Anda di halaman 1dari 144

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN

REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 19

GOWA

PROPOSAL

ADE IRMAYANI

191101032

PROGRAM STUDI S1 ILMU PERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

2023

1
PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN TERHADAP PENGETAHUAN

REMAJA TENTANG KESEHATAN REPRODUKSI DI SMA NEGERI 19

GOWA

PROPOSAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat


Untuk Mencapai Gelar Sarjana Keperawatan

SALSABILA ARDININGRUM

191101032

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS INDONESIA TIMUR

MAKASSAR

ii
2023

iii
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN HASIL

Judul : Penerapan Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle of


Dentist) Sebagai Media Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas 3
SDN Mangkura 2 Makassar.
Oleh : Salsabila Ardiningrum / 161 2019 0052

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal Januari 2023
Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

drg. Sari Aldilawati, M.Kes drg. Yusrini Selviani, M.KG


NIDN. 0903108601 NIPS. 111201595

Mengetahui
Wakil Dekan I Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muslim Indonesia

drg.Hj.Sitti Fadhillah Oemar Mattalitti, M.Kes,.Ph.D


NIDN. 0911117402

iii
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN HASIL

Judul : Penerapan Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle of


Dentist) Sebagai Media Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas 3
SDN Mangkura 2 Makassar.
Oleh : Salsabila Ardiningrum / 161 2019 0052

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal Januari 2023
Oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

drg. Sari Aldilawati, M.Kes drg. Yusrini Selviani


NIDN. 0903108601 NIPS. 111201595

Mengetahui
Dekan Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muslim Indonesia

Prof. drg. H. Moh. Dharma Utama, Ph.D., Sp.Pros. Subspesial PKIKG (K)
NIDN. 0010026101

iv
LEMBAR KOREKSI UJIAN PROPOSAL

Judul : Penerapan Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle of


Dentist) Sebagai Media Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas 3
SDN Mangkura 2 Makassar.
Nama/Stambuk : Salsabila Ardiningrum / 161 2019 0052

Telah diperiksa dan disetujui


Pada tanggal Januari 2023

Pembimbing Utama Penguji Pertama

drg. Sari Aldilawati, M.Kes NIDN :


0903108601 drg. Andy Fairuz Zuraida Eva, M.Kes
NIDN : 0913088202

Pembimbing Pendamping Penguji Kedua

drg. Yusrini Selviani, M.KG Dr. drg. Hj. Nur Asmah, Sp. KG
NIPS : 111201595 NIDN: 111141277

v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Salsabila Ardiningrum


NIM : 16120190052
Judul skripsi : Penerapan Aplikasi Board Game POD (Media
Crossword Puzzle of Dentist) Sebagai Media
Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas
3 SDN Mangkura 2 Makassar.

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa penulisan skripsi ini

berdasarkan penelitian, pemikiran dan pemaparan asli dari peneliti sendiri, baik

untuk naskah laporan maupun hasil penelitian yang tercantum sebagai bagian dari

skripsi ini. Jika terdapat karya orang lain, peneliti akan mencantumkan sumber

secara jelas.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila

dikemudian hari terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pernyataan ini,

maka saya bersedia menerima sanksi sesuai dengan norma yang berlaku di

perguruan tinggi ini.

Makassar, 00 Januari 2023


Yang membuat pernyataan
Peneliti,

Salsabila Ardiningrum
NIM. 16120190052

vi
PRAKATA

Assalamu’alikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur atas kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan

karunia-Nya lah, sehingga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini yang berjudul

“Penerapan Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle of

Dentist) Sebagai Media Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas 3

SDN Mangkura 2 Makassar”. Tak lupa shalawat dan salam penulis haturkan

kepada junjungan besar Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umat

manusia dari zaman jahiliyah menuju zaman yang penuh cahaya seperti saat ini.

Penulisan skripsi penelitian ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat untuk

mencapai gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas

Muslim Indonesia. Selain itu skripsi penelitian ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi para pembaca dan para peneliti lainnya untuk menambah

pengetahuan dalam bidang ilmu kedokteran gigi.

Keberhasilan peneliti hingga saat ini tidak lain dan tidak bukan adalah

karena atas izin Allah SWT serta berkat ridho dan kasih sayang kedua orang tua

di setiap langkah hidup yang saya jalani. Terima kasih banyak atas doa-doa yang

tulus, ikhlas, dan tak pernah putus dari Ayahanda tercinta dan terkasih Mujiono

Terima kasih banyak kepada ayah saya yang selalu memberikan support

mengenai apapun langkah yang saya ambil. Terimakasih atas segala pengorbanan

vii
yang ayah berikan untuk hidup saya. Terima kasih karena selama hidup ayah,

ayah selalu menyempatkan waktu untuk saya, dan selalu berusaha memberikan

kebahagiaan serta hal-hal yang terbaik selama saya menempuh pendidikan ini.

Terima kasih telah mendukung cita-cita yang sudah saya sampaikan sedari kecil

perihal ingin menjadi seorang dokter gigi.

Terima kasih yang sangat dalam juga saya ucapkan untuk ibunda tercinta

dan terkasih saya Nur Assaaydah yang selama ini telah mengorbankan uang,

waktu, tenaga dan pikiran demi pendidikan saya. Terima kasih banyak karena

masih tetap mau untuk berusaha memberikan yang terbaik untuk saya. Terima

kasih banyak atas doa, cinta dan kasih sayang yang tiada hentinya diberikan

kepada saya. Motivasi, nasihat, dukungan, serta segala hal yang selalu

diusahakan selama ini agar saya dapat sampai di titik ini. Semoga dalam setiap

langkah kehidupan yang saya jalani saya selalu dapat memberikan kebahagiaan

dan kebanggaan untuk ibu dan ayahku tersayang.

Saya ucapkan banyak terima kasih juga untuk kakek dan nenek tersayang

dan tercinta Sudiro dan Marsini. Dan tak lupa juga saya ucapkan banyak terima

kasih kepada adik-adik saya yang tersayang Abidah Nasyrah dan Ayundya

Adeeva Naufalyn atas support, dukungan dan doa yang selalu diberikan kepada

saya dalam setiap langkah yang saya jalani, terima kasih selalu menjadi

pendengar yang baik, penasehat yang baik, serta selalu ada di saat saya

membutuhkan. Terima kasih sudah menjadi adik sekaligus sahabat terbaik saya.

Serta tak lupa juga saya ucapkan banyak terima kasih untuk sepupu saya yang

tersayang Dewi Ratnasari dan Aliefian Raflisyah Putrama atas setiap doa dan

viii
dukungan serta selalu menjadi salah satu semangat terbaik saya dalam

menjalankan pendidikan ini. terima kasih banyak untuk keluargaku tercinta,

tanpa kalian mungkin saya tidak akan berada di titik ini.

Peneliti menyadari dalam proses penulisan skripsi ini banyak mengalami

kendala namun atas izin dan ridha Allah SWT serta berkat bantuan, bimbingan

dan kerjasama dari berbagai pihak sehingga kendala-kendala yang dialami dapat

dilalui dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini peneliti memohon izin

untuk menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr. H. Basri Modding, SE., M.Si selaku rektor Universitas Muslim

Indonesia.

2. Prof. drg. H. Moh. Dharma Utama, Ph.D, Sp. Pros. Subspesial PKIKG

(K) selaku Dekan Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia.

3. drg. Sari Aldilawati M.Kes selaku dosen pembimbing utama skripsi saya,

yang telah meluangkan banyak waktu dan ikut serta dalam menyumbangkan

tenaga dan pikiran dalam penyususnan skripsi ini serta telah berkontribusi

dalam penelitin saya sehingga saya dapat selesai tepat waktu. Terima kasih

atas segala bantuannya semoga dokter dan keluarga senantiasa dilimpahkan

rahmat, rezeki dan Ridho oleh Allah Subhana Wata’ala.

4. drg. Yusrini Selviani M.KG selaku dosen pembimbing kedua saya, yang

telah memberikan arahan dan masukan serta petunjuk kepada saya dalam

menyusun dan menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala bantuannya

semoga dokter dan keluarga senantiasa dilimpahkan rahmat, rezeki dan Ridho

oleh Allah Subhana Wata’ala.

ix
5. Seluruh civitas akademik, dosen dan staf Fakultas Kedokteran Gigi

Universitas Muslim Indonesia yang telah memberikan bantuan kepada saya

baik secara langsung maupun tidak langsung.

6. Teruntuk Khoirul Huda yang tercinta terima kasih atas dukungan, doa,

semangat dan motivasi yang selalu diberikan untuk saya dalam menjalankan

segala proses dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

7. Sahabat-sahabat yang saya sayangi dan cintai St. Fatimah Azzahra, Ade

Irmayani, Evryana Yuliandari, Fatimah Nur Illiyina, Abd Rachman,

Silvana Melinda. Terimakasih banyak karena selalu ada bersama saya di saat

susah maupun senang selama proses menempun pendidikan ini.

8. Seganap keluarga besar L19AMENTUM 2019 yang sangat saya sayangi

terima kasih atas dukungan, bantuan, motivasi, kekompakan, kebersamaan,

kebahagiaan dan semangat kalian untuk saya dalam menjalankan segala proses

dalam penelitian dan penyusunan skripsi ini.

9. Tim aplikasi Board Game / sahabat-sahabat saya di Fakultas Ilmu Komputer,

Muhammad Hilmy Noor Fauzi, Muhammad Awal Arifin. Terimakasih

banyak telah membantu saya dalam hal pembuatan aplikasi dan senantiasa

menemani dari awal pembuatan aplikasi sampai di titik akhir ini.

10. Teruntuk Kepala Sekolah SDN Mangkura 2 Makassar yang telah bersedia

membantu saya dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerja

samanya. Saya sebagai peneliti memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila

terdapat kesalahan dan kekhilafan selama proses penelitian berjalan. Semoga

bantuan yang diberikan senantiasa bernilai ibadah dimata Allah SWT.

x
11. Guru-guru SDN Mangkura 2 Makassar yang telah bersedia membantu saya

dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya. Saya

sebagai peneliti memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat

kesalahan dan kekhilafan selama proses penelitian berjalan. Semoga bantuan

yang diberikan senantiasa bernilai ibadah dimata Allah SWT.

12. Adik-adik kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar yang telah bersedia membantu

saya dalam penelitian ini, terima kasih atas bantuan dan kerja samanya. Saya

sebagai peneliti memohon maaf yang sebesar-besarnya apabila terdapat

kesalahan dan kekhilafan selama proses penelitian berjalan. Semoga bantuan

yang diberikan senantiasa bernilai ibadah dimata Allah SWT.

13. Teman-teman UKM Bulutangkis UMI yang saya cintai dan banggakan.

Terima kasih atas dukungan, kebersamaan dan motiasi kepada saya selama

proses penelitian dan penyusunan skripsi.

14. Semua pihak yang tidak dapat saya tuliskan satu-persatu namanya, yang telah

membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa

dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat banyak sekali kekurangan. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritik dan

saran yang membangun dari pembaca yang dapat menjadikan skripsi ini lebih

baik. Penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

berguna bagi siapa saja yang membacanya.

Tiada imbalan yang dapat penulis berikan selain doa yang tulus, semoga

bantuan dari berbagai pihak bernilai ibadah dimata Allah Subhanahu Wata’ala.

Akhirnya dengan segenap kerendahan hati Penulis memohon maaf apabila

xi
terdapat kesalahan dan kekhilafan, sebab kesempurnaan hanya milik Allah

Subhanu Wata’ala. Penulis juga mengharapkan semoga penulisan ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang membaca khususnya untuk Fakultas

Kedokteran Gigi UMI.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Makassar, 00 Januari 2023


Yang membuat pernyataan
Peneliti,

Salsabila Ardiningrum
NIM. 161201900

xii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL I v
HALAMAN JUDUL II v
HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN HASIL v
HALAMAN PENGESAHAN v
LEMBAR KOREKSI UJIAN HASIL v
HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN v
PRAKATA v
DAFTAR ISI v
DAFTAR LAMPIRAN v
DAFTAR GAMBAR v
DAFTAR TABEL v
ABSTRAK v
ABSTRACT v
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Tujuan 4
1.3.1 Tujuan Umum 4
1.3.2 Tujuan Khusus 4
1.4 Manfaat Penelitian 5
1.4.1 Teoritis 4
1.4.2 Praktisi 4
1.4.3 Peneliti 4
1.4.4 Institusi 4
BAB II TINJAUN PUSTAKA 6
2.1 Kesehatan Gigi dan Mulut 6
2.2 Kebersihan Gigi dan Mulut 7
2.3 Cara Menyikat Gigi 8
2.4 Akibat Tidak Memelihara Kebersihan Gigi dan Mulut 11

xiii
2.5 Pengetahuan Anak Terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut 15
2.6 Anak Sekolah Dasar 17
2.6.1 Fisik Motorik 30
2.6.2 Kognisi 30
2.6.3 Sosial-Ekonomi 30
2.6.4 Sosio-Emosional 30
2.6.5 Bahasa 30
2.6.6 Moral dan Agama 30
2.7 Permainan Edukasi 24
2.8 Macam-Macam Puzzle 27
2.9 Puzzle sebagai Media Edukasi 30
2.9.1 Kelebihan Media Puzzle 30
2.9.2 Kekurangan Media Puzzle 30
2.9.3 Manfaat Media Puzzle 30
2.9.4 Langkah-langkah Media Puzzle 30
BAB III KERANGKA TEORI, KONSEP DAN METODE PENELITIAN 37
3.1 Kerangka Teori 37
3.2 Kerangka Konsep 38
3.3 Hipotesis Penelitian 39
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN 40
4.1 Desain Penelitian 40
4.2 Lokasi Penelitian dan waktu pengambilan data 40
4.3 Identifikasi Variabel 40
4.4. Populasi dan Sampel 41
4.5 Definisi Operasional 42
4.6 Alat dan bahan 44
4.7 Prosedur Pembuatan Aplikasi Mobile 44
4.8 Pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data 45
4.9 Alur Penelitian 51
BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN………………………………………….52

xiv
5.1 Hasil Penelitian…………………………………………………………...52
5.2 Pembahasan Penelitian…………………………………………………...52
DAFTAR PUSTAKA 52
LAMPIRAN KUESIONER 55

xv
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Persuratan ..........................................................................................88


Lampiran 2 Dokumentasi.......................................................................................96
Lampiran 3 Kuesioner..........................................................................................106
Lampiran 4 Hasil uji fungsional...........................................................................115
Lampiran 5 Tampilan source code aplikasi board game POD............................121
Lampiran 6 Hasil olah data SPSS........................................................................127

xvi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Crossword Puzzle ................................................................................12


Gambar 2. Tampilan Pop-Up Crossword Puzzle...................................................12
Gambar 3 Tampilan Awal Aplikasi Board Game POD.........................................17
Gambar 4. Puzzle Aplikasi Board Game POD......................................................18

xvii
DAFTAR TABEL

Tabel 5.1 Jenis Kelamin Responden......................................................................67


Tabel 5.2 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi Aplikasi
Board Game POD (Media Crossword Puzzle of Dentist)......................................68
Tabel 5.3 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov....................................................69
Tabel 5.4 Hasil Uji Paired Sample T-Test.............................................................70

xviii
PENERAPAN APLIKASI BOARD GAME POD (MEDIA CROSSWORD
PUZZLE OF DENTIST) SEBAGAI MEDIA EDUKASI KESEHATAN GIGI
DAN MULUT SISWA KELAS 3 SDN MANGKURA 2 MAKASSAR

Sari Aldilawati1, Yusrini Selviani2, Salsabila Ardiningrum3


1,2
Bagian Ilmu Kesehatan Gigi Masyarakat, Fakultas Kedokteran Gigi
Universitas Muslim Indonesia
3
Mahasiswa, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Muslim Indonesia
Email: sharyaldila@umi.ac.id1 , yusrini.selviani@yahoo.com2 ,
alsaningrum17@gmail.com3

ABSTRAK

Pendahuluan : kesehatan gigi dan mulut merupakan bagian integral dari


kesehatan tubuh secara keseluruhan yang tidak dapat dipisahkan dari kesehatan
tubuh secara umum. Crossword Puzzle merupakan suatu permainan dimana siswa
harus mengisi ruang-ruang kosong (berbentuk kotak hitam putih) dengan huruf-
huruf yang berbentuk sebuah kata berdasarkan petunjuk atau pertanyaan yang
diberikan. Tujuan penelitian : Untuk mengetahui penerapan aplikasi board game
POD (Media Crossword Puzzle Of Dentist) sebagai media edukasi kesehatan gigi
dan Mulut Siswa. Bahan dan Metode : Jenis penelitian yang digunakan adalah
penelitian quasi eksprimental yang dengan tipe pre-test dan post-test group
desain. Kuisioner sebagai alat ukur untuk mengukur kemampuan dan mengukur
pengetahuan siswa kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar sebagai penggunaan
aplikasi board game POD (media crossword of dentist). Hasil : Berdasarkan hasil
penelitian diketahui sebanyak 44 (73,3%) responden memiliki tingkat
pengetahuan yang tinggi dan sebanyak 14 (23,3%) responden dengan tingkat
pengetahuan yang sedang serta sebanyak 2 (3,3%) responden dengan tingkat
pengetahuan yang rendah, namun setelah diberikan edukasi mengenai aplikasi
board game POD (Media Crossword puzzle of dentist) terjadi peningkatan
pengetahuan mengenai Kesehatan gigi dan mulut hal tersebut dibuktikan dari total
60 responden semuanya mendapatkan tingkat pengetahuan yang tinggi. Hasil uji
paired sample t-test memiliki nilai p (0,000) < 0,05 maka dapat disimpulkan
bahwa terdapat pengaruh Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle
Of Dentist) sebagai media edukasi kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 3 SDN
Mangkura 2. Kesimpulan : (1) terdapat perbedaan pengetahuan siswa kelas 3
SDN Mangkura 2 Makassar sebelum dan sesudah diberikan edukasi mengenai
aplikasi board game POD (Media Crossword puzzle of dentist) (2) Terjadi
peningkatan pengetahuan setelah diberikan edukasi mengenai aplikasi board
game POD (Media Crossword puzzle of dentist) (3) terdapat pengaruh Aplikasi
Board Game POD (Media Crossword Puzzle Of Dentist) sebagai media edukasi
kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 3 SDN Mangkura 2

Kata kunci: Aplikasi; Board Game POD; Kesehatan; Gigi dan Mulut

xix
IMPLEMENTATION OF BOARD GAME POD (MEDIA CROSSWORD
PUZZLE OF DENTIST) APPLICATION AS AN EDUCATIONAL MEDIA
FOR DENTAL AND MOUTH HEALTH FOR CLASS 3 STUDENTS OF
SDN MANGKURA 2 MAKASSAR

Sari Aldilawati1, Yusrini Selviani2, Salsabila Ardiningrum3


1,2
Department of Public Dental Health, Faculty of Dentistry, Indonesian
Muslim University
3
Student, Faculty of Dentistry, Indonesian Muslim University
Email: sharyaldila@umi.ac.id1 , yusrini.selviani@yahoo.com2 ,
alsaningrum17@gmail.com3

ABSTRACT

Introduction : oral health is an integral part of overall body health which cannot
be separated from general body health. Crossword Puzzle is a game where
students have to fill in the empty spaces (in the form of black and white boxes)
with letters in the form of a word based on the instructions or questions given.
Research objective : To find out the application of the POD (Media Crossword
Puzzle Of Dentist) board game application as a media for educating students'
oral and dental health. Materials and Methods : The type of research used was a
quasi-experimental study with pre-test and post-test group design types. The
questionnaire is used as a measuring tool to measure the ability and knowledge of
grade 3 students at SDN Mangkura 2 Makassar as the use of the POD (media
crossword of dentist) board game application. Results : Based on the results of
the study, it was found that as many as 44 (73.3%) respondents had a high level
of knowledge and as many as 14 (23.3%) respondents with a moderate level of
knowledge and as many as 2 (3.3%) respondents with a low level of knowledge
However, after being given education about the application of the POD (Media
Crossword puzzle of dentist) board game there was an increase in knowledge
about dental and oral health, this was evidenced by a total of 60 respondents who
all got a high level of knowledge. The results of the paired sample t-test have a p
value (0.000) <0.05, so it can be concluded that there is an influence of the POD
Board Game Application (Media Crossword Puzzle Of Dentist) as a media for
dental and oral health education for grade 3 students at SDN Mangkura 2.
Conclusion : (1) there is a difference in the knowledge of grade 3 students at
SDN Mangkura 2 Makassar before and after being given education about the
application of the POD board game (Media Crossword puzzle of dentist) ) (3)
there is an influence of the POD Board Game Application (Media Crossword
Puzzle Of Dentist) as a media for dental and oral health education for grade 3
students at SDN Mangkura 2

Keywords: Application; Board Game PODs; Health; Teeth and Mouth

xx
xxi
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Remaja merupakan tumpuan bagi Negara karena akan berperan sebagai penerus Ba

ngsa. Ketika dalam masa perkembangannya remaja mengalami hambatan maka dapat di

perkirakan nasib sebuah Negara akan mengalami hambatan dan tidak dapat berkembang

secara optimal. Sama halnya dengan remaja Indonesia selain memikul tanggungjawab y

ang besar terhadap perkembangan Negaranya remaja juga memiliki tanggungjawab terh

adap diri sendiri, keluarga dan lingkungannya. Namun pada kenyataannya, remaja Indon

esia saat ini banyak terhambat oleh berbagai hal salah satunya perilaku hidup bebas (per

ilaku yang mengarah pada free sex). Perilaku hidup bebas ini sangat dipengaruhi oleh pe

mahaman yang benar terhadap kesehatan reproduksi remaja.

Masa remaja merupakan priode terjadinya pertumbuhan dan perkembangan yan

g pesat baik secara fisik, psikologis maupun intelektual. Sifat khas remaja mempunyai r

asa keingintahuan yang besar, menyukai petualangan dan tantangan serta cenderung ber

ani menanggung resiko atas perbuatannya tanpa didahului oleh pertimbangan yang mata

ng. Apabila keputusan yang diambil dalam mengahadapi konflik tidak tepat, mereka aka

n jatuh ke dalam perilaku berisiko dan mungkin harus menanggung akibat jangka p

endek dan jangka panjang dalam berbagai masalah kesehatan fisik dan psikososial.

Di Indonesia sendiri, batasan remaja yaitu usia 11-24 tahun yang dikemukakan

dalam Data sensus penduduk tahun 2020 Jumlah remaja (usia 10 – 24 tahun) sebesar 67

juta jiwa atau sebesar 24, % dari total penduduk Indonesia, maka Remaja menjadi Fokus

Perhatian penting dalam pembangunan Nasional. Pedoman umum masyarakat Indonesi

a untuk menentukan batasan usia remaja yaitu 11 – 24 tahun dan belum menikah (BKK

BN, 2020).

Masalah kesehatan reproduksi pada remaja berkaitan erat dengan perilaku remaj

a yang berisiko, diantaranya yaitu merokok, minum- minuman beralkohol, penyalahgun

aan narkoba, dan melakukan hubungan seksual pranikah. Berdasarkan hasil survei SDK

22
I Tahun 2017 menunjukkan terdapat 55% remaja pria dan 1% wanita merokok, 15 % re

maja pria dan 1% remaja wanita menggunakan obat terlarang, 5% remaja pria minum

minuman beralkohol, serta 8% pria dan 1% wanita yang pernah melakukan hubungan se

ksual saat pacaran. (BKKBN 2021)

Permasalahan remaja saat ini sangat kompleks dan mengkhawatirkan. Hal ini di

tunjukkan dengan masih rendahnya pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi.

Risiko kesehatan reproduksi dipengaruhi oleh berbagai faktor yang saling berhubungan

misalnya kebersihan organ reproduksi, hubungan seksual pranikah, akses terhadap pend

idikan kesehatan, kekerasan seksual, pengaruh media massa, gaya hidup yang bebas, pe

nyalahgunaan Narkoba, akses terhadap informasi pelayanan kesehatan reproduksi yang

kurang, dan kurangnya kedekatan remaja dengan kedua orangtua maupun keluarganya.

Pentingnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi, remaja perlu mendapat i

nformasi yang cukup, sehingga remaja mengetahui hal-hal yang seharusnya dilakukan d

an yang seharusnya dihindari. Dengan mengetahui tentang kesehatan reproduksi remaja

secara benar, kita dapat menghindari hal-hal negatif yang mungkin akan dialami oleh re

maja.

Remaja juga perlu menyadari akan pentingnya pembuatan keputusan untuk men

olak setiap kegiatan seksual yang tidak sesuai dengan norma agama maupun perundang

undangan yang berlaku. Dan hal ini rentan terjadi pada usia remaja karena setiap kegiata

n seksual dapat risiko negatif tentang kesehatan reproduksinya. Hubungan seksual atau

kontak seksual pada remaja di bawah 17 tahun juga berisiko terhadap tumbuhnya sel ka

nker pada mulut rahim, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, melakukan aborsi, dan l

ebih jauh dapat menyebabkan komplikasi berupa gangguan mental dan kepribadian pada

remaja. (Ernawati, 2007)

Pengetahuan tentang kesehatan reproduksi remaja ini dapat ditingkatkan dengan

pendidikan kesehatan reproduksi yang dimulai dari usia remaja. Pendidikan kesehatan r

eproduksi diusia remaja bukan hanya memberikan pengetahuan tentang organ reproduks

i, tetapi juga dapat menghindarkan dari bahaya akibat pergaulan bebas, seperti penyakit

menular seksual dan kehamilan yang tidak diharapkan atau kehamilan berisiko.

23
Adapun data siswa kelas X dan XI pada SMA Negeri 19 Gowa dengan jumlah s

iswa keseluruhan dari kelas X dan XI sebanyak 486 siswa. Siswa laki- laki sebanyak 23

6 siswa, sedangkan siswa perempuan sebanayak 250 siswa.

Ada beberapa metode yang dapat digunakan dalam melakukan penyuluhan anta

ra lain metode ceramah, diskusi kelompok, curah pendapat, panel, bermain peran, demo

nstrasi, simposium dan seminar, dimana masingmasing metode mempunyai kelebihan d

an kelemahan. Metode ceramah, selain sederhana juga efektif dalam upaya penyampaia

n informasi secara cepat kepada kelompok sasaran yang cukup besar (Sofa, 2008).

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka d ipandang perlu untuk melakukan p

enelitian tentang “Pengaruh Pendidikan Kesehatan terhadap Pengetahuan Remaja Tenta

ng Kesehatan Reproduksi (Studi di SMA Negeri 19 Gowa)”.

B. Rumusan Masalah

Apakah pengaruh media e-Book efektif dalam meningkatkan edukasi kesehatan

reproduksi remaja siswa kelas X-XI SMA Negeri 19 Gowa ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

a) Untuk mengetahui pengaruh e-book sebagai media edukasi kesehatan reprpduks

i remaja siswa kelas X-XI SMA Negeri 19 Gowa.

2. Tujuan Khusus

a) Untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas X-XI SMA Negeri 19 Gowa menge

nai kesehatan reproduksi sebelum diberikan media e-book.

b) Untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas X-XI SMA Negeri 19 Gowa menge

nai kesehatan reproduksi setelah diberikan media e-book.

c) Untuk mengetahui pengaruh e-book sebagai media edukasi kesehatan reproduks

i siswa kelas X-XI SMA Negeri 19 Gowa.

D. Manfaat Penelitian

1. Teoritis

24
Menambah pengetahuan mengenai media e-book untuk meningkatkan edukasi kese

hatan reproduksi.

2. Praktisi

Manfaat bagi praktisi yaitu dapat menjadi media edukasi terbaru tentang kesehatan r

eproduksi.

3. Peneliti

Meningkatkan pengetahuan peneliti mengenai edukasi kesehatan reproduksi tentang

bagaimana memanfaatkan e-book sebagai media kesehatan reproduksi siswa kelas

X-XI SMA Negeri 19 Gowa.

4. Institusi

Menjadi referensi dan bahan media pembelajaran untuk peneliti selanjutnya yang ter

tarik untuk melakukan penelitian tentang manfaat lain dari media e-book.

25
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Konsep Pendidikan Kesehatan

a. Definisi Pendidikan Kesehatan

Pendidikan kesehatan adalah profesi yang mendidik masyarakat tentang kesehat

an dengan pemaparan informasi yang diberikan disertai dengan media yang men

unjang untuk proses penerimaan pendidikan yang disampaikan. Wilayah didala

m profesi ini meliputi kesehatan lingkungan, kesehatan fisik, kesehatan sosial, k

esehatan emosional, kesehatan intelektual, dan kesehatan rohani. Hal ini dapat d

idefinisikan sebagai prinsip dengan mana individu dan kelompok orang belajar

untuk berprilaku dengan cara yang kondusif untuk promosi, pemeliharaan, atau

restorasi kesehatan.

b. Tujuan Pendidikan Kesehatan

Tujuan pendidikan kesehatan adalah untuk mengubah perilaku masyarakat yang

tidak sehata menjadi sehat. Tujuan tersebut dapat dicapai dengan anggapan bah

wa manusia selalu dapat belajar dan berubah (pada umumnya manusia dalam hi

dupnya selalu berubah-ubah untuk menyesuaikan diri tarhadap lingkungan sekit

ar), perubahan yang terjadi dapat diindukasikan. Pendidikan kesehatan sangat di

perlukan sebagai dasar untuk kegiatan dalam kesehatan masyarakat sehat jasma

ni, rohani, sosial, dan ekonomi.

c. Pendidikan Seksualitas

1. Pengertian Pendidikan Seksualitas

Pendidikan seks adalah salah satu bentuk pengenalan fungsi seks dan

26
organ- organ seksual untuk menjamin kesehatan dan fungsi seks yang

normal. Pemahaman yang berbeda terhadap arti pendidikan seks mem

buat orang salah mengartikan kata pendidiakan seks sebagai sesuatu y

ang jorok dan hanya mengajarkan hubungan kelamin antara laki-laki

dan perempuan. Padahal, pendidikan seks merupakan bagian dari pen

didikan secara keseluruhan, sehingga pengertian pendidikan seks erat

hubungannya dengan pendidikan pada umumnya. Pengertian pendidi

kan seks dapat diperhatiakan dari kata yang membentuk istilah terseb

ut yaitu pendidikan dan seks.

Pendidikan seksual merupakan suatu keterampilan dan pengetahuan y

ang perlu diberikan sedini mungkin kepada anak mengenai perilaku s

eksual uatuk menghadapi hal-hal yang akan terjadi dimasa depan seiri

ng bertambahnya usia serta membentuk karakter dan pola perilakau a

gar mampu terhindar dari perilaku-prilaku yang beresiko terhadap pel

ecehan seksual maupun prilaku seksual menyimpang.

2. Materi pendidikan Seksual

Pendidikan seksual yang diberikan dapat berupah dalam bentuk pendi

dikan kesehatan reproduksi remaja. Materi pendidikan kesehatan repr

oduksi remaja meliputi pertumbuhaan dan perkembangan remaja, per

kembangan seksual remja, kebersihan organ reproduksi, perilaku seks

ual beresiko, pergaulan bebas, penyakit menular seksual dan HIV/AI

DS, pelecehan seksual, kehamilan dan persalinan, serta hak reproduks

i remaja.

Pendidikan kesehatan selain menerangkan tentang aspek anatomis

dan biologis juga menerangkan tentang aspek psikologi dan moral. P

endidikan seksaul yang baik harus memasukkan unsur-unsur hak asas

27
i manusi, nilai kultur dan agama, sebagai pendidikan akhlak dan mora

l.

3. Tujuan Pendidikan Seksual

Tujuan pendidikan seksual untuk membekali dan menyadarkan anak

akan pentingnya menjaga kesehatan, kesejahtraan dan martabat mere

ka dengan cara penanaman perlindungan diri dalam mengembangkan

hubungan sosial dan seksual yang baik.

pendidikan seksual bertujuan untuk membentuk sikap emosional yang se

hat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hid

up dewasa yang sehat dan bertanggungjawab terhadap kehidupan seksualnya.

Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu sesuatu yang m

enjijikan dan kotor. Tetapi lebih sebagai bawaan manusia, yang merupakan a

nugrah Tuhan dan berfungsi penting untuk kelangsungan siklus kehidupan m

anusia, dan supaya remaja bisa belajar menghargai kemampuan seksualnya d

an hanya menyalurkan dorongan tersebut untuk tujuan tertentu (yang baik) d

an pada waktu yang tertentu pula. Adapun penjelasan dari tujuan pendidikan

seksual dengan lebih lengkap sebagai berikut :

a). Memberikan pengertian yang memadai mengenai perubahan fisik,

mental dan proses kematangan emosional yang berkaitan dengan

masalah seksual pada remaja.

b). Mengurangi ketakutan dan kecemasan sehubungan dengan

perkembangan dan penyesuaian seksual (peran, tuntutan dan

tanggungjawab

28
c). Memberikan pengertian dan membentuk sikap terhadap seks

dalam semua manifestasi yang bervariasi

d). Memberikan pengertian bahwa hubungan antara manusia

dapat membawa kepuasan pada kedua individu dan kehidupan

keluarganya. e). Memberikan pengertian mengenai kebutuhan nilai

esensial moral untuk memberikan dasar yang rasional dalam

membuat keputusan untuk berhubungan dengan perilaku seksual.

f). Memberikan pengetahuan tentang kesalahan dan penyimpangan

seksual agar individu dapat menjaga diri dan melawan eksploitasi

yang dapat mengganggu kesehatan fisik dan mentalnya.

g). Untuk mengurangi prostitusi, ketakutan terhadap seksual yang

tidak rasional dan eksplorasi seks yang berlebihan.

h). Memberikan pengertian dan kondisi yang dapat membuat individu

melakukan aktivitas seksual secara efektif dan kreatif dalam berbagai

peran, misalnya sebagai istri atau suami, orang tua, maupun anggota

masyarakat.

2. Konsep Remaja

a. Pengertian Remaja

Remaja merupakan masa dimana peraliahan dari masa anak-anak ke


masa dewasa, yang telah meliputi semua perkembangan yang dialami
sebagai persiapan memasuki masa dewasa. Perubahan
perkembangan tersebut meliputi aspek fisik, psikis dan psikososial.
Masa remaja merupakan salah satu priode dari perkembangan
manusia. Remaja ialah masa perubahan atau peralihan dari anak-
anak ke masa dewasa yang meliputi perubahan biologis, perubahan

29
psikologis, dan perubahan sosial.
b. Karakteristik Seksualitas Remaja
Masa remaja berhubungan dengan suatu fenomena fisik yang berhubungan

dengan pubertas. Pubertas adalah suatu bagian penting dari masa remaja dimana

yang lebih ditekankan adalah proses biologis yang mengarah kepada kemampua

n bereproduksi.

Pada masa ini seseorang mengalami perubahan ciri seks sekunder.

Ciri seks sekunder individu remaja adalah :

1) Pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot, dan rambut sekitar alat

kelamin dan ketiak. Selain itu suara juga menjadi lebih besar/ kasar,

dada melebar serta kulit menjadi relatif lebih kasar.

2) Pada wanita tampak rambut mulai tumbuh disekitar alat kelamin dan

ketiak, payudara dan pinggul mulai membesar dan kulit menjadi lebih

halus.

Selain tampaknya ciri seks sekunder, organ kelamin pada remaja juga menga

lami perubahan kearah pematangan, yaitu:

1) Pada pria sejak usia remaja, testis akan menghasilkan sperma dan

penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam perkawinan.

2) Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan sel

telur (ovum). Pada saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan

menstruasi.

Seiring dengan pertumbuhan remaja ke arah kematangan seksualnya, mu

ncul hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal ini m

erupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini haru

s terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pen

gembangbiakan dan mempertahankan keturunannya.

30
3) Pada pria tampak tumbuh kumis, jenggot, dan rambut sekitar alat

kelamin dan ketiak. Selain itu suara juga menjadi lebih besar/ kasar,

dada melebar serta kulit menjadi relatif lebih kasar.

4) Pada wanita tampak rambut mulai tumbuh disekitar alat kelamin dan

ketiak, payudara dan pinggul mulai membesar dan kulit menjadi lebih

halus.

Selain tampaknya ciri seks sekunder, organ kelamin pada remaja juga menga

lami perubahan kearah pematangan, yaitu:

1) Pada pria sejak usia remaja, testis akan menghasilkan sperma

dan penis dapat digunakan untuk bersenggama dalam

perkawinan.

2) Pada wanita, kedua indung telur (ovarium) akan menghasilkan

sel telur (ovum). Pada saat ini wanita akan mengalami ovulasi dan

menstruasi.

Seiring dengan pertumbuhan remaja ke arah kematangan seksualnya, mu

ncul hasrat dan dorongan untuk menyalurkan keinginan seksualnya. Hal ini m

erupakan sesuatu yang wajar karena secara alamiah dorongan seksual ini haru

s terjadi untuk menyalurkan kasih sayang antara dua insan, sebagai fungsi pen

gembangbiakan dan mempertahankan keturunannya.

c. Tahapan Remaja

Berdasarkan kematangan psikososial dan seksual, semua remaja akan mele

wati tahapan berikut :

1) Masa remaja awal/dini (early adolescence) : umur 11 – 13 tahun.

31
Dengan ciri khas : ingin bebas, lebih dekat dengan teman sebaya, mulai be

rfikir abstrak dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya.

2) Masa remaja pertengahan (middle adolescence) : umur 14 – 16

tahun.

Dengan ciri khas : mencari identitas diri, timbul keinginan untuk ber

kencan, berkhayal tentang seksual, mempunyai rasa cinta yang mendalam.

3) Masa remaja lanjut (late adolescence): umur 17 – 20 tahun.


Dengan ciri khas : mampu berfikir abstrak, lebih selektif dalam mencar

i teman sebaya, mempunyai citra jasmani dirinya, dapat mewujudkan rasa

cinta, pengungkapan kebebasan diri.

Tahapan ini mengikuti pola yang konsisten untuk masing-masing indiv

idu. Walaupun setiap tahap mempunyai ciri tersendiri tetapi tidak mempun

yai batas yang jelas, karena proses tumbuh kembang berjalan secara berkes

inambungan. Terdapat ciri yang pasti dari pertumbuhan soma tik pada rem

aja, yaitu peningkatan massa tulang, otot, massa lemak, kenaikan berat bad

an, perubahan biokimia, yang terjadi pada kedua jenis kelamin baik lakilaki

maupun perempuan walaupun polanya berbeda. Selain itu terdapat kekhusu

san (sex specific), seperti pertumbuhan payudara pada remaja perempuan d

an rambut muka (kumis, jenggot) pada remaja laki-laki.

d. Tugas Perkembangan Remaja

Tugas perkembangan masa remaja difokuskan pada upaya meningkatkan si

kap dan perilaku kekanak-kanakan serta berusaha untuk mencapai kemampuan

bersikap dan berperilaku dewasa. Adapun tugas- tugas perkembangan remaja H

urlock adalah:

1) Mampu menerima keadaan fisiknya.

2) Mampu menerima dan memahami peran seks usia dewasa.

32
3) Mampu membina hubungan baik dengan anggota kelompok yang

berlainan jenis.

4) Mencapai kemandirian emosional.

5) Mencapai kemandirian ekonomi.

6) Mengembangkan konsep dan keterampilan intelektual yang

sangat diperlukan untuk melakukan peran sebagai anggota

masyarakat.

7) Memahami dan menginternalisasikan nilai-nilai orang dewasa dan

orangtua.

8) Mengembangkan perilaku tanggung jawab sosial yang diperlukan

untuk memasuki dunia dewasa.

9) Mempersiapkan diri untuk memasuki perkawinan.

10) Memahami dan mempersiapkan berbagai tanggung jawab

kehidupan keluarga.

3. Konsep Kesehatan Reproduksi

a. Pengertian
Kesehatan Reproduksi adalah kesejahteraan fisik, mental dan sosial yan

g utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecatatan, dalam segala aspek y

ang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya. Baik lak

i-laki maupun perempuan memerlukan landasan psikis yang memadai agar p

erkembangan emosinya berlangsung baik. Faktor yang Mempengaruhi Kese

hatan Reproduksi

Secara garis besar dapat dikelompokkan empat golongan faktor yang dap

at berdampak buruk bagi kesehatan reproduksi (Taufan, 2010, Hal.12) yaitu:

33
1) Faktor sosial-ekonomi dan demografi (terutama kemiskinan,

tingkat pendidikan yang rendah dan ketidaktahuan tentang

perkembangan seksual dan proses reproduksi, serta lokasi tempat

tinggal yang terpencil).

2) Faktor budaya dan lingkungan (misalnya, praktek tradisional yang

berdampak buruk pada kesehatan reproduksi, kepercayaan

banyak anak banyak rejeki, informasi tentang fungsi reproduksi

yang membingungkan anak dan remaja karena saling berlawanan

satu dengan yang lain,dan sebagainya).

3) Faktor psikologis (dampak pada keretakan orang tua dan remaja,

depresi karena ketidak seimbangan hormonal, rasa tidak berharga

wanita terhadap pria yang memberi kebebasan secara materi).

4) Faktor biologis (cacat sejak lahir, cacat pada saluran reproduksi

pasca penyakit menular seksual).

b. Organ Reproduksi

Kata reproduksi tersusun dari dua kata yakni kata re bermakna

kembali dan kata produksi bermakana perangkat / alat yang

digunakan untuk membuat generasi / keturunan.

1. Organ Reproduksi Wanita

Organ reproduksi wanita terbagi menjadi organ reproduksi bagian luar dan

organ reproduksi bagian dalam.

Organ reproduksi bagian luar:

a) Vulva, adalah organ kelamin luar yang terdiri dari labia mayora,

labia minora, mons pubis, bulbus vestibule, vestibulum vaginae,

glandula vestibularis major dan minor, serta orificium vaginae.

34
b) Labia mayora,yaitu berupa dua buah lipatan bulat jaringan lemak

yang ditutupi kulit dan memanjang ke bawah dan ke belakang dari

mons pubis. Berfungsi melindungi jaringan yang ada dibawahnya

(labia minora, meatus urinarius, dan muara vagina).

c) Mons pubis, bantalan berisi lemak yang terletak dipermukaan

anterior simfisis pubis. Setelah pubertas, kulit mons pubis akan

ditutupi oleh rambut ikal yang membentuk pola tertentu.

Berfungsi

18 dalam sensualitas dan melindungi simfisis pubis saat berhubungan seks

ual.

Organ reproduksi bagian dalam:

a) Labia minora, adalah labia sebelah dalam dari labia majora, dan

berakhir dengan klitoris, ini identik dengan penis sewaktu masa

35
perkembangan janin yang kemudian mengalami atrofi. Dibagian tengah kli

toris terdapat lubang uretra untuk keluarnya air kemih saja.

b) Hymen, merupakan selaput tipis yang bervariasi elastisitasnya

berlubang teratur ditengah, sebagai pemisah dunia luar dengan

organ dalam. Hymen akan sobek dan hilang setelah wanita

berhubungan seksual atau setelah melahirkan.

c) Vagina, yaitu berupa tabung bulat memanjang terdiri dari otot-otot

melingkar yang di kanankirinya terdapat kelenjar (Bartolini)

menghasilkan cairan sebagai pelumas waktu melakukan aktifitas

seksual. Berfungsi sebagai organ untuk berhubungan seksual dan

jalan lahir.

d) Uterus(rahim), yaitu organ yang berbentuk seperti buah peer,

bagian bawahnya mengecil dan berakhir sebagai leher

rahim/cerviks uteri. Uterus terdiri dari lapisan otot tebal sebagai

tempat pembuahan, berkembangnya janin. Pada dinding sebelah

dalam uterus selalu mengelupas setelah menstruasi.

e) Tuba uterina(fallopi), yaitu saluran di sebelah kiri dan kanan uterus,

sebagai tempat melintasnya sel telur/ovum.

f) Ovarium, yaitu merupakan organ penghasil sel telur dan

menghasilkan hormon esterogen dan progesteron. Organ ini

berjumlah 2 buah.

36
2. Organ Reproduksi Pria

Alat kelamin pria juga dibedakan menjadi alat kelamin pria bagian luar dan

alat kelamin pria bagian dalam. Organ reproduksi bagian luar:

a) Penis, yaitu organ reproduksi berbentuk bulat panjang yang berubah

ukurannya pada saat aktifitas seksual. Bagian dalam penis berisi

pembuluh darah, otot dan serabut saraf. Pada bagian tengahnya

terdapat saluran air kemih dan juga sebagai cairan sperma yang di

sebut uretra.

b) Skrotum, yaitu organ yang tampak dari luar berbentuk bulat,

terdapat 2 buah kiri dan kanan, berupa kulit yang mengkerut dan

ditumbuhi rambut pubis.

Organ reproduksi bagian dalam:

a) Testis, yaitu merupakan isi skrotum, berjumlah 2 buah, terdiri dari

saluran kecil-kecil membentuk anyaman, sebagai tempat

pembentukan sel spermatozoa.

b) Vas deferens, yaitu merupakan saluran yang membawa sel

spermatozoa, berjumlah 2 buah.

c) Kelenjar prostat, yaitu merupakan sebuah kelenjar yang

menghasilkan cairan kental yang memberi makan sel-sel

spermatozoa serta memproduksi enzim-enzim.

d) Kelenjar vesikula seminalis, yaitu kelenjar yang menghasilkan cairan

untuk kehidupan sel spermatozoa, secara bersama-sama cairan

37
tersebut menyatu dengan spermatozoa menjadi produk yang disebut semen,

yang dikeluarkan setiap kali pria ejakulasi.

c. Tujuan Kesehatan Reproduksi

Tujuan utama kesehatan reproduksi adalah memberikan pelayanan kesehatan r

eproduksi kepada setiap individu dan pasangannya secara komprehensif, khususny

a kepada remaja agar setiap individu mampu menjalani proses reproduksinya secar

a sehat dan bertanggungjawab serta terbebas dari perlakuan diskriminasi dan keker

asan, termasuk di dalamnya pengakuan dan penghormatan atas hak-hak kesehatan

reproduksi dan seksual sebagai bagian integral dari Hak Azasi Manusia.

Tujuan khusus reproduksi, berupa pengadaan informasi dan pelayanan yang da

pat memenuhi kebutuhan untuk mencapai kesehatan reproduksi secara optimal.

1. Meningkatkan kemandirian wanita dalam memutuskan peran dan

fungsi reproduksinya.

2. Meningkatkan hak dan tanggung jawab sosial wanita dalam

menentukan kapan hamil, jumlah dan jarak kehamilan.

3. Meningkatkan peran dan tanggung jawab sosial pria terhadap

akibat dari perilaku seksual dan fertilitasnya kepada kesehatan

dan kesejahteraan pasangan dan anak-anaknya.

4. Dukungan yang menunjang wanita untuk membuat keputusan

yang berkaitan dengan proses reproduksi, berupa pengadaan

informasi

38
dan pelayanan yang dapat memenuhi kebutuhan untuk mencapai keseh

atan reproduksi secara optimal.

d. Menjaga Kebersihan Organ Reproduksi

Kebersihan organ-organ digital kesehatan reproduksi remja ditentukan oleh ba

gaimana remaja tersebut dalam merawat dan mennjaga kebersihan alat-alat ge

nitalnya. Bila alat reproduksi lembab dan basah maka kesaman akan meningk

at dan itu memudahkan pertumbuhan jamur. Remaja perempuan lebih mudah

terkena infeksi ginital bila tidak menjaga kebersiahan alat-alat genitalnya kare

na organ vagina yang terletak dekat dengan anus.

Perubahan fisik selama pubertas harus dikuti dengan perawatan, kebersihan da

n kesehatan fisik, terutama alat-alat reproduksi. Selama masa haid remaja peremp

uan disarankan untuk memakan makanan yang mengandung banyak zat besi (bay

am, hati, buah-buahan, dan lain lain) karena selama masa haid perempuan dapat

mengalami anemia atau kekurangan zat besi dalam darah. Berikut cara-cara mem

elihara / merawat kesehatan organ reproduksi kebersihan:

1. Memelihara Organ Reproduksi Wanita

a) Membilas vulva dengan air bersih setiap kali selesai buang air kecil

atau buang air besar. Membasuh dengan air bersih dari arah depan ke

belakang. Kemudian keringkan menggunakan tisu sekali usap sebelum

menggunakan celana dalam, karena jika organ dibiarkan lembab maka

jamur akan mudah tumbuh menyebabkan rasa gatal.

39
b) Ganti celana dalam minimal 2x sehari. Pilih celana dalam yang mudah

menyerap keringat, misalnya bahan katun. Hindari celana dalam yang

terlalu ketat karena akan menekan otot vagina dan membuat suasana

lembab yang dapat memicu pertumbuhan jamur.

c) Jika berada di toilet umum sebaiknya menggunakan air yang mengalir.

Karena kemungkinan air yang berada di tempat penampungan mengandung ba

kteri dan jamur.

d) Hindari penggunaan pantyliner secara terus menerus karena dapat

menyebabkan iritasi. Gunakan pantyliner hanya saat mengalami

keputihan saja.

e) Pada saat menstruasi, gunakan pembalut dengan permukaan lembut

dan kering sehingga tak menimbulkan iritasi. Selain itu gantilah

pembalut sesering mungkin minimal 5-6 jam sekali karena darah yang

tertampung pada pembalut bias menjadi media tumbuhnya kuman.

f) Hindari penggunaan cairan khusus pembersih organ intim secara rutin

karena akan mengganggu keseimbangan pH dalam vagina. Bila terlalu

sering dipakai, justru akan membunuh bakteri baik dalam vagina, yang

selanjutnya akan memicu tumbuhnya jamur. Akibatnya, muncul gatal-

gatal di area organ intim.

g) Cukur rambut kemaluan secara berkala.

h) Hindari stres berlebihan dan beralihlah ke gaya hidup aktif dengan

teratur berolahraga dan konsumsi makanan bergizi seimbang.

2. Memelihara organ reproduksi pria:

40
a) Menggunakan celana dalam yang bersih, tidak terlalu ketat dan

berbahan menyerap keringat. Ganti celanan dalam minimal dua kali

sehari. Celana dalam yang tidak higienis atau kotor terkena keringat dan

daki, serta lembab, akan memudahkan bakteri berkembang biak yang

bisa mengundang penyakit, bau tidak sedap, biang keringat, dan lain-

lain.

b) Mencukur rambut kemaluan secara berkala untuk menjaga tetap

pendek agar tidak banyak ditumbuhi bakteri. Di samping itu, ada bakteri

baik yang tumbuh di rambut sekitar kemaluan, sehingga tidak baik

untuk dicukur habis.

c) Menggunakan air bersih untuk membilas alat kelamin sesudah buang air.

d) Pria penting untuk melakukan sunat, untuk mencegah penumpukan

kotoran pada lipatan luar penis.

e) Hindari cahaya seperti sinar x rontgen, karena alat kelamin cukup

sensitive sehingga perlu waspada untuk tidak sering melakukan rontgen.

Hindari pula makanan, minuman dan kebiasaan yang merusak

kesehatan alat reproduksi seperti minum minuman 25 mengandung

alkohol, merokok, menggunakan narkoba, dan sebagainya.

f) Jaga kelembaban. Sperma akan menurun kualitasnya pada saat berada

pada lingkungan panas. Oleh sebab itu hindarilah menggunakan pakaian

yang ketat yang berbahan panas kurang ventilasi, serta jauhi kebiasaan

yang meningkatkan suhu alat kelamin seperti memangku laptop di paha

dekat alat kelamin (poltekkes negeri Jakarta, 2010)

e. Infeksi Menular Seksual Remaja

41
1. Pengertian Infeksi Menular Seksual

Infeksi menular Seksual ( IMS ) adalah berbagai infeksi yang dapat men

ular dari satu orang ke orang yang lain melalui kontak seksual. Semua teknik

hubungan seksual baik lewat vagina, dubur, atau mulut baik berlawanan jen

is kelamin maupun dengan sesama jenis kelamin bisa menjadi sarana penular

an penyakit kelamin. Sehingga kelainan ditimbulkan tidak hanya terbatas pa

da daerah genital saja, tetapi dapat juga di daerah ekstra genital. Kelompok u

mur yang memiliki risiko paling tinggi untuk tertular I MS adalah kelompok

remaja sampai dewasa muda sekitar usia (15- 24 tahun).

Beberapa contoh penyakit IMS (Infeksi Menular Seksual):

a) Chlamydia atau klamidia

Klamidia merupakan infeksi menular seksual yang bisa menyerang dubur,

tenggorokan, hingga mata, penularan virus disebabakan oleh hubungan seksua

l lewat dubur, tidak menggunakan pengaman saat berhubungan intim, atau air

mani yang mengenai mata dan tertelan hingga menyebabkan klamidia di tengg

orokan dan mata. Gejala klamidia antara lain sakit atau rasa terbakar ketika ke

ncing, vagina atau penis mengeluarkan cairan yang bewarna putih yang terasa

panas, darah keluar sangat banyak saat haid, rasa sakit pada bagian testis, hubu

ngan seksual yang terasa sakit

42
b) Kutil kelamin

Infeksi menular seksual kutil kelamin merupakan penyakit yang menyeran

g area kemaluan dan dubur, yang disebabkan oleh virus HPV (Human Papillo

ma Virus). Virus HPV tidak hanya menular melalui hubungan seksual, tetapi b

isa menyebar melalui kontak kulit. Selain kutil kelamin, virus HPV juga bisa

menyebabkan kanker serviks.

c) Herpes Genital

Herpes genital disebabkan oleh herpes simplex virus (HSV). Gejalanya bi

sa terlihat jika area kemaluan ada benjolan yang melepuh dan terasa sakit. Gat

al di area genital dan sakit kencing juga merupakan salah satu tandanya.

d) Kencing nanah

Bakteri penyebab peyakit kencing nanah sangat mudah ditularkan melalui

hubungan intim. Gejalanya adalah sakit atau rasa terbakar ketika kencing, cai

ran yang keluar dri vagina atau penis berwarna putih kekuningan atau bahkan

kehijauan, wanita mengalami sakit di perut bagian bawah, perdarahan saat ber

hubungan seksual, hingga keluar darah yang sangat banyak ketika haid, sakit a

tau memar di bagian testis lelaki. Penyakit ini juga bisa menyebabkan kemma

ndulan jika tidak segera ditangani.

e) Sifilis atau raja singa

Sifilis atau raja singa disebabkan oleh infeksi bakteri. Gejala penyakit raj

a singa memiliki tiga tahapan setelah terinfeksi. Tahapan

43
pertama, tidak akan mengalami rasa sakit apapun. Kemudian, mulai merasa ny

eri di area kemaluan dan mulut. Rasa sakitnya bisa bertahan selama 6 minggu

sebelum hilang sama sekali. Tehapan kedua terjadi gejala fisik berupa ruam, p

ilek, dan rambut rontok. Tahapan terakhir biasanya terjadi setelah bertahun-tah

un terinfeksi dan semakin parah. Penyakit infeksi menular seksual ini akan me

munculkan komplikasi penyakit lainnya seperti masalah jantung, kebutaan, hi

ngga kelumpuhan. Dengan memerikasakan diri sejak dini ketika gejala sifilis

baru pada tahap awal, komplikasi penyakit ini bisa dicegah.

f) HIV/AIDS

Virus HIV (Human Immunodeficiency Virus) biasa menular lewat hubung

an seksual tanpa pengaman. Selain itu, juga bisa tertular melalui kontak denga

n darah yang terinfeksi, seperti jarum suntik. Virus penyebab infeksi menular

seksual ini menyerang sistem kekebalan tubuh hingga membuatnya menjadi l

ebih lemah. Hal ini menyebabkan penderitanya lebih rentan terkena infeksi da

n penyakit lain karena sistem imun yang lemah. HIV tidak ada obatnya, namu

n dunia kedokteran telah mengembangkan metode perawatan yang bisa memb

uat pengidap HIV bisa hidup lebih lama dan memiliki kehidupan normal seper

ti orang pada umumnya. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adala

h tahapan akhir dari infeksi virus HIV yang membuat tubuh penderitanya tida

k lagi bisa melawan virus mematikan. Orang dengan HIV biasanya tidak menu

njukkan gejala apapun.

44
g) Trichomoniasis

Penyakit ini disebabkan oleh parasite kecil yang disebut trichomonas vag

inalis (TV). Sangat mudah menular melalui hubungan seksual dan banyak ora

ng yang tidak menyadari bahwa dirinya telah terinfeksi. Wanita yang mengala

mi trichomoniasis akan mengalami rasa nyeri atau gatal di sekitar vagina dan s

akit ketika buang air kecil. Cairan vagina menjadi berwarna kekuningan dan e

ncer dengan bau tidak sedap. Pada pria, peyakit ini jarang menampakkan gej

alanya. Tetapi jika mengalami sakit saat buang air kecil, cairan penis yang ber

warna putih, atau kulup yang bengkak, kemungkinan besar adalah gejala dari t

richomoniasis.

h) Kutu kelamin

Kutu kelamin biasanya ditemukan pada rambut kemaluan, namun juga bis

a ditemukan pada rambut ketiak, jenggot, hingga alis. Kutu kemaluan merayap

dari rambut ke rambut dan bisa berpindah jika seseorang melakukan kontak de

ngan area genital yang memiliki kutu. Gejala yang bisa terlihat adalah rasa gat

al dan ditemukan kutu atau telur kutu di rambut kemaluan. Kutu rambut biasan

ya bisa diobati dengan krim khusus atau shampoo medis untuk menghilangkan

nya sehingga tidak perlu mencukur rambut kemaluan.

i) Kudis

Kudis disebabkan oleh tungau yang masuk kedalam lapisan kulit. Menular

lewat kontak fisik, pakaian, selimut atau handuk. Kudis akan

45
terasa sangat gatal ketika malam hari. Rasa gatalnya bisa terjadi pada area ke

maluan, diantara dua jari, ketiak, payudara, hingga pergelangan tangan dan ka

ki.

2. Tanda dan Gejala Infeksi Seksual

Gejala infeksi menular seksual ( IMS ) di bedakan menjadi:

a) Perempuan

1) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut

atau bagian tubuh ang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang

sangat sakit disekitar alat kelamin.

2) Cairan tidak normal yaitu cairan dari vagina bisa gatal, kekuningan,

kehijauan, berbau atau berlendir.

Sakit pada saat buang air kecil yaitu IMS pada wanita biasanya tidak

menyebabkan sakit atau burning urination.

3) Tonjolan seperti jengger ayam yang tumbuh disekitar alat kelamin.

4) Sakit pada bagian bawah perut yaitu rasa sakit yang hilang muncul

dan tidak berkaitan dengan menstruasi bisa menjadi tanda infeksi

saluran reproduksi ( infeksi yang telah berpindah kebagian dalam

sistemik reproduksi, termasuk tuba fallopi dan ovarium ).

5) Kemerahan yaitu pada sekitar alat kelamin.

b) Laki – laki

1) Luka dengan atau tanpa rasa sakit di sekitar alat kelamin, anus, mulut

atau bagian tubuh yang lain, tonjolan kecil – kecil, diikuti luka yang

sangat sakit di sekitar alat kelamin.

46
2) Cairan tidak normal yaitu cairan bening atau bewarna berasal dari

pembukaan kepala penis atau anus. Sakit pada saat buang air kecil

yaitu rasa terbakar atau rasa sakit selama atau setelah urination.

Kemerahan pada sekitar alat kelamin, kemerahan dan sakit di kantong

zakar (Puspita, 2017).

f. E- book

1. Pengertian Ebook

Ebook berasal dari dua kata dasar bahasa inggris, yaitu “e”

(elektronik) dan “ book” (buku). Ebook adalah buku cetak yang

diubah kedalam formt digital melalui proses digitalisasi sehingga buku

tersebut dapat ditampilkan pada komputer.

2. Fungsi dan manfaat E- book

Ebook atau bisa disebut buku elektronik ini selin praktis juga

sangat membatu bagi siswa maupun guru dalam proses

pembelajaran, ebook juga memiliki beberapa fungsi diantaranya:

a) Sebagai media pembelajaran ebook memiliki fungsi dapat

meningkatkan produktifitas belajar.

b) Berbeda dengan buku cetak, buku digital dapat memuat

konten multimedia di dalamnya sehingga dapat menyajikan

bahan ajar yang lebih menarik dan membantu pelajaran

menjadi lebih menyenangkan.

c) Dibandingkan dengan buku cetak, ebook dapat

disebarluaskan secara lebih mudah, baik melalui media

seperti website, kelas maya, email dan media digital yang

47
lain.

Manfaat ebook jika diliat dari bentuk fisiknya yang berupa

data digital yaitu ukuran fisik kecil karena dapat disimpan

dalam penyimpanan data seperti flashdisk dan sebagainya.

Ebook juga tidak lapuk layaknya buku biasa.

a) Ebook memberikan dampak yang luar biasa pada

kemajuan teknologi dalam pendidikan.

b) Dengan menggunakan ebooj atau buku elektronik maka

secara otomatis kita tidak akan menggunakan kertas

lagi.

c) Mudah dibawah, karena bentukya yang soft file jadi

lebih praktis dan hanya perlu membawa hp atau laptop

saja untuk dapat mengaplikasikannya.

d) Ukuran penyimpanan kecil.

e) Murah dan praktis, kita tidak perlu keluarkan uang

banyak untuk mendapatkannya hanya perlu sambungan

internet atau wifi.

f) Tahan lama, tidak seperti buku jika sudah terlalu lama

akan rusak dan warna pada buku tersebut akan berubah.

3. Kelebihan dan Kekurangan Pembelajaran Melalui Ebook

a) Kelebihan Media Pembelajaran Ebook

1) Mencarinya lebih mudah karena tidak mungkin

terpisah-pisah, ataupun terseip karena sudah

tersimpan di tablet, hp atau laptop.

2) Mudah dikliping untuk halaman-halaman yang


48
dibutuhkan bisa dicoter- coret dan diberi catatan.

3) Harga ebook lebih murah daripada buku biasa atau

konvensional.

4) Ebook ramah lingkungan. Dengan menggunakan

ebook kita teah menghemat kertas yang dihasilkan

dari pohon. Kita pun juga menghemat tinta, karena

ebook tidak memerlukan tinta sama sekali.

5) Sistem pengiriman atau penguduhan ebook lebih

cepat dibandingkan dengan sistem pengiriman buku

konvensional yang membutuhkan waktu berhari-

hari.

6) Kida dapat menghemat waktu dan tempat, kita

dapat menghemat waktu kita karena kita tidak perlu

ke toko buku untuk membeli buku.

b) Kelemahan Media Pembelajaran Eook

1) Membutuhkan prangkat lunak untuk membukanya

baik komputer maupun alat lainnya.

2) Mata tidak terbiasa membaca di monitor, membuat

mata lelah.

3) Tidak semua format ebook memiliki format

security yang baik.

49
B. Kerangka Konsep

Pendidikan Kesehatan

Pengetahuan
Media E-Book Remaja

Keterangan:

: Variabel Independen

: Variabel Antara

: Variabel Dependen

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

50
C. Definisi Oprasional

No. Variabel Definisi Kriteria Objektif Parameter


Operasional
1. Penggunaan Memberikan Indikator Penilaian : Ordinal
E-Book informasi kepada - Mudah digunakan
Pendidikan remaja mengenai - Fleksibel
Kesehatan kesehatan - Mudah dipahami
Reproduksi reproduksi
2. Pengetahuan Pemahaman yang Tingkat pengetahuan Ordinal
diketahui oleh remaja baik, kurang
remaja mengenai
kesehatan
reproduksi

Tabel 2.2 definisi operasional penelitian pengaruh pendidikan kesehatan terhadap


pengetahuan remaja tentang kesehatan reproduksi (Studi di SMA Negeri 19 Gowa)

51
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Desain penelitian dilakukan sebelum peneliti melakukan tahapan atau atau pro

ses penelitian. Pengertian desain penelitian merupakan rangkaian dari prosedur da

n juga metode yang digunakan untuk menganalisis dan juga menghimpun berbaga

i data untuk menentukan variabel yang akan menjadi topik penelitian

52
53
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kesehatan Gigi dan Mulut

Menurut WHO karakteristik dengan umur 12 tahun yang mengalami

permasalahan kesehatan gigi dan mulut sebesar 24%. Berdasarkan jenis kelamin

laki-laki 24,8% dan perempuan 27,1%. Selain itu, Berdasarkan tempat tinggal, di

daerah perkotaan lebih tinggi dibandingkan perdesaan dengan jumlah perkotaan

8,6% dan di perdesaan 7,5%. Berdasarkan data riskesdas tahun 2018, masyarakat

Indonesia mengalami risiko kesehatan gigi dan mulut sebanyak 57,6%

masyarakat. Karies gigi adalah salah satu yang sangat umum ditemukan.

prevalensi karies gigi pada anak-anak umur 3-4 tahun di Indonesia mencapai

81,5%. Setengah dari 75 juta balita Indonesia mengalami karies gigi dan

jumlahnya bertambah terus dari tahun ke tahun. (1) (17)

Kesehatan gigi dan mulut adalah suatu keadaan dimana gigi dan mulut

berada dalam kondisi bebas dari bau mulut, kesehatan gusi dan gigi, tidak adanya

plak dan karang gigi, gigi dalam keadaan putih dan bersih, serta memiliki

kekuatan yang baik. Karies gigi adalah suatu penyakit infeksi dalam rongga mulut

yang merupakan penyebab utama kehilangan gigi pada anak-anak dan orang

dewasa. Lubang yang terlihat pada gigi secara klinis (karies) merupakan proses

akhir dari penyakit ini. Rerata waktu dari mulai terjadinya lesi awal hingga

terjadinya lubang gigi pada anak-anak adalah sekitar 18 ± 6 bulan. Karies gigi

juga masih menjadi masalah kesehatan anak. (18)

7
8

Kesehatan gigi dan mulut merupakan hal mendasar bagi kesehatan secara umum.

Kesehatan mulut yang buruk akan menyebabkan kehilangan gigi dan kesehatan

sistemik individu, kehilangan gigi oleh lubang yang tidak dirawat atau trauma

akan mengganggu fungsi dan aktivitas di rongga mulut, yang akan berdampak

pada status gizi dan pada akhirnya kualitas hidup. (19)

Pemeriksaan gigi rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali wajib dilakukan

untuk menjaga kesehatan gigi dan mulut. Tujuan utama melakukan pemeriksaan

gigi secara rutin yaitu untuk melakukan pembersihan karang gigi dan dapat

mendeteksi secara dini kerusakan-kerusakan yang mungkin terjadi pada gigi.

Pembersihan karang gigi yang dilakukan secara rutin dapat menjaga kesehatan

gigi dan jaringan periodontal di sekelilingnya. Apabila kerusakan-kerusakan gigi

berupa karies atau erosi gigi dapat terdeteksi secara dini, maka dapat segera

dilakukan perawatan yang tepat, sehingga tidak akan berkembang menjadi lebih

parah. (20)

2.2 Kebersihan Gigi dan Mulut

Kebersihan gigi dan mulut adalah keadaan yang menunjukkan bahwa

didalam rongga mulut seseorang bebas dari kotoran, seperti plak dan calculus.

Apabila kebersihan gigi dan mulut terabaikan akan terbentuk plak padagigi geligi

dan meluas keseluruh permukaan gigi. Kondisi mulut yang selalu basah, gelap

dan lembab sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri yang

membentuk plak. (21)

Kebersihan gigi dan mulut adalah suatu keadaan yang menunjukkan

bahwa didalam mulut seseorang bebas dari kotoran seperti debris, plak dan karang
9

gigi. Plak akan selalu terbentuk pada gigi geligi dan meluas keseluruh permukaan

gigi apabila seseorang mengabaikan kebersihan gigi dan mulut. (22)

Untuk mencegah terjadinya gigi berlubang atau karies, radang gusi,

periodontitis dan juga bau mulut. Dapat dilakukan dengan cara membersihkan

gigi dan mulut dari sisa makanan yang tertinggal di antara gigi, kebersihan gigi

dan mulut dapat tercapai dengan baik untuk mencegah terjadinya penyakit gigi

dan mulut perlu dilakukan pemeliharaan kebersihan gigi dan mulut dengan

mengatur pola makan, tindakan secara kimiawi dan tindakan secara mekanis (sikat

gigi) berupa pembersihan rongga mulut dan gigi dari sisa makanan, bakteri

beserta hasil-hasil metabolisme (22) seperti :

a) Mengatur pola makan

Untuk mencegah atau setidaknya mengontrol pembentukan plak, adalah

dengan membatasi makanan yang banyak mengandung karbohidrat

terutama sukrosa. Berdasarkan bukti-bukti bahwa karbohidrat merupakan

bahan utama pembentukan matriks plak, selain sebagai sumber energy

untuk bakteri dalam pembentukan plak. Makanan yang lunak dan mudah

melekat sedapat mungkin dihindarkan. (23)

b) Tindakan kimiawi

Berdasarkan sifat-sifat mikrobiologis plak, telah dilakukan berbagai usaha

untuk mencegah bakteri berkolonisasi di atas permukaan gigi membentuk

plak. Beberapa penelitian yang telah dilakukan Antara lain dengan

menggunakan antibiotik dan senyawa- senyawa antibacterial selain

antibiotik. Senyawa- senyawa antibacterial selain antibiotic telah banyak


10

digunakan dalam pasta gigi, obat kumur, juga secara topical untuk

perawatan penyakit periodontal. (24)

c) Tindakan secara mekanis

Tindakan secara mekanis adalah tindakan membersihkan gigi dan mulut

dari sisa makanan dan debris yang bertujuan untuk mencegah terjadinya

penyakit pada jaringan keras maupun jaringan lunak. Pada tindakan

mekanis biasanya menggunakan alat sikat gigi. (21)

2.3 Cara Menyikat Gigi

Secara umum, anak dapat menyikat gigi tanpa pengawasan orang tuanya mulai

umur 9 tahun, akan tetapi sampai umur 14 tahun sebaiknya orang tua selalu

memeriksa apakah anak dapat menyikat gigi dengan baik dan benar. (25)

Cara menyikat gigi yang benar menurut Kementrian Kesehatan RI adalah :

1) Menyiapkan sikat gigi dan pasta yang mengandung flour merupakan salah

satu zat yang dapat menambah kekuatan pada gigi. Banyaknya pasta

kurang lebih sebesar sebutir kacang tanah (1/2 cm).

2) Berkumur-kumur dengan air bersih sebelum menyikat gigi.

3) Seluruh permukaan gigi disikat dengan gerakan maju mundur pendek-

pendek atau memutar selama ± 2 menit (sedikitnya 8 kali gerakan setiap 3

permukaan gigi).

4) Berikan perhatian khusus pada daerah pertemuan antara gigi dan gusi.

5) Lakukan hal yang sama pada semua gigi atas bagian dalam. Ulangi

gerakan yang sama untuk permukaan bagian luar dan dalam semua gigi

atas dan bawah.


11

6) Untuk permukaan bagian dalam gigi rahang bawah depan, miringkan sikat

gigi. Setelah itu, bersihkan gigi dengan gerakan sikat yang benar.

7) Bersihkan permukaan kunyah dari gigi atas dan bawah dengan gerakan-

gerakan pendek dan lembut maju mundur berulang- ulang.

8) Sikatlah lidah dan langit-langit dengan gerakan maju mundur dan

berulang- ulang.

9) Janganlah menyikat terlalu keras terutama pada pertemuan gigi dengan

gusi, karena akan menyebabkan email gigi rusak dan gigi terasa ngilu.

10) Setelah menyikat gigi, berkumurlah 1 kali saja agar sisa fluor masih ada di

gigi.

11) Sikat gigi dibersihkan dengan air dan disimpan tegak dengan kepala sikat

di atas.

12) Waktu menyikat gigi sebaiknya setiap setelah makan kita menyikat gigi,

tapi hal ini tentu saja agak merepotkan. Hal yang terpenting dalam

memilih waktu menyikat gigi adalah pagi hari sesudah makan dan malam

hari sebelum tidur. (26)

2.4 Akibat Tidak Memelihara Kebersihan Gigi dan Mulut

Beberapa penyakit gigi dan mulut yang biasa terjadi bila mengabaikan

kebersihan gigi dan mulut :

1) Bau Mulut atau halitosis

Halitosis merupakan istilah untuk mendefinisikan bau tidak sedap

dari pernafasan. Bau yang tidak sedap diakibatkan oleh bebasnya Volatile

Sulfur Compound (VSCs) yang disebabkan oleh aktifitas pembusukan dari


12

mikroorganisme gram negatif. Penyebab halitosis biasanya karena

kebersihan mulut yang buruk, karies yang dalam, penyakit periodontal,

infeksi rongga mulut, mulut kering, mengonsumsi rokok, ulserasi mukosa,

perikoronitis, sisa makanan dalam mulut serta tongue coating. (27)

2) Karang gigi atau kalkulus

Karang gigi adalah suatu endapan keras yang terletak pada

permukaan gigi berwarna mulai dari kuning-kekuningan, kecoklat-

coklatan, sampai dengan kehitam-hitaman dan mempunyai permukaan

kasar. Kalkulus dapat menyebabkan terjadinya penyakit gingivitis kronis,

gambaran klinis terjadinya gingivitis kronis yaitu terjadinya kemerahan

pada gingiva, edema, pendarahan pada saat probing, pembesaran gingiva

dan gingiva yang lunak. (28)

3) Gingivitis atau radang gusi

Gingivitis merupakan salah satu jenis penyakit in- flamasi yang

terbatas pada gingiva tanpa kerusakan lebih lanjut pada jaringan

pendukung gigi. Gingivitis adalah penyakit mulut yang paling sering

terjadi setelah ka- ries gigi yang prevalensi lebih dari 75% populasi dunia.
(29)

Inflamasi gingiva tidak selalu disebabkan oleh pe- numpukan plak

pada permukaan gigi, tetapi dapat juga disebabkan faktor non-plak dan

seringkali menunjuk- kan gambaran klinis yang khas. Faktor-faktor non-

plak tersebut antara lain infeksi bakteri, jamur, virus, lesi genetik, dan

beberapa kelainan mukokutan yang ber- manifestasi sebagai inflamasi


13

gingiva. Selain itu con- toh lain dari gingivitis yang diinduksi non-plak,

yaitu lesi alergi dan traumatis. (29)

4) Karies gigi

Karies gigi adalah sebuah penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan

keras gigi. Penyakit infeksi yang merusak struktur jaringan keras gigi.

Penyakit ini ditandai dengan gigi berlubang. Lubang gigi disebabkan oleh

beberapa tipe dari bakteri penghasil asam yang dapat merusak karena

reaksi fermentasi karbohidrat termasuk sukrosa, fruktosa dan glukosa.

Adapun faktor-faktor yang dapat menyebabkan terjadinya karies gigi

adalah :

(1) Host (Tuan Rumah)

Ada bebera pahal yang dihubungkan dengan gigi sebagai tuan

rumah terhadap karies gigi (ukuran dan bentuk gigi), struktur enamel

(email), dan saliva. Kawasan-kawasan yang mudah diserang karies

adalah pit dan fissure pada permukaan oklusal molar dan premolar.

Permukaan gigi yang kasar juga dapat menyebabkan plak yang mudah

melekat dan membantu perkembangan karies gigi.

(2) Agen atau mikroorganisme

Plak gigi merupakan deposit lunak yang melekat erat pada

permukaan gigi, terdiri atas mikroorganisme yang berkembang biak

dalam suatu matrik interseluler jika seseorang melalaikan kebersihan

gigi dan mulutnya. Plak gigi tidak dapat dibersihkan hanya dengan

cara berkumur ataupun semprotan air dan hanya dapat dibersihkan


14

secara sempurna dengan cara mekanis. Bakteri yang terdapat di dalam

plak memegang peranan penting dalam terjadinya kerusakan gigi.

Bakteri penyebab utama terjadinya karies adalah bakteri Streptococcus

Mutans karena mempunyai sifat asidogenik dan asidurik.

(3) Substrat (Diet)

Orang yang banyak mengkonsumsi karbohidrat terutama sukrosa

cenderung mengalami kerusakan gigi.Karbohidrat mampu

menyediakan substrat untuk pembuatan asam bagi bakteri. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa karbohidrat pada makanan dan

minuman akan menurunkan pH plak dengan cepat sampai pada level

yang menyebabkan demineralisasi email.

(4) Waktu

Secara umum, karies dianggap sebagai penyakit kronis pada

manusia yang berkembang dalam waktu beberapa bulan atau tahun.

Adanya kemampuan saliva untuk mendepositkan kembali mineral

selama berlangsungnya proses karies, menandakan bahwa proses

karies tersebut terdiri atas perusakan dan perbaikan yang silih berganti.

Frekuensi yang terkena kariogenik (asam) akan mempegaruhi

pembangunan karies. Setelah makan atau makanan ringan, bakteri di

mulut mengubah memetabolisme gula, menghasilkan asam- produk

yang menurunkan pH. Sesuai dengan perjalanan waktu pH kembali

normal karena kapasitas buffering dari air liur dan kandungan mineral

terlarut dari permukaan gigi. Setiap paparan lingkungan asam, bagian


15

dari kandungan mineral anorganik pada permukaan gigi larut dan

dapat tetap terlarut selama dua jam. Sejak gigi rentan selama periode

asam, perkembangan karies gigi sangat bergantung pada frekuensi

paparan asam. (30) (31) (32)

2.5 Pengetahuan Anak Terhadap Kebersihan Gigi dan Mulut

Pengetahuan merupakan domain yang sangat penting untuk

membentuk perilaku seseorang. Menurut Ignatia dkk, perilaku kebersihan gigi dan

mulut dipengaruhi salah satunya adalah pengetahuan tentang pentingnya menjaga

kebersihan gigi dan mulut. Menjaga kebersihan gigi dan mulut pada usia

sekolah merupakan salah satu cara dalam meningkatkan kesehatan sejak dini. (33)

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh pengalaman. Pengalaman seseorang

dapat diperoleh saat melakukan proses dalam kehidupannya. Seperti menghadiri

suatu acara penyuluhan, seminar kesehatan dan lain sebagainya. Karena dari

beberapa kegiatan tersebut terdapat informasi yang dapat diperoleh. (34)

Pengetahuan kebersihan pada gigi dan mulut sebaiknya diberikan sejak

usia dini, karena pada usia dini anak mulai mengerti akan pentingnya kesehatan

serta larangan yang harus dijauhi atau kebiasaan yang dapat memengaruhi

keadaan giginya. Pemberian pengetahuan kesehatan gigi dan mulut sebaiknya

diberikan pada anak usia sekolah. Sekolah Dasar (SD) merupakan suatu kelompok

yang sangat strategis untuk penanggulangan kesehatan gigi dan mulut. (35)

Anak sekolah dasar memiliki pengetahuan yang cukup baik tentang

kesehatan gigi dan mulut. Hal ini sejalan dengan penelitian Tumanggor et al. yang

menyatakan pengetahuan yang cukup pada anak sekolah dasar. Menurut


16

Notoatmodjo, tingkat pengetahuan dapat dibagi menjadi tahu,memahami, aplikasi,

analisis, sintesis, dan evaluasi. Anak sekolah dasar sudah tahu dan memahami

hanya saja aplikasi dalam kegiatan sehari-hari yang kurang tepat saat dilakukan.
(34)

Menurut Potter & Perry dalam Iswandani, kebersihan gigi permanen yang

tumbuh pada anak usia sekolah dasar harus diperhatikan karena peralihan dari gigi

susu menjadi gigi permanen memiliki resiko tinggi untuk terkena karies. Anak-

anak usia sekolah dasar (9-12 tahun) yang telah memiliki gigi permanen belum

terbiasa menyikat gigi dengan baik dan benar namun mereka telah memiliki

pemahaman yang baik akan pentingnya menjaga kebersihan gigi dan mulut.

Mengingat masih tingginya angka penyakit gigi dan mulut di Indonesia, terutama

angka karies gigi dan juga sering sakit gigi yang secara tidak langsung

berhubungan erat dengan perilaku dalam perawatan gigi dan mulut. Keadaan

kebersihan gigi dan mulut anak lebih buruk dikarenakan anak lebih banyak makan

makanan dan minuman yang menyebabkan karies dibanding orang dewasa. Anak-

anak umumnya senang makan gula-gula dan apabila anak terlalu sering makan

gula-gula dan jarang membersihkannya, maka gigi-giginya banyak yang

mengalami karies. Selain itu juga tingkat kesadaran untuk memelihara kesehatan

gigi dan mulut oleh anak-anak sendiri juga masih tergolong rendah, yang mana

hal ini juga dipengaruhi oleh rendahnya pengetahuan tentang kesehatan gigi dan

mulut itu sendiri. (35) (36)

2.6 Anak Sekolah Dasar

Setiap individu yang hidup pasti mengalami proses pertumbuhan dan


17

perkembangan. Proses pertumbuhan dan perkembangan individu ini dimulai pada

masa pranetal sampai individu tersebut mengalami kematian. Pertumbuhan dan

perkembangan individu terdiri dari aspek fisik maupun aspek non fisik. Aspek

fisik merupakan pertumbuhan dan perkembangan yang dilihat dari berat badan,

tinggi badan dan motorik individu sedangkan aspek non fisik dilihat dari

kemampuan bahasa, sosio-emosional dan kognitif. Setiap individu akan

mengalami perkembangan yang berbeda- beda. Seorang individu akan ada yang

mengalami perkembangan yang cepat dan bahkan juga ada yang mengalami

perkembangan yang lambat. Perbedaan perkembangan tersebut terjadi

dikarenakan beberapa faktor seperti faktor genitika, makanan, usia dan

lingkungan. (37)

Anak usia SD (6-12 tahun) disebut sebagai masa anak-anak (midle

childhood). Pada masa inilah disebut sebagai usia matang bagi anak-anak untuk

belajar. Hal ini dikarenakan anak- anak menginginkan untuk menguasai

kecakapan-kecakapan baru yang diberikan oleh guru di sekolah, bahwa salah satu

tanda permulaan periode bersekolah ini ialah sikap anak terhadap keluarga tidak

lagi egosentris melainkan objektif dan empiris terhadap dunia luar. Jadi dapat

disimpulkan bahwa telah ada sikap intelektualitas sehingga mas ini disebut

periode intelektual. Hal ini sejalan dengan pendapat bahwa masa usia sekolah ini

sering disebut sebagai masa intelektual atau masa keserasian sekolah. Pada masa

ini secara relatif anak-anak mudah untuk dididik daripada masa sebelumnya dan

sesudahnya. (38)

Perkembangan berkaitan dengan kepribadian yang terintegrasi. Anak


18

sekolah dasar yang berusia diantara 6-11 tahun berada pada fase kanak-kanak

tengah. Fase kanak- kanak tengah, anak memiliki kemampuan dasar berhitung,

menulis, serta membaca. Fase perkembangan anak SD dapat dilihat dari beberapa

aspek utama kepribadian individu anak, yaitu aspek 1) fisik-motorik, 2) kognisi,

3) sosio-emosional, 4) bahasa, dan 5) moral keagamaan. (39)

Fase perkembangan anak dijelaskan sebagai berikut:

2.6.1 Fisik motorik

Perkembangan fisik menurut Kuhlen dan Thompos dalam Syamsul

Yusuf LN, mengemukakan bahwa perkembangan fisik individu meliputi

empat aspek yaitu system syaraf, otot-otot, kelenjar endokrin dan struktur

fisik/tubuh. Bagi anak-anak usia sekolah dan remaja, pertumbuhan dan

perkembngan fisik yang optimal sangat penting, sebab pertumbuhan dan

perkembangan fisik secara langsung atau tidak langsung akan

mempengaruhi perilakunya sehari-hari. Secara langsung pertumbuhan fisik

anak akan menentukan keterampilan anak dalam bergerak. Sedangkan

secara tidak langsung, pertumbuhan dan perkembangan fisik akan

mempengaruhi cara anak memandang dirinya sendiri dan orang lain. Ini

akan terlihat dari pola penyesuaian diri anak secara umum ketika berada di

lingkungan sekirar mereka. (40)

Perkembangan motorik anak usia sekolah dasar. Pada usia sekolah,

perkembangan mootorik anak lebih halus, lebih sempurna, dan terkoordinasi

dengan baik, seiring dengan bertambahnya berat dan kekuatan badan anak.
19

Anak-anak terlihat sudah mampu mengontrol dan mengoordinasikan gerak

anggota tubuhnya seperti menggerakan tangan dan kaki dengan baik. Otot-

otot tangan dan kakinya sudah mulai kuat, sehingga berbagai aktivitas fisik

seperti menendang, melompat, melempar, menangkap dan berlari dapat

dilakukan secara lebih akurat dan cepat. Disamping itu, anak juga semakin

mampu menjaga keseimbangan badannya. Penguasaan badan seperti

membongkok melakukan bermacam-macam latihan senam serta aktivitas

olahrag berkembang pesat. Mereka juga mulai memperlihatkan gerakan-

gerakan yang kompleks, rumit dan cepat diperlukan menghasilkan karya

kerajinan yang bermutu bagus atau memainkan instrument music tertentu.


(40)

2.6.2 Kognisi

Kognitif, dalam literatur lain disebut dengan kognisi, juga diartikan

sebagai suatu proses pengenalan terhadap segala sesua- tu yang berasal

dari lingkungan individu dan menjadikannya bagian tak terpisahkan dari

keseluruhan perilaku individu dalam proses kehidupannya. Kemampuan

kognitif yang diwujudkan dengan perilaku kognitif. Perilaku kognitif

tertuang dalam proses bagaimana individu mengenal lingkungannya lalu

menjadikannya sebagai perbendaharaan psikis yang diperlukan dalam

mengkon- disikan hidup yang bermakna dan efektif. (41)

Pada fase anak usia dasar, perkembangan kognitif anak memiliki

tingkatan yang berbeda- beda dimulai dari usia 7-12 tahun ke atas. Pada

fase ini, perkembangan kognitif anak berada dalam dua fase yaitu pertama
20

fase operasional konkret adalah fase ketika usia anak antara 7 sampai 11

tahun dan kedua fase operasional formal adalah fase ketika usia anak

antara 11 sampai 12 tahun ke atas. Perkembangan kognitif setiap individu

berbeda-beda, ada yang cepat dan ada juga yang lambat. Perbedaan

tersebut dapat terjadi karena dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya yaitu

asupan gizi. Sebuah penelitian menunjukan bahwa anak kekurangan gizi

(malnutrisi) memiliki IQ dengan rata-rata nilai 22,6 poin lebih rendah

dibandingkan anak berstatus gizi baik. Selain dari faktor gizi,

perkembangan kognitif juga dipengaruhi oleh faktor genetika, pendidikan

dan lingkungan. (42)

Perkembangan kognitif merupakan salah satu aspek terpenting

untuk menjadi pedoman dalam proses pendidikan. Ranah kognitif adalah

ranah yang berkaitan dengan tujuan belajar yang berorientasi pada

kemampuan berpikir yang dalam pendidikan dikenal dengan istilah

Keterampilan berpikir Talksonomi Bloom ranah kognitif. Terdapat 6 level

dalam Talksonomi Bloom ranah kognitif yaitu mengingat (remember),

memahami (understand), menerapkan (apply), menganalisis (analyze),

menilai/mengevaluasi (evaluate), dan menciptakan (create). Keenam level

ini merupakan hasil revisi yang dilakukan oleh Anderson dan Kratwohl

dari versi sebelumnya yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis,

sintesis, evaluasi. (42) (43)

2.6.3 Sosial-ekonomi
21

Status sosial ekonomi adalah suatu tingkatan yang dimiki oleh

seseorang yang didasarkan pada kemampuan dalam memenuhi kebutuhan

hidup sehari-hari dari penghasilan yang diperoleh sehingga mempunyai

peranan pada status sosial seseorang dalam struktur masyarakat.

Penghasilan atau pekerjaan tertentu juga dapat menentukan tinggi

rendahnya status seseorang. Secara sederhana, status sosial ekonomi

adalah status seseorang dalam masyarakat dilihat dari segi pendapatan,

kekayaan, dan jabatan. Status sosial ekonomi dikonseptualisasikan sebagai

ukuran komposit yang menggabungkan ekonomi seperti keuangan dan

kekayaan, manusia seperti pendidikan dan pelatihan, sosial seperti

keluarga dan hubungan masyarakat, sumber daya dan perlindungan yaitu

modal yang dimana individu atau komunitas memiliki akses untuk

bertahan hidup. (44)

Berdasarkan paparan diatas maka dapat dikatakan bahwa Status

sosial ekonomi adalah tingkatan atau kedudukan seseorang yang

didasarkan pada kemampuan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-

hari dari penghasilan yang di dapat selain itu dapat didasarkan pada tinggi

rendahnya tingkat pencapaian yang dimiliki seseorang berdasarkan

kedudukan yang dipegangnya dalam suatu masyarakat. Kriteria

Penggolongan Status Sosial Ekonomi, ada beberapa hal yang menjadi

dasar pelapisan di masyarakat. seseorang bisa memiliki beberapa dasar

yang menyebabkan kedudukannya semakin tinggi di masyarakat. Status

sosial ekonomi merupakan kelompok dalam sistem sosial ekonomi


22

bertingkat dimana ada beberapa nilai kemasyarakat misalnya, pekerjaan,

pendidikan, sumber daya ekonomi, kekuasaan, dan informasi. (44)

2.6.4 Sosio-emosional

Perkembangan sosial merupakan proses pencapaian kematangan

dalam hubungan sosial dan pembelajaran agar dapat menyesuaikan diri

dengan norma-norma yang berlaku pada kelompok tradisi dan moral. Pada

dasarnya, perkembangan sosial pada anak usia SD ditandai dengan

perluasan hubungan atau interaksi pada kegiatan pembelajaran di kelas

maupun saat bermain di luar kelas. Selain dengan keluarga, anak juga

mulai dapat menjalin ikatan baru dengan teman sebaya. (45)

American Academy of Pediatrics menyatakan bahwa

perkembangan emosi mengacu pada kemampuan anak untuk memiliki

pengetahuan dalam mengelola dan mengekspresikan emosi dengan baik

seperti ungkapan emosi positif maupun emosi negatif, anak mampu

menjalin hubungan dengan anak- anak lain dan orang dewasa. (46)

Perkembangan emosi sangat berkaitan erat dengan perkembangan

sosial anak. Jika anak telah dapat berhubungan dan memiliki emosi postif

dengan orang lain maka anak akan lebih mudah untuk berinteraksi sosial

dengan orang lain. Oleh karena itu perkembangan emosi dan sosial sering

disebut sebagai perkembangan sosial-emosi. (47)

2.6.5 Bahasa

Kata perkembangan sangat sering dibandingkan dengan kata

pertumbuhan dan kematangan, ketiganya memiliki hubungan yang erat.


23

Pertumbuhan dan perkembangan pada dasarnya merupakan perubahan

menuju pada tahapan yang lebih baik, pertumbuhan lebih banyak berkenan

dengan aspek jasmani (fisik), menunjukkan perubahan secara kuantitas,

seperti penmbahan dalam ukuran besar ataupun tinggi. Sedangkan

perkembangan kaitannya dengan aspek psikis (rohani), berkenaan dengan

kualitas, yaitu peningkatan dan penyampurnaan fungsional. (48)

Chaplin didalam kamus psikologi menjabarkan bahwa

perkembangan sebagai perubahan yang terjadi pada organisme dari lahir

sampai mati, adanya perubahan dan pertumbuhan integritas jasmani

kedalam fungsi sehingga munculnya kedewasaan. Manusia merupakan

makhluk sosial yang memerlukan bahasa untuk berinteraksi dengan

lingkungannya, seperi anak sekolah tingkatan dasar yang terus

mengembangkan bahasa setiap harinya, dimulai dari satu kalimat hingga

seterusnya. Untuk itu sangat perlu ditelusuri apa saja perkembangan

bahasa yang dialami oleh peserta didik, tentunya seorang guru sangat perlu

mengetahui bagaimana perkembangan bahasa setiap peserta didiknya,

aspek bahasa yang berkembang di sekolah dasar yaitu seperti penggunaan

bahasa pada anak serta narasi percakapan yang dikeluarkan anak. Bahasa

sendiri mempunyai variasi bentuk makna yang muncul karena proses

interaksi sosial dari para pelaku bahasa yang beragam, karena bahasa

sendiri merupakan salah satu alat bantu untuk berinteraksi dengan manusia

lainnya. Semua gagasan, ide, pendapat maupun maksud pelaku bahasa

disampaikan melalui bahasa. (48)


24

2.6.6 Moral dan agama

Menurut Syaodih menyatakan bahwa perkembangan nilai-nilai

agama dan moral anak usia dini antara lain: anak besikap imitasi

(imitation) yakni mulai menirukan sikap, cara pandang serta tingkah laku

orang lain, anak bersikap inernalisasi yakni anak sudah mulai bergaul

dengan lingkungan sosialnya dan mulai terpengaruh dengan keadaan di

lingkungan tersebut, anak bersikap introvert dan ekstrovert yakni reaksi

yang ditunjukkan anak berdasarkan pengalaman. Menurut John Dewey,

tahapan perkembangan moral sesorang berada pada fase pra konvensional

yang memiliki karakteristik sikap dan perilaku anak dilandasi oleh implus

biologis dan social. Perkembangan moral dan agama anak usia 5–6 tahun

adalah suatu kemampuan untuk berinteraksi dengan tingkah laku yang

baik sesuai dengan norma-norma, sehingga menimbulkan perilaku yang

baik dan buruk. (49)

2.7 Permainan Edukasi

Kata game berasal dari Bahasa Inggris yang berarti permainan. Permainan

adalah sesuatu yang dapat dimainkan dengan aturan tertentu sehingga ada menang

dan ada kalah. Permainan adalah salah satu jenis kegiatan bermain dimana

pemainnya berusaha meraih tujuan dari permainan tersebut dengan melakukan

aksi sesuai dengan aturan pada permainan. Game edukasi merupakan permainan

yang dirancang atau dibuat untuk merangsang daya pikir termasuk meningkatkan

konsentrasi dan memecahkan masalah. Game edukasi menjadi salah satu jenis

media yang digunakan untuk memberikan pengajaran, menambah pengetahuan


25

penggunanya melalui suatu media unik dan menarik. Target pengguna untuk

aplikasi ini biasanya anak-anak. Oleh karena itu tantangan dan kesesuaian antara

materi dengan kemampuan anak menjadi faktor yang sangat penting dalam

merancangan sebuah permainan edukasi. Menurut Hurd & Jenuings, perancangan

game edukasi yang baik harus memenuhi beberapa kriteria berikut ini :

1) Nilai Keseluruhan (Overall Value)

2) Dapat Digunakan (Usability)

3) Keakuratan (Accuracy)

4) Kesesuaian (Appropriateness)

5) Relevan (Relevance)

6) Objektifitas (Objectives)

7) Umpan Balik (Feedback) (50)

Game sering kali dikatakan dapat memberikan pengaruh negatif terhadap

anak. Faktanya, game mempunyai fungsi dan manfaat positif bagi anak, di

antaranya, anak mengenal teknologi komputer, pelajaran untuk mengikuti

pengarahan dan aturan, latihan memecahkan masalah dan logika, melatih saraf

motorik dan keterampilan spasial, menjalin komunikasi anak-orangtua saat

bermain bersama, serta memberikan hiburan. Bahkan, bagi pasien tertentu,

permainan game dapat digunakan sebagai terapi penyembuhan. Edukasi adalah

mengamati dan belajar yang kemudian melahirkan tindakan dan prilaku. Edukasi

sebenarnya tidak jauh berbeda dari belajar yang dikembangkan oleh aliran

behaviorisme dalam psikologi. Hanya istilah ini sering dimaknai dan

diinterpretasikan berbeda dari learning yang bermakna belajar. Dan istilah ini
26

seringkali digunakan dalam pendekatan pendidikan yang tentu maknanya lebih

dari sekedar belajar. Secara umum anak usia dini merupakan anak yang berada

pada usia 0-6 tahun. Usia dini merupakan usia yang sangat penting bagi

perkembangan anak sehingga disebut Golden Age. Anak usia dini sedang dalam

tahap pertumbuhan dan perkembangan yang paling pesat, baik fisik maupun

mental. Anak usia dini belajar dengan caranya sendiri. Bila ditinjau dari hakikat

anak usia dini, maka anak memiliki dua aspek perkembangan yaitu biologis dan

psikologis. (51)

Game edukasi digital tidak untuk dibedakan dan dibandingkan dengan game

tradisional, namun dianggap sebagai kegiatan pedagogis yang memungkinkan

anak-anak berinteraksi dan memahami dunia mereka melalui lingkungan digital.

Sehingga, bersifat multisensor dan berpusat pada pembelajaran, menghubungkan

pengetahuan sebelumnya, umpan balik, penilaian diri dan pembelajaran sosial.

Game ini dapat digunakan untuk menerapkan pengetahuan faktual dan

mendapatkan pengalaman virtual, sehingga dapat membentuk perilaku, memori,

refleksi dan pemahaman karena hasil kombinasi antara pembelajaran dan game.

Sifat yang immersive dalam game dapat digunakan untuk membuat pengalaman

pengguna sebagai aktor di dalam game. Melalui cara ini anak-anak belajar cara

bermain, tampil, mengekspresikan diri, dan berkolaborasi, sehingga paling bisa

digunakan untuk menumbuhkan minat belajar dan motivasi. Game edukasi digital

dapat digunakan sebagai alat yang efektif dalam pembelajaran karena

menciptakan motivasi dan kepuasan pribadi, mengakomodasi berbgai macam

gaya dan keterampilan belajar, memberikan konteks interaktif dalam memecahkan


27

masalah dan mengedepankan tindakan nyata daripada hanya penjelasan. (52)

Allah SWT memerintahkan Rasulullah SAW untuk meminta kepada-Nya agar

ditambahkan ilmu. Allah swt berfirman yang artinya:  

 ‫َوقُ ْل َر ِّب ِز ْدنِي ِع ْل ًما‬

Artinya: “Dan katakanlah wahai Muhammad: Tuhanku, tambahkanlah

kepadaku ilmu.” (QS Thaha ayat 114). 

Dalam ayat Al-Qur’an QS Thaha ayat 114, peneliti menyimpulkan bahwa

ilmu merupakan hal yang sangat penting bagi kehidupan setiap manusia. Dengan

adanya ilmu dapat menambah pengetahuan khususnya mengenai kesehatan gigi

dan mulut bagi setiap manusia.

2.8 Macam-macam Puzzle

1) Puzzle Konstruksi

Puzzle rakitan (contruction puzzle) merupakan kumpulan

potongan-potongan yang terpisah, yang dapat digabungkan kembali

menjadi beberapa model. Mainan rakitan yang paling umum adalah balok-

balok kayu sederhana berwarna-warni. Mainan rakitan ini sesuai sesuai

untuk anak-anak yang suka bekerja dengan tangan, suka memecahkan

masalah dan suka berimajinasi.

2) Puzzle Batang (Stick)

Puzzle batang merupakan permainan teka-teki matematika

sederhana namun memerlukan pemikiran kritis dan penalaran yang baik

untuk menyelesaikan. Puzzle batang ada yang dimainkan dengan cara


28

membuat bentuk sesuai yang kita inginkan ataupun menyusun gambar

yang terdapat pada batang puzzle.

3) Puzzle Lantai

Puzzle lantai adalah puzzle yang terbuat dari karet atau busa

sehingga baik untuk alas bermain anak dibandingkan harus bermain diatas

keramik. Puzzle lantai memiliki desain yang sangan menarik dan tersedia

banyak pilihan warna yang cemerlang, juga dapat merangsang kreativitas

dan melatih kemampuan berpikir anak. Puzzle lantai sangat mudah dan

tahan lama.

4) Puzzle Angka

Mainan ini bermanfaat untuk mengenalkan angka. Selain itu anak

dapat melatih kemampuan berfikir logisnya dengan menyusun angka

sesuai urutannya. Selain itu, puzzle angka bermanfaat untuk melatih

koordinasi mata dan tangan, melatih motorik halus, serta menstimulus

kerja otak.

5) Puzzle Transportasi

Puzzle transportasi merupakan permainan bongkar pasang yang

memiliki gambar berbagai macam kendaraan darat, laut, dan udara.

Fungsinya selain untuk melatih motorik anak, juga untuk stimulasi otak

kanan dan otak kiri. Anak akan lebih mengetahui macam-macam

kendaraan. Selain itu anak akan lebih kreatif, imajinatif, dan cerdas.
29

6) Puzzle Logika

Puzzle logika merupakan puzzle gambar yang dapat

mengembangkan keterampilan serta anak akan berlatih memecahkan

masalah. Puzzle ini dimainkan dengan cara menyusun kepingan puzzle

hingga membentuk suatu gambar yang utuh.

7) Puzzle Geometri

Puzzle geometri merupakan puzzle yang dapat mengembangkan

keterampilan mengenal bentuk geometri (segitiga, lingkaran, persegi

panjang, dan lain sebagainya), selain itu anak akan dilatih untuk

mencocokkan kepingan puzzle geometri sesuai dengan papan puzzle

tersebut.

8) Puzzle Penjumlahan dan Pengurangan

Puzzle penjumlahan dan pengurangan merupakan puzzle yang

dapat mengembangkan kemampuan logika matematika anak. Dengan

puzzle penjumlahan dan pengurangan anak memasangkan potongan puzzle

sesuai pada gambar pasangannya. Selain itu anak dapat mempelajari

penjumlahan dan pengurangan melalui media puzzle. (52)

Sedangkan menurut Ratnasari, beragam jenis puzzle antara lain :

1) Spelling Puzzle

Yaitu puzzle yang terdiri dari gambar dan huruf-huruf acak untuk

menjadi kosa kata yang benar.


30

2) Jigsaw Puzzle

Yaitu puzzle yang berupa pertanyaan untuk dijawab, kemudian dari

jawaban itu diambil huruf-huruf pertama untuk dirangkai menjadi kata

yang merupakan jawaban dari pertanyaan terakhir.

3) The Think Puzzle

Yaitu puzzle yang merupakan deskripsi kalimat-kalimat yang

berhubungan dengan gambar-gambar untuk dipasangkan.

4) The Letter (s) Readness Puzzle

Yaitu puzzle yang berupa gambar-gambar yang disertai dengan

huruf-huruf nama gambar, tetapi huruf itu belum lengkap.

5) Crossword Puzzle

Yaitu yang berupa pertanyaan-pertanyaan dengan cara

memasukkan kedalam kotak-kotak yang tersedia baik secara vertikal

maupun horizontal. (52)

Gambar 1. Crossword Puzzle


31

Gambar 2. Tampilan Pop-Up Crossword Puzzle

2.9 Puzzle sebagai Media Edukasi

Gambar 3. Tampilan Awal Aplikasi Board Game POD


Kata media berasal dari bahasa latin Medius, dan merupakan bentuk jamak

dari kata Medium yang secara harfiah berarti perantara atau pembawa pesan dari

pengirim pesan. Secara lebih luas, pengertian media dalam proses pembelajaran

cendrung diartikan sebagai alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk

menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal

sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan minat serta perhatian

siswa dalam proses pembelajaran. (53)

Puzzle adalah suatu gambar yang dubagi menjadi potongan-potongan

gambar yang bertujuan untuk mengasah daya fikir, melatih kesabaran dan

membiasakan kemampuan berbagi. Selain itu, media puzzle juga dapat disebut

permainan edukasi karena tidak hanya untuk bermain tetapi juga mengasah otak
32

dan melatih antara kecepatan pikiran dan tangan. Oleh karena itu, media puzzle

diharapkan dapat membantu dan meningkatkan memahami huruf yang diajarkan.


(53)

Gambar 4. Puzzle Aplikasi Board Game

Media puzzle adalah media permainan anak yang menarik dan

menyenangkan sebagai media pembelajaran disekolah, karena media puzzle

adalah salah satu bentuk permainan yang edukatif. Dalam permainan puzzle

membutuhkan ketelitian dan ketepatan, dan anak akan dilatih untuk memusatkan

pikiran, harus berkonsentrasi saat menyusun kepingan puzzle. (53)

Hasil penelitian tentang pembelajaran edukatif dengan media puzzle untuk

mengembangkan kemampuan kognitif anak. Acuan pembelajaran yang digunakan

guru dalam menyusun perencanaan pembelajaran adalah Peraturan Menteri

Nomor. 58 Tahun 2009, RKM (Rencana Kegiatan Mingguan), RKB (Rencana

Kegiatan Belajar), kumpulan indikator standar minimal Peraturan Menteri Nomor.

58 Tahun 2009 yang dibuat dari Diknas, hasil raker (rapat kerja) yang dibuat oleh

guru dan kepala sekolah yang membahas tentang pemecahan tema selama satu

semester. Acuan itu digunakan untuk memudahkan penyusunan perencanaan

pembelajaran sehingga menunjang ketercapaian program yang optimal dengan


33

langkah-langkah pertama-tama adalah melihat acuan tersebut. Adapun

perencanaan pembelajaran yang dipersiapkan oleh guru meliputi mempersiapkan

RKB, mempersiapkan ruang kelas, mempersiapkan media yang akan digunaka

serta penilaian hasil belajar anak. (53)

Penggunaan media untuk melaksanakan pembelajaran dapat mendukung

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran pun tercapai. Kreativitas guru sangat

diperlukan dalam mengembangkan media yang digunakan dalam pembelajaran.

Berbagai barang bekas telah berhasil didaur ulang oleh guru menjadi alat

permainan yang menarik. Misalnya kardus berhasil dimanfaatkan dan didaur

ulang menjadi permainan puzzle. Anak-anak terlihat antusias apabila guru

menggunakan media pembelajaran yang menarik. (54)

Bahwa pembelajaran dengan permainan edukatif dengan media puzzel

dapat meningkatkan hasil belajar kognitif, melalui kegiatan bermain anak diajak

untuk mengenal dan belajar mengenai benda-benda disekitarnya dengan senang,

sukarela dan imajinatif serta dengan mengunakan perasaannya, tangannya atau

seluruh tubuhnya. Dengan demikian, pada saat pembelajaran siswa tidak hanya

mendengarkan penjelasan guru tetapi juga melakukan kegiatan dengan bermain

sehingga memudahkan anak mengerti dan memahami secara langsung konsep

baru yang dipelajarinya. (55)

Potensi tersebut dapat dilihat dari kegiatan bermain sambil belajar, seperti

pendapat bahwa belajar sambil bermain telah memberikan kesempatan bagi anak

untuk bereksplorasi, menemukan, mengekspresikan perasaan, berkreasi dan

belajar secara menyenangkan. Selain itu, anak usia prasekolah merupakan suatu
34

fase yang sangat penting dan berharga dan merupakan masa pembentukan dalam

periode kehidupan manusia (a noble and malleable phase of human life) oleh

karenanya masa anak sering dipandang sebagai masa emas (golden age). (56)

ْ َ‫صا َر َوااْل َ ْفـِٕ َدةَ ۙ لَ َعلَّ ُك ْم ت‬


  َ‫ش ُك ُر ْون‬ َ ‫س ْم َع َوااْل َ ْب‬ َ َ‫َوهّٰللا ُ اَ ْخ َر َج ُك ْم ِّم ۢنْ بُطُ ْو ِن اُ َّم ٰهتِ ُك ْم اَل تَ ْعلَ ُم ْون‬
َّ ‫ش ْيـ ًۙٔا َّو َج َع َل لَ ُك ُم ال‬

Artinya: “Dan Allah SWT mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam

keadaan tidak mengetahui sesuatu pun dan dia memberi kamu pendengaran,

penglihatan dan hati agar kamu bersyukur.” (QS An-Nahl ayat 78).

Dalam ayat Al-Qur’an QS An-Nahl ayat 78, peneliti menyimpulkan bahwa

Allah SWT memberikan fasilitas yang sangat luar biasa bagi manusia yakni

berupa pendengaran, penglihatan dan hati. Selain itu, manusia lahir tidak

membawa dan mengetahui sesuatu apapun. Berkaitan dengan penelitian ini,

bahwasanya dengan adanya media edukasi berupa aplikasi board game

merupakan suatu usaha yang jelas dalam memberikan pengetahuan khususnya

dalam kesehatan gigi dan mulut.

ِ ‫س َأنفَ ُع ُهم لِلنَّا‬


‫س‬ ِ ‫َخ ْي ُر النا‬

Artinya: “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi orang

lain.” (Hadits Riwayat ath-Thabrani).

Makna Hadits diatas yaitu sebagai makhluk ciptaan Allah SWT, manusia

dianjurkan untuk senantiasa menebar kebaikan dan manfaat serta saling

membantu baik secara ilmu ataupun pengetahuan.


35

Dengan menggunakan media puzzle kemampuan kognitif anak akan

tercapai misalnya mengklasifikasikan benda berdasarkan warna atau bentuk atau

ukuran , mengklasifikasikan benda ke dalam kelompok yang sama atau kelompok

yang sejenis atau kelompok yang berpasangan dengan 2 variasi dan kemampuan

berpikir untuk memecahkan permasalahan yang sederhana. (57)

2.9.1 Kelebihan media puzzle antara lain :

1) Kognitif, melatih kemampuan mengetahui dan mengingat.

2) Motorik, melatih kemampuan mengkoordinasikan anggota tubuh seperti

tangan dan kaki.

3) Logika, melatih kemampuan berfikir secara tepat dan teratur.

4) Kreatif dan imajinatif, melatih kemampuan menghasilkan ide sesuai

dengan konteks.

5) Visual, melatihkemampuan menangkap bentuk dan warna objek (58)

2.9.2 Kekurangan media puzzle antara lain :

1) Membutuhkan waktu yang lebih panjang

2) Membutuhkan kreativitas pengajar

3) Kelas menjadi kurang terkendali

4) Media puzzle yang terlalu kompleks sehingga kurang efektif untuk

pembelajaran dalam kelompok besar. (59)

2.9.3 Manfaat media puzzle

1) Mengasah otak
36

Puzzle adalah cara yang bagus untuk mengasah otak siswa, melatih

sel-sel saraf dan memecahkan masalah.

2) Melatih koordinasi mata dan tangan

Puzzle dapat melatih koordinasi tangan dan mata siswa, mereka

harus mencocokkan kepingan-kepingan puzzle dan menyusunnya

menjadi gambar.

3) Melatih nalar

Puzzle dalam bentuk manusia akan melatih nalar mereka. Mereka

akan menyimpulkan dimana letak kepala, tangan, kaki dan lainnya

sesuai logika

4) Melatih kesabaran

Puzzle juga dapat melatih kesabaran siswa dalam menyelesaikan

suatu tantangan.

5) Pengetahuan

Dari puzzle, siswa akan belajar. Misalnya, puzzle tentang warna

dan bentuk maka siswa dapat belajar tentang warna-warna bentuk yang

ada. Pengetahuan yang diperoleh dari cara ini biasanya lebih

mengesankan bagi siswa disbanding dengan pengetahuan yang

dihafalkan. Siswa juga akan belajar konsep dasar, binatang, alam

sekitar, jenis buah, alfabet, dan lain-lain. (60)

2.9.4 Langkah-langkah permainan puzzle


37

1) Memperlihatkan gambar puzzle manipulatif sebagai contoh untuk anak.

2) Melepaskan kepingan puzzle tersebut dari papannya.

3) Menyusun menyusun gambar tersebut sesuai dengan lekuk-lekuk yang

sudah ada di papan dasar.

4) Kemudian mengajak anak untuk mencoba menyusun puzzle.

5) Beri tantangan kepada anak untuk melakukannya sendiri tanpa melihat

contoh yang ada di papan dasar. (60)

BAB III

KERANGKA TEORI, KONSEP DAN METODE PENELITIAN

3.1 Kerangka Teori

Kesehatan Gigi dan Mulut Puzzle sebagai media edukasi

Kebersihan Gigi Dampak Tidak Pengetahuan Macam-Macam Puzzle


dan Mulut Memelihara Anak Terhadap (Crossword puzzle of dentist)
Kebersihan Gigi Kebersihan
dan Mulut Gigi dan Mulut

Anak Sekolah Dasar


38

Fase perkembangan
anak

Kelebihan Kekurangan Manfaat Langkah-Langkah


Media Puzzle Media Puzzle Media Media Puzzle
Puzzle

3.2 Kerangka Konsep

Permainan Edukasi
Board Game POD (Media
Crossword Puzzle of Dentist)

Pengetahuan
Kesehatan Gigi dan
Media Puzzle Mulut
39

Keterangan :

: Variabel Independen

: Variabel Antara

: Variabel Dependen

3.3 Hipotesis Penelitian

3.3.1 Hipotesis Nol (H0)

3.3.1.1 Tidak ada hubungan permainan edukasi (media puzzle) terhadap

Kesehatan Gigi dan Mulut siswa kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar.

3.3.2 Hipotesis Alternatif (Ha)

3.3.2.1 Ada hubungan permainan edukasi (media puzzle) terhadap Kesehatan Gigi

dan Mulut siswa kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar.


40

3.3.2.2 Ada hubungan pengetahuan siswa kelas 3 SDN Mangkura 2 mengenai

kesehatan gigi dan mulut sebelum diberikan edukasi menggunakan

Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle Of Dentist)

3.3.2.3 Ada hubungan pengetahuan siswa kelas 3 SDN Mangkura 2 mengenai

kesehatan gigi dan mulut setelah diberikan edukasi menggunakan Aplikasi

Board Game POD (Media Crossword Puzzle Of Dentist)


41

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian quasi eksprimental yang

dengan tipe pre-test dan post-test group desain. Kuisioner sebagai alat ukur untuk

mengukur kemampuan dan mengukur pengetahuan siswa kelas 3 SDN Mangkura

2 Makassar sebagai penggunaan aplikasi board game POD (media crossword of

dentist).

4.2 Lokasi penelitian dan waktu pengambilan data

4.2.1 Lokasi

Kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar Jalan Boto Lempangan No. 65,

Sawerigading, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.

4.2.2 Waktu

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober sampai selesai.

4.3 Identifikasi Variabel

4.3.1 Variabel Independen : Penggunaan aplikasi board game POD (media

crossword of dentist)

4.3.2 Variabel Dependen : Pengetahuan menggunakan aplikasi board game POD

(media crossword of dentist)

41
42

4.4 Populasi dan sampel

4.4.1 Populasi Penelitian

Populasi adalah semua yang menjadi sumber pengambilan sampel, yang

terdiri atas objek atau subjek yang memiliki kualitas dan karakteristik

tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik

kesimpulan. Jadi populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas 3

SDN. Mangkura 2 Makassar yang terdaftar sebagai siswa aktif pada saat

periode penelitian berlangsung.

4.4.2 Sampel

Sampel adalah objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh

populasi. Sampel yang digunakan yaitu siswa kelas 3 SDN Mangkura 2

Makassar yang terdaftar sebagai siswa aktif pada periode saat penelitian

berlangsung. Yaitu sebanyak 65 siswa/i.

4.4.3 Perkiraan besar sampel

Di tentukan dengan rumus slovin yaitu :

n=

1 + Ne2

65

1 + 65 (0,05)2
43

65

1 + (0,1625)

65

1.1625

= 55,91 ~ 56 orang

Keterangan:

n = Ukuran sampel/jumlah responden

N = Ukuran populasi

e = Persentase kelonggaran ketelitian kesalahan pengambilan sampel yang masih

bisa ditolerir; e= 0,1

Dengan menggunakan dalam bentuk kuesiner sebanyak 15 pernyataan

yang dijawab dengan 2 pilihan Ya dan Tidak

Jumlah Pilihan = 2

Jumlah pernyataan = 15

Skor tertinggi = 2 (pilihan ya)

Skor terendah = 1 (pilihan tidak)

43
44

Jumlah skor tertinggi = skor tertinggi x jumlah pertanyaan

= 2x15 = 30 (30/15 x 100% = 200%)

Jumlah skor terendah = skor terendah x jumlah pertanyaan

= 1x15 = 15 (15/15 x 100% = 100%)

Rumus umum

Interval (I) = Range (R) / Kategori (K)

Range (R) = skor tinggi – skor rendah

= 30 – 15

= 15

Kategori (K) = 2

Interval (I) = R/K

= 15/2

= 7,5

Kriteria penilaian = skor tertinggi – interval

= 30 – 7,5

= 22,5

Baik : >22,5

Cukup : 12,5 – 22,5

Kurang : <12,5

Berdasarkan rumus di atas, maka jumlah sampel yang digunakan dalam

penelitian ini adalah 56 sampel.

44
45

A .Kriteria inklusi

1. Siswa kelas 3 aktif SDN Mangkura 2 Makassar

2. Memiliki smartphone dan dapat menginstal aplikasi board game POD

(media crossword puzzle of dentist)

3. Bersedia mengikuti pre-test, post-test dan pengunaan aplikasi board game

POD

4. Mengisi semua pernyataan pada kuesioner

B. Kriteria Eksklusi

1. Sample tidak menggunakan aplikasi board game POD (media crossword

puzzle of dentist) melainkan menggunakan media poster.

45
46

4.5 Definisi Operasional

4.5.1 Variabel Independen

Skala
No Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Cara mengukur dan alat ukur
Ukur

1. Penggunaan Aplikasi 1) Memperlihatkan Indikator Penilaian : Aplikasi Board Game POD Ordinal

Board Game POD gambar puzzle - Mudah digunakan (Media Crossword Puzzle of

(Media Crossword manipulatif sebagai - Mudah dioperasikan Dentist) yang telah di uji

Puzzle of Dentist) contoh untuk anak. - Fleksibel (aplikasi validasi oleh statistik dengan
2) Melepaskan dapat digunakan menggunakan kuesioer dan uji
kepingan puzzle dimana dan kapan fungsional oleh peneliti dan
tersebut dari saja) pembuat aplikasi dengan

papannya. - Mudah dipahami. (52) menjalankan aplikasi board

3) Menyusun kembali (53) game POD (Media Crossword

gambar tersebut Puzzle of Dentist). (hasil uji


47

sesuai dengan lekuk- terlampir)

lekuk yang sudah

ada di papan dasar.

4) Kemudian mengajak

anak untuk mencoba

menyusun puzzle.

5) Beri tantangan

kepada anak untuk

melakukannya

sendiri tanpa melihat

contoh yang ada di

papan dasar.
48

4.5.2 Variabel Dependen

No Variabel Definisi Operasional Kriteria Objektif Cara Mengukur dan Alat Ukur Skala Ukur

1. Pengetahuan Memberikan edukasi Tingkat pengetahuan Menggunakan dalam bentuk

Penggunaan berupa video mengenai dibagi dalam kategori kuesiner sebanyak 15 pernyataan

Aplikasi Board penggunaan Aplikasi baik, cukup, dan yang dijawab dengan 2 pilihan Ya

Game POD (Media Board Game POD (Media kurang dan Tidak Ordinal

Crossword Puzzle Crossword Puzzle of

of Dentist) Dentist) dengan bantuan

operator (peneliti).
4.6 Alat dan Bahan

4.6.1 Alat

- Handphone

- Laptop

4.6.2 Bahan

- Alat Tulis

- Kuota Data

- Power Point

- Kuesioner

- Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle of Dentist)

4.7 Prosedur Pembuatan Aplikasi Mobile

1. Proses pembuatan tahap perancangan aplikai ini peneliti mengikuti

dari masa ke masa perkembangan teknologi yang tergolong sangat

pesat. Proses rancangan aplikasi yang peneliti buat yaitu merujuk

pada salah satu kebutuhan SDN. Mangkura 2 Makassar dalam hal ini

berfokus pada fitur yang dapat menyelesaikan masalah pengetahuan

kesehatan gigi dan mulut.

2. Desain aplikasi peneliti menggunakan tools figma, pada tahap ini

juga mempertimbangkan prinsip-prinsip dalam mendesain sebuah

aplikasi dengan menerapkan User Interface (UI) dan User

Experience (UX) yang tujuan untuk mempermudah penggunaan serta

meningkatkan kepuasan pengguna.

49
50

3. Proses pembangunan dan pengembangan aplikasi peneliti

menggunakan tools android studio dengan membangun dan

mengembangkan aplikasi yang sesuai dengan desain yang telah

dibuat, sehingga dapat memberikan berbagai fitur-fitur yang dapat

membantu meningkatkan meningkatkan pengetahuan siswa kelas 3

SDN Mangkura 2 Makassar.

4. Metode pengujian unit yang peneliti gunakan yaitu verifikasi aplikasi

dimana programmer menguji suatu unit program aplikasi layak atau

tidak untuk digunakan.

5. Tahap pengujian integrasi ini menggunakan informasi yang

didapatkan pada tahap sebelumnya yaitu tahap perancangan aplikasi

dengan menggunakan metode pengujian integrasi yang berfokus

pada penggabungan unit-unit kecil untuk membentuk kesatuan

fungsional.

6. Tahap pengujian sistem proses ini berfungsi untuk menguji aplikasi

yang telah diintegrasikan dengan antarmuka yang sudah dibuat.

Pengujian ini dimaksud untuk menguji sistem aplikasinya.

4.7.1 Persiapan Sampel :

1. Melaksanakan Pre Test

2. Sosialisai penggunaan aplikasi board game POD (media crossword

puzzle of dentist)

3. Calon Responden melakukan penginstalan aplikasi board game POD

(media crossword puzzle of dentist)


51

4. Calon Responden menggunakan aplikasi board game POD (media

crossword puzzle of dentist)

5. Melaksanakan Post Test

4.8 Pengumpulan, pengolahan, analisis dan penyajian data

4.8.1 Pengumpulan data

Jenis data yang digunakan adalah data primer yang peroleh dari

kuesioner yang telah diisi oleh responden menggunakan google form.

4.8.2 Pengolahan data

Pengolahan data penelitian dilakukan dengan perhitungan SPSS versi 26.

4.8.3 Analisa data

Analisis data menggunakan uji statistik, jika ditribusi datanya

normal maka menggunakan uji T berpasangan dan jika tidak terdistribusi

normal maka menggunakan uji Wilcoxon.

4.8.4 Penyajian data

Hasil penelitian disajikan dalam tabel berdasarkan hasil uji yang telah

dilakukan.
4.9 Alur Penelitian

Mendapatkan izin dari SDN Mangkura 2 Makassar dan izin penelitian dari Komisi Etik.

Perencanaan dan pembuatan Aplikasi

Uji Fungsi dan Uji Validasi Aplikasi

Aplikasi

Tahap Persiapan Sampel

Kuesioner Pengenalan dan penginstalan aplikasi

Penggunaan aplikasi

Tahap Evaluasi (Pengumpulan Data)

Analisis Data

Penyajian Data

Kesimpulan

52
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Hasil Penelitian

Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui penerapan aplikasi board game

POD (Media Crossword Puzzle Of Dentist) sebagai media edukasi kesehatan gigi

dan Mulut Siswa dengan melibatikan sebanyak 60 sampel dalam hal ini yang

menjadi objek penelitian adalah siswa kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar.

Selanjutnya, proses pengumpulan data dimulai dari seluruh responden

penelitian diarahkan untuk mengisi pre-test terlebih dahulu yang telah disajikan

oleh peneliti sebelum dilakukan penggunaan aplikasi Board game POD (Media

Crossword Puzzle of Dentist). Hasil penelitian yang telah didapatkan selanjutnya

diolah menggunakan aplikasi SPSS 22.

5.1.1 Distribusi Jenis Kelamin Responden

Dilakukan pengambilan data menggunakan kuesioner didapatkan hasil

yaitu sebagai berikut :

Tabel 5. 1 Jenis Kelamin Responden

Jenis Kelamin n Persen


Laki-laki 29 48.3%
Perempuan 31 51.7%
Total 60 100 %

Berdasarkan tabel diatas, dapat diketahui rata-rata atau yang palig dominan

adalah responden yang berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 31 (51.7%)

53
54

responden dan sisanya responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 29 (48,3%)

responden.

5.1.2 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Siswa Mengenai Kesehatan Gigi dan

Mulut Sebelum dan Sesudah Diberikan Edukasi Aplikasi Board

Game POD (Media Crossword Puzzle of Dentist)

Dilakukan pengambilan data menggunakan kuesioner didapatkan hasil

yaitu sebagai berikut :

Tabel 5. 2 Frekuensi Tingkat Pengetahuan Sebelum dan Sesudah Edukasi


Aplikasi Board game POD (Media Crossword puzzle of Dentist)

Tingkat pengetahuan Sebelum Setelah


n (%) n (%)
Tinggi 44 (73,3%) 60 (100%)
Sedang 14 (23,3%) 0 (0)
Rendah 2 (3,3) 0 (0)

Tabel 5.2 merupakan tingkat pengetahuan siswa kelas 3 SDN Mangkura 2

Makassar mengenai Kesehatan gigi dan mulut. Dari tabel diatas diketahui bahwa

tingkat pengetahuan siswa sebelum diberikan edukasi mengenai aplikasi board

game POD (Media Crossword puzzle of dentist) sebanyak 44 (73,3%) responden

memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan sebanyak 14 (23,3%) responden

dengan tingkat pengetahuan yang sedang serta sebanyak 2 (3,3%) responden

dengan tingkat pengetahuan yang rendah, namun setelah diberikan edukasi

mengenai aplikasi board game POD (Media Crossword puzzle of dentist) terjadi

peningkatan pengetahuan mengenai Kesehatan gigi dan mulut hal tersebut

dibuktikan dari total 60 responden semuanya mendapatkan tingkat pengetahuan

yang tinggi.
55

5.1.3 Hasil Uji Normalitas

Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3 Uji Normalitas Kolmogorov Smirnov


Perlakuan Statistic df p-value
Pre test 0,131 60 0,112
Post test 0,145 60 0,103
Uji Kolmogorov smirnov : Nilai P > 0.05 (berdistribusi normal)

Berdasarkan tabel 5.2 Uji normalitas menggunakan Kolmogorov smirnov

karena data berjumlah lebih dari 50, sedangkan untuk jumlah sampel yang kurang

dari 50 menggunakan uji normalitas Shapiro wilk. Dengan uji normalitas

Kolmogorov smirnov, ditemukan hasil signifikansi dengan p > (0,05) untuk

semua kelompok perlakuan yang berarti data terdistribusi normal. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk menjawab hipotesis penelitian, uji yang

digunakan adalah uji t berpasangan (Paired sample t-test) dikarenakan data yang

berdistribusi normal.

5.1.4 Pengaruh aplikasi board game POD (Media Crossword puzzle of

dentist) sebagai media edukasi Kesehatan gigi dan mulut

Hasil penelitian ditampilkan dalam bentuk tabel sebagai berikut:

Tabel 5.3 Hasil Uji paired sample t-test

Kelompok perlakuan Mean±SD p-value


Pre test 21.38±2.49 0,000
Post test 26.12±1.58
*Paired sample t test; P<
0,05 = Significant

Tabel 5.3 menunjukkan bahwa data Uji Paired sample t test dilakukan

untuk mengetahui mengetahui pengaruh Aplikasi Board Game POD (Media

Crossword Puzzle Of Dentist) sebagai media edukasi kesehatan gigi dan mulut
56

siswa kelas 3 SDN Mangkura 2 Pada taraf signifikan 5% jika nilai p < 0,05

artinya terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antar kelompok perlakuan.

Jika nilai p > 0,05 artinya tidak terdapat perbedaan pengaruh yang signifikan antar

kelompok perlakuan. Hasil uji paired sample t-test memiliki nilai p (0,000) < 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Aplikasi Board Game POD

(Media Crossword Puzzle Of Dentist) sebagai media edukasi kesehatan gigi dan

mulut siswa kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar.

5.2. Pembahasan Penelitian

Hasil penelitian ini berasal dari SDN Mangkura 2 khususnya pada siswa

kelas 3 dengan jumlah responden sebanyak 60 orang. Adapun pengumpulan data

menggunakan kuesioner dengan tujuan untuk mendapatkan data terkait tingkat

pengetahuan mengenai Kesehatan gigi dan mulut melalui aplikasi board game

POD (Media Crossword puzzle of dentist) dari masing-masing siswa yang

menjadi sampel.

Tabel 5.1 Menunjukkan bahwa tingkat pengetahuan siswa sebelum

diberikan edukasi mengenai aplikasi board game POD (Media Crossword puzzle

of dentist) sebanyak 44 (73,3%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang

tinggi dan sebanyak 14 (23,3%) responden dengan tingkat pengetahuan yang

sedang serta sebanyak 2 (3,3%) responden dengan tingkat pengetahuan yang

rendah, namun setelah diberikan edukasi mengenai aplikasi board game POD

(Media Crossword puzzle of dentist) terjadi peningkatan pengetahuan mengenai

Kesehatan gigi dan mulut hal tersebut dibuktikan dari total 60 responden

semuanya mendapatkan tingkat pengetahuan yang tinggi.


57

Tabel 5.3 Menunjukkan bahwa Hasil uji paired sample t-test memiliki

nilai p (0,000) < 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh Aplikasi

Board Game POD (Media Crossword Puzzle Of Dentist) sebagai media edukasi

kesehatan gigi dan mulut siswa kelas 3 SDN Mangkura 2

Berkaitan dengan hasil penelitian yang telah diperoleh mengenai

Penerapan Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle Of Dentist)

efektif dalam Meningkatkan Edukasi Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa Kelas 3

SDN Mangkura 2 Makassar hasil yang sama diperoleh pada penelitian yang

dilakukan oleh Santoso Berdasarkan analisis data dan hasil kegiatan validasi ahli

media, ahli materi, ahli teknonlogi dan pengguna (siswa), serta hasil uji coba

lapangan awal dan uji lapangan utama maka dapat dikatakan bahwa game

monopoly layak dan efektif sebagai media pendidikan kesehatan gigi berbasis

android dan efektif dalam meningkatan pengetahuan dan sikap kesehatan gigi di

sekolah dasar khususnya pada siswa kelas IV SD N Ngesrep 1, Banyumanik 02

dan Banyumanik 04 Kota Semarang. (61)

Hasil yang sama diperoleh Yulandari, hasil penelitiannya menyebutkan

bahwa Hasil pengolahan data setelah dilakukan intervensi didapatkan rata – rata

pengetahuan kelompok game puzzle kegi (kesehatan gigi) lebih besar dari

kelompok flashcard yaitu kelompok intervensi (8,91%) dan kelompok kontrol

( 8,27%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa game puzzle kegi lebih efektif

dibandingkan flashcard dengan p value= 0,002. Penelitian promosi kesehatan

menggunakan game puzzle kegi (kesehatan gigi) ini bisa dijadikan alternatif
58

media pembelajaran agar dapat membantu siswa mengembangkan potensi dan

nilai semangat yang baik dalam meningkatkan hasil belajar. (62)

Multimedia interaktif adalah alat yang dapat menciptakan penyuluhan

interaktif yang mengkombinasikan teks, gambar, animasi, audio, video dan

permainan. Menciptakan multimedia interaktif dalam pembelajaran harus

memperhatikan beberapa hal, yaitu: a) memiliki lebih dari satu media yang

konvergen, seperti menggabungkan unsur audio dan visual, b) bersifat interaktif,

dalam pengertian memiliki kemampuan untuk mengakomodasi respon pengguna,

c) bersifat mandiri atau memberi kemudahan kepada pengguna.(63)


BAB VI

PENUTUP

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Mangkura 2

Makassar maka didapatkan kesimpulan bahwa :

6.1.1 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pengetahuan siswa

kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar sebelum dan sesudah diberikan edukasi

mengenai aplikasi board game POD (Media Crossword puzzle of dentist).

6.1.2 Terjadi peningkatan pengetahuan setelah diberikan edukasi mengenai aplikasi

board game POD (Media Crossword puzzle of dentist).

6.1.3 Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh Aplikasi Board Game

POD (Media Crossword Puzzle Of Dentist) sebagai media edukasi kesehatan

gigi dan mulut siswa kelas 3 SDN Mangkura 2.

6.2

59
60

6.3 Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan di SDN Mangkura 2

Makassar maka peneliti menyarankan bahwa :

6.2.1 Penelitian yang dilakukan selanjutnya, diharapakan menggunakan sampel yang

lebih banyak lagi.

6.2.2 Penelitian selanjutnya, diharapkan memiliki sasaran bukan hanya dari siswa

SD melainkan juga dari siswa jenjang Pendidikan yang lebih tinggi lainnya.
DAFTAR PUSTAKA

1. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hasil Utama RISKESDAS 2018.


Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan; 2018. Hal 93-96.
2. Rosalina D, Jeddy J. Perbedaan Prevalensi Karies Gigi dan Tingkat Keparahan
Karies Gigi pada Anak Usia 3-5 Tahun Yang Ibunya Bekerja dan Tidak
Bekerja : Kajian Pada PAUD Sapta Kemuning, Depok Jawa Barat (Laporan
Penelitian). J Kedokt Gigi Terpadu. 2021;3(1):63–9.
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009
4. Sherlyta M, Wardani R, Susilawati S. <p>Tingkat kebersihan gigi dan mulut
siswa Sekolah Dasar Negeri di desa tertinggal Kabupaten
Bandung</p><p>Oral hygiene level of underdeveloped village State
Elementary School students in Bandung Regency</p>. J Kedokt Gigi Univ
Padjadjaran. 2017;29(1):69–76.
5. Musiafa Z, Kom S, Kom M. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin. Fak Kesehat Masy.
2017;8(2):108–17.
6. Afiati R, Adhani R, Ramadhani K. Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Terhadap Status Karies Gigi Anak Tinjauan Berdasarkan Pengetahuan,
Tingkat Pendidikan, dan Status Sosial di TK ABA. J Kedokt Gigi [Internet].
2017;II(1):56–7.
7. Budisuari M, Mukjarab M. Hubungan pola makan dan kebiasaan menyikat gigi
dengan kesehatan gigi dan mulut (karies) di Indonesia. Bull Penelit Sist
Kesehat [Internet]. 2010;1(17):83–91.
8. Yadav K, Prakash S. Dental Caries: A Review. 2016;(August).
9. Prevalensi Karies Gigi Molar Satu Permanen Pada Anak Umur 6-9 Tahun Di
Sekolah Dasar Kecamatan Tomohon Selatan. 2015. p. 416–7.
10. Astari P, Roesnoer M, Utami SP. Prevalensi Karies Rampan Pada Anak Usia
Balita Di Taman Kanak-Kanak Kota Padang. B-Dent, J Kedokt Gigi Univ

61
62

Baiturrahmah. 2018;1(2):97–101.
11. Musiafa Z, Kom S, Kom M. Fakultas Teknologi Informasi Universitas Islam
Kalimantan Muhammad Arsyad Al Banjari Banjarmasin. Fak Kesehat Masy.
2017;8(2):108–17.
12. Afiati R, Adhani R, Ramadhani K. Tentang Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan
Mulut Terhadap Status Karies Gigi Anak Tinjauan Berdasarkan Pengetahuan,
Tingkat Pendidikan, dan Status Sosial di TK ABA. J Kedokt Gigi [Internet].
2017;2(1):56–7.
13. Miftah M. Fungsi, Peran Media Pembelajaran Sebagai Upaya Peningkatan
Kemampuan Belajar Siswa.2013;1(2):95-97.
14. Nurmala I, Rahman F, Nugroho A, Erlyani N, Laily N, Yulia A. Promosi
Kesehatan. 2018. 51 p.
15. Arsyad. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Pada Murid Kelas IV
dan V SD. World Dev [Internet]. 2018;1(1):1–15.
16. Sari E, Ulfiana DP. Pengaruh Pendidikan Kesehatan Gosok Gigi Dengan
Metode Permainan Simulasi Ular Tangga Terhadap Perubahan Pengetahuan,
Sikap Dan Aplikasi Tindakan Gosok Gigi Anak Usia Sekolah Di SD Wilayah
Paron Ngawi. Rev Bras Ergon [Internet]. 2017;9(2):10.
17. Erri Wahyu Puspitarini DWPAPN. Game Edukasi Berbasis Android Sebagai
Media Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini. J I M P - J Inform Merdeka
Pasuruan. 2016;1(1):46–58.
18. Ali CM, Endryansyah. Penerapan Strategi Pembelajaran Crossword Puzzle
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Mata Pelajaran Teknik Listrik
Kelas X SMKN 1 Jetis Mojokerto. J Pendidik Tek Elektro [Internet].
2015;04(02):367–74.
19. Nurmala, Ira; Rahman, Fauzie; Nugroho, adi; Erlyani, Neka; Laily, Nur; Yulia
Anhar V. Promosi Kesehatan. 2018. 51 p.
20. Arsyad. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Pengetahuan Pada Murid Kelas IV
dan V SD. World Dev [Internet]. 2018;1(1):1–15.
63

21. Liza, Laisa ; Diba F. Pengetahuan, Sikap dan Tindakan Orang Tua Terhadap
Kesehatan Gigi dan Mulut. 2020. p. 185–6.
22. Ermawati T, Yani RWE, Syafriadi M. Improving oral and dental health
through counseling to elementary school students in Jember. J Community
Serv Empower. 2021;2(1):1–7.
23. Abdat M, Jernita T. Oral Health Knowledge and Attitude, Oral Health Status
in Elderly and Its Impact on General Well-Being. Dentika Dent J.
2018;21(01):21–8.
24. Widayati N. Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi Pada Anak Usia 4-
6 Tahun. J Berkala Epidem. 2014;2(2):204.
25. Pariati, Lanasari N. Kebersihan Gigi dan Mulut Terhadap Terjadinya Karies
pada Anak Sekolah Dasar Di Makassar. Med Kes Gigi. 2021;2(1):4.
26. Safela S, Purwaningsih E, Isnanto. Systematic Literature Review : Faktor yang
Mempengaruhi Karies Gigi pada Anak Sekolah Dasar. J Ilmiah Kep Gigi.
2021;2(2):336.
27. Senjaya AA. Buah Dapat Menyebabkan Gigi Karies. J Ilmu Gizi.
2014;5(1):15-16
28. Suryani L. Gambaran Menyikat Gigi Terhadap Tingkat Kebersihan Gigi dan
Mulut pada Murid Kelas V Di Min 9 Kecamatan Ulee Kareng Kota Banda
Aceh. J Biotik. 2017;5(2):150-151.
29. Widayati N. Faktor yang Berhubungan dengan Karies Gigi pada Anak Usia 4-
6 Tahun. J Berkala Epidem. 2014;2(2):197-198.
30. Santi AUP, Khamimah S. Pengaaruh Cara Menggosok Gigi Terhadap Karies
Gigi Anak Kelas IV Di SDN Satria Jaya 03 Bekasi. J Umj. 2019;1(1).
31. Alwinda P, Bintang G, Radinal S, dkk. Pengetahuan Penangan Halitosis dalam
Masalah Kesehatan Mulut. J Farm Kom. 2016;3(2):85-89.
32. Asmawati. Perbandingan Indeks Kalkulus yang Mengonsumsi Air Minum Isi
Ulang dan Air Sumur di Desa Matawoi Kecamatan Mowila. J Kes Gigi.
64

2018;1(1):3.
33. Tetan D, Adam AM, Jubhari EH. Penyakit Gingiva: Induksi Plak dan Induksi
Non Plak. J Makass Dent. 2021;10(1):88-89.
34. Rahmawati, Maliga I, Kesuma EG, Hasifah H. Mulut dalam Mencegah Karies
Gigi Anak Usia Sekolah. The Relationship of Dental and Oral Health
Knowledge Level in Preventing Dental Carries of School Age Children.
2021;12(November):157–67.
35. Gayatri WR. Hubungan Tingkat Pengetahuan dengan Perilaku Pemeliharaan
Kesehatan Gigi Anak SDN Kauman 2 Malang. J Health. 2017;2(2):202-204.
36. Listrianah. Indeks Karies Gigi Ditinjau dari Penyakit Umum dan Sekresi Saliva
pada Anak DI Sekolah Dasar Negeri 30 Palembang 2017. JPP.
2017;12(2):136.
37. Nuriyah E, Edi IS, Ulfah SF. Karies gigi ditinjau dari pengetahuan kesehatan
gigi dan mulut pada siswa sekolah dasar. Indones J Heal Med. 2022;2(2):167–
79.
38. Dianmartha C, Kusumadewi S, Kurniawati DPY. Pengetahuan Terhadap
Perilaku Perawatan Kesehatan Gigi Dan Mulut Pada Anak Usia 9-12 Tahun Di
Sdn 27 Pemecutan Denpasar. ODONTO Dent J. 2018;5(2):110.
39. Yusmanijar, Abdulhaq M. Hubungan Tingkat Pengetahuan Tentang Kesehatan
Gigi dan Mulut dengan Perilaku Perawatan Gigi dan Mulut Pada Anak Usia
Sekolah 7-9 Tahun di SD Islam Al Amal Jaticempaka. 2019. p. 1–3.
40. Worang, Pangemanan W. Hubungan Tingkat Pengetahuan Orang Tua dengan
Kebersihan Gigi dan Mulut Anak Di TK Tunas Bhakti Manado. 2014. p. 1–2.
41. Sosial K, Kinerja DAN. Metadata, citation and similar papers at core.ac.uk 1.
2009;2(1):1–118.
42. Oktavia LS, Neviyarni, Irdamurni. Perkembangan Anak Usia Sekolah Dasar :
Kajian Untuk Siswa Kelas Rendah. J Pendidik Tambusai. 2021;5(1):1823–8.
43. Sabani F. Perkembangan Anak-anak Selama Masa Sekolah Dasar.
65

2019;8(2):89–100.
44. Khaulani F, S N, Irdamurni I. Fase Dan Tugas Perkembangan Anak Sekolah
Dasar. J Ilm Pendidik Dasar. 2020;7(1):51.
45. Istiqomah H, Suyadi S. Perkembangan Fisik Motorik Anak Usia Sekolah
Dasar Dalam Proses Pembelajaran (Studi Kasus Di Sd Muhammadiyah
Karangbendo Yogyakarta). El Midad. 2019;11(2):155–68.
46. Marinda L. Piaget dan Problematika Pada Pendahuluan. J An-Nisa J Kaji
Peremp Keislam. 2020;13(1):116–52.
47. Bujuri DA. Analisis Perkembangan Kognitif Anak Usia Dasar dan
Implikasinya dalam Kegiatan Belajar Mengajar. Literasi (Jurnal Ilmu
Pendidikan). 2018;9(1):37.
48. Riani HP. Perkembangan Kognitif Anak Dan Remaja Di Tengah Popularitas
Aplikasi Tik Tok : Studi Selebgram. 2021;8(1):111–21.
49. Atikah AN, Rasyid H. Dampak Status Sosial Ekonomi Orang Tua Terhadap
Keterampilan Sosial Anak. 2018;7(2):111-113.
50. Tusyana E, Trengginas R. Analisis Perkembangan Sosial-Emosional Tercapai.
Abstrak. J Iventa [Internet]. 2019;3(1):18–26.
51. Ilham I. Perkembangan Emosi Dan Sosial Pada Anak Usia Sekolah Dasar. eL-
Muhbib J Pemikir dan Penelit Pendidik Dasar. 2020;4(2):162–80.
52. Pgmi P, Sunan UIN, Yogyakarta K. Sekolah Dasar Di SD Muhammadiyah
Karang Bendo Yogyakarta. Julrissani. 2020;4(1):72–87.
53. Syafril S, Islam U, Raden N, Lampung I, Education I. Pengembangan Nilai-
Nilai Moral dan Agama Anak Usia Dini. 2018;(December).
54. Delima Rosa, Arianti Nevi PB. Pengembangan Aplikasi Permainan Edukasi
untuk Anak Pra Sekolah Menggunakan Pendekatan Child Centered Design.
2016. p. 13–6.
55. Fithri DL, Setiawan DA. Analisa Dan Perancangan Game Edukasi Sebagai
Motivasi Belajar Untuk Anak Usia Dini. Simetris J Tek Mesin, Elektro dan
66

Ilmu Komput. 2017;8(1):225–30.


56. Setiawan A, Praherdhiono H, Suthoni S. Penggunaan Game Edukasi Digital
Sebagai Sarana Pembelajaran Anak Usia Dini. JINOTEP (Jurnal Inov dan
Teknol Pembelajaran) Kaji dan Ris dalam Teknol Pembelajaran. 2019;6(1):39–
44.
57. Zaki Ahmad YD. Penggunaan Media Pembelajaran untuk Meningkatkan
Prestasi Belajar Siswa pada Pelajaran PKN Di SMA Swasta Darussa’adah Kec.
Pangkalan Susu. 2019;7(2):9–25.
58. Hasriani. Penggunaan Media Pembelajaran Puzzle dalam Meningkatkan Hasil
Belajar Tematik Siswa Kelas V SDN 72 Lamurukung Kecamatan Tellu
Siattinge Kabupaten Bone. 2019;9–25.
59. Lestari AS, Raga, Sudatha W. Penerapan Metode Bermain Berbantuan Media
Puzzle Angka Untuk Meningkatkan Kemampuan Kognitif dalam Pengenalan
Bilangan. 2014;2(1):22-23.
60. Mahardikha, Asrori M, Yuniarni D. Permainan Edukatif dengan Media Puzzle
Mengembangkan Kemampuan Kognitif Anak Usia 4-5 Tahun TK Islamiyah.
2016;15(2):1–23.
61. Santoso, B., Anwar, M. C., & Muliadi, M. (2019). Monopoly Game as
Android-Based Dental Health Education Media. Journal of Applied Health
Management and Technology, 1(1), 7-15.
62. Yulandari, A., Ningsih, L., Patroni, R., Linda, L., & Darwis, D.
(2022). Efektivitas Promosi Kesehatan melalui Game Puzzle Kegi (Kesehatan
Gigi) terhadap Pengetahuan Anak tentang Kesehatan Gigi di Sdn Bengkulu
Tengah (Doctoral dissertation, Poltekkes Kemenkes Bengkulu)..
63. Crossman EK, Crossman SM (2019). The crossword puzzle as a teaching tool.
Teaching of Psychology.10(2):98-9.1983
67

LAMPIRAN 1

PERSURATAN
68
69
70

LAMPIRAN 2
DOKUMENTASI

A. Alat
- Handphone - Laptop

B. Bahan
- Alat Tulis

- Kuota Data
71

- Power Point

- Kuesioner

- Aplikasi Board Game POD (Media Crossword Puzzle of Dentist)


72

- Pre-Test Kelas 3A

- Sosialisasi Kelas 3A
73

- Penginstalan dan Penggunaan Aplikasi Board Game POD Kelas 3A

- Post-Test Kelas 3A
74

- Pre-Test Kelas 3B

- Sosialisasi Kelas 3B
75

- Penginstalan dan Penggunaan Aplikasi Board Game POD

- Post-Test Kelas 3B
76

LAMPIRAN KUESIONER

Pengetahuan Penggunaan Aplikasi Board Game POD (Media Crossword


Puzzle of Dentist)
Siswa Kelas 3 SDN Mangkura 2 Makassar

Identitas Responden
Nama :
Usia :
Jenis Kelamin :

Petunjuk Pengisian :
- Bacalah pernyataan dengan teliti
- Pilih “YA” jika Anda setuju dengan pernyataan pada setiap poin
kuesioner dibawah ini
77

- Pilih “TIDAK” jika Anda tidak setuju dengan pernyataan pada setiap
poin kuesioner dibawah ini
- Responden wajib mengisi semua pernyataan yang telah disediakan
- Bila ada yang kurang dipahami dari pernyataan yang ada pada kuesioner
dapat ditanyakan ke peneliti
1. Saya memelihara kesehatan gigi dan mulut agar gigi menjadi bersih dan
sehat
A. Ya
B. Tidak
2. Menyikat gigi dilakukan sebanyak 2 kali sehari
A. Ya
B. Tidak
3. Waktu yang tepat untuk menyikat gigi adalah pagi setelah sarapan dan
malam sebelum tidur
A. Ya
B. Tidak
4. Saya datang ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali
A. Ya
B. Tidak
5. Pasta gigi yang digunakan sebaiknya mengandung flour
A. Ya
B. Tidak
6. Tujuan menyikat gigi untuk membersihkan sisa-sisa makanan
A. Ya
B. Tidak
7. Saya rutin menyikat gigi secara teratur untuk mencegah gigi rusak
A. Ya
B. Tidak
78

8. Permen, gula dan karbohidrat dapat menyebabkan karies


A. Ya
B. Tidak
9. Untuk gigi bagian depan gerakan sikat gigi sebaiknya turun naik
A. Ya
B. Tidak
10. Untuk gigi bagian belakang gerakan sikat gigi sebaiknya maju mundur
A. Ya
B. Tidak
11. Tujuan membersihkan gigi dan mulut agar tidak bau mulut
A. Ya
B. Tidak

12. Tujuan menjaga kebersihan gigi dan mulut agar terhindar dari bau mulut
A. Ya
B. Tidak
13. Saya rutin membersihkan karang gigi agar terhindar dari gusi berdarah
A. Ya
B. Tidak
14. Gigi berlubang dapat menyebabkan gusi bengkak
A. Ya
B. Tidak
15. Saya rutin ke dokter gigi setiap 6 bulan sekali untuk mencegah
terbentuknya karang gigi
A. Ya
B. Tidak
79

Uji Validitas
Uji validitas dilakukan dengan menghitung nilai korelasi (r) pada setiap pernyataan,
dari hasil perhitungan korelasi akan didapatkan suatu koefisien korelasi (r) yang
digunakan untuk mengukur validitas suatu item dan untuk mengetahui item tersebut
layak digunakan atau tidak, biasanya dilakukan uji signifikansi (α ) sebesar 0,05.
Apabila jumlah sampel yang digunakan sebanyak 40 responden sehingga diperoleh
nilai r tabel (α = 0,05, derajat bebas (df)), sehingga 40 - 2 = 38 maka diperoleh r-tabel
sebesar 0.312. Pertanyaan disebut valid apabila nilai p-value hasil pengujian lebih
kecil daripada 0.05 atau r hitung lebih besar daripada r-tabel.
1. Uji Validitas Variabel X
Tabel 1. Hasil Uji Validitas Variabel X
Variabel X R-Hitung R-Tabel P-Value Keterangan
Pertanyaan 1 0.560 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 2 0.656 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 3 0.640 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 4 0.460 0.312 0.003 Valid
Pertanyaan 5 0.784 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 6 0.656 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 7 0.401 0.312 0.010 Valid
80

Pertanyaan 8 0.656 0.312 0.000 Valid


Pertanyaan 9 0.643 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 10 0.680 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 11 0.586 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 12 0.441 0.312 0.004 Valid
Pertanyaan 13 0.617 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 14 0.784 0.312 0.000 Valid
Pertanyaan 15 0.403 0.312 0.010 Valid

Tabel (). menunjukan hasil uji validitas setiap pernyataan pada variabel X.
Hasil p-value yang diperoleh untuk seluruh pertanyaan menunjukkan nilai p-value
yang lebih kecil daripada 0.05. Ini menunjukkan bahwa pertanyaan 1 hingga 15 valid
digunakan sebagai alat ukur. Pada nilai r-hitung yang diperoleh pada setiap
pertanyaan lebih besar daripada r-tabel pada 40 sampel penelitian. Hal ini
menunjukkan bahwa setiap pertanyaan pada variabel X valid digunakan sebagai alat
ukur penelitian ini.

Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas dilakukan untuk mengetahui kehandalan dari sebuah alat ukur. Uji
reliabilitas yang dilakukan pada instrumen atau faktor yang dinyatakan valid,
sedangkan untuk yang tidak valid tidak dilanjutkan keuji reliabilitias. Dalam
pengukuran reliablitias menggunakan Alpha Croanbach dengan menggunakan SPSS.
Ukuran kemantapan alpha dapat diinterprestasikan apabila
1. 0,00 sampai 0,20 berarti kurang handal
2. 0,21 sampai 0,40 berarti agak handal
3. 0,41 sampai 0,60 berarti cukup handal
4. 0,61 sampai 0,80, berarti handal
5. 0,81 sampai 1,00, berarti sangat handal.
Hasil dari uji reliabilitas disajikan dalam tabel 2. sebagai berikut:
Tabel 3. Hasil Uji Reliabilitas
81

Alpha
Variabel Keterangan
Croanbach
Variabel X 0.854 Sangat Handal

Tabel () menunjukkan hasil uji reliabilitas variabel X, diperoleh nilai koefisien


alpha pada seluruh variabel X sebesar 0.853 yang berada pada rentang 0.81 hingga 1.
Menurut nilai kemantapan alpha maka untuk keseluruhan pernyataan variabel X
dikategorikan sangat handal terhadap penelitian yang artinya apabila keseluruhan
pernyataan ingin digunakan kembali pada instrumen penelitian maka hasilnya relatif
akan sama dengan yang penelitian yang dilakukan sekarang.

LAMPIRAN 4
HASIL PENGUJIAN FUNGSIONAL

Pengujian fungsional sistem adalah jenis pengujian yang dilakukan pada


perangkat lunak untuk memastikan penerapan perangkat lunak tersebut telah sesuai
dengan fungsinya. Dimana permasalahan yang umum dipertanyakan pada pengujian
ini adalah apakah aplikasi telah dikembangkan dengan cara yang benar dan sudah
sesuai dengan spesifikasi serta memberikan luaran atau menampilkan hasil sesuai
dengan yang diharapkan. Berikut hasil pengujian aplikasi yang telah dibuat :
82
83
84
85
86

LAMPIRAN 5
TAMPILAN SOURCE CODE APLIKASI BOARD GAME POD

LAMPIRAN 6
87

HASIL OLAH DATA SPSS

Jenis Kelamin

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Laki-laki 29 48.3 48.3 48.3

Valid Perempuan 31 51.7 51.7 100.0

Total 60 100.0 100.0

Pre-test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Tinggi 44 73.3 73.3 73.3

Sedang 14 23.3 23.3 96.7


Valid
Rendah 2 3.3 3.3 100.0

Total 60 100.0 100.0

Post-test

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Valid Tinggi 60 100.0 100.0 100.0

Tests of Normality

Kategori Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic df Sig. Statistic df Sig.

Edukasi_aplikasi_board_ga Pre test .131 60 .112 .968 60 .110


me Post .145 60 .103 .961 60 .055
88

Paired Samples Statistics

Mean N Std. Deviation Std. Error Mean

Pre_test 21.38 60 2.498 .323


Pair 1
Post_test 26.12 60 1.585 .205

Paired Samples Correlations

N Correlation Sig.

Pair 1 Pre_test & Post_test 60 .494 .000

Paired Samples Test

Paired Differences t df Sig. (2-tailed)

Mean Std. Std. 95% Confidence Interval


Deviation Error of the Difference
Mean Lower Upper

Pre_test -
Pair 1 -4.733 2.201 .284 -5.302 -4.165 -16.661 59 .000
Post_test
89

Uji Validitas
Correlations

Per 1 Per 2 Per 3 Per 4 Per 5 Per 6 Per 7 Per 8 Per 9 Per 10 Per 11 Per 12 Per 13 Per 14 Per 15 Total
Per Pear
1 son
Corr 1 .538** .279 .095 .562** .538** -.081 .538** .370* .179 .221 .279 .179 .562** -.065 .560**
elatio
n
Sig.
(2-
.000 .081 .560 .000 .000 .619 .000 .019 .268 .170 .081 .268 .000 .689 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Per son
2 Corr .538** 1 .221 .250 .480** 1.000** -.095 1.000** .306 .126 .167 .221 .126 .480** -.076 .656**
elatio
n
Sig.
(2-
.000 .170 .120 .002 .000 .560 .000 .055 .439 .304 .170 .439 .002 .639 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
90

Pear
Per son
3 Corr .279 .221 1 .095 .562** .221 .279 .221 .370* .466** .538** .279 .466** .562** .370* .640**
elatio
n
Sig.
(2-
.081 .170 .560 .000 .170 .081 .170 .019 .002 .000 .081 .002 .000 .019 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Per son
4 Corr .095 .250 .095 1 .320* .250 .095 .250 .172 .189 .250 .095 .189 .320* .172 .460**
elatio
n
Sig.
(2-
.560 .120 .560 .044 .120 .560 .120 .288 .243 .120 .560 .243 .044 .288 .003
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear .562** .480** .562** .320* 1 .480** -.046 .480** .698** .424** .480** .562** .424 1.000**
**
-.037 .784**
Per son
5 Corr
elatio
n
91

Sig.
(2-
.000 .002 .000 .044 .002 .780 .002 .000 .006 .002 .000 .006 .000 .822 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Per son
6 Corr .538** 1.000** .221 .250 .480** 1 -.095 1.000** .306 .126 .167 .221 .126 .480** -.076 .656**
elatio
n
Sig.
(2-
.000 .000 .170 .120 .002 .560 .000 .055 .439 .304 .170 .439 .002 .639 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Per son
7 Corr -.081 -.095 .279 .095 -.046 -.095 1 -.095 .370* .753** .221 -.081 .466** -.046 .806** .401*
elatio
n
Sig.
(2-
.619 .560 .081 .560 .780 .560 .560 .019 .000 .170 .619 .002 .780 .000 .010
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
92

Pear
Per son
8 Corr .538** 1.000** .221 .250 .480** 1.000** -.095 1 .306 .126 .167 .221 .126 .480** -.076 .656**
elatio
n
Sig.
(2-
.000 .000 .170 .120 .002 .000 .560 .055 .439 .304 .170 .439 .002 .639 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Per son
9 Corr .370* .306 .370* .172 .698** .306 .370* .306 1 .607** .306 .370* .260 .698** -.053 .643**
elatio
n
Sig.
(2-
.019 .055 .019 .288 .000 .055 .019 .055 .000 .055 .019 .105 .000 .747 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear .179 .126 .466** .189 .424** .126 .753** .126 .607** 1 .378* .179 .543** .424** .607** .680**
Per son
10 Corr
elatio
n
93

Sig.
(2-
.268 .439 .002 .243 .006 .439 .000 .439 .000 .016 .268 .000 .006 .000 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Per son
11 Corr .221 .167 .538** .250 .480** .167 .221 .167 .306 .378* 1 .221 .378* .480** .306 .586**
elatio
n
Sig.
(2-
.170 .304 .000 .120 .002 .304 .170 .304 .055 .016 .170 .016 .002 .055 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Per son
12 Corr .279 .221 .279 .095 .562** .221 -.081 .221 .370* .179 .221 1 .179 .562** -.065 .441**
elatio
n
Sig.
(2-
.081 .170 .081 .560 .000 .170 .619 .170 .019 .268 .170 .268 .000 .689 .004
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
94

Pear
Per son
13 Corr .179 .126 .466** .189 .424** .126 .466** .126 .260 .543** .378* .179 1 .424** .607** .617**
elatio
n
Sig.
(2-
.268 .439 .002 .243 .006 .439 .002 .439 .105 .000 .016 .268 .006 .000 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Per son
14 Corr .562** .480** .562** .320* 1.000** .480** -.046 .480** .698** .424** .480** .562** .424** 1 -.037 .784**
elatio
n
Sig.
(2-
.000 .002 .000 .044 .000 .002 .780 .002 .000 .006 .002 .000 .006 .822 .000
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear -.065 -.076 .370* .172 -.037 -.076 .806** -.076 -.053 .607** .306 -.065 .607** -.037 1 .403**
Per son
15 Corr
elatio
n
95

Sig.
(2-
.689 .639 .019 .288 .822 .639 .000 .639 .747 .000 .055 .689 .000 .822 .010
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
Pear
Tot son
al Corr .560** .656** .640** .460** .784** .656** .401* .656** .643** .680** .586** .441** .617** .784** .403** 1
elatio
n
Sig.
(2-
.000 .000 .000 .003 .000 .000 .010 .000 .000 .000 .000 .004 .000 .000 .010
tailed
)
N 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40 40
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji Rehabilitas

Reliability Statistics
Cronbach's
Alpha N of Items
.854 15
96

Anda mungkin juga menyukai