TESIS
Disusun untuk memenuhi persyaratan mencapai gelar Strata 2
Magister Terapan Kesehatan Terapis Gigi dan Mulut
Oleh :
NIM : P1337425319026
TAHUN 2022
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh :
Telah dilakukan pembimbingan hasil penelitian, dan dinyatakan layak untuk mengikuti
seminar hasil
Pembimbing I Pembimbing II
Prof. Dr. drg. Diyah Fatmasari, MDSc Dr. Arwani, SKM, BN. Hons, MN
NIP. 196709101993022001 NIP. 196512181995011001
Mengetahui,
ii
DEKLARASI ORISINALITAS
NIM : P1337425319026
E-mail : riissmmaann@gmail.com
Alamat Lengkap : Desa Paitana, Kecamatan Turatea Kabupaten
Jeneponto, Kabupaten Jeneponto Provinsi
Sulawasi Selatan
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
HASIL KARYA TESIS UNTUK KEPENTINGAN ADEMIS
(ACADEMIC PROPERTY)
Sebagai civitas akademik Poltekkes Kemenkes Semarang, saya yang bertanda tangan
dibawah ini :
Dibuat di : Semarang
Pada Tanggal : 16 Agustus 2022
Yang menyatakan
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Untuk memperoleh sebuah hasil yang baik, maksimal dan berkualitas tentunya tidak
lepas dari perjuangan, dukungan dan motivasi dari orang-orang di sekitar kita. Oleh
1. Orang tua tercinta (Jawiah., Sp.d dan Rapiuddin., S.Pd) yang telah memberikan
2. Dr. Bedjo Santoso, S.SiT., M.Kes Tauladan dengan dedikasi yang tinggi di bidang
ilmu pengetahuan
3. Prof. Dr. drg. Diyah Fatmasari, MDSc Dosen teladan dengan dedikasi tinggi
4. Dr. Arwani, SKM, BN. Hons, MN Guru serta panutan yang mengajarkan
5. Lisma Juratmy S. Gz, S.E , saudara kandung dan editor tata tulis tesis
6. Nurafni Suid, S.Tr. Kep. Ns., M.Tr. Kep yang selalu memberikan dukungan
Motto :
kekuatan akarnya.
v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Identitas
Nama Lengkap : Risman Abdi Rapiuddin
Tempat/ Tanggal lahir : Paitana, 30 Okotober 1997
Bangsa/Suku : Indonesia
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Menikah
Alamat Lengkap
:Desa Paitana, Kecamatan Turatea Kabupaten
Jeneponto, Kabupaten Jeneponto Provinsi
Sulawasi Selatan
Nomor Handphone : 0812-5822-7953
Alamat e-mail : riissmmaann@gmail.com
Riwayat Pendidikan
Sekolah Dasar : SDI 115 Ta’buakang (Tahun 2004-2010)
Sekolah Menengah Pertama : SMPN 1 Turatea (Tahun 2010-2012)
Sekolah Menengah Atas : SMAN 1 Kelara (Tahun 2012-2015)
Perguruan Tinggi : DIV Poltekkes Kemenkes Makassar (2015-
2019)
: Prodi Keperawatan Magister Terapan
Kesehatan Program Pascasarjan Poltekkes
Kemenkes Semarang (Tahun 2019- Sekarang)
vi
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena Berkat, Rahmat,
tesis ini yang berjudul “ Pengembangan model formulasi pasta gigi ekstrak kulit apel
streptococcus mutans secara in vitro dan in vivo” pada Prodi Terapis Gigi dan Mulut
Tesis ini disusun untuk memenuhi persyaratan dalam mencapai gelar strata-2
Terima kasih pada keluarga tercinta yang telah memberikan banyak dukungan,
dorongan baik materi maupun spiritual serta doa yang selama ini selalu mendukung
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini tidak lupa peneliti mengucapkan banyak terima
2. Prof. Dr. dr. Suharyo Hadisaputro, Sp.PD KPTI, Ketua Program Pascasarjana
3. Dr. Bedjo Santoso, S.SiT,M.Kes, Ketua Prodi Terapis Gigi dan Mulut Poltekkes
Kemenkes Semarang
vii
4. Prof. Dr. Drg. Diyah Fatmasari, MD, pembimbing pertama tesis, Pascasarjana
6. Bapak dan ibu dosen program Pascasarjana Poltekkes Kemenkes Semarang yang
tidak dapat saya sebutkan satu per satu atas segala bantuannya
7. Staf tata usaha program Pascasarjana Poltekkes Kemenkes Semarang yang telah
8. Orang tua yang senangtiasa membimbing saya dan juga mengingatkan saya supaya
9. Teman – teman yang telah memberikan dukungan dan masukan sehingga saya dapat
mengerjakan tesis
kekurangan, oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik atau saran dari pembaca
yang sifatnya membangun guna penyempurnaan Tesis ini. Semoga Tesis ini dapat
viii
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODEL FORMULASI PASTA GIGI EKSTRAK KULIT
APEL MANALAGI (Malus Sylvetris) DENGAN KONSENTRASI
BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
STREPTOCOCCUS MUTANS SECARA
IN VITRO DAN IN VIVO
Korespondensi : riissmmaann@gmail.com
Latar Belakang : Karies merupakan penyakit yang disebabkan kerusakan lapisan email
yang bisa meluas sampai bagian saraf gigi. Salah satu cara mencegah terjadinya karies
adalah dengan menggosok gigi secara teratur menggunakan pasta gigi herbal antibakteri
yang dapat mengurangi jumlah koloni bakteri streptococcus mutans. Kulit buah apel
merupakan bahan herbal berguna sebagai antibakteri, antioksidan, antifungi dan
antiproliferatif, dan senyawa polifenol.
Tujuan : Untuk mengetahui pengaruh pengembangan model formulasi pasta gigi
ekstrak kulit apel manalagi (malus sylvetris) dengan konsentrasi berbeda terhadap
pertumbuhan bakteri Streptococcus mutan secara in vitro dan in vivo.
Metode: Penelitian ini adalah penelitian true experimental mengunakan pendekatan
pre test and post test with control group design. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik simple random sampling dan didapatkan 15 responden. Penelitian ini
dilaksanakan selama 3 hari, dimana pada hari pertama dilakukan pengukuran (pretest)
dengan mengambil sampel saliva pada responden sebelum menyikat gigi pada pagi hari,
dan pada hari ketiga (posttest) dilakukan pengukuran saliva responden untuk menguji
koloni bakteri yang terkandung didalamnya. Analisa statistik Uji beda Pre-Test Post-
Test menggunakan uji beda Paired T – Test dan Uji One-Way Annova serta Analisis
Komparasi dengan uji Post Hoc Tukey.
Hasil: Penelitian ini menunjukan bahwa dosis pasta gigi pada pengujian in vitro
didapatakan dosis optimal yaitu pada konsentrasi ekstrak kulit apel manalagi 25%,
kemudian pada uji in vivo model formulasi pasta gigi ekstrak kulit apel Manalagi (Malus
Sylvetris) dengan dosis optimal (25%) efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri
streptococcus mutans secara in vivo dengan rerata penurunan -3.30 x 106 CFU/ml,
dengan nilai p value (0.005 < 0.05). kelompok kontrol + adalah -0.38 x 106 CFU/ml,
dan pasta gigi non herbal pada kelompok kontrol - adalah -0.68 x 106 CFU/ml, tetapi
hasil Analisa statistic tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan terhadap hasil
sebelum dan sesudah perlakuan pada kelompok kontrol + (p value = 0.553 > 0.05) dan
kontrol – (p value = 0.403 > 0.05).
Simpulan : Model formulasi pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi (malus sylvetris)
dengan konsentrasi 25% efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri Streptococcus
mutan secara in vitro dan in vivo
ix
ABSTRACT
Correspondence :riissmmaann@gmail.com
Background : Caries is a disease caused by damage to the enamel layer that can extend
to the nerves of the teeth.One way to prevent caries is to brush your teeth regularly using
an antibacterial herbal toothpaste that can reduce the number of colonies of
Streptococcus mutans bacteria. Apple peel is an herbal ingredient that is useful as
antibacterial, antioxidant, antifungal and antiproliferative, and polyphenolic
compounds.
Destination :The purpose of this study was to determine the effect of developing a
toothpaste formulation model of Manalagi apple peel extract (Malus sylvestris) with
different concentrations on the growth of mutant Streptococcus bacteria in vitro and in
vivo.
Method :This research is a true experimental research using pre test and post test
approach with control group design. Sampling was carried out using simple random
sampling technique and obtained 15 respondents. Statistical analysis. This research was
carried out for 3 days, where on the first day measurements (pretest) were taken by
taking saliva samples from respondents before brushing their teeth in the morning, and
on the third day (posttest) measurements of respondents' saliva were carried out to test
the bacterial colonies contained therein. Pre-Test Post-Test difference test using Paired
T - Test and One-Way Annova test and Comparative Analysis with Post Hoc Tukey test.
Result s:This research shows thatThe optimal dose of toothpaste in the in vitro test was
found at 25% concentration of Manalagi apple peel extract, then in the in vivo test the
formulation model of Manalagi apple peel extract toothpaste (Malus Sylvetris) with the
optimal dose (25%) was effective in inhibiting growth of streptococcus mutans bacteria
in vivo with a mean decrease of -3.30 x 106 CFU/ml, with p value (0.005 < 0.05). the
control group + was -0.38 x 106 CFU/ml, and non-herbal toothpaste in the control
group - was -0.68 x 106 CFU/ml, but the results of statistical analysis did not show a
significant difference to the results before and after treatment in the control group + (p
value = 0.553 > 0.05) and control – (p value = 0.403 > 0.05).
Conclusion:The model formulation of Manalagi apple peel extract toothpaste (Malus
sylvestris) with 25% concentrations was effective in inhibiting the growth of mutant
Streptococcus bacteria in vitro and in vivo.
x
DAFTAR ISI
SAMPUL ........................................................................................................................ i
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................................... ii
DEKLARASI ORISINALITAS ................................................................................ iii
ACADEMIC PROPERTY ............................................................................................ iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ................................................................................. v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................................... viii
ABSTRAK ................................................................................................................... x
ABSTRACT ................................................................................................................. xi
DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii
DAFTAR TABEL………………………………………………………...................xvi
DAFTAR ISTILAH……………………………………………………….............. xvii
DAFTAR SINGKATAN…………………………………………………............. xxii
DAFTAR LAMPIRAN…………………………………………………............... xxiii
xi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA........................................................................................ 14
A.Bakteri Streptococcus Mutans................................................................................ 14
1. Definisi Streptococcus Mutans ..................................................................... 14
2. Taksonomi .................................................................................................... 15
3. Morfologi ...................................................................................................... 15
4. Mekanisme Streptococcus mutans terhadap pertumbuhan karies gigi ......... 16
5. Pengaruh Streptococcus mutans Terhadap Kesehatan Rongga Mulut ......... 17
B. Karies .......................................................................................................................... 18
1. Pengertian Karies Gigi.................................................................................. 18
2. Etiologi Karies Gigi ...................................................................................... 19
3. Mekanisme Terjadinya Karies Gigi .............................................................. 21
4. Faktor Risiko Terjadinya Karies Gigi .......................................................... 22
C.Buah Apel ................................................................................................................... 25
1. Taksonomi Buah Apel .................................................................................. 25
2. Morfologi Buah Apel ................................................................................... 25
3. Kandungan Kimia Buah Apel....................................................................... 26
4. Ekstrak Kulit Apel ........................................................................................ 28
D.Tinjauan Tentang Ekstraksi .................................................................................. 29
1. Pengertian Ekstrak ........................................................................................ 29
2. Pengertian Ekstraksi ..................................................................................... 29
3. Metode Ekstrasi ............................................................................................ 30
E. Pasta Gigi ................................................................................................................... 31
1. Pengertian Pasta Gigi .................................................................................... 31
2. Kandungan Pasta Gigi .................................................................................. 32
3. Komponen Pasta Gigi................................................................................... 33
4. Syarat Pasta Gigi ......................................................................................... 36
F. Kerangka Teori................................................................................................ 38
BAB III METODE PENELITIAN ................................................................................... 40
A.Kerangka Konsep ..................................................................................................... 40
B. Hipotesis ..................................................................................................................... 40
1. Hipotesis Mayor .................................................................................. 40
xii
2. Hipotesis Minor................................................................................... 40
C. Jenis dan rancangan penelitian .............................................................. 41
D.Populasi dan Sampel Penelitian ............................................................................ 44
E. Kriteria Sampel ........................................................................................ 45
1. Kriteria Inklusi....................................................................................... 45
2. Kriteria eksklusi..................................................................................... 45
E. Definisi operasional variabel penelitian dan skala pengukuran ................... 46
F. Instrumen Penelitian ............................................................................................... 47
1. Alat ........................................................................................................ 47
2. Bahan ..................................................................................................... 47
G. Prosedur penelitian ................................................................................................. 47
1. Persiapan Bahan .................................................................................... 47
2. Tahapan Penelitian ................................................................................ 47
3. Ekstraksi Bahan ..................................................................................... 48
4. Formulasi Sediaan Pasta Gigi ................................................................ 50
5. Pembuatan Pasta Gigi Ekstrak Kulit Apel (Malus sylveatris Mill.) ....... 51
6. Uji Kestabilan Fisik ................................................................................ 51
7. Prosedur Pembuatan Media NA (Nutrient Agar) .................................. 52
8. Uji Daya Hambat Bakteri ...................................................................... 53
9. Pelaksanaan Penelitian In Vitro ............................................................. 54
H. Teknik pengolahan dan analisis data ................................................................ 56
1. Teknik pengolahan data ......................................................................... 56
2. Analisis Data ......................................................................................... 57
J. Etika Penelitian......................................................................................................... 58
K. Tempat dan Waktu Penelitian ............................................................................. 60
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................................... 61
A.Deskripsi Lokasi Penelitian ................................................................................... 61
B. Hasil ............................................................................................................................. 62
1. Hasil Uji Mutu Fisik Sediaan Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Kulit Apel
Manalagi (Organoleptis, Homogenitas, pH, Daya Sebar, Tinggi Busa) ...... 62
xiii
2. Hasil Uji Aktivitas Antibakteri Daya Hambat Ekstrak Kulit Apel Manalagi
terhadap Bakteri Streptococcus mutans secara in vitro ................................ 63
C. Hasil Uji Angka Lempeng Total (ALT) Koloni Bakteri Streptococcus
Mutans ................................................................................................................... 67
1. Uji Beda Koloni Bakteri Streptococcus Mutans (Pre-test dan Post-test) pada
Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol ................................................. 70
2. Uji Beda pH Saliva (Pre-test dan Post-test) pada Kelompok Intervensi Dan
Kelompok Kontrol ............................................................................................... 74
D. Uji Variabel Confounding .............................................................................. 78
BAB V PEMBAHASAN ..................................................................................................... 80
A.Mutu Fisik Sediaan Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Kulit Apel Manalagi
(Organoleptis, Homogenitas, pH, Daya Sebar, Tinggi Busa) ........................ 80
1. Uji Organoleptis ........................................................................................... 80
2. Uji Homogenitas ........................................................................................... 81
3. Uji pH ........................................................................................................... 81
4. Uji Daya Sebar ............................................................................................. 82
5. Uji Tinggi Busa ............................................................................................ 83
B. Aktivitas Antibakteri Daya Hambat Ekstrak Kulit Apel Manalagi
terhadap Bakteri Streptococcus mutans secara in vitro.................................. 83
C. Pengaruh Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Kulit Apel Manalagi dengan
Dosis Optimal terhadap Pengujian Angka Lempeng Total (ALT) dalam
mengukur Koloni Bakteri Streptococcus mutans secara in vivo ................... 86
D. Pengaruh Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Kulit Apel Manalagi terhadap
pH Saliva .......................................................................................................... 89
E. Pengaruh Debris Plak terhadap Jumlah Koloni Bakteri Streptococcus
mutans dan pH Saliva ..................................................................................... 91
F. Implikasi Penelitian......................................................................................... 94
G. Keterbatasan Penelitian .................................................................................. 94
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN .......................................................................... 95
A. Simpulan .................................................................................................................... 95
B. Saran .......................................................................................................................... 96
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................................... 98
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Kulit Apel Manalagi.........62
Tabel 4.2 Uji Daya Hambat Ekstrak Kulit Apel Manalagi terhadap Bakteri
Streptococcus Mutans....................................................................................63
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Apel Manalagi................64
Tabel 4.4 Uji Homogenitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Apel Manalagi......................65
Tabel 4.5 Perbedaan Daya Hambat Ekstrak Kulit Apel Manalagi antara kelompok
Tabel 4.6 Rerata Perbedaan Daya Hambat Ekstrak Kulit Apel Manalagi antara
Tabel 4.7 Uji Homogenitas Koloni Bakteri Dan pH Saliva Kelompok Intervensi
Tabel 4.8 Uji Normalitas Koloni Bakteri Streptococcus Mutans Dan Ph Saliva
Kelompok Kontrol.......................................................................................69
Tabel 4.9 Uji Beda Koloni Bakteri Streptococcus Mutans (106 cfu/ml) Pretest dan
xv
Kelompok Intervensi Dan Kelompok Kontrol........................................73
Tabel 4.12 Uji Beda pH Saliva Pretest dan Posttest pada Kelompok Intervensi
Dan Kelompok Kontrol..........................................................................74
Tabel 4.13 Analisis pH saliva Antar Kelompok Intervensi Dan Kelompok
Kontrol...................................................................................................76
Tabel 4.14 Analisis Multikomparasi pH Saliva Antar Kelompok Intervensi Dan
Kelompok Kontrol.................................................................................77
Tabel 4.15 Variabel Confounding (Debris Plak) terhadap Variabel Koloni
bakteri Streptococcus mutans dan pH Saliva.......................................78
xvi
DAFTAR ISTILAH
xviii
Dentin : Dentin adalah bagian tertebal dari jaringan gigi,
dan mempunyai sifat yang menyerupai tulang
xx
Polisakarida : Karbohidrat yang memiliki polimer yang
panjang dan tersusun dari ratusan hingga ribuan
monosakarida.
xxi
DAFTAR SINGKATAN
FruA : Fructanase
GTF : Glukositrafrase
KD : Koefisien Determinasi
NA : Nutrient Agar
pH : Power of Hydrogen
xxii
DAFTAR LAMPIRAN
xxiii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal yang penting bagi kesehatan umum.
Kesehatan gigi dan mulut adalah kondisi mulut klien yang terdapat dalam satu
rentang (kontinum) yang dimulai dari kondisi kesehatan yang optimal sampai
kepada kondisi sakit. Kondisi tersebut bersifat fluktuatif sepanjang waktu yang
perkembangan. Penyakit gigi dan mulut dapat menjadi faktor risiko penyakit lain
dikarenakan kesehatan gigi dan mulut adalah bagian tak terpisahkan dari kesehatan
secara umum, seseorang yang mengalami masalah kesehatan gigi dan mulut akan
1
berpengaruh terhadap kesehatan secara umum. Kesehatan mulut dan kesehatan
umum merupakan kondisi yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi satu
sama lain. Karies gigi dan penyakit periodontal masih menjadi suatu masalah bagi
gigi dan mulut khususnya karies gigi merupakan penyakit yang dialami hampir dari
3
setengah populasi penduduk dunia (3,58 milyar jiwa). Prevalensi karies di
Indonesia berdasarkan Riset Kesehatan Dasar adalah sebanyak 25,9 % pada tahun
2013 dan meningkat menjadi 57.6% pada tahun 2018. Hal ini menunjukkan bahwa
1
2
menjadi paling banyak menyebabkan karies gigi dari semua Streptococcus oral
yang lain. 4
Kondisi kesehatan gigi dan mulut bersifat fluktuatif yang dipengaruhi oleh
mulut serta kesehatan secara umum. Kondisi ini saling berhubungan dan
salingmempengaruhi satu sama lain. Beberapa masalah yang terjadi pada mulut dan
gigi terjadi karena akibat kurangnya menjaga kebersihan gigi dan mulut. Hal ini
penumpukan plak merupakan awal dari beberapa penyakit pada rongga mulut
Karies merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi, yaitu email, dentin dan
sementum, yang disebabkan oleh aktifitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat
6
yang dapat diragikan. Kondisi kesehatan gigi dan mulut yang tidak sehat yang
aktivitas kerja dan menjadi menurun. Karies yang sudah parah nantinya akan
mempengaruhi kesehatan dan kualitas hidup yang menyebabkan rasa sakit, sulit
biasanya, infeksi akut serta kronis yang dapat menyebabkan biaya rawat inap serta
biaya yang dikeluarkan untuk pengobatan karies yang sudah parah akan lebih tinggi
Karies menjadi salah satu bukti tidak terawatnya kondisi gigi dan mulut
sulung tidak perlu dirawat karena akan diganti dengan gigi tetap. Mereka kurang
paham bahwa jika gigi sulung tidak dipelihara dengan baik, maka akan berlubang.
Adapun upaya untuk menunjang kesehatan yang optimal maka upaya dibidang
yang bersifat komensal diantara bakteri tersebut adalah Streptococcus mutans (S.
mutans) yang bersifat kariogenik dan merupakan penyebab utama karies gigi. Salah
satu ciri dari bakteri ini adalah mempunyai kemampuan menempel pada semua
lokasi permukaan habitatnya dalam rongga mulut. Jika tidak diobati penyakit ini
9
dapat menyebabkan rasa sakit, kehilangan gigi dan infeksi.
terhadap biofilm yang berkontribusi pada proses karies gigi. Streptococcus mutans
membentuk biofilm plak bakteri. Kemampuan bakteri ini untuk menghasilkan asam
Salah satu cara mencegah terjadinya karies adalah dengan menggosok gigi
secara teratur menggunakan pasta gigi. Penggunaan pasta gigi sebagai bahan
antibakteri yang terdapat pada pasta gigi memberikan efek teraupetik sehingga
terbentuknya karies. 11
bakteri penyebab karies gigi. Pasta gigi komersial yang mengandung fluoride
gigi bila dipakai dalam konsentrasi yang tidak dianjurkan dapat menimbulkan risiko
email, sehingga diperlukan pilihan alternatif bahan antibakteri yang lebih aman
12
yaitu menggunakan bahan herbal. Beberapa penelitian menyimpulkan bahwa
penggunaan fluorida dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan fluorosis
aman dan tidak membahayakan lingkungan sekitar. Salah satu alternatif yang dapat
Salah satu bahan herbal yang memiliki fungsi sebagai antibakteri adalah buah apel
dimana tidak hanya pada bagian daging pada buah apel yang bermanfaat, namun
kulit buah apel juga memiliki kandungan gizi yang tinggi. Kulit buah apel berguna
polifenol pada kulit buah apel nilainya lebih tinggi dibandingkan danging buah
apel.14
5
mutans” menunjukkan sediaan obat kumur dengan ekstrak kulit apel Manalagi pada
diubah menjadi sediaan pasta gigi kulit apel Manalagi dan digunakan dalam
pembuatan pasta gigi, yang diambil dengan cara penghitungan Konsentrasi Hambat
Minimum (KHM) yang pada penelitian sebelumya hanya menggunakan uji daya
hambat bakteri dan hanya dilakukan uji ke manusia dalam bentuk obat kumur
penghilang plak. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk membuat
sediaan pasta gigi dengan menggunakan ekstrak kulit apel Manalagi yang dilakukan
sebelum dan sesudah menyikat gigi kemudian di uji ALT (Angka Lempeng Total)
B. Perumusan Masalah
berikut :
sebanyak 25,9 % pada tahun 2013 dan meningkat menjadi 57.6% pada tahun
6
2018. Hal ini menunjukkan bahwa prevalensi kejadian karies gigi di Indonesia
masih tinggi
penurunan aktivitas kerja, ketika sudah parah akan mempengaruhi quality of life
makan, kesulitan tidur, serta high cost untuk perawatan dan penyembuhannya
lebih banyak daripada daging buahnya yang berarti kandungan senyawa aktif
flavonoid, pektin, tanin, dan saponin pada kulit apel lebih efektif sebagai
antibakteri dibandingkan dengan buah apel. Selain itu bahan aktif yang biasa
digunakan dalam pasta gigi umumnya yaitu silica, alkohol, hidrogen peroksida,
dan fluoride. Pasta gigi komersial yang mengandung fluoride berperan penting
manalagi sebagai salah satu obat alternatif alami dalam menurunkan angka
C. Rumusan Masalah
Apakah pengembangan model formulasi pasta gigi ekstrak kulit apel Manalagi
b. Apakah dosis pasta gigi esktrak kulit apel Manalagi (Malus sylvetris)
Streptococus Mutans?
d. Apakah ada perbedaan pemberian formula pasta gigi pengaruh pasta gigi
ekstrak ekstrak kulit apel Manalagi (Malus sylvetris) dengan pasta gigi
dan in vivo ?
8
D. Tujuan penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan khusus
Manalagi (Malus sylvetris) dengan pasta gigi kontrol positif dan negatif
vivo.
9
Manalagi (Malus sylvetris) dengan pasta gigi kontrol positif dan negatif
terhadap pH saliva
E. Manfaat Penelitian
1. Teoritis
2. Aplikatif
Perawat gigi dalam praktiknya dapat memberikan alternatif dalam bentuk terapi
herbal yaitu pasta gigi dengan ekstrak kulit apel manalagi khususnya untuk
3. Masyarakat
pertimbangan dan masukan dalam pemilihan sediaan pasta gigi oleh masyarakat.
F. Keaslian penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan ekstrak kulit apel telah banyak dilakukan
sebelumnya, tetapi sejauh penelusuran yang telah dilakukan peneliti belum ada
penelitian yang sama dengan penelitian yang peneliti lakukan. Penelitian yang
Tabel 1.1
Daftar Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Ekstrak Kulit Apel
No Judul Penelitian Desain Penelitian Variabel Penelitian Hasil
40.000 μg/ml,
60.000 μg/ml,
80.000 μg/ml, dan
100.000 μg/ml.
mutans. Konsentrasi
terendah yang masih
dapat menghambat
pertumbuhan S. mutans
adalah 25%.
Kesimpulan dari
penelitian ini
membuktikan bahwa
ekstrak kulit apel
manalagi
mempunyaidaya
antibakteri terhadap
pertumbuhan S. mutans
1. Variabel Independen
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah sediaan yang digunakan yaitu pasta
gigi ekstrak kulit apel manalagi sedangkan pada penelitian terdahulu sediaan
2. Variabel Dependen
Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu jumlah koloni bakteri streptococcus
mutans secara in vivo dan vitro, dengan perbedaan konsentrasi ekstrak kulit apel
yang diuji untuk dalam pasta gigi digunakan sebanyak 5%, 10%, 25% kemudian
dipilih daya hambat terbaik, kontrol positif berupa pasta gigi herbal dan kontrol
negatif berupa pasta gigi tanpa penambahan ekstrak kulit apel manalagi. Pada
13
3. Desain Penelitian
pre test-post test with control group dengan teknik sampling menggunakan
4. Subjek Penelitian
TINJAUAN PUSTAKA
asam di dalam rongga mulut. Streptococcus mutans adalah bakteri anaerob yang
mampu melekat pada permukaan gigi dengan adanya sukrosa. Habitat utama
untuk Streptococcus mutans adalah oral, faring, dan usus. Streptococcus mutans
sumber energi, menurunkan pH, membuat kondisi asam dalam rongga mulut dan
menyebabkan demineralisasi pada struktur enamel dan dentin. Selain itu, bakteri
Streptococcus mutans juga memiliki peran yang ganda sebagai bakteri dasar
yang terlibat dalam perkembangan plak gigi dan inisiator bakteri dalam proses
karies gigi. 19
organisme ini bersifat α-hemolitik tetapi dapat juga non hemolitik dan komensal
flora normal rongga mulut tetapi dapat berubah menjadi patogen jika
14
15
2. Taksonomi
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Lactobacilalles
Family : Streptococcaceae
Genus : Streptococcus
3. Morfologi
bentuk rantai atau pasang. Bakteri ini termasuk dalam kelompok Streptococcus
pertumbuhan plak pada permukaan gigi. Terjadinya hal itu disebabkan karena
peran yang sangat penting melalui enzim glucansucrase yang dihasilkan oleh
mulut menjadi lebih asam (pH 5,2 – 5,5), maka email mulai mengalami proses
Streptococcus mutans pada permukaan gigi. Adesin pada S. mutans yaitu antigen
pada partikel gigi. S. mutans yang terakumulasi pada permukaan gigi dapat
terbentuk apabila mendapat bantuan glukosa. Glukosa tadi diubah oleh enzim
yang tidak larut ini melekat pada permukaan gigi dan disebut dengan plak gigi.
S. mutans memiliki glucan binding protein (GBP) yang dapat berikatan dengan
glukan secara spesifik. Selain berikatan dengan GBP, glukan berikatan dengan
GFT yang memiliki glucan binding domain yang berfungsi sebagai reseptor
glukan. Dengan demikian bakteri ini dapat terakumulasi pada permukaan gigi.
Tugas utama adesi sucrose dependent dalam menciptakan ekologi plak yang
enzim pada sucrosa dependent ada juga protein yang terlibat dalam virulensi dari
polisakarida intraseluler. 25
yang menghasilkan sifat-sifat adhesif dan kohesif plak pada permukaan gigi
serta mampu untuk menggunakan glikoprotein dari saliva pada permukaaan gigi
Karbohidrat seperti sukrosa dan glukosa dapat difermentasikan oleh bakteri dan
B. Karies
Karies disebabkan oleh interaksi dari berbagai faktor, seperti faktor host atau inang
(gigi dan saliva), mikroorganisme, substrat (makanan) serta waktu sebagai faktor
tambahan. karies gigi atau gigi berlubang terjadi akibat proses secara bertahap
larutnya email dan terus berkembang sampai ke bagian dalam gigi. Karies
yang disebabkan oleh aktivitas suatu jasad renik dalam suatu karbohidrat yang
dapat diragikan. Tandanya adalah adanya demineralisasi jaringan keras gigi yang
19
Proses demineralisasi mulai ketika bakteri spesifik melekat erat pada gigi dalam
lapisan yang disebut dental plak (biofilm) dan terhadap karbohidrat diet dalam
waktu yang cukup. Karbohidrat ini bereaksi dengan bakteri untuk membentuk asam
(asam laktat) berperan dalam struktur keras gigi yang mengakibatkan hilangnya
mineral. Akibat kandungan mineral hilang, struktur gigi yang terkena menjafi lunak
dan proses berlanjut dapat terbentuk lubang. Bakteri yang diketahui mendukung
Beberapa faktor utama terjadinya karies yaitu host, agen substrat dan waktu.
27
a. Host
Faktor host meliputi gigi yang berpengaruh terhadap terhadap terjadinya karies
yaitu morfologi gigi (bentuk dan ukuran gigi), struktur gigi karena dapat rentan
mikroorganisme oral yang tidak terikat. Saliva dapat menghambat karies dengan
kapasitas buffer yang tinggi yang cenderung menetralkan asan yang dihasilakan
oleh plak bakteri pada permukaan gigi, ion kalsium dan fosfor penting dalam
remineralisasi lesi. Pit dan fissure pada gigi sangat rentan terhadap karies karena
sisa makanan mudah menumpuk pada daerah tersebut. Permukaan gigi yang
20
kasar juga dapat membantu perkembanagn karies gigi dan memudahkan plak
b. Agen
yang berakibat pada permukaan gigi dengan turunnya pH. Apabila pH tersebut
menurun, maka email gigi akan mengalami demineralisasi dan dapat terjadinya
karies. 28
c. Substrat
karbohidrat, dan stimulan saliva. Faktor substrat atau diet dapat mempengaruhi
permukaan gigi. Diet berhubungan dengan asupan karbohidrat. Gula yang paling
kariogenik adalah sukrosa. Sukrosa mudah larut dan berdifusi ke dalam plak gigi
berfungsi sebagai sumber nutrisi dan matriks pengembangan plak lebih lanjut. 27
d. Waktu
21
oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun
sampai di bawah 5 dalam waktu 1-3 menit. Lama waktu bakteri yang
Karies gigi bisa terjadi apabila terdapat empat faktor utama yaitu gigi,
misalnya sukrosa dan glukosa yang dapat diragikan oleh bakteri tertentu dan
dengan adanya plak di permukaan gigi. Plak terbentuk dari campuran antara
bahan-bahan air ludah seperti musin, sisa-sisa sel jaringan mulut, leukosit,
limposit dan sisa makanan serta bakteri. Plak ini mula-mula terbentuk, agar cair
Selain karena adanya plak, karies gigi juga disebabkan oleh sukrosa
(gula) dari sisa makanan dan bakteri yang menempel pada waktu tertentu yang
berubah menjadi asam laktat yang akan menurunkan pH mulut menjadi kritis
22
karies gigi. 29
Kavitasi baru timbul bila dentin terlibat dalam proses tersebut. Namun kadang-
kadang begitu banyak mineral hilang dari inti lesi sehingga permukaan mudah
dilihat. 30
Pada karies dentin yang baru mulai, yang terlihat hanya lapisan keempat
kelima (lapisan opak/ tidak tembus penglihatan, di dalam tubuli terdapat lemak
setelah terjadi kavitasi, bakteri akan menembus tulang gigi. Pada proses karies
suatu daerah sempit, dimana dentin partibular diserang), lapisan empat dan
lapisan lima. 6
Faktor risiko karies gigi adalah faktor yang berhubungan dengan kejadian
karies dengan individu dan populasi, terdapat beberapa faktor risiko terjadi
a. Oral Hygiene
Salah satu komponen dalam pembentukan karies adalah plak. Insiden karies
Perilaku menyikat gigi meliputi rutin sikat gigi, frekuensi menyikat gigi,
waktu menyikat gigi, waktu menyikat gigi, teknik menyikat gigi dan jenis
pasta gigi. 32
b. Susunan Gigi
karies pada gigi permanen. Kondisi gigi geligi yang berjejal mengakibatkan
makanan terselip disela-sela gigi dan sulit untuk dibersihkan, hal ini akan
berlubang, penyakit gusi (gingivitis), dan yang lebih parah dapat terjadi
c. pH Saliva
Derajat keasaam dan kapasistas buffer saliva salah satunya dipengaruhi oleh
d. Skor Plak
Plak akan tumbuh dan melekat pada permukaan gigi bila kita mengabaikan
kebersihan gigi dan mulut. Plak merupakan media lunak non mineral yang
yang ada dalam saliva lalu terbentuklah plak Substrat adalah campuran
fruktosa atau pati yang telah dimasak) dapat dimetabolisme oleh bakteria
Asam menyebar melalui plak dan kedalam enamel bawah permukaan pori
f. Vitamin
g. Unsur kimia
Unsur kimia yang paling mempengaruhi persentasi karies gigi adalah flour,
C. Buah Apel
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Angiospermae
Klas : Dicotyledonae
Ordo : Rosales
Famili : Rosaceae
Genus : Malus
memiliki akar tunggang dan umumnya memiliki tinggi 2-4 meter hingga 10
meter. Tanaman apel berdaun tunggal, berbulu kasar, dan tersebar melingkar di
26
sepanjang cabang. Bentuk daun lonjong dengan ujung meruncing dan warnanya
hijau muda . Pohon tanaman apel berkayu keras dan kuat, kulit kayunya cukup
Bunga apel mempunyai putik, benang sari, mahkota, dan kelopak, Bunga
berkelompok dalam satu tunas terdapat 3-7 kuntum bunga. Bunga apel
ketiak daun dan mahkota bunga berwarna putih sampai merah jambu berjumlah
5 helai, Pada semua varietas, jumlah tangkai benangsari dan tangkai putik adalah
sama yaitu antara 15-20 dan 5, panjang tangkai benangsari dan panjang tangkai
putik bervariasi antara 0.5-1.2 cm, sedangkan panjang tangkai bunga antara 1.0-
4.0 cm. 39
Buah apel Manalagi berbentuk bulat dengan ujung dan pangkal berlekuk
dangkal, diameter 4-7 cm dan berat 75-160 gram/buah. Kulit apel Manalagi
berwarna hijau muda kekuningan, tebal dengan pori-pori buah kasar dan
renggang. Rasanya manis dan tidak asam walaupun belum matang. Daging buah
berwarna putih kekuningan, padat, renyah, bertekstur halus, dan beraroma kuat
dengan rasamanis. Bentuk bijinya bulat pendek dan berwarna coklat tua. 40
floretin glikosida, asam kafeat, asam klorogenat, dan kuersetin glikosida. Kulit
27
apel terdiri dari beberapa kandungan senyawa aktif flavonoid, pektin, tanin, dan
saponin dari apel manalagi yang diekstraksi menggunakan metanol. Kulit apel
juga mengandung senyawa fenolik yang lebih besar dari daging buah apel. 41
sel bakteri, karena berikatan dengan protein melisis sel bakteri sehingga bakteri
42
mati. Flavonoid juga dapat menggumpalkan protein, bersifat lipofilik,
Pektin adalah substansi alami yang dapat ditemukan pada sebagian besar
antioksidan. Tanin merupakan komponen zat organik yang kompleks dan terdiri
28
dari senyawa fenolik yang sulit dipisahkan dan sulit mengkristal, mendapatkan
43
protein dari larutannya dan bersenyawa dengan protein tersebut. Tanin
potensial reduksi 1-elektron standart yang rendah (282 mV), serta dapat
41
polifenol yang ada dikulit apel berfungsi sebagai zat antibakteri. Nutrisi
penting dari apel sebagian besar berada dilapisan bawah kulit buahnya. Kulit
1. Pengertian Ekstrak
Ekstrak adalah sediaan yang diperoleh dengan mengekstraksi senyawa aktif dari
Kemudian semua pelarut diuapkan dan massa atau bahan yang tersisa diperlakukan
2. Pengertian Ekstraksi
sel tanaman. Setelah proses ekstraksi, pelarut dipisahkan dari sampel dengan
difusi proses pemisahan terjadi karena adanya perpindahan solut, searah dari fasa
30
diluen ke fasa solven sebagai akibat beda potensial diantara dua fasa yang saling
kontak sedemikian hingga pada suatu saat system berada dalam keseimbangan. 47
3. Metode Ekstrasi
menjadi dua macam, yaitu ekstraksi padat cair dan ekstraksi cair-cair. Berikut
penjelasannya :
Ekstraksi padat cair (leaching) adalah proses pemisahan suatu zat terlarut yang
pelarut (solvent) sehingga padatan dan cairan bercampur dan kemudian zat
terlarut terpisah dari padatan karena larut dalam pelarut. Pada ekstraksi padat
cair terdapat dua fase yaitu fase overflow (ekstrak) dan fase underflow
banyaknya zat yang larut, penyebarannya dalam padatan, sifat padatan dan
besarnya partikel. Jika zat terlarut menyebar merata di dalam padatan, material
yang dekat permukaan akan pertama kali larut terlebih dahulu. Pelarut,
kemudian akan menangkap bagian pada lapisan luar sebelum mencapai zat
terlarut selanjutnya, dan proses akan menjadi lebih sulit dan laju ekstraksi
menjadi turun.
a. Pertama perubahan fase dari zat terlarut yang diambil pada saat zat pelarut
meresap masuk
31
b. Kedua terjadi proses difusi pada cairan dari dalam partikel padat menuju
keluar
b. Ekstraksi Cair-Cair
azeotrop atau karena kepekaannya terhadap panas) atau tidak ekonomis. seperti
ekstraksi padatcair, ekstraksi cair-cair selalu terdiri dari sedikitnya dua tahap,
yaitu pencampuran secara intensif bahan ekstraksi dengan pelarut dan pemisahan
E. Pasta Gigi
seperti triklosan dan klorheksidin yang berperan sebagai bahan aktif yang
32
Pasta gigi yang beredar di pasaran umumnya mengandung fluor yang efektif
antibakteri, agen penguat gigi dan agen pemutih gigi. Bahan aktif pada pasta
gigi terbagi menjadi dua, yaitu bahan kimia dan bahan herbal. Bahan kimia
yang banyak digunakan dalam pasta gigi salah satunya ialah Flouride, dan
bahan herbal yang digunakan dalam pasta gigi salah satunya ialah ekstrak
kulit apel manalagi menjadi penguat dan pembersih gigi juga memiliki
aktivitas antibakteri. 49
agent) 2%, bahan penyegar 2%, bahan pemanis ±2%, bahan terapeutik ±5%
dan pewarna <1% bahan abrasif yang digunakan juga silikon oksida,
lauril sulfat (SLS) karena stabil dan mempunyai sifat antibakteri dan tegangan
membasahi gigi. SLS aktif pada pH normal namun Barkvoll tidak dianjurkan
SLS untuk digunakan pada pasien yang menderita penyakit pada mukosa
digunakan sebagai bahan penyegar karena dapat memberikan rasa segar dan
menyegarkan. 50
rasa dan warna, serta pemanis, selain itu dapat juga ditambahkan bahan
a. Bahan abrasif
Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi umumnya berbentuk bubuk
pembersih yang dapat memolis dan menghilangkan stain dan plak. Bentuk
dan jumlah bahan abrasif dalam pasta gigi membantu untuk menambah
kekentalan pasta gigi. Bahan abrasif yang terdapat dalam pasta gigi tidak
sekeras email, tapi sekeras atau lebih keras dari dentin. Kandungan bahan
abrasif yang terdapat di dalam pasta gigi sebanyak 30-40%. Contoh bahan
Bahan pelembab atau humectants ini dapat mencegah penguapan air dan
c. Bahan pengikat
Bahan pengikat ini memberikan efek untuk mengikat semua bahan dan
pasta gigi. Contoh bahan pengikat ini antara lain karboksimetil sellulose,
2%. Contoh deterjen yang terdapat dalam pasta gigi antara lain Sodium
e. Bahan pengawet
pasta gigi diatas dari 1%. Contoh bahan pengawet yang digunakan dalam
Persentase bahan ini dalam pasta gigi sebanyak 1-5%. Bahan pewarna dan
bahan pemberi rasa ini berfungsi untuk menutupi rasa bahan-bahan lain
35
yang kurang enak, terutama SLS, dan juga memenuhi selera pengguna
seperti rasa mint, stroberi, dan rasa permen karet pada pasta gigi anak-
anak. Contoh bahan ini antara lain peppermint atau spearmint, menthol,
g. Air
Kandungan air dalam pasta gigi sebanyak 20-40% dan berfungsi sebagai
Bahan terapeutik Bahan terapeutik yang terdapat dalam pasta gigi, antara
Tabel 2.1
Syarat mutu pasta gigi
No Jenis Uji Satuan Syarat
Sukrosa atau
1 karbohidrat - Negatif
lain yang
terfermentasi
2 pH - 4,5-10,5
Cemaran logam
ppm Maksimal 5,0
3 a. Pb
ppm Maksimal 0,02
b. Hg
ppm Maksimal 2,0
c. As
Cemaran mikroba
4 a. Angka lempeng - <105
total - Negatif
b. E.coli
Sesuai dengan yang
5 Zat Pengawet
diijinkanDept Kes
Formaldehida maks
6 sebagai formaldehida % 0,1
bebas
7 Flour bebas Ppm 800-1500
Sesuai dengan yang
8 Zat warna - diijinkanDept
Kes
9 Organoleptik
Harus lembut, serba sama
a. Keadaan
(homogen) tidak terlihat
adanya gelembung udara,
gumpalan, danpartikel
b. Benda Asing yang terpisah.
Tidak tampak
1. Bila digunakan dengan benar, dengan sikat gigi yang efisien, pasta gigi
2. Pasta gigi harus memberikan sensasi segar dan bersih pada mulut.
semua orang
5. Pasta gigi harus dapat dikemas secara ekonomis dan harus stabil dalam
6. Pasta gigi harus sesuai dengan standar yang diterima dalam hal
7. Klaim bisa dibuktikan dengan uji klinis yang dilakukan dengan benar
38
E. Kerangka Teori
Gambar 2.1
Kerangka Teori
39
Keterangan :
Salah satu mikroorganisme yang berperan dalam proses terjadinya karies adalah
tanin, dan saponin yang berperan sebagai senyawa antibakteri yang dapat
bakteri menjadi lisis dan mati. Konsentrasi senyawa aktif ekstrak kulit apel
manalagi yang diuji oleh peneliti adalah konsentrasi minimum yaitu 5%, 10% dan
25% yang diuji secara in-vitro dengan dilihat konsentrasi hambat maksimum
konsentrasi dengan zona hambat terbaik terpilih dan dibuat dalam sedian formula
pasta gigi, yang diuji sifat fisiknya terlebih dahulu, kemudian setelah didapatkan
formula dengan sifat terbaik, dilakukan pemberian pasta gigi pada responden
dilakukan perhitungan colony counter dan dilihat sejauh mana efektifitas dari
pengembangan model formulasi pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi dalam
METODE PENELITIAN
A. Kerangka Konsep
Debris Plak
Gambar 3.1
Kerangka Konsep
B. Hipotesis
1. Hipotesis Mayor
Pengembangan model formulasi pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi (Malus
2. Hipotesis Minor
a. Ekstrak kulit apel Manalagi (Malus Sylvetris) dengan konsentrasi 5%, 10%,
40
41
b. Dosis pasta gigi esktrak kulit apel Manalagi (Malus sylvetris) dengan dosis
Mutans?
d. Ada perbedaan pemberian formula pasta gigi pengaruh pasta gigi ekstrak
ekstrak kulit apel Manalagi (Malus sylvetris) dengan pasta gigi kontrol
1. Ekstrak kulit apel manalagi (Malus sylvetris) dengan konsentrasi berbeda efektif
observasi. Ekstrak kulit buah apel manalagi (Malus sylvetris) diberikan dalam
(sebagai P1), 10% (sebagai P2), 25% (sebagai P3), K+ (Sebagai P4) pasta gigi
yang mengandung herbal, K- (sebagai P5) pasta gigi yang tidak mengandung
Perlakuan Observasi
Kel. Eksperimen 1 : P1 O1
Kel. Eksperimen 3 : P3 O3
K+ : P4 O4
K- : P5 O5
Keterangan : 3
Gambar 3.2
S-R : Sampel yang dipilihRancangan
dengan Randomisasi.
Penelitian in vitro
mengandung herbal
2. Pengembangan model formulasi pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi (Malus
yang digunakan dalam penelitian ini yaitu true experimental research dengan
Pretest Posttest
X1
Kel. Eksperimen : O1 O2
C+
S–R– Kel. Kontrol (+) : O3 O4
C-
Kel. Kontrol (-) : O5 O6
Gambar 3.2
Rancangan Penelitian in vitro
Keterangan :
dengan maksimal 25 tahun yang memiliki gigi karies. Pada penelitian ini jumlah
N= 2σ2(Zα + Zβ)2
(µ1 - µ2)2
Keterangan :
Tingkat kemaknaan yang digunakan adalah 95% atau α = 0,05 (1,96) dan power test
90% atau β = 0,10% (1.28), σ = 5.84 estimasi selisih antara mean outcome
N= 2σ2(Zα + Zβ)2
(µ1 - µ2) 2
N = 2(5.84) 2(1.96+1.28) 2
(12.84) 2
N = 2(5.84) 2(1.96+1.28) 2
(12.84) 2
10.49
N= 2(34.1)
164.86
45
N= 68.2 x 0.06
N= 4.90 = 5
dan 2 kelompok kontrol (kelompok intervensi dengan pemberian formula pasta gigi
ekstrak kulit apel dengan konsentrasi daya hambat maksimum, kelompok kontrol
dengan pemberian formula pasta gigi dengan herbal serta kelompok pasta gigi tanpa
penambahan ekstrak kulit apel Manalagi) sehingga seluruh jumlah sampel adalah
5x3=15 orang. 15
E. Kriteria Sampel
1. Kriteria Inklusi
a. Berusia 20 - 25 tahun
b. Debris plak dari tingkatan sedang (0.7 – 1.8) – Berat (1.9 – 3.0)
2. Kriteria eksklusi
ukuran dalam penlitian, berikut defenisi oprasional dalam rancangan penelitian ini.
Tabel 3.1
Definisi Operasional dan Variabel Penelitian
Variabel Definisi variabel Alat ukur Hasil ukur Skala
ukur
Pasta gigi Pasta gigi yang Mikropipet Jumlah ekstrak sesuai Rasio
yang mengandung dengan konsentrasi
mengandung ekstrak kulit setiap tabung
ekstrak kulit apel dengan
apel konsentrasi 5%,
10%, 25%
F. Instrumen Penelitian
1. Alat
Alat yang digunakan adalah APD, alat oral diagnostic,beaker glass, bejana
maserasi, cawan porhedoselen, corong, gelas ukur, hot plate, jarum ose, kertas
saring, luminar air flow, lampu spirtus mikroskop, mortar, stamper, naraca
tabung reaksi, tabung durham, rak tabung, autoclave, transpipet, pipet tetes,
inkas, incubator, oven, kertas perkamen, kapas, pH meter, pisau, pot plastic,
2. Bahan
alcohol 70%, kalsium karbonat, metil paraben, menthol, natrium lauryl sulfat,
G. Prosedur penelitian
1. Persiapan Bahan
Apel manalagi (Malus sylvestris Mill) dibeli, Sampel diperoleh dari penjual buah
2. Tahapan Penelitian
matahari.
3. Ekstraksi Bahan
Prosedur Pembuatan Ekstrak Kulit Apel Manalagi dengan metode maserasi 58:
a. Buah kulit apel yang berwarna hijau dan memiliki ukuran 5-7 cm dipetik
sebanyak ± 1 kg.
b. Melakukan perendaman kulit apel segar selama 1-2 hari hingga berwarna
kecoklatan.
e. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan alat blender dan diayak agar
dalam gelas beaker yang bersih dan ditutup dengan aluminium foil.
g. Ditambahkan etanol 96% 500 ml hingga serbuk ekstrak kulit apel terendam
h. Hasil maserasi kulit apel disaring dengan kertas saring dan filtrat ditampung
i. Kemudian filtrat dari hasil maserasi pertama dan kedua ditampung dalam
k. Hasil evaporasi buah kulit apel yang dihasilkan ditampung dalam botol vial
F1 F2 F3 F4
(%) (%) (%) (%)
Menimbang bahan aktif ekstrak kulit apel dengan konsentrasi 5%, 10%, dan
natrium sakarin, menthol dan aquadest. Melarutkan Na CMC dalam air panas
digerus homogen sebagai massa 2. Melarutkan ekstrak kulit apel dengan gliserin
diaduk homogen dan menambahkan pada massa 2 sambil digerus sampai homogen.
Melarutkan metil paraben dan natrium sakarin kedalam sisa air dan diaduk sampai
Uji mutu fisik sediaan pasta gigi ekstrak kulit apel (Malus sylveatris Mill)
menggunakan climatic chamber. Sediaan disimpan pada suhu 50C dan 350C
ini dilakukan sebanyak 6 siklus. Adapun uji mutu fisik yang dilakukan meliputi :
52
a. Organoleptik
b. Homogenitas
Uji homogenitas dilakukan dengan cara mengoleskan pasta gigi pada objeck
glass. Struktur diamati apakah pasta gigi menunjukkan susunan yang homogen
atau tidak. 61
c. pH
d. Tinggi Busa
1 gram sediaan pasta gigi dengan ditambahkan air suling 100 ml lalu
dimasukkan ke dalam gelas ukur 200 ml. Kemudian Kocok selama 20 detik
dengan cara membalikkan gelas ukur secara beraturan diamkan selama 5 menit.
Ukur tinggi busa menggunakan mistar. Tinggi busa yang memenuhi syarat
disterilisasi dengan autoklaf pada suhu 1210C dengan tekanan 2 atm selama 15
a. Media tanam bakteri (NA) ditabahkan suspensi bakteri sebanyak 100 μl,
menggunakan cork borer sebanyak satu lubang tiap cawan dengan diameter
5mm
pelarut etanol sesuai perlakuan kedalam lubang sumuran pada media sebanyal
50 μl dengan mikropipet.
d. Diinkubasi media bakteri yang telah dibungkus plastik wrap pada suhu 370C
selama 24 jam.
untuk menentukan efektifitas ekstrak kulit apel. Zona hambat diukur dengan
Berdasarkan perhitungan luas zona hambat yang diamati pada media, zona
ekstrak kulit apel yang ditentukan oleh peneliti. Sedangkan pada kelompok
menggunakan pasta gigi herbal dan pada kontrol negatif menggunakan pasta
skala 0,0-14,0 pada saliva subyek yang telah dikumpulkan dalam pot
oleh mikroorganisme. Peralatan yang terbuat dari kaca dan tahan terhadap
55
meggunakan autoklaf selama 15 menit pada suhu 1210C. Setiap cawan petri,
dituang sebanyak 15-20 ml media PCA yang dicairkan pada suhu 45˚±1˚C
digunakan dalam penelitian ini yaitu media Nutriant Agar. Penentuan nilai
ke dalam tabung reaksi yang telah terisi 9 ml pepton dan itu menjadi
masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah terisi 9 ml pepton dan itu
reaksi yang telah terisi 9 ml pepton dan itu menjadi pengenceran 10-5,
dalam cawan petri yang telah terisi media Nutriant Agar dan dikakukan
secara duplo. Setelah media padat selanjutya di inkubasi dengan suhu 35-
a. Editing
Setelah data terkumpul, Sebelum diolah data tersebut diedit terlebih dahulu
agar dapat menghindari kesalahan atau hal yang masih meragukan agar
b. Coding
c. Tabulating
Penyusunan data dalam bentuk tabel. Pada tahap ini data akan dianggap
sudah selesai diproses sehingga harus segera disusun kedalam suatu format
yang telah dirancang. Hal ini bertujuan untuk mempermudah peneliti dalam
d. Cleaning
Tahap ini bertujuan untuk memberikan data dari kemungkinan data yang
Mengecek data yang sudah dientri apakah ada kesalahan atau tidak.
2. Analisis Data
Analisis data dalam penilitian ini menggunakan analisis data univariat dan
bivariat. Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah uji beda yang
sebelumnya dilakukan uji normalitas data shapiro wilk karena responden <50
dan dikatakan data berdistribusi normal jika P=<0,5 maka uji hipotesis yang
paired t-test dan pada data yang berdistribusi tidak normal menggunakan uji
wilcoxon. Pada kelompok yang tidak berpasangan pada data berdistribusi normal
menggunakan uji independent t test dan pada data yang berdistribusi normal
Data yang dikumpulkan dari pengujian fisik sediaan pasta gigi ekstrak kulit
apel (Malus sylveatris Mill), meliputi : uji organoleptik, uji Viscositas, uji
homogenitas, uji pH, dan uji tinggi busa menggunakan metode stabilitas sebelum
dengan membandingkan antara hasil uji stabilitas fisik sediaan pasta gigi gel
ekstrak kulit apel (Malus sylveatris Mill) sebelum dan sesudah uji stabilitas
58
kesimpulan.
menggunakan uji Normalitas, dan uji paired t-test setelah kita dapatkan hasilnya
normal maka menggunakan uji Analisis Varian (ANAVA) satu arah dengan
ekstrak kulit apel pada masing-masing formula. Dilanjutkan dengan uji kruskall
J. Etika Penelitian
Penelitian yang berkaitan dengan manusia dalam penelitian ini maka peneliti harus
perilaku peneliti atau pelakuan peneliti serhadap subjek penelitian serta sesuatu
data, peneliti terlebih dahulu mendapatkan surat izin penelitian dari ketua program
izin uji kelayakan (etical clereance) dari Komite Etik Universitas Islam Sultan
Agung. Adapun Prinsip etika penelitian yang harus dipenuhi oleh peneliti sebagai
berikut:
untuk diambil datanya dan ikut serta dalam penelitian yang diberikan sebelum
59
penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti kepada calon responden. Peneliti
(consent) yang telah diberikan. Apabila responden menolak maka peneliti tidak
b. Kerahasiaan (confidentialy)
penelitian ini yaitu dengan tidak memberikan identitas responden dan data hasil
Subjek penelitian mempunyai hak untuk meminta bahwa data yang diberikan
harus dirahasiakan, untuk itu perlu adanya tanpa nama . Anonimity pada
d. Keadilan (Justice)
Prinsip keadilan perlu dijaga oleh peneliti dengan kejujuran, keterbukaan, dan
masyarakat pada umumnya, dan subjek penelitian pada khususnya. Oleh sebab
itu, pelaksanaan penelitian harus dapat mencegah atau mengurangi rasa tidak
HASIL PENELITIAN
eksperimental dengan rancangan post test only with control group design
hambat bakteri. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah ekstrak
kulit apel manalagi dengan konsentrasi 5% (F1), 10% (F2), 25% (F3), Pasta
gigi yang mengandung herbal (K+), Pasta gigi yang tidak mengandung
herbal (K-).
uji daya hambat dengan menginkubasi bakteri selama ± 24 jam dengan suhu
dilakukan uji secara in vivo dengan sampel sejumlah 15 orang yang terbagi
61
62
B. Hasil
1. Hasil Uji Mutu Fisik Sediaan Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Kulit
Apel Manalagi (Organoleptis, Homogenitas, pH, Daya Sebar, Tinggi
Busa)
Tabel 4.1 Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Pasta Gigi Ekstrak Kulit Apel
Manalagi
Evaluasi Mutu Fisik Sediaan Formulasi Pasta Gigi
F1 (5%) F2 (10%) F3 (2%)
Setengah Setengah Setengah
Bentuk
Padat Padat Padat
Aroma Khas Apel Khas Apel Khas Apel
Cokelat Cokelat Cokelat
Warna
Organoleptik muda
Segar, Segar, sedikit Segar,
sedikit manis manis dan sedikit
Rasa
dan sepat sepat manis dan
sepat
Homogenitas Homogen Homogen Homogen
pH 7,3000 7,1000 7,0000
Diameter daya sebar 6,0000 6,0000 6,0000
6,7333 ± 6,0667± 6,0000
Tinggi Busa
03333 03333
konsentrasi ekstrak kulit apel manalagi memiliki rasa segar sedikit manis
dan sepat, berbentuk setengah padat dengan aroma khas apel, berwarna
cokelat, tetapi pada konsentrasi (5%) pasta gigi berwarna cokelat muda,
Mean ± SD
Konsentrasi Daya Hambat
R1 : 18 mm
25% R2 : 22 mm 22,33 ± 4,50
R3 : 27 mm
R1 : 11 mm
10% R2 : 13 mm 13,33 ± 2,51
R3 : 16 mm
R1 : 6 mm
5% R2 : 8 mm 7,33 ± 1,15
R3 : 8 mm
R1 : 13 mm
K+ R2 : 12 mm 13,33 ± 1,52
R3 : 15 mm
R1 : Tidak Menghambat
K- R2 : Tidak Menghambat 0
R3 : Tidak Menghambat
25 22
20 18
16
15
15 13 13
12
11
10 8 8
5
6
0
R1 R2 R3
Hasil Uji normalitas Shapiro wilk ditujukan pada tabel 4.3 dibawah
ini :
Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas Daya Hambat Ekstrak Kulit Apel
Manalagi
Kelompok Mean ± SD P
Konsentrasi 25% 22,33 ± 4.50 0,000
Konsentrasi 10% 13,33 ± 2.51 0,780
Konsentrasi 5% 7,33 ± 1.15 0,878
K+ 13,33 ± 1.52 0,673
*Shapiro-Wilk
pada uji homogenitas Levene Test sebesar 0,109. Hal ini menunjukkan
bahwa uji homogenitas Levene Test memiliki nilai (p = > 0,05). Hasil
hambat antara ekstrak kulit apel manalagi serta pasta gigi herbal dan
non – herbal.
0,05).
66
Herbal) tidak menunjukkan hasil yang berbeda satu sama lain dalam
Streptococcus Mutans
tingkatan sedang (0.7 – 1.8) – Berat (1.9 – 3.0), pH Saliva (4.5 – 5.5),
susunan gigi lengkap dan teratur sampai berjejal ringan. Penelitian ini
sebelum menyikat gigi pada pagi hari, dan pada hari ketiga (posttest)
maka dalam cawan petri satu titik bulat dan bening merupakan 1 koloni
Gambar 4.1
Koloni Bakteri Streptococcus Mutans pada Cawan Petri
homogen.
69
membandingkan variansinya.
perlakuan.
kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.9, 4.10, 4,11 dan
Pretest Posttest Δ
Kelompok P
Mean±SD Mean±SD Mean±SD
Intervensi 5,40±1,579 2,10±1,027 -3,30±1,301 0,005
Kontrol + 4,74±1,299 4,36±0,572 -0,38±1,314 0,553
Kontrol - 5,14±1,415 4,46±0,320 -0,68±1,626 0,403
*Paired t-test
25% adalah -3.30 x 106 CFU/ml, dengan nilai p value (0.005 <
kelompok kontrol + adalah -0.38 x 106 CFU/ml, dan pasta gigi non
kontrol + (p value = 0.553 > 0.05) dan kontrol – (p value = 0.403 >
0.05).
5 5,14
4,46
4 4,74
4,36
3
2,1
2
0
Pre Post
Sum Of
Variabel Mean Of Square P. Value
Square
Koloni Bakteri Between
17,812 8,906
Streptococcus Groups
Mutans Within 0,000
5,944 0,495
Groups
Total 23,756
Between
25,801 1,.901 0,013
Delta (Δ) Groups
Koloni Bakteri Within
24,276 2,023
Streptococcus Groups
Mutans Total 50,077
*One-Way Anova
yang signifikan atau tidak antar kelompok dilakukan dengn uji post
hoc.
negatif.
dapat dilihat pada tabel 4.12, 4.13, 4,14 dan grafik 4.2 di bawah
ini:
Pretest Posttest Δ
Kelompok P
Mean±SD Mean±SD Mean±SD
Intervensi 5,04±0,251 6,56±0,378 1,52±0,414 0,001
Kontrol + 5,06±0,207 5,70±0,316 0,64±0,364 0,017
Kontrol - 5,24±0,270 5,78±0,432 0,54±0,698 0,159
*Paired t-test
konsentrasi 25% adalah 1.52, dengan nilai p value (0,001 < 0,05),
gigi herbal pada kelompok kontrol (+) adalah 0.64, dengan p value
(0,017 < 0,05), sedangkan pada kelompok kontrol (-) adalah 0,54
pH Saliva
7 6,56
6 5,78
5,04
5 5,24 5,7
4 5,06
3
2
1
0
Pre Post
Grafik 4.2 Rerata pH Saliva (Pre Test) Dan Sesudah (Post Test)
Perlakuan Pada Kelompok Intervensi Dan Kelompok
Kontrol
76
*One-Way Anova
Mean
Variabel Kelompok Kelompok P. Value
Difference
Kontrol + 0,8600* 0,010
Intervensi
Kontrol - 0,7800* 0,017
Intervensi -0,8600* 0,010
pH Saliva Kontrol +
Kontrol - -0,0800 0,941
Intervensi -0,7800* 0,017
Kontrol -
Kontrol + 0,0800 0,941
Kontrol + 0,8000* 0,047
Intervensi
Kontrol - 0,98000* 0,027
Delta (Δ) pH Intervensi -0,88000* 0,047
Kontrol +
Saliva Kontrol - 0,10000 0,949
Intervensi -0,98000* 0,027
Kontrol -
Kontrol + -0,10000 0,949
*Post hoc test : Tukey HSD
kedua variabel pada dua penelitian ini berada pada kategori kuat,
PEMBAHASAN
dengan teori dan penelitian yang lain yang telah dilakukan sebelumnya
A. Mutu Fisik Sediaan Formulasi Pasta Gigi Ekstrak Kulit Apel Manalagi
(Organoleptis, Homogenitas, pH, Daya Sebar, Tinggi Busa)
1. Uji Organoleptis
aroma, dan rasa pada setiap sediaan. Pengujian fisik terhadap pasta gigi ini
dilakukan agar diketahui kestabilan dan kelayakan pasta gigi. Dari hasil
bentuk sedian pasta gigi memenuhi parameter uji kualitas pasta gigi
farmasi secara fisik meliputi warna, tekstur atau bentuk, rasa dan
80
81
2. Uji Homogenitas
pata gigi, bahan akif dengan bahan tambahan lainnya bercampur dengan
homogen. Persyaratan homogen pasta gigi harus dipenuhi agar pasta gigi
minggu dan human error, misalnya kurang halus dalam mengayak butiran
3. Uji pH
nilai pH yang didapat dari msing-maing pasta gigi seusuai dengan mukosa
mengetahui apakah derajat keasaman dari pasta gigi telah sesuai dengan
rata pH pada ketiga formulasi rata-rata adalah 7, nilai pH ini sesuai dengan
persyaratan mutu pasta gigi gel pada SNI 12-3524-1995 yaitu 4,5 - 10,5.
66
.
Hasil pengukuran diameter daya sebar pasta gigi ekstrak kulit apel
cm. uji daya sebar pasta gigi dimaksudkan untuk mengetahui kemampuan
menyebar pasta gigi pada saat dioleskan pada pasta gigi. Kemampuan
mempengaruhi transfer bahan aktif pada daerah target pada dosis yang
formula memenuhi syarat tinggi busa maksimal sedian pasta gigi yaitu
membersikan mulut saat menyikat gigi. Busa yang dihasilkan pada sediaan
digunakan. Pada basis pasta gigi ini digunakan SLS (Sodium Laury Sulfat)
basis pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi (Malus Sylvetris) dapat
untuk mengetahui daya hambat ekstrak ekstrak kulit apel manalagi yang
yaitu membuat lubang pada agar padat yang telah diinokulasi dengan bakteri.
Pada lempeng agar yang telah diinokulasikan dengan bakteri uji dibuat suatu
lubang yang selanjutnya diisi dengan zat antimikroba uji. Setelah diinkubasi
84
pada suhu dan waktu (± 24 jam) yang sesuai dengan mikroba uji, dilakukan
lubang. Metode ini menjadi metode yang dipilih dalam uji aktivitas karena
positif yang digunakan yaitu pasta gigi Pepsodent herbal dari PT. Unilever
yang beredar dipasaran. dan kontrol negatif yang digunakan pada penelitian
diameter zona hambat yang paling tinggi yaitu sebesar 27 mm dengan rata-
rata peningkatan yaitu 22.33 mm, dimana hasil ini menunjukkan kategori
zona hambat termasuk klasifikasi zona hambat sangat kuat (> 21 mm), dan
terendah yaitu 6 mm, dengan rata-rata 7.33 mm, dimana hasil ini
bahwa aktivitas antibakteri dengan zona hambat <5 mm bersifat lemah, zona
hambat 5-10 mm bersifat sedang, zona hambat 11-20 mm bersifat kuat dan
diberikan, dimana nilai (p = 0.000 < 0.05). Adapun rata-rata hasil antara
kelompok perlakuan memiliki nilai probabilitas (p < 0.05) yang berarti pada
Gigi Formula Herbal) tidak menunjukkan hasil yang berbeda satu sama lain
mengandung tanin sebesar 42.46 μg/ml dalam 1 gram kulit apel yang
pertumbuhan bakteri pada kulit apel yaitu flavonoid dan tanin. Flavonoid
menembus lapisan peptidoglikan yang bersifat polar pada dinding sel bakteri.
86
tanin yaitu dengan cara dinding bakteri yang telah lisis akibat senyawa
sehingga zona hambat yang terbentuk juga akan berbeda tiap konsentrasi. 73
ekstrak kulit apel manalagi dalam sediaan pasta gigi maka akan menghasilkan
diameter zona hambat yang semakin besar. Hal ini disebabkan karena
semakin tinggi konsentrasi bahan uji, yang berarti semakin besar jumlah zat
aktif yang terkandung dalam ekstrak, maka semakin besar pula kemampuan
berdasarkan lempeng dasar untuk standart test terhadap bakteri. Media yang
digunakan adalah media PCA karena mengandung nutrisi yang cukup untuk
pertumbuhan mikroorganisme. 74
apel manalagi dengan konsentrasi 25% adalah -3.30 x 106 CFU/ml, dengan
nilai p value (0.005 < 0.05), yang menunjukkan terdapat perbedaan rerata
kontrol + adalah -0.38 x 106 CFU/ml, dan pasta gigi non herbal pada
kelompok kontrol - adalah -0.68 x 106 CFU/ml, tetapi hasil Analisa statistik
sesudah perlakuan pada kelompok kontrol + (p value = 0.553 > 0.05) dan
Namun, hasil dari anova tersebut besifat menyeluruh yaitu secara bersama-
88
yang signifikan atau tidak antar kelompok dilakukan dengn uji post hoc.
0.973 > 0.05) dengan mean difference (-0.1000). Pada selisih koloni
Kandungan kimia dalam kulit apel manalagi menjadi zat anti bakteri
disebabkan oleh adanya gugus pyrigallol dan gugus galliol. Quersetin juga
memiliki zat aktif antibakteri dengan mengikat sub unit GyrB DNA gyrase
yang menjadi zat anti bakteri adalah xylitol, mekanisme kerjanya xylitol
adalah dapat masuk ke dalam inti sel dan merusak inti sel tersebut dan dapat
pH Saliva
kondisi normal pH saliva berkisar dari 5,6 – 7,0 dengan rata-rata pH 6,7.
dalam saliva. 76
diberikan formulasi pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi dengan konsentrasi
25% adalah 1.52, dengan nilai p value (0.001 < 0.05), yang menunjukkan
intervensi formula pasta gigi herbal pada kelompok kontrol (+) adalah 0.64,
dengan p value (0.017 < 0.05), sedangkan pada kelompok kontrol (-) adalah
0.54 dengan nilai p value (0.159 > 0.05), sehingga menunjukkan tidak
0.017 < 0.05) dengan mean difference (0.8600* dan 0.7800*) , sedangkan
0.047 < 0.05) maupun kelompok kontrol negatif (p = 0.027 < 0.05) dengan
pH saliva yang diukur segera setelah pemakaian pasta gigi SLS > 5%
lebih tinggi di bandingkan pasta gigi non SLS dikarenakan sifat detergen yang
digunakan pada pasta gigi SLS > 5% bersifat basa sehingga menyebabkan
kenaikan pH saliva yang bermakna dibandingkan pasta gigi non SLS yang
bersifat netral. Namun pada pemakaian jangka panjang penggunaan pasta gigi
non SLS lebih efektif dalam meningkatkan pH saliva yang dalam setiap
pH saliva 7,1. Berbeda halnya dengan pH saliva pada pasta gigi SLS
pasta gigi yang bersifat basa, nilai kenaikan pH saliva penggunaan pasta gigi
non SLS (herbal) lebih tinggi dibandingkan dengan penggunaan pasta gigi
SLS. Penggunaan sodium lauryl sulfate yang berlebih dalam jangka waktu
yang lama dapat mengakibatkan iritasi pada rongga mulut, sedangkan dalam
dapat terlihat jika seseorang memiliki mukosa sensitive. Pasta gigi herbal
gigi tanpa kandungan sodium lauryl sulfate lebih efektif dalam menghambat
plak pada rongga mulut. Interaksi dari enzim glikolitik pada pasta gigi non
suatu matriks organik dan melekat dengan erat pada permukaan gigi. Plak
gigi terbentuk dari deposit lunak yang membentuk lapisan biofilm yang terdiri
dari berbagai spesies bakteri berupa deposit tak berbentuk, yang melekat kuat
hubungan kedua variabel pada dua penelitian ini berada pada kategori kuat,
serta nilai R.Square atau Koefisien Determinasi (KD) yang diperoleh adalah
streptococcus mutans.
92
mahkota gigi bersama plak. Bakteri ini memiliki sejumlah faktor virulensi
salah satu faktor risiko etiologi karies yang dapat dilihat berdasarkan skor
Oral Hygiene Index Simplified (OHI-S). Semakin rendah skor OHI-S, maka
Saliva adalah suatu cairan oral yang kompleks terdiri atas campuran
sekresi dari kelenjar ludah besar dan kecil yang ada pada mukosa oral.
tingkat kadar keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan, pH diukur pada
skala 0- 14. Derajat keasaman atau biasa disebut pH saliva dalam keadaan
normal berkisar antara 6,8 - 7,2, sedangkan derajat keasaman saliva dikatakan
rendah apabila berkisar antara 5,2 - 5,5 kondisi pH saliva rendah tersebut akan
93
mutans. 80
nilai pH Saliva, tetapi nilai R.Square atau Koefisien Determinasi (KD) yang
Saliva.
bahwa pH plak lebih tinggi di regio-regio yang menerima aliran saliva lebih
hubungan erat antara jumlah bakteri dalam plak dengan besarnya potensi
F. Implikasi Penelitian
Pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi (Malus Sylvetris) memliki keunggulan
yaitu terbuat dari bahan alami ekstrak kulit apel manalagi (Malus Sylvetris)
sehingga tidak bersifat racun, memiliki nilai ekonomis yang lebih terjangkau,
tidak menyebabkan iritasi pada kulit, karna telah dilakukan uji mutu fisik.
G. Keterbatasan Penelitian
peneliti yaitu :
A. Kesimpulan
Berdasarkan tujuan penelitian yang didapatkan dari hasil analisis data dan
daya sebar yang dilakukan menunjukkan pasta gigi ekstrak kulit apel
gigi.
2. Daya hambat ekstrak kulit apel Manalagi (Malus Sylvetris) pada setiap
3. Dosis pasta gigi esktrak kulit apel Manalagi (Malus sylvetris) dengan
dosis optimal yaitu pada dosis dengan konsentrasi ekstrak kulit apel
95
96
rerata penurunan -3.30 x 106 CFU/ml, dengan nilai p value (0.005 <
0.05)
nilai pH saliva dimana rerata 1.52 dengan p value (0.001 < 0.05), yang
B. Saran
untuk aspek warna dan rasa pada pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi
2. Pada penelitian ini efektivitas pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi
96
97
97
98
DAFTAR PUSTAKA
http://journal.stainkudus.ac.id/index.php/equilibrium/article/view/1268/112
7%0Ahttp://publicacoes.cardiol.br/portal/ijcs/portugues/2018/v3103/pdf/31
03009.pdf%0Ahttp://www.scielo.org.co/scielo.php?script=sci_arttext&pid
=S0121-75772018000200067&lng=en&tlng=
80. Hamid A, Wijaya D, Zainur RA, Ismalayani. Efektivitas Berkumur Larutan
Garam terhadap Jumlah Koloni Streptococcus Mutans Dalam Saliva. J
Kesehat Gigi. 2019;6(2):14–8.
Lampiran 1
Lembar Informasi dan Kesediaan pada Responden
Saya Risman Abdi Rapiuddin dari Magister Terapan Kesehatan Prodi Terapis
Gigi Dan Mulut Poltekkes Kemenkes Semarang. Saya ingin mengajak Sdr/i untuk
berpartisipasi dalam penelitian ini yang berjudul “Pengaruh Pemberian formulasi
pasta gigi ekstrak kulit apel manalagi (malus sylvetris) dengan konsentrasi berbeda
terhadap pertumbuhan bakteri streptococcus mutans secara in vitro dan in vivo”
sebagai bahan pasta gigi dalam mencegah pertumbuhan streptococcus mutans
penyebab karies gigi yang akan dilaksanakan oleh peneliti.
Responden dalam penelitian ini adalah secara sukarela. Saudara berhak menolak
berpartisipasi dalam penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan cara mengukur
pH Saliva, observasi debris plak kemudian dilakukan pengecekan skor karies.
Segala informasi yang saudara berikan akan digunakan sepenuhnya hanya dalam
penelitian ini. Peneliti sepenuhnya akan menjaga kerahasiaan identitas saudara dan
tidak dipublikasikan dalam bentuk apapun. Jika ada yang belum jelas, saudara boleh
bertanya pada peneliti. Jika saudara sudah memahami penjelasan ini dan bersedia
berpartisipasi dalam penelitian ini, silahkan saudara menandatangani lembar
persetujuan yang akan dilampirkan.
Tandatangan Responden
Peneliti
Mill.)
- Beaker glass
- Bejana maserasi
- Cawan porselen
- Corong
- Gelas ukur
- Hot plate
- Kertas saring
- Mortar
- Stamper
- Objek gelas
- Penjepit kayu
- Tabung reaksi
- Pengaduk
- Kaca
- Cawan petri
- Elenmeyer
- Pipet volume
- Batang pengaduk
- Timbangan
- Tabung reaksi
- Tabung durham
- Rak tabung
- Autoclave
- Transpipet,
- Pipet tetes
- Inkas
- Inkubator
- Oven
- Kertas perkamen
- Kapas
- Aquadest
- Etanol 96%.
B. Cara Kerja
Prosedur Pembuatan Ekstrak Kulit Apel Manalagi dengan metode maserasi (55) :
1. Buah kulit apel yang berwarna hijau dan memiliki ukuran 5-7 cm dipetik
sebanyak ± 1 kg.
2. Melakukan perendaman kulit apel segar selama 1-2 hari hingga berwarna
kecoklatan.
5. Setelah kering kemudian dihaluskan dengan alat blender dan diayak agar
6. Serbuk kulit apel ditimbang sebanyak 100 gr, kemudian dimasukkan ke dalam
7. Ditambahkan etanol 96% 500 ml hingga serbuk ekstrak kulit apel terendam
8. Hasil maserasi kulit apel disaring dengan kertas saring dan filtrat ditampung ke
dalam botol kaca bersih. Dilakukan remaserasi atau maserasi ulang terhadap
9. Kemudian filtrat dari hasil maserasi pertama dan kedua ditampung dalam labu
10. Setelah itu dimasukkan kedalam alat evaporator, kemudian dilakukan proses
11. Hasil evaporasi buah kulit apel yang dihasilkan ditampung dalam botol vial
- Hot plate
- pH meter
- Pisau
- Pot plastik
- Sendok tanduk
- Vacum Rotary Evaporator
- Viskometer Brookfield
- Waterbath
- Wadah pasta gigi
- Aquadest
- Ekstrak Kulit Apel Manalagi (Malus Sylvetris Mill.)
- Etanol 96%
- Gliserin
- Kalsium karbonat
- Metil paraben
- Menthol
- Natrium lauryl sulfat
- Natrium carboxymethyl cellulose
- Natrium sakarin
- Nutrien agar (NA)
- Pepeton cair 0,1 %
B. Cara Kerja
Menggerus kalsium karbonat, dan menambahkan sodium lauryl sulfat gerus
homogen, kemudian menambahkannya pada massa 1 menjadi campuran sambil
digerus homogen sebagai massa 2. Melarutkan ekstrak kulit apel manalagi
dengan gliserin diaduk homogen dan menambahkan pada massa 2 sambil
digerus sampai homogen. Melarutkan metil paraben dan natrium sakarin
kedalam sisa air dan diaduk sampai larut sempurna. Kemudian ditambahkan
pada massa 2 digerus homogen sampai terbentuk massa pasta. Menambahkan
menthol ke dalam massa pasta, digerus sampai homogen, kemudian
memasukkan pasta kedalam tube.
Lampiran 4
1. Persiapan alat Alat yang digunakan pada pengujian ini antara lain :
- Anaerobic jar
- Cawan petri 15 mm x 90 mm
- Botol Pengencer 20 ml
B. Cara Kerja
Media yang digunakan dalam penelitian ini yaitu media Nutriant Agar.
Penentuan nilai Angka Lempeng Total dibuat pengenceran 1 x 10-5 . Langkah
pertama yaitu mengambil 10 ml sampel pasta gigi ekstrak kulit apel di
masukkan ke dalam erlenmeyer yang telah terisi pepton 90 ml dan itu
menjadi pengenceran 10-1, selanjutnya dari pengenceran pertama diambil 1
ml sampel di masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah terisi 9 ml pepton
dan itu menjadi pengenceran 10-2 , dari pengenceran kedua diambil diambil
1 ml sampel di masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah terisi 9 ml
pepton dan itu menjadi pengenceran 10-3, dari pengenceran ketiga diambil 1
ml sampel dari pengenceran pertama di masukkan ke dalam tabung reaksi
yang telah terisi 9 ml pepton dan itu menjadi pengenceran 10-4 , dari
pengenceran ke empat diambil 1 ml sampel dari pengenceran pertama di
masukkan ke dalam tabung reaksi yang telah terisi 9 ml pepton dan itu
menjadi pengenceran 10-5 , selanjutnya dari masing-masing pengenceran
diambil 1 ml di masukkan ke dalam cawan petri yang telah terisi media
Nutriant Agar dan dikakukan secara duplo. Setelah media padat selanjutya
di inkubasi dengan suhu 35-37 oC selama 24-48 jam . Kemudian dihitung
koloni yang didapat.
Lampiran 5
Standar Operasional Prosedur Penelitian
Potensi Ekstrak Kulit Apel Manalagi (Malus Sylvetris Mill.) Sebagai Bahan Pasta
Gigi Dalam Mencegah Pertumbuhan Streptococcus Mutans Penyebab
Karies Gigi
A. Identitas
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin:
Alamat :
Skor CI =
Skor DI =
Skor OHI-S =
Kriteria =
Skor OHI-S perindividu merupakan penjumlahan dari skor DI-S dan CI-S.
Kisaran nilai untuk DI-S dan CI-S yaitu antara 0-3, sehingga nilai OHI-S berkisar
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Tests of Normality
Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
.081 2 12 .923
b. pH Saliva
.879 2 12 .440
3. Uji Beda Pre Test – Post Test Angka Lempeng Total (ALT) Bakteri
Streptococcus Mutans dan pH saliva
a. Angka Lempeng Total (ALT) Bakteri Streptococcus Mutans
1) Kelompok Intervensi
Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
Pair 1 Pre_St_Muta
ns -
3.3000 1.3019 .5822 1.6835 4.9165 5.668 4 .005
Post_St_Muta
ns
2) Kelompok Kontrol Positif
Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
95% Confidence
Pair 1 Pre_St_Mutans -
.3800 1.3142 .5877 -1.2517 2.0117 .647 4 .553
Post_St_Mutans
Sig. (2-
Paired Differences t df tailed)
Pair 1 Pre_St_Mutans -
.6800 1.6270 .7276 -1.3401 2.7001 .935 4 .403
Post_St_Mutans
b. pH Saliva
1) Kelompok Intervensi
95% Confidence
Interval of the
Pair 1 Pre_pH -
-1.5200 .4147 .1855 -2.0350 -1.0050 -8.195 4 .001
Post_pH
2) Kelompok Kontrol Positif
Sig.
(2-
Paired Differences t df tailed)
Pair 1 Pre_pH - Post_pH -.6400 .3647 .1631 -1.0928 -.1872 -3.924 4 .017
Sig.
(2-
Paired Differences t df tailed)
Pair 1 Pre_pH - Post_pH -.5400 .6986 .3124 -1.4074 .3274 -1.728 4 .159
ANOVA
Mean
Sum of Squares df Square F Sig.
Total 23.756 14
Selisih_St_Mutans Between Groups 25.801 2 12.901 6.377 .013
Total 50.077 14
b. PH Saliva
ANOVA
Post_pH Between
2.257 2 1.129 7.874 .007
Groups
Total 3.977 14
Selisih_Ph Between
2.908 2 1.454 5.501 .020
Groups
Total 6.080 14
5. Uji Lanjutan Post Hoc Angka Lempeng Total (ALT) Bakteri Streptococcus
Mutans dan pH saliva
a. Angka Lempeng Total (ALT) Bakteri Streptococcus Mutans
Multiple Comparisons
Tukey HSD
Multiple Comparisons
Tukey HSD
ANOVA
Diameter_ZonaHambat
Multiple Comparisons
Dependent Variable: Diameter_ZonaHambat
Tukey HSD
Model Summaryb
Error of Sig. F
Adjusted the R Square Chang
Model R R Square R Square Estimate Change F Change df1 df2 e
ANOVAa
Total 23.756 14
Model Summaryb
ANOVAa
Total 3.977 14
DOKUMENTASI
1. Apel Manalagi