Anda di halaman 1dari 3

Perawat memainkan peran penting dalam sistem kesehatan suatu negara, terutama menyediakan

layanan perawatan dan kesehatan bagi pasien. Perawat juga mempromosikan cara hidup sehat kepada
masyarakat dengan menawarkan layanan pendidikan, menjalankan pemeriksaan kesehatan, bekerja
dalam praktik, dan melakukan berbagai tugas tambahan terkait kesehatan. Penelitian tentang rumah
sakit di Amerika pada tahun 2017 telah menunjukkan bahwa perawat memiliki tingkat insiden cedera
dan penyakit yang lebih tinggi dibandingkan dengan profesi kesehatan lain (Dressner, 2017).

Kecelakaan kerja merupakan kejadian eksternal yang kebetulan, tiba-tiba, tidak terduga yang
terjadi selama jam kerja dan atau dalam perjalanan ke dan dari tempat kerja. Konsep kecelakaan kerja
didasarkan pada fakta bahwa harus ada hubungan sebab akibat antara peristiwa dengan cedera yang
mengarah pada kerusakan fisik atau mental (Ghahramani & Summala, 2015). Contoh kecelakaan kerja
berdasarkan definisi tersebut, perawat terpeleset (slip), tersandung (trip), dan terjatuh (fall).

Pada umumnya kecerobohan perawat merupakan dampak dari beban kerja, perbandingan jumlah
pasien yang tidak berbanding lurus dengan jumlah perawat, kekurangan sumber daya, peralatan bahkan
infrastruktur menjadi salah satu penyebab utama kecelakaan. Kecelakaan akibat kerja dapat terjadi
ketika perawat melupakan atau melewatkan tahapan sederhana namun berarti bagi kesehatan dan
keselamatan pasien dan diri perawat (Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet, 2010). Tahapan
tersebut seperti perawat tidak menggunakan prinsip one hand saat membuka dan menutup ampul
maupun suntikan, tidak menutup, memutar atau melepas jarum bekas dengan prinsip satu tangan dan
tidak membuang benda infeksius ke dalam wadah khusus infeksius yang telah disediakan.

Penyakit akibat kerja sendiri merupakan penyakit yang ditimbulkan oleh atau perawat mendapati
saat melakukan pekerjaan. Penyakit akibat kerja atau yang lebih dikenal sebagai occupational diseases
adalah penyakit yang disebabkan oleh faktor-faktor pekerjaan atau didapat pada waktu melakukan
pekerjaan (Dressner & Kissinger, 2018).

Faktor lingkungan kerja sangat berperan sebagai penyebab timbulnya penyakit akibat kerja diantaranya
faktor fisik, kimia, biologi, dan ergonomi (Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet, 2010).
Contohnya ketika rumah sakit sedang dalam pembangunan atau renovasi maupun ketika pembersihan
lingkungan oleh petugas kebersihan, seringkali menimbulkan suara bising yang dapat menyebabkan
ketidaknyamanan hingga penurunan kemampuan pendengaran apabila frekuensi getaran atau suara
melampaui batas normal pendengaran.
Perawat juga berisiko terinfeksi bakteri, mikroorganisme bahkan virus saat memberikan asuhan
keperawatan, seperti ketika kejadian luar biasa di komunitas yang berhubungan dengan penyakit
menular yaitu virus influenza dan meningitis (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).
Penyakit lain seperti hepatitis A dan salmonela berhubungan dengan kontaminasi pada makanan. Risiko
tersebut terkait dengan pelaksanaan prosedur seperti saat mengambil sampel pada prosedur invasif
yang dilakukan, peralatan yang dipakai, pengetahuan dan pengalaman dalam melakukan suatu tindakan,
persiapan pasien yang kurang memadai, serta kepatuhan terhadap teknik pencegahan yang
direkomendasikan (Bell, J. Collins, James. Dalsey, Elizabeth. Sublet, 2010). Selain itu, pembersihan,
desinfeksasi dan sterilisasi peralatan seperti instrumen bedah, prostesa, proses alat sekali pakai dan saat
membungkus kembali peralatan yang dipakai dapat menjadi faktor risiko biologi bagi perawat.

Paparan radiasi sinar elektromagnetik merupakan faktor risiko kimia yang menyebabkan efek
somatik non-stochastik dan efek somatik stochastik pada tubuh tenaga kesehatan (Kiswanjaya, 2017).
Efek somatik non stochastik sendiri merupakan hasil yang timbul dari kerusakan kumpulan sel yang
membentuk jaringan dan organ serta kerusakan yang pasti akan terjadi bila dosis radiasi yang diterima
tinggi (Kelsey, C. A., Heintz, P. H., Sandoval, D. J., Chambers, G. D., Adolphi, N. L., & Paffett, 2013).
Contohnya, kemerahan pada kulit, dan katarak pada mata. Efek ini memiliki ambang rangsang yang
apabila belum dilewati tidak akan menimbulkan efek pada tubuh. berbeda dengan somatik non
stochastik, efek somatik stochastik timbul dari interaksi di tingkat sel, khususnya dengan molekul DNA.
Hal ini terjadi random yaitu, semua dapat mengalami atau tidak sama sekali sehingga efek ini memiliki
dampak yang berbeda-beda pada setiap individu. kemudian, efek ini terjadi apabila tubuh terpapar
radiasi oleh dosis radiasi sekecil apapun, tanpa ambang rangsang tertentu dan terjadi setelah beberapa
tahun kemudian atau efek tertunda. Contohnya, terjadinya leukemia, neoplasma, cancer induction pada
tubuh. oleh karena itu, probabilitas kerusakan sel yang terjadi tergantung pada dosis radisasi.

Cedera akibat kerja merupakan dampak fisik seperti patah, retak, luka dan sebagainya yang
diakibatkan oleh kecelakaan (Dressner, 2017). Jenis cedera akibat kecelakaan kerja dan klasifikasi
dampak yang ditimbulkan menurut The Centers for Disease Control and Prevention (CDC) Amerika
Serikat, terbagi menjadi cedera akibat kerja non fatal, cedera fatal, cedera yang menyebabkan
kehilangan waktu kerja (Loss Time Injury), kehilangan hari kerja (Loss Time day), tidak mampu bekerja
atau cedera dengan kerja terbatas, cedera dirawat dan cedera ringan. Beberapa penyebab utama cedera
dibidang perawatan kesehatan meliputi, overexertion, kegiatan mengangkat dan memindahkan pasien,
tertusuk jarum suntik, kekerasan, dan kekurangan sumber daya manusia. Dampak cedera akibat kerja
perawat terbesar adalah sprain dan strain, Bergesernya cakram intervertebralis, tertularnya penyakit
HIV/AIDS, Hepatitis B atau C, infeksi patogen, fraktur, dan cedera kepala (Bell, J. Collins, James. Dalsey,
Elizabeth. Sublet, 2010).
Sprain dan strain menurut OSHA merupakan cedera yang paling sering dilaporkan di antara petugas
kesehatan (Occupational Safety and Health Administration, 2013). Cedera ini memengaruhi bahu dan
punggung bagian bawah. Mekanika tubuh yang salah saat memindahkan atau mengangkat pasien dapat
merusak cakram intervertebralis (penopang medulla spinalis). The Centers for Disease Control and
Prevention (CDC) menunjukkan bahwa tertusuknya jarum suntik secara signifikan meningkatkan risiko
penyebaran penyakit yang ditularkan melalui darah seperti HIV / AIDS atau Hepatitis B atau C. Infeksi
terjadi akibat patogen di udara atau paparan lendir dan limbah tubuh. Patah tulang atau fraktur paling
sering terjadi akibat kekerasan di tempat kerja. Cedera kepala terjadi akibat terpeleset (slip), tersandung
(trip), dan terjatuh (fall). Perawat juga dapat mengalami banyak cedera selain yang disebutkan diatas
karena perawat menghabiskan hari-hari mereka memberikan asuhan keperawatan kepada pasien dalam
kondisi berbahaya dan tempat kerja yang berbahaya (Ozturk & Babacan, 2014).

Usaha pengendalian di lingkungan kerja rumah sakit sangat penting direncanakan dan diterapkan
diantaranya mengkaji kesehatan kerja tenaga kesehatan, staf dan karyawan; standarisasi sanitasi
lingkungan rumah sakit dan keamanan pasien dan pengunjung rs. Upaya-upaya yang bisa dikerjakan
untuk mencegah kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yaitu, pertama, substitusi pengenalan
lingkungan kerja dengan cara mengkaji dan mengenali potensial bahaya lingkungan kerja, kemudian
mengganti perlengkapan kerja yang tidak wajar gunakan (Ghahramani & Summala, 2015). Kedua,
pelajari lingkungan kerja dalam hal ini menilai karakter serta besarnya potensi-potensi bahaya yang
mungkin muncul sehingga dengan mudah rs memprioritaskan dalam penanganan permasalahan yang
lebih potensial. Ketiga, pengendalian lingkungan kerja dengan bertindak mengurangi bahkan juga
menghilangkan pajanan pada masalah kesehatan tenaga medis di lingkungan kerja dengan
menggunakan teknologi pengendalian (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2011).

Perawat efektif dalam memberikan asuhan keperawatan dan tidak mengalami penyakit, kecelakaan,
dan cedera akibat kerja apabila perawat memahami peran, tugas serta tanggung jawabnya menerapkan
prinsip Kesehatan dan Keselamatan Kerja. Tidak hanya perawat yang harus menerapkan prinsip
tersebut namun juga rumah sakit juga harus menerapkan manajemen kesehatan serta keselamatan
kerja di dalam rumah sakit. Manajemen kesehatan serta keselamatan kerja rumah sakit menyertakan
semua unsur manajemen, tenaga kesehatan, karyawan serta lingkungan kerja yang terintegrasi menjadi
usaha pencegahan serta mencegah kecelakaan kerja serta penyakit karena kerja di lingkungan rumah
sakit agar lingkungan kerja aman, sehat dan bebas dari pencemaran paparan lingkungan kerja, yang
pada gilirannya dapat meningkatkan efesiensi serta produktifitas kerja

Anda mungkin juga menyukai