Anda di halaman 1dari 6

Keselamatan Pasien

“Dampak dan Penanganan Tertusuk Jarum Suntik”


Aldriana Amanda Shafira – 2006598364, FG 5 Kespas D

Rumah sakit menyediakan pelayanan yang bermutu dan komprehensif


kesehatan kepada masyarakat umum. Rumah sakit dituntut untuk melakukan
pelaksanaan dan pengembangan program K3 di lingkungan rumah sakit dengan
tujuan untuk memberdayakan dan melindungi pasien, pendamping pasien, tenaga
medis, dan para pekerja lainnya di lingkungan rumah sakit. Selain itu, pembuatan
program K3 ini bertujuan untuk menekan segala risiko kecelakaan, cedera, dan
penyakit yang dapat ditimbulkan dari suatu pekerjaan.

Seringkali petugas kesehatan termasuk perawat terpapar penyakit akibat kerja,


salah satu contohnya adalah cedera akibat jarum suntik dan benda tajam lainnya.
Jarum suntik merupakan alat yang digunakan sebagai sarana menyuntikkan suatu zat
ke dalam tubuh manusia (ANA, 2002). Benda ini berfungsi untuk pengambilan
sampel dari tubuh. Penggunaan jarum suntik yang tidak tepat dan hati-hati
mengakibatkan terjadinya cedera tusuk jarum suntik. Kasus cedera jarum suntik
paling banyak ditemukan pada saat ingin melakukan pengambilan sampel dan
transfusi darah (EPI Net, 2006 dalam Harris, 2016)

Menurut laporan Centers for Disease Control and Prevention (CDC) dan
European Agency for Safety and Health at Work (EU-OSHA), terdapat lebih dari
385.000 dan 1.000.000 kasus NSI setiap tahun di antara petugas kesehatan rumah
sakit di Amerika Serikat dan Eropa, masing-masing. Statistik WHO juga
menunjukkan bahwa NSI menyebabkan masing-masing 16.000, 66.000, dan 1.000
kasus HCV, HBV, dan HIV per tahun di antara petugas kesehatan (Bouya et al, 2020).
Cedera jarum suntik adalah luka tusuk yang terjadi karena ketidaksengajaan dan telah
terkontaminasi oleh darah pasien yang akhirnya dapat mengakibatkan timbulnya
beberapa dampak pada perawat atau tenaga kesehatan (Tarigan, Kriebel, Quin, &
Cifuentes, 2014). Terdapat banyak dampak yang dapat terjadi akibat cedera jarum
suntik, di antaranya adalah dampak yang dirasakan dari aspek fisik, finansial,
psikologis, dan keluarga.

Dampak dari aspek fisik akibat tertusuk jarum suntik adalah menimbulkan
luka pada bagian tubuh tertentu, seperti jari tangan, bagian tangan lainnya, dan kaki.
Bagian tubuh yang tertusuk jarum suntik dapat berpotensi mengalami pajanan bakteri
dan virus yang berasal dari suntikan sampel cairan tubuh pasien dengan penyakit
seperti HIV, Hepatitis C dan Hepatitis B. Jumlah cedera akibat tertusuk jarum suntik
dan benda tajam lainnya di dunia yang terpapar Hepatitis B sebanyak 2,1 juta, HIV
sebanyak 327.000, dan Hepatitis C sebanyak 926.000 (WHO, 2013).

Dampak finansial. Secara langsung, cedera jarum suntik dapat mengakibatkan


permasalahan pada finansial petugas kesehatan karena dampak fisik yang mereka
dapatkan melalui pajanan jarum suntik yang terkontaminasi virus atau bakteri yang
terkandung pada cairan tubuh pasien, seperti penyakit HIV AIDS, Hepatitis C dan
Hepatitis B, memaksa para tenaga kesehatan untuk menjalani pengobatan yang
menghabiskan biaya yang tidak sedikit. Contoh kasusnya, yaitu seorang perawat yang
menderita Hepatitis B akibat tidak sengaja tertusuk jarum suntik setelah melakukan
pengambilan sampel darah pasiennya. Ia harus melakukan pemeriksaan, pengobatan,
dan pengontrolan secara rutin ke rumah sakit hingga dirinya dinyatakan sembuh.
Rangkaian proses mulai dari pemeriksaan hingga proses penyembuhan membutuhkan
waktu yang lama dan biaya yang tidak sedikit.

Dampak psikologis. Perawat atau tenaga kesehatan yang mengalami cedera


tertusuk jarum suntik dapat mengalami ansietas kesehatan, kecemasan tentang
pengungkapan penularan penyakit seksual kepada pasangan, trauma dan depresi yang
diakibatkan oleh cedera, hingga dapat mengalami gangguan fungsional dalam
berpikir dan bertindak sehingga dapat mengganggu kehidupan sehari-hari.
Dampak sosial dan keluarga. Cedera akibat tertusuk jarum suntik dapat
berdampak pada potensi tertularnya Penyakit Menular Seksual (PMS) yang berasal
dari terkontaminasinya luka tusuk dengan cairan tubuh atau darah pasien yang
mengalami penyakit HIV/AIDS. Seperti yang kita ketahui bahwa penyakit HIV/AIDS
masih menjadi penyakit yang tabu di masyarakat Indonesia. Ketika seorang perawat
atau tenaga kesehatan terserang penyakit tersebut, hal tersebut secara langsung
berpengaruh terhadap gangguan penerimaan diri, yang akhirnya mengakibatkan
adanya ketakutan untuk dikucilkan dan dijauhi oleh lingkungan, bahkan keluarga.

Perawat atau tenaga kesehatan yang bekerja di fasilitas kesehatan memiliki


risiko yang sangat besar mengalami cedera tertusuk jarum suntik. Namun, terdapat
beberapa langkah penanganan yang dapat dilakukan ketika mengalami cedera jarum
suntik. Setelah tenaga kesehatan mengalami cedera dan sekaligus pajanan dari jarum
suntik, hal pertama yang perlu dilakukan adalah berupaya melakukan cuci tangan
dengan air yang mengalir selama satu menit, metode ini dilakukan agar kontaminasi
bakteri atau virus pada luka dapat berkurang dan membersihkan area luka
(Supriyanto, 2021).

Kemudian, sesegera mungkin lakukan pelaporan pada kepala perawat atau


staf K3 yang terdapat di rumah sakit sehingga nantinya akan dilakukan pengkajian
terhadap risiko yang ditimbulkan setelah tertusuk jarum suntik. Jika pengkajian
menghasilkan risiko yang mengarah pada pajanan penyakit seperti HIV, Hepatitis B,
atau Hepatitis C, segera lakukan pemeriksaan darah yang mencakup pemerinkasaan
HBV, HIV, dan HCV. Setelah mendapat dan mengetahui hasil laboratorium, lakukan
follow up dan prosedur pengobatan lebih lanjut jika hasil lab menunjukkan hasil
terpajan penyakit hingga dinyatakan sembuh (Supriyanto, 2021).

Cedera tertusuk jarum suntik merupakan salah satu risiko tenaga kesehatan di
rumah sakit yang dapat terjadi secara tidak sengaja. Dampak yang ditimbulkan dari
cedera jarum suntik, yaitu dampak fisik, finansial, psikologis, dan sosial serta
keluarga. Terdapat beberapa penanganan yang dapat dilakukan jika perawat atau
tenaga kesehatan mengalami cedera jarum suntik. Selain itu, pihak rumah sakit atau
institusi layanan kesehatan lain perlu berkontribusi dalam pencegahan terjadinya
kecelakaan dan penyakit akibat kerja di rumah sakit agar keselamatan dalam
pemberian layanan kesehatan pada klien dapat dilakukan dengan profesional,
berkualitas, dan komprehensif.
Referensi

American Nurses Associations. (2002). Needlestick Prevention Guide. Retrieved


from: https://www.who.int/occupational_health/activities/2needguid.pdf

Balouchi, A., Shahdadi, H., Ahmadidarrehsima, S., & Rafiemanesh, H. (2015). The
frequency, causes and prevention of needlestick injuries in nurses of Kerman:
A cross-sectional study. Journal of clinical and diagnostic research:
JCDR, 9(12), DC13.

Bouya, S., Balouchi, A., Rafiemanesh, H., Amirshahi, M., Dastres, M., Moghadam,
M. P., ... & Daley, K. A. (2020). Global prevalence and device related causes
of needle stick injuries among health care workers: a systematic review and
meta-analysis. Annals of global health, 86(1).

CDC. (2008). Workbook or designing, implementing and evaluating a sharps injuries


prevention program. Atlana – USA : Center For Desease Control and
preventionDepartement of Health and Human Services

Lauer, A. C., Reddemann, A., Meier-Wronski, C. P., Bias, H., Gödecke, K., Arendt,
M., … Gross, M. (2014). Needlestick and sharps injuries among medical
undergraduate students. American Journal of Infection Control, 42(3),
235–239. http://doi.org/10.1016/j.ajic.2013.08.013

Mapanawang, S., Pandelaki, K., & Panelewen, J. (2017). Hubungan Antara


Pengetahuan, Kompetensi, Lama Kerja, Beban Kerja Dengan Kejadian
Tertusuk Jarum Suntik Pada Perawat Di Rsud Liun Kendage Tahuna. Jurnal
EMBA

Supriyanto, I. (2021). Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury. Retrieved from:
https://www.alomedika.com/mencegah-dan-mengatasi-needle-stick-injury.

Anda mungkin juga menyukai