Anda di halaman 1dari 10

SISTEM PENGELOLAAN DAN TEMU KEMBALI ARSIP INAKTIF DI

KANTOR KECAMATAN PEDURUNGAN KOTA SEMARANG

Arief Ramadian Adi Putra*), Joko Wasisto

Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas


Diponegoro, Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia
50275

Abstrak

Penelitian ini berjudul “Sistem Pengelolaan dan Temu Kembali Arsip Inaktif di Kantor Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengelolaan dan temu kembali arsip inaktif di
Kantor Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kualitatif dengan
pendekatan studi kasus. Subjek dalam penelitian ini ialah Pengelola Arsip Inaktif di Kecamatan Pedurungan
sedangkan objek dalam penelitian ini ialah Sistem Pengelolaan dan Temu Kembali Arsip Inaktif di Kantor
Kecamatan Pedurungan Kota Semarang. Metode pengumpulan data diperoleh melalui observasi, wawancara dan
dokumentasi. Hasil penelitian menunjukan bahwa pengelolaan dan temu kembali arsip inaktif di Kantor Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang belum berjalan dengan baik, mulai dari pengelolaan arsip inaktif sampai dengan temu
kembali arsip inaktif masih menggunakan cara manual. Pengelolaan arsip inaktif di Kecamatan Pedurungan
dilakukan oleh Subbag Umum dan Kepegawaian dan oleh masing-masing bidang. Kegiatan pengelolaan arsip
inaktif sampai temu kembali arsip inaktif masih menggunakan cara manual. Fasilitas yang tersedia untuk saat ini
adalah satu lemari di masing-masing bidang dan di Subbag Umum dan Kepegawaian. Sarana dan prasarana yang
disediakan untuk saat ini masih sangat kurang, ruangan yang digunakan untuk pengelolaan arsip inaktif masih
menjadi satu dengan ruanagan kerja. Kendala yang masih menjadi masalah adalah kurangnya fasilitas dan sarana
prasarana yang belum memadai, belum adanya ruangan khusus untuk pengelolaan dan penyimpanan arsip inaktif.

Kata Kunci: arsip inaktif, sistem pengelolaan arsip, temu kembali arsip

ABSTRACT

[The title of the study is “System of Management and Retrieval of Inactive Archives in Pedurungan District
Semarang City Office”]. The aims of the study are to analyze and describe the process of management and retrieval
of inactive archives in Pedurungan District Semarang City Office. The study is a descriptive-qualitative study using
case study approach. The subject of the study is Inactive Archieve Manager in Pedurungan District while the object
of the study is System of Management and Retrieval of Inactive Archives in Pedurungan District Semarang City
Office. Data collecting is done by conducting observation, interview, and documentation. The result of the study
shows that management and retrieval of inactive archives in Pedurungan District Semarang City Office works very
well as seen from the management of inactive archives to the retrieval of inactive archives. Management of inactive
archives in Pedurungan District is done by General and Staffing Subsection and by each sector. The process of
management of inactive archives and retrieval of inactive archives uses manual way. Currently, the facilities for the
process include a filing cabinet and a description card in each sector and in General and Staffing Subsection. Other
facilities, however, are still very lacking and the room for managing inactive archives is in the same room with
working office. The problem here lies in the lack of facilities, the special room for management and retrieval
inactive archives is not available yet.

Keywords: inactive archieve, system of archieves management, reinvent archieve

………………………………………………………………………………………
*)
Penulis Korespondensi.
E-mail: ariefamayaramadian@gmail.com
1. Pendahuluan tinggi informasinya. Informasi yang diperoleh dari
Dewasa ini di era modern saat ini arsip merupakan arsip akan digunakan sebagai data dan diolah menjadi
salah satu sumber informasi yang penting, yaitu informasi yang sangat dibutuhkan dalam pengambilan
sebagai dokumen yang mempunyai nilai guna sangat keputusan (Sugiarto, 2005: 122).
Sistem administrasi dalam pelaksanaan
fungsi organisasi, merupakan aspek penting untuk tentang kearsipan adalah arsip yang frekuensi
dapat mencapai suatu hasil yang maksimal. Sistem penggunaanya telah menurun. Sedangkan menurut
administrasi adalah suatu kegiatan yang Sularso Mulyono, dkk (2011: 7) menyebutkan
melaksanakan tugas untuk menyelesaikan surat, bahwa arsip inaktif yaitu arsip yang
formulir, dan laporan yang dihasilkan dan yang penggunaanya tidak langsung sebagai bahan
diterima oleh suatu kantor pada akhirnya akan informasi.
berhubungan dengan kearsipan. Arsip berdasarkan fungsi dapat dibedakam
Pengertian arsip menurut Undang-undang menjadi dua Menurut fungsinya arsip dapat
Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan, adalah dibedakan menjadi dua yaitu arsip dinamis dan arsip
sebagai berikut: statis. Menurut Amsyah (2003: 2) jenis-jenis arsip
“Arsip adalah rekaman kegiatan atau sebagai berikut:
peristiwa dalam berbagai bentuk dan media a. Arsip Dinamis
sesuai dengan perkembangan teknologi Arsip dinamis yaitu arsip yang setiap hari digunakan
informasi dan komunikasi yang dibuat dan secara langsung untuk perencanaan, pelaksanaan, dan
diterima oleh lembaga negara, pemerintahan penyelenggaraan kehidupan berbangsa pada
daerah, lembaga pendidikan, perusahaan, umumnya atau dipergunakan secara langsung dalam
organisasi politik, organisasi penyelenggaraan administrasi negara. Arsip dinamis
kemasyarakatan, dan perseorangan dalam dibagi menjadi dua, yaitu:
pelaksanaan kehidupan bermasyarakat, 1) Arsip Aktif, yaitu arsip yang masih
berbangsa, dan bernegara.” dipergunakan terus-menerus, bagi
keberlangsungan pekerjaan di lingkungan unit
Setiap kegiatan yang berhubungan dengan pengolahan dari suatu organisasi/kantor.
perkantoran memerlukan data dan informasi yang 2) Arsip Inaktif, yaitu arsip yang tidak lagi
diperlukan. Salah satu data yang diperlukan dapat dipergunakan secara terus menerus atau
ditemukan dalam arsip, karena arsip salah satu bukti frekuensi penggunaannya sudah jarang, atau
dan rekaman dari sebuah kegiatan yang dilakukan hanya dipergunakan sebagai referensi saja.
termasuk diantaranya pengambilan keputusan. Arsip b. Arsip Statis
yang diolah baik secara manual naupun Arsip statis adalah arsip yang dipergunakan secara
menggunakan komputer akan menjadi suatu langsung untuk perencanaan penyelenggaraan
informasi yang sangat berguna dalam pengambilan kehidupan kebangsaan pada umumnya maupun untuk
keputusan. penyelengaraan sehari-hari administrasi negara.
Pengelolaan arsip sebenarnya telah dimulai
dari surat yaitu yang berupa naskah dan warkat, 2. Pengelolaan Arsip Inaktif
dibuat atau diterima oleh suatu kantor atau organisasi Pengelolaan arsip adalah kegiatan menerima,
sampai ditetapkan untuk disimpan, selanjutnya menyimpan, mengaktulisasikan dan menemukan
disusutkan sesuai retensi kemudian dilakukan kembali arsip inaktif yang disimpan berdasarkan
pemusnahan. pada prinsip efektivitas, efesiensi dan keamanan
Oleh karena itu, perlu diadakannya yang didukung oleh sumber daya manusia yang
pengelolaan arsip secara sistematis, serta berkualitas, lembaga yang mantap dan sarana
menempatkan arsip sebagai rekaman informasi bukan prasarana yang memadai (ANRI, 2007: 4).
hanya arsip sebagai sampah aktivitas organisasi. Pengelolaan arsip inaktif diperlukan agar mampu
Keberadaan arsip bukan hal yang diciptakan secara menyediakan arsip yang cepat, tepat dan mudah.
khusus, tetapi arsip lahir secara otomatis sebagai
bukti pelaksanaan kegiatan administrasi yang 3. Temu Kembali Arsip Inaktif
terekam dalam bentuk media apapun. Temu kembali arsip merupakan salah satu
kegiatan dalam bidang kearsipan, yang bertujuan
1. Pengertian Arsip Inaktif untuk menemukan kembali arsip yang akan
Kata arsip berasal dari bahasa Yunani, yaitu dipergunakan dalam proses penyelenggaraan
archea artinya dokumen atau catatan mengenai administrasi di suatu instansi. Penemuan kembali
permasalahan (Sugiaryo, 2005:3-4). Arsip inaktif arsip sangat erat hubungannya dengan sistem
menurut Undang-undang No. 43 tahun 2009 pengelolaan arsip, karena jika sistem pengelolaan
arsip kurang baik maka proses penemuan arsip
akan sulit. Menurut Wursanto (1991: 187),
mengemukakan bahwa yang dimaksud penemuan
kembali arsip yaitu “Kegiatan memastikan dimana
warkat atau arsip yang akan dipergunakan
disimpan, dalam kelompok berkas apa, disusun
menurut sistem apa, dan bagaimana cara
mengambilnya”. faktor-faktor yang perlu dan sistem penyimpanan dokumen.
diperhatikan adalah sebagai berikut : b) Sistem penemuan kembali harus didukung dengan
a) Sistem penemuan kembali harus mudah, yaitu peralatan yang sesuai dengan sistem penataan
apabila disesuaikan dengan kebutuhan si pemakai berkas yang digunakan.
c) Faktor personil juga memegang peranan penting kecamatan pedurungan Kota Semarang melalui
dalam penemuan kembali arsip. Tenaga-tenaga di metode observasi dan wawancara mendalam tentang
bidang kearsipan hendaknya terdiri dari tenaga- pengelolaan dan temu kembali arsip inaktif.
tenaga yang terlatih, mempunyai daya tangkap b. Data Sekunder
tinggi, cepat, mau dan suka bekerja secara detail Data sekunder adalah data yang bersumber dari hasil
tentang kearsipan. penelitian orang lain yang dibuat untuk maksut yang
berbeda. Data tersebut dapat berupa, fakta, tabel,
2. Metode Penelitian gambar (Kountur, 2007: 182). Data yang diperoleh
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif secara tidak langsung dari suatu objek penelitian atau
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah data yang diperoleh berdasarkan hasil yang ada. Pada
sebuah penelitian yang dimaksudkan untuk penelitian ini yang menjadi data skunder adalah data
mengungkap sebuah fakta empiris secara objektif yang didapatkan peneliti dari literatur atau buku
ilmiah dengan berlandaskan pada logika keilmuan, bacaan yang sesuai dengan topik atau judul
prosedur dan didukung oleh metodelogi dan teoritis penelitian.
yang kuat sesuai disiplin keilmuan yang ditekuni Pada penelitian ini menggunakan desain
(Mukhtar, 2013: 29). Dalam penelitian ini peneliti kualitatif, sehingga wawancara yang dilakukan
memilih jenis penelitian berupa jenis penelitian peneliti akan ditujukan kepada informan sebagai
deskriptif. Ialah kegiatan yang meliputi pengumpulan sampelnya. Sampel pada penelitian kualitatif tidak
data dalam rangka menguji hipotesis atau menjawab disebut responden melainkan narasumber, partisipan
pertanyaan yang menyangkut keadaan pada waktu atau informan (sugiyono, 2012: 216). Sampel
yang sedang berjalan dari pokok suatu penelitian diperoleh dari proses sampling yang didapat dari
(Sevilla, 2006: 71). Penelitian ini menggunakan populasi dengan menerapkan teknik tertentu. Teknik
desain penelitian deskriptif kualitatif dengan sampling pada penelitian kualitatif berbeda dengan
pendekatan studi kasus. penelitian kuantitatif, sampling yang dimaksud pada
Studi kasus adalah suatu penelitian kualitatif penelitian kualitatif yaitu teknik untuk menjaring
yang berusaha menemukan makna, menyelidiki sebanyak mungkin informan yang akan
proses, dan memperoleh pengertian dan pemahaman diwawancarai. Penelitian ini informan yang akan di
yang mendalam dari individu, kelompok, atau situasi wawancarai adalah pegawai yang berkaitan dengan
(Emzir, 2012: 20). Penelitian kualitatif merupakan pengelolaan arsip di Kantor Kecamatan Pedurungan
penelitian yang berhubungan dengan ide, persepsi, Kota Semarang.
pendapat, dan kepercayaan orang lain yang akan Ruang lingkup pada penelitian ini adalah
diteliti. Dalam penelitian kualitatif segala sesuatunya seluruh di Kantor Kecamatan Pedurungan Kota
tidak dapat di ukur dengan angka (Sulistyo-Basuki, Semarang bagian kearsipan, untuk memenuhui tujuan
2006:78). Pada penelitian ini akan digali keterangan penelitian ini, informan dalam penelitian ini
dari informan tentang bagaimana sistem pengelolaan menggunakan metode purposive sampling. Metode
dan temu kembali arsip inaktif di kantor Kecamatan purposive sampling, yaitu mengambil sampel dengan
Pedurungan kota Semarang. pertimbangan tertentu yang dipandang dapat
Dalam setiap penelitian, selain memberikan data secara maksimal (Arikunto,
menggunakan metode yang tepat juga diperlukan 2010:33). Informan dalam penelitian ini adalah orang
kemampuan memilih metode pengumpulan data yang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi
relevan. Pada penelitian ini, jenis dan sumber data tentang situasi, kondisi, dan memiliki banyak
yang digunakan ada dua, yaitu data primer dan data pengalaman tentang latar penelitian.
skunder: Pertimbangan pemilihan informan dalam
penelitian ini didasarkan pada kriteria sebagai
a. Data Primer berikut:
Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung 1) Informan yang mengetahui dan terlibat
oleh peneliti dari hasil observasi terhadap situasi dalam aktivitas pengelolaan arsip inaktif
sosial dan atau diperoleh dari tangan pertama atau dan temu kembali arsip inaktif di kantor
subjek (informan) melalui proses wawancara Kecamatan Pedurungan.
(Mukhtar, 2013: 100). Dalam penelitian ini, data 2) Informan yang telah ikut serta dalam
primer yang diperoleh langsung dari kantor pembinaan kearsipan di tingkat kota atau
daerah jabatan informan merupakan staf
Sub bagian (Subbag) Umum dan
Kepegawaian Kecamatan Pedurungan
Kota Semarang.
3) Para informan yang sudah menguasai
dan sering melaksanakan pengelolaan
arsip inaktif di Kantor Kecamatan
Pedurungan Semarang.
Dalam pemilihan informan yang akan di Pedurungan.
wawancarai, maka informan yang dipilih benar-benar Teknik pengumpulan data adalaah cara yang
yang mengetahui situasi dan kondisi dibidang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-
pengelolaan arsip inaktif di kantor Kecamatan fakta yang ada dilapangan (Prastowo, 2011: 208).
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam Teknik analisis data dapat ditarik
penelitian ini adalah observasi, wawancara, dan kesimpulan yang mudah di pahami. Setelah data
dokumentasi. Metode pengumpulan data yang terkumpul, hal yang harus dilakukan yaitu dengan
digunakan dalam penelitian ini adlah sebagai berikut: melakukan proses analisis data, dan penafsiran data
agar data tidak kadaluarsa (Prastowo, 2011: 238).
Ada tiga metode yang digunakan untuk kegiatan
1. Observasi analisis data, yaitu:
Teknik observasi digunakan untuk 1. Reduksi Data
memperoleh data yang sebenarnya mengenai Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan,
pengelolaan dan temu kembali arsip inaktif di serta pemusatan perhatian pada penyederhanaan
kecamatan pedurungan Kota Semarang. data yang muncul dari catatan kegiatan lapangan
Menurut Arikunto (2010: 272) dalam selama penelitian (Suprayogo, 2003: 193). Pada
menggunakan metode observasi cara yang tahapan ini data yang dibutuhkan dalam penelitian
paling efektif adalah melengkapinya dengan dikumpulkan melalui hasil wawancara, observasi,
format atau blangko pengamatan sebagai dan dokumentasi tentang pengelolaan dan temu
instrument. Pada penelitian ini, peneliti tanpa kembali arsip inaktif di kantor Kecamatan
keikutsertaan dalam kegiatan-kegiatan subjek Pedurungan Semarang.
penelitian dan tidak berinteraksi dengan 2. Penyajian Data
pengelola arsip inaktif secara langsung. Pada Penyajian data merupakan kegiatan menyajikan
penelitian ini, observasi dilakukan untuk sekumpulan informasi yang tersusun yang
mengamati peristiwa atau kejadian secara memberi kemungkinan adanya penarikan
langsung dalam pengelolaan arsip. Observasi kesimpulan dan pengambilan tindakan. Penyajian
dilakukan untuk mendapatkan data yang yang paling sering dilakukan untuk penelitian
relevan dengan fokus utama penelitian yang kualitatif adalah berupa teks naratif (Suprayogo,
berkaitan dengan pengelolaan dan temu 2003: 194). Pada penelitian ini, data hasil
kembali arsip inaktif di Kecamatan wawancara dari informan disajikan dalam bentuk
Pedurungan. teks yang bersifat naratif berdasarkan
2. Wawancara pengelompokan sesuai permasalahanya mengenai
Menurut Prastowo, Wawancara adalah suatu pengelolaan dan temu kembali arsip inaktif di
metode pengumpulan data yang berupa kantor Kecamatan Pedurungan Semarang.
pertemuan dua orang atau lebih secara 3. Penarikan Kesimpulan
langsung untuk bertukar informasi dan ide Penarikan kesimpulan adalah kegiatan hasil dari
dengan tanya jawab secara lisan sehingga verifikasi data yang telah diolah dan dikelola
dapat dibangun makna dalam suatau topik selama penelitian berlangsung (Suprayogo, 2003:
tertentu. (Prastowo, 2011: 212). Teknik 195). Kesimpulan juga merupakan kegiatan untuk
wawancara dilakukan untuk memeproleh memperoleh garis besar dalam kegiatan penelitian
informasi mendalam dengan petugas ini yang telah dilakukan. Setelah semua data
pengelola arsip inaktif di Kantor Kecamatan tersaji, permasalahan yang menjadi objek
Pedurungan Kota Semarang. penelitian dapat dipahami kemudian ditarik
3. Dokumentasi kesimpulan yang merupakan hasil dari penelitian
Dokumentasi adalah salah satu metode mengenai pengelolaan dan temu kembali arsip
pengumpulan data kualitatif dengan melihat inaktif di Kecamatan Pedurungan Semarang.
atau menganalisis dokumen-dokumen yang
telah dibuat oleh subjeknya sendiri, mencari Dalam teknik pengumpulan data, tringulasi
data mengenai hal atau variabel yang berupa diartikan sebagai teknik pengumpulan data yang
catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, bersifat menggabungkan dari berbagai teknik
prasasti, notulen rapat, agenda, dan sebagainya pengumpulan data dan sumber data yang ada. Data
(Arikunto, 2010:132). Peneliti melakukan yang terkumpul melalui teknik wawanacara akan
pengumpulan data dokumentasi seperti foto, dicek kredibilitasannya dengan melakukan
kartu fasisi, buku agenda, dan dokumen- dokumentasi dan observasi.
dokumen yang berkaitan dengan pengelolaan Pada penelitian ini, peneliti menggunakan
arsip inaktif di Kecamatn Pedurungan. tringulasi sumber. Tringulasi sumber adalah menggali
kebenaran informasi tertentu melalui berbagai
metode dan sumber perolehan data. Menurut
Moleong (2010: 135) dalam teknik tringulasi ada
beberapa sumber yang dapat dilakukan dengan cara
sebagai berikut:
1. Membandingkan hasil wawancara dan
pengamatan dengan data hasil wawancara,
2. Membandingkan hasil wawancara dengan lainnya, yang ingin diketahui dari perbandingan
isi suatu dokumen yang berkaitan. ini adalah mengetahui alasan-alasan apa yang
3. Membandingkan hasil wawancara apa yang melatar belakangi adanya perbedaan data yang
dikatakan informan satu dengan informan yang diperoleh.
Tringulasi sumber yang dilakukan peneliti untuk memudahkan pencarian arsipnya sedangkan
yaitu untuk mencari dan menganalisis disetiap hasil untuk penyimpanannya di masukan kedalam map dan
wawancara. Wawancara dilakukan dengan informan dimasukan ke dalam almari penyimpanan arsip.
yang mengerti tentang Pengelolaan dan Temu Pengelolaan arsip inaktif di Kecamatan
Kenbali Arsip Inaktif. Informan kunci pada penelitian Pedurungan Semarang untuk pengelolaan sampai
ini yaitu pegawai yang bekerja dibagian umum, lalu penemuan kembalinya masih menggunakan sistem
membandingkan hasil wawancara dengan informan manual semua, proses yang dilakukan belum
dibagian yang lain. Peneliti akan mengetahui menggunakan teknologi informasi. Dengan cara
persamaan dan perbedaan di setiap hasil wawancara manual ini arsip inaktif di Kantor Kecamatan
dan akan mengetahui alasan-alasan yang melatar Pedurungan Semarang sudah dilaksanakan untuk
belakangi setiap perbedaan data yang telah diperoleh. pengelolaannya walaupun masih belum sempurna
tapi setidaknya sudah dikelola sebaik mungkin.
3. Hasil dan Pembahasan Pencarian arsip inaktif yang dilakukan oleh
3.1 Pengelolaan Arsip Inaktif di Kantor Kecamatan Pedurungan ada beberapa langkah yang
Kecamatan Pedurungan harus dilakukan yaitu arsip inaktif yang akan dicari
dilihat terlebih dahulu di buku agenda untuk
Pengelolaan arsip inaktif yang dilakukan memastikan arsip yang dicari ada atau tidak dilemari
Kecamatan Pedurungan yaitu pemilahan, penyimpanan, arsip yang dicari ada dan sesuai
pengelompokan, pendiskripsian atau pengagendaan, dengan buku agenda akan dicocokan dengan kartu
penyampulan, penataan dan penyimpanan arsip kendali yang sudah terlampir di berkas arsip tersebut.
inaktif. Pengelolaan arsip inaktif di Kecamatan Setiap berkas arsip yang disimpan akan di lampiri
Pedurungan dilakukan oleh Subbag Umum dan kartu kendali, gunanya yaitu untuk mencocokan
Kepegawaian, dan masing-masing bidang juga dengan buku agenda dan memudahkan untuk
melakukan pengelolaan arsip inaktif. Pengelolaan pencarian arsipnya.
arsip inaktif yang baik harus mengikuti beberapa
langkah-langkah seperti yang telah disebutkan di
atas. Sistem kearsipan harus dilakukan di setiap 3.2 Alur Pengelolaan Arsip Inaktif di Kantor
instansi, apabila arsip yang dikelola sesuai dengan Kecamatan Pedurungan
sistem kearsipan maka arsip tersebut akan terstruktur Alur pengelolaan arsip inaktif di Kecamatan
dengan baik. Jika setiap instansi yang mengelola Pedurungan ada beberapa langkah-langkah yang
arsipnya sudah sesuai dengan sistem kearsipan, maka harus dilakukan untuk pengelolaan arsip inaktif agar
arsip inaktif akan tersipan dengan baik dan tertata dengan teratur. Ada beberapa tahapan yang
memudahkan untuk proses penemuan kembali harus di lakukan oleh Kecamatan Pedurungan yaitu
dengan cepat dan tepat. meliputi kegiatan-kegiatan sebagai berikut: 1).
Pengelolaan arsip inaktif di Kantor Penyortiran atau pemilahan, 2). Pencatatan atau
Kecamatan Pedurungan sudah dikelola oleh masing- pendiskripsian, 3). Mengagendakan, 4).
masing bidang. Setiap bidang untuk pengelolaan Desposisikan, 5). Penyimpanan arsip. Kegiatan
arsip inaktifnya sama semua, dari mulai pengelolaan pengelolaan arsip inaktif di Kantor Kecamaatan
samapai temu kembali arsip inaktif yang dilakukan Pedurungan Kota Semarang terdapat di Subbag
setiap bidang sama semua dan untuk penyimpanan Umum dan Kepegawaian, serta dilakukan oleh
arsipnya juga sama. Pengelolaan arsip inaktif yang masing-masing bidang atau bagian.
dilakukan oleh masing-masing bidang yaitu dari
pemilahan arsip aktif terlebih dahulu untuk 3.2.1 Pemilahan atau Pernyotoran Arsip Inaktif
memastikan arsip aktif itu masa simpannya sudah Pemilahan arsip yaitu memisahkan antara
habis apa belum agar tidak terjadi kekeliruan, arsip arsip yang satu dengan arsip yang lain atau non arsip,
aktif yang frekuensi simpanya sudah habis maka akan pemilihan perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa
menjadi arsip inaktif. Arsip inaktif akan arsip aktif memang frekuensinya sudah menurun apa
dikelompokan menjadi satu sesuai dengan belum. Frekuensi arsip sudah menurun bisa dilihat
permasalahannya, setelah itu dicatat di buku deskripsi dari jadwal retensi arsip (JRA), tetapi di setiap
dan diberi nomor difinitif agar menyusun arsipnya instansi masih banyak yang belum mempunyai buku
sesuai dengan nomor urut, setelah diberi nomor pedoman yaitu jadwal retensi arsip (JRA), jadi di
difinitif dilakukan pencatatan lagi ke buku agenda Kecamatan Pedurungan untuk menentukan arsip aktif
yang sudah masuk inaktif maka untuk menentukan
hasilnya ditentukan sendiri dan kesepakatan bersama.
penyortiran dokumen arsip sudah dilakukan oleh
masing-masing bidang, penyortiran arsip yaitu untuk
memisahkan arsip inaktif dengan berkas-berkas arsip
yang lain dan agar tidak tertumpuk atau tercampur
dengan dokumen-dokumen arsip lainnya. pemilahan
arsip aktif ke inaktif perbidang sudah menyepakati
untuk masa simpan arsip aktif hanya selama dua
tahun saja setelah itu arsip akan di simpan ke arsip yang di lakukan di Kantor Kecamatan Pedurungan
inaktif. Semarang adalah untuk memudahkan alur pengarsipan
pemilahan atau penyortiran arsip inakfit yang sudah dilakukan pemilahan yang telah dilakukan
oleh masig-masing bidang dan Subbag Umum dan Pendiskripsian arsip inaktif di Kecamatan
Kepegawaian. Pedurungan yaitu menggunakan kartu diskripsi dan
dicatat dibuku agenda untuk memudahkan penemuan
3.2.2 Pemberkasan atau Pengelompokan Arsip kembalinya. Untuk langkah pendiskripsian yang
Inaktif dilakukan oleh pegawai Kecamatan Pedurungan yaitu
Pengelompokan arsip inaktif yaitu arsip inaktif yang sudah masuk masa simpan akan
memisahkan dan memilah-milah arsip sesuai dengan dicek kelengkapanya dan akan dideskripsikan sesuai
permasalahan atau kegiatan masing-masing, sesuai dengan bentuk fisik dan isi permasalahan yang
dengan perihal yang bersangkutan dan kepentingan berkaitan dengan surat tersebut, kemudian
arsip tersebut. Arsip yang sudah dipilah-pilah maka dideskripsikan di kartu deskripsi terlebih dahulu
akan dilakukan pengelompokan atau memisahkan mencatat semua isi dari arsip itu setelah dicatat di
arsip inaktif dengan dokumen yang lain, kartu diskripsi akan dicatat dibuku agenda untuk
dikelompokan sesuai dengan perihal yang sama misal memasukan data yang sesuai dengan kartu deskripsi
seperti surat raskin maka surat yang berhubungan agar mudah untuk melakukan pencarian, setelah
dengan raskin dijadikan satu untuk di pisahkan dari dicatat di kartu diskripsi dan buku agenda.
dokumen arsip lainnya. Pengelompokan arsip inaktif pendiskripsian yang dilakukan Kecamatan
yang dilakukan Kecamtan Pedurungan sama semua Pedurungan menggunakan kartu diskripsi, setelah itu
untuk melakukan pengelompokan arsipnya yaitu dari di catat lagi di buku agenda. Pencatatan atau
arsip yang sudah dipilah-pilah akan dilakukan pendiskripsian arsip dilakukan untuk mendata dan
pengelompokan sesuai dengan permasalahan yang menceritakan lagi hasil kepentingan,
sama agar tidak tercampur dengan berkas yang lain. permasalahannya dan mediskripsikan dan keutuhan
Tahapan-tahapan saat melakukan pengelompokan serta bentuk fisik arsip inaktif. Pendiskripsian arsip
arsip inaktif yaitu memisahkan atau menyedirikan harus diceritakan atau dideskripsikan sesuai dengan
arsip yang isi permasalahannya yang sama misal bentuk fisik arsip yang sesungguhnya dan
tentang pembagian raskin maka dikelompokan sesuai memberikan data yang lengkap sesuai dengan isi
dengan masalahnya tentang raskin tadi setelah itu arsip atau kepentingan dari isi surat tersebut.
dikelompokan semua sesuai dengan permasalahan
masig-masing. 3.2.4 Pembungkusan Arsip Inaktif
pengelompokan arsip itu sangat penting Pembungkusan yang dilakukan oleh
untuk memisahkan berkas arsip dengan berkas yang Kecamatan Pedurungan saat ini belum dilakukan
lainnya. Pengelompokan arsip dilakukan untuk pembungkusan menggunakan kertas kissing
mengetahui permasalahan isi surat dan kegiatan yang melainkan masih menggunakan map untuk
tercantum di dalam surat tersebut, arsip yang sudah menyimpan arsipnya. Walaupun di simpan di map
dikelompokan biasanya sudah sesuai dengan kriteria setidaknya tetap di bungkus dengan kertas kissing
atau ketentuan yang diinginkan. agar tetap terjaga keutuhan arsipnya dan terhindar
dari jamur. pembungkus arsip inaktif masih
3.2.3 Pendiskripsian atau Pencatatan Arsip menggunakan map belum menggunakan kertas
Inaktif kissing. Dengan keter batasan biaya untuk mengelola
Pendiskripsian atau pencatatan yaitu arsip maka yang harus di lakukan oleh informa yang
mendiskripsikan atau meceritakan kembali bentuk mengelola arsip inaktif, lebih baiknya memanfaatkan
arsip fisiknya apakah arsip tersebut masih berbentuk sarana dan prasarana yang sudah ada. Untuk
utuh atau sudah hancur, pendiskripsian perlu pembungkusan arsip inaktif di Kecamatan
dilakukan di setiap instansi karena untuk mengetahui Pedurungan semua bidang pembungkusan arsip
isi dan bentuk fisik arsip tersebut. Setelah melakukan inaktifnya semua sama masih menggunakan map.
pendiskripsian akan memberikan nomor definitif Pembungkusan arsip inaktif yang dilakukan
pada kartu deskripsi, gunanya untuk mempermudah oleh pegawai Kecamatan Pedurungan yaitu masih
menyusun atau menata arsip sesuai dengan sistem menggunakan map untuk pembungkus dan
kearsipan. Arsip yang ada di Kecamatan Pedurungan menyimpan arsipnya, belum menggunakan kertas
untuk saat ini arsipnya selalu di lakukan kissing untuk pembungkusan arsipnya. setidaknya
pendiskripsian karena akan mengetahui bentuk arsip untuk membungkus arsip agar terjaga utuh untuk
yang akan disimpan, apakah arsip yang akan pembungkusannya menggunakan kertas kissing agar
disimpan itu bentuknya utuh atau tidak dan merekap terhindar dari jamur, serangga, dan kelembaban
isi subjek permasalahannya dan memberi nomor agar udara. Sampai saat ini arsip yang disimpan masih
mudah untuk dilakukan pencarian. menggunakan map, maka arsipnya tidak akan terjaga
utuh akan mengalami kerusakan dengan sendirinya.
pembungkusan arsip itu sangat penting
untuk menjaga keutuhan fisik arsip dan menjaga
kerusakan dari hewan atau serangga yang merusak
dokumen arsip tersebut. Pembungkusan arsip
termasuk pemeliharaan arsip jika arsip benar-benar di
perhatikan maka keutuhan dokumen arsip akan selalu 3.2.5 Penyimpanan Arsip Inaktif
terjaga sampai kapanpun arsip dibutuhkan kembali. Penyimpanan arsip dapat diartikan sebagai
suatu sistem yang teratur dalam penyimpanan
arsipnya, sehingga apabila arsip diperlukan dapat yang lembab dan tercampur dengan berkakas seperti
ditemukan dengan cepat, supaya penyimpanan arsip matras,barang-barang bekas lainnya.
dapat di tata dengan baik maka diperlukan suatu cara Arsip inaktif di setiap bidang di Kantor
atau sistem untuk melaksanakan penyimpanan arsip Kecamatan Pedurungan Semarang telah dilakukan
secara efektif. Penyimpanan arsip disebuah instansi secara manual dan arsip inaktif yang disimpan juga
atau organisasi itu sangat penting karena arsip masih tersimpan dengan arsip aktif. Sedangkan untuk
sebagai bahan bukti atau referensi yang mempunyai Subbag Umun dan Kepegawaian untuk penyimpanan
nilai kegunaanya yang sangat penting. Penyimpanan arsip inaktifnya tidak tercampur dengan arsip aktif
arsip inaktif dilakukan agar arsip dapat terjaga dan tetapi di almari penyimpanan tersendiri.
tersimpan dengan baik sehingga ketika arsip tersebut
dibutuhkan, dapat ditemukan dengan mudah dan 3.3 Fasilitas dan Sarana Prasarana Pengelolaan
cepat. Arsip Inaktif di Kantor Kecamatan
Penyimpanan arsip inaktif di Kantor Pedurungan
Kecamatan Pedurungan Semarang dilakukan dengan 3.3.1 Fasilitas
cara disimpan didalam map dan ditaruh di dalam Fasilitas adalah segala sesuatu yang mempunyai
lemari penyimpanan atau ordner yang sudah di peranan penting untuk memudahkan dan
sediakan. Analisis penelitian berkaitan dengan melancarakan didalam suatu kegiatan. Fasilitas yang
penyimpanan arsip inaktif yang diterapkan di Kantor memadai untuk kegiatan kearsipan akan menunjang
Kecamatan Pedurungan Semarang sudah menerapkan kemudahan dalam melaksanakan pengelolaan arsip
dua metode penyimpanan yaitu metode nomor dan inaktif. Menurut Martono (1994: 35), peralatan arsip
subjek. Arsip inaktif yang ada di Kecamatan inaktif adalah pemilihan peralatan untuk menyimpan
Pedurungan untuk saat ini penyimpanan arsipnya arsip inaktif harus disesuaikan dengan bentuk fisik
masih menjadi satu dengan arsip aktif. Dengan arsip, serta kebutuhan untuk penemuannya kembali.
kurangaya sarana dan prasarana untuk menata dan Fasilitas penyimpanan yang harus di sediakan untuk
menyimpan arsipnya belum bisa semaksimal mengelola arsip inaktif yaitu: 1). Rak Pemyimpanan
mungkin arsip yang di tata belum teratur. Arsip Inaktif, 2). Boks Arsip, 3). Label, 4). Sampul
Penyimpanan arsip itu sangat penting apa atau Pembungkus Arsip Inaktif, 5). Daftar Pertelaan
lagi tentang arsip inaktif, apabila arsip inaktif Arsip, 6). Buku Peminjaman.
dilakukan pengelolaan sampai penyimpanannya Fasilitas yang disediakan oleh kecamatan
dengan baik pasti akan memudahkan untuk pedurungan untuk saat ini belum memadai untuk
penemuan kembalinya. Arsip inaktif walaupun jarang pengelolaan arsip inaktif di Kantor Kecamatan
dibutuhkan tetapi apa bila suatu saat arsip inaktif Pedurungan. Fasilitas diartikan sebagai kebutuhan
tersebut dibutuhkan akan mudah untuk melakukan yang sangat diperlukan untuk menyelesaikan
pencarian karena arsip tersebut masih disimpan pekerjaan dalam suatu kerjasama dalam organisasi
sampai masa retensinya habis. atau instansi di dalam perkantoran.
Penyimpanan arsip inaktif di Kantor Fasilitas yang tersedia di kantor kecamatan
Kecamatan Pedurungan masing-masing bidang pedurungan yang berkaitan dengan pengelolaan arsip
memiliki almari penyimpanan sendiri-sendiri, untuk inaktif yaitu berupa almari arsip untuk menyimpan
menyimpan arsip inaktif masih menjadi satu dengan arsipnya. Setiap bidang sudah disediakan almari arsip
arsip aktif sehingga arsip inaktif tidak mempunyai sendiri-sendiri dan untuk ruangan yang masih
tempat penyimpanan tersendiri masih menjadi satu menjadi satu dengan ruangan kerja tentunya sangat
dengan arsip aktif. Tempat penyimpanan arsip inaktif mengganggu dan tidak nyaman apabila melakukan
masih menggunakan map untuk tempat kegiatan pengelolaan arsipnya. Fasilitas yang harus
penyimpanannya dan setiap bidang hanya dikasih disediakan yaitu ruangan untuk melakukan
almari satu untuk menyimpan sehingga arsipnya pengelolaan arsip dan ruangaan yang terpisah dengan
banyak penumpukan di almari penyimpanan. ruangan kerja, rak arsip untuk menyimpan arsip
Selain itu di Subbag Umum dan inaktif sesuai dengan perbidang masing-masing,
Kepegawaian juga disediakan almari untuk sedangkan untuk penyimpanan arsip inaktif belum
menyimpan arsip inaktifnya, berhubung arsip inaktif menggunakan boks arsip untuk menyimpannya. Arsip
sudah menumpuk maka almari penyimpananya sudah inaktif yang disimpan masih menggunakan map
tidak muat lagi untuk ditambah dokumen arsip yang untuk pembungkus arsipnya, belum menggunakan
baru. Sehingga arsip inaktif nyimpannya hanya kertas kessing untuk pembungkus arsip inaktif,
ditaruh diatas almari dan ditumpuk-tumpuk, untuk sedangkan untuk pemeliharaan arsip inaktif di
almari penyimpanannya ditaruh di ruangan gudang kecamatan pedurungan tidak pernah dilakukan sama
sekali, dengan keterbatasan sumber daya manusia
arsip inaktif yang ada di Kecamatan Pedurungan
tidak diperhatikan.
Fasilitas yang diberikan oleh Kecamatan
Pedurungan sampai saat ini masih sangat kurang,
tentunya untuk kegiatan pengarsipan di Kecamatan
Pedurungan. Baik itu arsip aktif maupun arsip inaktif menjadi satu. Karena fasilitas yang disediakan yaitu
fasilitas yang diberikan masih sangat kurang, cuman satu almari penyimpanan arsipnya dan itu juga
sedangkan untuk penyimpanan arsipnya saja masih berukuran kecil, sedangkan arsip yang disimpan
cukup banyak dari arsip aktif dan arsip inaktif menjadi satu dengan ruangan kantor, dan untuk
menjadi satu almari, untuk kapasitas masih kurang. penyimpananya hanya di sediakan almari yang
Arsip inaktif yang disimpan dan penataanya kapasitas untuk menyimpannya sangat kecil,
hanya ditumpuk-tumpuk sesuai dengan metode angka sehingga arsipnya masih ada yang belum disimpan di
yang sudah disusun berurutan, walupun sudah almari.
disusun tapi arsip yang disimpan masih terlihat Sarana dan Prasarana yang disediakan oleh
seperti acak-acakan seperti tidak diurutkan sesuai Kecamatan Pedurungan seharusnya memenuhi semua
nomor urutnya. Selain itu Kecamatan Pedurungan fasilitas yang diminta yang berkaitanya denga
juga sudah menyediakan ruangan sendiri untuk pengelolaan arsip sampai penyimpanan arsip. Untuk
kegiatan pengarsipan, tetapi berhubung ruangan yang pengelolaan arsipnya Kecamtan Pedurungan harus
telah disediakan sudah tidak memungkinkan lagi memperhatikan apa saja yang kurang dan
untuk dipakai sehingga kegiatan pengarsipanya jadi memberikan sarana untuk kegiatan pengarsipannya
satu dengan ruangan kerja. Sedangkan untuk arsip seperti ruangan, rak penyimpanan, kebutuhan yang
inaktif yang dikelola oleh Staf Subbag Umum Dan diperlukan dan lain-lain. sarana dan prasarana untuk
Kepegawaian untuk penyimpanannya ditaruh di sekarang ini memang masih kurang tidak adanya
ruangan gudang karena arsip yang dikelola sangat ruangan khusus untuk melakukan pengelolaan dan
banyak setiap bidang subbag umum dan kepegawaian penyimpanan arsipnya, maka untuk pengarsipan di
juga menyimpannya. lakukan di ruang kerja.
Dengan keterbatasan ruangan yang di Sarana dan prasarana yang disediakan oleh
sediakan Kecamatan Pedurungan maka untuk Kecamatan Pedurungan masih sangat kurang, yang
kegiatan pengarsipan dan penyimpanan arsipnya pertama untuk ruangannya yang sampai sekarang
masih menjadi satu dengan ruangan kerja, kecuali belum dilakukan pembenahan atau renovasi lagi
untuk Subbag Umum Dan Kepegawaian untuk masih pada bolong pada ternitnya, yang kedua yaitu
penyimpanan arsipnya sudah berbeda sendiri apabila keterbatasan almari untuk penyimpanan arsip
dibandingkan dengan bidang lainnya. inaktifnya, seharusnya untuk penyimpanan arsipnya
Bahwa fasilitas yang disediakan itu harus Kecamatan menyediakan rak arsip sendiri khusus
memadai atau mencukupi semua yang diinginkan arsip inaktif untuk penyimpanannya, dan yang ketiga
oleh karyawan yang mengelola arsip. Apabila yaitu untuk sarana pengelolaan arsipnya tidak
fasilitas yang cukup maka arsip yang ada di diperhatikan.
Kecamtan Pedurungan akan dikelola lebih baik lagi, Sarana dan prasarana itu sangat diperlukan
untuk pengarsipannya bisa terlaksana dengan baik dan dibutuhkan di bagian instansi yang berkaintan
tidak tercampur menjadi satu dengan ruangan kerja dengan pengelolaan arsip. Sampai saat ini untuk
tetapi akan lebih baiknya untuk pengarsipan Kecamatan Pedurungan memang masih banyak
dilakukan di ruangan arsip tersendiri agar tidak kurang untuk sarana dan prasarananya, sehingga
tercampur dengan berkas lainnya. semua kegiatan pengarsipan yang dilakukan di
Kecamatan Pedurungan masih menjadi satu dengan
3.3.2 Sarana dan Prasarana ruangan kerja.
Sarana dan prasarana memiliki perbedaan, Kantor Kecamatan Pedurungan memang
namun keduanya memiliki keterkaitan yang sangat sudah menyediakan ruangan sendiri untuk melakukan
penting sebagai alat penunjang dalam keberhasilan pengelolaan arsip dan penyimpanan arsip tetapi
suatu proses kegiatan yang dilakukan. Perbedaan dari berhubungan dengan ruangan yang sampai saat ini
sarana dan prasarana yaitu, Sarana adalah barang atau ada kerusakan yang belum dibenahi. Maka untuk
benda bergerak yang dapat dipakai sebagai alat bantu pengelolaan dan penyimpanan arsipnya dilakukan
dalam pelaksanaan tugas di unit kerja, contohnya diruangan kerja, seandainya arsip tersebut ditaruh
seperti komputer, kertas, bolpoin dan lain-lain. ruangan yang belum dibenahi arsip tersebut bisa
Sedangkan Prasarana adalah barang atau benda tidak rusak dan hancur.
bergerak yang dapat menunjang atau mendukung
pelaksanaan tugas di unit kerja, contonhnya yaitu 3.4 Temu Kembali Arsip Inaktif di Kantor
gedung atau bangunan kantor. Kecamatan Pedurungan
Sarana dan Prasarana yang ada di Kantor Temu kembali merupakan salah satu
Kecamatan Pedurungan untuk saat ini masih sangat kegiatan dalam bidang kearsipan, yang bertujuan
kurang, sarana dan prasarana belum memadai atau untuk menemukan kembali arsip yang akan dilakukan
mencukupi kegiatan pengarsipan. Pengelolaan arsip peminjaman atau arsip tersebut dibutuhkan.
yang dilakukan di Kecamatan Pedurungan masih Penemuan kembali arsip sangat erat hubungannya
dengan sistem pengelolaan arsip, karena jika sistem
pengelolaan arsip kurang baik maka proses penemuan
arsip juga akan sulit.
Temu kembali yaitu untuk memudahkan
pencarian arsip dengan cara cepat dan tepat, temu
kembali yang dilakukan di Kecamtan Pedurungan
yaitu masih menggunakan sistem manual. Sistem pencaraian walaupun dengan cara manual inilah waktu
manual digunakan untuk melakukan pencarian arsip, yang digukana kurang lebih sampai lima menit dalam
yaitu menggunakan buku agenda untuk melakukan pencarian.
Proses temu kembali yang dilakukan Pedurungan sudah sesuai dengan prosedur
Kecamatan Pedurungan untuk semua bidang hampir kearsipan.
semua sama. Untuk pencariannya masih 2. Fasilitas pengelolaan arsip inaktif di Kecamatan
menggunakan cara manual belum menggunakan Pedurungan masih sangat kurang, oleh sebab itu
komputer, jadi waktu saat pencarian arsip inaktif kebutuhan untuk pengelolaan arsip inaktif.
kurang lebih menghabiskan waktu sekitar lima menit. Fasilitas yang tersedia untuk pengelolaan arsip
Temu kembali arsip inaktif yang dilakukan inaktif di Kecamatan Pedurungan adalah satu
oleh Kecamtan Pedurungan yaitu masih lemari di masing-masing bidang dan kartu
menggunakan cara atau sistem manual, sedangkan diskripsi saja. Sedangkan sarana dan prasarana
untuk pencarian arsipnya yaitu hampir sama semua untuk pengelolaan arsip inaktif di Kecamatan
dari masing-masing bidang. Untuk pencarian arsip Pedurungan, saat ini masih sangat kurang.
yang dilakukan pertama yaitu mencocokan kartu Ruangan yang digunakan untuk pengelolaan arsip
kendali dengan buku agenda apakah arsip tersebut inaktif masih menjadi satu dengan ruangan kerja
datanya sama tidak dibuku agenda, buku agenda yang masing-masing bidang.
dilihat dari pertahun arsip tersebut yang dibutuhkan, 3. Temu kembali arsip inaktif di kantor Kecamatan
misal buku agenda dari tahun 2008 arsip yang Pedurungan menggunakan sistem manual, yaitu
dibutuhkan tentang surat pembagian raskin lalu dicari pencatatan di buku agenda untuk memudahkan
di buku agenda dan dicocokan sesuai dengan subjek pencarian. Pencatatan atau Pengagendaan arsip
dan nomor penyimpanannya baru di lakukan inaktif yang telah dilakukan setiap kepala seksi
pencarian sesuai dengan isi permasalahan pada kartu dan Subbag Umum dan Kepegawaian, akan
diskripsi. Setelah data yang dicari sudah sama dengan menjadi acuan untuk mempermudah pencarian
buku agenda, maka arsip inaktif tersebut baru bisa arsip inaktif yang dibutuhkan.
dilakukan peminjaman.
Di era modern saat ini seharusnya sudah
menggunaka komputer untuk melakukan temu
Daftar Pustaka
kembali agar lebih mudah saat melakukan pencarian.
Berhubung dengan kurangnya saran dan prasarana Agus Sugiharto dan Teguh Wahyono. 2005.
yang disediakan untuk pengelolaan arsip inaktif di Manajemen Kearsipan Modern dari
Kantor Kecamatan Pedurungan saat ini masih Konvensional ke Basis Komputer.
menggunakan cara manual. Yogyakarta: Grava Media.

4. Simpulan Amsyah, Zulkifli. 1998. Manajemen Kearsipan.


Penelitian tentang sistem pengelolaan dan temu Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
kembali arsip inaktif di kantor Kecamatan
Pedurungan Kota Semarang, diperoleh simpulan Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian
bahwa pengelolaan arsip inaktif yang teratur, baik Suatu Pendekatan Praktis. Jakarta: Rineka
dan tepat maka akan memudahkan untuk penemuan Cipta.
kembali arsip inaktif. Berdasarkan hasil pembahasan
dari penelitian yang dilakukan, maka dapat di ambil Arsip Nasional Republik Indonesisa (ANRI). 2000.
kesimpulan sebgai berikut: Standar Minimal Gedung dan Ruang
1. Pengelolaan arsip inaktif di Kecamatan Penyimpanan Arsip Inaktif. Jakarta. ANRI.
Pedurungan pada dasarnya sudah dilakukan sesuai
dengan prosedur pengelolaan arsip inaktif sebagai Arsip Nasional Republik Indonesia (ANRI).2007.
berikut: pemilahan, pengelompokan, pencatatan Modul Manajemen ArsipInaktif. Edisi
atau pendiskripsian, penataan, dan penyimpanan Revisi. Jakarta. ANRI.
arsip inaktif. Pengelolaan arsip inaktif di
Kecamatan Pedurungan dilakukan oleh Subbag Basir Bartos. 2003. Manajemen Kearsipan. Jakarta:
Umum dan Kepegawaian, dan oleh masing- Bumi Aksara.
masing bidang. Pengelolaan arsip inaktif di
Kecamatan Pedurungan masih menggunakan Dewi, Irra Christyanti. 2011. Manajemen Kearsipan.
sistem atau cara manual, baik proses Jakarta: Prestasi Pustaka.
pengelolaannya dan penyimpanannya. Meskipun
demikian pengelolaan arsip inaktif di Kecamatan Idrus, Muhammad. 2009. Metode Ilmu Penetahuan
Sosial. Yogyakarta: Eirlangga.

Indrajit, 2001, Analisis dan Perancangan Sistem


Berorientasi Object. Andi. Yogyakarta.
Tersedia Pada
https://www.scribd.com/doc/135307007/Pen
gertian-Sistem-Menurut-Indrajit
Kountur, Ronny. 2007. Metode Penelitian untuk Lasa Hs. 2009. Kamus Kepustakawan Indonesia.
Penulisan Skripsi dan Tesis. Jakarta: Yogyakarta: Pustaka Book Publisher.
Penerbit PPM.
Mukhtar. 2013. Metodelogi Penelitian Deskriptif
Kualitatif. Jakarta: Bumi Aksara.
Sularso Mulyono. 1985. Dasar-Dasar Kearsipan.
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif Yogyakarta: Liberty.
dalam Perspektif rancangan Penelitian.
Yogyakarta: ar-Ruzz Media. Sulistiyo Basuki. 2003. Manajemen Arsip Dinamis.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Pramboedi, Teguh, 2012. “Pembagian Wilayah
Administrasi Kota Semarang” Sulistyo-Basuki. 2006. Metodelogi Penelitian.
http://pamboedifiles.blogspot.com/2015/01/p Jakarta: Wedatama Widya Sastra dan
embagian-wilayah-administrasi-kota, Fakultas ilmu Pengetahuan Budaya
diakses pada 12 Maret 2012. Universitas Indonesia.

Supardjati dkk. 2000. Tata Usaha Kearsipan.


Ramanda, Rulli Susfa dan Sri Indrahti. 2015.
Yogyakarta: Kanisius.
“Analisis Pengelolaan Arsip Inaktif
Terhadap Temu Kembali Arsip Di Pusat
Suprayogo, Imam. 2003. Metodelogi Penelitian
Arsip (Recod Center) Politeknik Negeri
Sosial Agama. Bandung: PT. Remaja
Semarang”. Jurusan Ilmu Perpustakaan
Rosdakarya.
Fakultas Ilmu Budaya Universitas
Diponegoro. Vol. 4/No. 3. Diakses pada Juli
The Liang Gie. 2000. Administrasi Perkantoran
2015. Tersedia pada
Modern. Yogyakarta:Liberty.
http://download.portalgaruda.org/article.php
?article=474732&val=4723&title=ANALISI S
Utami, Wulan Wahyu Anjar. 2013. “Pengelolaan
%20PENGELOLAAN%20ARSIP%20INA
Arsip Inaktif Di Kantor Arsip Daerah
KTIF%20TERHADAP%20TEMU%20KE
Kabupaten Sleman”. Sleman: Fakultas
MBALI%20ARSIP%20DI%20PUSAT%20
Ekonomi UNY. Diakses pada 20 Juni 2013.
ARSIP%20(RECORD%20CENTER)%20P
Tersedia Pada
OLITEKNIK%20NEGERI%20SEMARAN
http://eprints.uny.ac.id/16907/1/SKRIPSI%2
G.
0FULL%20WULAN.pdf
Republik Indonesia. 2009. Undang-undang No. 43
Wursanto. 1991. Kearsipan 1. Yogyakarta: Kanisius.
tahun 2009, tentang kearsipan. Lembaran
Negara RI tahun 2009, No.152 Sekretariat
Widjaja, A.W. 1993. Administrasi Kearsipan Suatu
Negara. Jakarta.
Pengantar. Jakarta: PT
Raja Grafindo.
Soeherman, Bonnie dan Marion Pinontoan. 2008.
Designing Information System. Jakarta: Elex
Virsefni, Widya dan Elva Rahmah. 2012.
Media Komputindo.
“Pengelolaan Arsip Inaktif Di Sekretariat
DPRD Provinsi Sumatra Barat”. Jurnal Ilmu
Sugiarto, Agus. 2005. Manajemen Kearsipan
Perpustakaan dan Kearsipan. Vol. 1,No. 1,
Modern dari Konvensional ke Basis
Seri C. Diakses pada September 2012.
Komputer. Yogyakarta : Gava Media.
Tersedia Pada
http://download.portalgaruda.org/article.php
Sugiaryo, Agus dan Teguh Wahyono. 2005.
?article=24671&val=1516
Manajemen Kearsipan Modern. Jogjakarta:
Gava Media.
Martono, Boedi. 1994. Penataan Berkas daam
Manajemen, Pustaka Seminar Harapan,
Sugiyono. 2012. Metode Penelitian Kuantitatif,
Jakarta.
Kualitatif dan R & D. Bandung: Alfabeta.
Moleong, Lexy J. 2010. Metodelogi Penelitian
Sukoco, Badri Munir. 2006. Manajemen
Kualitatif. Bandung: PT. Remaja
Administrasi Perkantoran Modern. Jakarta:
Rosdakarya.
Erlangga.

Anda mungkin juga menyukai