Anda di halaman 1dari 59

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebahagian terbesar bagi pasangan suami istri ialah dengan adanya

kehamilan (Saminem, 2009). Kehamilan merupakan proses alamiah yang

mengalami perubahan secara fisiologis merupakan kehamilan yang normal

bagi seorang wanita (Walyani, 2015). Seorang wanita dalam periode

kehamilan akan mengalami tiga tahap ; tahap trimester I di jalani selama 12

minggu, trimester II dilalui selama 15 minggu, trimester III sebagai tahap

ketiga, berlangsung selama 13 minggu (Reeder, 2011).

Kehamilan untuk pertama kalinya bagi seorang ibu (primigravida)

merupakan proses krisis dalam hidupnya (Sulistyorini, 2007). Primigravida

sering memiliki pikiran yang menganggu, sebagai pengembangan reaksi

kecemasan dari cerita yang ia dengar. Hal ini menyebabkan muncul

ketakutan-ketakutan pada ibu primigravida yang belum memiliki

pengalaman bersalin. Ibu yang sedang mengandung biasanya mudah marah,

gelisah, tidak mampu memusatkan perhatian, ragu-ragu bahkan

kemungkinan ingin lari dari kenyataan hidup. Pada trimester ketiga (28;40

minggu), kecemasan mulai muncul pada ibu primigravida. Pada usia 28

minggu ke atas ini, tingkat kecemasan ibu hamil semakin intensif seiring

dengan mendekatnya kelahiran bayi pertamanya. Di samping itu, trimester

1
2

ini merupakan masa berisiko tinggi kejadian bayi premature sehingga

menyebabkan tingginya kecemasan pada ibu hamil. Ketika ibu merasa

sangat cemas menghadapi persalinan, secara otomatis otak mengatur dan

mempersiapkan tubuh untuk merasa sakit, akibatnya saat persalinan nanti

persepsi nyeri semakin meningkat (Danuatmaja, 2008).

Pada periode trimester ketiga timbul rasa cemas yang biasanya di

sebut dengan sindrom persalinan (childbirth syndrome), sindrom persalinan

ini menimbulakan rasa cemas seperti apakah proses persalinan akan berjalan

dengan baik dan selamat bagi bayi janin maupun bagi dirinya. Kondisi ini

dapat menimbulkan perasaan takut melahirkan, cemas, sedih, stress dan

depresi yang menambah beban bagi perempuan hamil (Sujiono, 2004).

“Kecemasan yang terjadi secara terus menerus pada ibu hamil

berdampak pada bayi maupun ibu hamil seperti solusio plasenta, berat badan

lahir rendah, dan prematuritas” (Schetter dan Lynlee, 2012). Maka dari itu

setiap wanita tentu menginginkan kehamilan yang sehat tanpa gangguan

hingga masa bersalin. Setiap ibu hamil beresiko mengalami kematian, salah

satu upaya mengurangi hal tersebut adalah dengan meningkatkan derajat

kesehatan ibu hamil hingga melahirkan. Diantara 8 target Millenium

Development Goals 3 diantaranya berhubungan dengan kesehatan dan

indikatornya yang merupakan tantangan secara global (Shah, 2016).

Indonesia tidak berhasil mencapai MDGs pada 2015 disebabkan tingginya

Angka Kematian Ibu (AKI) yang masih tinggi hingga saat ini. Angka

kematian ibu juga merupakan penyebab paling besar tidak tercapainya


3

target Millennium Development Goals (MGDs) 2015 di negara-negara

berkembang salah satunya termaksud Indonesia (WHO, 2015).

Organisasi kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO)

mencatat sekitar 830 wania diseluruh dunia meninggal setiap harinya akibat

komplikasi yang terkait dengan kehamilan maupun persalinan dan sebanyak

99% diantaranya terdapat pada negara berkembang. Di negara berkembang,

pada tahun 2015 Angka Kematian Ibu mencapai 239 per 100.000 kelahiran

hidup, di bandingkan dengan negara maju yang hanya mencapai 12 per

100.000 kelahiran hidup (WHO, 2018).

Menurut data Kemenkes pada tahun 2016 Angka Kematian Ibu

(AKI) di Indonesia terdapat sekitar 305 per 100.000 kelahiran hidup (Astuti,

2016). Di Provinsi Maluku AKI dari tahun 2011 sampai dengan 2015 sangat

fluktuatif. Pada tahun 2015 AKI mengalami penaikan yaitu 260 per 100.000

kelahiran hidup yang artinya dari 100.000 kelahiran hidup terdapat 260

orang ibu yang meninggal, angka ini masih jauh dari target AKI Nasional

yaitu 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Kasus AKI pada

Tahun 2014 dengan Kabupaten Seram Bagian Barat dan Kabupaten Seram

Bagian Timur merupakan kabupaten yang paling tinggi jumlah kematian ibu

yaitu 12 kasus, diikuti oleh Kabupaten Maluku Tengah dan Kabupaten

Maluku Tenggara yaitu 10 kasus, sedangkanjumlah kematian ibu terendah di

Kabupaten Maluku Tenggara Barat yaitu 2 kasus kematian ibu (Dinkes

Provinsi Maluku, 2015).


4

Risiko kehamilan cukup membuat resah ibu hamil, meskipun

diketahui dalam proses kehamilan akan terjadi perubahan-perubahan fisik

maupun psikologis. Salah satu perubahan fisik ialah peningkatan hormon

yang juga dapat mempengaruhi suasana hati seseorang. Perubahan

psikologis sendiri seperti ketakutan, kekhawatiran, dan kecemasan (Padila,

2015). Perasaan cemas selama kehamilan dapat menimbulkan dampak fisik

maupun psikis ibu hamil dan janin. Untuk mengurangi dampak tersebut

dapat diakukan beberapa cara seperti berpikir positif, berdo’a, berbagi cerita,

meditasi dan hidroterapi (Akmal (2010); Widyastuti (2014)).

Hidroterapi merupakan pengobatan ilmiah dengan menggunakan air

untuk menyembuhkan berbagai penyakit melalui cara yang berbeda. Salah

satu bentuk hidroterapi yaitu rendam kaki menggunakan air hangat. Rendam

kaki air hangat merupakan kondisi kaki yang kontak langsung dengan air

hangat. Rendam kaki air hangat dilakukan pada suhu 38 0-390C. Akmal

(2010) menjelaskan tentang prinsip dasar merendam kaki dengan air hangat

dapat mengakibatkan vasodilatasi pembuluh darah yang mengakibatkan

aliran darah menjadi lancar sehingga otot dapat berelaksasi. Banyak

kegunaan rendam kaki dengan air hangat bagi kesehatan. Penelitian oleh

Pramantara (2017) bahwa hidroterapi rendam kaki air hangat ada perbedaan

nilai kecemasan. Penelitian terkait oleh Damarsanti (2018) dengan hasil

penelitian yaitu ada perbedaan tingkat kecemasan sebelum dan sesudah

rendam kaki dengan air hangat.


5

Berdasarkan studi pendahuluan pada ibu hamil melalui wawancara

dan diskusi sederhana, 5 dari 7 orang yang mengalami kecemasan tingkat

sedang dengan menanyakan bagaimana proses kehamilan dan berbagai

pengalaman persalinan dari orang tua, saudara, tetangga maupun teman yang

sudah pernah mengalami proses persalinan, sedangakan 2 diantaranya tidak

merasa cemas karena mereka mengatakan bahwa itu sudah menjadi

kewajiban bagi seorang wanita. Dari latar belakang masalah di atas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam tentang

pengaruh hidroterapi terhadap tingkat kecemasan pada ibu primigravida di

Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

1.2 Rumusan Masalah

Melihat fenomena di atas dapat dikemukakan rumusan masalah dalam

penelitian ini, yaitu “Apakah Ada Pengaruh Hidroterapi Terhadap Tingkat

Kecemasan Menghadapi Persalinan Pada Ibu Primigravida Di Kecamatan

Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah?”.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan umum

Tujuan umum yang hendak dicapai dengan adanya penelitian ini

adalah untuk mengetahui pengaruh hidroterapi terhadap tingkat

kecemasan menghadapi persalinan pada ibu primigravida di Kecamatan

Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.


6

1.3.2 Tujuan khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan menghadapi persalinan

pada ibu primigravida sebelum diberikan hidroterapi di Kecamatan

Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

b. Untuk mengidentifikasi tingkat kecemasan menghadapi persalinan

pada ibu primigravida sesudah diberikan hidroterapi di Kecamatan

Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

c. Untuk mengetahui pengaruh hidroterapi terhadap tingkat kecemasan

menghadapi persalinan pada ibu primigravida di Kecamatan Seram

Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Sebagai Manfaat teoritis dari penelitian ini diharapkan dapat

memberikan sumbangan pemikiran di bidang terapi kesehatan

khususnya pada tingkat kecemasan menghadapi persalinan pada ibu

primigravida agar dapat dijadikan sebagai bahan referensi dalam

memberikan asuhan keperawatan terhadap perubahan psikologis ibu

hamil dan sebagai bahan referensi bagi peneliti lain untuk melakukan

penelitian yang terkait dengan pelaksanaan hydrotherapy rendam kaki

dengan air hangat.


7

1.4.2. Manfaat Praktis

a. Bagi Dinas Kesehatan dapat dijadikan masukan dalam

perencanaan dan pelaksanaan kebijakan program kesehatan ibu

hamil terutama pelaskanaan hidroterapi rendam kaki dengan air

hangat.

b. Bagi Puskesmas dapat mengaplikasikan hidroterapi rendam kaki

dengan air hangat.

c. Bagi ibu hamil supaya dapat melakukan hidroterapi rendam kaki

dengan air hangat secara rutin guna menurunkan tingkat

kecemasan kehamilan dan kecemasan menghadapi persalinan.

d. Bagi peneliti selanjutnya dapat dijadikan masukan dalam

melakukan penelitian mengenai tingkat kecemasan primigravida.


8
9

BAB II

TINJAUN PUSTAKA

2.1 Konsep Umum Tentang Kehamilan

2.1.1 Pengertian Kehamilan

Menurut Federasi Obstetri dan Ginekologi Internasional,

kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan antara spermatozoa (dari

pria) dan ovum (sel telur dari wanita) yang dilanjutkan dengan nidasi

atau implantasi. Dari fase fertilisasi hingga kelahiran bayi, kehamilan

normal akan berlangsung selama 40 minggu yang dibagi menjadi tiga

semester yatu trimester pertama yang berlangsung dalam 13 minggu

pertama, trimester kedua berlangsung antara minggu ke-14 sampai

minggu ke-27, dan trimester ketiga berlangsung dari minggu ke-28

hingga kelahiran (Evayanti, 2015).

Kehamilan merupakan suatu proses fisiologik yang hampir

terjadi pada setiap wanita. Kehamilan terjadi ketika bertemunya sperma

dan ovum, tumbuh dan berkembang di dalam uterus selama 259 hari

atau 37 minggu atau sampai 42 minggu (Nugroho dan Utama, 2014).

Proses kehamilan dimulai dengan terjadinya konsepsi. Konsepsi

adalah bersatunya sel telur (ovum) dan sperma. Proses kehamilan atau

(gestasi) berlangsung selama 40 minggu atau 280 hari dihitung dari hari

pertama menstruasi terakhir. Usia kehamilan sendiri adalah 38 minggu,


10

karena dihitung mulai dari tanggal konsepsi yang terjadi dua minggu

setelahnya (Kamariyah dkk, 2014).

2.1.2 Ibu Primigravida

Ibu primigravida adalah wanita yang baru hamil untuk pertama kalinya.

Seorang ibu primigravida biasanya mendapatkan kesulitan dalam

mengenali perubahan- perubahan yang terjadi dalam tubuhnya yang

menyebabkan ketidaknyamanan selama kehamilannya berlangsung. Hal

ini mempengaruhi psikologis ibu, karena kurangnya pengetahuan ibu

hamil tersebut. Kurangnya pengetahuan ini juga menyebabkan ibu

primigravida tidak tahu cara mengatasi ketidaknyamanan yang ibu

rasakan (Ulfah, 2009).

2.1.3 Tanda dan Gejala Kehamilan

1. Tanda tidak pasti (Presumtive Sign)

Tanda tidak pasti adalah perubahan-perubahan fisiologis yang

dapat dikenali dari pengakuan atau yang dirasakan oleh wanita

hamil. Tanda tidak pasti ini terdiri atas hal-hal berikut ini:

a) Amenorea (Berhentinya menstruasi)

Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi

pembentukan folikel de graaf dan ovulasi sehingga menstruasi

tidak terjadi. Lamanya amenorea dapat dikonfirmasi dengan

memastikan hari pertama haid terakhir (HPHT), dan digunakan


11

untuk memperkirakan usia kehamilan dan tafsiran persalinan.

Tetapi amenorea juga dapat disebabkan oleh penyakit kronik

tertentu, tumor pituitary, perubahan dan factor lingkungan,

malnutrisi, dan biasanya gangguan emosional seperti ketakutan

akan kehamilan (Walyani, 2015).

b) Mual (nausea) dan muntah (emesis)

Pengaruh estrogen dan progesteron terjadi pengeluaran

asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual muntah

yang terjadi terutama pada pagi hari yang di sebut morning

sickness. Dalam batas tertentu hal ini masih fisiologis, tetapi bila

terlampau sering dapat menyebabkan gangguan kesehatan yang

disebut dengan hiperemesis gravidarum (Hani dkk, 2011).

c) Ngidam (mengingini makanan tertentu)

Wanita hamil sering menginginkan makanan tertentu,

keinginan yang demikian di sebut ngidam. Ngidam sering terjadi

pada bulan-bulan pertama kehamilan dan akan menghilang

dengan makin tuanya kehamilan (Hani dkk, 2011).

d) Syncope (pingsan)

Terjadi gangguan sirkulasi ke daerah kepala (sentral)

menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan

syncope atau pingsan. Hal ini sering terjadi terutama jika berada

di tempat yang rama, biasanya akan hilang setelah 16 minggu

(Hani dkk, 2011).


12

e) Kelelahan

Sering terjadi pada trimester pertama, akibat dari

kecepatan penurunan basal metabolisme (basal metabolisme rate

BMR) pada kehamilan, yang akan meningkat seiring

pertambahan usia kehamilan akibat aktivitas metabolisme hasil

konsepsi (Hani dkk, 2011).

f) Payudara tegang

Estrogen meningkatkan perkembangan system duktus

pada payudara, sedangkan progesterone menstimulasi

perkembangan sistem alveolar payudara. Bersama

somatomamotropin, hormon-hormon ini menimbulkan

pembesaran payudara, menimbulakan perasaan tegang dan nyeri

selama 2 bulan pertama kehamilan, pelebaran putting susu, serta

pengeluaran kolustrum (Walyani, 2015).

g) Sering miksi

Desakan rahim ke depan menyebabkan kandung kemih

cepat terasa penuh dan sering miksi. Frekuensi miksi yang

sering, terjadi pada triwulan pertama akibat desakan uterus

terhadap kandung kemih. Pada triwulan kedua umumnya keluhan

ini akan berkurang karena uterus yang membesar keluar dari

rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala bisa timbul karena

janin mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali

kandung kemih (Hani, 2011).


13

h) Konstipasi atau obstipasi

Pengaruh progesterone dapat menghambat pristaltik usus

(tonus otot menurun) sehingga kesulitan unuk BAB (Walyani,

2015).

i) Pigmentasi kulit

Pigmentasi terjadi pada usia kehamilan lebih dari 12

minggu, terjadi akibat pengaruh hormon kortikostiroid plasenta

yang merangsang melanofor dan kulit.

Pigmentasi ini meliputi tempat-tempat berikut ini

(1) Sekitar pipi: Cloasma gravidarum (penghitaman pada daerah

dahi, hidung, pipi, dan leher)

(2) Sekitar leher tampak lebih hitam

(3) Dinding perut: Striae lividae/gravidarum (terdapat pada

seorang primi gravida, warnanya membiru), striae nigra,

linea alba menjadi lebih hitam (linea grisea/nigra).

(4) Sekitar payudara: Hiperpigmentasi areola mamae sehingga

terbentuk areola sekunder. Pigmentasi areola ini berbeda pada

tiap wanita, ada yang merah muda pada wanita kulit putih,

coklat tua pada wanita kulit coklat, dan hitam pada wanita

kulit hitam. Selain itu, kelenjar montgomeri menonjol dan

pembuluh darah menifes sekitar payudara.

(5) Sekitar pantat dan paha atas: Terdapat striae akibat

pembesaran bagian tersebut (Hani dkk, 2011).


14

j) Epulis

Hipertropi papilla ginggivae/ gusi, sering terjadi pada

triwulan pertama (Walyani, 2015).

k) Varises/ penampakan pembuluh darah vena.

Pengaruh estrogen dan progesteron menyebabkan

pelebaran pembuluh darah terutama bagi wanita yang

mempunyai bakat. Varises dapat terjadi disekitar genetalia

eksterna, kaki dan betis, serta payudara. Penampakan pembuluh

darah ini dapat hilang setelah persalinan (Hani dkk, 2011) .

2. Tanda Kemungkinan (Probability sign).

Menurut Hani dkk (2011) Tanda kemungkinan adalah

perubahan-perubahan fisiologi yang dapat diketahui oleh pemeriksa

dengan melakukan pemeriksaan fisik terhadap wanita hamil. Tanda

kemungkinan ini terdiri atas hal-hal berikut ini:

a) Pembesaran Perut

Terjadi akibat pembesaran uterus. Hal ini terjadi pada

bulan ke empat kehamilan.

b) Tanda Hegar

Tanda hegar adalah pelunakan dan dapat ditekannya

isthmus uteri.
15

c) Tanda Goodel

Adalah pelunakan serviks. Pada wanita yang tidak hamil

serviks seperti ujung hidung, sedangkan pada wanita hamil

melunak seperti bibir.

d) Tanda Chadwicks

Perubahan warna menjadi keunguan pada vulva dan

mukosa vagina termasuk juga porsio dan serviks.

e) Tanda Piscaseck

Merupakan pembesaran uterus yang tidak simetris. Terjadi

karena ovum berimplantasi pada daerah dekat dengan kornu

sehingga daerah tersebut berkembang lebih dulu.

f) Kontraksi Brakton Hicks

Merupakan peregangan sel-sel otot uterus, akibat

meningkatnya actomysin di dalam otot uterus. Kontraksi ini tidak

beritmik, seporadis, tidak nyeri, biasanya timbul pada kehamilan

8 minggu, tetapi baru dapat di amati dari pemeriksaan abdominal

pada trimester ke 3. Kontraksi ini akan terus meningkat

frekuensinya, lamanya, dan kekuatan sampai mendekati

persalinan.

g) Teraba Ballothement

Ketukan yang mendadak pada uterus menyebabkan janin

bergerak dalam cairan ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan

pemeriksa. Hal ini harus ada pada pemeriksaan kehamilan karena


16

peraba bagian seperti bentuk janin saja tidak cukup karena dpat

saja merupakan mioma uteri.

h) Pemeriksaan Test Biologis Kehamilan

Pemeriksaan ini adalah untuk mendekati adanya human

chorionic gonadotropin (HCG) yang diproduksi oleh

sinsiotropoblastik selama kehamilan. Hormon ini di sekresi di

peredaran darah ibu (pada plasma darah), dan di ekskresi pada

urin ibu. Hormon ini dapat mulai di deteksi pada 26 hari setelah

konsepsi dan meningkat dengan cepat pada hari ke 30-60 .

tingkat tertinggi pada hari 60-70 usia gestasi, kemudian

menuraun pada hari ke 100-130.

3. Tanda Pasti (Positive Sign)

Menurut Walyani (2015) Tanda pasti adalah tanda yang

menunjukkan langsung keberadaan janin, yang dapat dilihat

langsung oleh pemeriksa.

Tanda pasti kehamilan terdiri atas hal-hal berikut :

a) Gerakan Janin dalam Rahim

Gerakan janin ini harus dapat diraba dengan jelas oleh

pemeriksa. Gerakan janin baru dapat dirasa pada usia kehamilan

sekitar 20 minggu.

b) Denyut Jantung Janin

Dapat didengar pada usia 12 minggu dengan

menggunakan alat fetal elektrocardiograf (misalnya dopler).


17

Dengan stethoscope laenec, DJJ baru dapat didengar pada usia

kehamilan 18-20 minggu.

c) Bagian-bagian Janin

Bagian-bagian janin yaitu bagian besar janin (kepala dan

bokong) serta bagian kecil janin (lengan dan kaki) dapat diraba

dengan jelas pada usia kehamilan lebih tua (trimester trakhir).

Bagian janin ini dapat dilihat lebih sempurna lagi menggunakan

USG.

d) Kerangka Janin

Kerangka janin dapat dilihat dari foto rontgen maupun

USG.

2.1.4 Perubahan Psikologis Selama Kehamilan

Perubahan psikologis selama masa kehamilan, yaitu:

1. Perubahan Psikologi Trimester Pertama

Pada trimester pertama (13 minggu pertama kehamilan)

sering timbul rasa cemas bercampur rasa bahagia, rasa sedih, rasa

kecewa, sikap penolakan, ketidakyakinan atau ketidakpastian,

sikap ambivalen (bertentangan), perubahan seksual, fokus pada diri

sendiri, stres dan goncangan psikologis sehingga menimbulkan

rasa tidak nyaman dan pertengkaran. (Janiwarty dan Pieter, 2013).


18

2. Perubahan Psikologi Trimester Kedua

Bentuk perubahan psikologi ibu hamil pada trimester kedua

seperti rasa khawatir, perubahan emosional dan terjadi peningkatan

libido. Trimester kedua kehamilan dibagi menjadi dua fase, yaitu

pre-quickening (sebelum gerakan janin dirasakan oleh ibu) dan

post-quickening (setelah gerakan janin dirasakan oleh ibu). Fase

pre-quickening merupakan fase untuk mengetahui hubungan

interpersonal dan dasar pengembangan interaksi sosial ibu dengan

janin, perasaan menolak dari ibu yang tampak dari sikap negatif

seperti tidak mempedulikan dan mengabaikan, serta ibu yang

sedang mengembangkan identitas keibuannya. sedangkan, fase

post-quikening merupakan fase dimana identitas keibuan semakin

jelas. Ibu akan fokus pada kehamilannya dan lebih mempersiapkan

diri untuk menghadapi peran baru sebagai seorang ibu. Kehidupan

psikologis ibu hamil tampak lebih tenang, tetapi perhatian mulai

beralih pada perubahan bentuk tubuh, keluarga, dan hubungan

psikologis dengan janin. Pada fase ini, sifat ketergantungan ibu

hamil terhadap pasangannya semakin meningkat seirig dengan

pertumbuhan janin. (Janiwarty dan Pieter, 2013)

3. Perubahan Psikologi Trimester Ketiga

Pada trimester ketiga kehamilan, perubahan psikologis ibu

hamil semakin kompleks dan meningkat dibandingkan trimester

sebelumnya akibat kondisi kehamilan yang semakin membesar.


19

Beberapa kondisi psikologis yang terjadi, seperti perubahan

emosional dan rasa tidak nyaman, sehingga ibu hamil

membutuhkan dukungan dari suami, keluarga dan tenaga medis.

Perubahan emosi ibu semakin berubah-ubah dan terkadang

menjadi tidak terkontrol. Perubahan emosi tersebut akibat dari

adanya perasaan khawatir, rasa takut, bimbang dan ragu dengan

kondisi kehamilannya. (Janiwarty dan Pieter, 2013).

2.2 Konsep Umum Tentang Persalinan

2.2.1 Pengertian Persalinan

Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin

yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan

dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam

tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2006).

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput

ketuban keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika

prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu)

tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai (inpartu) sejak

uterus berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks

(membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya plasenta secara

lengkap. Ibu belum inpartu jika kontraksi uterus tidak mengakibatkan

perubahan serviks (JNPK-KR, 2007)


20

Persalinan adalah suatu proses yang dimulai dengan adanya

kontraksi uterus yang menyebabkan terjadinya dilatasi progresif dari

serviks, kelahiran bayi, dan kelahiran plasenta, dan proses tersebut

merupakan proses alamiah. (Rohani, 2011)

Bentuk persalinan berdasarkan teknik :

1. Persalinan spontan, yaitu persalinan berlangsung dengan kekuatan

ibu sendiri dan melalui jalan lahir.

2. Persalinan buatan, yaitu persalinan dengan tenaga dari luar dengan

ekstraksi forceps, ekstraksi vakum dan sectio sesaria

3. Persalinan anjuran yaitu bila kekuatan yang diperlukan untuk

persalinan ditimbulkan dari luar dengan jalan pemberian rangsang.

(Rukiyah; Ai yeyeh; dkk, 2009)

Persalinan berdasarkan umur kehamilan :

1. Abortus adalah terhentinya proses kehamilan sebelum janin dapat

hidup (viable), berat janin di bawah 1.000 gram atau usia kehamilan

di bawah 28 minggu.

2. Partus prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada umur

kehamilan 28-36 minggu. Janin dapat hidup, tetapi prematur; berat

janin antara 1.000-2.500 gram.

3. Partus matures/aterm (cukup bulan) adalah partus pada umur

kehamilan 37-40 minggu, janin matur, berat badan di atas 2.500

gram.
21

4. Partus postmaturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut

postmatur.

5. Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung cepat, mungkin

di kamar mandi, di atas kenderaan, dan sebagainya.

6. Partus percobaan adalah suatu penilaian kemajuan persalinan untuk

memperoleh bukti tentang ada atau tidaknya Cephalo pelvic

Disproportion (CPD). (Rohani; dkk, 2011)

2.2.2 Tahap Persalinan

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap. Pada kala I serviks

membuka dari 0 sampai 10 cm. Kala I dinamakan juga kala

pembukaan. Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran, oleh

karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong keluar

sampai lahir. Dalam kala III atau disebut juga kala uri, plasenta

terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari

lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian. Dalam kala tersebut

diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum. (Rohani; dkk,

2011).

a. Kala I (Kala Pembukaan)

Inpartu ditandai dengan keluarnya lendir bercampur darah

karena serviks mulai membuka dan mendatar. Darah berasal dari


22

pecahnya pembuluh darah kapiler sekitar kanalis servikalis karena

pergeseran-pergeseran, ketika serviks mendatar dan membuka.

Kala I persalinan dimulai sejak terjadinya kontraksi uterus

dan pembukaan serviks, hingga mencapai pembukaan lengkap (10

cm). Persalinan kala I dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase laten dan

fase aktif.

1. Fase laten, dimana pembukaan serviks berlangsung lambat

dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan

dan pembukaan secara bertahap sampai pembukaan 3 cm,

berlangsung dalam 7 sampai 8 jam.

2. Fase aktif (pembukaan serviks 4-10 cm), berlangsung selama

6 jam dan dibagi dalam 3 subfase.

a) Periode akselerasi : berlangsung selama 2 jam,

pembukaan menjadi 4 cm.

b) Periode dilatasi maksimal : berlangsung selama 2 jam,

pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm.

c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam 2 jam

pembukaan jadi 10 cm atau lengkap.

Pada fase aktif persalinan, frekuensi dan lama

kontraksi uterus umumnya meningkat (kontraksi dianggap

adekuat jika terjadi tiga kali atau lebih dalam waktu 10 menit

dan berlangsung selama 40 detik atau lebih) dan terjadi

penurun an bagian terbawah janin. Berdasarkan kurve


23

Friedman, diperhitungkan pembukaan pada primigravida 1

cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/ jam.

Mekanisme membukanya serviks berbeda antara

primigravida dan multigravida. Pada primigravida, ostium

uteri internum akanmembuka lebih dulu, sehingga serviks

akan mendatar dan menipis, kemudian ostium internum

sudah sedikit terbuka. Ostium uteri internum dan eksternum

serta penipisan dan pendataran serviks terjadi dalam waktu

yang sama.

b. Kala II (Kala Pengeluaran Janin)

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks

sudah lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II

pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1

jam.

Tanda dan gejala kala II

1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit.

2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya

kontraksi.

3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum

dan/atau vagina.

4. Perineum terlihat menonjol.

5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah.


24

Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan

dalam yang menunjukkan :

1. Pembukaan serviks telah lengkap.

2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

c. Kala III (Kala Pengeluaran Plasenta)

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan

berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh

proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.

Perubahan psikologis kala III

1. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya.

2. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa

sangat lelah.

3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu

dijahit.

4. Menaruh perhatian terhadap plasenta

d. Kala IV (Kala Pengawasan)

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2

jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada

kala IV :

1. Tingkat kesadaran.

2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan

pernapasan.

3. Kontraksi uterus.
25

4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal

jika jumlahnya tidak melebihi 400 samapai 500 cc.

2.2.3 Sebab Mulainya Persalianan

Selama kehamilan dalam tubuh wanita terdapat dua hormone

yang dominan:

1. Estrogen

Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim serta

memudahkan penerimaan rangsangan dari luar seperti rangsangan

oksitosin, prostaglandin ddan mekanis.

2. Progesteron

Berfungsi untuk menurunkan sensitivitas otot rahim,

menghambat rangsangan dari luar seperti rangsangan oksitosin,

prostaglandin dan mekanis, serta menyebabkan otot rahim dan otot

polos relaksasi (Sulistyawati, 2010).

Adapun teori-teori tersebut diantarannya:

a. Teori Penurunan Hormon

Saat 1-2 minggu sebelum proses melahirkan dimulai,

terjadi penurunan kadar esterogen dan progesteron. Progesteron

bekerja sebagai penenang otot-otol polos rahim, jika kadar

progesteron turun akan menyebabkan tegangnya pembuluh

darah dan menimbulkan his (Sulistyawati, 2010).

b. Teori Plasenta Menjadi Tua


26

Plasenta yang menjadi tua akan menyebabkan turunnya

kadar estrogen dan progesterone yang menyebabkan

kekejangan pembuluh darah hal ini akan menimbulkan

kontraksi rahim (Marmi, 2012).

c. Teori Distensi Rahim

1) Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas

tertentu.

2) Setelah melewati batas tersebut, akhirnya terjadi kontraksi

sehingga persalinan dapat dimulai.

3) Contohnya pada kehamilan gemeli, sering terjadi kontraksi

karena uterus teregang oleh ukuran janin ganda, sehingga

kadang kehamilan gemeli mengalami persalinan yang lebih

dini (Sulistyawati, 2010).

d. Teori Iritasi Mekanis

Di belakang serviks terletak ganglion servikalis (fleksus

frankenhauser), bila ganglion ini digeser dan ditekan (misalnya

oleh kepala janin), maka akan timbul kontraksi uterus

(Sulistyawati, 2010).

e. Teori Oksitosin

1) Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis posterior

2) Perubahan keseimbangan estrogen dan progesteron dapat

mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga terjadi

kontraksi Braxton Hicks.


27

3) Menurunya konsentrasi progesteron karena magangnya

usia kehamilan menyebabkan ok di fisik meningkatkan

aktivitasnya dalam merangsang otot rahim untuk

berkontraksi, dan akhirnya persalinan dimulai (Rohani,

2011)

f. Teori Hipotalamus-Pituitari Dan Glandula Suprenlis

1) Grandula suprarenalis merupakan memicu terjadinya

persalinan.

2) Teori ini menunjukkan, pada kehamilan dengan bayi

anensefalus sering terjadi kelambatan persalinan karena

tidak terbentuk nya hipotalamus (Sulistyawati, 2010)

g. Teori Prostaglandin

Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua disangka

sebagai salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil percobaan

menunjukkan bahwa prostaglandin F2 dan E2 yang diberikan

secara intravena menimbulkan kontraksi miometrium pada

setiap usia kehamilan. Hal ini juga disokong dengan adanya

kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun

darah perifer pada ibu hamil sebelum melahirkan atau selama

proses persalinan (Sulistyawati, 2010). Prostaglandin dihasilkan

oleh lapisan dalam rahim diduga dapat menyebabkan kontraksi

rahim. Pemberian prostaglandin dari luar dapat merangsang


28

kontraksi otot rahim dan terjadi persalinan atau gugur kandung

(Bandiyah, 2009).

h. Induksi Persalinan

Persalinan dapat juga di timbulkan dengan jalan sebagai

berikut.

1) Gagang laminaria : dengan cara laminaria dimasukkan ke

dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang fleksus

frankenhauser.

2) Amniotomi : pemecahan ketuban

3) Oksitosin drip : pemberian oksitosin menurut tetesan per

infuse (Sulistyawati, 2010).

2.2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Persalinan

1. Power

Menurut Marmi (2016) power adalah kekuatan yang

mendorong janin keluar. Kekuatan yang mendorong janin keluar

dalam persalinan ialah his, kontraksi otot-otot perut, kontraksi

diafragma dan aksi dari ligament, dengan kerja sama yang baik dan

sempurna.

a. Kontraksi Uterus (HIS)

Otot rahim terdiri dari 3 lapis, dengan susunan berupa

anyaman yang sempurna. Tediri atas lapisan otot longitudinal


29

dibagian luar, lapisan otot sirkular dibagian dalam, dan lapisan

otot menyilang diantara keduannya. Dengan susunan demikian,

ketika otot rahim berkontraksi maka pembuluh darah yang

terbuka setelah plasenta lahir akan terjepit oleh otot dan

perdarahan dapat berhenti (Sulistyawati, 2010).

b. Kontraksi dinding rahim.

c. Kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan.

d. Ketegangan dan kontraksi ligamentum retundum.

2. Passage

Jalan lahir terdiri atas panggul ibu, yakni bagian tulang yang

padat, dasar panggul, vagina, dan introitus. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relative kaku, oleh

karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum

persalinan dimulai. Jalan lahir dibagi atas :

a. Bagian keras : Tulang-tulang panggul.

b. Bagian lunak : Uterus, otot dasar panggul dan perineum

(Prawirohardjo, 2011).

Ruang panggul (Pelvic Cavity) dibagi menjadi 2, yaitu:

1) Pelvis mayor (flase pelvic), diatas linea terminalis.

2) Pelvis minor (true pelvic), dibawah linea terminalis

(Rohani, 2011:23).

Bidang-bidang Panggul
30

Bidang hodge adalah bidang semua sebagai pedoman untuk

menentukan kemajuan persalinan, yaitu seberapa jauh penurunan

kepala melalui pemeriksaan dalam atau vaginal toucher (VT).

Bidang hodge terbagi empat antara lain sebagai berikut:

(1) Bidang Hodge I

Bidang setinggi pintu atas panggul (PAP) yang dibentuk

oleh promontorium, artikulasio sakro-illiaka, sayap sacrum,

linea inominata, ramus superior os. Pubis, tepi atas simpisis

pubis (Rohani dkk, 2011).

(2) Bidang Hodge II

Bidang setinggi pinggir bawah simpisis pubis, berhimpit

dengan PAP (Hodge I) (Rohani dkk, 2011).

(3) Bidang Hodge III

Bidang setinggi spina ischiadica berhimpit dengan PAP

(Hodge I) (Rohani dkk, 2011).

(4) Bidang Hodge IV

Bidang setinggi ujung koksigis berhimpit dengan PAP

(Rohani dkk, 2011).

3. Pasanger

a. Janin

Hubungan janin dengan jalan lahir:


31

1) Sikap : Menunjukkan hubungan bagian-bagian janin satu

sama lain. Biasanya tubuh janin berbentuk lonjong (avoid)

kira-kira sesuai dengan kavum uterus.

2) Letak (situs) : Menujukkan hubungan sumbu janin dengan

sumbu jalan lahir. Bila kedua sumbunya sejajar disebut

letak memanjang, bila tegak lurus satu sama lain disebut

letak melintang.

3) Presentasi dan bagian bawah : Presentasi menunjukkan

bagian janin yang berada dibagian terbawah jalan lahir.

4) Posisi dan Penyebutnya : Posisi yang menujukan hubugan

bagian janin tertentu (Penyebut, umpamanya ubun-ubun

kecil, dagu atau sacrum) dengan bagian kiri, kanan, depan,

lintang (lateral) dan belakang dari jalan lahir (Sulistyawati,

2010).

b. Plasenta

Karena plasenta juga harus melalui jalan lahir, ia juga

dianggap sebagai penumpang yang menyertai janin. Namun

plasenta jarang menghambat proses persalinan pada persalinan

normal. Dimana plasenta memiliki peranan berupa tansport zat

dari ibu ke janin, penghasil hormone yang berguna selama

kehamilan, serta sebagai barier. Melihat pentingnya peranan

dari plasenta maka bila terjadi kelaianan pada plasenta akan


32

menyebabkan kelaianan pada janin ataupun mengganggu proses

persalinan (Marmi, 2012).

c. Air ketuban

Merupakan elemen penting dalam proses persalinan. Air

ketuban dapat dijadikan acuan dalam menentukan diagnose

kesejahteraan janin (Sulistyawati, 2010).

4. Posisi

Ganti posisi secara teratur kala II persalianan karena dapat

mempercepat kemajuan persalinan. Bantu ibu memperoleh posisi

yang paling nyaman sesuai dengan keinginannya.

5. Penolong persalinan

Kehadiran penolong yang berkesinambungan (bila diinginkan

ibu) dengan memelihara kontak mata seperlunya, bantuan member

rasa nyaman, sentuhan pijatan dan dorongan verbal, pujian serta

penjelasan mengenai apa yang terjadi dan beri nernagai informasi.

6. Pendamping persalinan

Pendamping persalinan merupkan factor pendukung dalam

lancarnya persalinan. Dorong dukungan berkesinambungan, harus

ada sesorang yang menunggui setiap saat, memegang tangannya dan

memberikan kenyamanan.

7. Psikologi ibu
33

Melibatkan psikologi ibu, emosi dan persiapan intelektual,

pengalaman bayi sebelumnya, kebiasaan adat, dukungan dari orang

terdekat pada kehidupan ibu.

(Walyani, 2014).

2.3 Teori Umum Tentang Kecemasan

2.3.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah perasaan takut yang tidak jelas dan tidak

didukung oleh situasi. Individu yang merasa cemas akan merasa tidak

nyaman atau takut, namun tidak mengetahui alasan kondisi tersebut

terjadi. Kecemasan tidak memiliki stimulus yang jelas yang dapat

diidentifikasi (Videbeck, 2012).

Cemas (ansietas) merupakan sebuah emosi dan pengalaman

subjektif yang dialami sesorang dan berhubungan dengan perasaan yang

tidak pasti dan tidak berdaya (Kusumawati dan Hartono, 2012).

Kecemasan adalah emosi tidak menyenangkan yang ditandai

dengan kekhawatiran, keprihatinan dan rasa takut yang timbul secara

alami dan dalam tingkat yang berbeda-beda (Maimunah, 2009).

2.3.2 Etiologi Kecemasan


34

Secara umum, terdapat dua teori mengenai etiopatogenesis

munculnya kecemasan, yaitu teori psikologis dan teori biologis. Teori

psikologis terdiri atas tiga kelompok utama yaitu teori psikoanalitik,

teori perilaku dan teori eksistensial. Sedangkan teori biologis terdiri

atas sistem saraf otonom, neurotransmiter, studi pencitraan otak, dan

teori genetik (Sadock, 2015).

1. Teori Psikoanalitik

Kecemasan didefinisikan sebagai sinyal adanya bahaya

pada ketidaksabaran. Kecemasan dipandang sebagai akibat dari

konflik psikik antara keinginan tidak disadari yang bersifat seksual

atau agresif dan ancaman terhadap hal tersebut dari superego atau

realitas eksternal. Sebagai respon terhadap sinyal ini, ego

memobilisasi mekanisme pertahanan untuk mencegah pikiran dan

perasaan yang tidak dapat diterima agar tidak muncul ke kesadaran

(Sadock, 2015). Individu yang mengalami gangguan kecemasan

menggunakan secara berlebihan salah satu atau pola tertentu dari

mekanisme pertahanan (Videbeck, 2012).

2. Teori Perilaku

Menurut teori ini, kecemasan adalah respon yang dipelajari

terhadap stimulus lingkungan spesifik. Sebagai contoh, seorang

anak yang dibesarkan oleh ayah yang kasar, dapat menjadi cemas
35

ketika melihat ayahnya. Hal tersebut dapat berkembang, anak

tersebut kemungkinan tidak mempercayai semua laki-laki. Sebagai

kemungkinan penyebab lain, mereka belajar memiliki respon

internal kecemasan dengan meniru respon kecemasan orangtua

mereka (Sadock, 2015).

3. Teori Eksistensial

Teori ini digunakan pada gangguan cemas menyeluruh

tanpa adanya stimulus spesifik yang dapat diidentifikasi sebagai

penyebab perasaan cemas kronisnya. Konsep utama teori

eksistensial adalah individu merasa hidup tanpa tujuan. Kecemasan

adalah respon terhadap perasaan dan maknanya (Sadock, 2015).

4. Sistem Saraf Otonom

Stimulasi sistem saraf otonom dapat menimbulkan gejala

tertentu seperti kardiovaskular (contoh: takikardi), muskular

(contoh: sakit kepala), gastrointestinal (contoh: diare), dan

pernapasan (contoh: takipneu). Sistem saraf otonom pada sejumlah

pasien gangguan cemas, terutama dengan gangguan cemas sangat

berat menunjukkan peningkatan tonus simpatik, adaptasi lambat

terhadap stimulus berulang, dan berespons berlebihan terhadap

stimulus sedang (Sadock, 2015).

5. Neurotransmiter

Berdasarkan penelitian pada hewan terkait perilaku dan

terapi obat, terdapat tiga neurotrasmiter utama yang berhubungan


36

dengan kecemasan, yaitu asam gama-amino butirat (GABA),

serotonin dan norepinefrin (Sadock, 2015).

Asam gama-amino butirat (GABA) merupakan

neurotransmiter yang berfungsi sebagai anticemas alami dalam

tubuh dengan mengurangi eksitabilitas sel sehingga mengurangi

frekuensi bangkitan neuron (Videbeck, 2012). Peran GABA pada

gangguan cemas didukung oleh efektifitas benzodiazepin yang

meningkatkan aktivitas GABA di reseptor GABA tipe A (GABAA)

di dalam terapi beberapa gangguan cemas. Beberapa peneliti

berhipotesis bahwa sejumlah pasien dengan gangguan cemas

memiliki fungsi abnormal reseptor GABAA, walaupun hubungan

ini belum terlihat langsung (Sadock, 2015). Benzodiazepin terikat

pada reseptor yang sama seperti GABA dan membantu reseptor

pascasinaps untuk lebih reseptif terhadap efek GABA. Hal tersebut

dapat mengurangi frekuensi bangkitan sel dan mengurangi

kecemasan (Videbeck, 2012).

Serotonin (5-HT) memiliki banyak subtipe. Serotonin

subtipe 5-HT1A berperan pada terjadinya gangguan cemas, juga

mempengaruhi agresi dan mood (Videbeck, 2012). Peningkatan

pergantian atau siklus serotonin di korteks prefrontal, nukleus

akumben, amigdala, dan hipothalamus lateral menyebabkan tipe

stres akut yang berbeda (Sadock, 2015).


37

Norepinefrin merupakan neurotransmiter yang

meningkatkan kecemasan. Norepinefrin yang berlebihan dicurigai

ada pada gangguan panik, gangguan ansietas umum dan gangguan

stres pascatrauma (Videbeck, 2012). Teori mengenai peran

norepinefrin pada gangguan kecemasan adalah pasien yang

mengalami kecemasan dapat memiliki sistem regulasi

noradrenergik yang buruk dengan ledakan aktifitas yang sesekali

terjadi. Sel dari sistem noradrenergik utamanya dibawa ke locus

cereleus (nukleus) di pons dan memproyeksikan akson ke korteks

cerebral, batang otak, dan tulang belakang (medulla spinnalis)

dalam (Sadock, 2015).

6. Studi Pencitraan Otak

Suatu kisaran studi pencitraan otak, yang hampir selalu

dilakukan pada gangguan cemas spesifik, menghasilkan beberapa

kemungkinan petunjuk dalam memahami gangguan cemas. Studi

struktural, seperti CT dan MRI, yang dilakukan menunjukkan

peningkatan ukuran ventrikel otak. Hal tersebut pada suatu studi

dihubungkan dengan lama penggunaan benzodiazepin pada pasien.

Dari beberapa hasil penelitian menunjukkan pasien dengan

gangguan cemas memiliki keadaan patologis dari fungsi otak dan

hal ini dapat menjadi penyebab dari gejala gangguan cemas yang

dialami pasien (Sadock, 2015).

7. Teori Genetik
38

Studi genetik menghasilkan bukti bahwa sedikitnya

beberapa komponen genetik turun berperan dalam timbulnya

gangguan cemas. Hereditas dinilai menjadi salah satu faktor

predisposis timbulnya gangguan cemas. Hampir separuh dari

semua pasien dengan gangguan panik memiliki satu kerabat yang

juga mengalami gangguan tersebut. Gambaran untuk gangguan

cemas lainnya, walaupun tidak setinggi itu, juga menunjukkan

adanya frekuensi penyakit yang lebih tinggi pada kerabat derajat

pertama pasien yang mengalaminya daripada kerabat orang yang

tidak mengalami gangguan cemas (Sadock, 2015).

2.3.3 Tingkat Kecemasan

Dalam (Videbeck, 2012; Stuart, 2007) terdapat empat tingkat

kecemasan, yaitu:

1. Ansietas ringan, berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari. Ansietas ringan merupakan perasaan bahwa ada sesuatu

yang berbeda dan membutuhkan perhatian khusus. Stimulasi

sensoris meningkat dan dapat membantu memusatkan perhatian

untuk belajar menyelesaikan masalah, berpikir, bertindak,

merasakan dan melindungi diri sendiri.

2. Ansietas sedang, merupakan perasaan yang menganggu bahwa ada

sesuatu yang benar-benar berbeda yang menyebabkan agitasi atau

gugup. Hal ini memungkinkan individu untuk memusatkan


39

perhatian pada hal yang penting dan mengesampingkan hal lain.

Kecemasan tingkat ini mempersempit lahan persepsi.

3. Ansietas berat, dapat dialami ketika individu yakin bahwa ada

sesuatu yang berbeda dan terdapat ancaman, sehingga individu lebih

fokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik dan tidak berfikir tentang

hal yang lainnya.

4. Ansietas sangat berat, merupakan tingkat tertinggi ansietas dimana

semua pemikiran rasional berhenti yang mengakibatkan respon

fight, flight, atau freeze, yaitu kebutuhan untuk pergi secepatnya,

tetap di tempat dan berjuang atau tidak dapat melakukan apapun.

Ansietas sangat berat berhubungan dengan terperangah, ketakutan

dan teror.

2.3.4 Faktor yang Mempengaruhi Kecemasan

Secara umum, terdapat dua faktor yang mempengaruhi

kecemasan pada ibu hamil, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.

Faktor internal dibagi menjadi dua jenis, yaitu kepercayaan tentang

persalinan dan perasaan menjelang persalinan. Selain faktor internal,

faktor eksternal juga dibagi menjadi dua jenis, yaitu informasi dari

tenaga kesehatan dan dukungan suami (Shodiqoh, 2014).

Kepercayaan pada faktor internal merupakan tanggapan percaya

atau tidak percaya dari ibu hamil mengenai cerita atau mitos yang

didengar dari orang lain atau yang berkembang di daerah asal atau
40

tempat tinggalnya. Sedangkan, perasaan menjelang persalinan berkaitan

dengan perasaan takut atau tidak takut yang dialami oleh ibu menjelang

persalinan (Shodiqoh, 2014).

Informasi dari tenaga kesehatan merupakan faktor eksternal

yang penting bagi ibu hamil karena informasi yang diperoleh dapat

mempengaruhi tingkat kecemasan ibu hamil dalam menghadapi

persalinan. Menurut Natoatmodjo (2005), kelengkapan informasi yang

diperoleh mengenai keadaan lebih laanjut mengenai kehamilannya,

termasuk adanya penyakit penyerta dalam kehamilan, membuat ibu

hamil lebih siap dengan semua kemungkinan yang akan terjadi saat

persalinan dan ibu tidak terbebani dengan perasaan takut dan cemas.

Selain informasi dari tenaga kesehatan, dukungan suami juga

merupakan faktor eksternal yang penting bagi ibu hamil. Dukungan

suami dapat mengurangi kecemasan sehingga ibu hamil trimester ketiga

dapat merasa tenang dan memiliki mental yang kuat dalam menghadapi

persalinan (Shodiqoh, 2014) .

Selain faktor internal dan faktor eksternal, terdapat juga faktor

yang lain yaitu faktor biologis dan faktor psikis yang dapat

mempengaruhi kecemasan pada ibu hamil selama mengandung. Faktor

biologis meliputi kesehatan dan kekuatan selama kehamilan serta

kelancaran dalam melahirkan bayinya. Sedangkan, faktor psikis seperti

kesiapan mental ibu hamil selama kehamilan hingga kelahiran dimana

terdapat perasaan cemas, tegang, bahagia, dan berbagai macam


41

perasaan lain, serta masalah-masalah seperti keguguran, penampilan

dan kemampuan melahirkan (Maimunah, 2009).

Secara spesifik, faktor yang mempengaruhi kecemasan pada ibu

hamil seperti pengambilan keputusan, usia ibu hamil, kemampuan dan

kesiapan keluarga, kesehatan dan pengalaman mendapat keguguran

sebelumnya (Maimumah, 2009).

2.3.5 Gejala Kecemasan

Dalam (Sadock, 2015) gejala kecemasan dapat berupa:

1. Perasaan ansietas, yaitu melihat kondisi emosi individu yang

menunjukkan perasaan cemas, firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri, dan mudah tersinggung.

2. Ketegangan (tension), yaitu merasa tegang, lesu, tak bisa istirahat

dengan tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, dan

gelisah.

3. Ketakutan, yaitu takut pada gelap, takut pada orang asing, takut

ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, takut pada keramaian

lalu lintas, dan takut pada kerumunan orang banyak.

4. Gangguan tidur, yaitu sukar masuk tidur, terbangun pada malam

hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-

mimpi, mimpi buruk, dan mimpi yang menakutkan.


42

5. Gangguan kecerdasan, yaitu sukar berkonsentrasi dan daya ingat

buruk.

6. Perasaan depresi, yaitu hilangnya minat, berkurangnya kesenangan

pada hobi, sedih, bangun dini hari, dan perasaan yang berubah-ubah

sepanjang hari.

7. Gejala somatik (otot), yaitu sakit dan nyeri di otot-otot, kaku,

kedutan otot, gigi gemerutuk, dan suara yang tidak stabil.

8. Gejala somatik (sensorik), yaitu tinitus (telinga berdengung),

penglihatan kabur, muka merah atau pucat, merasa lemah, perasaan

ditusuk-tusuk.

9. Gejala kardiovaskular, yaitu takikardi, berdebar, nyeri di dada,

denyut nadi mengeras, perasaan lesu/lemas seperti mau pingsan, dan

detak jantung seperti menghilang/berhenti sekejap.

10. Gejala respiratori, yaitu rasa tertekan atau sempit di dada, perasaan

tercekik, sering menarik napas, dan napas pendek/sesak.

11. Gejala gastrointestinal, yaitu sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di

perut, rasa penuh atau kembung, mual, muntah, buang air besar

lembek, kehilangan berat badan, dan sulit buang air besar

(konstipasi).

12. Gejala urogenital, yaitu sering buang air kecil, tidak dapat menahan

air seni, amenorrhoe, menorrhagia, perasaan menjadi dingin (frigid),

ejakulasi praecocks, ereksi hilang, dan impotensi.


43

13. Gejala otonnom, yaitu mulut kering, muka merah, mudah

berkeringat, pusing dan sakit kepala, dan bulu-bulu

berdiri/merinding.

14. Tingkah laku pada saat wawancara, yaitu gelisah, tidak tenang, jari

gemetar, kening berkerut, muka tegang, tonus otot meningkat, napas

pendek dan cepat, dan muka merah.

Selain pengaruh gejala diatas, kecemasan memengaruhi pikiran,

persepsi, dan pembelajaran. Kecemasan cenderung menimbulkan

kebingungan dan distorsi persepsi waktu dan ruang tetapi juga orang

dan arti peristiwa. Distorsi ini dapat menggangu proses pembelajaran

dengan menurunkan konsentrasi, mengurangi daya ingat, dan

menggangu kemampuan menghubungkan satu hal dengan hal yang lain

yaitu membuat asosiasi (Kaplan & Sadock, 2014).

2.3.6 Pengukuran Tingkat Kecemasan

Pengukuran tingkat kecemasan dapat menggunakan berbagai

skala penelitian, salah satunya adalah Hamilton Rating Scale For

Anxiety (HARS). HARS digunakan untuk melihat tingkat keparahan

terhadap gangguan kecemasan, terdiri dari 14 item penelitian sesuai

dengan gejala kecemasan yang ada (Sadock, 2015).

Masing-masing kelompok gejala diatas diberi penilaian angka

antara 0-4, dengan rincian sebagai berikut: 0= tidak ada gejala sama

sekali, 1= gejala ringan (apabila terdapat 1 dari semua gejala yang ada),
44

2= gejala sedang (jika terdapat separuh dari gejala yang ada), 3= gejala

berat (jika terdapat lebih dari separuh dari gejala yang ada), dan 4=

gejala berat sekali (jika terdapat semua gejala yang ada) dalam

(Shodiqoh, 2014).

Masing-masing nilai dari 14 kelompok gejala dijumlahkan dan

dinilai derajat kecemasannya, yaitu: < 14: tidak ada kecemasan; 14-20:

kecemasan ringan; 21-27: kecemasan sedang; 28-41: kecemasan berat;

dan 42-56: kecemasan berat sekali (Shodiqoh, 2014).

2.4 Teori Umum Tentang Hidroterapi

2.4.1 Pengertian Hidroterapi

Terapi relaksasi salah satunya yaitu menggunakan air.

Hidroterapi adalah penggunaan air untuk menyembuhkan dan

meringankan berbagai keluhan. Air bisa digunakan dalam banyak cara

dan kemampuannya sudah diakui sejak dahulu sampai sekarang dan air

hangat juga bermanfaat untuk membuat tubuh rileks, menyingkirkan

rasa pegal-pegal dan kaku di otot dan mengantar agar tidur bisa lebih

baik dan nyenyak (Sustrani, 2006).

Hidroterapi adalah salah satu terapi yang bertujuan memberi dan

meningkatkan sensasi relaksasi bagi tubuh manusia (Pranata &

Yuwanto, 2014). Adapun menurut Stevenson (2007) menyatakan

bahwa Hidroterapi adalah sebuah teknik yang menggunakan air sebagai

media untuk menghilangkan rasa sakit dan mengobati penyakit.


45

Hidroterapi memiliki efek rileksasi bagi tubuh, sehingga mampu

merangsang hormon endorphin dalam tubuh dan menekan hormon

adrenalin sehingga dapat menurunkan kecemasan.

Dalam pemaparannya tahun 2014 Dinas Kesehatan Indonesia

menjelaskan air hangat membuat kita merasa santai, meringankan sakit

dan tegang pada otot dan memperlancar peredaran darah. Maka dari itu,

berendam air hangat bisa membantu menghilangkan stres dan membuat

kita tidur lebih mudah. Suhu air hangat yang dipakai berkisar 35 ˚C.

Terapi rendam kaki air hangat merupakan salah satu terapi yang

memberikan efek teraupetik karena air hangat mempunyai dampak

fisiologis bagi tubuh. Dampak tersebut dapat mempengaruhi oksigenasi

jaringan, sehingga dapat mencegah kekakuan otot, menghilangkan rasa

nyeri, menenangkan jiwa dan merilekskan tubuh (Kusumastuti, 2009).

Menurut Stanley & Beare (2006) mengatakan bahwa respon

relaksasi mempunyai efek penyembuhan yang memberikan kesempatan

untuk tubuh beristirahat dari lingkungan stres eksternal dan internal dari

pikiran. Respon relaksasi mengembalikan proses fisik dan emosi

(Sulaiman, 2009).

Dalam penelitian terkait yang dilakukan oleh Putri Damarsanti

(2018) tentang pengaruh rendam kaki dengan air hangat terhadap

tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester III di Puskesmas Pegandon

Tegal didapatkan ada pengaruh hidroterapi (rendam kaki dengan air

hangat) terhadap penurunan tingkat kecemasan pada ibu hamil trimester


46

III yang di tunjukan dengan nilai ρ= 0,000. P < α yaitu 0,000 < 0,005

sehingga Ha diterima.

2.5 Keaslian Penelitian

Tabel 2.1 Keaslian Penelitian

No. Nama Judul Penelitian Metode Variabel Hasil Penelitian


Peneliti Penelitian Penelitian
1. Putri Pengaruh Quasi Rendam kaki Ada pengaruh
Damarsanti, Rendam Kaki eksperimental dengan air rendam kaki
Rina Dengan Air time series hangat, tingkat dengan air
Anggraini, Hangat design) kecemasan, ibu hangat terhadap
Setianingsih Terhadap hamil trimester tingkat
Tingkat III. kecemasan pada
Kecemasan ibu hamil
Pada Ibu Hamil trimester III di
Trimester III Di Puskesmas
Puskesmas Pegandon
Pegandon Kendal dengan
Kendal p value 0,000 <
0,05.
2. Debora V.V Perbedaan anali-tik cross Tingkat Skor kecemasan
Mandagi, Tingkat sectional kecemasan, lebih tinggi pada
Cicilia Pali, Kecemasan primigravida, primigravida
J.S.V Pada multigravida dibandingkan
Sinolungan Primigravida dengan multi-
Dan gravida, namun
Multigravida Di hasil uji t
Rsia Kasih Ibu menunjukan
Manado kedua kelompok
tidak berbeda
bermakna secara
statistik karena
nilai p = 0,109
>α = 0,05
3. Sin Rahyuni Pengaruh Quasi Tingkat -
Lakuanine Hidroterapi eksperimental Kecemasan
Terhadap one grup Menghadapi
Tingkat pretest post Persalinan Pada
Kecemasan test design. Ibu
Menghadapi Primigravida
Persalinan Pada
47

Ibu
Primigravida
Di Kecamatan
Seram Utara
Barat
Kabupaten
Maluku Tengah
BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL

3.1 Kerangka Konsep

Berdasarkan masalah dan judul penelitian, maka dapat dibuat

kerangka konsep sebagai berikut :

Pre Test Intervensi Post Test

Tingkat Tingkat
Hidroterapi
kecemasan pada (rendam kecemasan pada
ibu primigravida kaki dengan ibu primigravida
air hangat)
sebelum sesudah
intervensi intervensi

Keterangan :

: Variabel yang diteliti

: Garis pengaruh

: Intervensi

48
49

3.2 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah

penelitian, dikatakan sementara karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori (Sugiyono, 2014).

Ho : Pemberian hidroterapi tidak berpengaruh terhadap tingkat kecemasan

menghadapi persalinan pada ibu primigravida di Kecamatan Seram

Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.

Ha : Pemberian hidroterapi berpengaruh terhadap tingkat kecemasan

menghadapi persalinan pada ibu primigravida di Kecamatan Seram

Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah.


BAB IV

METODE PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan ini adalah penelitian Quasi

Eksperimental. Penelitian ini merupakan suatu rangcangan penelitian untuk

mencari hubungan sebab akibat dengan adanya keterlibatan penelitian dalam

melakukan manipulasi terhadap variabel bebas (Nursalam, 2017).

Penelitian ini menggunakan desain pre-eksperimental dengan metode

yang gunakan yaitu one grup pretest post test design. Metode ini

mengungkapkan hubungan sebab akibat dengan cara melibatkan satu

kelompok subjek. Dimana kelompok ini sebelum dan sesudah intervensi akan

dilakukan observasi terlebih dahulu.

Gambar 4.1 Desain one grup pretest post test design

Kelompok eksperimen 01 X 02

Keterangan :

01 : Pre test kelompok eksperimen

X : Perlakuan (Hidroterapi)

02 : Post test kelompok eksperimen

50
51

4.2 Tempat dan waktu penelitian

4.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kecamatan Seram Utara

Barat Kabupaten Maluku Tengah.

4.2.2 Waktu Penelitian

Waktu penelitian akan dilaksanakan pada bulan Juli 2019.

4.3 Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

4.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian (Nursalam, 2014).

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu primigravida yang

berdomisili di Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku

Tengah sebanyak 35 orang.

4.3.2 Sampel

Menurut Sugiyono (2016) mendefinisikan sampel adalah bagian

dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Pengukuran sampel merupakan suatu langkah untuk menentukan

besarnya sampel yang diambil dalam melaksanakan penelitian suatu

objek. Untuk menentukan besarnya sampel bisa dilakukan dengan

statistik atau berdasarkan estimasi penelitian.


52

Menurut Roscoe dalam Sugiyono (2010), cara menentukan

jumlah sampel dalam penelitian yaitu:

a. Ukuran sampel yang layak dalam penelitian adalah antara 30

sampai 500 orang.

b. Bila sampel dibagi dalam kategori (misalnya: pria-wanita, pegawai

negeri-swasta, dan lain-lain), maka jumlah anggota sampel setiap

kategori minimal 30 orang.

c. Bila didalam penelitian akan melakukan analisis dengan

multivariate (korelasi atau regresi ganda), maka jumlah anggota

sampel minimal 10 kali dari jumlah variabel yang diteliti.

d. Untuk penelitian eksperimen yang sederhana, yang menggunakan

kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka jumlah anggota

sampel masing-masing antara 10 sampai 20.

Berdasarkan poin ke empat yaitu jumlah sampel yang di

gunakan antara 10 sampai 20. Maka besar sample dalam penelitian ini

sebanyak 15 ibu hamil trimester III.

4.3.3 Teknik Pengambilan Sampel (Sampling)

Dalam penelitian ini teknik sampling yang digunakan adalah

Purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik pengambilan

sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Alasan

menggunakan teknik Purposive Sampling adalah karena tidak semua


53

sampel memiliki kriteria yang sesuai dengan fenomena yang diteliti.

(Sugiyono, 2016).

4.4 Variabel Penelitian

Menurut Sugiyono (2016), variabel penelitian adalah suatu atribut

atau sifat atau nilai dari orang, objek atau kegiatan yang mempunyai variasi

tertentu ynag ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh

informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Variabel

dalam penelitian ini menggunakan variabel tunggal yaitu tingkat kecemasan

menghadapi persalinan pada ibu primigravida.

4.5 Definisi Operasional

Defenisi operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang

dimaksud, atau tentang apa saja yang diukur oleh variabel yang bersangkutan

(Notoatmojo, 2010).

Adapun defenisi operasional pada penelitian ini adalah sebagai

berikut:
54

Tabel 4.2 Defenisi Operasional

No Variabel Defenisi Alat Ukur Skala Hasil Ukur


Operasional Ukur
1. Dependen Dengan HARS Ordinal Skor total :
Tingkat bertanya kepada (Hamilton  Kurang dari 14
kecemasan orang tua, Rating = tidak ada
menghadapi tetangga, teman Scale For kecemasan
persalinan bagaimana Anxiety)  14-20 =
pada ibu peoses kecemasan
primigravida persalinan dan ringan
pengalaman-  21-27 =
pengalaman saat kecemasan
pesalinan sedang
 28-41 =
kecemasan
berat
 42-56 =
kecemasan
berat sekali

4.6 Instrumen Penelitian

Alat pengumpulan data yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

instrumen penelitian berupa lembar kuesioner (hasil pengukuran skoring

tingkat kecemasan).

Lembar kuesioner pengukuran skoring tingkat kecemasan di gunakan

untuk mengobservasi tingkat kecemasan oleh responden sebelum dan sesudah

dilakukan pemberian hidroterapi (rendam kaki dengan air hangat). Penelitian

dilakukan dengan menggunakan air hangat sebanyak 3 kali secara berulang

dan teratur dalam kurung waktu 2 hari setiap tindakan, sehingga manfaat dari

rendam kaki dengan air hangat dapat langsung diketahui dan dirasakan oleh

responden.
55

4.7 Prosedur Pengumpulan Data

Proses pengambilan data adalah salah satu proses yang bertujuan

mengumpulkan data dari beberapa sumber yaitu data primer maupun data

sekunder, pengambilan data ini dimulai dari pengambilan data tentang judul

penelitian pengaruh hidroterapi terhadap tingkat kecemasan pada ibu

primigravida di Kecamatan Seram Utara Barat Kabupaten Maluku Tengah

sebagai berikut :

1. Pengurusan surat ijin penelitian di LPPM STIKes Maluku Husada.

2. Peneliti membawa surat ke KESBANGPOL.

3. Setelah dapat surat balas dari KESBANGPOL, peneliti membawa surat

tersebut ke kepada bapak Camat Kecamatan Seram Utara Barat dan

setelah itu dibawa ke Kepala Desa Panasanea maka peneliti segera

melakukan penelitian.

4. Peneliti melakukan pendekatan dengan responden serta menjelaskan

manfaat dan tujuan penelitian.

5. Peneliti menjamin kerahasian responden kemudian memberikan lembaran

persetujuan bersedia sebagai responden untuk menandatangani Informed

Concent.

6. Peneliti mengidentifikasi tingkat kecemanasan pada responden dengan

menggunakan HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety) sebelum

diberikan hidroterapi (rendam kaki dengan air hangat).


56

7. Peneliti melakukan intervensi dengan pemberian hidroterapi (rendam kaki

dengan air hangat) sebanyak 3 kali secara berulang dan teratur dalam

kurung waktu 2 hari setiap tindakan

8. Peneliti mengidentifikasi kembali tingkat kecemanasan pada responden

dengan menggunakan HARS (Hamilton Rating Scale For Anxiety) setelah

diberikan hidroterapi (rendam kaki dengan air hangat).

9. Peneliti melakukan pengolahan data

10. Seminar penelitian

4.8 Analisa Data

4.8.1 Analisa Univariat

Analisa univariat merupakan suatu analisa yang digunakan

untuk tiap-tiap variabel dan hasil penelitian yang menghasilkan suatu

distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel.Analisa

univariat bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian (Notoadmojo, 2012).

4.8.2 Analisa Bivariat

Analiasa bivariat yaitu analisis yang digunakan terhadap suatu

variabel dengan menggunakan uji statistik melalui uji statistik

Parametrik Paired T-test dengan tingkat kemaknaan 0,005. Uji ini

dimaksud untuk mengetahui apakah ada pengaruh hidroterapi terhadap


57

tingkat kecemasan menghadapi persalinan pada ibu primigravida

(Nursalam, 2008).

Sebelum dilakukan analisa data dengan menggunakan uji

parametik Paired Sample T-test, akan di lakukan uji normalitas (untuk

mengetahui apakah data yang terjaringn dari masing-masing variabel

berdistribusi normal atau tidak) dengan menggunakan parameter

Shapiro Wilk (untuk sampel <50) apabila data berdistribusi normal

maka dilanjutkan dengan uji parametric Paire'd t-test.

4.9 Etika Penelitian

Peniliti sebaiknya mengerti tentang etika-etika yang harus dilakukan

dalam jalannya penelitian meliputi :

1. Inform Concent (Lembar Persetujuan)

Lembar persetujuan dibuat untuk menyatakan ketersediaan

responden. Dalam lembar tersebut berisi judul penelitian dan manfaat

penelitian. Responden akan memberikan tanda tangan pada lembar

tersebut jika bersedia dan peneliti tidak akan memaksa responden jika

responden tidak bersedia.

2. Anonimity (Tanpa Nama)

Peneliti akan menjaga privasi dan kerahasiaan responden untuk

melindungi hak-haknya. Peneliti hanya memberikan kode pada

responden tanpa mencantumkan nama.


58

3. Confidentialy (Kerahasiaan)

Dalam melakukan penelitian, data dan informasi yang didapat

dari responden akan dirahasiakan kecuali pada angka tertentu yang

digunakan sebagai laporan hasil penelitian.


59

Anda mungkin juga menyukai