PROPOSAL SKRIPSI
Oleh:
ADI WIARTO
NIM : 2014314201042
serius karena mengancam kesehatan dan keselamatan kerja dan petugas kesehatan
secara global. Selain itu, kejadian infeksi ini juga berdampak pada kualitas
al., 2010). Petugas kesehatan berisiko terpajan penularan penyakit infeksi blood
borne seperti HIV, Hepatitis B, dan Hepatitis C, yang berasal dari sumber infeksi
yang diketahui atau tidak diketahui seperti benda terkontaminasi, jarum suntik
Secara global, lebih dari 35 juta petugas kesehatan menghadapi risiko luka
tinggi terpajan adalah perawat (Efstathiou, et.al., 2011). Hal ini terjadi karena
perawat adalah petugas kesehatan yang paling sering kontak dengan pasien baik
kesehatan adalah tertusuk jarum suntik, yaitu jarum suntik yang dipakai pada
blood-borne pada kecelakaan tertusuk jarum yaitu 30% untuk virus Hepatitis B,
3% untuk virus hepatitis C, dan kurang lebih 0.3% untuk virus HIV (Weston,
2008).
2
3
seluruh dunia, dan setiap tahun sebanyak 3 juta orang terkena luka tusuk jarum
suntik (Stoker, 2004). World Health Report 2002 melaporkan sebanyak 2 juta dari
35 juta petugas pelayanan kesehatan di dunia terpajan infeksi per tahun (WHO,
luka tusus jarum suntik dan luka akibat alat medis tajam lainya sebanyak 385.000
kasus per tahun atau 1000 kasus per hari. Kejadian luka tusuk jarum suntik yang
sesungguhnya mungkin lebih tinggi dari perkiraan CDC karena banyak kasus
lebih dari 50% petugas pelayanan kesehatan tidak melaporkan luka tusuk jarum
suntik yang terjadi pada diri mereka (CDC, 2008). Di Indonesia, tahun 2005-2007
mencatat bahwa proporsi luka tusuk jarum suntik mencapai 37-38 % dari total
Penyebab dari luka tusuk jarum adalah serupa, seperti pemberian injeksi,
menutup jarum suntik (spuit), pengambilan darah atau pada saat membuang
jarum. Cedera ini banyak terjadi di area bangsal ataupun ruang operasi. Alasan
utama untuk terjadinya luka tusuk jarum adalah kecerobohoan dan kurangnya
pengetahuan atau tidak mengikuti prosedur yang telah ditentukan (ICN, 2005).
kewaspadaan universal (96,5%) dan kejadian terkena luka tusuk jarum harus
dilaporkan (99.1%). Sedikit tenaga kerja yang tidak mengetahui bahwa Hepatitis
B (2.6%) and Hepatitis C (7%) dapat ditularkan melalui jarum suntik dan luka
pengambilan jarum dari pasien (97.4), dan memakai sarung tangan dalam
terjadinya luka tusuk jarum suntik bervariasi di setiap tempat kerja. Faktor
factors) yang mempengaruhi prilaku seseorang pada model Green tentang prilaku
dan gaya hidup sehat, misalnya kepatuhan dan keamanan menyuntik, dapat
dipakai sebagai dasar untuk menjelaskan kejadian luka tusuk jarum suntik (Green,
2012). Paramedis yang bertugas di rumah sakit terpajan resiko luka tusuk jarum
suntik dengan dampak infeksi yang menjadi kendala keselamatan kerja dan
kesehatan bagi mereka sekaligus tanggung jawab rumah sakit untuk menjamin
kelola PPI yang baik supaya mutu pelayanan medis serta keselamatan pasien dan
laporan angka kejadian luka tusuk jarum dari PPI RSUD Dr. Saiful Anwar
Malang (2019), kejadian luka tusuk jarum sebesar 10 kasus dan pada tahun 2019.
Angka kejadian luka tusuk jarum di RSUD Dr. Saiful Anwar masih belum sesuai
Kejadian Tusuk Jarum Di IRNA 2 Bedah RSUD Dr. Saiful Anwar Malang?”
pengetahuan perawat terhadap kejadian tusuk jarum di IRNA 2 Bedah RSUD Dr.
Anwar Malang.
sensoris, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
manusia atau hasil tahu seseorang terhadap suatu objekmelalui pancaindra yang
2014).
dari pendidikan formal saja, tetapi juga dapat diperoleh dari pendidikan non
formal. Pengetahuan akan suatu objek mengandung dua aspek yaitu aspek positif
Kedua aspek ini akan menentukan sikap seseorang. Semakin banyak aspek
positif dan objek yang diketahui, maka akan menimbulkan sikap semakin positif
7
8
1. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai recall atau memanggil memori yang telah ada sebelumnya
setelah mengamati sesuatu yang spesifik dan seluruh bahan yang telah dipelajari
atau rangsangan yang telah diterima. Tahu disisni merupakan tingkatan yang
paling rendah. Kata kerja yang digunakan untuk mengukur orang yang tahu
2. Memahami (Comprehention)
Memahami suatu objek bukan hanya sekedar tahu terhadap objek tersebut, dan
secara benar tentang objek yang diketahuinya. Orang yang telah memahami objek
3. Aplikasi (Application)
Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud
pada situasi atau kondisi yang lain. Aplikasi juga diartikan aplikasi atau
penggunaan hukum, rumus, metode, prinsip, rencana program dalam situasi yang
lain.
4. Analisis (Analysis)
9
masalah yang diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang telah sampai pada
tersebut.
5. Sintesis (Synthesis)
dalam suatu hubungan yang logis dari komponen pengetahuan yang sudah
dimilikinya. Dengan kata lain suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru
6. Evaluasi (Evaluation)
terhadap suatu objek tertentu. Penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan
perilaku baru di dalam diri orang tersebut terjadi beberapa proses, diantaranya:
1. Awareness ataupun kesadaran yakni apda tahap ini individu sudah menyadari
2. Interest atau merasa tertarik yakni individu mulai tertarik pada stimulus
tersebut.
10
5. Adaption atau pengangkatan yaitu individu telah memiliki perilaku baru sesuai
1. Faktor Internal
a. Pendidikan
perilaku akan pola hidup terutama dalam memotivasi untuk sikap berpesan
b. Pekerjaan
c. Umur
umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun.
d. Faktor Lingkungan
atau kelompok.
e. Sosial Budaya
2. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %
di dalamnya adalah luka akibat cidera benda tajam atau jarum suntik. Jika dilihat
dari jenisnya terluka akibat jarum suntik atau benda tajam saat bekerja termasuk
Tertusuk jarum suntik dan benda tajam merupakan luka tembus pada kulit
karena benda tajam pada saat tenaga kesehatan melakukan aktifitas klinis di
lembaga kesehatan. Beberapa contoh benda tajam di tempat kerja yaitu jarum
suntik, pisau, skalpel, gunting, pecahan kaca seperti objek glass, tabung reaksi,
gunting, spuit, dan benda tajam lainya yang terkontaminasi dengan darah dan
cairan tubuh orang lain. akibat tusukan atau cidera benda tajam dapat
menimbulkan tetanus. Luka tusuk jarum ini berasal dari jarum suntik, jarum donor
darah, jarum infus steril, jarum hecthing dll. Adapun luka akibat benda tajam
berasal dari pecahan ampul, gunting, pisau bedah, tabung kaca, slide test dll
Insidensi luka tusuk jarum dan benda tajam terjadi karena suplai alat
pelindung diri yang tidak memadai, kurang tersedianya peralatan jarum dan benda
yang tidak tepat terutama sistem pembuangan jarum, dan yang paling penting
paramedis, dari 39 kasus infeksi HIV, ada 32 yang ditularkan melalui luka akibat
tertusuk jarum suntik, 1 kasus akibat teriris pisau,1 kasus pecahan tabung kaca
yang berisi darah infeksi,1 kasus karena limbah infeksius, dan 4 kasus karena
luka tusuk jarum dan benda tajam. Data salah satu rumah sakit di Pakistan luka
tusuk jarum mencapai 71,9%, di Arab perawat menyumbang peristiwa luka tusuk
jarum dan benda tajam sebesar 46,9%, sedangkan di Korea Selatan mencapai
70,4% dan penelitian di Indonesia pada salah satu rumah sakit ditemukan luka
yang ada di darah manusia dan dapat menyebabkan penyakit pada individu
tersebut.
Penularan infeksi ditularkan melalui darah atau cairan tubuh lainnya dengan
cara pajanan perkutan, melalui peralatan injeksi, kulit yang kompromis karena
terkontaminasi benda tajam seperti jarum suntik, pecahan kaca, tranfusi produk
darah yang terinfeksi, luka yang terbuka dan lesi kulit, serta gigitan manusia.
dan penyusuan oleh ibu yang terinfeksi dan kontaminasi membran mukosa (mata,
hidung, mulut.
14
terpajan kepada petugas kesehatan melalui penanganan limbah klinis dan kontak
dengan darah dan cairan tubuh lainnya. Diperkirakan delapan juta petugas
kesehatan terpajan penyakit infeksi lewat darah dan potensial berakibat fatal.
Yang paling signifikan adalah HIV, Hepatitis B dan C, virus ini diketahui
menurunnya sistem kekebalan tubuh. Beberapa sifat virus HIV yaitu besar
virus 1/10.000 mm, rusak pada suhu 60o C, tetap hidup dalam darah selama ±
2 minggu dalam suhu kamar, tidak mati dalam ronnga jarum yang vakum,
dalam (inti) dan bagian luar (envelope), disusun oleh protein yang disebut
bagian dalam protein menunjukan partikel core atau “HbcAg” terdiri dari
virus DNA dan enzyme yang digunakan untuk replikasi virus atau disebut
DNA polymerase.
Virus ini memiliki sejumlah antigen inti dan permukaan yang telah diketahui
Antigen yang biasanya dihasilkan pertama kali oleh hepatosit yang terinfeksi
antigen ini, bersifat diagnostik untuk infeksi tertusuk jarum dan benda tajam
aktif.
Virus hepatitis B merupakan penyebab utama dari hepatitis akut dan kronis,
serius dan biasanya menular melalui kontak dengan darah yang mengandung
virus. hepatitis dapat ditularkan melalui kontak seksual, transfusi darah, jarum
suntik yang terkontaminasi, dari ibu terinfeksi ke anak, dan dapat juga melalui
pisau cukur, sikat gigi, tindik, cabut gigi, tatto dan akupuntur yang terinfeksi
virus hepatitis. Yang berisiko khusus mengidap HBV adalah pemakai obat-
3. Hepatitis C; ditemukan pada tahun 1989, ukuran virus RNA sangat kecil
dengan selaput luar (amplop) yang mengandung single stranded RNA, sampai
saat ini materi genetiknya belum dapat dikultur. Jenis RNA virus biasanya
reproduksi susunan genetiknya akan berubah, menjadi bentuk baru dan sulit
dikenali, diobati atau dieradikasi. Virus RNA saat ini merupakan penyebab
HCV ditularkan dengan cara yang sama seperti HBV, terutama melalui
transfusi darah. Virus ini juga dapat menimbulkan keadaan kronik. Individu
1. Karakteristik Individu
Karakteristik individu secara umum yang melekat adalah umur dan jenis
kelamin. Umur dan jenis kelamin akan mempengaruhi kecelakaan kerja jika
2. Masa Kerja
dalam instansi tertentu dalam mencapai target. Penelitian yang dilakukan di kota
Surakarta menyatakan ada hubungan yang signifikan antara masa kerja dengan
3. Pengalaman kerja
seorang petugas biasanya sudah lama bekerja pada bidang tugasnya. Lama kerja
pekerjaannya.
17
4. Pendidikan
mengalami luka akibat benda tajam, setelah itu disusul oleh profesi dokter (45%)
sehingga dapat dijelaskan mengapa profesi perawat adalah sebagian besar yang
terkena luka akibat benda tajam. Hal ini dapat dijelaskan oleh fakta bahwa
perawat mengelola sebagian besar jarum suntik, infus dan benda tajam lainnya.
kesehatan terbanyak dibandingkan dengan petugas yang lain jika di Rumah Sakit.
5. Tempat Kerja
Tempat kerja adalah ruangan yang telah disediakan oleh instansi untuk
melaksanakan tugas dan fungsinya sesuai dengan jenis pekerjaanya. Tempat kerja
yang berisiko adalah tempat kerja yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
kesehatan misalnya sempit, penerangan kurang, lantai licin peralatan kerja tidak
ergonomis, sarana dan prasarana kurang mendukung dll. Pekerja di tempat kerja
yang kurang baik mempunyai Faktor risiko 38,5 kali cidera akibat benda tajam
cidera akibat benda tajam pada tempat kerja. Pelatihan berperan sebagai
melalui media atau pelatihan yang didapat pekerja. Pelatihan yang dapat diberikan
18
semua darah dan cairan tubuh diperlakukan sebagai bahan infeksius dan dalam
bekerja pemakaian jarum suntik dan benda tajam lainnya di sarana kesehatan
harus mematuhi prosedur baku sebagai panduan untuk mencegah pajanan luka
kejadian tertusuk jarum yang semula 57% menjadi 33% dari keseluruh sampel.
Prosedur SOP adalah suatu protap yang merupakan tata atau tahapan yang
harus dilalui dalam suatu proses kerja tertentu, yang dapat diterima oleh seorang
secara efektif dan efisien. Prinsip dari penggunaan SOP harus ada disetiap
kegiatan, bisa berubah sesuai dengan perkembangan, memuat indikasi dan syarat
keselamatan kerja demi terciptanya kondisi yang sehat dan aman bagi
berbahaya.
i. Menggunakan tempat yang kuat dan aman (anti tembus dan bocor) untuk
benda tajam.
8. Pengetahuan
pekerja dalam bertindak yang baik pula. Penelitian yang dilakukan di RS. Dr.
9. Sikap
Komponen sikap sendiri ada tiga keyakinan terhadap suatu objek, evaluasi
action. Beberapa penyebab dasar tindakan unsafe action antara lain kurangnya
pengetahuan, tidak memakai alat pelindung diri dengan benar, stress kerja dan
hubungan sosial.
BAB 3
KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN
1. Karakteristik Individu
Kejadian Tertusuk Jarum
2. Masa kerja
3. Pengalaman kerja
Infeksi Pathogen Darah 4. Pendidikan
5. Tempat kerja
6. Pelatihan keterampilan
teknis pada paramedis
7. Kepatuhan terhadap SOP
Tingkat Pengetahuan 8. Pengetahuan
9. Sikap
10.Unsafe Action
: Diteliti
: Tidak diteliti
21
22
DAFTAR PUSTAKA
Chalupa S, Gallian C, Quinn M. Needles stick and sharp injury prevention : are
we reaching out goals? AACN view point retrieved. 2008.
Waqar S, Ulsiraj M, Razzaq Z, Malik Z, Zahid M. Knowledge, attitude and
practices about needle stick injuries in health care workers Paskitan.
Journal of Medical Research. 2011;50(2).
Reda, A A, Fisseha S, Mengistie B, Vandeweerd JM. Standard Precautions:
Occupational Exposure and Behavior of Healthcare Workers in
Ethiopia. PLoS ONE. 2015;5 (12).
Dr. Erna Tresnaningsih MOH P, SpOK. Keselamatan dan Kesehatan Kerja di
Laboratorium Kesehatan.Pusat Kesehatan Kerja.Setjen Depkes R.I.;
2015. 6. Hermana. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Terjadinya Luka Tusuk Jarum di RSUD Cianjur. Vol Tesis. Depok:
Universitas Indonesia; 2006.
Khushdil A, Farrukh, H., Sabir, D., Awan, T., & Qureshi,. JPMI : Journal o
Postgraduate Medical Institute, 27(4) 2013. 2013.
Ehsani SR, Mohammadnejad E, Hadizadeh MR, et al. Epidemiology of Needle
Sticks and Sharp Injuries Among Nurses in an Iranian Teaching
Hospital. Arch Clin Infect Dis. 2013;8(1):27-30.
Subratty A, Moussa A. Incidence of needlestick and sharp injuries among health
care workers in Mauritius. Asan Journal Of Biochemistry. 2007;2(5).
Nilamsari. Manajemen Risiko. Surabaya: Universitas Airlangga; 2016.
Kusman Ibrahim WM, Ayu Prawesti Priambodo. Pengetahuan, Sikap, dan Praktik
Kewaspadaan Universal Perawat terhadap penularan HIV/AIDS.
Jurnal Ners Vol9 1 April 2014: 11-18. 2014.
Dwi HA. Tesis. Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Terjadinya Luka Tusuk
Jarum atau Benda Tajam Lainnya pada Perawat di Rumah Sakit
Umum Daerah Kabupaten Cianjur. Universitas Indonesia: Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. 2014.
Kemenkes. Pedoman Pelaksanaan Kewaspadaan Universal. Jakarta: Kemenkes
RI; 2013.
CDC. Puncture: Exposure for Bloodborne Pathogen Exposure. 2011. USA; 2016.
CDC. Sharp Injuries – Bloodborne Pathogens. Washington: CDC; 2013.
Bhardwaj A, Sivapathasundaram N, Yusof M, Minghat A, Swe K, Sinha N. The
Prevalence of Accidental Needle Stick Injury and their Reporting
among Healthcare Workers in Orthopaedic Wards in General Hospital
Melaka, Malaysia. Malaysia Orthopaedic 2014;8(2).
24
Manzoor, Daud I, Hashmi, Babar R, Rahman MS, Malik A. Needle Stick Injuries
In Nurses At A Tertiary Health Care Facility. Journal ncbi nlm.
2010;2(23).
Pinem S. Tesis. Penerapan Kewaspadaan Universal oleh Bidan dan Faktor- Faktor
yang berhubungan di Puskesmas Kecamatan Wilayah DKI Tahun
2013. Universitas Indonesia: Fakultas Kesehatan Masyarakat. 2013.
Notoatmodjo. Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta; 2012.
Jauhari B. Faktor yang berhubungan dengan luka tusuk jarum suntik pada
kelompok bidan desa di kabupaten Mojokerjo. 2014.
Ernawati B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Perilaku Pencegahan
Terjadinya Needle Stick Injury Di Ruangan Rawat Inap Rumah Sakit
X Jakarta 2015. Jakarta: Keperawatan, STIK SINT CAROLUS; 2016.
Aderaw Z. Assessment on Magnitude of Needle Stick and Sharp Injuries and
Associated Factors among Health Care Workers in East Gojjam Zone
Health Institutions, Amahara Regional State, Ethiopia. Global
Journals Inc (USA). 2013;Volume 13 (Issue 3 Version 1.0):40-50.
Lee J-J KS-H, Cheng S-J. N. Needlestick and sharps injuries among dental
healthcare workers at a university hospital. Journal of the Formosan
Medical Association. 2014:113:227-233.
Sudiantara PH, Somia IKA. Karakteristik Pajanan Jarum Suntik pada Tenaga
Kesehatan di Rumah Sakit Sanglah Denpasar. 2013.
Ahmad. Needle Stick Injury and Associated Faktors Among Medical Students.
Pakistan Journal of Surgery. 2008;24(3).145-148.
Ratnawati A, Rufina D, Ghofur A. Determinan risiko cedera benda tajam pada
perawat di instalasi bedah sentral rsup dr. Soeradji Tirtonegoro
Klaten. Journal Keperawatan Poltekkes Kemenkes Yogyakarta. 2015.
Nurkhasanah, Sujianto U. Kepatuhan perawat dalam penerapan kewaspadaan
universal di Rumah sakit dokter kariadi semarang 2013.
Prastya IW. Hubungan Pengetahuan Tentang Tindakan Pencegahan Luka Tusuk
Jarum Dengan Insidensi Luka Tusuk Jarum Pada Mahasiswa Profesi
Ners Stikes Aisyiyah Yogyakarta. Journal Keperawatan Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan ‘Aisyiyah. 2015.
Aderaw Z. Assessment on Magnitude of Needle Stick and Sharp Injuries and
Associated Factors among Health Care Workers in East Gojjam Zone
Health Institution. . Global Journal of Medical research Diseases.
2013;Volume 13 (Issue 3 Version 1.0).
Poter, Perry. Buku Ajar Fundamental Keperawatan. 4 ed: EGC; 2006.
25