Anda di halaman 1dari 10

Akuisisi Arsip di Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang

Moch. Nanda Indra Lexmana

lexmanananda@gmail.com

Jurusan Sastra Indonesia

Program Studi S1 Ilmu Perpustakaan

Universitas Negeri Malang

Abstrak

Lembaga pencipta arsip sering kali menemukan permasalahan ruang


penyimpanan yang terdapat ditempatnya sehingga dinas-dinas terkait
melakukan pemindahan tanggungjawab dalam mengelolahan arsip. Hal
tersebut dinamakan dengan akuisisi arsip. Akuisisi arsip dilakukan di Dinas
Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang terdiri dari transfer
arsip, pembelian arsip, ganti rugi, dan sumbangan.

Kata kunci : akuisisi, arsip, instansi

PENDAHULUAN

Setiap instansi tidak terlepas dari kegiatan administrasi didalamnya. Baik dari segi internal
maupun eksternal. Kegiatan administrasi diperlukan untuk menunjang kegiatan dari sebuah
organisasi atau instansi tersebut. Hasil kegiatan administrasi tidak terlepas dari surat-surat atau
dokumen-dokumen yang telah dibuat. Dokumen-dokumen tersebut memiliki nilai yang
berkelanjutan bagi instansi atau organisasi tersebut.

Dokumen adalah suatu perangkat perantara yang sangat penting untuk mengkomunikasikan
informasi diantara manusia. Menurut UU RI No. 8 tahun 1997 tentang dokumen perusahaan,
dokumen perusahaan adalah data, catatan, dan atau keterangan yang dibuat dan atau diterima
oleh perusahaan dalam rangka pelaksanaan kegiatan. Selain itu juga dokumen dapat dikatakan
sebagai media rekam informasi atau bagian dari informasi terekam. Dokumen menjadi bukti
sah dalam terlaksananya kegiatan atau pelaksanaan sebuah instansi atau organisasi. Setiap saat
dokumen-dokumen diciptakan. Jumlah dokumen akan terus meningkat. Oleh karena hal
tersebut diperlukan pengolahan dokumen-dokumen tersebut.
Dokumen-dokumen yang sudah, masih, atau tidak digunakan lagi yang disebut dengan arsip
perlu disimpan dan dikelolah dengan baik. Arsip menurut Society of American Archist adalah
dokumen, tempat menyimpan dokumen dan lembaga yang bertanggungjawab mengelola
dokumen atau menyelenggarakan program kearsipan.

Berdasarkan pasal 2 UU No. 7 Tahun 1971, secara fungsional arsip dibagi menjadi 2 yaitu arsip
statis dan arsip dinamis.

1. Arsip dinamis, yaitu arsip yang dipergunakan secara langsung dalam perencanaan,
pelaksanaan, atau penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya atau
dipergunakan secara langsung dalam penyelenggaraan administrasi negara. Dalam
penjelasannya dikemukakan, bahwa arsip dinamis ini senantiasa berubah nilai dan
artinya secara fungsional. arsip dinamis adalah semua arsip yang masih ada di unit kerja
kantor pemerintah maupun kantor swasta.
2. Arsip statis, yaitu arsip yang dipergunakan secara langsung untuk perencanaan,
Penyelenggaraan kehidupan kebangsaan pada umumnya maupun untuk
penyelenggaraan sehari-hari administrasi negara. Dalam penjelasannya dikemukakan
bahwa arsip statis ini sudah mencapai taraf nilai yang abadi, khususnya sebagai bahan
pertanggungjawaban nasional/pemerintahan. Arsip statis adalah arsip yang
dipindahkan dari unit kearsipan sebuah kantor karena tidak lagi digunakan untuk
operasional kegiatan sehari-hari, tetapi arsip ini masih memiliki kegunaan yang tinggi
bagi kehidupan kebangsaan dan tersimpan di Arsip Nasional, baik pusat maupun di
daerah.

Arsip diartikan sebagai setiap dokumen tertulis tentang kegiatan masa lalu manusia atau
kelompok manusia, maka arsip itu banyak sekali ragamnya. Berikut ini adalah penggolongan
arsip dilihat dari aspek-aspek tertentu:

1. Menurut subyek atau isinya

Berdasarkan subyek atau isinya, arsip dibedakan atas beberapa jenis sebagai
berikut:

a. Arsip keuangan (financial records), yaitu arsip yang berhubungan dengan


masalah keuangan seperti cara-cara pengajuan kredit, cara-cara pembayaran uang.
b. Inventory records, yaitu arsip-arsip yang berhubungan dengan masalah
persediaan barang, seperti jumlah dan macam barang yang tersedia, daftar harga
barang, Barang, daftar kebutuhan barang, dan lain-lain.
c. Arsip pegawai (personnel records), yaitu arsip yang berhubungan dengan
masalah-masalah pegawai seperti daftar riwayat hidup, daftar hadir pegawai, status
keluarga, daftar jumlah pegawai, bagan organisasi kepegawaian, dan semacamnya.
d. Arsip penjualan (sales records), yaitu arsip yang berhubungan dengan
kegiatan penjualan seperti mutu barang, daftar harga barang, wilayah pemasaran,
sistem penjualan, hasil penjualan dan lain-lain.

2. Menurut arti pentingnya

Berdasarkan arti penting ini, arsip dibedakan atas empat jenis, yaitu:

a. Arsip vital, yaitu arsip yang mempunyai nilai dokumentasi untuk selamanya. Arsip
ini biasanya hanya dikeluarkan satu kali saja dan dapat digunakan selamanya. Oleh sebab itu,
arsip vital ini harus disimpan secara khusus. Sebagai contoh adalah ijazah, akte kelahiran
seseorang, akte pendirian perusahaan dan semacamnya.

b. Arsip yang penting, yaitu arsip tentang kondisi masa lalu yang berhubungan erat
dengan kepentingan masa sekarang maupun yang akan datang. Misalnya adalah rekaman medis
(medical records) anggota militer sebagai dasar bagi kebijakan komandan dalam
pengembangan karier militer masing-masing anggota. Oleh sebab itu, arsip ini perlu disimpan
untuk masa yang cukup lama.

c. Arsip yang diperlukan, yaitu arsip yang dibutuhkan untuk sumber informasi untuk
perumusan kebijakan yang tidak terlalu penting dan tidak berkaitan dengan kepentingan yang
akan datang. Artinya, setelah masa tertentu, arsip tersebut dapat dibuang atau dibakar.

d. Arsip nonesensial, yaitu arsip yang berguna untuk memberi informasi. Setelah
informasi disampaikan, misalnya melalui surat edaran, arsip tersebut dapat diabaikan dalam
arti tidak perlu disimpan terlalu lama.

Setiap hari kegiatan administrasi terus berjalan. Kondisi ini menyebabkan tempat penyimpanan
arsip terus menerus terisi di lembaga pencipta arsip. Dengan kata lain, arsip-arsip yang tercipta
akan memenuhi ruangan penyimpanan. Hal tersebut perlu adanya pemindahan arsip-arsip yang
telah dibuat ke suatu penyimpanan atau depo arsip. Sebagai suatu tempat, setiap arsip yang
disimpan dirancang untuk memenuhi kebutuhan organisasi itu sendiri.
Tempat untuk menerima arsip dari lembaga pencipta arsip disebut dengan depo arsip atau
lembaga kearsipan. Lembaga kearsipan adalah lembaga yang mengelolah, merawat, dan
menyimpan arsip dari lembaga pencipta arsip. Selain melakukan fungsi sebagai pengelolah
arsip, lembaga kearsipan mempunyai tugas akuisisi. Akuisisi adalah proses penerimaan arsip.

TINJAUAN PUSTAKA

Menurut Dictionary of Archival Terminologi, akuisisi merupakan proses penambahan


khazanah (holding) di Records Center/Archives. Sementara Anne-Marie Schwirtlich dan
Barbara Reed menyatakan, bahwa akuisisi adalah proses penambahan khazanah (holding) di
Institutional Archives, tidak termasuk Records Center dengan berbagai cara yang dapat
menambah koleksi arsip.

Akuisisi arsip merupakan tahap transisi dari pengelolaan arsip dinamis (records management)
ke pengelolaan arsip statis (archives management) yang disebut dengan administrasi arsip.
Dalam proses akuisisi arsip adalah pelimpahan tanggungjawab dari lembaga pencipta arsip
(creating agency) kepada lembaga kearsipan (institusional archives). Dalam proses akuisisi
arsip tidak hanya melibatkan satu lembaga kearsipan-selaku penyimpan arsip statis, tetapi juga
keterlibatan dan peran serta dari lembaga pencipta arsip-selaku pemilik arsip guna mengambil
peran secara awal sebelum diserahkan arsip statisnya ke lembaga kearsipan

Terdapat beberapa alasan yang dilihat dari beberapa aspek perlu melakukan lakukan akuisisi
arsip yang lembaga kearsipan guna memperoleh arsip statis yang terdapat di lembaga pencipta
arsip untuk disimpan permanen. Alasan tersebut di antaranya berupa;

1. Alasan Praktis
Pengelolaan arsip merupakan suatu proses pengolahan secara sistematis akan siklus
hidup arsip (life cycle of records) dari sejak arsip diciptakan, digunakan, dipelihara, dan
disusutan arsip. Penyusutan arsip merupakan upaya untuk mengurangi sejumlah arsip
yang tercipta, dengan cara memindahkan arsip in aktif dari suatu tempat ke tempat yang
lain, memusnahkan arsip yang tidak memiliki kegunaan maupun menyimpan arsip
secara permanen sebagai arsip statis, kegiatan ini merupakan proses akhir dari
keseluruhan pengelolaan arsip. Untuk dapat disimpan secara permanen maka arsip yang
tercipta perlu dipindahkan (transfer) ke lembaga kearsipan setelah terlebih dahulu
dilakukan seleksi dan penilaian. Dengan demikian, kegiatan akuisisi merupakan proses
transisi yang tetap perlu dilakukan selama ada pengelolaan arsip guna memperoleh
arsip, baik secara jumlah dan kualitas informasinya. Bagi lembaga kearsipan, kegiatan
ini merupakan sarana untuk menambah khazanah arsip, yaitu sejumlah arsip statis yang
disimpan secara permanen dan diperlakukan sebagai aset kekayaan warisan nasional
(national heritage). Sementara bagi lembaga pencipta arsip, kegiatan akuisisi arsip
merupakan bentuk tanggung jawab dari keseluruhan proses akhir penyelenggaraan
administrasi yang dilakukan dengan cara penyusutan arsip (records disposal).
2. Alasan Ekonomis
Dalam penjelasan awal disebutkan bahwa penyusutan arsip merupakan suatu cara untuk
mengurangi arsip yang tercipta di lembaga pencipta arsip. Pengurangan arsip dilakukan
guna menghindari adanya pemborosan dari segi biaya pada saat menyimpan dan
memelihara arsip. Mengingat arsip sebagai sumber informasi memiliki nilai yang
berkelanjutan (continuing value), tidak hanya dimanfaatkan oleh lembaga pencipta
arsip saja tetapi juga dapat dimanfaatkan oleh publik secara luas maka adanya kegiatan
akuisisi arsip berdampak kepada efisiensi di dalam pengendalian arsip dinamis yang
tercipta di lembaga pencipta arsip. Tidak lagi mengeluarkan biaya yang tidak perlu
untuk keperluan pembelian peralatan kearsipan, sewa ruang ataupun lainnya karena
telah terjadi pengurangan arsip, arsip-arsip yang bernilai statis dapat diserahkan ke
lembaga kearsipan. Sementara bagi lembaga kearsipan, proses akuisisi arsip yang
didahului dengan penyeleksian dan penilaian, tentunya diharapkan bahwa arsip statis
yang diperoleh bukanlah ’sampah’ dari lembaga pencipta arsip maupun hanya sekadar
’menambah khazanah arsip’, tetapi sesungguhnya usaha selektif yang bertujuan
ekonomis sehingga jumlah arsip yang diterima mewujudkan kualitas arsip statis.
3. Alasan Politis
Akuisisi arsip tidak hanya sekadar proses transfer arsip dari lembaga pencipta arsip
kepada lembaga kearsipan, tetapi juga ada proses pengambilalihan tanggung jawab
kekuasaan dari kedua belah pihak, menyangkut transfer kekuasaan untuk melakukan
penyimpanan dan pemeliharaan arsip dari yang semula tanggung jawab lembaga
pencipta arsip, sekarang sepenuhnya menjadi kekuasaan lembaga kearsipan. Lembaga
kearsipan bertanggung jawab untuk menyelamatkan dan melestarikan arsip statis untuk
disimpan secara permanen dan kemudian menyajikan informasi tersebut kepada publik.
Upaya untuk melaksanakan tugas dan tanggung jawab yang diemban lembaga
kearsipan tersebut menuntut tanggung jawab politis karena biar bagaimanapun
khazanah arsip yang dimilikinya merupakan simbol keberhasilan maupun kegagalan
yang diperlihatkan suatu negara. Khazanah arsip ini merupakan memori kolektif dari
suatu perjalanan bangsa. Dengan demikian, proses akuisisi arsip memerlukan tanggung
jawab tidak hanya buat lembaga kearsipan saja, tetapi juga lembaga kearsipan dinamis,
yaitu setiap lembaga pencipta arsip.
4. Alasan Sosial
Khazanah arsip yang diperoleh dari proses akuisisi merupakan sekumpulan arsip statis
yang informasinya sudah tidak lagi diperlukan oleh lembaga pencipta arsip namun
informasi tersebut masih bermanfaat bagi kepentingan publik atau masyarakat luas.
Arsip statis ini merupakan akumulasi arsip yang tercipta dari proses penyelenggaraan
administrasi dan berinteraksi sosial dengan lembaga pencipta arsip lainnya. Ketika
fungsinya masih arsip dinamis, informasinya hanya diperuntukkan bagi kepentingan
lembaga dan ketika fungsinya menjadi arsip statis maka informasinya sudah menjadi
milik publik. Segala proses interaksi sosial yang terekam merupakan saksi bisu yang
ingin diketahui publik, informasinya merupakan sumber primer dan ’first hand
knowledge’ bagi peneliti maupun sejarawan. Melalui perantara mereka, semua
informasi dapat diketahui luas dan diinterpretasikan oleh siapa pun yang membaca dan
melihatnya. Tentunya, hal ini memberi tanggung jawab sosial bagi lembaga kearsipan
untuk menyediakan informasi yang ingin diketahui publik. Bagi lembaga pencipta
arsip, proses interaksi sosial telah jauh-jauh sebelumnya dilakukan. Proses akuisisi
dengan kesadaran untuk menyerahkan arsip statisnya merupakan bentuk tanggung
jawab sosial bagi lembaga pencipta arsip.
5. Alasan Hukum
Arsip merupakan bahan bukti dari suatu kegiatan yang dilakukan oleh lembaga pencipta
arsip. Sebagai bahan bukti maka arsip harus segera diselamatkan karena masih terkait
dengan pihak-pihak yang memerlukan bukti (evidence) dari suatu peristiwa, yaitu
kepentingan lembaga pencipta arsip maupun kepentingan publik. Dalam konteks
hukum maka kegiatan akuisisi arsip merupakan kewajiban bagi lembaga pencipta arsip,
khususnya lembaga pemerintah, untuk menyerahkan arsip statisnya kepada lembaga
kearsipan, yang secara hukum selaku institusi penanggung jawab untuk menyelamatkan
dan melestarikan arsip statis. Sementara hak publik pula untuk mengetahui informasi
arsip statis, hak publik ini dapat terwujud jika kegiatan akuisisi arsip berjalan. Dengan
adanya kegiatan akuisisi, hak-hak publik sedikit banyak dapat terwakili dengan tersedia
informasi yang disajikan lembaga kearsipan.
Proses akuisisi dalam setiap instansi memiliki perbedaan. Tergantung dari kebijakan masing-
masing dari institusi. Proses akuisisi juga tidak semerta-merta menerima arsip yang diberikan
oleh lembaga pencipta arsip ke lembaga arsip. Akuisisi tidak hanya dilakukan dengan cara
menyerahan arsip, tetapi proses dari akuisisi juga beragam seperti;

1. Pemindahan arsip (transfer)


Arsip diperoleh akibat adanya kesepakatan untuk memindahkan arsip dari satu tempat
ke tempat yang lain. Cara ini biasanya diterapkan oleh lembaga pencipta arsip yang
mengalami keterbatasan tempat penyimpanan arsip. Keuntungan dari adanya proses
transfer ini adalah tidak perlu melakukan pengambilalihan tanggung jawab pengelolaan
arsip karena biasanya masih dilakukan di dalam suatu organisasi yang sama, sedangkan
kelemahan dari metode ini adalah terjadi perpindahan arsip hanya untuk tempat
penyimpanan saja.
2. Pembelian arsip
Kasus ini sangat jarang karena suatu lembaga kearsipan tidak akan melakukan
pembelian arsip apabila tidak disertai dengan bukti kepemilikan yang jelas siapa
otoritas dari pencipta arsip, begitu pun dengan keotentikan dari arsip tersebut. Transaksi
pembelian arsip akan dilakukan, apabila lembaga kearsipan merasa yakin arsip yang
diincar tersebut memenuhi kriteria reliabilitas dan otentisitas dan memang hanya ada
satu, tidak terdapat di tempat yang lain. Proses pembelian arsip memerlukan biaya yang
cukup besar karena arsip dan informasi yang dimiliki cenderung banyak diminati oleh
banyak pihak. Pembelian arsip biasanya dilakukan terhadap koleksi dari
perorangan/individu yang menjalani pekerjaan sebagai kolektor arsip atau pemburu
arsip/dokumen.
3. Pertukaran arsip
Sama seperti halnya kasus pembelian arsip, kasus pertukaran arsip juga sangat jarang
dan mungkin hanya terjadi di negara-negara tertentu dan bukan melibatkan lembaga
kearsipan. Pertukaran arsip dilakukan setelah sebelumnya masing-masing lembaga
pencipta arsip bersedia menukarkan arsip yang dimilikinya berdasarkan pertimbangan
dan alasan-alasan tertentu, bisa itu karena kepentingan business dengan melihat
keuntungan yang diperoleh bagi lembaga pencipta arsip apabila mengoleksi arsip
tersebut, atau juga karena kepentingan politis.
4. Ganti rugi
Cara ini sebenarnya hampir serupa dengan pembelian arsip ataupun pertukaran arsip,
situasi ini dikondisikan di mana pada awalnya lembaga pencipta arsip tidak berniat
menyerahkan arsipnya ke lembaga kearsipan, namun setelah ada pertimbangan dan
penjelasan maksud dan tujuan dari proses akuisisi arsip maka lembaga pencipta arsip
biasanya berkenan untuk rela menyerahkan arsipnya dengan catatan ada biaya ganti
rugi terhadap arsip yang ditarik oleh lembaga kearsipan.
5. Sumbangan (hibah)
Arsip diperoleh dari hasil pemberian ataupun sumbangan dari pihak lembaga pencipta
arsip. Arsip ini diberikan dikarenakan lembaga pencipta arsip berkeinginan arsipnya
dapat diketahui oleh publik lewat lembaga kearsipan, dan ada rasa kepuasan dan
kebanggaan bagi yang menyerahkannya. Penyerahan arsip dilakukan secara sukarela
tanpa ada imbalan ataupun ganti rugi.

METODE PENGAMBILAN DATA

Metode yang dilakukan dalam proses pengambilan data adalah dengan cara wawancara dan
pengamatan pada proses akuisisi di Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang.
Sumber data yang digunakan adalah hasil transkrip wawancara dan dokumen-dokumen terkait.

PEMBAHASAN

Lembaga informasi bermacam-macam, salah satunya adalah lembaga Kearsipan. Kearsipan


menurut SAA (Society of American Archivist) diartikan sebagai tempat menyimpan dokumen
dan lembaga yang bertanggungjawab mengelola dokumen atau menyelenggarakan program
kearsipan. Arsip itu sendiri dalam Pasal 1 UU No.7 tahun 1971 adalah naskah-naskah yang
dibuat dan diterima oleh lembaga-lembaga negara dan badan-badan pemerintahan dalam
bentuk corak apapun baik dalam keadaan tunggal maupun berkelompok dalam rangka
pelaksanaan pemerintah. Secara garis besar kearsipan adalah lembaga yang menyimpan,
mengelolah, dan bertanggungjawab atas arsip-arsip yang diserahkan atau yang diterimanya.

Lembaga kearsipan termasuk dari kedalam lembaga informasi. Lembaga informasi antara lain
perpustakaan, museum, pusat informasi, badan pusat statistik, dan lain-lain. Lembaga
informasi satu dengan lainya memiliki perbedaan. Baik perbedaan materi yang dikelola, tata
manajemen, tugas, dan fungsi. Akan tetapi terdapat lembaga informasi yang digabungkan
menjadi satu yaitu perpustakaan dan kearsipan. Kedua lembaga tersebut dijumpai dibeberapa
tempat (kota) digabung menjadi satu manajemen. Salah satunya Dinas Perpustakaan Umum
dan Arsip Daerah Kota Malang.

Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang adalah lembaga dibawah
pemerintahan kota Malang yang terletak di Jalan Ijen kota Malang. Dinas Perpustakaan Umum
dan Arsip Daerah Kota Malang sejauh ini mengelola arsip statis dan dinamis dari lingkup
pemerintah kota Malang. Selain itu saat ini Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota
Malang juga sedang mengalahkan penyerahan arsip sejarah atau budaya yang dimiliki oleh
masyarakat dapat disebut bahwa sekarang sedang melakukan proses akuisisi arsip.

Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang dalam melaksanakan akuisisi arsip
sebagian besar memang berasal dari instansi pemerintahan kota Malang, akan tetapi tidak
menutup bahwa Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang juga menerima
arsip dari berbagai pihak. Terutama arsip yang berkaitan tentang sejarah kota Malang

Terdapat beberapa cara yang dilakukan Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota
Malang dalam proses akuisisi arsip, diantaranya;

1. Pemindahan arsip (transfer)


Instansi di pemerintahan kota Malang sering mengirimkan sebelum mengirimkan arsip
ke Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang masih mengelolah arsip
yang diciptakannya. Akan tetapi, dikarenakan ruang penyimpanan yang terdapat dalam
dinas atau instansi terkait terbatas sering kali dinas atau instansi tersebut mengirimkan
ke Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang.
2. Pembelian arsip
Tidak sedikit arsip-arsip yang memiliki nilai sejarah dimiliki orang perorangan atau
individu. Arsip-arsip tersebut terkadang memiliki keterkaitan dengan arsip-arsip yang
lainnya. Berdasarkan latar belakang tersebut Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip
Daerah Kota Malang seringkali membeli arsip-arsip yang masih dimiliki oleh
perorangan.
3. Ganti rugi
Sesuai dengan penjelasan awal tadi pembelian dengan ganti rugi memiliki kesamaan
dengan pembelian arsip. Akan tetapi berdasarkan penjelasan dari arsiparis Dinas
Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang ganti rugi ini diberikan sebagai
biaya penganti perawatan arsip tersebut selama arsip dimiliki oleh perorangan atau
individu.
4. Sumbangan (hibah)
Sumbangan arsip berasal dari kesadaran masyarakat yang memiliki arsip yang memiliki
nilai sejarah. Sumbangan diberikan secara cuma-cuma kepada Dinas Perpustakaan
Umum dan Arsip Daerah Kota Malang.

Setelah arsip-arsip yang terkumpul dari proses akuisisi diklasifikasikan berdasarkan sistem
klasifikasi yang diterapkan di Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang.

KESIMPULAN

Akuisisi merupakan proses penambahan khazanah (holding) di Records Center/Archives.


Terdapat banyak cara yang dilakukan untuk akuisisi. Akuisisi yang dilakukan di Dinas
Perpustakaan Umum dan Arsip Daerah Kota Malang adalah transfer arsip, pembelian arsip,
ganti rugi, dan sumbangan atau hibah. Proses akuisisi di Dinas Perpustakaan Umum dan Arsip
Daerah Kota Malang tidak hanya berasal dari instansi atau dinas di pemerintahan kota Malang,
akan tetapi juga dari kalangan masyarakat luas.

DAFTAR RUJUKAN

Mirmani, Anon. 2014. Pengantar Kearsiapan. Diunduh repository.ut.ac.id pada 3 Desember

19April 2019

Prasetyo, Hoedi. 2018. Industri 4.0: Telaah Klasifikasi Aspek dan Arah Perkembangan Riset.

Diunduh di https://ejournal.undip.ac.id/index.php/jgti/article/viewFile/18369/12865

pada tanggal 24 April 2019.

Widodo, Bambang P. 2012. Modul Pengantar Akuisisi. Jakarta. Universitas Terbuka

Anda mungkin juga menyukai