.

Mari Menelisik Lebih Jauh Lagi Mengenai Topik Bahasan Diatas,


Pertama, pendidikan diploma 3 Keperawatan yang diopinikan akan
dihapuskan, pada faktanya diploma 3 Keperawatan memang difokuskan ahli
dalam pelaksanaan Keperawatan secara vokasional atau ahli madya
Keperawatan bukan profesional Keperawatan. Tupoksi inti yang membedakan
antara diploma 3 dan s1 keperawatan adalah ranah kerjanya kalau s1
keperawatan disebut perawat profesional dengan ranah kerja sebagai perawat
pelaksana namun memiliki kewenangan memberikan diagnosis Keperawatan
sedangkan diploma 3 berfokus dalam pelaksanaan dari diagnosis keperawatan
yang diberikan. Selain menjadi perawat pelaksana/vokasi dan mendiagnosis
masalah keperawatan s1 Keperawatan tak jarang menjadi praktisi kesehatan
khususnya dalam ranah Keperawatan. Dengan melaksanakan tugas pokok dan
fungsi (tupoksi) dan penempatan tugas keperawatan secara benar dan terarah
maka seharusnya wacana penghapusan diploma 3 Keperawatan tidak muncul
di kalangan tenaga kesehatan di Indonesia, karena sejatinya pendidikan
diploma 3 mendukung dari pelaksanaan s1 Keperawatan bukan malah
membatasi dan menjadi batu sandungan terhadap prosesi pelaksanaan
Keperawatan yang ada.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


6
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
Kedua, pendidikan diploma 4 Keperawatan yang tidak jelas landasan
payung hukum berdirinya. Dalam praktiknya pendidikan diploma 4
Keperawatan memang mengalami banyak perubahan dan didesak berbagai
peraturan yang kurang menguntungkan bagi diploma 4 Keperawatan hingga
saat ini, pendidikan diploma 4 Keperawatan berfokus pada aspek pelayanan
vokasional dan juga terapan Keperawatan oleh karena itu disebut sebagai
sarjana terapan Keperawatan yang disetarakan dengan s1 keperawatan
profesional. Diploma 4 Keperawatan berfokus pada vokasional dan terapan
Keperawatan dengan keunggulan dapat memberikan pelayanan keperawatan
tanpa jalur profesi ners terlebih dahulu dengan kata lain dapat langsung
menjadi perawat pelaksana di pelayanan kesehatan setelah menyelesaikan
masa pendidikannya sedangkan untuk perawat s1 wajib mengambil profesi
ners terlebih dahulu agar bisa masuk dalam pelayanan keperawatan/pelayanan
rumah sakit. Awal mulanya pendidikan diploma 4 ini diperuntukkan untuk
menjadi guru bagi diploma 3 Keperawatan atau lebih dikenal dengan program
studi perawat pendidik. Tujuan awal dibentuknya diploma 4 Keperawatan ini
pada mulanya diperuntukkan sebagai tenaga pengajar/ dosen bagi mahasiswa
diploma 3 Keperawatan yang ada karena ketentuan dosen Keperawatan pada
saat itu ialah kualifikasi minimal satu tingkat diatasnya, namun seiring
berjalannya waktu terbitlah UU No. 14 Tahun 2005 pasal 46 ayat 2 yang
menyebutkan bahwa kualifikasi dosen pengajar perawat minimal ialah
magister. Pada faktanya Kementerian Kesehatan tetap membuka Program D4
Keperawatan hingga saat ini, yang berarti ini menentang Sistem Pendidikan
Nasional, sedangkan sampai saat ini jumlah lulusan D4 Keperawatan
sangatlah banyak. Adapun pendidikan tinggi keperawatan berdasarkan UU
No. 38 Tahun 2014 yaitu pada pasal 5, terdiri atas pendidikan vokasional,
pendidikan akademik, dan pendidikan profesi. Pendidikan vokasional yang
dimaksudkan disini ialah Program Diploma Tiga atau D3 saja. Hal ini
dijelaskan Undang-undang yang sama pada pasal 6 ayat (1) dan (2). Tidak
sedikit juga perawat dengan tingkat pendidikan D4 merasa dianaktirikan.
Pada akhirnya Program D4 Keperawatan disetarakan dengan S1, dengan
ketentuan D4 Keperawatan disebut sebagai Sarjana Terapan. D4 pun tidak
perlu menjalani Pendidikan Profesi untuk bisa bekerja dirumah sakit namun
dapat juga langsung mengambil program profesi ners setelah menamatkan
pendidikannya, dan juga perawat D4 pun bisa langsung melanjutkan
pendidikan ke S2/ magister keperawatan.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


7
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
Ketiga, kerancuan pendidikan profesi ners spesialis karena tidak semua
departemen Keperawatan masuk kedalam program ners spesialis yang diakui
secara sah oleh kementrian terkait. Program pendidikan Spesialis
Keperawatan dilaksanakan setelah mahasiswa menyelesaikan program
pendidikan Magister Keperawatan dimana mahasiswa melakukan registrasi
administrasi dan akademik. Pada program ini mahasiswa harus mengikuti
pendidikan tahap profesi selama 2 semester. Lulusan program studi ini akan
memperoleh gelar profesi Ners Spesialis (Sp.) sesuai peminatannya. Hingga
saat ini masih terdapat lima Program Ners Spesialis Keperawatan di indonesia,
yaitu : Keperawatan komunitas, Keperawatan maternitas, Keperawatan
medikal bedah, Keperawatan jiwa dan Keperawatan anak.

Pada faktanya masih banyak tenaga kesehatan atau bahakan staf pengajar
praktik keperawatan yang menganggap departemen pendidikan Keperawatan
di Indonesia lebih daripada 5 departemen yang di sebutkan diatas karena
dalam proses pembelajaran Keperawatan sendiri terdapat setidaknya 8
departemen keperawatan diluar departemen yang disebutkan diatas yaitu
Keperawatan gawat darurat, Keperawatan gerontik dan keperawatan
manajemen. Hal ini menunjukkan masih banyak terdapat pembelajaran diluar
kapasitas departemen keperawatan yang tersedia di indonesia sehingga
mengakibatkan perlemahan disistem pendidikan yang dinamakan distorsi/
kegamangan dalam pelaksanaan praktik pembelajaran keperawatan di
indonesia yang disebabkan oleh ketidak konsistenan dan hilangnya
pemahaman departemen yang bersangkutan.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


8
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
D. Penutup
Melalui kajian Direktorat jenderal Pendidikan dan Profesi (PENDPROF)
ILMIKI Wilayah II Area Sumbagsel ini kami menyatakan sikap terhadap
kementrian terkait dalam hal ini Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
dan Dirjen Dikti :

1. Mengenai statmen pendidikan diploma 3 keperawatan, kami dari wilayah 2


menyatakan sikap boleh saja di hapuskan dengan syarat, ketentuan dan
regulasi yang tepat dimasa mendatang dengan kajian yang tepat pula namun
saat ini dengan kompleksnya permasalahan yang dihadapi kami mendukung
upaya pemerintah dalam merevitalisasikan/ penguatan sistem pendidikan
keperawatan yang ada dengan kata lain revitalisasi dapat terjadi apabila
tupoksi Keperawatan mendapatkan optimalisasi diberbagai bidang seperti
kebijakan-kebijakan dan hak keperawatan dalam pelaksanaan praktik mandiri
Keperawatan di Indonesia.

2. Mengenai polemik ketidakjelasan landasan payung hukum berdirinya


pendidikan diploma 4 Keperawatan, kami dari wilayah 2 menyatakan sikap
untuk adanya evaluasi ulang tentang kebijakan peraturan yang memuat
tentang perumusan kualifikasi staf pengajar pendidikan keperawatan yang
sesuai dengan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI) dengan kata
lain memberikan kejelasan tentang status masih dipertahankannya diploma 4
keperawatan di Indonesia.

3. Mengenai kerancuan pendidikan profesi ners spesialis karena tidak semua


departemen keperawatan masuk kedalam program ners spesialis yang diakui
secara sah oleh kementrian terkait, kami dari wilayah 2 menyatakan sikap
harus adanya pemberlakuan penegasan dan pemekaran departemen
keperawatan yang telah berkembang saat ini agar dikaji dan di diusulkan
untuk menjadi departemen baru dalam praktik profesi ners spesialis sehingga
tidak membatasi arah gerak dari kemajuan dunia keperawatan di Indonesia.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI


9
DITJEN PENDPROF WILAYAH II
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Pendidikan Nasional. (2012). Undang-UndangNomor 14 Tahun


2012. Tentang Guru dan Dosen. Jakarta: Depdiknas.

Depdiknas. (2003). Undang-undang RI No.20 tahun 2003.tentang sistem


pendidikan nasional.

Kemenkes RI. (2017). Data dan Informasi Kesehatan Profil Kesehatan Indonesia
2017.

Kemenkes RI. (2017). Situasi Tenaga Keperawatan Indonesia, Info DATIN Pusat
Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI.

Kemendiknas. (2012). Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia (KKNI).

Undang-Undang Republik Indonesia nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan


Tinggi.

Undang-Undang Republik Indonesia No. 38 Tahun 2014 tentang keperawatan.

KAJIAN DI PELOPORI OLEH DIREKTORAT JENDRAL PENDIDIKAN DAN PROFESI 1


DITJEN PENDPROF WILAYAH II 0

Anda mungkin juga menyukai