Anda di halaman 1dari 10

-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

ANALISIS PERKA ANRI NO 25 TAHUN 2012 DALAM PEMUSNAHAN


ARSIP DI SUBBAG ADUM INSPEKTORAT PROVINSI JAWA TENGAH

*)
Hanna Monissa , Sri Indrahti
Program Studi S-1 Ilmu Perpustakaan, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Diponegoro,
Jl. Prof. Soedarto, SH, Kampus Undip Tembalang, Semarang, Indonesia 50275

Abstrak
Penelitian ini berjudul “Analisis peraturan Kepala ANRI No 25 tahun 2012 dalam proses kegiatan pemusnahan arsip
pada Subbagian Administrasi dan Umum Inspektorat Provinsi Jawa Tengah”. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui proses penerapan kegiatan pemusnahan arsip di Subbagian Administrasi dan Umum apakah telah sesuai
dengan prosedur pedoman pemusnahan arsip. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
penelitian kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data yang dilakukan yaitu
observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Subbagian Administrasi dan
Umum Inspektorat Provinsi Jawa Tengah sudah melakukan pemusnahan arsip tetapi belum sesuai dengan pedoman
pemusnahan arsip. Hasil dari penelitian ini yaitu, kegiatan pemusnahan arsip belum menggunakan berita acara
pemusnahan, Arsip yang dimusnahkan belum ditulis di daftar arsip musnah, dan tidak adanya surat pembentukan
tim pemusnahan arsip. Prosedur pemusnahan arsip belum sepenuhnya dapat diterapkan dengan baik karena memiliki
kendala pada sumber daya manusia, dana yang minim, penetuan waktu pelaksanaan pemusnahan serta sarana
prasana yang kurang lengkap.

Kata Kunci : pemusnahan; penerapan; Peraturan Kepala ANRI No 25 tahun 2012; Inspektorat Provinsi Jawa Tengah

Abstract

[Title: This study, entitled the Analysis Of Perka Anri No 25 Year 2012 In Archival Disposal In Subbag Adum
Inspectorate Central Java Province]. This study entitled "Analysis of the rules of the Head of ANRI No. 25 of 2012 in the
process of destruction of records in the Administration and General Subdivision of the Inspectorate of Central Java
Province". This study aims to determine the process of implementing archival destruction activities in the Administration
and General Subdivision whether it is in accordance with the procedures for the destruction of records. The research
method used in this research is descriptive qualitative research method with a case study approach. Data collection
techniques are carried out, namely observation, interviews, and documentation studies. The results of this study indicate
that the Administrative and General Subdivision of the Central Java Provincial Inspectorate has destroyed the archives
but not in accordance with the guidelines for destruction of archives. The results of this study are, archival destruction
activities have not yet used the annihilation report, archives that have been destroyed have not been written on the list of
records destroyed, and there is no letter of the establishment of an archive destruction team. Archival destruction
procedures have not been fully implemented properly because they have constraints on human resources, minimal funds,
determination of the time of execution and the incomplete infrastructure.

Keywords : annihilatio;, application;, ANRI Head Regulation No. 25 of 2012; Central Java Provincial Inspectorate

------------------------------------------------------------------
*)
Penulis Korespondensi
E-mail: hannyo15sitompul@gmail.com


-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

1. Pendahuluan kriteria arsip yang dimusnahkan dan pelaksana


Setiap instansi/organisasi dalam melakukan suatu pemusnahan. Prosedur pemusnahan di suatu instansi
kegiatan administrasinya pasti tidak akan lepas dari Pemerintahan dilakukan melaui tahapan – tahapan
kegiatan penciptaan arsip. Arsip tercipta seiring berikut ini, yaitu :
dengan suatu instansi/organisasi melaksanakan tugas a. Pembentukan panitia penilai
dan fungsinya. Arsip disuatu instansi/organisasi Pembentukan panitia penilai arsip ditetapkan
digunakan sebagai alat pengambilan keputusan dan oleh pencipta arsip dengan memenuhi unsur
juga dapat dijadikan sebagai alat bukti bila terjadi berikut :
masalah dikemudian hari, dapat pula dijadikan sebagai 1. Pimpinan unit kearsipan
alat pertanggungjawaban manajemen serta dapat 2. Pimpinan unit pengolah
dijadikan alat bukti kerja (Agung Kuswantoro,2015:1). 3. Arsiparis sebagai anggota
Melihat kegunaannya tersebut arsip sangat berperan b. Penyeleksian arsip
penting bagi kehidupan dan kelancaran kegiatan suatu Penyeleksian arsip dilakukan berdasarkan
organisasi. JRA, dengan tahapan :
Arsip adalah segala sesuatu yang berhubungan 1. Mencermati daftar arsip usul musnah
dengan catatan tertulis, tercetak, atau ketikan, dalam 2. Menverifikasi daftar arsip usul musnah
bentuk huruf, angka atau gambar, mempunyai arti dengan JRA yang telah dimilikinya
dan tujuan digunakan sebagai bahan komunikasi c. Pembuatan daftar arsip usul musnah
dan informasi, yang terekam pada kertas (kartu, Pembuatan DPA berisi nomor, jenis arsip,
formulir), kertas film (slide, film-strip, mikro-film), tahun, jumlah, tingkat perkembangan, dan
kertas photo copy, media komputer (pita tape, keterangan.
piringan, rekaman, disket), dan lain-lain (Zulkifli d. Penilaian oleh panitia penilai
Amsyah, 2003; 3). Penilaian daftar arsip usul musnah dan
Setiap kegiatan administrasi intansi/organisasi yang verifikasi secara langsung terhadap fisik arsip
menghasilkan suatu arsip akan selalu bertambah seiring dilakukan oleh panitia penilai.
berjalannya waktu. Dengan demikian, akan terjadi e. Permintaan persetujuan pimpinan pencipta
penambahan volume arsip disetiap unit kerja. Semakin arsip tentang pemusnahan arsip
banyak kegiatan maka semakin banyak pula arsip yang Permintaan persetujuan pemusnahan arsip
diciptakan dan ditumpuk, banyaknya arsip yang berdasarkan JRA bagi yang memiliki retensi
bertumpuk akan menyebabkan kurang efisiensi dalam sekurang-kurangnya 10 tahun harus
penyimpanannya, membutuhkan banyak tempat, dan mendapatkan persetujuan tertulis dari Kepala
biaya yang banyak dalam mengelolanya dan jika tidak ANRI. Sedangkan untuk arsip dibawah 10
dikendalikan maka arsip itu tidak akan mempunyai tahun cukup persetujuan tertulis dari pimpinan
nilai guna, arsip hanya menjadi tumpukan kertas yang pencipta arsip tembusan kepada Kepala ANRI.
tidak ada manfaatnya dan tidak dapat memberikan f. Menetapkan arsip yang akan dimusnahkan
informasi (Supriansyah, 2015; Satoto et al. 2011). Penetapan ini diterbitkan oleh pimpinan
Untuk mengatasi terjadinya hal tersebut maka sebuah pencipta arsip yang mengacu pada persetujuan
instansi/organisasi melakukan kegiatan penyusutan tertulis dari pencipta arsip.
arsip. g. Pelaksanaan pemusnahan arsip
Kegiatan penyusutan arsip dilaksanakan oleh Pelaksanaan pemusnahan arsip dilakukan
pencipta arsip (instansi/organisasi) yaitu melakukan dengan membuat berita acara pemusnahan beserta
pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan Daftar arsip usul musnah. Berita acara tersebut
arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, ditandatangani oleh pimpinan unit kearsipan,
pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, pimpinan unit pengolah, dan disaksikan oleh unit
dan penyerahan arsip statis kepada lembaga hukum dan unit pengawasan. Pelaksanaan
kearsipan. Penyusutan arsip dilaksanakan oleh pemusnahan arsip dilakukan dengan total melalui
pencipta arsip wajib berdasarkan JRA dengan kegiatan pembakaran, pencacahan, penggunaan
memperhatikan kepentingan pencipta arsip serta bahan kimia, dan pulping telah memenuhi kriteria
kepentingan masyarakat, bangsa dan negara. yang disebut dengan istilah musnah. Kegiatan ini
(Pergub Jateng No 54 tahun 2012) harus dilaporkan pada pimpinan pemerintahan
Menurut (Soedarmayanti, 2015: 128) pemusnahan daerah.
adalah tindakan yang menghancurkan fisik arsip yang Pemusnahan arsip merupakan bagian dari kegiatan
telah habis masa retensi arsip atau fungsinya, serta penyusutan arsip yang merupakan kegiatan
tidak memiliki nilai guna, sedangkan menurut memusnahkan atau menghancurkan fisik dan informasi
(Barthos, 2007) pemusnahan arsip adalah tindakan dan arsip yang tidak mempunyai nilai kegunaan dan telah
kegiatan menghancurkan fisik arsip yang sudah melampui jangka waktu penyimpanan sehingga tidak
berakhir masa fungsinya dan tidak memiliki nilai guna. bisa dikenali lagi dengan cara dicacah, dibakar atau
Menurut Peraturan Kepala Arsip Nasional RI No 25 dibuat bubur kertas (Pergub Katim no 28 tahun 2013).
tahun 2012 pemusnahan arsip dilaksanakan Pemusnahan arsip dilakukan dan menjadi
berdasarkan prinsip pemusnahan arsip, tanggungjawab oleh pencipta


-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

arsip di unit kearsipan dengan masa retensi dibawah arsip Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP). Banyaknya
10 (sepuluh) tahun dan retensi sekurang-kurangnya arsip yang dihasilkan oleh ADUM maka perlu
10 tahun. Pelaksanaan pemusnahan arsip di instansi dilakukan penanganan untuk mengantisipasi
pemerintah daerah provinsi menjadi tanggung jawab penumpukan arsip dengan melakukan pemusnahan
unit kearsipan apabila masa retensi yang dimilikinya arsip.
dibawah 10 tahun, dan pelaksanaan pemusnahan Permasalahan yang terjadi dalam kegiatan
menjadi tanggungjawab lembaga kearsipan daerah pemusnahan arsip di lingkungan sub bagian ADUM
provinsi jika masa retensi yang dimilikinya pada Inspektorat Provinsi Jawa Tengah adalah belum
sekurang-kearsipan daerah provinsi jika masa diterapakannya pedoman ataupun prosedur
retensi yang dimilikinya kurangnya 10 tahun. pemusnahan arsip, adapun tahapan dalam prosedur
Pelaksanaan pemusnahan arsip di instansi pemusnahan arsip adalah dengan melakukan
pemerintah daerah provinsi menjadi tanggung jawab pembentukan panitia penilai yang ditetapkan oleh
unit kearsipan apabila masa retensi yang dimilikinya pimpinan pencipta arsip, penyeleksian arsip yang
dibawah 10 tahun, dan pelaksanaan pemusnahan dilakukan oleh panitia penilai berdasarkan JRA,
menjadi tanggungjawab lembaga sekurang- pembuatan daftar arsip usul musnah, penilaian oleh
kurangnya 10 tahun. panitia penilai terhadap DPA, permintaan
Adapun kriteria arsip yang dimusnahkan oleh persetujuan pemusnahan dari pimpinan pencipta
pencipta arsip adalah memusnahkan arsip - arsip arsip, penetapan arsip yang akan dimusnahkan, dan
yang nilai kegunaanya tidak ada, telah habis jangka pelaksanaan pemusnahan arsip.
waktu penggunaanya, berketerangan musnah Inspektorat Jawa tengah pada sub bagian ADUM
berdasarkan Jadwal Retensi Arsip (JRA), tidak juga dalam melakukan pemusnahan belum mengikuti
dilarang peraturan perundang-undangan, dan tidak aturan – aturan yang berlaku seperti dalam peraturan
berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara kepala arsip nasional republik Indonesia nomor 25
(Perka ANRI no 25 tahun 2012). Kegiatan tahun 2012 tentang pedoman pemusnahan arsip.
pemusnahan ini bertujuan untuk efisensi dan Berdasarkan hasil wawancara yang telah dilakukan
efektivitas kerja, pemusnahan dilakukan dengan peneliti dilapangan dapat diketahui bahwa Sub bagian
total sampai tidak dikenal baik fisik maupun ADUM dalam melakukan pengklasifikasian arsip tidak
informasinya sehingga aman dari pihak yang tidak di masukkan ke dalam daftar arsip usul musnah, dan
berhak untuk mengetahui isi informasinya. juga tidak menggunakan berita acara pemusnahan
Tujuan pemusnahan arsip dilakukan adalah untuk arsip. Pemusnahan juga tidak rutin dilakukan sekali
efektivitas kerja dan efisiensi kerja, penyelamatan dalam 10 (sepuluh) tahun sehingga banyak arsip –
informasi arsip itu sendiri dari orang-orang yang tidak arsip lama yang ditemukan bertumpuk didalam ruang
berhak untuk mengetahuinya. Beberapa kriteria yang penyimpanan arsip dan gudang. Contoh – contoh arsip
dibutuhkan dalam menetapkan arsip berketerangan yang belum dilakukan
musnah adalah tidak memiliki nilai guna baik nilai pemusnahannya adalah arsip kepegawaian diantaranya
guna primer maupun nilai guna sekunder, telah habis adalah arsip pensiunan PNS tahun 1987-1999, arsip
retensinya dan berketerangan musnah berdasarkan usul pengangkatan jabatan tahun 1988 – 1955, arsip
JRA, tidak ada peraturan perundang-undangan usul kenaikan pangkat tahun 1997 – 1999. Padahal
yangmelarang, dan tidak berkaitan dengan jangka waktu simpan arsip kepegawaian diatas yang
penyelesaian proses suatu perkara. tercantum dalam jadwal retensi arsip hanya sampai 2
Inspektorat Provinsi Jawa Tengah memiliki tahun seharusnya arsip tersebut segera dimusnahkan
kedudukan sebagai unsur penunjang pemerintah karna telah melewati batas retensi inaktif yang tertera
daerah dibidang pengawasan. Mempunyai tugas dalam jadwal retensi arsip.
pokokmelaksanakanpengawasanterhadap Berdasarkan Uraian tersebut penulis tertarik
pelaksanaan urusan pemerintahan daerah, melakukan penelitian di inspektorat untuk
pelaksanaan pembinaan atas penyelenggaraan mengetahui prosedur pemunahan arsip apakah sudah
pemerintahan daerah kabupaten/kota dan sesuai dengan pedoman yang telah dibuat oleh
pelaksanaan urusan pemerintahan di daerah pemerintah atau tidak, apa saja perbedaan–
kabupaten/kota. Ada beberapa unit kerja yang ada di perbedaan antara aturan di pedoman dan dilapangan.
Inspektorat salah satu diantaranya adalah Subbagian Sehingga penulis mengambil judul “Analisis
Administrasi dan Umum. penerapan peraturan kepala ANRI No 25 tahun 2012
Tugas Subbagian ADUM adalah melakukan segala dalam pemusnahan arsip pada sub bagian ADUM di
urusan yang berkaitan dengan kepegawaian, keuangan, Inspektorat Provinsi Jawa Tengah.”
penatausahaan surat menyurat dan rumah tangga.
Dilihat dari tugas pokoknya tersebut ADUM 2. Metode Penelitian
menghasilkan arsip seperti; arsip keuangan, arsip Desain Penelitian menurut Guba dalam Uhar (2012:
kepegawaian, arsip LHKPN (Laporan harta kekayaan 194) adalah perencanaan, penyusunan, dan strategi
penyelanggara Negara), ADUM juga megelola arsip investigasi sebagai tuntunan atau arahan terhadap
yang dihasilkan oleh masing- masing subbag di jawaban pertanyaan penelitian yang telah dibuat pada
inspektorat, dan mayoritas arsip yang dikelola adalah dasarnya merupakan pengarah mengenai apa dan


-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

bagaimana penelitian dilakukan untuk menjadi bentuk-bentuk seperti tabel, gambar


mengungkapkan berbagai temuan guna menjawab diperoleh melalui dokumentasi seperti buku-buku
pertanyaan penelitian. Metode penelitian yang literatur dan sumber lainnya atau data yang telah
digunakan dalam penelitian ini bersifat kualitatif dikumpulkan oleh pihak lain (Trisno, 2004: 131).
dengan menggunakan metode pendekatan studi Data sekunder yang digunakan adalah dokumen,
kasus. Kirk dan Miller dalam Uhar (2012: 181) undang-undang, peraturan pemerintah, peraturan
mendefinisikan penelitian kualitatif sebagai kepala ANRI atau catatan – catatan yang berkaitan
kebiasaan (tradisi) dalam ilmu pengetahuan sosial dengan pemusnahan arsip beserta foto dokumentasi.
yang secara mendasar bergantung pada pengamatan Alasan peneliti memakai data sekunder adalah untuk
manusia dalam lingkungannya sendiri dan memperkuat suatu penemuan sebagai pelengkap
berhubungan dengan orang–orang tersebut dalam informasi.
bahasanya. Bogdan dan Guba (2012: 181) Informan adalah orang yang memiliki
berpendapat bahwa penelitian kualitatif adalah kemampuan dan kesanggupan untuk
prosedur penelitian yang menghasilkan data mengungkapkan kebudayaan yang dimilikinya
deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari secara lisan dan dengan bahasa yang dimilikinya.
orang–orang dan perilaku yang dapat diamati. Informan merupakan sumber informasi yang
Jenis Penelitian yang digunakan adalah penelitian penting bagi peneliti (Tri Joko, 2005: 123). Dalam
deskriptif dengan pendekatan studi kasus. Penelitian sebuah penelitian, menentukan informan menjadi
deskriptif adalah penelitian yang dibuat dengan salah satu hal yang penting dalam penelitian karena
maksud untuk menyelidiki keadaan, kondisi, dan informan merupakan kunci dari penelitian tersebut
kegiatan yang hasilnya dipaparkan dalam bentuk jadi informan harus dipilih secara benar. (Sugiyono,
laporan penelitian (Arikunto, 2010: 3). Dalam 2015:299). Dalam memilih informan, penulis
kegiatan penelitian ini peneliti hanya melakukan pemilihan sampel dengan menggunakan
menggambarkan apa yang terjadi pada objek yang metode pemilihan Purposive Sampling. Metode
akan diteliti, kemudian menjelaskan apa yang terjadi purposive sampling adalah penentuan sampel
dalam bentuk laporan penelitian secara lugas, dan berdasarkan kriteria yang telah dirumuskan terlebih
apa adanya. dahulu oleh peneliti dengan pertimbangan khusus
Studi kasus ialah suatu serangkaian kegiatan sehingga layak dijadikan sampel (Siagian dan
ilmiah yang dilakukan secara intensif, terinci dan Sugiarto, 2002:120).
mendalam tentang suatu peristiwa, dan aktivitas, Dengan demikian dalam pemilihan informan,
baik pada perorangan, kelompok, lembaga, atau peneliti memilih dengan pertimbangan yang
organisasi dalam memperoleh pengetahuan sekiranya telah memenuhi kriteria yang peneliti
mendalam tentang peristiwa tersebut (Mudjia 2017: kehendaki sebagai informan yang memadai.
3). Metode studi kasus digunakan karena diharapkan Pertimbangan pemilihan informan pada penelitian
peneliti dapat mengkaji lebih dalam tentang ini memiliki kriteria sebagai berikut :
permasalahan yang ingin diketahui dalam kegiatan 1. Informan merupakan staff pada sub bagian
pemusnahan arsip pada sub bagian Administrasi ADUM Inspektorat Provinsi Jawa Tengah
Umum di Inspektorat Provinsi Jawa Tengah. 2. Informan merupakan pengelola arsip di
Subjek penelitian menurut Arikunto (1998) Inspektorat Provinsi Jawa Tengah
adalah wadah atau tempat dimana variabel 3. Informan mengetahui dan pernah terlibat dalam
penelitian atau titik perhatian itu melekat. Subjek kegiatan pemusnahan arsip
dalam penelitian ini adalah pegawai Administrasi Agar mendapatkan data yang valid dan relevan
Umum di Inspektorat Provinsi Jawa Tengah. Objek maka metode pengumpulan data yang digunakan
penelitian menurut Arikunto (1998) adalah variabel dalam penelitian ini adalah:
penelitian yang menjadi titik perhatian suatu 1. Observasi
penelitian. Objek penelitian merupakan sesuatu Observasi menurut Cartwright dalam (Uhar, 2012:209)
yang akan diselidiki dalam penelitian ini, yaitu adalah proses melihat (mengetahui sesuatu melalui
penerapan peraturan kepala ANRI Nomor 25 tahun indera mata), mengamati (melihat dan memperhatikan
2012 dalam kegiatan pemusnahan arsip. dengan teliti), dan mencermati (memperhatikan dengan
Data primer yaitu data yang berasal langsung dari cermat), serta merekam perilaku secara sistematis
objek penelitian, diperoleh peneliti secara langsung (menyatatakan suatu tindakan atau pengalaman dari
dari sumber asli (tidak melalui perantara) berupa suatu aktifitas dengan merumuskan suatu hal yang
wawancara yang diberikan secara langsung kepada mampu menjelaskan berbagai rangkaian sebab akibat)
responden untuk memperoleh informasi tentang hal-hal proses kegiatan penyusutan arsip di Inspektorat
yang berkaitan dengan tujuan penelitiannya atau provinsi Jawa Tengah dengan tujuan mencari data
didapatkan dari sumber informasi yang pertama yang digunakan untuk memberikan kesimpulan atau
(Trisno, 2004: 131). Data Primer dalam penelitian ini diagnosis.
diperoleh dari Observasi dan Wawancara yang Observasi hanya dapat dilakukan pada
dilakukan secara langsung kepada informan. Data perilaku/sesuatu yang tampak, sehingga potensi
sekunder yaitu data yang telah diolah lebih lanjut perilaku seperti sikaf, pendapat jelas tidak dapat


-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

diobservasi Dalam kegiatan observasi ini peneliti 1991) Analisis data adalah proses mencari dan
meninjau atau melakukan pengamatan langsung menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari
kelokasi penelitian yaitu bagian sub Administrasi hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-
Umum supaya dapat mengerti kegiatan kearsipan bahan lain sehingga mudah dipahami dan dapat
yang berlangsung di Inspektorat Provinsi Jawa diinformasikan kepada orang lain (Sugiyono, 2010:
Tengah, khususnya kegiatan pemusnahan arsip. 244). Kegiatan analis data akan dijelaskan dalam
2. Wawancara berikut ini :
Wawancara pada dasarnya merupakan percakapan, 1. Reduksi Data
namun percakapan yang bertujuan. Wawancara Reduksi data adalah suatu proses pengolahan data
diperlukan karena banyak hal yang tidak mungkin lapangan dilakukan dengan cara memilih, memilah, dan
dapat diobservasi langsung seperti perasaan, pikiran, menyederhanakan data kemudian dirangkum data yang
motif, serta pengalaman masa lalu responden/informan. diaggap penting sesuai dengan fokus penelitian. Pada
Kegiatan wawancara ini dipandang sebagai cara untuk tahap ini, peneliti akan memilih hal- hal yang berkaitan
memahami atau memasuki perspektif orang lain dengan fokus penelitian yaitu tentang pemusnahan
tentang dunia dan kehidupan sosial mereka (Uhar, arsip, lalu membuang data yang tidak perlu dengan
2012:213-214). Peneliti dalam hal ini menggunakan tujuan mendapatkan data yang relevan untuk
panduan wawancara terstruktur yaitu pertanyaannya memberikan gambaran yang lebih tajam tentang hasil
telah disusun terlebih dahulu, kemudian menetapkan pengamatan dilapangan.
informan yang mengerti atau terlibat dalam kegiatan 2. Menyajikan data (Display data)
pemusnahan kearsipan, setelah itu ditetapkan jadwal Menyajikan data adalah proses untuk lebih
wawancara dengan informan, lalu peneliti melakukan mensistematiskan data laporan yang sudah direduksi
wawancara yang sesuai dengan topik penelitian dengan sehingga data terlihat lebih utuh. Dalam hal ini
merekam pembicaraan menggunakan alat perekam, laporan yang sudah direduksi dilihat kembali
usai melakukan wawancara peneliti mencatat hasil gambarannya secara keseluruhan, sehingga dapat
rekaman kemudian mengidentifikasi tindak lanjut hasil tergambar konteks data secara keseluruhan, dan dari
wawancara yang telah diperoleh. Dalam kegiatan ini situ dapat dilakukan penggalian data kembali
peneliti akan mewancarai kepala bagian administrasi apabila dipandang perlu untuk lebih mendalami
umum dan staff bagian administrasi umum, Melalui masalahnya. Pada tahap ini, peneliti akan
wawancara ini akan dapat diketahui kegiatan memberikan pembahasan atau analisis secara
pemusnahan arsip dilingkungan Inspektorat provinsi spesifik sesuai dengan topik permasalahan dalam
Jawa Tengah sub bagian adum. Alasan peneliti bentuk teks naratif.
menggunakan wawancara terstruktur adalah karena 3. Menarik kesimpulan dan Verifikasi
pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan telah Menarik kesimpulan dan Verifikasi dilakukan sejak
disusun terlebih duhulu sebelumnya, Pertanyaan awal terhadap data yang diperoleh, tetapi
ditanyakan sesuai urutan yang telah dibuat. Jenis kesimpulannya masih kabur (bersifat tentatif),
wawancara ini juga dapat menghemat waktu penulis diragukan tetapi semakin bertambahnya data maka
karna wawancara ini hanya mengarahkan respon kesimpulan itu lebih “grounded” (berbasis data
partisipan sehingga peneliti dapat menghindari lapangan). Kesimpulan harus diverifikasi selama
kesalahan seperti lupa akan apa yang ingin ditanyakan penelitian berlangsung. Pada tahap ini peneliti akan
dan juga bertanya hal yang tidak sesuai dengan topik menarik kesimpulan dari data sebelumnya unuk
penelitian. diperoleh garis besarnya.
3. Dokumentasi Sebuah penelitian harus memiliki data yang
Studi Pustaka/studi dokumentasi menurut Gulo valid, reliabel dan objektif agar dapat dibuktikan
dalam (Septiana, 2012 :4) adalah teknik kebenarannya. Oleh karena itu, dibutuhkan teknik
pengumpulan data dengan cara mempelajari pemeriksaan keabsahan/validitas data. Metode yang
beberapa dokumen, file, literatur-literatur yang ada digunakan dalam validitas data adalah uji kredibilitas
hubungannya dengan masalah penelitian, terutama dengan Triangulasi. Triangulasi adalah teknik
dokumen-dokumen tentang ketentuan yang berlaku pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan
yang sifatnya mengikat. Peneliti melakukan studi sesuatu yang lain diluar itu untuk keperluan
pustaka dari berbagai literature seperti peraturan pengecekan atau sebagai pembanding. Triangulasi
pemerintah, perundang-undangan, peraturan kepala dilakukan melalui wawancara, obeservasi langsung
ANRI, artikel jurnal dan literature lainnya yang dan observasi tidak langsung. Observasi tidak langsung
berhubungan dengan pemusnahan arsip. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengamatan atas beberapa
ini dilakukan peneliti bertujuan untuk memperkaya kelakuan dan kejadian, yang kemudian dari hasil
data dalam penelitian untuk mempermudah dalam pengamatan tersebut ditarik benang merah yang
kegiatan analisis data. menghubungkan antara berbagai fenomena kejadian
Analisis data dilakukan meliputi reduksi data, (Uhar, 2012: 205). Teknik triangulasi yang digunakan
menyajikan data, menarik kesimpulan dan dalam penelitian ini adalah teknik triangulasi sumber
melaksanakan verifikasi (Nasution 1992, Moleong yang menurut Hamidi (2010 :68) adalah teknik
membandingkan informasi tertentu


-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

yang ditanyakan kepada responden/informan kepada b. Pimpinan unit pengolah yang arsipnya akan
antara responden/informan yang berbeda dan dimusnahkan sebagai anggota
dokumentasi. Teknik triangulasi dapat dicapai c. Arsiparis sebagai anggota
dengan cara, yaitu Membandingkan data hasil Subbagian Administrasi dan Umum Inspektorat
pengamatan dengan data hasil wawancara, Provinsi Jawa Tengah juga membentuk panitia
Membandingkan apa yang diutarakan (pendapat) penilai tetapi tidak dilakukan secara formal. Tim
seseorang didepan umum dengan apa yang Panitia Penilai yang dibentuk oleh subbagian
diutarakan secara pribadi kepada orang lain, Administrasi dan Umum terdiri antara 2-3 orang.
Membandingkan apa yang diutarakan (pendapat) Anggota tim panitia penilai arsip yang dipilih adalah
orang-orang tentang situasi penelitian dengan apa orang-orang yang mengetahui tentang retensi arsip
yang dikatakan sepanjang waktu, dan atau orang yang bekerja di bagian pengolahan arsip
Membandingkan hasil wawancara dengan isi dari (Petugas arsip). Karena Subbagian Administrasi dan
suatu dokumen yang berkaitan dengan topik Umum juga bertanggungjawab dalam menyimpan
penelitian. arsip – arsip yang dimiliki Sub bidang lain di
Insepktorat maka perwakilan dari masing – masing
3. Hasil dan Pembahasan sub bidang juga ikut berpartisipasi sebagai tim
3.1 Analisis Peraturan Kepala ANRI NO 25 penilai.
Tahun 2012 dalam Prosedur Kegiatan
Pemusnahan Arsip 3.1.2 Penyeleksian Arsip
Didalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Penyeleksian arsip adalah kegiatan penilaian untuk
Indonesia No 25 tahun 2012 disebutkan bahwa prinsip memastikan bahwa arsip yang diusulkan musnah tidak
pemusnahan arsip harus sesuai dengan prosedur dan memiliki nilai guna, telah habis retensinya dan
peraturan perundangan-undangan yang berlaku. Dari berketerangan dimusnahkan berdasarkan JRA, tidak
hasil wawancara yang telah dilakukan peneliti dengan ada peraturan yang melarang dan tidak berkaitan
informan, diperoleh informasi bahwa Subbagian dengan penyelesaiaan proses suatu perkara. Didalam
Administrasi dan Umum Inspektorat Provinsi Jawa Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia
Tengah juga mempunyai prosedur No 25 tahun 2012 disebutkan bahwa penyeleksian
kegiatan pemusnahan. yang meliputi arsip dilakukan oleh panitia penilai berdararkan jadwal
pembententukan panitia penilai, penyeleksian arsip, retensi arsip terhadap pencipta arsip yang sudah
penilaian oleh panitia penilai, permintaan memiliki JRA, adapun tahapannya :
persetujuan pemusnahan dari pimpinan pencipta a. Mencermati daftar arsip usul musnah
arsip, dan pelaksanaan pemusnahan arsip. b. Memverifikasi daftar arsip usul musnah
dengan jadwal retensi arsip yang telah
3.1.1 Pembentukan Panitia Penilai dimilikinya, khususnya pada kolom retensi
Langkah pertama pada kegiatan prosedur pemusnahan inaktif berketerangan musnah.
arsip adalah pembentukan panitia penilai. Langkah ini Subbagian Administrasi dan Umum Inspektorat
dilakukan untuk meminimalisir resiko terjadinya Provinsi Jawa Tengah juga melakukan kegiatan
kesalahan dalam penilaian arsip. Penilaian arsip penyeleksian arsip. Penyeleksian arsip disubbagian
merupakan tindakan yang dilakukan oleh tim penilai administrasi dan umum dilakukan berdasarkan jadwal
arsip yang berupa kajian/analisa terhadap arsip yang retensi arsip. JRA digunakan untuk menilai apakah
akan dimusnahkan. Tindakan ini bertujuan untuk arsip tersebut arsip berketerangan aktif atau inaktif.
pemantapan dan lebih meyakinkan bahwa arsip yang Tahapan penilaianya adalah dengan memilah arsip dan
sudah dinyatakan musnah dalam jadwal retensi arsip non arsip (amplop, map, blanko,formulir). Kegiatan ini
benar-benar sudah waktunya untuk dimusnahkan juga dilakukan untuk memastikan bahwa arsip yang
karena tidak lagi digunakan baik oleh pemilik maupun diusulkan musnah benar-benar harus dimusnahkan
oleh pihak lain, tidak ada peraturan yang melarang, jangan sampai arsip yang belum layak untuk musnah
dan tidak terkait dengan suatu perkara baik yang jadi ikut dimusnahkan. tetapi Subbagian Administrasi
sedang berlangsung maupun yang dimungkinkan kelak dan Umum belum sepenuhnya menerapkan Peraturan
akan muncul. Maka penilaian arsip tidak boleh Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No 25
dilakukan sembarang orang dan secara sembarangan tahun 2012 karena belum membuat/mencermati daftar
karena membawa resiko yang sama-sama berat apabila arsip usul musnah dalam kegiatan penyeleksian arsip.
sampai terjadi kesalahan dalam menentukan
vonis/nasib akhir suatu arsip. Didalam Peraturan 3.1.3 Pembuatan Daftar Arsip Usul Musnah
Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia No 25 Setelah dilakukan penyeleksian/pemeriksaan terhadap
tahun 2012 disebutkan bahwa pelaksanaan arsip yang masa retensinya telah dipisahkan, maka
pembentukan panitia penilai ditetapkan oleh pimpinan kegiatan selanjutnya adalah membuat daftar arsip yang
pencipta arsip dan sekurang-kurangnya memenuhi akan diusul musnah. Didalam Peraturan Kepala Arsip
unsur : Nasional Republik Indonesia No.25 tahun 2012
a. Pimpinan unit kearsipan sebagai ketua disebutkan bahwa hasil penyeleksian arsip dituangkan
merangkap anggota dalam daftar arsip usul musnah sekurang-kurangnya
berisi: nomor, jenis


-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

arsip, tahun, jumlah, tingkat perkembangan, dan arsip yang dihasilkan dari tiap bidang yang ada, dan
keterangan. Subbagian Administrasi dan Umum wajib melaporkan apabila arsip tersebut ingin
Inspektorat Provinsi Jawa Tengah tidak membuat dimusnahkan. Yang menjadi masalah adalah tidak
daftar arsip usul musnah. Padahal kegiatan ada surat permintaan persetujuan kepada pimpinan.
pembuatan daftar arsip usul musnah masuk dalam Sebaiknya Sub Bagian ADUM membuat surat
Prosedur Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik permohonan persetujuan pemusnahan arsip
Indonesia No 25 tahun 2012. Kegiatan ini sangat
penting dilakukan untuk mendata arsip – arsip yang 3.1.6 Penetapan Arsip yang akan dimusnahkan
akan dimusnahkan sebagai bahan penilaian oleh Didalam Peraturan Kepala Arsip Nasional
panitia penilai. Sub Bagian Administrasi dan Umum Republik Indonesia No 25 tahun 2012 disebutkan
tidak melakukan pembuatan daftar arsip usul bahwa pimpinan pencipta arsip mengeluarkan
musnah karena pegawai atau petugas arsipnya penetapan terhadap arsip yang akan dimusnahakan
kurang memahami prosedur pemusnahan arsip dengan mengacu pada persetujuan tertulis dari
karena tidak adanya penggunaan pedoman dalam pencipta arsip atau Kepala ANRI. Subbagian
kegiatan pemusnahan jadi tidak mengetahui adanya Administrasi dan Umum juga melakukan penetapan
daftar arsip usul musnah. terhadap arsip yang akan dimusnahkan dengan
meminta atau mengacu dari persetujuan dari
3.1.4 Penilaian Oleh Panitia Penilai pencipta arsip yang dalam hal ini adalah kepala dari
Penilaian dilakukan oleh Panitia Penilai untuk tiap subbagian yang ada di Inspektorat. Bukti
meminimalisir resiko terjadinya kesalahan dalam penetapan arsip yang akan dimusnahakan tidak ada
penilaian, misalnya adalah arsip yang sebenarnya karena belum dilakukan secara resmi.
tidak atau belum boleh musnah tetapi divonis boleh
dimusnahkan maka organisasi akan kehilangan 3.1.7 Pelaksanaan Pemusnahan Arsip
barang bukti, memori organisasi yang tidak Tahapan akhir dari kegiatan prosedur
tergantikan oleh apapun. Sebaliknya apabila arsip pemusnahan arsip adalah pelaksanaan pemusnahan
yang sebenarnya boleh dan sudah waktunya arsip. Didalam Peraturan Kepala Arsip Nasional
dimusnahkan tetapi masih disimpan maka organisasi Republik Indonesia No 25 tahun 2012 disebutkan
telah melakukan tindakan pemborosan baik tempat, bahwa pelaksanaan pemusnahan. arsip dilakukan
peralatan, waktu, tenaga, dan biaya. Didalam dengan pembuatan berita acara pemusnahan beserta
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik daftar arsip usul musnah. Pemusnahan dilakukan
Indonesia No 25 tahun 2012 disebutkan bahwa dengan cara pembakaran, pencacahan, penggunaan
panitia penilai melakukan penilaian terhadap daftar bahan kimia, pulping, dan lain lain. Pemusnahan
arsip usul musnah dan verifikasi secara langsung harus dilaporkan terhadap pimpinan, arsip yang
terhadap fisik arsip. Hasil penilaian tersebut tercipta dalam pelaksanaan wajib disimpan oleh
dituangkan dalam pertimbangan tertulis dari panitia pencipta arsip. Sub bagian Administrasi dan Umum
arsip. Subbagian Administrasi dan Umum melaksanakan kegiatan pemusnahan arsip dengan
Inspektorat Provinsi Jawa Tengah juga melakukan cara pencacahan, yang hasil pencacahannya akan
kegiatan penilaian oleh panitia penilai. tetapi hanya dijual kepada perusahaan kertas. Pelaksanaan
sekedar tanpa adanya membuat bukti dari hasil pemusnahan arsip belum sepenuhnya sesuai dengan
penilaian arsip yang seharusnya dituangkan dalam aturan yang ditetapkan dalam Peraturan Kepala
pertimbangan tertulis dari panitia penilai arsip. ANRI No 25 tahun 2012 karena tidak menggunakan
Pembuatan hasil penilaian sangat penting seperti berita acara pemusnahan, belum adanya daftar arsip
yang disebutkan dalam Peraturan Kepala Arsip usul musnah, dan tidak membuat daftar arsip yang
Nasional Republik Indonesia No 25 tahun 2012 dimusnahkan. Sehingga tidak ada bukti yang jelas
tentang surat pertimbangan panitia penilai arsip. terhadap arsip-arsip apa saja yang telah
dimusnahkan.
3.1.5 Permintaan Persetujuan Pemusnahan Dari
Pimpinan Pencipta Arsip 3.2 Analisis Perbedaan Tahapan Prosedur
Didalam Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik pemusnahan Peraturan Kepala Anri No.25
Indonesia No 25 tahun 2012 disebutkan bahwa Tahun 2012 dengan kondisi di Lapangan.
pemusnahan arsip berdasarkan JRA bagi arsip yang Menurut pedoman pemusnahan arsip peraturan
memiliki retensi dibawah 10 tahun cukup persetujuan kepala ANRI no 25 tahun 2012 prosedur pemusnahan
tertulis dari pimpinan pencipta arsip tembusan kepada arsip dilingkungan Pemerintahan Daerah Provinsi
Kepala ANRI. Dari hasil wawancara yang telah harus melalui tahapan sebagai berikut:
dilakukan peneliti dengan informan, diperoleh a. Pembentukan panitia penilai
informasi bahwa Subbagian Administrasi dan Umum b. Penyeleksian arsip
Inspektorat Provinsi Jawa Tengah meminta persetujuan c. Pembuatan daftar arsip usul musnah
pemusnahan tidak dari Inspektur (Pimpinan d. Penilaian oleh panitia penilai
Inspektorat) tetapi meminta persetujuan dari tiap e. Permintaan persetujuan pemusnahan dari
Kepala Sub bagian yang ada di Inspektorat. Karena pencipta arsip
Subbagian Adum sebagai unit kearsipan di Inspektorat f. Penetapan arsip yang akan dimusnahkan
bertanggungjawab dalam mengelola g. Pelaksanaan Pemusnahan arsip

-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

Tahapan yang terdapat di dalam Peraturan Kepala pemusnahan arsip belum menerapkan prosedur yang
Anri No.25 Tahun 2012 dengan yang ada yang di telah ditetapkan, dan mengalami keterbatasan sumber
lapangan ada beberapa yang tidak diterapkan oleh daya manusia (SDM) dalam mengelola arsip, dan
Subbagian Administrasi dan Umum.Subbagian belum bisa menetapkan waktu pemusnahan arsip
Administrasi dan Umum Inspektorat Provinsi Jawa dengan baik. subbagian administrasi dan umum
Tengah melakukan tahapan pemusnahan arsip memiliki kendala dalam penerapan pedoman
meliputi pembentukan tim penilai, penyeleksian pemusnahan arsip diantaranya adalah sumber daya
arsip, penilaian oleh panitia penilai, permintaan manusia (SDM) yang kurang karena hanya 3 orang
persetujuan pemusnahan arsip, dan pelaksanaan yang bertanggungjawab mengelola arsip sehingga
pemusnahan arsip. Tentunya tahapan tahapan proses proses pemusnahan sulit dilakukan, jumlah tenaga
pemusnahan yang dilakukan Inspektorat belum pengelola dengan arsip yang tercipta tidak sebanding.
sesuai dengan pedoman pemusnahan arsip menurut Terdapat juga kendala dalam sarana prasarana
peraturan kepala ANRI No 25 Tahun 2012 karena pemusnahan arsip seperti alat pemusnahan, boks arsip,
belum diterapkan secara keseluruhan.Seharusnya karung tali raffia, penetapan waktu pemusnahan. Selain
kegiatan pemusnahan arsip tahap- tahapannya harus itu ada kendala dalam penetapan waktu pemusnahan
dilaksanakan secara berurutan dan harus mempunyai karena sulit mencari waktu yang pas karena pegawai
bukti seperti daftar arsip usul musnah, surat pengelola arsip juga masih banyak tanggungjawab
pertimbangan panitia penilai, dan berita acara dikegiatan pengelolaan arsip. Kendala terakhir adalah
pemusnahan arsip. Bukti pemusnahan itu penting minimnya dana yang disediakan juga menghambat
karena suatu saat apabila arsip itu dibutuhkan atau kegiatan pemusnahan arsip.Untuk mengatasi kendala
dicari lagi dapat dipertanggungjawabkan. Formulir tersebut diperlukan upaya agar penerapan Peraturan
pemusnahan arsip yang seharusnya digunakan dalam Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia nomor 25
kegiatan pemusnahan dan menjadi alat bukti adanya tahun 2012 dalam proses pemusnahan arsip dapat
kegiatan tahapan pemusnahan adalah daftar arsip berjalan lancar, diantaranya adalah mengajukan
usul musnah, berita acara pemusnahan, dan daftar penambahan sumber daya manusia dalam bidang
pembentukan tim pemusnahan. Berdasarkan data kearsipan, mengajukan anggaran dana pada saat rapat
dokumentasi yang penulis peroleh di Subbagian anggaran dewan, menarik kemabali pegawai yang
Admistrasi dan Umum terdapat arsip yang sudah sudah purnah (pensiun) untuk membantu menangani
layak untuk dimusnahkan dan seharusnya ditulis masalah kearsipan.
dalam daftar arsip usul musnah.
3.5 Analisis konsekuensi dari pemusnahan tidak
3.3 Penggunaan Jadwal Retensi Arsip (JRA) sesuai pedoman pemusnahan arsip
dalam kegiatan penyeleksian arsip Subbagian Peraturan Kepala ANRI No 25 Tahun 2012
Administrasi dan Umum tentang pedoman pemusnahan arsip disusun untuk
Subbagian Administrasi dan Umum Inspektorat memberikan panduan kepada pencipta arsip agar dapat
Provinsi Jawa Tengah dalam proses kegiatan melakukan pemusnahan arsip sesuai dengan kaidah-
penyeleksian arsip pemusnahan menggunakan Jadwal kaidah kearsipan dan ketentuan peraturan perundang-
Retensi Arsip sebagai acuan dalam melaksanakan undangan. Pemusnahan arsip yang tidak dijalankan
pemusnahan arsip. Jadwal Retensi Arsip merupakan berdasarkan pedoman pemusnahan arsip maka
pedoman penyusutan arsip yang berisi jangka waktu pemusnahan tersebut tidak sah/ilegal karena tidak
penyimpanan arsip aktif maupun inaktif. Subbagian meninggalkan bukti-bukti pemusnahan, sebab pada
Administrasi dan Umum Inspektorat Jawa Tengah dasarnya pemusnahan arsip adalah pemusnahan alat
menggunakan Peraturan Gubernur nomor 14 Tahun bukti. Di Subbagian Administrasi Umum Inspekorat
2014 tentang jadwal retensi fasilitatif non keuangan Jawa Tengah dalam kegiatan pemusnahan arsipnya
dan non kepegawaian dilingkungan pemerintah belum sesuai dengan pedoman pemusnahan karena
Provinsi Jawa Tengah serta Peraturan Gubernur Jawa belum meninggalkan bukti. Hal ini sangat berbahaya
Tengah nomor 15 tahun 2014 tentang jadwal retensi karena apabila arsipnya dibutuhkan kembali suatu saat
arsip kepegawaian pegawai negeri sipil dan pejabat maka tidak dapat dikembalikan lagi arsipnya. Didalam
Negara di lingkungan pemerintah Provinsi Jawa UU No 43 tahun 2009 pasal 86 tentang kearsipan
Tengah. dijelaskan apabila suatu instansi melakukan
pemusnahan diluar prosedur maka dapat diancam
3.4 Analisis kendala proses kegiatan pemusnahan hukuman pidana, isinya adalah “setiap orang dengan
arsip di Subbagian Administrasi dan Umum sengaja memusnahkan arsip diluar prosedur yang benar
Kendala merupakan faktor penghambat yang sebagaimana dimaksud dalam pasal 51 ayat (2)
meyebabkan pelaksanaan suatu hal terganggu dan dipidana dengan pidana paling lama 10 (sepuluh) tahun
tidak terlaksana dengan baik. Peraturan Kepala Arsip dan denda paling banyak Rp 500.000.000,00 (lima
Nasional Republik Indonesia nomor 25 tahun 2012 ratus juta rupiah).”
seharusnya telah diterapkan dengan baik karena
merupakan suatu pedoman dalam kegiatan 4.Simpulan
pemusnahan arsip. Namun pada penerapannya Berdasarkan hasil penelitian mengenai analisis
ditemukan beberapa kendala baik dari segi waktu dan penerapan Peraturan Kepala Arsip Nomor 25 Tahun
sarana prasarana. Kendala berikutnya adalah 2012 dalam pemusnahan arsip pada Subbagian

-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

Administrasi dan Umum Di Inspektorat Provinsi 3. Peningkatan sarana dan fasilitas yang
Jawa Tengah, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: dibutuhkan untuk menunjang kegiatan
1. Kegiatan pemusnahan dilaksanakan sekali dalam pemusnahan arsip.
setahun dan dilakukan oleh petugas arsip dan 4. Menggunakan Peraturan Kepala Arsip
dibantu oleh anak magang yang bekerja di intansi Nasional Republik Indonesia sebagai pedoman
tersebut. Kegiatan pemusnahan yang dilakukan dalam melaksanakan kegiatan pemusnahan
dibawah 10 tahun terakhir adalah tahun arsip di Subbagian Administrasi dan Umum
2014,2015,2016 dan 2017. Inspektorat Jawa Tengah.
2. Prosedur kegiatan pemusnahan arsip yang telah 5. Menyiapkan dana untuk kegiatan pemusnahan
dilakukan adalah pembentukan tim pemusnahan, supaya dapat berjalan lancar.
penyeleksian arsip, penilaian oleh 6. Membuat Formulir atau bukti kegiatan
panitia penilai,permintaan persetujuan pemusnahan arsip seperti Surat Persetujuan
pemusnahan dari pimpinan pencipta arsip, dan Pemusnahan Arsip, Daftar Arsip Usul Musnah,
pelaksanaan pemusnahan arsip. Berita Acara Pemusnahan Arsip, dan Surat
3. Prosedur kegiatan pemusnahan arsip yang Pertimbangan Panitia Penilai.
belum dilakukan adalah pembuatan daftar arsip
usul musnah, penetapan jadwal pemusnahan Daftar Pustaka
arsip, pembuatan berita acara pemusnahan dan Ahmad, dkk. 2005. Joko Strategi Balajar Mengajar,
belum membuat bukti-bukti kegiatan Bandung: CV Pustaka Setia
pemusnahan seperti surat pertimbangan panitia Amsyah, Zulkifli. 1998. Manajemen Kearsipan.
penilai, dan juga surat persetujuan pemusnahan
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Amsyah,
arsip
Zulkifli. 2003. Manajemen Kearsipan. Jakarta: PT
4. Faktor yang menghambat atau kendala yang
dihadapi dalam proses kegiatan pemusnahan Gramedia Pustakan Utama Arifanto, Nurul Huda.
adalah kurangnya Sumber Daya Manusia atau 2016. “Analisis Penyusutan
jumlah tenaga pengelola dengan arsip yang Arsip Sebagai Upaya Penyelamatan Arsip di
tercipta tidak sebanding, Kurangnya Badan Arsip dan Perpustakaan Provinsi Jawa
pemahaman pegawai pengelola arsip dalam Tengah.” Skripsi Sarjana Universitas
proses kegiatan pemusnahan arsip, Diponegoro. Semarang.
keterbatasan anggaran dana, dan juga tumpang
tindih tugas dan tanggungjawab sehingga sulit Arikunto, S. 2010. Prosedur Penelitian Suatu
menentukan waktu yang tepat dalam Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta
melakukan pemusnahan, serta sarana dan alat Astuti, Septiana Dwi. 2012. Upaya Peningkatan
pemusnahan yang terbatas. Motivasi Dan Hasil Belajar Matematika
5. Konsekuensi Pemusnahan arsip yang tidak Siswa Melalui Metode Pembelajaran
dijalankan berdasarkan pedoman pemusnahan Edutainment (Education Entertainment)
arsip maka pemusnahan tersebut tidak
Siswa Kelas IV SD Negeri 2 Karangnongko
sah/ilegal karena tidak meninggalkan bukti-
bukti pemusnahan. Boyolali Tahun Ajaran 2011/2012. Skripsi.
Berdasarkan kesimpulan yang telah disebutkan, UMS.
peneliti juga memberikan saran yang dapat Barthos, Basir. 2007. Manajemen Kearsipan.
mengoptimalkan penerapan peraturan kepala arsip Jakarta: Bumi Aksara
nomor 25 tahun 2012 dalam pemusnahan arsip pada Barthos, Basri. 2013. Manajemen Kearsipan. Bumi
subbagian administrasi dan umum di Inspektorat Aksara. Jakarta.
Provinsi Jawa Tengah
Eksis, Jurnal. 2010. “Studi Pemusnahan Arsip Pada
1. Meningkatkan jumlah sumber daya manusia
(SDM) yang memiliki latar belakang ilmu Badan Kesatuan Bangsa dan Politik Provinsi
kearsipan agar dapat mudah memahami Kalimantan Timur.” 6(2):1459–63.
pedoman pemusnahan arsip dan http://inspektorat.jatengprov.go.id/17/
menerapkannya dengan baik dan benar. Kuswantoro, Agung and Universitas Negeri
2. Diadakan pembinaan kearsipan dan sosialisasi Semarang. 2015. “MODEL ELEKTRONIK
mengenai prosedur pemusnahan arsip secara ARSIP ( E ARSIP ) PEMBELAJARAN.”
merinci dan mendalam kepada bidang
subbagian administrasi dan umum, sehingga (September):1–10.
kegiatan pemusnahan arsip dapat berjalan Peraturan Gubernur Jawa Tengah nomor 54 tahun
sesuai dengan ketentuan pedoman pemusnahan 2012 tentang Pedoman Penyusutan Arsip. Dalam
arsip. www.jatengprov.go.id. Diakses pada
tanggal 9 September 2018].
Peraturan Gubernur Kalimantan timur nomor 28
tahun 2013. Dalam


-XUQDO,OPX3HUSXVWDNDDQ9RO1R-DQXDUL 

http://jdih.kaltimprov.go.id/. Diakses pada


tanggal tanggal 9 September 2018].
Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia
nomor 25 tahun 2012 tentang Pedoman
Pemusnahan Arsip. Dalam
http://www.anri.go.id. [Diakses pada tanggal
12 April 2018].
Saputri , A.A.,& Bambang, S. 2006.“Proses
Penyusutan Dan Pemusnahan Arsip
Berdasarkan Jadwal Retensi Arsip pada
Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan
Sipil Kabupaten Ponorogo,” 34(11):e77–e77.
Satoto, Kodrat Iman et al. 2011. “Studi Perbaikan
Pengelolaan Perpustakaan Dan Sistim
Pengelolaan Arsip & Dokumen Di PT Badak
NGL.” Jurnal Sistem Komputer 1(1): 21–30.
Sedarmayanti. 2015. Tata Kearsipan Dengan
Memanfaatkan Tekhnologi Modern.
Bandung: Mandar Maju.
Siagian, Dergibson., & Sugiarto (2002). Metode
statistika untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta :
PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan
(Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Penerbit CV. Alfabeta: Bandung.
Suharsaputra, Uhar. 2012. Metode Penelitian:
Kuantitatif, Kualitatif dan Tindakan.
Bandung: PT. Refika Aditama
Supriansyah. 2015. “Pemeliharaan Dan Penyusutan
Arsip Dinamis Inaktif ANRI Jakarta.” Jurnal
Utilitas 1(1):43–55.
Undang-undang nomor 43 Tahun 2009 tentang
Kearsipan. Dalam www.anri.go.id. Diakses
pada tanggal 9 September 2018].



Anda mungkin juga menyukai