Anda di halaman 1dari 6

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penyakit infeksi terkait pelayanan kesehatan atau infeksi nosokomial
saat ini di ubah dengan istilah Health Care Asosiated Infection (HAIs).
Infeksi tidak hanya berasal dari rumah sakit, pasien, petugas
kesehatan, tetapi juga didapatkan dari pengunjung yang tertular pada
saat berada di lingkungan rumah sakit atau fasilitas pelyanan kesehatan
lainya. HAIs merupakan permasalahan yang serius diberbagai negara
diseluruh dunia, termasuk Indonesia. Penyakit infeksi terkait pelayanan
kesehatan telah menjadi agenda yang dibahas dalam forum Asian
Pacific Comitte (APEC) atau Global Health Security Aenda (GHSA).
Kejadian ini menunjukan bahwa HAIs yang ditimbulkanberdampak secara
langsung sebagai beban ekonomi negara. HAIs memerlukan penangan lebih
lanjut dan jika tidak ditangani bisa beresiko memperpanjang lama perawatan
pasien di rumah sakit, peningkatan biaya perawatan, sepsis serta bisa
menyebabkan kematian (Permenkes No 27, 2017) Healthcare associated
infections (HAIs) merupakan istilah yang popular menggantikan istilah
infeksi nosokomial. Menurut (Mscph et al.,2017),
Angka kejadian HAIs di negara maju dalam kurun waktu beberapa
tahun ini beraneka ragam mulai dari 3,5% sampai dengan 12%. The
European Centers for Disease control didapatkan data rata-rata kejadian
di Eropa adalah 7,1%. Lembaga ini menyebutkan perkiraan ada
4.131.000 pasien terpapar kurang lebih 4.544.100 HAIs setiap tahunya
di Eropa, sedangkan di negara dengan pendapatan perkapita rendah
dan sedang kejadian HAIs berada pada 5,7% dan 19,1% (WHO, 2011).
Kejadian HAIs di Indonesia pada jenis/tipe rumah sakit sangat beragam.
Penelitian yang dilakukan oleh Depkes RI pada tahun 2017 didapatkan data
proporsi kejadian HAIs di rumah sakit pemerintah dengan jumlah pasien
1.527 orang dari jumlah pasien beresiko 160.417 (55,1%), sedangkan untuk
rumah sakit swasta dengan jumlah pasien 991 pasien dari jumlah pasien
beresiko 130.047 (35,7%). (Kemenkes, 2017). Berdasarkan hasil studi
pendahuluan yang dilakukan peneliti pada tanggal 29 juni 2021 melalui
wawancara tentang tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis
di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo didapatkan data untuk tingkat
kepatuhan petugas yaitu cuci tangan dengan menggunakan metode
pemberian kuisioner dari 10 responden didapatkan data 3 (30%) baik, 4
(40%) cukup dan 3 (30%) kurang, dan bundel HAis menggunakan metode
pemberian kuisioner dari 10 responden didapatkan data 3 (30%) baik, 3
(30%) cukup dan 4 (40%) kurang, dan untuk angka kejadian HAis
didapatkan data bulan maret 2021 angka infeksi IDO 1,2% dan phlebitis
1,94%.
Infeksi nosokomial atau yang saat ini disebut sebagai infeksi
berkaitan dengan pelayanan di fasilitas kesehatan atau HAIs merupakan
suatu masalah serius terkena HAIs (Healthcare Associated Infections). Salah
satunya adalah kejadian flebitis di rumah sakit dapat menjadi salah satu
indikator pelayanan mutu rumah sakit. Upaya pencegahan HAIs yang
dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan adalah meningkatkan kemampuan
dalam penerapan kewaspadaan standar dengan komponen utama yang
merupakan salah satu metode paling efektif untuk mencegah penularan
patogen berkaitan dengan pelayanan kesehatan adalah dengan melakukan
praktek kebersihan tangan (hand hygiene). Hand hygiene adalah suatu
upaya membersihkan tangan baik dengan menggunakan sabun ataupun
dengan air mengalir dengan menggunakan enam langkah. Hand hygiene
sendiri telah ditetapkan oleh organisasi kesehatan dunia sebagai salah
satu penentu keselamatan pasien. Tujuan hand hygiene adalah menurunkan
resiko infeksi karena seringnya kontak antara petugas kesehatan dengan
pasien. Perilaku hand hygiene menjadi salah satu faktor yang
mempunyai pengaruh besar terhadap pencegahan dan pengendalian
infeksi. (WHO,2019).
Ketidak patuhan dalam hand hygiene dapat terjadi transmisi
mikroba yang berasal dari sumber di sekitar penderita yang sedang
menjalani perawat di fasilitas layanan kesehatan banyak akibat dari
ketidak patuhan melakukan hand higine salah satunya adalah kejadian
flebitis dirumah sakit. Angka kejadian flebitis dari tahun ke tahun belum
menunjukkan penurunan yang berarti. Kurangnya kesadaran dan
kepatuhan perawat dalam melakukan hand hygiene secara tepat disinyalir
menjadi salah satu penyebab tingginya kejadian flebitis di rumah sakit baik
di Indonesia maupun di luar negeri. Flebitis merupakan infeksi
nosokomial yang berasal dari mikroorganisme yang dialami pasien,
diperoleh selama pasien dirawat di rumah sakit dan diikuti dengan
manifestasi klinis yang sekurang-kurangnya 3×24 jam (Brunner &Suddart,
2013). Flebitis dapat menyebabkan thrombus yang selanjutnya menjadi
tromboflebitis. Perjalanan flebitis biasanya jinak, tetapi meskipun demikian
apabila trombus terlepas dan kemudian di angkut ke aliran darah,
dan masuk ke jantung maka bisa menimbulkan seperti katup bola
yang menyumbat arterioven trikuler secara mendadak dan menimbulkan
kematian (Potter & Perry, 2012). Faktor penyebab terjadinya flebitis ada
empat hal yaitu faktor kimiawi,mekanik,agen bakterial, dan post infus
(INS, 2016). Salah satu langkah efektif memutuskan transmisi infeksi
yang mengakibatkan flebitis adalah melakukan hand hygiene dengan
cara yang benar dan pada waktu yang tepat, sesuai dengan yang
tertuang dalam komponen kewaspadan standar.
Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk mengetahui tentang
“Analisis tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di RSIA
Muhammadiyah Kota Probolinggo”.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan di atas, maka yang
menjadi permasalahan peneliti dalam penelitian ini adalah :”Analisis tingkat
kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah
Kota Probolinggo?”

1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk menganalisis tingkat
kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah
Kota Probolinggo.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengindentifikasi hand hygiene di RSIA Muhammadiyah Kota
Probolinggo
2. Mengindentifikasi bundel HAis di RSIA Muhammadiyah Kota
Probolinggo
3. Mengindentifikasi angka kejadian HAis di RSIA Muhammadiyah
Kota Probolinggo.
4. Menganalisis tingkat kepatuhan petugas dengan angka kejadian HAis
di RSIA Muhammadiyah Kota Probolinggo.

1.4 Manfaat Penelitian


Melalui penelitian ini diharapkan mengetahui tingkat kepatuhan
petugas dengan angka kejadian HAis. Dari hasil tersebut dapat diambil
manfaat :
1.4.1 Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini dapat memperkaya ilmu pengetahuan kesehatan
dalam bidang keperawatan khususnya tingkat kepatuhan petugas dengan
angka kejadian HAis dan dapat dijadikan sebagai jurnal atau bahan materi
dalam pembelajaran di institusi terutama dalam materi HAis.
1.4.2 Bagi Peneliti

Hasil dari penelitian ini dapat menjadi referensi selanjutnya untuk


melakukan penelitian yang lebih lanjut tentang kepatuhan petugas dalam
melakukan hand hygiene dan bundle HAis serta dapat menambah wawasan
penulis dalam melakukan penulisan skripsi sesuai dengan bidang ilmu
keperawatan.

1.4.3 Bagi Masyarakat


Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi bahan pertimbangan
dibidang pelayanan kesehatan di masyarakat khususnya rumah sakit untuk
mensosialisasikan pentingnya tingkat kepatuhan petugas dengan angka
kejadian HAis.

1.5 Keaslian Penelitian


1.5.1 Penelitian (Lestari, 2019) yang berjudul “Hubungan Kepatuhan Perawat
Dalam Melakukan Hand Hygiene Dengan Kejadian Flebitis Di Rsud
Wonosari”. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kepatuhan perawat
dalam melakukan hand hygiene paling banyak kepatuhan tinggi sebanyak
64 (95,5%) responden. kejadian flebitis paling banyak tidak mengalami
kejadian flebitis sebanyak 64 (95,5%) responden. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah variabel dependen, dalam penelitian tersebut
menggunakan kejadian flebitis sedangkan dalam penelitian ini variable
dependen angka kejadian HAis.
1.5.2 Penelitian (Nur Hidayah, 2019) yang berjudul “Kepatuhan Tenaga
Kesehatan Terhadap Implementasi Hand Hygiene di Rumah Sakit Umum
Daerah Haji Kota Makassar” Hasil penelitian menunjukkan kepatuhan
perawat (56.05%), bidan (53.37%), dan dokter (49.33%). Berdasarkan
kepatuhan per indikasi sebelum kontak dengan pasien (55.81%), sebelum
tindakan aseptik (56.41%), setelah terpapar cairan tubuh pasien yang
berisiko (70.11%), setelah kontak dengan pasien (53.16%) dan setelah
menyentuh lingkungan sekitar pasien (27.27)%. Perbedaan dengan
penelitian ini adalah variabel dependen, dalam penelitian tersebut
menggunakan Implementasi Hand Hygiene sedangkan dalam penelitian ini
variable dependen angka kejadian HAis.

1.5.3 Penelitian (Astri Budhi Satiti, 2019) yang berjudul “Analisis Penerapan
Standard Precautions Dalam Pencegahan Dan Pengendalian Hais
(Healthcare Associated Infections) Di Rsud Raa Soewondo Pati” Hasil
penelitian menunjukkan Tingkat kepatuhan pembuangan sampah benda
tajam rata-rata petugas sudah banyak yang patuh walaupun belum bisa
mencapai angka kepatuhan 100%. Sedangkan pengelolaan limbah darah
dan komponen darah baru yang dilakukan audit atau monitoring evaluasi
pada tahun 2016 triwulan ke-2 dan hasilnya sebesar 80% masih di bawah
standar. Perbedaan dengan penelitian ini adalah variabel independen,
dalam penelitian tersebut menggunakan Penerapan Standard Precautions
sedangkan dalam penelitian ini variable independen tingkat kepatuhan
petugas

Anda mungkin juga menyukai