I. Dasar Hukum Pelaksanaan Kegiatan Penyusutan Arsip a. Undang-Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan; b. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2012 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 43 Tahun 2009 tentang Kearsipan; c. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pedoman Penilaian Kriteria dan Jenis Arsip yang memiliki Nilai Guna Sekunder; d. Peraturan Kepala Arsip Nasional Republik Indonesia Nomor 37 Tahun 2016 tentang Pedoman Penyusutan Arsip.
II. Pelaksanaan Kegiatan Penyusutan Arsip
Penyusutan Arsip adalah kegiatan pengurangan jumlah arsip dengan cara pemindahan arsip inaktif dari unit pengolah ke unit kearsipan, pemusnahan arsip yang tidak memiliki nilai guna, dan penyerahan arsip statis kepada lembaga kearsipan. Tujuan Penyusutan Arsip, antara lain: Memisahkan antara arsip yang tidak bernilai guna dengan arsip yang bernilai guna; Memusnahkan arsip yang tidak bernilai guna; Memisahkan arsip inaktif dari arsip aktif; Untuk memudahkan penilaian; Memisahkan pengelolaan arsip aktif dan arsip inaktif pada unit kerja yang berbeda (minimal dengan fungsi yang berbeda) dengan kewenangan pengelolaan yang jelas dan tegas; Memperjelas pengalihan dan pelepasan tanggungjawab pengelolaan informasi; Menyelamatkan arsip yang bernilai guna permanen berskala nasional. Manfaat Penyusutan Arsip, antara lain: Secara fisik, arsip menjadi rapi (salah satu syarat penyusutan, arsip harus dalam keadaan tertata); Dilihat dari informasinya, hanya arsip yang bernilai guna yang disimpan; Penemuan kembali menjadi mudah dan cepat; Biaya pengelolaan arsip menjadi murah; Berpindah atau hilangnya informasi dapat diketahui dengan mudah; Unit kerja (unit pengolah) tidak perlu mengurusi arsip yang tidak secara langsung digunakan untuk mendukung operasional organisasi sehari-hari. Kegiatan Penyusutan Arsip meliputi: A. Pemindahan Arsip Inaktif dari Unit Pengolah ke Unit Kearsipan Pemindahan Arsip Inaktif dilakukan melalui kegiatan: 1. Penyeleksian arsip inaktif; Penyeleksian arsip inaktif dilakukan melalui JRA dengan cara melihat pada kolom retensi aktif. Dalam hal retensi aktifnya telah habis atau terlampaui, maka arsip tersebut telah memasuki masa inaktif atau frekuensi penggunaan arsip yang telah menurun (ditandai dengan penggunaan kurang dari 5 (lima) kali dalam setahun). 2. Penataan Arsip Inaktif yang akan dipindahkan; Penataan arsip inaktif dilakukan berdasarkan asas asal usul (provenance) dan asas aturan asli (original order). Penataan arsip inaktif ke dalam boks, dilakukan dengan menata folder/berkas yang berisi arsip inaktif yang akan dipindahkan yang diurutkan berdasarkan nomor urut daftar arsip inaktif yang dipindahkan, kemudian menyimpan dan memasukkan folder/berkas arsip inaktif ke dalam boks, selanjutnya memberi label boks arsip dengan keterangan: nomor boks, nama unit pengolah, nomor urut arsip, dan tahun penciptaan arsip. Penataan arsip inaktif dan pembuatan daftar arsip inaktif menjadi tanggung jawab Kepala Unit Pengolah/Unit Kerja. 3. Pembuatan daftar arsip inaktif yang akan dipindahkan. Pencipta arsip menyusun daftar arsip inaktif yang dipindahkan dan ditandatangani oleh Pimpinan Unit Pengolah/Unit Kerja selaku yang memindahkan arsip dan Unit Kearsipan di lingkungan Pencipta Arsip selaku penerima arsip atau pejabat yang diberi kewenangan. Selanjutnya dibuatkan Berita Acara Pemindahan Arsip yang sekurang-kurangnya memuat: waktu pelaksanaan, tempat, kenis arsip yang dipindahkan, jumlah arsip, pelaksana dan penandatangan oleh pimpinan Unit Pengolah dan/atau Unit Kearsipan. B. Pemusnahan arsip yang telah habis retensinya dan tidak memiliki nilai guna dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan 1. Pemusnahan arsip menjadi tanggung jawab pimpinan Pencipta Arsip; 2. Pemusnahan arsip dilakukan terhadap arsip: Tidak memiliki nilai guna (administrasi, hukum, keuangan, dan ilmiah); Telah habis retensinya dan berketerangan dimusnahkan berdasarkan JRA; Tidak ada peraturan perundang-undangan yang melarang; Tidak berkaitan dengan penyelesaian proses suatu perkara. 3. Dalam hal arsip belum memenuhi semua ketentuan, retensinya ditentukan kembali oleh pimpinan Pencipta Arsip. Prosedur Pemusnahan Arsip, meliputi: 1. Pembentukan panitia penilai arsip; Pembentukan panitia penilai arsip ditetapkan oleh pimpinan Pencipta Arsip; Panitia penilai arsip bertugas untuk melakukan penilaian arsip yang akan dimusnahkan; Panitia penilai arsip berjumlah ganjil; Dalam hal Pencipta Arsip belum memiliki Arsiparis, anggota dapat digantikan oleh pegawai yang mempunyai tugas dan tanggung jawab di bidang pengelolaan arsip. 2. Penyeleksian arsip; Penyeleksian arsip dilakukan oleh panitia penilai arsip melalui JRA dengan cara melihat pada kolom retensi inaktif dan pada kolom keterangan dinyatakan musnah; Dalam hal retensinya inaktifnya telah habis atau terlampaui dan pada kolom keterangan dinyatakan musnah, maka arsip tersebut dapat dikategorikan sebagai arsip usul musnah; Dalam hal Pencipta Arsip belum memiliki JRA, dalam melaksanakan pemusnahan arsip mengikuti tahapan prosedur pemusnahan arsip dan setelah mendapat persetujuan Kepala ANRI. 3. Pembuatan daftar arsip usul musnah oleh arsiparis di Unit Kearsipan; Hasil penyeleksian arsip dituangkan dalam daftar arsip usul musnah; Daftar arsip usul musnah sekurang-kurangnya berisi: nomor, jenis arsip, tahun, jumlah, tingkat perkembangan, dan keterangan. 4. Penilaian oleh panitia penila arsip; Panitia penilai melakukan penilaian terhadap daftar arsip usul musnah dengan melakukan verifikasi secara langsung terhadap fisik arsip; Hasil penilaian dituangkan dalam pertimbangan tertulis oleh panitia penilai arsip. 5. Permintaan persetjuan/pertimbangan pemusnahan arsip; Arsip Lembaga Negara: mendapatkan persetujuan tertulis dari kepala ANRI; Pemda Prov, Kab/Kota, PTN: Retensi Sekurang-kurangnya 10 Tahun mendapat persetujuan tertulis dari Kepala ANRI; Pemda Prov, Kab/Kota, PTN: Retensi dibawah 10 Tahun mendapat persetujuan tertulis dari gubernur, bupati/walikota, rector/sebutan lain; BUMN/BUMD: Retensi Sekurang-kurangnya 10 Tahun mendapat pertimbangan tertulis dari Kepala ANRI; BUMN/BUMD: Retensi dibawah 10 Tahun mendapat pertimbangan tertulis dari pimpinan BUMN atau BUMD; Pemusnahan arsip tanpa JRA: mendapat persetujuan dari Kepala ANRI tanpa membedakan retensinya; 6. Penetapan arsip yang akan dimusnahkan; Pimpinan pencipta arsip mengeluarkan penetapan terhadap arsip yang akan dimusnahkan dengan mengacu pada persetujuan tertulis Kepala ANRI/Gubernur/Bupati/Walikota/Rektor sesuai wilayah kewenangannya dan pertimbangan tertulis dari panitia penilai arsip. 7. Pelaksanaan pemusnahan a. Pelaksanaan pemusnahan arsip memperhatikan ketentuan: Dilakukan secara total sehingga fisik dan informasi arsip musnah dan tidak dapat dikenali; Disaksikan oleh sekurang-kurangnya 2 pejabat dari unit kerja bidang hukum dan/atau unit kerja pengawasan dari lingkungan Pencipta Arsip yang bersangkutan; Disertai penandatanganan berita acara yang memuat daftar arsip yang dimusnahkan. b. Pelaksanaan pemusnahan arsip dilakukan dengan membuat Berita Acara Pemusnahan beserta Daftar Arsip Usul Musnah yang dibuat rangkap 2; c. Berita acara tersebut ditandatangani oleh pimpinan Unite Kearsipan, pimpinan Unit Pengolah yang arsipnya akan dimusnahkan, dan disaksikan sekurang-kurangnya dari unit kerja bidang hukum dan unit kerja bidang pengawasan; d. Pelaksanaan pemusnahan arsip dapat dilakukan dengan cara, antara lain: Pencacahan; Pengunaan bahan kimia;dan Pulping. e. Arsip yang dihasilkan dalam pelaksanaan kegiatan pemusnahan arsip wajib disimpan oleh Pencipta Arsip, meliputi: Keputusan pembentukan panitia pemusnahan arsip; Notulen rapat panitia penilai pemusnahan arsip pada saat melakukan penilaian; Surat pertimbangan dari panitia penilai kepada pimpinan Pencipta Arsip yang menyatakan bahwa arsip yang diusullkan musnah telah memenuhi syarat untuk dimusnahkan; Surat persetujuan pemusnahan arsip dari Kepala ANRI untuk pemusnahan arsip yang memiliki retensi sekurang-kurangnya 10 tahun; Keputusan pimpinan Pencipta Arsip tentang penetapan pelaksanaan pemusnahan arsip; Berita Acara Pemusnahan Arsip; Daftar Arsip yang dimusnahkan. C. Penyerahan Arsip Statis oleh pencipta arsip kepada Lembaga Kearsipan 1. Penyerahan Arsip Statis oleh Pencipta Arsip kepada Lembaga Kearsipan dilakukan terhadap arsip yang: Memiliki nilai guna kesejahteraan; Telah habis retensinya;dan/atau Berketerangan dipermanenkan sesuai JRA Pencipta Arsip. 2. Penyeleksian dan Pembuatan Daftar Arsip Usul Serah Penyeleksian Arsip Statis dilakkan melalui JRA dengan cara melihat pada kolom retensi inaktif dan pada kolom keterangan yang dinyatakan permanen; Dalam hal retensi inaktifnya telah habis atau terlampaui dan pada kolom keterangan dinyatakan permanen, maka arsip tersebut telah memasuki masa arsip usul serah; Hasil penyeleksian arsip dituangkan dalam daftar arsip usul serah; Daftar arsip usul serah sekurang-kurangnya berisi: nomor, kode klasifikasi, uraian informasi arsip, kurun waktu, jumlah arsip dan keterangan. 3. Penilaian Panitia penilai melakukan penilaian terhadap daftar arsip usul serah dengan melakukan verifikasi secara langsung terhadap fisik arsip; Hasil penilaian dituangkan dalam pertimbangan tertulis oleh panitia penilai arsip. 4. Pemberitahuan Penyerahan Arsip Pemberitahuan akan menyerahkan Arsip Statis oleh pimpinan Pencipta Arsip kepada Kepala Lembaga Kearsipan sesuai wilayah kewenanganya disertai dengan pernyataan dari pimpinan Pencipta Arsip bahwa arsip yang diserahkan autentik, terpercaya, utuh, dan dapat digunakan; Proses pemberitahuan penyerahan arsip statis harus memenuhi persyaratan sebagai berikut: Menyampaikan surat permohonan penyerahan arsip statis dari pimpinan Pencipta Arsip kepada Kepala Lembaga Kearsipan sesuai wilayah kewenangannya; Menyampaikan daftar arsip usul serah;dan Menyampaikan surat pertimbangan oleh panitia penilai arsip.
5. Verifikasi dan Persetujuan
Kepala Lembaga Kearsipan sesuai wilayah kewenangannya melakukan verifikasi daftar arsip usul serah berdasarkan permohonan penyerahan Arsip Statis dari Pencipta Arsip; Kepala Lembaga Kearsipan sesuai wilayah kewenangannya dapat memberikan rekomendasi atas hasil verifikasi daftar arsip usul serah terhadap arsip yang diterima atau ditolak kepada Pencipta Arsip; Kepala Lembaga Kearsipan sesuai wilayah kewenangannya memberikan persetujuan atas daftar arsip usul serah dari Pencipta Arsip; 6. Penetapan Arsip yang Diserahkan Pimpinan Pencipta Arsip mengeluarkan penetapan terhadap arsip yang akan diserahkan kepada Lembaga Kearsipan sesuai wilayah kewenangannya dengan mengacu pada persetujuan dari Kepala Lembaga Kearsipan. 7. Pelaksanaan Serah Terima Arsip Pelaksanaan serah terima Arsip Statis oleh pimpinan Pencipta Arsip kepada Kepala Lembaga Kearsipan dengan disertai berita acara, daftar arsip usul serah dan fisik arsip yang akan diserahkan; Susunan format berita acara meliputi: a. Kepala, memuat logo, judul, dan hari/tanggal/tahun, tempat pelaksanaan penandatanganan, nama dan jabatan para pihak yang membuat berita acara; b. Batang tubuh, memuat kegiatan yang dilaksanakan, termasuk bilamana ada klausul perjanjian antara kedua pihak khususnya mengenai hak akses arsip statis; c. Kaki, memuat nama jabatan dan pejabat atau pihak yang dikuasakan olehnya, serta tanda tangan para pihak yang melakukan penandatanganan naskah berita