Anda di halaman 1dari 112

PENGARUH PERAWATAN PAYUDARA DAN PIJAT OKSITOSIN

TERHADAP PRODUKSI ASI PADA IBU MENYUSUI


DI RSUD Dr. MM. DUNDA LIMBOTO

KARYA ILMIAH AKHIR NERS

INDO MARYAM RUSDIN, S.Kep

NIM. C03121055

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
2023
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ILMIAH
Saya menyatakan bahwa karya ilmiah akhir Ners dengan judul pengaruh
perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
menyusui di RSUD Dr.MM Dunda Limboto adalah karya saya di bawah arahan
dari komisi pembimbing. Karya ilmiah akhir ners ini belum pernah diajukan dalam
bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun dan bebas dari unsur plagiat.
Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun
tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan di cantumkan
dalam Daftar Pustaka dibagian akhir karya ilmiah ini. Apabila di kemudian hari
ditemukan unsur-unsur plagiat maka saya bersedia menerima sangsi hukuman
dari akademik sesuai ketentuan yang berlaku.

Gorontalo , Januari 2023

INDO MARYAM RUSDIN


NIM. C03121055

i
PERSETUJUAN PEMBIMBING
Karya Ilmiah Akhir Ners

Pengaruh Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI


Pada Ibu Menyusui di RSUD Dr. MM Dunda Limboto

Oleh

Indo Maryam Rusdin, S.Kep


C03121055

Telah Diperiksa dan Disetujui untuk Diuji

Pembimbing

Ns. Ani Retni, M. Kep


NIDN : 0927058601

Mengetahui :

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kesehatan Profesi Ners

Dr. Zuriati Muhamad, SKM.,M.Kes Ns. Firmawati, M.Kep


NIDN : 0922018502 NIDN : 0925018901

ii
PENGESAHAN PEMBIMBING
Karya Ilmiah Akhir Ners

Judul Penelitian : Pengaruh Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin


Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Menyusui di RSUD Dr.
MM Dunda Limboto
Nama : Indo Maryam Rusdin, S.Kep
NIM : C03121055
Program Studi : Profesi Ners

Disetujui Pembimbing

Pembimbing

Ns. Ani Retni, M. Kep


NIDN : 0927058601

Mengetahui

Dekan Ketua Program Studi


Fakultas Ilmu Kesehatan Profesi Ners

Dr. Zuriati Muhamad, SKM.,M.Kes Ns. Firmawati, M.Kep


NIDN : 0922018502 NIDN : 0925018901

iii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kehadirat Allah Swt yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
Karya Ilmiah Akhir Ners dengan judul “Pengaruh Perawatan Payudara dan Pijat
Oksitosin Terhadap Produksi ASI pada Ibu Menyusui di RSUD Dr. MM Dunda
Limboto”.
Harus diakui banyak hal yang masih membutuhkan sentuhan perbaikan
dalam upaya penyempurnaan Karya Ilmiah Akhir Ners ini. Olehnya penulis tiada
henti-hentinya berucap syukur kehadirat Allah Swt yang telah memberikan
kecerahan pemikiran dan umur yang panjang hingga penulis dapat mengenyam
pendidikan Profesi Ners di Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Terimakasih
kepada mereka yang telah membimbing dan membantu penulis dalam
menyelesaikan Karya Ilmiah Akhir Ners ini.
Oleh karena itu melalui kesempatan ini saya menyampaikan terima kasih
yang sedalam-dalamnya kepada :
1. Prof.Dr.H.Abd Kadim Masaong.,M.Pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
2. Prof. Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum selaku Wakil Rektor I Dalam
Bidang Akademi Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
3. Dr. Salahudin Pakaya, M.H selaku Wakil Rektor II Dalam Bidang Akademi
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
4. Apris Ara Tiome selaku Wakil Rektor III Dalam Bidang Akademi Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
5. Dr. Zuriati Muhammad SKM. M,Kesselaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
6. Ns. Firmawati, M.Kep selaku Ketua Program Studi Profesi Ners Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
7. Ns. Ani Retni, M.Kep selaku pembimbing I yang telah meluangkan waktu
untuk memberikan arahan, bimbingan, saran dan motivasi serta menuntun
penulis.
8. Ns. Fahmi A. Lihu, M.Kep selaku penguji I yang selalu meluangkan waktu
dan memberi saran ataupun masukan.
9. ………selaku penguji II yang selalu memberikan saran dan masukan.

iv
10. Seluruh tenaga kesehatan di Ruang Nifas Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
MM Dunda Limboto yang telah bersedia menerima kami sebagai
mahasiswa Ners dalam Melakukan Penelitian Akhir Ners.
11. Orang tua tercinta “Rusdin Mappiabang dan Harina Otoluwa” yang telah
banyak memberi kasih sayang, motivasi, dukungan baik moril maupun
materil, nasehat dan do’a sehingga perkuliahan dan penyusunan Karya
Ilmiah Akhir Ners ini dapat terlaksana dengan baik.
12. Teman-teman seperjuangan Ners 14 dan para pegawai di UMGo yang
telah banyak membantu dalam penyelesaian studi.
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan
dukungan dalam penelitian ini, penulis mengucapkan terimakasih dan semoga
Allah SWT selalu melimpahkan Rahmat dan Hidayah-Nya kepada kita semua,
Amiin.

Gorontalo, Januari 2023

Indo Maryam Rusdin, S.Kep


Nim. C03121055

v
ABSTRAK
Kombinasi perawatan payudara dan pijat oksitosin merupakan penggabungan
dua metode yaitu pemijatan payudara dan punggung ibu bertujuan untuk
memberi rangsangan kepada kelenjar air susu ibu agar dapat memproduksi susu
dan memicu hormone oksitosin. Hormon di dalam tubuh yang berfungsi dalam
produksi ASI adalah hormon oksitosn. Ketika lancarnya produksi hormon
oksitosin, berfungsi agar selsel alveoli di kelenjar payudara bisa berkontraksi
dengan baik. Dengan terjadinya kontraksi tersebutlah yang akhirnya bisa
membuat ASI susah keluar. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu
menyusui di RSUD Dr. MM Dunda Limboto. Metode penelitian yang digunakan
ini tergolong penelitian eksperimen semu dengan memakai rancangan one grup
pre and post test design, yaitu suatu pengukuran yang dilakukan pada saat
sebelum dan sesudah penelitian. Hasil penelitian ini menunjukan adanya
pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada
ibu menyusui.

Kata Kunci : Perawatan Payudara, Pijat Oksitosin, Produksi ASI

vi
DAFTAR ISI

Halaman
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
ABSTRAK............................................................................................................ iii
DAFTAR ISI......................................................................................................... iv
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................1
A. Latar Belakang.....................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...............................................................................................3
C. Tujuan...............................................................................................................3
1. Tujuan Umum...................................................................................................3
2. Tujuan Khusus.................................................................................................3
D. Manfaat.............................................................................................................4
1. Manfaat Teoritis...............................................................................................4
2. Manfaat Praktis................................................................................................4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA...............................................................................5
A. Tinjauan Teoritis..................................................................................................5
1. Konsep Menyusui............................................................................................5
2. Konsep Air Susu Ibu (ASI)..............................................................................7
3. Konsep Perawatan Payudara......................................................................14
4. Konsep Pijat Oksitosin..................................................................................17
5. Konsep Asuhan Keperawatan.....................................................................20
6. Tinjaun Islami.................................................................................................29
B. Metodologi Penelitian........................................................................................31
1. Desain Penelitian...........................................................................................31
2. Objek Penelitian.............................................................................................32
3. Teknik pengumpulan data............................................................................32
4. Teknik Analisa Data......................................................................................32
BAB III GAMBAR KASUS...................................................................................34
A. Data Kasus Kelolaan.........................................................................................34
B. Data Senjang Pada Kasus......................................................................................51
BAB IV PELAKSANAAN DAN INTETVENSI KEPERAWATAN .........................53
A. Intervensi Keperawatan....................................................................................53
B. Implementasi......................................................................................................57

vii
BAB V PEMBAHASAN........................................................................................74
A. Analisis dan Diskusi Hasil.................................................................................74
B. Keterbatasan Penelitian....................................................................................78
BAB VIPENUTUP...............................................................................................79
A. Kesimpulan.........................................................................................................79
B. Saran...................................................................................................................79
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................80

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 1. Intervensi Keperawatan..........................................................


Tabel 2. Asuhan Keperawatan..............................................................
Tabel 3. Obat-obatan Pasien 1.............................................................
Tabel 4. Obat-obatan Pasien 2.............................................................
Tabel 5. Obat-obatan Pasien 3.............................................................
Tabel 6. Hasil Laboratorium Pasien 1..................................................
Tabel 7. Hasil Laboratorium Pasien 2..................................................
Tabel 8. Hasil Laboratorium Pasien 3..................................................
Tabel 9. Perencanaan Pulang.............................................................
Tabel 10. Data Senjang........................................................................
Tabel 11. Intervensi Pasien 1..............................................................
Tabel 12. Intervensi Pasien 2..............................................................
Tabel 13. Intervensi Pasien 3..............................................................
Tabel 14. Implementasi Pasien 1.........................................................
Tabel 15. Implementasi Pasien 2.........................................................
Tabel 16. Implementasi Pasien 3.........................................................

ix
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Riwayat Hidup...................................................................


Lampiran 2 . Lembar Persetujuan Menjadi Responden........................

Lampiran 3 . Lembar Penialain Produksi ASI.......................................

Lampiran 4 . Lembar Standar Peosedur Operasional Perawatan

Payudara.........................................................................

Lampiran 5 . Lembar Standar Peosedur Operasional Pijat Oksitosin.

Lampiran 6. Dokumentasi.....................................................................

x
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
ASI eksklusif adalah pemberian ASI saja pada bayi 0-6 bulan
tanpa pemberian tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk,
madu, air teh, air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti
pisang, papaya, bubur susu, biskuit, dan nasi (Fitriani et al., 2021)
Air Susu Ibu (ASI) Eksklusif merupakan salah satu cara untuk
menekan angka kematian bayi yaitu 24 per 1.000 kelahiran hidup
(Kemenkes RI, 2020). Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan
dapat mengurangi hingga 13% angka kematian balita. Studi dari
The Global Breastfeeding Collective, pada 2017 menunjukkan bahwa
satu negara akan mengalami kerugian ekonomi sekitar $300 milyar
pertahun akibat rendahnya cakupan ASI Eksklusif (Kemenkes RI, 2019).
World Health Organization (WHO) mengeluarkan standar untuk
pertumbuhan anak yang kemudian diterapkan diseluruh belahan dunia.
Isinya adalah menekankan pentingnya pemberian ASI saja kepada bayi
sejak lahir sampai usia 6 bulan, ini berarti bahwa bayi hanya menerima
ASI dari ibu, tanpa tambahan cairan atau makanan padat lain. WHO
menetapkan bahwa target ditahun 2025 sekurang-kurangnya 50% dari
jumlah bayi dibawah usia enam bulan diberikan ASI Eksklusif dan rata-
rata pemberian ASI eksklusif di dunia baru sekitar 38% (WHO, 2016).
Data United Nations Children’s Fund (UNICEF) menjelaskan
bahwa hanya 32,6% dari mereka yang disusui secara eksklusif selama 6
bulan pertama dari tahun 2007- 2014. Anak –anak yang mendapatkan
ASI eksklusif empat belas kali lebih mungkin untuk bertahan hidup dalam
enam bulan pertama kehidupan dibandingkan anak yang tidak disusui.
Mulai menyusui pada hari pertama setelah lahir dapat mengurangi resiko
kematian bayi baru lahir hingga 45% (UNICEF, 2016 dalam Fitriani, dkk,
2021).
Survei di Indonesia melaporkan bahwa terdapat 38% ibu berhenti
memberikan ASI karena kurangnya produksi ASI. Air susu ibu yang tidak
lancar menjadikan ibu merasa cemas dan menghindar untuk menyusui
dan berdampak pada kurangnya isapan bayi, hal tersebut mempengaruhi

1
penurunan produksi dan kinerja hormon oksitosin dan prolaktin sehingga
produksi ASI semakin menurun, sehingga ibu mengambil langkah
berhenti menyusui dan mengganti dengan susu formula. (Kemenkes RI,
2017)
ASI tidak keluar adalah kondisi tidak diproduksinya ASI atau
sedikitnya produksi ASI yang disebabkan oleh hormon oksitosin yang
kurang bekerja sebab kurangnya rangsangan isapan bayi yang
mengaktifkan kerja hormone oksitosin (Asih, 2017). Bila ibu menyusui
mengalami stress atau ketidaknyamanan, maka akan terjadi hambatan
dari refleks let down sehingga akan menurunkan produksi ASI. Refleks let
down yang tidak sempurna akan berakibat bayi yang haus menjadi tidak
puas, dan bayi akan menangis ketika disusui. Ketidakpuasan ini akan
menyebabkan pemicu stress dan ketidaknyamanan bagi ibu dan akan
semakin menurunkan produksi hormon oksitosin. Bayi yang haus dan
tidak puas menyusui ini berusaha untuk mendapatkan ASI yang cukup
dengan cara menambah kuat hisapannya sehingga bisa menimbulkan
lecet pada puting yang bisa menyebabkan ketidaknyamanan pada ibu
(Dwi Rahayu, 2018)
Produksi ASI yang kurang dapat ditingkatkan dengan cara
farmakologi maupun dengan non farmakologi. Farmakologi adalah
dengan menggunakan obat-obatan serta penggunaan susu formula
khusus untuk ibu menyusui. Adapun yang non farmakologi dapat
dilakukan dengan pola makan dengan gizi seimbang untuk
ibu menyusui, mobilisasi dini, dengan pijat oksitosin dan perawatan
payudara (Depkes, 2016).
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produksi ASI. Pijat oksitosin adalah pemijatan pada
sepanjang tulang belakang (vertebrae). Pijat oksitosin setelah melahirkan
dapat merangsang keluarnya hormon prolaktin dan oksitosin. Hormon
oksitosin sendiri menyebabkan sel otot saluran pembuat susu menjadi
berkontraksi sehingga mendorong ASI untuk keluar dan siap untuk
dihisap oleh bayi (Tuasikal & Indriyani, 2022).
Selain tehnik pijat oksitosin untuk memperlancar produksi ASI
juga dapat dengan melakukan perawatan payudara (breast care).

2
Dengan perawatan payudara juga mampu merangsang sekresi hormon
oksitosin, sehingga dapat merangsang produksi ASI sedini mungkin.
Rangsangan putting susu dan tehnik pemijatan saat dilakukan perawatan
payudara, mengahasilkan latihan seperti efek saat bayi melakukan
hisapan pada payudara ibu sehingga memicu pengeluaran ASI
(Handayani & Rustiana, 2020)
Maka sebab itu penulis tertarik untuk mengaplikasikan perawatan
payudara dan pijat oksitosin ini dalam kasus kelolaan yang tujuannya
agar produksi ASI meningkat pada ibu menyusui, Berdasarkan fenomena
diatas maka penulis mengangkat judul “Pengaruh Perawatan Payudara
dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada Ibu Menyusui Di RSUD
Dr.MM Dunda Limboto”.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah pada karya ilmiah ini adalah bagaimana “Pengaruh
Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI Pada
Ibu Menyusui Di RSUD Dr.MM Dunda Limboto ?”

C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mampu menerapkan perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap
produksi ASI pada ibu menyusui di RSUD Dr.MM Dunda Limboto
2. Tujuan Khusus
a. Mengidentifikasi produksi ASI pada saat sebelum dilakukan
perawatan payudara dan pijat oksitosin pada ibu menyusui di RSUD
Dr.MM Dunda Limboto.
b. Mengidentifikasi produksi ASI pada saat sesudah dilakukan
perawatan payudara dan pijat oksitosin pada ibu menyusui di RSUD
Dr.MM Dunda Limboto
c. Menganalisis pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin
terhadap ibu menyusui di RSUD Dr.MM Dunda Limboto.

3
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Hasil karya ilmiah ini dapat menjadi bahan acuan untuk
pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dibidang keperawatan
maternitas
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan pasien dan keluarga dapat melakukan terapi perawatan
payudara dan pijat oksitosin secara mandiri untuk meningkatkan
produksi ASI.
b. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit
Diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi
petugas kesehatan dalam upaya meningkatkan produksi ASI Pada
ibu nifas dalam menyusui.
c. Bagi Profesi Kesehatan
Karya ilmiah ini diharapkan dapat menambah literature atau bacaan
di perpustakaan sebagai bahan kajian yang berkaitan dengan asuhan
keperawatan pada ibu menyusui.
d. Bagi Penelitian Selanjutnya
Hasil Karya Ilmiah Ners ini di harapkan dapat di gunakan sebagai
data dasar untuk penelitian di masa yang akan datang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis
1. Konsep Menyusui
a. Pengertian
Menyusui adalah suatu cara pemberian makan yang terbaik
bagi bayi yang mempunyai manfaat untuk psikologis dan fisiologis
bagi ibu dan bayi. Menyusui adalah proses pemberian susu kepada
bayi atau anak kecil dengan air susu ibu (ASI) dari payudara ibu.
Segala daya upaya yang dilakukan untuk membantu ibu mencapai
keberhasilan dalam menyusui bayinya disebut dengan manajemen
laktasi (Rachman, 2018).

4
b. Teknik Menyusui
Teknik menyusui merupakan hal yang penting dalam
memulai proses menyusui. Pada minggu pertama persalinan ibu
mengalami fase dimana mengakibatkan ibu lebih sensitif, ibu
memerlukan pendampingan dari tenaga kesehatan maupun orang
yang terdekat disekitarnya agar dapat membantu ibu memulai proses
menyusui dengan benar (Ilmiasih, 2017 dalam Tampubolon, 2018)
c. Mekanisme Menyusui
Menurut Belasari, 2017 bayi mempunyai 3 refleks intrinsik
yang dibutuhkan dalam keberhasilan menyusui:
1) Refleks Mencari ( Rooting Refleks)
Payudara yang menempel pada pipi atau daerah sekeliling
mulut merupakan rangsangan yang menimbulkan refleks mencari
pada bayi. Ini menyebabkan kepala bayi berputar menuju puting
susu yang menempel diikuti dengan membuka mulut dan kemudian
puting susu ditarik masuk kedalam mulut.

2) Refleks Menghisap ( Sucking Refleks)


Teknik menyusi yang baik adalah seluruh areola payudara
sedapat mungkin semuanya amsuk kedalam mulut bayi, tetapi
halini tidak mungkin dilakukan pada ibu yang mempunyai areola
yang besar. Untuk ini maka sudah cukup bila rahang bayi supaya
menekan sinus laktiferus. Tidak dibenarkan bila rahang bayi hanya
menekan puting susu saja, karena bayi hanya dapat menghisap susu
sedikit dan hal ini bisa menimbulkan lecet pada puting ibu.
3) Refleks Menelan ( Swallowing refleks)
Pada saat air susu keluar dari puting susu akan disusul
dengan gerakan menghisap yang ditimbulkan oleh otot-otot pipi,
sehingga pengeluaran air susu akan bertambah dan
diteruskan dengan mekanisme masuk ke lambung. Kebanyakan
bayi-bayi yang masih baru belajar menyusu pada ibunya, kemudian
dicoba dengan susu botol secara bergantian, maka bayi tersebut
akan menjadi bingung puting (nipple confusion) sehingga sering
bayi menyusu pada ibunya dengan cara menghisap botol dot. Oleh

5
karena itu jika bayi belum bisa disusui sebaiknya bayi diberi
minum melalui sendok atau pipet.
d. Masalah Dalam Menyusui
Menurut Elisabeth,dkk, 2015 dalam Teodora BR, 2019,
masalah yang biasanya terjadi dalam pemberian ASI yaitu :
1) Puting Susu Nyeri
Umumya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal
menyusui.Perasaann sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar.Bila
posisi mulut bayi dan putting susu ibu benar, perasaan nyeri akan
hilang.
2) Puting Susu Lecet
Puting susu terasa nyeri bila tidak ditangani dengan benar akan
menjadi lecet. Umumnya menyusui akan menyakitkan kadang-
kadang mengeluarkan darah. Puting susu lecet dapat disebabkan
oleh posisi menyusui yang salah, tapi dapat pula disebabkan oleh
trush (candidates) atau dermatitis.
3) Payudara Bengkak
Pada hari- hari pertama (sekitar 2-4 jam), payudara sering
terasa penuh dan nyeri disebabkan bertambahnya aliran darah ke
payudara bersamaan dengan ASI mulai diproduksi dalam jumlah
banyak.
4) Mastitis atau Abses Payudara
Mastitis adalah peradangan pada payudara. Payudara menjadi
merah, bengkak kadangkala diikuti rasa nyeri dan panas, suhu tubuh
meningkat. Di dalam ada terasa masa padat (lump) dan diluarnya
kulit menjadi merah. Kejadain ini terjadi pada masa nifas 1-3 minggu
setelah persalinan diakibatkan oleh sumbatan saluran susu yang
berlanjut. Keadaan ini disebabkan kurngnya ASI diisap/dikeluarkan
atau pengisapan yang tidak efektif. Dapat juga karena kebiasaan
menekan payudara dengan jari atau karena tekanan baju/BH.

2. Konsep Air Susu Ibu (ASI)


a. Pengertian

6
Air Susu Ibu (ASI) merupakan cairan biologis kompleks yang
mengandung semua nutrisi yang diperlukan untuk tumbuh kembang
anak. Sifatnya yang sangat mudah diserap oleh tubuh bayi,
menjadikan nutrisi utama yang paling memenuhi persyaratan untuk
tumbuh kembang bayi. Air Susu Ibu (ASI) merupakan faktor yang
paling menentukan dalam proses pertumbuhan dan perkembangan
bagi bayi usia 0 – 6 bulan. Sebelum mencapai usia 6 bulan, sistem
pencernaan bayi belum mampu mencerna makanan selain ASI. Oleh
karena itu, pemberian ASI Eksklusif adalah pilihan tepat dan sangat
dianjurkan untuk jangka 6 bulan (Elsira, 2019)
Air susu ibu merupakan suatu emulsi lemak dalam larutan
protein, laktosa dan garam – garam anorganik yang disekresi oleh
kalenjer mamae ibu, yang berguna sebagai makanan bayinya. ASI
merupakan makanan alamiah yang baik untuk bayi, praktis,
ekonomis, mudah dicerna untuk memiliki komposisi, zat gizi yang
ideal sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan pencernaan bayi.
ASI dalam jumlah cukup merupakan makanan yang terbaik pada bayi
dan dapat memenuhi kebutuhan gizi bayi selama 6 bulan pertama
(Hasnawati et al., 2018)
b. Komposisi
ASI mengandung zat yang sangat dibutuhkan bayi, yang
terdiri dari (Fatimah, 2017):
1) Lemak
Lemak merupakan sumber kalori yang terdapat pada ASI,
senyawa-senyawa lemak tersebut mudah diserap oleh saluran
pencernaan bayi yang belum berkembang secara sempurna. Hal ini
disebabkan karena lemak ASI merupakan lemak sederhana yang
stuktur zatnya tidak bercabang, sehingga mudah melewati saluran
pencernaan bayi.
2) Karbohidrat
Karbohidrat dalam ASI berupa laktosa. Kadar laktosa dalam
ASI lebih tinggi dibandingkan dengan kadar laktosa dalam susu
hewani. Saluran pencernaan bayi akan menghidrolisis (memecah)
menjadi zatzat yang lebih sederhana, yaitu galaktosa dan glukosa

7
yang akan diserap oleh bayi dan sebagai penghasil energi tinggi.
Laktosa juga berfungsi meningkatkan absorbsi kalsium dan
menstimulus pertumbuhan Lactobacillus bifidus, yang berperan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme patogen atau penyebab
penyakit.
3) Protein
ASI mengandung protein lebih rendah dari susu sapi, tetapi
protein dalam ASI mempunyai nilai nutrisi yang tinggi dan mudah
dicerna. ASI mengandung asam amino esensial taurin yang tinggi
yang penting untuk pertumbuhan retina dan konjugasi bilirubin
4) Laktosa
Laktosa merupakan karbohidrat utama yang terkandung pada
ASI, berfungsi sebagai sumber energi, meningkatkan absorbsi
kalsium dan merangsang pertumbuhan lactobacillus bifidus.

5) Mineral
Mineral utama yang terdapat dalam ASI adalah kalsium. Kadar
kalsium ASI lebih rendah dari susu sapi, namun tingkat
penyerapanya lebih besar. Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai
risiko lebih kecil kekurangan zat besi, karena zat besi yang berasal
dari ASI lebih mudah diserap. Zink dibutuhkan karena banyak
membantu berbagai proses metabolisme tubuh. Selenium sangat
dibutuhkan pada saat pertumbuhan anak
6) Vitamin
Kandungan vitamin yang terdapat pada ASI yaitu vitamin A
yang berkisar antara 200 IU (International Unit).
c. Jenis-jenis ASI
Berdasarkan waktu produksinya, ASI dibedakan menjadi tiga jenis,
yaitu:
1) Kolostrum
Kolostrum adalah cairan yang berwarna kekuningan dan
konsistensi kental yang disekresi pertama kali oleh kelenjar
payudara. Kolostrum disekresi oleh kelenjar payudara pada hari
pertama hingga ketiga sejak masa laktasi. Di dalam kolostrum

8
terdapat banyak protein dan antibodi untuk mempertahankan
kesehatan bayi. Antibodi yang terdapat di dalam kolostrum
memberikan kekebalan tubuh pada bayi baru lahir terhadap infeksi
bakteri berbahaya. (Khasanah, 2018)
2) Air susu masa peralihan (masa transisi)
Merupakan ASI yang dihasilkan oleh kolostrum menjadi ASI
mature. ASI masa peralihan yang disekresi mulai hari ke empat
sampai hari ke sepuluh. Pada masa ini, ASI mengandung lemak dan
kalori yang lebih tinggi dan protein lebih rendah daripada kolostrum.
Volume ASI yang dihasilkan makin meningkat ASI transisi
mengandung protein yang lebih rendah dibanding kolostrum. Namun
kandungan lemak dan karbohidrat ASI transisi lebih tinggi dibanding
kolostrum dan volume pada ASI transisi meningkat (Prasetyono,
2012).

3) ASI matang/mature milk


ASI yang disekresikan pada sekitar hari ke 10 setelah
kelahiran. ASI matang disekresi dalam jumlah yang lebih banyak
daripada kolostrum. ASI matang ini berwarna putih kekuning-
kuningan, warna ini diakibatkan warna dari garam Ca-caseniat,
riboflavin dan akroten yang terdapat di dalamnya. Sifat dari ASI ini
adalah tidak menggumpal jika dipanaskan. Ketika ASI matang ini
disekresikan, terjadi beberapa kondisi fisiologis yang secara klinis
dapat dilihat yakni, payudara menjadi terasa berat, keras dan penuh
(Khasanah, 2018)
ASI mature terus berubah di sesuikan dengan kebutuhan
perkembangan bayi sampai 6 bulan. Tipe ASI mature antara lain:
a) ASI Awal / Foremilk adalah air susu yang keluar pada awal menyusui,
berwarna lebih bening, mempunyai kandungan tinggi protein, laktosa
dan zat lain.
b) ASI Akhir / Hidmilk adalah air susu yang keluar sesudah foremilk
keluar pada saat akhir menyusui, berwarna lebih putih, mempunyai
kandungan tinggi lemak dan kalori yang sangat di butuhkan oleh bayi
(Suryaningsih, 2012)

9
d. Faktor Yang Mempengaruhi Pemberian ASI
Menurut (Aswita amir, Nursalim, 2018) dalam penelitiannya
menyebutkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian
ASI sebagai berikut:
1) Karakteristik ibu (pengetahuan, pendidikan, pekerjaan, usia, paritas
dan etnis)
2) Karakteristik bayi (berat lahir dan kondisi kesehatan bayi)
3) Lingkungan (keyakinan, dukungan keluarga, tempat tinggal dan
social ekonomi)
4) Pelayanan kesehatan (pemeriksaan kehamilan, konseling laktasi,
tempat persalinan, penolong persalinan dan kebijakan)

e. Manfaat Pemberian ASI


Menurut (Oyay et al., 2020) Menyusui bayi dapat
mendatangkan keuntungan bagi bayi, ibu, keluarga, masyarakat,
dan negara. Sebagai makanan bayi yang paling sempurna, ASI
mudah dicerna dan diserap karena mengandung enzim beberapa
manfaat ASI sebagai berikut :
1) Untuk Bayi
Bayi berusia 0-6 bulan, ASI bertindak sebagai makanan utama
bayi, karena mengandung lebih dari 60% kebutuhan bayi, ASI
memang terbaik untuk bayi manusia sebagaimana susu sapi yang
terbaik untuk bayi sapi, ASI merupakan komposisi makanan ideal
untuk bayi, pemberian ASI dapat mengurangi resiko infeksi lambung
dan usus, sembelit serta alergi, bayi yang diberi ASI lebih kebal
terhadap penyakit dari pada bayi yang tidak mendapatkan ASI, bayi
yang diberi ASI lebih mampu menghadapi efek penyakit kuning,
pemberian ASI dapat semakin mendekatkan hubungan ibu dengan
bayinya.
2) Untuk Ibu
Isapan bayi dapat membuat rahim menciut, mempercepat
kondisi ibu untuk kembali ke masa prakehamilan, serta mengurangi
resiko perdarahan, lemak yang ditimbun di sekitar panggul dan

10
paha pada masa kehamilan akan berpindah ke dalam ASI, sehingga
ibu lebih cepat langsing kembali, resiko terkena kanker rahim dan
kanker payudara pada ibu yang menyusui bayi lebih rendah dari
pada ibu yang tidak menyusui, menyusui bayi lebih menghemat
waktu, karena ibu tidak perlu menyiapkan botol dan
mensterilkannya, ASI lebih praktis lantaran ibu bisa berjalan-jalan
tanpa membawa perlengkapan lain, ASI lebih murah dari pada
susu formula, ASI selalu steril dan bebas kuman sehingga aman
untuk ibu dan bayinya, ibu dapat memperoleh manfaat fisik dan
emotional.
3) Untuk Keluarga
Tidak perlu menghabiskan banyak uang untuk membeli susu
formula, botol susu, serta peralatan lainnya, jika bayi sehat, berarti
keluarga mengeluarkan lebih sedikit biaya guna perawatan
kesehatan, penjarangan kelahiran lantaran efek kontrasepsi dari ASI
eksklusif, jika bayi sehat berarti menghemat waktu keluarga,
menghemat tenaga keluarga karena ASI selalu tersedia setiap saat,
keluarga tidak perlu repot membawa berbagai peralatan susu ketika
bepergian
4) Untuk Masyarakat dan Negara
Menghemat devisa negara karena tidak perlu mengimpor susu
formula dan peralatan lainnya, bayi sehat membuat negara lebih
sehat, penghematan pada sektor kesehatan, karena jumlah bayi
yang sakit hanya sedikit, memperbaiki kelangsungan hidup anak
karena dapat menurunkan angka kematian, ASI merupakan sumber
daya yang terus-menerus di produksi.
f. Tanda Bayi Kecukupan ASI
Menurut Dewi 2011 Dalam Umy 2017 , Bayi 0-6 bulan, dapat di
nilai mendapatkan kecukupan ASI bila mencapai keadaan sebagai
berikut :
1. Bayi minum ASI tiap 2-3 jam atau dalam 24 jam atau dalam 24
jam minimal mendapatkan ASI 8 kali pada 2-3 minggu pertama
2. Kotoran berwarna kuning dengan frekuensi sering sering dan
warna menjadi lebih mudah pada hari ke 5 setelah lahir.

11
3. Bayi akan buang air kecil ( BAK) paling tidak 6-8 kali sehari
4. Ibu dapat mendengarkan pada saat bayi menelan ASI
5. Payudara terasa lebih lembek, yang menandakan ASI teah habis
6. Warna bayi merah, kuit terasa kenyal.
7. Pertumbuhan berat badan dan tinggi badan bayi sesuai dengan
grafik pertumbuhan
8. Perkembangan motorik baik ( bayi aktif dan motoriknya sesuai
dengan rentang usiainya)
9. Bayi kelihatan puas, sewaktu saat lapar akan bangun dan tidur
dengan cukup
10. Bayi menyusu dengan kuat (rakus), kemudian melemah dan
tertidur pulas
g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelancaran Pengeluaran ASI
Menurut (Pulungan, 2021) factor-faktor yang dapat mempengaruhi
pengeluaran ASI, Yaitu :
1) Asupan Makanan
Produksi ASI sangat dipengaruhi oleh makanan yang
dikonsumsi oleh ibu. Oleh karena itu ibu perlu menyantap makanan
yang mengandung gizi seimbang secara teratur
2) Kondisi psikis
Keadaan psikis ibu tak kalah pentingnya dalam proses
kelancaran ASI. Karena refleks keluarnya ASI sangat dikontrol oleh
perintah yang dikirim oleh hipotalamus. Bila ibu dalam keadaan
stress, cemas,khawatir, tegang dan sebagainya, ASI tidak akan turun
dari alveoli menuju putting. Umumnya hal ini terjadi pada hari-hari
pertama menyusui. Reflek pengaliran susu dapat berfungsi baik bila
ibu merasa tenang dan rileks, serta tidak kelelahan. Oleh karena itu
peran keluarga, terutama suami, sangat penting menjaga kondiis
psikis ibu agar tetap tenang dan nyaman.
3) Perawatan payudara
Perawatan payudara yang benar akan memperlancar produksi
ASI. Oleh karena itu, sebaiknya perawatan payudara dilakukan saat
ibu masih dalam masa kehamilan
4) Frekuensi Bayi Menyusui

12
Frekuensi bayi menyusui secara langsung maupun dengan
memerah ASI mempengaruhi produksi dan kelancaran keluarnya ASI
5) Bayi kurang bisa menghisap ASI
6) Terkadang ada juga bayi yang tidak dapat menghisap ASI secara
benar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya struktur
mulut dan rahang bayi yang kurang baik.
7) Pengaruh obat-obatan
8) Alat Kontrasepsi

Penggunaan alat kontrasepsi pada ibu yang menyusui dapat


memengaruhi jumlah produksi ASI.

3. Konsep Perawatan Payudara


a. Pengertian
Perawatan payudara adalah suatu tindakan perawatan
khusus dengan pemberian rangsangan otot – otot buah dada untuk
memperlancar pengeluaran ASI. Perawatan payudara (Breast Care)
adalah suatu cara merawat payudara yang dilakukan pada saat
kehamilan atau masa nifas untuk produksi ASI (Atin, 2017)
Perawatan payudara adalah suatu tindakan perawatan
payudara yang dilaksanakan, baik oleh ibu post partum maupun
dibantu oleh orang lain yang dilaksanakan mulai hari pertama atau
kedua setelah melahirkan. Perawatan payudara sangat penting untuk
memperlancar proses pengeluaran ASI. Manfaat perawatan
payudara untuk menjaga kebersihan terutama pada putting susu,
mencegah berbagai penyakit, memperkuat putting susu, merangsang
kelenjar-kelenjar air susu yang ada di dalam payudara sehingga
produksi ASI lebih banyak dan lancar, mendeteksi adanya kelainan
pada payudara (Pulungan, 2021)
b. Tujuan Perawatan Payudara
Perawatan payudara pasca persalinan merupakan kelanjutan
perawatan payudara semasa hamil, yang mempunyai tujuan sebagai
berikut:
1) Untuk menjaga kebersihan payudara.

13
2) Untuk menghindari penyulit saat menyusui. Antara lain putting susu
lecet, ASI tidak lancar berproduksi, pembengkakan payudara.
3) Untuk menonjolkan putting susu.
4) Menjaga bentuk buah dada tetap bagus.
5) Untuk memperbanyak produksi ASI.
Pelaksanaan perawatan payudara pasca persalinan dimulai
sedini mungkin yaitu 1-2 hari sesudah bayi dilahirkan. Hal itu
dilakukan 2 kali sehari (Teodora BR, 2019).
c. Prinsip Perawatan Payudara
Menurut Depkes RI 2008 dalam Angger & Lubis, 2022 prinsip
perawatan payudara terdiri atas :
1) Dikerjakan dengan sistematis dan teratur
2) Menjaga kebersihan sehari-hari
3) Nutrisi harus lebih baik dari sebelum hamil
4) Memakai bra yang bersih dan menopang payudara
5) Dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 6 bulan
d. Pelaksanaan Perawatan Payudara
Menurut Ratna, 2017 Ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam melaksanakan perawatan payudara pasca
persalinan, yaitu:
1) Puting susu dikompres dengan kapas minyak selama 3-4 menit
2) kemudian bersihkan dengan kapas minyak tadi. Pengenyalan yaitu
puting susu dipegang dengan ibu jari dan jari telunjuk diputar
kedalam 20 kali keluar 20 kali
3) Penonjolan puting susu yaitu :
a. Puting susu cukup ditarik sebanyak 20 kali
b. Dirangsang dengan menggunakan ujung waslap
c. Memakai pompa puting susu
4) Pengurutan payudara:
a. Telapak tangan petugas diberi baby oil kemudian diratakan
b. Peganglah payudara lalu diurut dari pangkal ke putting susu
sebanyak 30 kali.
c. Pijatlah puting susu pada daerah areola mamae untuk
mengeluarkan colostrums.

14
d. Bersihkan payudara dengan air bersih memakai waslap.\

e. Dampak Bila Tidak Melakukan Perawatan Payudara


Beberapa dampak yang di timblkan apabila tidak melakukan
perawatan payudara, yaitu (Pulungan, 2021) :
1) Bendungan Air Susu
Selama 24 hingga 48 jam pertama sesudah terlihatnya sekresi
lacteal, payudara sering mengalami distensi menjadi keras dan
berbenjol-benjol. Keadaan ini yang disebut dengan bendungan air
susu: “caked breast” sering menyebabkan rasa nyeri yang cukup
hebat dan bisa di sertai dengan kenaikan suhu.
2) Putting Susu Datar atau Terbenam
Putting yang kurang menguntungkan seperti ini sebenarnya
tidak selalu menjadi masalah.Secara umum, ibu masih dapat
menyusui bayinya.Upaya yang paling efisien untuk memperbaiki
keadaan ini adalah hisapan langsung bayi yang kuat sehingga ibu
sebaiknya menunggu sampai bayi baru lahir.
3) Putting Susu Nyeri
Umumnya ibu akan merasa nyeri pada waktu awal menyusui.
Perasaan sakit ini akan berkurang setelah ASI keluar. Bila posisi
mulut bayi dan puting susu ibu benar, perasaan nyeri akan segera
hilang .
4) Payudara Bengkak
Payudara yang bengkak dapat terjadi akibat hambatan aliran
darah vena atas saluran kelenjar getah bening akibat ASI terkumpul
dalam payudara.
5) Saluran ASI Tersembut
Menurut Astutik (2013), kelenjar ASI memiliki 15-20 saluran
ASI. Satu atau lebih saluran ini bisa tersumbat karena :
a. Tekanan jari ibu saat menyusui
b. Posisi bayi
c. BH terlalu ketat
d. Adanya komplikasi payudara bengkak yang tidak segera teratasi.

15
4. Konsep Pijat Oksitosin
a. Pengertian
Pijat oksitosin merupakan salah satu solusi untuk mengatasi
ketidaklancaran produk ASI. Pijat oksitosin pada sepanjang tulang
belakang. (vertebrae) sampai tulang costae kelima-keenam dan
merupakan usaha untuk merangsang hormon prolaktin dan oksitosin
setelah melahirkan. Melalui pijatan atau rangsangan pada tulang
belakang, neurotransmitter akan merangsang medulla oblongata
langsung mengirim pesan ke hypothalamus di hypofisis posterior
untuk mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan payudara
mengeluarkan oksitosin sehingga menyebabkan payudara
mengeluarkan air susunya (Hadi et al., 2019).
Pijat ASI yang sering dilakukan dalam rangka meningkatkan
ketidaklancaran produksi ASI adalah pijat oksitosin. Pijat oksitosin
bisa dibantu pijat oleh nenek atau ayah bayi. Pijat oksitosin ini
dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau reflex let down
(Belasari, 2017).
b. Manfaat Pijat Oksitosin
Pijat oksitosin memberikan banyak manfaat dalam proses
menyusui, manfaat yang dilaporkan adalah selain mengurangi stres
pada ibu nifas dan mengurangi nyeri pada tulang belakang juga
dapat merangsang kerja hormon oksitosin. manfaat pijat oksitosin
yaitu:
(1) Meningkatkan kenyaman
(2) Mengurangi sumbatan ASI
(3) Merangsang pelepasan hormon oksitosin
(4) Memperlancar produksi ASI
(5) Mempercepat proses involusi uterus
Pijat oksitosin ini bisa dilakukan segera setelah ibu melahirkan
bayinya dengan durasi 3-5 menit, frekuensi pemberian pijatan 1 kali
sehari. Pijatan ini tidak harus dilakukan langsung oleh petugas
kesehatan tetapi dapat dilakukan oleh suami atau anggota keluarga
yang lain (Siregar, 2018)

16
c. Cara Melakukan Pijat Oksitosin
Persiapan Ibu Sebelum Dilakukan Pijat Oksitosin (Della Sekar
Yuventhia, 2018) :
1) Bangkitkan rasa percaya diri ibu
2) Bantu ibu agar mempunyai pikiran dan erasaan baik tentang
bayinya
Alat-alat yang digunakan :
1) Handuk bersih
2) Air hangat dan air dingin dalam baskom
3) Washlap atau sapu tangan dari handuk
4) Baby oil
Langkah-langkah di lakukan pemijatan Oksitosin :
1) Memposisikan ibu duduk di kursi dan membungkuk dengan
memeluk bantal atau dapat menopang diatas lengan pada meja
2) Memasang handuk diatas pangkuan ibu, biarkan payudara
bebas tanpa bra
3) Melumuri telapak tangan dengan minyak/Baby oil
4) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari menunjuk ke arah
depan
5) Menekan kedua ibu jari pada kedua sisi tulang belakang dengan
memebentuk gerakan memutar kecil
6) Pada saat bersamaan, pijat kedua sisi tulang belakang kearah
bawah leher dari leher kearah tulang belikat selama 3-5 menit
7) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
8) Memebersihkan punggung ibu dengan washlap air hangat.
Pijat Oksitosin dapat diberikan pada saat minimal 2 jam
setelah ibu ost partus atau pasca persalinan karena dengan
dilakkan pemijatan dapat mempercepat produksi ASI. Otak
bagian belakang akan menyampaikan perintah ke saraf
parasimpatis sehingga hormon okitosin dapat cepat keluar.

d. Tanda- Tanda Refleks Oksitosin Aktif


Menurut (Belasari, 2017) tanda refleks oksitosin aktif yaitu:

17
1) Adanya sensasi sakit seperti diperas atau menggelenyar didalam
payudara sesaat sebelum atau selama menyusui bayinya
2) ASI mengalir dari payudaranya saat dia memikirkan bayinya
atau,mendengar bayinya menangis.
3) ASI menetes dari payudaranya yang lain, ketika bayinya menyusu.
4) ASI mengalir dari payudaranya dalam semburan halus jika bayi
melepaskan payudara saat menyusu.
5) Adanya nyeri yang berasal dari kontraksi rahim, kadang diiring
dengan keluarna darah lochea selama menyusui di hari-hari
pertama.
6) Isapan ang lambat dan tegukan oleh bayi, menunjukan ASI
mengalir dan ditelan oleh bayi.
7) Ibu merasa haus.
e. Indikator Keberhasilan Pijat Oksitosin
Indikator keberhasilan pijat oksitosin dapat dilihat dari kelancaran
produksi ASI.
Hal ini dapat dilihat dari indikator bayi dan ibu, yaitu:
1) Kelancaran produksi ASI dari indikator bayi:
a. Frekuensi dari bayi buang air kecil (BAK), dimana bayi yang
cukup produksi ASI-nya maka selama 24 jam paling sedikit bayi
akan BAK sebanyak 6 kali, warna urin kuning jernih.
b. Setelah menyusu bayi tertidur tenang selama 2-3 jam.
c. Pola buang air besar 2-5 kali perhari, BAB yang dihasilkan
adalah berwarna kuning keemasan, tidak terlalu encer dan tidak
terlalu terlalu pekat (Ratna, 2017).
2) Kelancaran produksi ASI dari indikator ibu:
a. Payudara tegang karena terisi ASI.
b. Ibu rileks.
c. Let down reflek baik.
d. Frekuensi menyusui >8 kali sehari.
e. Ibu menggunakan kedua payudara bergantian.
f. Posisi perlekatan benar
g. Puting tidak lecet.
h. Ibu menyusui bayi tanpa jadwal.

18
i. Ibu terlihat payudaranya memerah karena payudara penuh.
j. Payudara kosong setelah bayi menyusu sampai kenyang dan
tertidur.
k. Bayi nampak menghisap kuat dengan irama perlahan (Ratna,
2017).

5. Konsep Asuhan Keperawatan


a. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesaria, data yang
dapat ditemukan meliputi distress janin, kegagalan untuk
melanjutkan persalinan, malposisi janin, prolaps tali pusat, abrupsio
plasenta dan plasenta previa.
1) Identitas atau biodata klien
Meliputi, nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
status perkawinan, pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah
sakit nomor register , dan diagnosa keperawatan.
2) Keluhan utama
Biasanya klien mengeluh sakit perut, perdarahan, nyeri pada luka
jahitan, takut bergerak.
3) Riwayat kesehatan
a) Riwayat kesehatan dahulu:
Penyakit kronis atau menular dan menurun seperti jantung,
hipertensi, DM, TBC, hepatitis, penyakit kelamin atau abortus.
b) Riwayat kesehatan sekarang :
Riwayat pada saat sebelun inpartu di dapatka cairan ketuban yang
keluar pervaginan secara sepontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
c) Riwayat kesehatan keluarga:
Adakah penyakit keturunan dalam keluarga seperti jantung, DM, HT,
TBC, penyakit kelamin, abortus, yang mungkin penyakit tersebut
diturunkan kepada klien.
4) Pola-pola fungsi kesehatan
a) pola persepsi dan tata leksana hidup sehat
Karena kurangnya pengetahuan klien tentang ketuban pecah dini,

19
dan cara pencegahan, penanganan, dan perawatan serta kurangnya
mrnjaga kebersihan tubuhnya akan menimbulkan masalah dalam
perawatan dirinya
b) Pola Nutrisi dan Metabolisme
Pada klien nifas biasanaya terjadi peningkatan nafsu makan karena
dari keinginan untuk menyusui bayinya.
c) Pola aktifitas
Pada pasien pos partum klien dapat melakukan aktivitas seperti
biasanya, terbatas pada aktifitas ringan, tidak membutuhkan tenaga
banyak, cepat lelah, pada klien nifas didapatkan keterbatasan
aktivitas karena mengalami kelemahan dan nyeri.pada pasien post
sc aktivitasnya masih dibantu keluarga.
d) Pola eleminasi
Pada pasien pos partum sering terjadi adanya perasaan sering
/susah kencing selama masa nifas yang ditimbulkan karena
terjadinya odema dari trigono, yang menimbulkan inveksi dari uretra
sehingga sering terjadi konstipasi karena penderita takut untuk
melakukan BAB.
e) Istirahat dan tidur
Pada klien nifas terjadi perubagan pada pola istirahat dan tidur
karena adanya kehadiran sang bayi dan nyeri epis setelah
persalinan
f) Pola hubungan dan peran
Peran klien dalam keluarga meliputi hubungan klien dengan keluarga
dan orang lain.

g) Pola penagulangan stress


Biasanya klien sering melamun dan merasa cemas
h) Pola sensori dan kognitif
Pola sensori klien merasakan nyeri pada perut akibat luka jahitan,
pada pola kognitif klien nifas primipara terjadi kurangnya
pengetahuan merawat bayinya
i) Pola persepsi dan konsep diri
Biasanya terjadi kecemasan terhadap keadaan kehamilanya, lebih-

20
lebih menjelang persalinan dampak psikologis klien terjadi
perubahan konsep diri antara lain dan body image dan ideal diri
j) Pola reproduksi dan sosial
Terjadi disfungsi seksual yaitu perubahan dalam hubungan seksual
atau fungsi dari seksual yang tidak adekuat karena adanya proses
persalinan dan nifas.
5) Pemeriksaan fisik
a) Kepala
Bagaimana bentuk kepala, kebersihan kepala, kadang-kadang
terdapat adanya cloasma gravidarum, dan apakah ada benjolan
b) Leher
Tidak ada pembesaran kelenjar tioroid
c) Mata
Terkadang adanya pembengkakan paka kelopak mata, konjungtiva,
dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat (anemia) karena
proses persalinan yang mengalami perdarahan, sklera kunuing
d) Telinga
Biasanya bentuk telingga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihanya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
e) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum kadang-
kadang ditemukan pernapasan cuping hidung

f) Dada
Terdapat adanya pembesaran payudara, adanya hiper pigmentasi
areola mamae dan papila mamae
g) Abdomen
Terdapat bekas SC, Pada klien nifas abdomen kendor kadang-
kadang striae masih terasa nyeri.Fundus uteri 3 jari dibawa pusat.
h) Genitalia
Pengeluaran darah campur lendir, terpasang cateter
i) Anus
Tidak ada kelainan, tidak ada hemoroid
j) Ekstermitas

21
Pemeriksaan odema untuk mrlihat kelainan-kelainan karena
membesarnya uterus, karenan preeklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
k) Tanda-tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada pos partum tekanan darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

b. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri Akut b.d agen cidera fisik dibuktikan dengan tampak meringis
2) Ansietas b.d tanggung jawab menjadi orang tua dibuktikan dengan
tampak gelisah
3) Gangguan pola tidur b.d tanggung jawab memberi asuhan pada bayi
dibuktikan dengan tampak lelah
4) Defisit pengetahuan b.d kurang terpapar informasi tentang kesehatan
dibuktikan dengan menanyakan masalah yang dihadapi
5) Menyusui tidak efektif b.d ketidakadekuatan suplai ASI dibuktikan
dengan sedikitnya ASI yang keluar

c. Intervensi Keperawatan
Tabel 1. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan
Keperawatan
1. Definisi : Setelah dilakukan Manajemen Nyeri
Pengalaman Tindakan Observasi
sensorik atau keperawatan selama 1. Identifikasi lokasi,
emosional yang 3 x 24 jam, maka karakteristik, durasi, frekuensi,
berkaitan dengan diharapkan Tingkat kualitas, itensitas nyeri
kerusakan Nyeri Menurun 2. Identifikasi skala nyeri
jaringan actual dengan kriteria hasil :
3. Identifikasi respon nyeri non
atau fungsional, 1. Keluhan nyeri
verbal
dengan omset menurun
4. Identifikasi factor yang
mendadak atau 2. Meringis menurun
memperberat dan
lambat dan 3. Skala protektif memperingan nyeri
berintesitas menurun 5. Identifikasi pengetahuan dan
ringan hingga 4. Gelisah menurun kenaikan tentang nyeri
berat yang
5. Kesulitan tidur 6. Identifikasi pengaruh
berlangsung

22
kurang dari 3 menurun budaya
bulan. 6. Frekuensi nadi terhadap respon nyeri
Gejala Dan Tanda membaik 7. Identifikasi prengaruh nyeri
Mayor pada kualitas hidup
Subjektif : 8. Monitor keberhasilan terapi
komplementer yang sudah di
1. Mengeluh
berikan
nyeri. Objektif :
9. Monitor efeksamping
1. Tampak
penggunaan analgetic
meringis
Terapeutik
2. Bersikap
10. Berikan teknik
protektif
nonfarmakologi untuk
3. gelisah mengurangi rasa nyeri
4. frekuensi nadi 11. Kontrol lingkungan yang
meningkat memperberat rasa nyeri
5. Sulit tidur 12. Fasilitas istrahat dan tidur
Gejala Dan 13. Pertimbangkan jenis dan
Tanda Minor sumber nyeri dalam pemilihan
Subjektif : ( strategi meredakan nyeri
Tidak tersedia) Edukasi
Objektif : 14. Jelaskan penyebab, periode,
1. Tekanan dan pemicu nyeri
darah 15. Jelaskan strategi meredakan
meningkat nyeri
2. Pola napas 16. Anjurkan memonitor nyeri
berubah secara mandiri
3. Nafsu makan 17. Anjurkan menggunakan
analgetic secara tepat
berubah
18. Anjurkan teknik
4. Proses berfikir nonfarmakologis untuk
terganggu mengurangi rasa nyeri
5. Menarik diri Kolaborasi
6. Terfokus pada 19. Kolaborasi pemberian
diri sendiri analgetic, jika perlu
7. Diaforesis
2 Ansietas Setelah dilakukan Terapi Relaksasi
Definisi : tindakan Observasi
Kondisi emosi dan keperawatan selam 1. Identifikasi penurunan tingkat
pengalaman 3x 24 jam maka di energi, ketidakmampuan
subyektif individu harapkan Tingkat berkonsentrasi, atau gejala lain
terhadap objek Ansietas Menurun yang mengganggu kemampuan
yang tidak jelas dengan kriteria hasil : kognitif
dan spesifik akibat 1. Verbalisasi 2. Identifikasi Teknik relaksasi yang
antisipasi bahaya kebingungan pernah efektif digunakan
yang menurun 3. Identifikasi kesediaan,
memungkinkan 2. Verbalisasi khawatir kemampuan, dan penggunaan
individu akibat kondisi yang Teknik sebelumnya
melakukan dihadapi menurun 4. Periksa ketegangan otot,
tindakan untuk 3. Perilaku gelisah frekuensi nadi, tekanan darah,
menghadapi menurun dan suhu sebelum dan sesudah

23
ancaman 4. Perilaku tegang Latihan
Gejala dan Tanda menurun 5. Monitor respons terhadap terapi
Mayor 5. Konsentrasi relaksasi
Subjektif : membaik Terapeutik
2. Merasa 6. Pola tidur membaik 6. Ciptakan lingkungan tenang
bingung dan tanpa gangguan dengan
3. Merasa pencahayaan dan suhu ruang
khawatir nyaman, jika memungkinkan
dengan akibat 7. Berikan informasi tertulis
dari kondisi tentang persiapan dan prosedur
yang di hadapi teknik relaksasi
4. Sulit 8. Gunakan pakaian longgar
berkonsentrasi 9. Gunakan nada suara lembut
Objektif : dengan irama lambat dan
1. Tampak Gelisah berirama
2. Tampak Tegang 10. Gunakan relaksasi sebagai
3. Sulit Tidur strategi penunjang dengan
Gejala dan Tanda analgetik atau Tindakan medis
Minor lain, jika sesuai
Subjektif : Edukasi
1. Mengeluh 11. Jelaskan tujuan, manfaat,
pusing Batasan, dan jenis relaksasi
2. Anoreksia yang tersedia (mis: musik,
3. Palpitasi meditasi, napas dalam,
4. Merasa tidak relaksasi otot progresif)
berdaya 12. Jelaskan secara rinci intervensi
Objektif : relaksasi yang dipilih
1. Frekuensi 13. Anjurkan mengambil posisi
napas nyaman
meningkat 14. Anjurkan rileks dan merasakan
2. Frekuensi sensasi relaksasi
nadi meningkat 15. Anjurkan sering mengulangi
3. Tekanan atau melatih Teknik yang dipilih
Darah 16. Demonstrasikan dan latih
meningkat Teknik relaksasi (mis: napas
4. Diaforesis dalam, peregangan, atau
5. Tremor imajinasi terbimbing)
6. Muka tampak
pucat
7. Suara
bergetar
8. Kontak mata
buruk
9. Sering
Berkemih
10. Berorientasi
pada masa lalu

3e Gangguan kualitas Setelah dilakukan Dukungan Tidur


3 dan kuantitas tindakan keperawatan Observasi

24
waktu tidur akibat selama 3 x 24 jam 1. Identifikasi pola aktivitas dan
faktor eksternal. maka Pola Tidur tidur
Gejala Dan Tanda Membaik dengan
2. Identifikasi faktor pengganggu
Mayor kriteria hasil :
tidur (fisik dan/atau psikologis)
Subjektif : 1. Kesulitan tidur
Identifikasi makanan dan
menurun
1. Mengeluh sulit minuman yang mengganggu
tidur 2. Keluhan tidak tidur (mis, kopi, teh, alcohol,
puas tidur makan mendekati waktu tidur,
2. Mengeluh
menurun minum banyak air sebelum
sering terjaga
3. Mengeluh tidak 3. Keluhan tidur)
puas tidur istrahat 3. Identifikasi obat tidur
tidak cukup yang di konsumsi
4. Mengeluh pola
menurun Terapeutik
tidur berubah
5. Mengeluh 4. Modifikasi lingkungan (mis,
istrahat pencahayaan, kebisingan,
tidak suhu, matras dan tempat tidur)
cukup 5. Batasi waktu tidur siang, jika
perlu
Objektif :
(Tidak 6. Fasilitasi menghilangkan stres
tersedia) sebelum tidur
Gejala Dan Tanda 7. Tetapkan jadwal tidur rutin
Minor 8. Lakukan proseduk
Subjektif : untuk meningkatkan
kenyamanan (mis, pijat,
1. Mengeluh
pengaturan posisi, terapi
akupresur)
beraktivitas
9. Sesuaikan jadwal pemberian
menurun obat dan/atau tindakan untuk
Objektif : (Tidak menunjang siklus-terjaga
tersedia) Edukasi
10. Jelaskan pentingnya tidur
cukup selama sakit
11. Anjurkan menepati kebiasaan
waktu tidur
12. Anjurkan menghindari
makanan/ minuman yang
mengganggu tidur
13. Anjurkan penggunaan obat
tidur yang tidak mengandung
supresor terhadap tidur REM
14. Anjurkan faktor-faktor yang
berkontribusi terhadap
gangguan pola tidur (mis,
psikologis gaya hidup, sering
berubah shift bekerja)
15. Ajarkan relaksasi otot
autogenic atau cara
nonfarmakologi lainya.

25
4 Defisit Setelah dilakukan Promosi Koping
Pengetahuan tindakan keperawatan Observasi
Definisi : ketiadaan selama 3x24 jam maka 1. Identifikasi kemampuan
atau kurangnya Tingkat Pengetahuan yang dimiliki
informasi Meningkat dengan 2. Identifikasi pemahaman
kognitifyang kriteria hasil : proses penyakit
berkaitan dengan 3. Identifikasi dampak situasi
topik tertentu. 1. Perilaku sesuai terhadap peran dan
Gejala dan Tanda anjuran hubungan
Mayor meningkat 4. Identifikasi metode
Subjektif : 2. Verbalisasi minat penyelesaian masalah
1. Menanyakan dalam belajar 5. Identifikasi kebutuhan dan
masalah yang meningkat keinginan terhadap
dihadapi 3. Kemampuan dukungan sosial
Objektif : menjelaskan Terapeutik
1. Menunjukan pengetahuan 6. Diskusikan perubahan peran
perilaku tidak tentang suatu yang dialami
sesuai anjuran topik meningkat 7. Gunakan pendekatan yang
2. Menunjukan 4. Perilakunsesuai tenang dan meyakinkan
presepsi yang dengan 8. Diskusikan alasan mengkritik
keliru terhadap pengetahuan diri sendiri
masalah meningkat 9. Diskusikan konsekuensintik
Gejala dan Tanda 5. Persepsi yang menggunakan rasa bersalah
Minor keliru terhadap dan rasa malu
Subjektif : (tidak masalah 10. Fasilitasi dalam memperoleh
tersedia) menurun informasi yang dibutuhkan
Objektif : 11. Motivasi untuk menentukan
1. Menjalani harapan yang realistis
pemeriksaan 12. Dampingi saat beduka
yang tidak tepat Edukasi
2. Menunjukan 13. Anjurkan penggunaan
perilaku sumber spiritual, jika perlu
berlebihan 14. Ajarkan mengungkapkan
(mis. Apatis , perasaan dan persepsi
bermusuhan, 15. Anjurkan keluarga terlibat
agitasi, 16. Ajarkan cara memecahkan
hysteria) masalah secara konstruktif
17. Latih penggunaan teknik
elaksasi
5 Menyusui Tidak Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
Efektif tindakan keperwatan Observasi
Definisi : 3 x 24 jam, Status 1. Identifikasi kesiapan dan
Kondisi dimana ibu Menyusui Membaik. kemampuan menerima
dan bayi mengalami Dengan kriteria informasi
ketidak puasan atau hasil : 2. Identifikasi tujuan dan
kesukaran pada keinginan menyusui
proses menyusui 1. Perlekatan bayi Terapeutik
Gejala dan Tanda pada payudara 3. Sediakan matei dan media
Mayor ibu meningkat pendidikan kesehatan
Subjektif : 2. Kemampuan ibu 4. Jadwalkan pendidikan

26
1. Kelelahan memposisikan kesehatan sesuai
maternal bayi dengan kesepakatan
2. Kecemasan benar meningkat 5. Berikan kesempatan untuk
maternal 3. Miksi bayi lebih bertanya
Objektif : dari 8 kali/24jam 6. Dukung ibu meningkatkan
1. Bayi tidak meningkat kepercayaan diri dalam
mampu melekat 4. Berat badan bayi menyusui
pada opayudara meningkat 7. Libatkan sistem pendukung :
ibu 5. Tetesan/ suami, keluarga, tenaga
2. ASI tidak pancaran ASI kesehatan dan masyarakat
menetes/ meningkat Edukasi
memancar 6. Suplai ASI 8. Berikan konseling menyusui
3. BAK bayi adekuat 9. Jelaskan manfaat menyusui
kurang dari 8 kali 7. Lecet pada bagi ibu dan bayi
dalam 24 jam putting menurun 10. Ajarkan 4 posisi menyusui
4. Nyeri dan/atau 8. Kelelahan dan perlekatan dengan benar
lecet terus maternal 11. Ajarkan perawatan payudara
menerus minggu menurun antepartum dengan
kedua 9. Kecemasan mengkompres dengan kapas
Gejala dan Tanda maternal yang telah diberikan minyak
Minor menurun kelapa
Subjektif : (tidak 12. Ajarkan perawatan payudara
tersedia)
Objektif :
1. intake bayi tidak
adekuat
2. bayi menghisap
tidak terus-
menerus
3. Bayi menangis
saat di susui
4. bayi rewel dan
menangis terus
dalam jam-jam
pertama
setelah
menyusui
5. menolak untuk
menghisap

6. Tinjaun Islami
Kata ‘menyusui’ dalam Kamus Bahasa Indonesia diartikan
dengan “memberikan air susu untuk diminum kepada bayi dari buah
dada”. Sedangkan dalam bahasa Alquran, setidaknya ada dua term yang

27
digunakan untuk menunjukkan pada kegiatan yang berkaitan dengan
menyusui, yaitu:
Pertama, digunakan kata kerja radhi’a-yardha’u-radhâ’an-
radhâ’atan, untuk menunjukkan makna pada kegiatan menyusui. Secara
bahasa kata al-radhâ’a bermakna menyusui, baik itu seorang perempuan
atau pun binatang. Sedangkan secara istilah berarti menyampaikan air
susu seorang perempuan kepada mulut bayi yang belum sampai usianya
dua tahun. Kata ini terulang sebanyak 10 kali dengan berbagai
derivasinya dalam Alquran dan tersebar dalam 5 surat, yaitu: QS. Al-
Baqarah [2]: 233, QS. Al-Nisâ’ [4]: 23, QS. Al-Hajj [22]: 2, Al-Qashash
[28]: 7 dan 12, QS. Al-Thalâq [65]: 6.
Kedua, digunakan juga istilah fishâl, yang merujuk pada makna
menyapih. Secara bahasa fishâl bermakna fithâm, yaitu menceraikan.
Maksud menceraikan disini yakni pemisahan anak dari susuan, atau
pemisahan susuan karena anak terpisah dari asupan susu ibunya dan
beralih kepada asupan makanan lainnya. Menurut gramatikal bahasanya,
fishâl mengandung makna ‘saling memisahkan’, sebab anak terpisah dari
ibunya, dan ibu pun terpisah dari anaknya, sehinga antara keduanya ada
pemisahan. Kata ini terulang sebanyak 3 kali dalam Al Qur’an, yaitu pada
QS. Al-Baqarah [2]: 233, QS. Luqmân [31]: 14 dan QS. Al-Ahqâf [46]: 15.
Dari kedua term yang digunakan dalam Alquran menunjukkan proses
menyusui dan pemisahan anak dari susuan ibunya. Dan pengertian
kedua term di atas sangat berguna untuk memahami lebih lanjut konteks
pembahasan dalam studi ini.
Dari beberapa kali pengulangan kata radha’a dan derivasinya
yang sebanyak 10 kali dalam Alquran sebagaimana disebutkan di atas,
dalam QS. Al-Baqarah [2]: 233 lah perintah menyusui pertama kali
ditemukan dalam mushaf Alquran, Allah swt berfirman:
َّ‫اع َة ۚ َو َعلَى ْال َم ْولُو ِد َل ُه ِر ْزقُهُن‬
َ ‫ض‬َ َّ‫ْن ۖ لِ َمنْ َأ َرا َد َأنْ ُي ِت َّم الر‬ ِ ‫َات يُرْ ضِ عْ َن َأ ْواَل َدهُنَّ َح ْولَي‬
ِ ‫ْن َكا ِملَي‬ ُ ‫َو ْال َوالِد‬
ِ‫َۚ وكِسْ َو ُتهُنَّ ِب ْال َمعْ رُوف‬

Artinya: “Para ibu hendaklah menyusui anak-anaknya selama


dua tahun penuh, yaitu bagi yang ingin menyempurnakan penyusuan.

28
Dan kewajiban ayah memberikan makan dan pakaian kepada para ibu
dengan cara yang ma’ruf”, (QS. Al-Baqarah [2]: 233)
Pada dasarnya ayat ini merupakan kelanjutan dari episode yang
dibicarakan pada ayat sebelumnya, yaitu perihal hukum nikah dan talak
yang berakhir pada perpisahan suami-istri. Dan boleh jadi mereka
memiliki anak yang masih dalam masa penyusuan. Maka melalui ayat ini
Allah swt memerintahkan para istri yang telah ditalak untuk tetap
menyusui anak-anaknya.
Lebih lanjut, Wahbah Al-Zuhailiy menerangkan bahwa ayat ini
ditujukan bagi wanita-wanita yang ditalak maupun tidak, keduanya
diperintahkan untuk menyusui anak-anak mereka selama dua tahun
penuh dan tidak lebih dari itu. Namun demikian, tidak ada larangan untuk
menyusui anak-anak dalam masa yang kurang dari dua tahun jika
memang dipandang akan ada maslahat di dalamnya. Imam Ibnu Katsir
memandang ayat ini sebagai bimbingan Allah swt bagi para ibu,
hendaknya mereka menyusui anak-anaknya secara sempurna, yaitu
selama dua tahun.
Pemberian ASI juga diperintahkan dan tertulis dalam Al-Qur‟an
pada Surat Al-Luqman ayat 14 yang artinya :
“Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik)
kepada kedua orang ibu-bapaknya, ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang ibu-
bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.” (Q.S. Luqman 31 : 14)
Dari ayat di atas dijelaskan bahwa manusia telah
diperintahkan oleh Allah untuk menghormati kedua orangtuanya,
khususnya ibunya yang telah menyapihnya dalam dua tahun.
Ukuran dua tahun memberikan informasi bahwa pemberian ASI
hanya mampu memenuhi kebutuhan anak sampai dua tahun dan
selama dua tahun ini ASI mampu menjadi pemenuh kebutuhan utama
pada anak (Departemen Agama, 2011).

29
B. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini tergolong penelitian eksperimen semu (Quasy
Experiment) dengan memakai rancangan one grup pre and post test
design, yaitu suatu pengukuran yang dilakukan pada saat sebelum dan
sesudah penelitian (Hidayat, 2012) . eksperimen semu bertujuan untuk
mengetahui pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap
produksi ASI pada ibu menyusui di RSUD Dr. MM Dunda Limboto. Dalam
rancangan ini responden diberikan intervensi perawatan payudara dan
pijat oksitosin, kemudian di ukur kelancaran produksi ASI. Rancangan ini
dapat digambarkan sebagai berikut :

O1 X O2

Keterangan :
O1 : Observasi sebelum perlakuan
X : perlakuan (Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin)
O2 : Observasi setelah perlakuan

2. Objek Penelitian
Objek penelitian merupakan variabel yang akan diriset atau diteliti
oleh peneliti yang dilakukan di tempat penelitian. Objek dalam penelitian
ini adalah ibu nifas yang menyusui yang memiliki masalah Produksi ASI.
3. Teknik pengumpulan data
Metode pengumpulan data pada penelitian ini melalui wawancara
terhadap responden dengan menggunakan lembar prosedur dan tindakan
perawatan payudara dan pijat oksitosin serta mengukur pengeluaran ASI.
Dengan menjelaskan kepada responden manfaat dan tujuan
dilakukannya pijat oksitosin. Setelah responden yang memenuhi kriteria
dan bersedia untuk menjadi responden dilakukan mengisi informed
consent untuk kesedian menjadi responden dalam penelitian. Setelah
responden menandatangani informed consent perawat melakukan
perawatan payudara dan pijat oksitosin dengan 3 kali perlakuan, yang
dilakukan di hari kedua dan ketiga.

30
4. Teknik Analisa Data
Menurut Sugiyono, 2014 Teknik analisis data adalah peroses
mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan dan dokumentasi dengan cara
mengorganisasikan sebuah data kedalam kategori, menjabarkan, memilih
mana yang penting dan membuat kesimpulan agar mempermudah diri
sendiri maupun orang lain.
Data yang telah terkumpul dalam tahap pengumpulan data, perlu
diolah Pengolahan data dalam penelitian ini diolah dengan tahapan
sebagai berikut:
1) Data collecting, yaitu proses pengumpulan data.
2) Data editing, yaitu proses pembersihan data, artinya memeriksa kembali
jawaban apakah cara menjawabnya sudah benar.
3) Data reducting, yaitu data yang disederhanakan, diperkecil, dirapikan,
diatur dan dibuang yang salah.
4) Data display, yaitu penyajian data dalam bentuk deskriptif verbalitas.
5) Data verifikasi, yaitu pemeriksaan kembali dari pengulangan data.
6) Data konklusi, yaitu perumusan kesimpulan hasil penelitian yang
disajikan, baik perumusan secara umum ataupun khusus.

31
BAB III
GAMBAR KASUS

A. Data Kasus Kelolaan


1. Data Umum Klien
Tabel 2. Asuhan Keperawatan

Identitas Klien

n Kasus I Kasus II Kasus III

1 Initial Pasien : Ny. S.M Initial Pasien : Ny. M.S


Initial Pasien : Ny. Z.L Usia : 32 Tahun Usia : 18 Tahun
Usia : 32 Tahun Status Perkawinan: Menikah Status Perkawinan: Menikah
Status Perkawinan: Menikah Pekerjaan : IRT Pekerjaan : IRT
Pekerjaan : IRT Pendidikan Terakhir: SD Pendidikan Terakhir: SMP
Pendidikan Terakhir: SMP Initial Suami : Tn. T Initial Suami : Tn. I.A
Initial Suami : Tn. Usia : 33 Tahun Usia : 20 Tahun
Z.R Status perkawinan : Menikah Status perkawinan : Menikah
Usia : 33 Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Petani
Tahun Pendidikan terakhir : SMP Pendidikan terakhir : SD
Status perkawinan :
Menikah
Pekerjaan : Buruh
Pendidikan terakhir : SMP

Riwayat Kehamilan dan persalinan Yang Lalu

2 Anak ke-1 Anak ke-1 Anak ke-1

32
Tahun : 2011 Tahun : 2008 Tahun : 2023
Tipe persalinan :Spontan Tipe persalinan :Spontan Tipe persalinan :Spontan
Penolong : Bidan Penolong : Bidan Desa Penolong : Bidan
Jenis kelamin : Perempuan Jenis kelamin : Perempuan Jenis kelamin : Perempuan
BB Lahir :2300 Gram BB Lahir :- BB Lahir :2.400 Gram
Keadaan Bayi Waktu Lahir : Sehat Keadaan Bayi Waktu Lahir : Sehat Keadaan Bayi Waktu Lahir : Sehat
Masalah kehamilan : Mual dan Masalah kehamilan : Mual dan muntah Masalah kehamilan : Mual dan
muntah Anak ke-2 muntah
Anak ke-2 Tahun : 2009
Tahun : 2016 Tipe persalinan :Spontan
Tipe persalinan :Spontan Penolong : Bidan Desa
Penolong : Bidan Jenis kelamin : Perempuan
Jenis kelamin : Perempuan BB Lahir :-
BB Lahir :2900 Gram Keadaan Bayi Waktu Lahir : Sehat
Keadaan Bayi Waktu Lahir : Sehat Masalah kehamilan : Mual dan muntah
Masalah kehamilan : Mual dan Anak ke-3
muntah Tahun : 2012
Anak ke-3 Tipe persalinan : Spontan
Tahun : 2022 Penolong : Bidan Desa
Tipe persalinan : Sectio Caesarea Jenis kelamin : Perempuan
Penolong : Bidan BB Lahir :-
Jenis kelamin : Perempuan Keadaan Bayi Waktu Lahir : Sehat
BB Lahir :2950 Gram Masalah kehamilan : Mual dan muntah
Keadaan Bayi Waktu Lahir : Sehat Anak ke-4
Masalah kehamilan : Mual, muntah Tahun : 2022
dan pusing Tipe persalinan : Sectio Caesarea
Penolong : Bidan
Jenis kelamin : Perempuan
BB Lahir :3.300 Gram
Keadaan Bayi Waktu Lahir : Sehat
Masalah kehamilan : Mual dan muntah
Pengalaman menyusui : ya / tidak Pengalaman menyusui : ya / tidak Pengalaman menyusui : ya / tidak

33
Lamanya : ± 6 Bulan Lamanya : ± 2 tahun Lamanya : -

1) Riwayat Kehamilan Saat Ini : 1) Riwayat Kehamilan Saat Ini : 1) Riwayat Kehamilan Saat Ini :
Pasien mengatakan HPHT 03-04- Pasien mengatakan HPHT 3-2022, Pasien mengatakan HPHT lupa,
2022, serta tanggal tafsiran serta tanggal tafsiran partus 12-2022, serta tanggal tafsiran partus lupa,
partus tanggal 08-01-2023, menurut pasien dia sudah menurut pasien dia sudah
menurut pasien dia sudah mendapatkan imunisasi TT sebanyak 2 mendapatkan imunisasi TT
mendapatkan imunisasi TT kali, selama hamil pasien pernah sebanyak 2 kali, selama hamil
sebanyak 2 kali, selama hamil memeriksakan kehamilannya di pasien pernah memeriksakan
pasien pernah memeriksakan posyandu. kehamilannya di puskesmas
kehamilannya di puskesmas 2) Beberapa Kali Periksa Hamil: 2) Beberapa Kali Periksa Hamil:
2) Beberapa Kali Periksa Hamil: Pasien mengatakan memeriksakan Pasien mengatakan memeriksakan
Pasien mengatakan kehamilannya sebanyak ± 5 kali kehamilannya sebanyak ± 3 kali
memeriksakan kehamilannya 3) Masalah Kehamilan: 3) Masalah Kehamilan:
sebanyak ± 5 kali Pasien selama hamil mengeluh sering Pasien selama hamil mengeluh
3) Masalah Kehamilan: mual dan muntah seringmual dan muntah
Pasien selama hamil mengeluh 4) Riwayat Persalinan 4) Riwayat Persalinan
sering mual, muntah dan pusing a. Jenis Persalinan : SC a/I letak a. Jenis Persalinan : Spontan
4) Riwayat Persalinan sungsang Tgl/ jam 28-12-2022 / ( letkep Tgl/ jam 01-01-2023 /
a. Jenis Persalinan : SC a/I 09.35 19.32
letak lintang , Tgl/ jam 26- b. Jenis Kelamin Bayi: L/P, BB/PB: b. Jenis Kelamin Bayi: L/P, BB/PB:
12-2022 / 11.03 3.300Gram/ 48 cm, A/S: 7-9 2.400Gram/ 46 cm, A/S :7-9
b. Jenis Kelamin Bayi: L/P, c. Perdarahan ± 10 cc c. Perdarahan ± 50 cc
BB/PB: 2.950Gram/ 48 cm, d. Masalah dalam Persalinan : pasien d. Masalah dalam Persalinan :
A/S : 7-9 partus secara Sectio Caesarea pasien partus secara normal,
c. Perdarahan ± 10 cc 5) Riwayat Ginekologi : perineum ruptur derajat 1
d. Masalah dalam Persalinan : Pasien mengatakan tidak ada riwayat 5) Riwayat Ginekologi :

34
pasien partus secara sectio ginekologi Pasien mengatakan tidak ada
Caesarea dan tidak terdapat 6) Masalah Ginekologi : riwayat ginekologi
masalah Pasien mengatakan tidak ada masalah 6) Masalah Ginekologi :
5) Riwayat Ginekologi : ginekologi Pasien mengatakan tidak ada
Pasien mengatakan tidak ada 7) Riwayat KB : masalah ginekologi
riwayat ginekologi Pasien mengatakan tidak 7) Riwayat KB :
6) Masalah Ginekologi : menggunakan KB Pasien mengatakan tidak
Pasien mengatakan tidak ada menggunakan KB
masalah ginekologi
7) Riwayat KB :
Pasien mengatakan pernah
menggunakan KB pil dan KB
Suntik 3 bulan selama ± 6 tahun

Data Umum Kesehatan Saat Ini

1) Status Obstetrik: NH 1 P 3 A 0 1) Status Obstetrik: NH 1 P 4 A 0 1) Status Obstetrik: NH 1 P 1 A 0


2) Keluahan Utama : 2) Keluahan Utama : 2) Keluahan Utama :
Pasien mengatakan ASI tidak Pasien mengatakan ASI tidak Keluar Pasien mengatakan Nyeri
keluar 3) Riwayat Keluhan Utama : perineum dan ASI tidak Keluar
3) Riwayat Keluhan Utama : Pasien masuk ruangan nifas pada 3) Riwayat Keluhan Utama :
Pasien masuk ruangan nifas pada tanggal 28-12-2022 pukul 13.20 Pasien masuk ruangan nifas pada
tanggal 26-12-2022 pukul 12.35 dengan keadaan umum baik, pasien tanggal 02-01-2023 pukul 07.20
dengan keadaan umum baik, mengeluh ASI tidak lancar, bayi tidak dengan keluhan nyeri pda lika
pasien mengeluh ASI tidak menghisap terus-menerus, bayi rewel perineum, merasa capek setelah
keluar, bayi tidak menghisap dan menangis saat di susui, bayi persalinan, pasien mengeluh ASI
terus-menerus, bayi sering rewel menolak untuk menghisap, BAK bayi tidak lancar, bayi tidak menghisap
dan menangis saat di susui, kurang 4-5 x/ hari, dengan tanda-tanda terus-menerus, bayi rewel dan

35
Pasien mengatakan BAK bayi 4-5 vital 110/70 mmHg, Nadi 88x/menit, menangis saat di susui, bayi
x/ hari dengan tanda-tanda vital pernapasan 20x/menit, suhu badan menolak untuk menghisap, BAK
110/70 mmHg, Nadi 80x/menit, 36ºC. bayi kurang 5-6 x/ hari, keadaan
pernapasan 20x/menit, suhu 4) Status Kesehatan Saat Ini : umum baik dengan tanda-tanda
badan 36.6ºC. Saat dilakukan pengkajian pengkajian vital 160/100 mmHg, Nadi
4) Status Kesehatan Saat Ini : tanggal 29-12-2022 pukul 10.00 pasien 80x/menit, pernapasan 20x/menit,
Saat dilakukan pengkajian mengatakan bayinya belum diberikan suhu badan 36.8ºC.
pengkajian tanggal 27-12-2022 ASI karena ASI tidak lancar. 4) Status Kesehatan Saat Ini :
pukul 09.00 pasien mengeluh Bayi Rawat Gabung: ya/tidak Jika Saat dilakukan pengkajian
belum memberikan ASI kepada tidak alasannya - pengkajian tanggal 02-01-2023
bayi nya karena ASI tidak lancar. Keadaan umum: Baik pukul 10.00 pasien mengeluh tidak
Bayi Rawat Gabung: ya/tidak Kesadaran: Composmentis nyaman pada luka perineum,
Jika tidak alasannya - BB : 60 kg pasien mengatakan merasa perih
Keadaan umum: Baik TB : 145 cm di area perineum saat BAK, pasien
Tanda Vital
Kesadaran: Composmentis tampak meringis dan merintih,
Tekanan Darah :120/70 mmHg
BB : 64 kg Frekuensi Nadi : 80 x/menit pasien juga mengatakan bayinya
TB : 145 cm Suhu Badan : 36 ºC belum diberikan ASI karena ASI
Tanda Vital Frekuensi Pernafasan: 20x/menit tidak lancar.
Tekanan Darah :110/70 mmHg Bayi Rawat Gabung: ya/tidak Jika
Frekuensi Nadi : 80 x/menit tidak alasannya -
Suhu Badan : 36.6 ºC Keadaan umum: Baik
Frekuensi Pernafasan: 20x/menit Kesadaran: Composmentis
BB : 60 kg
TB : 150 cm
Tanda Vital
Tekanan Darah:150/90 mmHg
Frekuensi Nadi: 80 x/menit
Suhu Badan: 36.5 ºC

36
Frekuensi Pernafasan :
20x/menit
Pemeriksaan Head To Toe:

1) Kepala 1) Kepala 1) Kepala


Inspeksi : Bentuk kepala Inspeksi : Bentuk kepala simetris, Inspeksi : Bentuk kepala
simetris, warna rambut hitam, warna rambut hitam, kulit takepala simetris, warna rambut hitam, kulit
kulit kepala tampak bersih, tidak tampak bersih, tidak tampak adanya takepala tampak bersih, tidak
tampak adanya benjolan benjolan tampak adanya benjolan
Palpasi : Tidak teraba Palpasi : Tidak teraba Palpasi : Tidak teraba
massa/benjolan, tidak terdapat massa/benjolan, tidak terdapat nyeri massa/benjolan, tidak terdapat
nyeri tekan tekan nyeri tekan
2) Mata 2) Mata 2) Mata
Inspeksi : Mata simetris kiri Inspeksi : Mata simetris kiri dan Inspeksi : Mata simetris kiri dan
dan kanan, pupil isokor kiri dan kanan, pupil isokor kiri dan kanan, pipil kanan, pupil isokor kiri dan kanan,
kanan, pipil mengecil saat terkena mengecil saat terkena cahaya, pipil mengecil saat terkena cahaya,
cahaya, konjungtiva tidak anemis, konjungtiva tidak anemis, sclera tidak konjungtiva tidak anemis, sclera
sclera tidak ikterik, tidak ikterik, tidak mengguanakan alat bantu tidak ikterik, tidak mengguanakan
mengguanakan alat bantu penglihatan alat bantu penglihatan
penglihatan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
Palpasi : Tidak ada nyeri 3) Hidung 3) Hidung
tekan Inspeksi : Hidung tampak simetris, Inspeksi : Hidung tampak
3) Hidung tidak ada secret, tidak ada polip, tidak simetris, tidak ada secret, tidak ada
Inspeksi : Hidung tampak ada benjolan polip, tidak ada benjolan
simetris, tidak ada secret, tidak Palpasi : Tidak teraba Palpasi : Tidak teraba
ada polip, tidak ada benjolan massa/benjolan, tidak terdapat nyeri massa/benjolan, tidak terdapat
Palpasi : Tidak teraba tekan nyeri tekan
massa/benjolan, tidak terdapat 4) Mulut 4) Mulut

37
nyeri tekan Inspeksi : Mukosa bibir tampak Inspeksi : Mukosa bibir tampak
lembab, tidak tampak sianosis, tidak lembab, tidak tampak sianosis,
4) Mulut ada perdarahan pada gigi dan gusi, tidak ada perdarahan pada gigi dan
Inspeksi : Mukosa bibir tampak lidah tampak bersih gusi, lidah tampak bersih
lembab, tidak tampak sianosis, Palpasi : Tidak ada nyeri tekan Palpasi : Tidak ada nyeri tekan
tidak ada perdarahan pada gigi 5) Telinga 5) Telinga
dan gusi, lidah tampak bersih Inspeksi : Telinga simetris kiri dan Inspeksi : Telinga simetris kiri
Palpasi : Tidak ada nyeri kanan, tidak ada cairan serumen yang dan kanan, tidak ada cairan
tekan keluar, tidak mengguanakan alat bantu serumen yang keluar, tidak
5) Telinga pendengaran, tidak ada benjolan mengguanakan alat bantu
Inspeksi : Telinga simetris kiri Palpasi : Tidak teraba pendengaran, tidak ada benjolan
dan kanan, tidak ada cairan massa/benjolan, tidak terdapat nyeri Palpasi : Tidak teraba
serumen yang keluar, tidak tekan massa/benjolan, tidak terdapat
mengguanakan alat bantu 6) Leher nyeri tekan
pendengaran, tidak ada benjolan Inspeksi : Tidak terdapat 6) Leher
Palpasi : Tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid, tidak ada Inspeksi : Tidak terdapat
massa/benjolan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat benjolan, pembengkakan kelenjar tiroid, tidak
nyeri tekan tidak terdapat masalah dalam menelan ada nyeri tekan, tidak terdapat
6) Leher benjolan, tidak terdapat masalah
Inspeksi : Tidak terdapat Palpasi : Tidak teraba dalam menelan
pembengkakan kelenjar tiroid, massa/benjolan, tidak terdapat nyeri Palpasi : Tidak teraba
tidak ada nyeri tekan, tidak tekan massa/benjolan, tidak terdapat
terdapat benjolan, tidak terdapat 7) Jantung nyeri tekan
masalah dalam menelan Inspeksi : ictus cordis tidak terlihat, 7) Jantung
Palpasi : Tidak teraba Inspeksi : ictus cordis tidak
tidak ada pembengkakan, tidak ada
massa/benjolan, tidak terdapat terlihat, tidak ada pembengkakan,
bekas operasi
nyeri tekan tidak ada bekas operasi
Palpasi : batas jantung normal
Perkusi : batas jantung kiri pada

38
7) Jantung ICS II batas jantung bawah pada ICS V Palpasi : batas jantung normal
Inspeksi : ictus cordis tidak midklavikuka Perkusi : batas jantung kiri
terlihat, tidak ada pembengkakan, Auskultasi :bunyi jantung terdengar lup pada ICS II batas jantung bawah
tidak ada bekas operasi dup pada ICS V midklavikuka
Palpasi : batas jantung 8) Paru Auskultasi :bunyi jantung
normal Inspeksi : bentuk dada normal, tidak terdengar lup dup
Perkusi : batas jantung kiri ada retraksi dinding dada 8) Paru
pada ICS II batas jantung bawah Palpasi : kembang kempis dada Inspeksi : bentuk dada normal,
pada ICS V midklavikuka simetris, tidak ada retraksi dinding dada
Auskultasi :bunyi jantung Perkusi : terdengar bunyi sonor di Palpasi : kembang kempis
terdengar lup dup semua lapang paru dada simetris,
8) Paru Auskultasi : bunyi napas vesikuler Perkusi : terdengar bunyi sonor
Inspeksi : bentuk dada normal, 9) Payudara : di semua lapang paru
tidak ada retraksi dinding dada Inspeksi : bentuk simetris antara kiri Auskultasi : bunyi napas vesikuler
Palpasi : kembang kempis dan kanan, tidak terdapat luka, pappila 9) Payudara :
dada simetris, mammae simetris, areola berwarna Inspeksi : bentuk simetris antara
Perkusi : terdengar bunyi coklat gelap, ASI sedikit keluar kiri dan kanan, tidak terdapat luka,
sonor di semua lapang paru Palpasi : tidak ada benjolan, tidak pappila mammae simetris, areola
Auskultasi : bunyi napas ada nyeri tekan berwarna coklat gelap, ASI sedikit
vesikuler Puting Susu : menonjol keluar
9) Payudara : Penyaluran ASI: Pasien mengatakan Palpasi : tidak ada benjolan,
Inspeksi : bentuk simetris ASI sedikit keluar 1-2 tetes tidak ada nyeri tekan
antara kiri dan kanan, tidak 10) Abdomen (Involusi Uterus) Puting Susu : menonjol
terdapat luka, pappila mammae Inspeksi : Inspeksi : abdomen Penyaluran ASI: Pasien
simetris, areola berwarna coklat nampak membuncit, tidak ada mengatakan ASI sedikit keluar 1-2
gelap, ASI tidak keluar jejas,tidak terdapat benjolan maupun tetes.
Palpasi : tidak ada benjolan, massa, terdapat luka operasi sectio 10) Abdomen (Involusi Uterus)
tidak ada nyeri tekan caesareal, jenis sayatan vertikal, Inspeksi : abdomen nampak

39
Puting Susu : menonjol pajang luka ± 10cm yang masih ditutup membuncit, tidak ada jejas, tidak
Penyaluran ASI: Pasien verban. ada lesi
mengatakan penyaliran ASI tidak Auskultasi : terdengar bising usus Auskultasi : terdengar bising usus
ada normal 12x/menit normal 12x/menit
10) Abdomen (Involusi Uterus) Palpasi : nyeri tekan di luka operasi Palpasi : nyeri tekan di luka
Inspeksi : abdomen nampak Perkusi : terdengar bunyi timpani operasi
membuncit, tidak ada jejas,tidak disemua area abdomen Perkusi : terdengar bunyi
terdapat benjolan maupun massa, Fundus uterus: 12 cm, Kontraksi:Baik, timpani disemua area abdomen
Posisi: 2 jari dibawah pusat Fundus uterus: 12cm,
terdapat luka operasi sectio
Kandung Kemih : tidak ada nyeri tekan, Kontraksi:Baik, Posisi: 2 jari
caesareal, jenis sayatan vertikal, kandung kemih teraba kosong dibawah pusat
pajang luka ± 10cm yang masih 11) Perineum dan genital Kandung Kemih : kandung kemih
ditutup verban. Vagina: Integritas kulit : tidak ada, teraba kosong
Auskultasi : terdengar bising edema : tidak ada, memar : tidak ada, 11) Perineum dan genital
usus normal 12x/menit Hematom : tidak ada Vagina: Integritas kulit : tidak ada,
Palpasi : nyeri tekan di luka Perineum: Utuh/Episiotomi/Ruptur edema : tidak ada, memar : tidak
Tanda REEDA: ada, Hematom : tidak ada.
operasi
R : Kemerahan: ya / tidak Perineum: Utuh/Episiotomi/Ruptur
Perkusi : terdengar bunyi E : Bengkak : ya / tidak Tanda REEDA:
timpani disemua area abdomen E : echimosis : ya / tidak R : Kemerahan: ya / tidak
Fundus uterus:13cm, D : discharge : E : Bengkak : ya / tidak
Kontraksi:Baik, Posisi: 2-3 jari serum/pus/darah/tidak ada E : echimosis : ya / tidak
dibawah pusat A : approximate : baik / tidak D : discharge :
Kandung Kemih : Tidak ada nyeri Kebersihan : pasien mengatakan serum/pus/darah/tidak ada
tekan, kandung kemih teraba vagina masih berdarah A : approximate : baik / tidak
kosong Lochea : rubra Kebersihan : pasien mengatakan
11) Perineum dan genital Jumlah : ± 10 cc vagina masih berdarah
Vagina: Integritas kulit : tidak, Jenis warna: berwarna merah Lochea : rubra
edema: tidak ada, memar : tidak Konsistensi : cair Jumlah : ± 50 cc
ada, Hematom : tidak ada Bau : tidak ada bau Jenis warna: berwarna merah
Perineum: Hemorrhoid : derajat :-, Konsistensi : cair
Utuh/Episiotomi/Ruptur Tanda

40
REEDA: Lokasi : tidak terdapat hemoroid Bau : bau khas darah
R : Kemerahan: ya / tidak Berapa lama :- nyeri Hemorrhoid : derajat :-,
E : Bengkak : ya / tidak : ya / tidak Lokasi : tidak terdapat hemoroid
E : echimosis : ya / tidak 12) Ekstremitas Berapa lama :-
D : discharge : Ekstremitas atas : edema : ya / tidak, nyeri : ya / tidak
serum/pus/darah/tidak ada rasa kesemutan/baal : ya/tidak 12) Ekstremitas
A : approximate : baik / tidak Ekstremitas bawah : edema : ya / tidak, Ekstremitas atas : edema : ya /
Kebersihan : pasien mengatakan lokasi :- tidak, rasa kesemutan/baal :
vagina masih berdarah Varises : ya / tidak, lokasi : - ya/tidak
Lochea : rubra Ekstremitas bawah : edema : ya /
Jumlah : ± 10 cc tidak, lokasi :-
Jenis warna: berwarna merah Varises : ya / tidak, lokasi : -
Konsistensi : cair
Bau : tidak berbau
Hemorrhoid : derajat :-,
Lokasi : tidak terdapat hemoroid
Berapa lama :-
nyeri : ya / tidak
12) Ekstremitas
Ekstremitas atas : edema : ya /
tidak, rasa kesemutan/baal :
ya/tidak
Ekstremitas bawah : edema : ya /
tidak, lokasi :-
Varises : ya / tidak, lokasi : -
13) Eliminasi 13) Eliminasi
13) Eliminasi Urin : Kebiasaan BAK : pasien biasa Urin : Kebiasaan BAK : pasien
Urin : Kebiasaan BAK : pasien BAK ± 5 kali dalam sehari biasa BAK 3-5 kali dalam sehari
biasa BAK 3-4 kali dalam sehari BAK saat ini : pasien sudah BAK BAK saat ini : pasien sudah
BAK saat ini : pasien sudah 1 kali nyeri : ya / tidak BAK 2 kali nyeri : ya / tidak
BAK 1 kali nyeri : ya / tidak BAB :Kebiasaan BAB : pasien biasa BAB :Kebiasaan BAB : pasien
BAB :Kebiasaan BAB : pasien BAB 1 kali dalam sehari biasa BAB 1 kali dalam sehari

41
biasa BAB 1 kali dalam sehari BAB saat ini : pasien sudah BAB BAB saat ini : pasien sudah
BAB saat ini : pasien 1 kali Konstipasi : ya/tidak BAB 1 kali Kontipasi : ya/tidak
mengatakan belum BAB Kontipasi :
ya/tidak
14) Istirahat dan Kenyamanan 14) Istirahat dan Kenyamanan 14) Istirahat dan Kenyamanan
Pola tidur : kebiasaan tidur, lama Pola tidur : kebiasaan tidur, lama ± 6 Pola tidur : kebiasaan tidur, lama ±
± 6 jam, frekuensi 1 kali sehari jam, frekuensi 2 kali sehari 6 jam, frekuensi 2 kali sehari
Pola tidur saat ini : pasien Pola tidur saat ini : pasien mengatakan Pola tidur saat ini : pasien
mengatakan Tida9k tidur siang, \ tidur siang ± 1 jam , tidur malam ± 5 mengatakan tidur siang ± 1 jam ,
tidur malam ± 6 jam jam tidur malam ± 5 jam

15) Keluhan ketidaknyamanan: ya / 15) Keluhan ketidaknyamanan: ya / tidak, 15) Keluhan ketidaknyamanan: ya /
tidak, lokasi : - lokasi : - tidak, lokasi : luka perineum
Sifat : -. Insentitas : tidak ada Sifat :- Insentitas : tidakSifat : terasa perih. Insentitas : tidak
16) Mobilisasi dan latihan ada ada
Tingkat mobilisasi : pasien sudah 16) Mobilisasi dan latihan 16) Mobilisasi dan latihan
bisa duduk di tempat tidur Tingkat mobilisasi : pasien sudah bisa Tingkat mobilisasi : pasien sudah
Latihan/senam : pasien tidak duduk dan berjalan ke kamar mandi bisa duduk dan berjalan ke kamar
melakukan latihan senam Latihan/senam : pasien tidak mandi
melakukan latihan senam Latihan/senam : pasien tidak
melakukan latihan senam
17) Nutrisi dan Cairan 17) Nutrisi dan Cairan 17) Nutrisi dan Cairan
Asupan Nutrisi : pasien makan Asupan Nutrisi : pasien makan nasi, Asupan Nutrisi : pasien makan
nasi, ikan, dan sayur dengan ikan, dan sayur dengan frekuensi 3 kali nasi, ikan, dan sayur dengan
frekuensi 3 kali sehari sehari frekuensi 3 kali sehari
Nafsu makan: baik/kurang/tidak Nafsu makan: baik/kurang/tidak ada Nafsu makan: baik/kurang/tidak
ada Asupan cairan : pasien minum air putih ± ada
Asupan cairan : pasien minum air 2.000 cc cukup / kurang Asupan cairan : pasien minum air
putih ± 2.000 cc cukup / kurang putih ± 1.500 cc cukup / kurang

42
18) Keadaan Mental 18) Keadaan Mental 18) Keadaan Mental
Adaptasi psikologis : pasien Adaptasi psikologis : pasien Adaptasi psikologis : pasien
mengatakan merasa bahagia mengatakan merasa bahagia anaknya mengatakan merasa bahagia
anaknya sudah lahir, dan ini sudah lahir, dan ini merupakan anak anaknya sudah lahir, dan ini
merupakan anak ketiga keempat merupakan anak pertama
Penerimaan terhadap bayi : Penerimaan terhadap bayi : kehamilan Penerimaan terhadap bayi :
kehamilan ini merupakan ini merupakan kehamilan yang ke kehamilan ini merupakan kehamilan
kehamilan ketiga, pasien sangat empat, pasien menerima kehadiran pertama, pasien sangat menerima
menerima kehadiran bayinya. bayinya. kehadiran bayinya.
19) Kemampuan menyusui : pasien 19) Kemampuan menyusui : pasien belum 19) Kemampuan menyusui : pasien
belum memberikan ASI pada memberikan ASI pada bayinya belum memberikan ASI pada
bayinya dikarenakan ASI yang dikarenakan ASI yang dikeluar kan bayinya dikarenakan ASI yang
dikeluar kan sedikit sedikit dikeluar kan sedikit

43
Obat-obatan Pasien 1
Tabel 3. Obat-obatan Pasien 1
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek samping

1 IVFD RL Digunakan unutuk resusitasi Pada pasien riwayat Reaksi di antaranya


cairan, misalnya pada pasien alergi atau asidosi laknat dan
syok, luka bakar, demam hipersensitivitas, dan jika hiperglekimia.
berdarah dengue, dan dehidrasi. ada riwayat alergi
terhadap kandungan RL.

2 Cefotaxime 2x1gr/Iv Digunakan pada terapi infeksi Pada pasien dengan Reaksi lokal di area
saluran napas, Misalnya sistitis riwayat hipersensitivitasi penyuntikan, misalnya
dan pielonefritis, serta pada terhadapa cefotaxime nyeri, kemerahan, atau
pelvic inflammatory disease atau golongan bengkak.
(PID). cephalosporin lainnya.

3 Ranitidine 3x1 gr/IV Digunakan untuk penanganan Pada pasien dengan Reaksi sakit kepala,
GERD atau gastroesophageal riwayat hipersensitivitas ruam, malaise, mual,
reflux disease, ulkus peptikum, terhadap ranitidine atau konstipasi, pusing dan
esophagitis erosive, dan kondisi kandungan lain dalam nyeri perut.
hipersekretori seperti sindrom sediaan.
Zolinger-ellison.

4 Paracetamol 3x1 Digunakan untuk meredakan Pada keadaan penderita Reaksi mual, muntah,
Tablet/Oral nyeri ringan hingga berat, hipersensitivitas/ alergi nyeri perut, kelelahan dan

44
seperti sakit kepala, sakit gigi, terhadap paracitamol. kuga kehilangan nafsu
nyeri otot, serta menurunkan makan.
demam.

Obat-obatan Pasien kasus 2


Tabel 4. Obat-obatan Pasien 2
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek samping

1 Cefotaxime 2x1gr/Iv Digunakan pada terapi infeksi Pada pasien dengan Reaksi lokal di area
saluran napas, Misalnya sistitis riwayat hipersensitivitasi penyuntikan, misalnya
dan pielonefritis, serta pada terhadapa cefotaxime nyeri, kemerahan, atau
pelvic inflammatory disease atau golongan bengkak.
(PID). cephalosporin lainnya.

2 Cefotaxime 2x1gr/Iv Digunakan pada terapi infeksi Pada pasien dengan Reaksi lokal di area
saluran napas, Misalnya sistitis riwayat hipersensitivitasi penyuntikan, misalnya
dan pielonefritis, serta pada terhadapa cefotaxime nyeri, kemerahan, atau
pelvic inflammatory disease atau golongan bengkak.
(PID). cephalosporin lainnya.

45
Obat-obatan Pasien Kasus 3
Tabel 5. Obat-obatan Pasien 3
No Nama Obat Indikasi Kontra Indikasi Efek samping

1 Cefotaxime 2x1gr/Iv Digunakan pada terapi infeksi Pada pasien dengan Reaksi lokal di area
saluran napas, Misalnya sistitis riwayat hipersensitivitasi penyuntikan, misalnya
dan pielonefritis, serta pada terhadapa cefotaxime nyeri, kemerahan, atau
pelvic inflammatory disease atau golongan bengkak.
(PID). cephalosporin lainnya.

2 Vitamin B Complex 2x1 Di gunakan sebagai profilaksi Pada pasien yang Reaksi diare ringan,
Tablet/Oral dan tata laksana defisiensi memiliki reaksi polistemia vera,
vitamin B akibat pola makan hipersensitivitas, berupa thrombosis vascular
yabg buruk, penyakit tertentu riwayat reaksi alergi atau perifer, dan syok
alkoholisme atau selama anafilaksis terhadap anafilaktik.
kehamilan. masing-masing
kandungan.

3 Ferrous sulfate 1x1 Digunakan untuk anemia Pada keadaan seperti Reaksis mual, muntah,
Tablet/Oral defisiensi besi, hamil, serta anak riwayat hipersensitivitas perut kembung, nyeri
dan bayi. terhadap obat ini atau perut, diare, konstipasi
komponennya. dan tinja hitam.

4 Paracetamol 3x1 Digunakan untuk meredakan Pada keadaan penderita Reaksi mual, muntah,

46
Tablet/Oral nyeri ringan hingga berat, hipersensitivitas/ alergi nyeri perut, kelelahan dan
seperti sakit kepala, sakit gigi, terhadap paracitamol. kuga kehilangan nafsu
nyeri otot, serta menurunkan makan.
demam.

5 Nifedipine 3x10Mg Digunakan untuk angina Pada pasien yang Reaksi dizziness,
vasospastik, angina stabil memiliki riwayat flushing, sakit kepala,
kronis, dan hipertensi. hipersensitivitas rasa lemah dan mual.
nifedipine.

Hasil Laboratorium Pasien 1


Tabel 6. Hasil Laboratorium Pasien 1

HEMATOLOGI
Darah Rutin Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 11.1 gr/dl 12-16
Hematokrit 33.3 % 44-65
Eritrosit 4.83 106/mm 3.5-5.5
Leukosit 9.5 103/mm 5-10 Ribu
Trombosit 406 103/mm 150-450 Ribu
Hematologi Lain Hasil Satuan Nilai Normal
Waktu Perdarahan/ BT 3 Menit 1-3
Waktu Pembekuan/ CT 12 Menit 9-15
KIMIA KLINIK
Kimia Hasil Satuan Nilai Normal
Gula Darah Sewaktu 104 mg/dl 70-150
SGOT/AST 9 UL 5-37
SPGT/ALT 5 UL 7-31
IMUNOLOGI

47
Imunoserologi Hasil Satuan Nilai Normal
SARS-Cov.2. Antigen Negatif - Non Reaktif
HIV Negatif - Non Reaktif
HBS Ag Negatif - Non Reaktif

Hasil Laboratorium Pasien 2


Tabel 7. Hasil Laboratorium Pasien 2

HEMATOLOGI
Darah Rutin Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 10.4 gr/dl 12-16
Hematokrit 32.3 % 44-65
Eritrosit 3.92 10 /mm
6
3.5-5.5
Leukosit 8.6 103/mm 5-10 Ribu
Trombosit 253 103/mm 150-450 Ribu
Hematologi Lain Hasil Satuan Nilai Normal
Waktu Perdarahan/ BT 3 Menit 1-3
Waktu Pembekuan/ CT 12 Menit 9-15
KIMIA KLINIK
Kimia Hasil Satuan Nilai Normal
Gula Darah Sewaktu 77 mg/dl 70-150
Ureum 9 mg/dl 10-50
Kreatinin 0.5 mg/dl 0.6-1.6

48
SGOT/AST 12 UL 5-37
SPGT/ALT 8 UL 7-31
IMUNOLOGI
Imunoserologi Hasil Satuan Nilai Normal
HIV Negatif - Non Reaktif
HBS Ag Negatif - Non Reaktif

Hasil Laboratorium Kasus pasien 3


Tabel 8. Hasil Laboratorium Pasien 3

HEMATOLOGI
Darah Rutin Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 6.0 gr/dl 12-16
Hematokrit 21.8 % 44-65
Eritrosit 3.27 106/mm 3.5-5.5
Leukosit 26.5 103/mm 5-10 Ribu
Trombosit 224 103/mm 150-450 Ribu
Hematologi Lain Hasil Satuan Nilai Normal
Waktu Perdarahan/ BT 3 Menit 1-3
Waktu Pembekuan/ CT 12 Menit 9-15
KIMIA KLINIK
Kimia Hasil Satuan Nilai Normal
Gula Darah Sewaktu 120 mg/dl 70-150
Ureum 13 mg/dl 10-50
Kreatinin 0.5 mg/dl 0.6-1.6
SGOT/AST 13 UL 5-37
SPGT/ALT 8 UL 7-31

49
IMUNOLOGI
Imunoserologi Hasil Satuan Nilai Normal
HIV Negatif - Non Reaktif
HBS Ag Negatif - Non Reaktif

Perencanaan Pulang (discharge Planning) :


Tabel 9. Perencanaan Pulang

Pasien 1 Pasien 2 Pasien 3

1) Memberikan penjelasan tentang 1) Memberikan penjelasan tentang 1) Memberikan penjelasan


program diet selama di rumah program diet selama di rumah guna tentang program diet selama
guna penyaluran ASI baik penyaluran ASI baik di rumah guna penyaluran
2) Menganjurkan untuk tidak 2) Menganjurkan untuk tidak ASI baik
melakukan aktivitas berat melakukan aktivitas berat selama di 2) Menganjurkan untuk tidak
selama di rumah rumah melakukan aktivitas berat
3) Menganjurkan ibu untuk 3) Menganjurkan ibu untuk selama di rumah
memberikan ASI selama 6 bulan memberikan ASI selama 6 bulan 3) Menganjurkan ibu untuk
kepada bayinya kepada bayinya memberikan ASI selama 6
4) Melakukan imunisasi secara 4) Melakukan imunisasi secara bulan kepada bayinya
lengkapIstirahat yang cukup lengkapIstirahat yang cukup 4) Melakukan imunisasi secara
5) Merencanakan penggunaan alat 5) Merencanakan penggunaan alat lengkapIstirahat yang cukup
kontrasepsi kontrasepsi 5) Merencanakan penggunaan
6) Mengajarkan perawatan 6) Mengajarkan perawatan payudara di

50
payudara di rumah rumah alat kontrasepsi
7) Menjelaskan nutrisi yang baik 7) Menjelaskan nutrisi yang baik bagi 6) Mengajarkan perawatan
bagi ibu dan bayi ibu dan bayi payudara di rumah
8) Mengajarkan cara pemberian 8) Mengajarkan cara pemberian ASI 7) Menjelaskan nutrisi yang
ASI yang baik yang baik baik bagi ibu dan bayi
9) Perawatan tali pusat 9) Perawatan tali pusat 8) Mengajarkan cara
pemberian ASI yang baik
9) Perawatan tali pusat

51
B. Data Senjang Pada Kasus
Dari hasil pengkajian yang dilakukan pada ketiga pasien di dapatkan data
senjang pada pengkajian ::
Tabel 10. Data Senjang

Kasus I Kasus II Kasus III

Data Subketif Data Subketif Data Subketif


- Pasien mengatakan ASI - Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
tidak keluar ASI tidak lancar ASI tidak lancar
- Pasien megatakan - Pasien mengeluh - Pasien mengeluh
bayinya tidak menghisap bayinya tidak bayinya tidak
terus-menerus menghisap terus- menghisap terus-
- Pasien mengatakan menerus menerus
bayinya sering rewel - Pasien mengeluh - Pasien mengeluh
- Pasien mengatakan bayinya rewel bayinya rewel
bayinya menangis saat - Pasien mengeluh - Pasien mengeluh
di susui menangis saat di susui menangis saat di susui
- Pasien mengatakan - Pasien mengeluh - Pasien mengeluh
BAK bayi 4-5 x/ hari bayinya menolak untuk bayinya menolak untuk
menghisap menghisap
- Pasien mengatakan - Pasien mengatakan
BAK bayi 5-6 x/ hari BAK bayi 5-6 x/ hari

Data Objektif Data Objektif Data Objektif


- ASI tampak tidak keluar - ASI tampak sedikit - ASI tampak sedikit
- Bayi tampak tidak keluar keluar
menghisap terus- - Bayi tampak tidak - Bayi tampak tidak
menerus menghisap terus- menghisap terus-
- Bayi tampak rewel menerus menerus
- Bayi tampak menangis - Bayi tampak rewel - Bayi tampak rewel
saat di susui - Bayi tampak menangis - Bayi tampak menangis
saat di susui saat di susui
- Bayi tampak menolak - Bayi tampak menolak
untuk menghisap untuk menghisap
payudara ibu payudara ibu

52
Maka penulis berpendapat bahwa terdapat kesenjang dalam data. Dari hasil
pengkajian pada ketiga pasien di dapatkan masalah menyusui tidak efektif yaitu
produksi ASI yang tidak lancar. Penurunan produksi ASI pada hari - hari pertama
setelah melahirkan dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin
dan oksitosin yang tidak dapat mengalir lancar. (Siregar, 2018). Mengingat banyak
ibu yang mengeluhkan setelah melahirkan ASI keluar tidak lancar atau bayi tidak
mau menyusu. Beberapa usaha yang dapat dilakukan oleh perawat ataupun bidan
untuk membantu memperbanyak produksi ASI pada ibu post partum. Salah satu
caranya adalah dengan perawatan payudara dan pijat oksitosin (Ratna, 2017).

53
BAB IV
PELAKSANAAN DAN INTETVENSI
KEPERAWATAN

A. Intervensi Keperawatan
1. Intervensi Pasien 1
Tabel 11. Intervensi Pasien 1

NO Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi


Keperawatan Keperawatan
1 Menyusui Tidak Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
Efektif b.d tindakan keperwatan
ketidakadekuat 2 x 24 jam, Status Observasi
an ASI d.d Menyusui Membaik. 1. Identifikasi kesiapan
Dengan kriteria hasil :
Data Subjektif dan kemampuan
1. Perlekatan bayi menerima informasi
- Pasien pada payudara ibu 2. Identifikasi tujuan dan
mengatakan meningkat keinginan menyusui
ASI tidak keluar 2. Kemampuan ibu
- Pasien Terapeutik
memposisikan
megatakan bayi dengan benar 3. Dukung ibu
bayinya tidak meningkat meningkatkan
menghisap 3. Miksi bayi lebih kepercayaan diri
terus-menerus dari 8 kali/24jam dalam menyusui
- Pasien meningkat 4. Libatkan sistem
mengatakan 4. Tetesan/pancaran pendukung : suami,
bayinya sering ASI meningkat keluarga, tenaga
rewel 5. Suplai ASI kesehatan dan
- Pasien adekuat masyarakat
mengatakan
bayinya Edukasi
menangis saat
di susui 5. Jelaskan manfaat
- Pasien menyusui bagi ibu
mengatakan dan bayi
BAK bayi 4-5 6. Ajarkan perawatan
x/ hari payudara post partum

Data Objektif

54
- ASI tampak
tidak keluar
- Bayi tampak
tidak
menghisap
terus-menerus
- Bayi tampak
rewel
- Bayi tampak
menangis saat
di susui

2. Intervensi Pasien 2
Tabel 12. Intervensi Pasien 2

NO Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi


Keperawatan Keperawatan
1 Menyusui Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
Tidak Efektif tindakan keperwatan 3 x
b.d 24 jam, Status Observasi
ketidakadekua Menyusui Membaik. 1. Identifikasi kesiapan
tan ASI d.d Dengan kriteria hasil : dan kemampuan
Data Subjektif 1. Perlekatan bayi pada menerima informasi
payudara ibu 2. Identifikasi tujuan dan
- Pasien meningkat keinginan menyusui
mengatakan 2. Kemampuan ibu
ASI tidak Terapeutik
memposisikan bayi
lancar dengan benar 3. Dukung ibu
- Pasien meningkat meningkatkan
mengeluh 3. Miksi bayi lebih dari 8 kepercayaan diri
bayinya kali/24jam meningkat dalam menyusui
tidak 4. Tetesan/pancaran 4. Libatkan sistem
menghisap ASI meningkat pendukung : suami,
terus- 5. Suplai ASI adekuat keluarga, tenaga
menerus kesehatan dan
- Pasien masyarakat
mengeluh
bayinya Edukasi
rewel

55
- Pasien 5. Jelaskan manfaat
mengeluh menyusui bagi ibu
menangis dan bayi
saat di susui 6. Ajarkan perawatan
- Pasien payudara post partum
mengeluh
bayinya
menolak
untuk
menghisap
- Pasien
mengatakan
BAK bayi 5-6
x/ hari

Data Objektif

- ASI tampak
sedikit keluar
- Bayi tampak
tidak
menghisap
terus-
menerus
- Bayi tampak
rewel
- Bayi tampak
menangis
saat di susui
- Bayi tampak
menolak
untuk
menghisap
payudara ibu

3. Intervensi Pasien 3

56
Tabel 13. Intervensi Pasien 3

NO Diagnosa Luaran Keperawatan Intervensi Keperawatan


Keperawatan
1 Menyusui Setelah dilakukan Edukasi Menyusui
Tidak Efektif tindakan keperwatan
b.d 3 x 24 jam, Status Observasi
ketidakadekua Menyusui Membaik. 1. Identifikasi kesiapan dan
tan ASI d.d Dengan kriteria hasil : kemampuan menerima
Data Subjektif 1. Perlekatan bayi informasi
pada payudara ibu 2. Identifikasi tujuan dan
- Pasien meningkat keinginan menyusui
mengatakan 2. Kemampuan ibu
ASI tidak Terapeutik
memposisikan
lancar bayi dengan benar 3. Dukung ibu
- Pasien meningkat meningkatkan
mengeluh 3. Miksi bayi lebih kepercayaan diri dalam
bayinya dari 8 kali/24jam menyusui
tidak meningkat 4. Libatkan sistem
menghisap 4. Tetesan/pancaran pendukung : suami,
terus- ASI meningkat keluarga, tenaga
menerus 5. Suplai ASI kesehatan dan
- Pasien adekuat masyarakat
mengeluh
bayinya Edukasi
rewel
- Pasien 5. Jelaskan manfaat
mengeluh menyusui bagi ibu dan
menangis bayi
saat di susui 6. Ajarkan perawatan
- Pasien payudara post partum
mengeluh
bayinya
menolak
untuk
menghisap
- Pasien
mengatakan
BAK bayi 5-6
x/ hari

57
Data Objektif

- ASI tampak
sedikit keluar
- Bayi tampak
tidak
menghisap
terus-
menerus
- Bayi tampak
rewel
- Bayi tampak
menangis
saat di susui
- Bayi tampak
menolak
untuk
menghisap
payudara ibu

58
B. Implementasi
1. Impelemntasi pasien 1
Tabel 14. Implementasi Pasien 1

No Diagnosa TGL/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. Menyusi tidak 27-12-2022 1. Mengidentifikasi kesiapan dan 14.00
efektif 09.30 kemampuan menerima informasi
Hasil : pasien dalam keadaan S : - Pasien mengatakan ASI
siap untuk menerima informasi tidak keluar
dari perawat - Pasien megatakan bayinya
2. Mengidentifikasi tujuan dan tidak menghisap terus-menerus
keinginan menyusui - Pasien mengatakan bayinya
Hasil : pasien ingin menyusui sering rewel
anaknya karena ingin kebutuhan - Pasien mengatakan bayinya
anaknya terpenuhi menangis saat di susui
3. Mendukung ibu meningkatkan - Pasien mengatakan BAK bayi
kepercayaan diri dalam menyusui 4-5 x/ hari
Hasil : perawat mendukung O : -ASI tampak tidak keluar
pasien untuk memberikan ASI - Bayi tampak tidak menghisap
kepada anaknya sehingga pasien terus-menerus
merasa lebih percaya diri - Bayi tampak rewel
4. Meliibatkan sistem pendukung : - Bayi tampak menangis saat di
suami, keluarga, tenaga susui
kesehatan dan masyarakat
Hasil : suami dan orang tua A : Masalah keperawatan
pasien mendukung pasien dalam menyusui tidak efektif belum

59
memberikan ASI untuk anaknya teratasi
5. Menjelaskan manfaat menyusui P :Lanjutkan intervensi
bagi ibu dan bayi 1. Identifikasi kesiapan dan
Hasil : perawat menjelaskan kemampuan menerima
manfaat menyusui bagi ibu dan informasi
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu 2. Dukung ibu meningkatkan
yaitu dapat membuat rahim kepercayaan diri dalam
menciut, mempercepat kondisi menyusui
ibu untuk kembali ke masa 3. Libatkan sistem pendukung :
prakehamilan, serta mengurangi suami, keluarga, tenaga
resiko perdarahan, lemak yang kesehatan dan masyarakat
ditimbun di sekitar panggul dan 4. Jelaskan manfaat menyusui
paha pada masa kehamilan akan bagi ibu dan bayi
berpindah ke dalam ASI, 5. Ajarkan perawatan payudara
sehingga ibu lebih cepat langsing post partum
kembali, resiko terkena kanker
rahim dan kanker payudara pada
ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak
menyusui. Manfaat menyusui
bagi bayi yaitu dapat mengurangi
resiko infeksi lambung dan usus,
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan hubungan
ibu dengan bayinya. Pasien
paham dengan penjelasan

60
perawat
6. Melakukan dan mengajarkan
perawatan payudara post partum
Hasil : perawat melakukan
perawatan payudara sambil
mengajarkan kepada pasien cara
perawatan payudara.

28-12-2022 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : - Pasien mengatakan ASI


09.00 kemampuan menerima informasi sudah menetes
Hasil : pasien dalam keadaan
siap untuk menerima informasi - Pasien megatakan bayinya
dari perawat tidak menghisap terus-menerus
2. Mendukung ibu meningkatkan - Pasien mengatakan bayinya
kepercayaan diri dalam menyusui menangis saat di susui
Hasil : perawat mendukung - Pasien mengatakan BAK bayi
pasien untuk memberikan ASI 5 x/ hari
kepada anaknya sehingga pasien O : -ASI tampak menetes
merasa lebih percaya diri - Bayi tampak tidak menghisap
3. Meliibatkan sistem pendukung : terus-menerus
suami, keluarga, tenaga - Bayi tampak menangis saat di
kesehatan dan masyarakat susui
Hasil : suami dan orang tua A : Masalah keperawatan
pasien mendukung pasien dalam menyusui tidak efektif belum
memberikan ASI untuk anaknya teratasi
4. Menjelaskan manfaat menyusui P : Pertahankan intervensi
bagi ibu dan bayi

61
Hasil : perawat menjelaskan
manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu
yaitu dapat membuat rahim
menciut, mempercepat kondisi
ibu untuk kembali ke masa
prakehamilan, serta mengurangi
resiko perdarahan, lemak yang
ditimbun di sekitar panggul dan
paha pada masa kehamilan akan
berpindah ke dalam ASI,
sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali, resiko terkena kanker
rahim dan kanker payudara pada
ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak
menyusui. Manfaat menyusui
bagi bayi yaitu dapat mengurangi
resiko infeksi lambung dan usus,
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan hubungan
ibu dengan bayinya. Pasien
paham dengan penjelasan
perawat
5. elakukan dan mengajarkan
perawatan payudara post partum

62
Hasil : perawat melakukan
perawatan payudara sambil
mengajarkan kepada pasien cara
perawatan payudara

28-12- 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : - Pasien mengatakan ASI


2022 kemampuan menerima informasi sudah memancar
16.00 Hasil : pasien dalam keadaan
siap untuk menerima informasi - Pasien megatakan bayinya
dari perawat sudah menghisap terus-
2. Mendukung ibu meningkatkan menerus
kepercayaan diri dalam menyusui - Pasien mengatakan bayinya
Hasil : perawat mendukung tidak menangis saat di susui
pasien untuk memberikan ASI - Pasien mengatakan BAK bayi
kepada anaknya sehingga pasien 8-10 x/ hari
merasa lebih percaya diri O : -ASI tampak memancar
3. Meliibatkan sistem pendukung : - Bayi tampak menghisap terus-
suami, keluarga, tenaga menerus
kesehatan dan masyarakat - Bayi tampak menangis saat di
Hasil : suami dan orang tua susui
pasien mendukung pasien dalam A : Masalah keperawatan
memberikan ASI untuk anaknya menyusui tidak efektif belum
4. Menjelaskan manfaat menyusui teratasi
bagi ibu dan bayi P : Pertahankan intervensi
Hasil : perawat menjelaskan
manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu
yaitu dapat membuat rahim

63
menciut, mempercepat kondisi
ibu untuk kembali ke masa
prakehamilan, serta mengurangi
resiko perdarahan, lemak yang
ditimbun di sekitar panggul dan
paha pada masa kehamilan akan
berpindah ke dalam ASI,
sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali, resiko terkena kanker
rahim dan kanker payudara pada
ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak
menyusui. Manfaat menyusui
bagi bayi yaitu dapat mengurangi
resiko infeksi lambung dan usus,
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan hubungan
ibu dengan bayinya. Pasien
paham dengan penjelasan
perawat
5. Melakukan dan mengajarkan
perawatan payudara post partum
Hasil : perawat melakukan
perawatan payudara sambil
mengajarkan kepada pasien cara

64
perawatan payudara

2. Implemntasi pasien 2
Tabel 15. Implementasi Pasien 2

No Diagnosa TGL/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. Menyusi tidak 29-12-2022 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : - Data Subjektif
efektif 10.30 kemampuan menerima informasi
Hasil : pasien dalam keadaan - Pasien mengatakan ASI tidak
siap untuk menerima informasi lancar
dari perawat - Pasien mengeluh bayinya
2. Mengidentifikasi tujuan dan tidak menghisap terus-
keinginan menyusui menerus
Hasil : pasien ingin menyusui - Pasien mengeluh bayinya
anaknya karena ingin kebutuhan rewel
anaknya terpenuhi - Pasien mengeluh menangis
3. Mendukung ibu meningkatkan saat di susui
kepercayaan diri dalam menyusui - Pasien mengeluh bayinya
Hasil : perawat mendukung menolak untuk menghisap
pasien untuk memberikan ASI - Pasien mengatakan BAK bayi
kepada anaknya sehingga pasien 5-6 x/ hari
merasa lebih percaya diri O : - ASI tampak sedikit
4. Meliibatkan sistem pendukung : keluar
suami, keluarga, tenaga - Bayi tampak tidak menghisap
kesehatan dan masyarakat terus-menerus
Hasil : suami dan orang tua

65
pasien mendukung pasien dalam - Bayi tampak rewel
memberikan ASI untuk anaknya - Bayi tampak menangis saat di
5. Menjelaskan manfaat menyusui susui
bagi ibu dan bayi - Bayi tampak menolak untuk
Hasil : perawat menjelaskan menghisap payudara ibu
manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu A: Masalah keperawatan
yaitu dapat membuat rahim menyusui tidak efektif belum
menciut, mempercepat kondisi teratasi
ibu untuk kembali ke masa P : Lanjutkan intervensi
prakehamilan, serta mengurangi 1. Identifikasi kesiapan dan
resiko perdarahan, lemak yang kemampuan menerima
ditimbun di sekitar panggul dan informasi
paha pada masa kehamilan akan 2. Dukung ibu meningkatkan
berpindah ke dalam ASI, kepercayaan diri dalam
sehingga ibu lebih cepat langsing menyusui
kembali, resiko terkena kanker 3. Libatkan sistem pendukung :
rahim dan kanker payudara pada suami, keluarga, tenaga
ibu yang menyusui bayi lebih kesehatan dan masyarakat
rendah dari pada ibu yang tidak 4. Jelaskan manfaat menyusui
menyusui. Manfaat menyusui bagi ibu dan bayi
bagi bayi yaitu dapat mengurangi 5. Ajarkan perawatan payudara
resiko infeksi lambung dan usus, post partum
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan hubungan
ibu dengan bayinya. Pasien

66
paham dengan penjelasan
perawat
6. Melakukan dan mengajarkan
perawatan payudara post partum
Hasil : perawat melakukan
perawatan payudara sambil
mengajarkan kepada pasien cara
perawatan payudara.

29-12-2022 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : - Pasien mengatakan ASI


16.00 kemampuan menerima informasi sudah menetes
Hasil : pasien dalam keadaan
siap untuk menerima informasi - Pasien megatakan bayinya
dari perawat tidak menghisap terus-menerus
2. Mendukung ibu meningkatkan - Pasien mengatakan bayinya
kepercayaan diri dalam menangis saat di susui
menyusui - Pasien mengatakan BAK bayi
Hasil : perawat mendukung 7 x/ hari
pasien untuk memberikan ASI - Pasien mengeluh bayinya
kepada anaknya sehingga pasien menolak untuk menghisap
merasa lebih percaya diri O : -ASI tampak menetes
3. Meliibatkan sistem pendukung : - Bayi tampak tidak menghisap
suami, keluarga, tenaga terus-menerus
kesehatan dan masyarakat - Bayi tampak menangis saat di
Hasil : suami dan orang tua susui
pasien mendukung pasien dalam - Bayi tampak menolak untuk
memberikan ASI untuk anaknya menghisap payudara ibu
4. Menjelaskan manfaat menyusui A : Masalah keperawatan

67
bagi ibu dan bayi menyusui tidak efektif belum
Hasil : perawat menjelaskan teratasi
manfaat menyusui bagi ibu dan P : Lanjutkan intervensi
1. Identifikasi kesiapan dan
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu
kemampuan menerima
yaitu dapat membuat rahim
informasi
menciut, mempercepat kondisi
2. Dukung ibu meningkatkan
ibu untuk kembali ke masa
kepercayaan diri dalam
prakehamilan, serta mengurangi
menyusui
resiko perdarahan, lemak yang
3. Libatkan sistem pendukung :
ditimbun di sekitar panggul dan
suami, keluarga, tenaga
paha pada masa kehamilan akan
kesehatan dan masyarakat
berpindah ke dalam ASI,
4. Jelaskan manfaat menyusui
sehingga ibu lebih cepat langsing
bagi ibu dan bayi
kembali, resiko terkena kanker
5. Ajarkan perawatan payudara
rahim dan kanker payudara pada
post partum
ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak
menyusui. Manfaat menyusui
bagi bayi yaitu dapat mengurangi
resiko infeksi lambung dan usus,
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan
hubungan ibu dengan bayinya.
Pasien paham dengan
penjelasan perawat
5. Melakukan dan mengajarkan

68
perawatan payudara post partum

Hasil : perawat melakukan


perawatan payudara sambil
mengajarkan kepada pasien cara
perawatan payudara

30-12-2022 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : - Pasien mengatakan ASI


08.45 kemampuan menerima informasi sudah memancar
Hasil : pasien dalam keadaan
siap untuk menerima informasi - Pasien megatakan bayinya
dari perawat sudah menghisap terus-
2. Mendukung ibu meningkatkan menerus
kepercayaan diri dalam menyusui - Pasien mengatakan bayinya
Hasil : perawat mendukung tidak menangis saat di susui
pasien untuk memberikan ASI - Pasien mengatakan BAK bayi
kepada anaknya sehingga pasien 8 x/ hari
merasa lebih percaya diri - Pasien mengatakan banyinya
3. Meliibatkan sistem pendukung : tidak menolak lagi untuk
suami, keluarga, tenaga menghisap payudara
kesehatan dan masyarakat O : -ASI tampak memancar
Hasil : suami dan orang tua - Bayi tampak menghisap terus-
pasien mendukung pasien dalam menerus
memberikan ASI untuk anaknya - Bayi tidak tampak menangis
4. Menjelaskan manfaat menyusui saat di susui
bagi ibu dan bayi - Bayi tidak menolak untuk
Hasil : perawat menjelaskan menghisap payudara ibu
manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu

69
yaitu dapat membuat rahim A : Masalah keperawatan
menciut, mempercepat kondisi menyusui tidak efektif belum
ibu untuk kembali ke masa teratasi
P : Pertahankan intervensi
prakehamilan, serta mengurangi
resiko perdarahan, lemak yang
ditimbun di sekitar panggul dan
paha pada masa kehamilan akan
berpindah ke dalam ASI,
sehingga ibu lebih cepat langsing
kembali, resiko terkena kanker
rahim dan kanker payudara pada
ibu yang menyusui bayi lebih
rendah dari pada ibu yang tidak
menyusui. Manfaat menyusui
bagi bayi yaitu dapat mengurangi
resiko infeksi lambung dan usus,
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan hubungan
ibu dengan bayinya. Pasien
paham dengan penjelasan
perawat
5. Melakukan dan mengajarkan
perawatan payudara post partum

Hasil : perawat melakukan


perawatan payudara sambil

70
mengajarkan kepada pasien cara
perawatan payudara

3. Implemntasi pasien 3
Tabel 16. Implementasi Pasien 3

No Diagnosa TGL/Jam Implementasi Evaluasi


Keperawatan
1. Menyusi tidak 02-01-2023 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : - Data Subjektif
efektif 11.00 kemampuan menerima
informasi - Pasien mengatakan ASI
Hasil : pasien dalam keadaan tidak lancar
siap untuk menerima informasi - Pasien mengeluh bayinya
dari perawat tidak menghisap terus-
2. Mengidentifikasi tujuan dan menerus
keinginan menyusui - Pasien mengeluh bayinya
Hasil : pasien ingin menyusui rewel
anaknya karena ingin kebutuhan - Pasien mengeluh menangis
anaknya terpenuhi saat di susui
3. Mendukung ibu meningkatkan - Pasien mengeluh bayinya
kepercayaan diri dalam menolak untuk menghisap
menyusui - Pasien mengatakan BAK
Hasil : perawat mendukung bayi 5-6 x/ hari
pasien untuk memberikan ASI O : - ASI tampak sedikit
kepada anaknya sehingga keluar
pasien merasa lebih percaya diri - Bayi tampak tidak
4. Meliibatkan sistem pendukung : menghisap terus-menerus

71
suami, keluarga, tenaga - Bayi tampak rewel
kesehatan dan masyarakat - Bayi tampak menangis saat
Hasil : suami dan orang tua di susui
pasien mendukung pasien - Bayi tampak menolak untuk
dalam memberikan ASI untuk menghisap payudara ibu
anaknya
5. Menjelaskan manfaat menyusui A : Masalah keperawatan
bagi ibu dan bayi menyusui tidak efektif
Hasil : perawat menjelaskan belum teratasi
manfaat menyusui bagi ibu dan P : Lanjutkan intervensi
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu 1. Identifikasi kesiapan dan
yaitu dapat membuat rahim kemampuan menerima
menciut, mempercepat kondisi informasi
ibu untuk kembali ke masa 2. Dukung ibu meningkatkan
prakehamilan, serta mengurangi kepercayaan diri dalam
resiko perdarahan, lemak yang menyusui
ditimbun di sekitar panggul dan 3. Libatkan sistem pendukung
paha pada masa kehamilan : suami, keluarga, tenaga
akan berpindah ke dalam ASI, kesehatan dan masyarakat
sehingga ibu lebih cepat 4. Jelaskan manfaat
langsing kembali, resiko terkena menyusui bagi ibu dan bayi
kanker rahim dan kanker 5. Ajarkan perawatan
payudara pada ibu yang payudara post partum
menyusui bayi lebih rendah dari
pada ibu yang tidak menyusui.
Manfaat menyusui bagi bayi
yaitu dapat mengurangi resiko
infeksi lambung dan usus,

72
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan
hubungan ibu dengan bayinya.
Pasien paham dengan
penjelasan perawat
6. Melakukan dan mengajarkan
perawatan payudara post
partum
Hasil : perawat melakukan
perawatan payudara sambil
mengajarkan kepada pasien
cara perawatan payudara.

02-01-2023 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : - Pasien mengatakan


16.30 kemampuan menerima ASI sudah menetes
informasi
Hasil : pasien dalam keadaan - Pasien megatakan bayinya
siap untuk menerima informasi tidak menghisap terus-
dari perawat menerus
2. Mendukung ibu meningkatkan - Pasien mengatakan bayinya
kepercayaan diri dalam menangis saat di susui
menyusui - Pasien mengatakan BAK
Hasil : perawat mendukung bayi 7 x/ hari
pasien untuk memberikan ASI - Pasien mengeluh bayinya
kepada anaknya sehingga menolak untuk menghisap

73
pasien merasa lebih percaya diri O : -ASI tampak menetes
3. Meliibatkan sistem pendukung : - Bayi tampak tidak menghisap
suami, keluarga, tenaga terus-menerus
kesehatan dan masyarakat - Bayi tampak menangis saat
Hasil : suami dan orang tua di susui
pasien mendukung pasien - Bayi tampak menolak untuk
dalam memberikan ASI untuk menghisap payudara ibu
anaknya
4. Menjelaskan manfaat menyusui A : Masalah keperawatan
menyusui tidak efektif
bagi ibu dan bayi
belum teratasi
Hasil : perawat menjelaskan P : Lanjutkan intervensi
manfaat menyusui bagi ibu dan 1. Identifikasi kesiapan dan
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu kemampuan menerima
yaitu dapat membuat rahim informasi
menciut, mempercepat kondisi 2. Dukung ibu meningkatkan
ibu untuk kembali ke masa kepercayaan diri dalam
prakehamilan, serta mengurangi menyusui
resiko perdarahan, lemak yang 3. Libatkan sistem pendukung
ditimbun di sekitar panggul dan : suami, keluarga, tenaga
paha pada masa kehamilan kesehatan dan masyarakat
akan berpindah ke dalam ASI, 4. Jelaskan manfaat
sehingga ibu lebih cepat menyusui bagi ibu dan bayi
langsing kembali, resiko terkena 5. Ajarkan perawatan
kanker rahim dan kanker payudara post partum
payudara pada ibu yang
menyusui bayi lebih rendah dari
pada ibu yang tidak menyusui.
Manfaat menyusui bagi bayi

74
yaitu dapat mengurangi resiko
infeksi lambung dan usus,
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan
hubungan ibu dengan bayinya.
Pasien paham dengan
penjelasan perawat
5. Melakukan dan mengajarkan
perawatan payudara post
partum
Hasil : perawat melakukan
perawatan payudara sambil
mengajarkan kepada pasien
cara perawatan payudara

03-01-2023 1. Mengidentifikasi kesiapan dan S : - Pasien mengatakan


08.00 kemampuan menerima ASI sudah memancar
informasi
Hasil : pasien dalam keadaan - Pasien megatakan bayinya
siap untuk menerima informasi sudah menghisap terus-
dari perawat menerus
2. Mendukung ibu meningkatkan - Pasien mengatakan bayinya
kepercayaan diri dalam tidak menangis saat di susui
menyusui - Pasien mengatakan BAK
Hasil : perawat mendukung bayi 8 x/ hari
pasien untuk memberikan ASI - Pasien mengatakan
banyinya tidak menolak lagi

75
kepada anaknya sehingga untuk menghisap payudara
pasien merasa lebih percaya diri O : -ASI tampak memancar
3. Meliibatkan sistem pendukung : - Bayi tampak menghisap
suami, keluarga, tenaga terus-menerus
kesehatan dan masyarakat - Bayi tidak tampak menangis
Hasil : suami dan orang tua saat di susui
pasien mendukung pasien - Bayi tidak menolak untuk
dalam memberikan ASI untuk menghisap payudara ibu
anaknya A : Masalah keperawatan
menyusui tidak efektif
4. Menjelaskan manfaat menyusui
belum teratasi
bagi ibu dan bayi P : Pertahankan intervensi
Hasil : perawat menjelaskan
manfaat menyusui bagi ibu dan
bayi. Manfaat menyusui bagi ibu
yaitu dapat membuat rahim
menciut, mempercepat kondisi
ibu untuk kembali ke masa
prakehamilan, serta mengurangi
resiko perdarahan, lemak yang
ditimbun di sekitar panggul dan
paha pada masa kehamilan
akan berpindah ke dalam ASI,
sehingga ibu lebih cepat
langsing kembali, resiko terkena
kanker rahim dan kanker
payudara pada ibu yang
menyusui bayi lebih rendah dari
pada ibu yang tidak menyusui.

76
Manfaat menyusui bagi bayi
yaitu dapat mengurangi resiko
infeksi lambung dan usus,
sembelit serta alergi, bayi yang
diberi ASI lebih kebal terhadap
penyakit, pemberian ASI dapat
semakin mendekatkan
hubungan ibu dengan bayinya.
Pasien paham dengan
penjelasan perawat
5. Melakukan dan mengajarkan
perawatan payudara post
partum
Hasil : perawat melakukan
perawatan payudara sambil
mengajarkan kepada pasien
cara perawatan payudara.

77
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

BAB V
PEMBAHASAN

A. Analisis dan Diskusi Hasil


Pada bab ini penulis membahas hasil laporan karya ilmiah akhir Ners
tentang pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI
pada Ny.Z.L, Ny.S.M dan Ny.M.S dengan masalah menyusui tidak efektif di
RSUD Dr. MM Dunda Limboto.
1. Produksi ASI Pada Saat Sebelum Dilakukan Perawatan Payudara dan Pijat
Oksitosin
Pengeluaran ASI sebelum perawatan payudara dan pijat oksitosin adalah
keluarnya air susu ibu (ASI) yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi
dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan
padat sebelum dilakukan perawatan payudara. Penilainan Produksi ASI
sebelum diberikan intervensi berupa perawatan payudara dan pijat oksitosin
dapat dilihat tabel.
Tabel 17. Penilaian Produksi ASI Sebelum Perawatan Payudara dan Pijat
Oksitosin Pada Ibu Menyusui di Ruang Nifas RSUD Dr. MM Dunda Limboto

Aspek Yang Dinilai Kasus I Kasus II Kasus III


Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Apakah dalam sehari bayi √ √ √
sudah menyusu lebih dari 8
kali sehari

Apakah BAK bayi dalam √ √ √


sehari sudah lebih dari 6-8 kali
sehari

Bayi tenang, tidur nyenyak 2-3 √ √ √


jam

Apakah BAB bayi sudah lebih √ √ √


dari 3 kali dalam sehari

78
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Apakah BAB bayi dalam √ √ √


sehari berwarna kekuningan
lunak atau cair

Berdasarkan tabel tersebut pada kasus I ASI ibu tidak keluar, pada kasus II
ASI ibu sedikit keluar, pada kasus I dan II merupakan ibu multipara. Menurut
peneliti, hasil dari penelitian sebelum dilakukan perawatan payudara dan pijat
oksitosin pada kasus I dan II Pada ibu multipara pengeluaran ASI kurang lancar
disebabkan karena ibu jarang menyusui anaknya dan hisapan anak berkurang
dengan demikian pengeluaran ASI berkurang
Pada kasus III ASI ibu sedikit keluar, pada kasus III merupakan ibu
primipara. Hasil dari penelitian sebelum dilakukan perawatan payudara dan pijat
oksitosin pada kasus III ibu primipara pengeluaran ASI kurang lancar, dan tidak
dapat merembes keluar melalui puting ibu disebabkan karena ibu belum pernah
menyusui sebelumnya
Tidak semua ibu post partum langsung mengeluarkan ASI karena
pengeluaran ASI merupakan suatu interaksi yang sangat komplek antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-macam hormone yang berpengaruh
terhadap pengeluaran oksitosin (Umy, 2017).
Produksi ASI yang sedikit pada hari - hari pertama setelah melahirkan
dapat disebabkan oleh kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan oksitosin
yang tidak dapat mengalir lancar (Siregar, 2018)
2. produksi ASI pada saat sesudah dilakukan perawatan payudara dan pijat
oksitosin
Pengeluaran ASI setelah perawatan payudara dan pijat oksitosin adalah
keluarnya air susu ibu (ASI) yang diproduksi oleh manusia untuk konsumsi bayi
dan merupakan sumber gizi utama bayi. Penilainan Produksi ASI sesudah
diberikan intervensi berupa perawatan payudara dan pijat oksitosin dapat dilihat
tabel.

79
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Tabel 18. Penilaian Produksi ASI Sesudah Perawatan Payudara dan Pijat
Oksitosin Pada Ibu Menyusui di Ruang Nifas RSUD Dr. MM Dunda Limboto

Aspek Yang Dinilai Kasus I Kasus II Kasus III


Ya Tidak Ya Tidak Ya Tidak
Apakah dalam sehari bayi √ √ √
sudah menysusu lebih dari 8
kali sehari

Apakah BAK bayi atau pipis √ √ √


bayi dalam sehari sudah lebih
dari 6-8 kali sehari

Bayi tenang, tidur nyenyak 2-3 √ √ √


jam

Apakah BAB bayi sudah lebih √ √ √


dari 3 kali dalam sehari

Apakah BAB bayi dalam √ √ √


sehari berwarna kekuningan
lunak atau cair

Pada kasus I, II, dan III setelah dilakukan perawatan payudara dan pijat
oksitosin produksi ASI lancar.
Gerakan pada perawatan payudara bermanfaat melancarkan refleks
pengeluaran ASI. Selain itu perawatan payudara juga merupakan cara efektif
meningkatkan volume ASI dan mencegah bendungan pada payudara
(Nilamsari, 2014). Gerakan selama melakukan perawatan payudara akan
meransang sel syaraf dalam payudara sehingga akan diproduksi hormon
Prolaktin, dan Oksitosin (Mukarramah et al., 2021)

80
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Pijat oksitosin ini dilakukan untuk merangsang refleks oksitosin atau refleks
let down. Dengan dilakukannya pemijatan ini ibu akan merasa rileks, kelelahan
setalah melahirkan akan hilang, sehingga dengan begitu hormon oksitosin
keluar dan ASI pun cepat keluar. Selain itu untuk merangsang reflek let down
manfaat pijat oksitosin adalah memberikan kenyamanan pada ibu, mengurangi
bengkak (engorgement), mengurangi terjadinya sumbatan ASI, merangsang
pelepasan hormon oksitosin, memepertahankan produksi ASI saat ibu dan bayi
sakit (Siregar, 2018).
Pijatan ini berfungsi untuk meningkatkan hormon oksitosin yang dapat
menenangkan ibu, sehingga ASI pun otomatis keluar. Penelitian yang dilakukan
oleh Eko (2011) menunjukkan bahwa kombinasi teknik marmet dan pijat
oksitosin dapat meningkatkan produksi ASI. Pijat oksitosin bisa dilakukan
kapanpun ibu mau dengan durasi 3-5 menit, lebih disarankan dilakukan
sebelum menyusui atau memerah ASI. Sehingga untuk mendapatkan jumlah
ASI yang optimal dan baik, sebaiknya pijat oksitosin dilakukan setiap hari
dengan durasi 3-5 menit (Umy, 2017).
3. Menganalisis pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan oleh peneliti di dapatkan
bahwa dari ketiga pasien kasus kelolaan bahwa produksi ASI pada ibu
menyusui sedikit di buktikan dengan hasil observasi di dapatkan bayi menyusu
kurang dari 8 kali sehari, bayi BAK kurang dari 6 kali sehari, bayi tidak tidur
nyenyak, bayi BAB kurang dari 3 kali sehari, berdasarkan hasil wawancara pada
pasien pertama Ibu mengatakan produksi ASI tidak ada . wawancara dengan
pasien kedua dan ketiga mengatakan produksi ASI sedikit. Berdasarkan hasil
pengkajian pasien merumuskan diagnosa keperawatan menyusui tidak efektif,
sehingga implementasi yang dilakukan oleh perawat untuk meningkatkan
produksi ASI adalah dengan cara perawatan payudara dan pijat oksitosin. Tiap
pasien dilakukan perlakuan perawatan payudara selama ± 15 menit dan pijat
oksitosin sebanyak 3 kali yang dilakukan selama ± 15 menit. Setelah dilakukan
perlakuan sebanyak 3 kali pagi dan sore hari produksi ASI pasien meningkat
dibuktikan dengan bayi sudah menyusu lebih dari 8 kali dalam sehari, bayi BAK

81
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

lebih dari 6 kali dalam sehari, bayi tampak tenang dan tidur nyenyak, bayi BAB
lebih dari 3 kali dalam sehari. Sehingga dapat di simpulkan dari kasus I,II dan III
terdapat pengaruh setelah dilakukan perawatan payudara dan pijat oksitosin
terhadap produksi ASI ibu menyusui. Karya ilmiah ini sejalan dengan penelitian
(Ratna, 2017) Hasil penelitiannya menyatakan bahwa perawatan payudara dan
pijat oksitosin efektif untuk pengeluaran ASI. Di dapatkan dari kelompok kontrol
terdapat pengeluaran ASI kategori cepat sebanyak 5 orang (33,33 %). Kategori
lambat sebanyak 10 orang (66,67 %). Pada kelompok intervensi kategori cepat
sebanyak 12 orang (80%). Dan lambat sebanyak 3 orang (20 %). Ini
membuktikan bahwa perawatan payudara dan pijat oksitosin sangat
mempengaruhi kelancaran pengeluaran ASI. ASI lebih cepat keluar
dibandingkan bila tidak dilakukan perawatan payudara dan pijat oksitosin.
karya ilmiah ini sejalan juga dengan hasil penelitian (Handayani &
Rustiana, 2020) menunjukkan dari 6 responden, seluruh responden yaitu
sebanyak 6 responden (100%) sebelum perawatan payudara pengeluaran
ASInya kurang dan sesudah perawatan payudara pengeluaran ASInya normal.
Hasil uji paired t test antara pengeluaran ASI sebelum dengan sesudah
perawatan payudara didapatkan p = 0,000 dimana p < α (0,05) . pada penelitian
(Belasari, 2017) didaptkan hasil p value adalah 0,002 < α (0,05) hasil ini
menunjukan terdapat pengaruh pijat oksitosin terhadap kecukupan ASI pada ibu
nifas di wiayah kerja psukesmas jelakombo kecamatan jombang. Berdasarkan
penelitian (Hadi et al., 2019) yang dilakukan pada 20 responden ibu post partum
di RSU Haji Medan Tahun 2019 diketahui bahwa nilai rata-rata produksi ASI
sebelum dilakukan test (dipijat) dengan nilai p value 0,00 dengan jumlah rata-
rata 0,00. Sedangkan setelah test pijat oksitosin nilai p value 10,00 dengan
jumlah rata-rata 190,00, sehingga dapat terlihat adanya perbedaan produksi ASI
sebelum dan sesudah dilakukan terapi pijat oksitosin, selain itu dapat nilai Z
sebesar -3,844 atau p value 0,000 (p < 0,05), oleh sebab itu dapat dianalisa
bahwa ada pengaruh produksi ASI yang signifikan antara sebelum dan sesudah
di pijat oksitosin.

82
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Berdasarkan hasil penelitian (Siregar, 2018) di dapatkan dari 30 responden


di Klinik Sally medan Tembung didapatkan data bahwa dari 15 responden yang
dilakukan pijar oksitosin seluruhnya mengalami produksi ASI meningkat (50%)
sedangkan dari 15 responden yang tidak dilakukan pijat oksitosin 6 diantaranya
mengalami produksi ASI menurun (20%) dan 9 responden mengalami produksi
ASI menetap (30%). Hasil T test menunjukan peningkatan produksi ASI setelah
dilakukan pijat oksitosin diperoleh nilai T test 0,001 (p>0,05) . hal ini
menunjukan secara statistik bahwa terdapat pengaruh yang sangat signifikan
antara pijat oksitosin dengan peningkatan produksi ASI pad ibu post partum di
Klinik Sally.

B. Keterbatasan Penelitian
1. Dalam pelaksanaan terapi pijat oksitosin posisi duduk pasien yang seharusnya
posisi menunduk di meja atau kursi tidak dilakukan dikarenakan posisi tersebut
menyebabkan pasien mengeluh nyeri luka operasi.
2. Kurangnya waktu dalam penelitian dan penyusunan laporan Karya Ilmiah Akhir
Ners.

83
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Hasil penelitian teridentifikasi produksi ASI sedikit sebelum dilakukan perawatan
payudara dan pijat oksitosin di buktikan dengan hasil observasi ketiga pasien di
dapatkan bayi menyusu kurang dari 8 kali sehari, bayi BAK kurang dari 6 kali
sehari, bayi tidak tidur nyenyak, bayi BAB kurang dari 3 kali sehari.
2. Hasil penelitian teridentifikasi produksi ASI lancar sesudah dilakukan dilakukan
perawatan payudara dan pijat oksitosin di buktikan dengan dengan bayi sudah
menyusu lebih dari 8 kali dalam sehari, bayi BAK lebih dari 6 kali dalam sehari,
bayi tampak tenang dan tidur nyenyak, bayi BAB lebih dari 3 kali dalam sehari.
3. Dari hasil penelitian teranalisis terdapat pengaruh perawatan payudara dan
pijat oksitosin terhadap produksi ASI

B. Saran
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Bagi ibu menyusui dan keluarga diharapkan dapat melakukan perawatan
payudara dan pijat oksitosin secara mandiri di rumah untuk meningkatkan
produksi ASI
2. Bagi Pelayanan Keperawatan Di Rumah Sakit
Agar petugas kesehatan khususnya perawat melakukan tindakan prosedur
sesuai Standar Operasional yang ada di Rumah Sakit tentang Perawatan
Payudara dan Pijat Oksitosin
3. Bagi Profesi Kesehatan
Dapat menerapkan ilmu yang diperoleh dalam pendidikan dan penambahan
wawasan serta pengalaman nyata dalam melaksanakan penelitian, khususnya
tentang pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin pada ibu menyusui
4. Bagi Penelitian Selanjutnya
Agar dapat menjadi acuan untuk mengembangkan penelitian yang lebih
lanjut mengenai pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin pada ibu
meny

84
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

DAFTAR PUSTAKA

Amaliyatussolehah, T. (2020). Pengembangan Standar Operasional Prosedur (SOP)


Pemberian Perawatan Payudara Dalam Upaya Memperlancar Produksi Asi
Pada Ibu Post Partum Normal. Kaos GL Dergisi, 8(75), 147–154.
https://doi.org/10.1016/j.jnc.2020.125798%0Ahttps://doi.org/10.1016/
j.smr.2020.02.002%0Ahttp://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/810049%0Ahttp://
doi.wiley.com/10.1002/anie.197505391%0Ahttp://www.sciencedirect.com/
science/article/pii/B9780857090409500205%0Ahttp:

Angger, D., & Lubis, W. (2022). Gambaran pengetahuan ibu hamil tentang
perawatan payudara di puskesmas batunadua kecamatan padangsidimpuan
batunadua tahun 2022.

Asih, Y. (2017). Pengaruh pijat oksitosin terhadap produksi asi pada ibu nifas.
XIII(2), 209–214.

Aswita amir, Nursalim, A. W. (2018). Faktor-faktor yang mempengaruhi pemberian


ASI ekslusif. Jurnal Penelitian Kesehatan Suara Forikes, 9(2), 2013–2015.

Atin, S. (2017). Hubungan Pengetahuan Ibu Tentang Perawatan Payudara Dengan


Kesiapan Menghadapi Masa Laktasi Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Ranomeeto
Kabupaten Konawe Selatan.

Belasari, R. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Kecukupan ASI Pada Ibu
Nifas. 1–14.

Della Sekar Yuventhia. (2018). Efektifitas durasi waktu pemberian pijat oksitosin
terhadap kelancaran Asi pada ibu post partum di RSUD kota Madiun. Jurnal
STIKES Bhakti Husada Mulia Madiun, 4, 8.

Dwi Rahayu, Y. (2018). Penerapan Pijat Oksitosin Dalam Meningkatkan Produksi


Asi Ibu Postpartum ( Application Of Oxytosine Massage In Improving Milk
Production On Postpartum Mother ). 09, 8–14.

85
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Elsira, N. (2019). Perbedaan Kenaikan Berat Badan Pada Bayi Dengan Pemberian
Asi Eksklusif Dan Asi Parsial Di Puskesmas Kalidoni Palembang. Jurnal
Kesehatan Dan Pembangunan, 9(18), 60–68.
https://doi.org/10.52047/jkp.v9i18.44

Fatimah, S. (2017). Hubungan Karakteristik dan Pengetahuan Ibu dengan


Pemberian ASI Eksklusif di Wilayah Kerja Puskesmas Turi tahun 2017.
Hubungan Karakteristik Dan Pengetahuan Ibu Dengan Pemberian Asi
Eksklusif, 104. http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/1574/1/siti fatimah skripsi.pdf

Fitriani, H., Pangestu, J. F., & Hartikasih, E. (2021). Efektifitas Pijat Oksitosin Dan
Endorphin Pada Pengeluaran Asi Ibu Postpartum Di Puskesmas Alianyang. 7.

Hadi, M., Sembiring, C. M. N., & Samura, M. D. (2019). Pengaruh Pijat Oksitosin
Terhadap Produksi Asi Pada Ibu Post Partum Sectio Caesarea Di Rsu
Sembiring Delitua. Jurnal Penelitian Kebidanan & Kespro, 2(1), 45–48.
https://doi.org/10.36656/jpk2r.v2i1.205

Handayani, E. T., & Rustiana, E. (2020). Perawatan payudara dan pijat oksitosin
meningkatkan produksi asi pada ibu post partum primipara. Jurnal Kebidanan,
6(2), 255–263.

Hasnawati, Abdullah, T., & Habo, H. (2018). Perbedaan Pertambahan Berat Badan
Panjang Badan Bayi Asi Eksklusif Dan Non Eksklusif Di Wilayah Kerja
Puskesmas Kassi-Kassi Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis, 2(1),
558–564. http://jurnal.stikesnh.ac.id/index.php/jikd/article/download/73/59

Khasanah, V. N. (2018). Analisi Faktor Yang Berhubungan Dengan Pemberian ASI


Ekslusif Oleh Ibu Pekerja Pabrik Di Wilayah Puskesmas Kalirungut Surabaya.
In Bitkom Research (Vol. 63, Issue 2).
http://forschungsunion.de/pdf/industrie_4_0_umsetzungsempfehlungen.pdf
%0Ahttps://www.dfki.de/fileadmin/user_upload/import/9744_171012-KI-
Gipfelpapier-online.pdf%0Ahttps://www.bitkom.org/ sites/default/files/
pdf/Presse/Anhaenge-an-PIs/ 2018/180607 -Bitkom

86
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Mukarramah, S., Nurdin, siti surya indah, Ahmad, zul fikar, & Hastati. (2021).
Pengaruh Perawatan Payudara Terhadap Kelancaran Produksi Asi Pada Ibu
Postpartum di Kassi-Kassi Makassar. Jurnal Media Keperawatan, 12(01), 11–
16.

Oyay, A. F., Sartono, A., & Handarsari, E. (2020). Dukungan Ibu Kandung, Mertua
dan Suami dengan Praktek Asi Eksklusif (0-6 Bulan) di Kampung Sereh
Wilayah Puskesmas Sentani Papua. Jurnal Gizi, 9(1), 159.
https://doi.org/10.26714/jg.9.1.2020.159-166

Pulungan, R. R. Y. (2021). Hubungan Pengetahuan Perawatan Payudara Pada


Pasien Post Partum Dengan Kelancaran Pengeluaran Asi. In Political Economy
in the Evolution of China’s Urban–Rural Economic Relations.
https://doi.org/10.4324/9781003185857-2

Rachman, T. (2018). Menyusui. Angewandte Chemie International Edition, 6(11),


951–952., 10–27.

Ratna, W. (2017). Efektifitas Perawatan Payudara dan Pijat Oksitosin terhadap


Pengeluaran ASI pada Ibu Nifas Post SC di RSU Bahteramas Kendari Sulawesi
Tenggara Tahun 2017. Kebidanan, 1(1), 1–10.

Siregar, Y. R. (2018). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI pada Ibu
Postpartum Di Klinik Sally Kecamatan Medan Tembung. Skripsi.

Suryaningsih, C. (2012). Pengaruh demonstrasi dan pendampingan menyusui


terhadap motivasi dan kemampuan ibu dalam pemberian asi tesis. FIK
Universitas Indonesia, 8.

Tampubolon, W. S. P. (2018). Hubungan Teknik Menyusui Dengan Kejadian


Regurgitasi Pada Bayi 0 - 3 Bulan Di Klinik Dina Medan Denai Tahun 2018.

Teodora BR, T. (2019). Gambaran Pengetahuan Ibu Nifas Tentang Perawatan


Payudara di Klinik Mariana.

87
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Tuasikal, I., & Indriyani, T. (2022). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Produksi ASI
PadaIbu Menyusui Di BPM “TRS” Cangkringan Yogyakarta.

Umy, N. (2017). Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Kelancaran Asi Pada Ibu
Primipara.

88
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Lampiran 1. Riwayat Hidup


Penulis memiliki nama lengkap Indo Maryam Rusdin, di
lahirkan di Desa Kenari, Kecamatan Lemito Kabupaten
Pohuwato Provinsi Gorontalo pada tanggal 05 juni 1999. Agama
Islam, Penulis merupakan anak terakhir dari 3 bersaudara dari
pasangan suami istri Rusdin Mappiabang dan Hesti Otoluwa.

Penulis mengawali pendidikan Sekolah Dasar di SDN 02


Lemito pada tahun 2007-2012. Pada tahun 2012 penulis melanjutkan pendidikan
kejenjang Sekolah Menengah yaitu di SMP Negeri 1 Lemito pada tahun 2012-2014,
dan masuk ke tingkat Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Lemito pada tahun
2014-2017.

Pada tahun 2017 penulis diterima di Fakultas Ilmu Kesehatan Perguruan


Tinggi Swasta Universitas Muhammadiyah Gorontalo. Selama perkuliahan penulis
aktif dalam beberapa kegiatan kulikuler maupun ektrsakulikuler. Penulis aktif dalam
kegiatan seminar baik seminar nasional maupun internasional. Pada tahun 2022
penulis melanjkutkan pendidikan profesi Ners di Fakultas Ilmu Kesehatan Perguruan
Tinggi Swasta Universitas Muhammadiyah Gorontalo

89
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Lampiran 2 . Lembar Persetujuan Menjadi Responden

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Judul penelitian : Pengaruh perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap


produksi ASI pada ibu Menyusui di RSUD Dr. MM Dunda
Limboto
Peneliti : Indo Maryam Rusdin

NIM : C03121055

Saya bersedia menjadi responden pada penelitian. Saya mengerti bahwa saya
menjadi bagian dari penelitian ini yang bertujuan untuk mengetahui pengaruh
perawatan payudara dan pijat oksitosin terhadap produksi ASI pada ibu Menyusui di
RSUD Dr. MM Dunda Limboto Saya telah diberitahukan bahwa partisipasi ini tidak
merugikan dan saya mengerti bahwa tujuan dari penelitian ini akan sangat
bermanfaat bagi saya maupun bagi masyarakat khususnya bidang kesehatan.
Demikian secara sukarela dan tidak ada unsur paksaan dari siapapun saya
bersedia berperan serta dalam penelitian ini.

Gorontalo, / / 2022
Mengetahui,

Peneliti Responden

Indo Maryam Rusdin (..................................)


NIM. C03121055

90
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Lampiran 3 . Lembar Penialain Produksi ASI

A. Petunjuk Pengisian
Berikan tanda (√) pada kolom Ya dan kolom Tidak.
Dikatakan produksi ASI LANCAR, Skor ≥ 3 dan produksi ASI tidak lancar, Skor
<2
B. Lembar Observasi dan Kuesioner Produksi ASI

Aspek Yang Dinilai Ya Tidak

Apakah dalam sehari bayi sudah


menysusu lebih dari 8 kali sehari

Apakah BAK bayi atau pipis bayi


dalam sehari sudah lebih dari 6-8 kali
sehari

Bayi tenang, tidur nyenyak 2-3 jam

Apakah BAB bayi sudah lebih dari 3


kali dalam sehari

Apakah BAB bayi dalam sehari


berwarna kekuningan lunak atau cair

*Bila ya, maka nilainya =1 dan bila tidak maka nilainya = 0


Sumber : (Amaliyatussolehah, 2020)

91
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Lampiran 4 . Lembar Standar Peosedur Operasional Perawatan Payudara

Standar Operasional Prosedur (SOP)


Perawatan Payudara

No Komponen Penilaian / Keterampilan

1 Tahap persiapan

a. Persiapan pasien
1. Memperkenalkan diri
2. Meminta pengunjung dan keluarga meninggalkan ruangan
3. Menjelaskan tujuan tindakan
4. Menjelaskan langkah atau prosedur yang akan dilakukan
b. Persiapan lingkungan
1. Menutup pintu atau jendela atau memasang sampiran
c. Persiapan alat
1. Kapas
2. Air hangat dalam waskom
3. 2 buah waslap
4. Handuk bersih
5. Minyak kelapa / baby oil

2 Tahap pelaksanaan

a. Pengetahuan

92
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

1. Penguasaan prosedur
2. Ketepatan data
3. Rasional tindakan
b. Sikap
1. Disiplin
2. Motivasi
3. Kerjasama
4. Tanggungjawab
5. Komunikasi
6. Kejujuran
7. Penampilan fisik
8. kreativitas
c. Hal-hal yang diperhatikan dalam masalah pengurutan payudara :
1. pengurutan pertama menggunakan telapak tangan
2. pengurutan kedua menggunakan jari-jari tangan
3. pengurutan ketgia menggunakan sendi jari tangan
d. Keterampilan
1. mencuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pengurutan
2. pengurutan pertama terdiri dari empat gerakan yang dilakukan pada
payudara selama 5 menit (20-30 kali)
3. Ambil kapas basah dengan minyak atau baby oil. Tempelkan 2-3 menit
pada kedua putting susu. Areola mammae dan bersihkan
4. licinkan kedua telapak tangan dengan minyak atau baby oil
5. tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara
6. pengurutan payudara dimulai kearah atas, kesamping (telapak tangan kiri
kearah sisi kiri, telapak tangan kanan kearah sisi kanan) diteruskan
kebawah/kesamping, selanjutnya melintang telapak tangan mengurut
kedepan kemudian kedua tangan di lepas dari payudara

93
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

7. gerakan ini diulang 20-30 kali tiap satu payudara


8. telapak tangan kiri menopang payudara kiri, kemudian jari-jari tangan
kanan sisi keliling mengurut payudara kearah putting susu. Gerakan ini di
ulang 20-30 kali untuk tiap payudara.

9. pengurutan selesai, payudara disiram dengan air hangat (menggunakan


washlap) dan air dingin secara bergantian selama kurang lebih 5 menit
(air hangat dlu kemudiaa air dingin)
10. pakai BH/Kutang menyangga

94
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Lampiran 5 . Lembar Standar Peosedur Operasional Pijat Oksitosin

SOP (Standar Operasional Prosedur) Pijat Oksitosin


Pengertian Memfasilitasi pengeluaran ASI dengan merangsang hormon
oksitosin melalui pijatan di bagian punggung

Tujuan untuk merangsang refleks oksitosin

Manfaat 1. Merangsang pelelpasan hormon oksitosin


2. Meningkatkan produksi ASI
3. Memberikan rasa nyaman dan rileks pada ibu

Alat – alat yang 1. Kursi dan meja


digunakan 2. Dua buah handuk besar bersih
3. Dua buah washlap
4. Air hangat dan air dingin dalam baskom
5. Minyak zaitun atau minyak kelapa

Prosedur Fase Orientasi


1. Mengucapkan salam dan memperkenalkan diri
2. Menjelaskan tujuan dan prosedur tindakan
3. Menanyakan kesiapan dan kontrak waktu

Fase Kerja
9) Mencuci tangan
10) Meminta ibu untuk melelpaskan pakaian bagian atas
11) Memposisikan ibu duduk di kursi dan membungkuk dengan
memeluk bantal atau dapat menopang diatas lengan pada
meja

95
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

12) Memasang handuk diatas pangkuan ibu, biarkan payudara


bebas tanpa bra
13) Melumuri telapak tangan dengan minyak
14) Memijat sepanjang kedua sisi tulang belakang ibu dengan
menggunakan dua kepalan tangan dan ibu jari menunjuk ke
arah depan
15) Menekan kedua ibu jari pada kedua sisi tulang belakang
dengan memebentuk gerakan memutar kecil

16) Pada saat bersamaan, pijat kedua sisi tulang belakang kearah
bawah leher dari leher kearah tulang belikat selama 3-5 menit
17) Mengulangi pemijatan hingga 3 kali
18) Memebersihkan punggung ibu dengan washlap air hangat
19) Merapikan pasien dan alat.

Fase Terminasi
1. Evaluasi respon pasien
2. Mencuci tangan
3. Dokumentasi

Sumber : Tim Pokja Pedoman SPO Keperawatan DPP PPNI 2021

96
WWWWWWWWWWWWWWWWWW

Lampiran 6. Dokumentasi

Dokumentasi Pasien 1

Menandatangani lembar persetujuan Perlakuan 1

Perlakuan 2 Perlakuan 3

97
Dokumentasi Pasien 2

Menandatangani lembar persetujuan Perlakuan 1

Perlakuan 2 Perlakuan 3

98
Dokumentasi Pasien 3

Menandatangani lembar persetujuan Perlakuan 1

Perlakuan 2 Perlakuan 3

99
100
101

Anda mungkin juga menyukai