Anda di halaman 1dari 16

UJIAN AKHIR SEMESTER (UAS)

SEMESTER GENAP T.A. 2019/2020

Mata Kuliah :
SEMINAR AKUNTANSI MANAJEMEN

Dosen Pengampu :
DR. Hj. NUZULUL HIDAYATI., Ak., M.M.

Oleh :
TORANG PARTOGI SIMANJUNTAK
(NPM : 1966390008)

PROGRAM DOKTOR ILMU MAJAJEMEN


UNIVERSITAS PERSADA INDONESIA YAI
JAKARTA
TAHUN 2020
PERAN GOOD CORPORATE GOVERNANCE DALAM PENINGKATAN
KREDIBILITAS LAPORAN KEUANGAN

ABSTRAK

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana penerapan GCG dapat
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Tata kelola perusahaan yang baik,
atau sering disebut Good Corporate Governance (GCG) merupakan isu yang dikenal
bertahun-tahun lalu tetapi belum banyak perusahaan di Indonesia yang tanggap akan arti
penting dari GCG tersebut. Prinsip-prinsip GCG meliputi transparansi (transparency),
akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi (independency)
serta kewajaran dan kesetaraan (fairness) dapat menciptakan pengawasan yang lebih efektif
untuk peningkatan kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh perusahaan.
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data-data seperti
literatur ilmiah, jurnal, buku, artikel, dokumen atau materi visual terkait dengan Good
Corporate Governance dan Kredibilitas Laporan Keuangan. Teknik pengumpulan data yang
digunakan adalah survey literature. Analisis data dilakukan dengan metode analisis isi yang
menggunakan tulisan dalam media tertentu yang diolah dan dianalisis lebih lanjut. Hasil
penelitian diketahui bahwa implementasi Good corporate governance secara berkelanjutan
dianggap dapat memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu laporan keuangan yang
memiliki kredibilitas tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerja laporan keuangan itu
sendiri.

Kata kunci : Good corporate governance, Kredibilitas Laporan Keuangan

1. PENDAHULUAN

Tingginya tingkat persaingan dalam dunia usaha pada saat ini mengharuskan
perusahaan untuk memiliki tata kelola yang baik. Salah satu wujud dari tata kelola
perusahaan yang baik adalah dengan dihasilkannya laporan keuangan perusahaan yang
memiliki kredibilitas tinggi. Laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi adalah
laporan keuangan yang dapat dipercaya dan dapat dipertanggngjawabkan. Dengan
penyajian laporan keuangan yang kredibel akan memberikan keyakinan bagi para pengguna
laporan keuangan tersebut dalam mengambil keputusan. Salah satu pengguna laporan
keuangan adalah investor, dimana investor membutuhkan laporan keuangan yang
berkualitas dan dapat dipertanggungjawabkan guna mengambil keputusan untuk
berinvestasi pada perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan tersebut.
Tata kelola perusahaan yang baik, atau sering disebut Good Corporate
Governance (GCG) merupakan isu yang dikenal bertahun-tahun lalu tetapi belum banyak
perusahaan di Indonesia yang tanggap akan arti penting dari GCG tersebut. Corporate
governance adalah suatu sistem yang terdiri atas fungsi-fungsi yang dijalankan oleh pihak-
pihak yang berkepentingan untuk memaksimalkan penciptaan nilai perusahaan sebagai
entitas ekonomi maupun entitas sosial melalui penerapan prinsip-prinsip dasar yang
berterima umum (Warsono et.al, 2009). Salah satu pihak yang menjalankan fungsi tersebut
adalah komite audit. Komite audit bertugas membantu dewan komisaris untuk memonitor
proses pelaporan keuangan oleh manajemen untuk meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan (Bradbury et al., 2004).
Banyaknya skandal yang telah terjadi diperusahaan menunjukkan bahwa perusahaan
tersebut tidak menerapkan prinsip-prinsip GCG dengan baik, sehingga dapat berdampak
buruk bagi perusahaan, mulai dari rendahnya kinerja hingga runtuhnya perusahaan. Diantara
skandal yang terjadi salah satunya diakibatkan oleh tidak transparannya pengelola perusahaan
(Agent) dalam memberikan informasi terkait dengan perusahaan, termasuk laporan keuangan.
Disinilah pentingnya komite audit dalam hal memelihara kredibilitas proses penyusunan laporan
keuangan seperti halnya menjaga terciptanya sistem pengawasan perusahaan yang memadai serta
diterapkannya prinsip-prinsip Good Corporate Governance.
Perhatian terhadap corporate governance dipicu oleh skandal spektakuler seperti,
Enron, Worldcom, Tyco, London dan Commonwealth, Poly Peck, Maxwell, dan lain-lain.
Keruntuhan perusahaan-perusahaan publik tersebut dikarenakan oleh kegagalan strategi
maupun praktek curang dari manajemen puncak yang berlangsung tanpa terdeteksi dalam
waktu yang cukup lama karena lemahnya pengawasan yang independent oleh corporate
boards (Hendrik, 2016). Secara khusus di Asia, adanya krisis finansial di berbagai negara di
tahun 1997-1998 yang diawali krisis di Thailand (1997), Jepang, Korea, Indonesia, Malaysia,
Hongkong dan Singapura yang akhirnya berubah menjadi krisis finansial Asia dipandang
sebagai akibat lemahnya praktik GCG di negara-negara Asia tersebut (Arifin, 2005).
Contoh nyata yang terjadi di Indonesia dalam waktu dekat ini adalah skandal yang
dialami oleh PT Asuransi Jiwasraya (Persero), salah satu perusahaan asuransi terbesar di
Indonesia. Pada tahun 2019, PT Jiwasraya terjerat skandal finansial yang berakibat macetnya
ekuitas perusahaan hingga tidak mampu membayar kewajiban klaim polis JS Saving Plan.
Tunggakan polis ini muncul dari banyaknya nasabah yang menginvestasikan dana mereka
di JS Saving Plan dengan harapan return tinggi karena tawaran jaminan return sebesar 9-13%
yang pada saat itu relatif besar dibandingkan bunga sebesar 5-7% yang ditawarkan deposito
bank. Dalam hasil audit yang dikemukakan BPK, PT Jiwasraya kerap melakukan transaksi jual
beli saham serta diduga melakukan rekayasa harga dengan Bank BJB (BJBR), Semen Baturaja
(SMBR), dan PT PP Properti Tbk (PPRO) yang memiliki kinerja saham -39,32%, -74,78%, dan
-41,28% secara berurutan pada tahun 2019 (Noviani, 2020). Pada bulan Mei tahun 2018
terjadi pergantian direksi Jiwasraya, direksi baru melaporkan terdapat kejanggalan laporan
keuangan kepada Kementerian BUMN. Indikasi kejanggalan itu betul, karena hasil audit
Kantor Akuntan Publik (KAP) PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporan keuangan tahun
2017 mengoreksi laporan keuangan interim dari laba sebesar Rp 2,4 triliun menjadi hanya Rp
428 miliar. (CNN, 2019a)
Contoh lain adalah pada kasus Garuda Indonesia Airlines dengan kode saham GIAA,
dimana pada tahun buku 2018 perusahaan melaporkan kinerja keuangan kepada Bursa Efek
Indonesia dengan laba bersih sebesar US$ 809 ribu, berbanding terbalik dengan kondisi
tahun 2017 yang merugi sebesar US$ 216,58 juta. Kinerja ini terbilang cukup mengejutkan
lantaran pada kuartal III tahun 2018 perusahaan masih merugi sebesar US$ 114,08 juta.
Akibat dari kejadian ini, pasar merespons kisruh laporan keuangan Garuda Indonesia,
dimana saham perusahaan dengan kode GIAA itu merosot tajam 4,4 persen pada penutupan
perdagangan sesi pertama, Kamis (25/4). Harga saham Garuda Indonesia anjlok ke level Rp
478 per saham dari sebelumnya Rp 500 per saham. Saham perseroan terus melanjutkan
pelemahan hingga penutupan perdagangan pada hari berikutnya, Selasa (30/4) ke posisi Rp
466 per saham. (CNN, 2019b)
Berdasarkan dua skandal yang telah dikemukakan diatas dapat diketahui bahwa telah
terjadi kegagalan penerapan prinip-prinsip GCG pada masing-masing perusahaan. Tidak
maksimalnya berfungsi komite audit mengakibatkan laporan keuangan yang dihasilkan oleh
masing-masing perusahaan memiliki kredibilitas yang rendah.
Dabor & Adeyemi, (2014) melakukan penelitian dengan judul Corporate Governance
and the Credibility of Financial Statements in Nigeria, dimana hasil penelitiannya diperoleh
bahwa dengan memasukkan direktur non-eksekutif di dewan, dan kepatuhan terhadap
komposisi komite audit seperti yang disediakan oleh Nigerian Companies dan Allied Matters
Act (CAMA) 1990 cenderung meningkatkan kredibilitas laporan keuangan.
Abu-Risheh & Al-Sa’eed, (2012) juga melakukan penelitian dengan tujuan untuk
menganalisis hubungan antara praktik good corporate governance terhadap kualitas
pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Yordania. Secara khusus, penelitian
difokuskan pada independensi dewan, transparansi dewan, dan komite audit yang terpisah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik good corporate governance berdampak pada
kualitas pelaporan keuangan, dimana independensi dewan dianggap sebagai salah satu
penentu keberhasilan kualitas pelaporan keuangan. Hasil analisis korelasi menunjukkan
bahwa hubungan antara transparansi dewan direksi, independensi dewan direksi, dan
komite audit yang terpisah, dengan kualitas pelaporan keuangan (FRQ), adalah penting.
Oktadella, (2010) juga melakukan penelitian dengan judul Analisis Corporate Governance
Terhadap Integritas Laporan Keuangan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh
corporate governance yang dapat mempengaruhi integritas laporan keuangan pada
perusahaan manufaktur di Indonesia. Faktor-faktor corporate governance yang dianalisis
pengaruhnya terhadap integritas laporan keuangan antara lain kepemilikan institusional,
kepemilikan manajerial, komite audit, komisaris independen, kualitas audit, profitabilitas,
leverage dan ukuran perusahaan. Total sampel penelitian adalah 83 perusahaan yang
ditentukan melalui metode purposive sampling. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua
mekanisme corporate governance berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan
keuangan. Namun demikian, kepemilikan institusional, komite audit, kualitas audit,
profitabilitas, leverage, dan ukuran perusahaan terbukti mempunyai pengaruh signifikan
terhadap meningkatnya integritas laporan keuangan.
Penelitian yang sama juga dilakukan oleh Hardiningsih, (2010), dengan judul Pengaruh
Independensi, Corporate Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas Laporan
Keuangan. Penelitian ini menggunakan 81 perusahaan di BEI selama periode 2005 sampai
2008. Hasil temuan menunjukkan bahwa independensi auditor tidak berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan. Kepemilikan manajerial signifikan berpengaruh terhadap
integritas laporan keuangan. Sementara komite audit, komisaris independen, ukuran dewan
komisaris, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh terhadap integritas laporan
keuangan. Peran komite audit ternyata belum efektif dalam meningkatkan integritas laporan
keuangan. Komisaris independen ternyata juga belum bisa berperan dalam
menyeimbangkan pengambilan keputusan. Hal ini dimungkinkan penempatan dewan
komisaris hanya sekedar memenuhi regulasi, sehingga belum bisa menegakkan Good
Corporate Governance. Dalam hal kualitas audit ternyata hanya berkisar 40% perusahaan
yang menggunakan auditor spesialis industri. Sehingga kemungkinan auditor akan
menemukan dan melaporkan pelanggaran sangat tergantung pada kemampuan teknikal
auditor.
Melihat fenomena dan hasil penelitian terdahulu yang telah dijelaskan sebelumnya,
maka penulis berkeinginan untuk mengetahui bagaimana penerapan GCG dapat
meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan.

2. LANDASAN TEORI

2.1 Kredibilitas Laporan Keuangan


Laporan keuangan yang dikeluarkan oleh perusahaan merupakan suatu bentuk
pertanggungjawaban manajemen perusahaan terhadap pihak-pihak yang berkepantingan
dengan kinerja perusahaan pada satu periode tertentu. Laporan keuangan merupakan suatu
informasi yang menggambarkan kondisi keuangan suatu perusahaan, dimana informasi
tersebut dapat disajikan sebagai gambaran kinerja keuangan suatu perusahaan (Hidayat,
2018). PSAK 1 (Revisi 2009) tentang Penyajian Laporan Keuangan mendefinisikan laporan
keuangan sebagai suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan
suatu entitas (Yadiati, 2017). Menurut Kasmir (2014:7), Laporan keuangan adalah laporan
yang menunjukkan kondisi keuangan perusahaan pada saat ini atau dalam suatu periode
tertentu. Berdasarkan defenisi para ahli yang telah diungkapkan sebelumnya, maka dapat
disimpulkan bahwa laporan keuangan adalah hasil akhir dari proses akuntansi yang
memberikan informasi tentang keadaan posisi keuangan, hasil usaha serta perubahan dalam
posisi keuangan suatu perusahaan. Laporan keuangan umumnya disusun dalam periode
tahunan, namun terdapat pula entitas yang juga menyusun dalam periode bulanan, triwulan,
kwartal, maupun semester (Sari & Fitriastuti, 2017).
Dalam membuat laporan keuangan, perlu diperhatikan standar yang telah ditentukan
dalam Standar Akuntansi Keuangan. Standar tersebut mencakup empat karakteristik yang
harus dipenuhi dalam laporan keuangan, yaitu : (a) Understandability (mudah dipahami); (b)
Relevan (Sebenarnya/apa adanya); (c) Reliabiity (keandalan); dan (d) Comparability (dapat
dibandingkan). Dengan dipenuhinya keempat karakteristik tersebut, maka kredibilitas
laporan keuangan dapat dikatakan layak dan kredibel dalam menyampaikan informasi
(Triharyono.com, 2017).
Disamping memenuhi standar akuntansi keuangan yang berlaku, implementasi Good
Corporate Governance juga mempengaruhi kredibilitas laporan keuangan. Farber (2005)
dalam (Abu-Risheh & Al-Sa’eed, 2012) mengatakan bahwa ada hubunngan antara
kredibilitas system pelaporan keuangan dengan mekanisme kualitas GCG. Semakin tingi
kualitas implementasi GCG, semakin tinggi pula kredibilitas laporan keuangan yang
diterbitkan. Laporan keuangan yang kredibel dinilai dari seberapa besar angka-angka yang
ada pada laporan keuangan tersebut dapat dipercaya dan dapat dipertanggungjawabkan.
Selain itu, hasil audit yang berkualitas juga dapat meningkatkan kredibilitas laporan
keuangan dan memberikan jaminan atas investasi yang dilakukan oleh investor dimana hal
ini akan dapat menurunkan cost of capital. Walaupun memiliki keterbatasan, namun audit
atas laporan keuangan akan menambah kredibilitas sebuah laporan keuangan (Boynton et
al., 2007).

2.2 Good Corporate Governance

2.2.1 Pengertian Good Corporate Governance


Konsep GCG pertama kali dikemukakan oleh Cadburry Committee pada tahun1992
melalui Cadburry Report ( Mas,2005), dalam tulisannya Cadburry mengatakan bahwa Tata
Kelola Perusahaan berkaitan dengan menjaga keseimbangan antara tujuan ekonomi dan
sosial, dan antara tujuan individu dan kelompok. Kerangka kerja tata kelola ada untuk
mendorong penggunaan sumber daya secara efisien dan sama-sama membutuhkan
pertanggungjawaban untuk pengelolaan sumber daya tersebut. Tujuannya adalah untuk
sebanyak mungkin menyamakan kepentingan pribadi, perusahaan, dan masyarakat.
Sedangkan menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam Akal &
Akal, (2016) pengertian Good Corporate Governance adalah seperangkat peraturan yang
mengatur hubungan antara pemegang saham, pengurus (pengelola) perusahaan, pihak kreditur,
pemerintah, karyawan serta para pemegang kepentingan intern dan esktern lainnya yang
berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka atau dengan kata lain suatu sistem yang
mengatur dan mengendalikan perusahaan.
Dalam Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No: PER-
01/MBU/2011 tahun 2011 dikatakan bahwa : Tata Kelola Perusahaan yang Baik (Good
Corporate Governance), yang selanjutnya disebut GCG adalah prinsip-prinsip yang mendasari
suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan perundang-
undangan dan etika berusaha (BUMN, 2011).
Berdasarkan defenisi-defenisi yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa GCG adalah suatu sistem yang mengatur hubungan antara pihak-pihak yang
berkepentingan (Internal dan Eksternal) dalam menjalankan roda organisasi/perusahaan
sesuai perundang-undangan dan etika berusaha yang berlaku dengan memperhatikan
kepentingan masing-masing pihak dalam mewujudkan keseimbangan tujuan yang ingin
dicapai oleh masing-masing pihak.

2.2.2 Tujuan dan Manfaat Good Corporate Governance

Tujuan diterapkannya GCG dalam perusahaan adalah untuk menciptakan nilai tambah bagi
semua pihak yang berkepentingan (stakeholders). Secara teoritis, Tjager, et al., (2003)
mengatakan pelaksanaan GCG dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan meningkatkan
kinerja keuangan mereka, mengurangi risiko yang mungkin dilakukan oleh dewan komisaris
dengan keputusan-keputusan yang menguntungkan diri sendiri dan umumnya GCG dapat
meningkatkan kepercayaan investor (Akal & Akal, 2016).
Menurut Amin Widjaya Tunggal (2013), tujuan Good Corporate Governance adalah
sebagai berikut : (1) Tercapainya sasaran yang telah ditetapkan; (2) Aktiva perusahaan tetap
terjaga dengan baik; (3) Perusahaan dapat menjalankan bisnis dengan praktek yang sehat ;
dan (4) Kegiatan perusahaan dapat dijalankan dengan transparan.
Sedangkan dalam Permen BUMN Nomor : PER — 01 /MBU/2011, bagian 2, pasal 4,
Penerapan prinsip-prinsip GCG pada BUMN, bertujuan untuk: (1) mengoptimalkan nilai
BUMN agar perusahaan memiliki daya saing yang kuat, baik secara nasional maupun
internasional, sehingga mampu mempertahankan keberadaannya dan hidup berkelanjutan
untuk mencapai maksud dan tujuan BUMN; (2) mendorong pengelolaan BUMN secara
profesional, efisien, dan efektif, serta memberdayakan fungsi dan meningkatkan
kemandirian Organ Persero/Organ Perum; (3) mendorong agar Organ Persero/Organ Perum
dalam membuat keputusan dan menjalankan tindakan dilandasi nilai moral yang tinggi dan
kepatuhan terhadap peraturan perundang- undangan, serta kesadaran akan adanya
tanggung jawab sosial BUMN terhadap Pemangku Kepentingan maupun kelestarian
lingkungan di sekitar BUMN; (4) meningkatkan kontribusi BUMN dalam perekonomian
nasional; dan (5) meningkatkan iklim yang kondusif bagi perkembangan investasi nasional.
Dengan diterapkannya GCG pada perusahaan, maka akan diperoleh manfaat yang
dapat memberikan perubahan positif bagi perusahaan, investor, pemerintah dan masyarakat
umum. Menurut Amin Widjaja Tunggal (2013: 39), manfaat Good Corporate Governance di
antaranya adalah sebagai berikut :
1. Meminimalkan Agency Cost
Selama ini, pemegang saham harus menanggun biaya yang timbul akibat dari
pendelegasian wewenang kepada pihak manajemen. Biaya ini dapat berupa kerugian
karena manajemen memakai sumber daya perusahaan untuk kepentingan pribadi
atau berupa biaya pengawasan yang harus dikeluarkan perusahaan untuk mencegah
hal tersebut terjadi.
2. Meminimalkan Cost of Capital
Sebuah perusahaan yang sehat dan baik akan selalu menciptakan referensi positif
bagi kreditur. Kondisi ini memiliki peran dalam meminimalkan biaya modal yang
harus di tanggung apabila perusahaan akan mengajukan pinjaman dan juga dapat
memperkuat kinerja keuanga yang akan membuat produk perusahaan akan menjadi
lebih kompetitif.
3. Meningkatkan nilai saham perusahaan
Bila perusahaan dikelola dengan baik agar selalu sehat maka dapat menarik minat
investor untuk menanamkan modalnya.
4. Meningkatkan nilai perusahaan
Salah satu faktor penting yang berhubungan dengan kiner dan keberadaan
perusahaan di mata masyarakat dan investor adalah citra perusahaan. Membangun
citra perusahaan terkadang membutuhkan biaya yang besar di bandingkan dengan
perusahaan itu sendiri.

Menurut Forum for Corporate Governance in Indonesia (FCGI) dalam (Riadi, 2019),
manfaat pelaksanaan good corporate governance antara lain adalah sebagai berikut: (1)
Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang
lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan
pelayanan kepada stakeholders; (2) Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang
lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan
meningkatkan corporate value; (3) Mengembalikan kepercayaan investor untuk
menanamkan modalnya di Indonesia; dan (4) Pemegang saham akan merasa puas dengan
kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders’s value dan deviden.
Khusus bagi BUMN akan dapat membantu penerimaan bagi APBN terutama dari hasil
privatisasi.
2.2.3 Asas Good Corporate Governance

Dalam menerapkan GCG, ada beberapa asas yang harus dipastikan sudah diterapkan
pada setiap aspek bisnis dan semua jajaran yang ada pada perusahaan. Dalam Pedoman
Umum Good Corporate Governance di Indonesia yang dikeluarkan oleh Komite Nasional
Kebijakan Governance, dinyatakan bahwa prinsip dasar penerapan GCG yaitu : transparansi,
akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan diperlukan
untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan
pemangku kepentingan (stakeholders) (KNKG, 2006).
1. Transparansi (Transparency)
Untuk menjaga obyektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus
menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses
dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan harus mengambil inisiatif
untuk mengungkapkan tidak hanya masalah yang disyaratkan oleh peraturan
perundang-undangan, tetapi juga hal yang penting untuk pengambilan keputusan
oleh pemegang saham, kreditur dan pemangku kepentingan lainnya.
2. Akuntabilitas (Accountability)
Perusahaan harus dapat mempertanggungjawabkan kinerjanya secara transparan
dan wajar. Untuk itu perusahaan harus dikelola secara benar, terukur dan sesuai
dengan kepentingan perusahaan dengan tetap memperhitungkan kepentingan
pemegang saham dan pemangku kepentingan lain. Akuntabilitas merupakan
prasyarat yang diperlukan untuk mencapai kinerja yang berkesinambungan.
3. Responsibilitas (Responsibility)
Perusahaan harus mematuhi peraturan perundang-undangan serta melaksanakan
tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan sehingga dapat terpelihara
kesinambungan usaha dalam jangka panjang dan mendapat pengakuan sebagai good
corporate citizen.
4. Independensi (Independency)
Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara
independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi
dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain.
5. Kewajaran dan Kesetaraan (Fairness)
Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikan
kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas
kewajaran dan kesetaraan.

Sejalan dengan hal tersebut, Permen BUMN Nomor : PER — 01 /MBU/2011, bagian 1,
pasal 3 juga dinyatakan bahwa prinsip-prinsip GCG meliputi : (1) Transparansi
(transparency), yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan
keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan;
(2) Akuntabilitas (accountability), yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan
pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif; (3)
Pertanggungjawaban (responsibility), yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan
terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; (4)
Kemandirian (independency), yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional
tanpa benturan kepentingan dan pengaruh/tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai
dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; dan (5)
Kewajaran (fairness), yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak Pemangku
Kepentingan (stakeholders) yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-
undangan (BUMN, 2011).

2.2.4 Teori-Teori Yang Mendasari Munculnya Good Corporate Governance

a. Teori Keagenan (Agency Theory)


Teori keagenan (Agency Theory) adalah suatu teori yang menjelaskan hubungan antara
dua entitas ekonomi yaitu principal dan agen. Jensen dan Meckling (1976) dalam Triyuwono,
(2018) mendefinisikan hubungan agensi sebagai kontrak di mana satu atau lebih orang
(principal) melibatkan orang lain (agent) untuk melakukan beberapa layanan atas nama
mereka yang melibatkan pendelegasian wewenang pengambilan keputusan kepada agen
tersebut. Dengan adanya hubungan antara principal dan agent sering mengakibatkan
terjadinya konflik kepentingan, dimana agent lebih mementingkan kepentingannya sendiri
dengan mengabaikan kepentingan principal. Oleh karena itu, untuk menjaga keharmonisan
hubungan antara principal dengan agent diperlukan suatu metode pengendalian yang dapat
mensejajarkan kepentingan kedua belah pihak. Penerapan prinsip-prinsip Good Corporate
Governance merupakan salah satu metode pengendalian yang dapat dilaksanakan. Dengan
melaksanakan prinsip-prinsip GCG diharapkan dapat meminimalisir terjadinya konflik
kepentingan antara principal dan agent, sehingga kinerja perusahaan dapat dimaksimalkan
termasuk dalam menghasilkan laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi.

b. Teori Stewardship (Stewardship Theory)

Stewardship theory berasal dari perspektif pemikiran akuntansi manajemen yang banyak
didasari dengan teori-teori psikologi dan sosiologi (Anton, 2010). Teori stewardship adalah teori
yang menggambarkan situasi dimana para manajer tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan
individu tetapi lebih ditujukan pada sasaran hasil utama mereka untuk kepentingan
organisasi. Teori ini di desain bagi para peneliti untuk menguji situasi dimana para eksekutif
dalam perusahaan sebagai pelayan dapat termotivasi untuk bertindak dengan cara
terbaik pada prinsipalnya (Donaldson & Davis, 1991). Stewardship theory dibangun di atas
asumsi filosofis mengenai sifat manusia yakni bahwa manusia pada hakekatnya dapat
dipercaya, mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, memiliki integritas dan
kejujuran terhadap pihak lain. Inilah yang tersirat dalam hubungan fidusia yang dikehendaki
para pemegang saham. Dengan kata lain, stewardship theory memandang manajemen
sebagai dapat dipercaya untuk bertindak dengan sebaik-baiknya bagi kepentingan publik
maupun stakeholder (Gozali, 2012).

2.2.5 Penerapan Good Corporate Governance


Dalam pelaksanaan GCG, terdapat perbedaan pelaksanaannya di tiap Negara, hal ini
disebabkan oleh berbagai faktor antara lain seperti kerangka hukum, maupun hal-hal yang
tidak tertulis namun memiliki pengaruh yang luar biasa pada tingkat keberhasilan penerapan
prinsip-prinsip governance yang baik (Wibowo, 2019). Penerapan GCG yang baik pada suatu
perusahaan akan memberikan sinyal positif kepada stakeholder, karena stakeholder merasa
kepentingannya akan lebih terlindungi (Permatasari & Gayatri, 2016).
Penerapan GCG perlu dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan, untuk itu
diperlukan pedoman praktis yang dapat dijadikan acuan oleh perusahaan dalam
melaksanakan penerapan GCG. Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG) telah
menyusun Pedoman Pokok penerapan GCG dalam (KNKG, 2006), yaitu :
1. Dalam rangka penerapan GCG, masing-masing perusahaan harus menyusun
pedoman GCG perusahaan dengan mengacu pada Pedoman GCG ini dan Pedoman
Sektoral (bila ada). Pedoman GCG perusahaan tersebut mencakup sekurang-
kurangnya hal- hal sebagai berikut: (a) Visi, misi dan nilai-nilai perusahaan; (b)
Kedudukan dan fungsi RUPS, Dewan Komisaris, Direksi, komite penunjang Dewan
Komisaris, dan pengawasan internal; (c) Kebijakan untuk memastikan terlaksananya
fungsi setiap organ perusahaan secara efektif; (d) Kebijakan untuk memastikan
terlaksananya akuntabilitas, pengendalian internal yang efektif dan pelaporan
keuangan yang benar; (e) Pedoman perilaku yang didasarkan pada nilai-nilai
perusahaan dan etika bisnis; (f) Sarana pengungkapan informasi untuk pemegang
saham dan pemangku kepentingan lainnya; dan (g) Kebijakan penyempurnaan
berbagai peraturan perusahaan dalam rangka memenuhi prinsip GCG.
2. Agar pelaksanaan GCG dapat berjalan efektif, diperlukan proses keikutsertaan semua
pihak dalam perusahaan. Untuk itu diperlukan tahapan sebagai berikut: (a)
Membangun pemahaman, kepedulian dan komitmen untuk melaksanakan GCG oleh
semua anggota Direksi dan Dewan Komisaris, serta Pemegang Saham Pengendali,
dan semua karyawan; (b) Melakukan kajian terhadap kondisi perusahaan yang
berkaitan dengan pelaksanaan GCG dan tindakan korektif yang diperlukan; (c)
Menyusun program dan pedoman pelaksanaan GCG perusahaan; (d) Melakukan
internalisasi pelaksanaan GCG sehingga terbentuk rasa memiliki dari semua pihak
dalam perusahaan, serta pemahaman atas pelaksanaan pedoman GCG dalam
kegiatan sehari-hari; dan (e) Melakukan penilaian sendiri atau dengan menggunakan
jasa pihak eksternal yang independen untuk memastikan penerapan GCG secara
berkesinambungan. Hasil penilaian tersebut diungkapkan dalam laporan tahunan dan
dilaporkan dalam RUPS tahunan.
Keberhasilan penerapa GCG juga dipengaruhi oleh beberapa faktor internal dan
eksternal. Mas Achmad (2005) dalam Mulyanti, (2015) mengemukakan mengenai faktor
internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi keberhasilan penerapan GCG sebagai
berikut:
1. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah berbagai faktor yang berasal dari luar perusahaan yang
sangat mempengaruhi keberhasilan penerapan GG. Diantaranya, terdapat sistem
hukum yang baik sehingga mampu menjamin berlakunya supremasi hukum yang
konsisten dan efektif; adanya dukungan pelaksanaan GCG dari sektor publik atau
lembaga pemerintahan; terdapat contoh pelaksanaan GCG yang tepat (best
practices) yang dapat menjadi standar pelaksanaan GCG yang efektif dan profesional;
perbaikan lingkungan publik juga membawa pengaruh yang kuat dalam hal kualitas
perusahaan dalam implementasi GCG.
2. Faktor Internal
Faktor internal adalah pendorong keberhasilan pelaksanaan raktik GCG yang berasal
dari dalam perusahaan, antara lain terdapatnya budaya perusahaan yang menduung
penerapan GCG dalam mekanisme serta sistem kerja manajemen di perusahaan;
adanya berbagai peraturan dan kebijakan yang dikeluarkan perusahaan mengacu
pada penerapan nilai-nilai GCG; adanya manajemen pengendalian risiko perusahaan
yang didasarkan pada kaidah-kaidah standar GCG; adanya keterbukaan informasi
bagi publik untuk mampu memahami setiap gerak dan langkah manajemen dalam
perusahaan sehingga kalangan publik dapat memahai dan mengikuti setiap
perkembangan dan dinamika perusahaan dari waktu ke waktu.

3. METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan menggunakan data-data
seperti literatur ilmiah, jurnal, buku, artikel, dokumen atau materi visual terkait dengan
Good Corporate Governance dan Kredibilitas Laporan Keuangan. Teknik pengumpulan data
yang digunakan adalah survey literatur yang dijelaskan oleh Bordens & Aboot (2005: 60)
sebagai proses menempatkan, mendapatkan, membaca, dan mengevaluasi literatur
penelitian. Teknik penelusuran yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis isi
(content analysis). Analisis isi merupakan sebuah metode penelitian yang tidak
menggunakan manusia sebagai objek penelitian. Analisis isi menggunakan simbol, atau
tulisan dalam media tertentu yang diolah dan dianalisis lebih lanjut. Bordens & Abbott
(2005: 217-218) mengatakan bahwa analisis isi adalah teknik dengan menganalisis rekaman
atau ucapan tertulis. Nanang (2010:85) menjelaskan mengenai tahapan melakukan analisis
isi, yaitu merumuskan masalah penelitian, melakukan studi pustaka, menentukan unit
observasi dan unit analisis, menentukan variabel, mengumpulkan data, mengolah data,
menyajikan data, memberikan interpretasi dan yang terakhir menyusun laporan hasil
penelitian.

4. PEMBAHASAN

Dengan melihat beberapa contoh kasus skandal yang telah diungkapkan pada
pendahuluan, khsusunya skandal PT Asuransi Jiwasraya dan skandal PT Garuda Indonesia
Airlines, dapat dilihat bahwa laporan keuangan yang dihasilkan oleh kedua perusahaan
tersebut memiliki kredibilitas yang rendah. Rendahnya kredibilitas laporan keuangan yang
dihasilkan dikarenakan implementasi GCG pada kedua perusahaan tidak berjalan
sebagaimana mestinya.
Pada skandal PT Asuransi Jiwasraya (Persero), hasil audit Kantor Akuntan Publik (KAP)
PricewaterhouseCoopers (PwC) atas laporan keuangan tahun 2017 mengoreksi laporan
keuangan interim dari laba sebesar Rp 2,4 triliun menjadi hanya Rp 428 miliar. Ini
menunjukkan bahwa kredibilitas laporan keuangan yang dihasilkan oleh PT Asuransi
Jiwasraya (Persero) tidak dapat dipercaya dan tidak dapat dipertanggungjawabkan.
Akibatnya, terjadi kemacetan ekuitas perusahaan hingga tidak mampu membayar kewajiban
klaim polis JS Saving Plan.
Dalam kasus Garuda Indonesia Airlines, dimana pada tahun buku 2018 perusahaan
melaporkan kinerja keuangan kepada Bursa Efek Indonesia dengan laba bersih sebesar US$
809 ribu, berbanding terbalik dengan kondisi tahun 2017 yang merugi sebesar US$ 216,58
juta. Ini juga menunjukkan bahwa kredibilitas laporan keuangan yang dilaporkan oleh
Garuda Indonesia Airlaines juga memiliki kredibilitas yang rendah dan tidak dapat dipercaya
dan tidak dapat dipertanggungjawabkan. Akibat dari kejadian ini, harga saham GIA
mengalami penurunan karena kepercayaan publik terhadap laporan keuangan yang
dikeluarkan menurun.
Melihat kedua kasus tersebut, maka sudah seharusnya perusahaan dapat
mengimplementasikan GCG dengan menjalankan prinsip-prinsip yang berlaku secara baik
dan benar. GCG secara definitif merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan
perusahaan untuk menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua pemegang saham.
Corporate governance diperlukan untuk mengendalikan perilaku pengelola perusahaan agar
bertindak tidak hanya menguntungkan dirinya sendiri, tetapi juga menguntungkan pemilik
perusahaan, atau dengan kata lain untuk menyamakan kepentingan antara pemilik
perusahaan dengan pengelola perusahaan. Kepentingan utama pemilik dana adalah return
yang memadai atas dana yang ditanamkan. Pengelola akan mengutamakan kepentingan
pemilik apabila aktivitas yang dilakukan dan keputusan yang diambil ditujukan untuk
meningkatkan nilai perusahaan, hal ini berarti juga akan meningkatkan kekayaan pemilik.
Ada beberapa prinsip GCG yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya GCG yang
dapat meningkatkan kredibilitas pelaporan keuangan perusahaan. Prinsip-prinsip tersebut
adalah transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi, kesetaraan dan kewajaran.
Asas transparansi dalam GCG bisa diartikan sebagai keterbukaan informasi.
Prinsip transparansi berhubungan dengan kredibilitas informasi yang disampaikan
perusahaan. Kepercayaan investor akan sangat tergantung dengan kredibilitas penyajian
laporan keuangan yang disampaikan perusahaan. Dalam mewujudkan transparansi ini
sendiri, perusahaan harus menyediakan laporan keuangan yang cukup, akurat, dan tepat
waktu kepada berbagai pihak yang berkepentingan dengan perusahaan tersebut. Setiap
perusahaan, diharapkan pula dapat mempublikasikan laporan keuangan serta informasi
lainnya yang material dan berdampak signifikan pada kinerja perusahaan secara akurat dan
tepat waktu. Selain itu, pihak eksternal perusahaan harus dapat mengakses informasi
penting perusahaan secara mudah pada saat diperlukan. Hal ini sejalan dengan hasil
penelitian yang dilakukan oleh Abu-Risheh & Al-Sa’eed, (2012), dimana hasil penelitian
menunjukkan bahwa praktik good corporate governance dalam transparansi adalah penting
karena berdampak kepada kualitas laporan keuangan yang dapat meningkatkan kredibilitas
laporan keuangan. Dengan penerapan prinsip ini, stakeholder dapat mengetahui risiko yang
mungkin terjadi dalam melakukan transaksi dengan perusahaan. Kemudian, karena adanya
laporan keuangan perusahaan yang diungkap secara akurat, tepat waktu, jelas, konsisten,
dan dapat diperbandingkan, maka dimungkinkan terjadinya efisiensi pasar. Selanjutnya, jika
prinsip transparansi dilaksanakan dengan baik dan tepat, akan dimungkinkan terhindarnya
benturan kepentingan (conflict of interest) berbagai pihak dalam manajemen.
Prinsip akuntabilitas merupakan asas GCG yang mengharuskan adanya kejelasan
fungsi, struktur, sistem dan pertangungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan
perusahaan terlaksana secara efektif. Adanya kejelasan tugas serta fungsi organ perusahaan
akan menciptakan suatu mekanisme pengecekan dan perimbangan dalam mengelola
perusahaan. Prinsip akuntabilitas yang diwujudkan melalui pengawasan yang efektif oleh
komite audit adalah sebagai upaya melindungi kepentingan pemegang saham ataupun
pihak-pihak lain yang berkepentingan dengan melakukan tinjauan atas reliabilitas dan
integritas informasi dalam laporan keuangan dan laporan operasional lain beserta kriteria
untuk mengukur, melakukan klasifikasi dan penyajian dari laporan tersebut (Arifin, 2005).
Pernyataan ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Dabor & Adeyemi, (2014),
dimana hasil penelitiannya diperoleh bahwa dengan memasukkan direktur non-eksekutif di
dewan, dan kepatuhan terhadap komposisi komite audit seperti yang disediakan oleh
Nigerian Companies dan Allied Matters Act (CAMA) 1990 cenderung meningkatkan
kredibilitas laporan keuangan. Artinya adanya kejelasan fungsi, struktur, system dan
pertanggungjawaban organ yang ada dalam perusahaan dapat meningkatkan kredibilitas
pelaporan keuangan. Akuntabilitas diperlukan sebagai salah satu solusi mengatasi agency
problem yang timbul antara pemegang saham (prinsipal) dan manajemen (agen). Bila prinsip
accountability ini diterapkan secara efektif, maka ada kejelasan fungsi, hak, kewajiban,
wewenang, dan tanggung jawab antara pemegang saham, dewan komisaris, serta direksi.
Dengan adanya kejelasan inilah maka perusahaan akan terhindar dari kondisi agency
problem (benturan kepentingan peran).
Selanjutnya, asas responsibilitas mengandung makna bahwa adanya
pertanggungjawaban perusahaan. Prinsip ini berhubungan dengan tanggungjawab
perusahaan sebagai anggota masyarakat yaitu dengan cara mengakomodasi kepentingan
pihak-pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi
bisnis dan sebagainya (Arifin, 2005). Pertanggungjawaban perusahaan adalah kesesuaian
(patuh) di dalam pengelolaan perusahaan terhadap prinsip korporasi yang sehat serta
peraturan perundangan yang berlaku. Peraturan yang berlaku di sini termasuk yang
berkaitan dengan masalah pajak, hubungan industrial, perlindungan lingkungan hidup,
kesehatan/ keselamatan kerja, standar penggajian, dan persaingan yang sehat.
Kemudian, prinsip independensi mengandung makna bahwa pengelolaan perusahaan
haruslah independen dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. Penerapan asas
independensi berarti perusahaan harus menghindari terjadinya dominasi oleh pihak
manapun, tidak terpengaruh oleh kepentingan tertentu, bebas dari benturan kepentingan
(conflict of interest) dan dari segala pengaruh atau tekanan, sehingga pengambilan
keputusan dapat dilakukan secara obyektif. Dengan adanya independensi berarti bahwa
laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan merupakan informasi yang akurat dan bebas
dari kepentingan manapun. Dengan demikian informasi akuntansi dalam laporan keuangan
perusahaan dapat bermanfaat bagi pengambilan keputusan para pemakainya. Pernyataan
ini sejalan dengan penelitian Abu-Risheh & Al-Sa’eed, (2012) dengan tujuan untuk
menganalisis hubungan antara praktik good corporate governance terhadap kualitas
pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar di Yordania. Secara khusus, penelitian
difokuskan pada independensi dewan, transparansi dewan, dan komite audit yang terpisah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa praktik good corporate governance berdampak pada
kualitas pelaporan keuangan, dimana independensi dewan dianggap sebagai salah satu
penentu keberhasilan kualitas pelaporan keuangan. Berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Oktadella, (2010) dengan judul Analisis Corporate Governance Terhadap
Integritas Laporan Keuangan. Hasil penelitian menunjukkan tidak semua mekanisme corporate
governance berpengaruh signifikan terhadap integritas laporan keuangan. Namun demikian,
kepemilikan institusional, komite audit, kualitas audit, profitabilitas, leverage, dan ukuran
perusahaan terbukti mempunyai pengaruh signifikan terhadap meningkatnya integritas
laporan keuangan. Disamping itu, Hardiningsih, (2010) juga melakukan penelitian dengan
judul Pengaruh Independensi, Corporate Governance, Dan Kualitas Audit Terhadap Integritas
Laporan Keuangan. Hasil penelitian diperoleh bahwa independensi auditor tidak
berpengaruh terhadap integritas laporan keuangan. Juga adanya komite audit, komisaris
independen, ukuran dewan komisaris, dan kepemilikan institusional tidak berpengaruh
terhadap integritas laporan keuangan. Peran komite audit ternyata belum efektif dalam
meningkatkan integritas laporan keuangan. Komisaris independen ternyata juga belum bisa
berperan dalam menyeimbangkan pengambilan keputusan. Hal ini dimungkinkan
penempatan dewan komisaris hanya sekedar memenuhi regulasi, sehingga belum bisa
menegakkan Good Corporate Governance.
Prinsip good corporate governance yang terakhir, yakni kesetaraan dan kewajaran,
bisa didefinisikan sebagai perlakuan yang adil dan setara di dalam memenuhi hak-hak
stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian serta peraturan perundangan yang berlaku.
Fairness juga mencakup adanya kejelasan hak-hak pemodal, sistem hukum dan penegakan
peraturan untuk melindungi hak-hak investor – khususnya pemegang saham minoritas - dari
berbagai bentuk kecurangan. Bentuk kecurangan ini bisa berupa insider trading (transaksi
yang melibatkan informasi orang dalam), fraud (penipuan), dilusi saham (nilai perusahaan
berkurang), KKN, atau keputusan-keputusan yang dapat merugikan seperti pembelian
kembali saham yang telah dikeluarkan, penerbitan saham baru, merger, akuisisi, atau
pengambil-alihan perusahaan lain. Fairness diharapkan membuat seluruh aset perusahaan
dikelola secara baik dan prudent (hati-hati), sehingga muncul perlindungan kepentingan
pemegang saham secara fair (jujur dan adil). Fairness juga diharapkan memberi
perlindungan kepada perusahaan terhadap praktek korporasi yang merugikan seperti
disebutkan di atas. Pendek kata, fairness menjadi jiwa untuk memonitor dan menjamin
perlakuan yang adil di antara beragam kepentingan dalam perusahaan. Dalam kaitannya
dengan laporan keuangan, prinsip fairness ini berarti laporan keuangan tersebut tidak
mengandung salah saji material, disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi
berterima umum di Indonesia (dalam hal ini adalah Standar Akuntansi Keuangan). Adanya
kewajaran laporan keuangan dapat mempengaruhi investor untuk membeli atau menarik
sahamya pada sebuah perusahaan.
Jelaslah bahwa kegunaan informasi akuntansi dalam laporan keuangan akan
dipengaruhi oleh adanya kewajaran penyajian. Kewajaran penyajian dapat dipenuhi jika data
yang ada didukung oleh adanya bukti-bukti yang syah dan benar serta penyajiannya tidak
ditujukan hanya untuk sekelompok orangorang tertentu (Arifin, 2005). Lebih jauh lagi,
prinsip fairness dalam pelaporan keuangan berarti bahwa informasi yang dihasilkan dalam
laporan keuangan tersebut adalah bukan hasil manipulasi manajemen. Dengan kata lain,
laporan keuangan tersebut bebas dari praktik kecurangan. Juga, prinsip fairness
mengandung arti bahwa stakeholders perusahaan berhak menerima informasi yang sama
dengan yang dimiliki oleh manajemen, sehingga tidak ada lagi asimetri informasi antara
manajemen dan stakeholders.
Oleh karena itu, dengan penerapan prinsip-prinsip good corporate governance ini
kredibilitas laporan keuangan akan meningkat menjadi lebih baik lagi, yang tercermin dari
menurunnya tingkat rekayasa yang dilakukan manajemen. Penyajian informasi akuntansi
yang berkualitas dan lengkap dalam laporan keuangan tahunan memberikan manfaat yang
optimal bagi pemakai laporan keuangan dalam pengambilan keputusan. Prinsip Good
Corporate Governance akan memastikan bahwa pelaporan keuangan sudah dilakukan sesuai
dengan prinsip yang berlaku secara umum. Penerapan prinsip Good Corporate Governance
secara kredible diharapkan akan mengurangi praktik curang yang dilakukan oleh
manajemen, dan akan meningkatkan kredibilitas laporan keuangan perusahaan. Dengan
penerapan prinsip-prinsip ini merupakan media pengawasan manajemen yang efektif dalam
proses pelaporan keuangan (Patrick, dkk. 2015).

5. PENUTUP

Laporan keuangan pada dasarnya bertujuan untuk menyediakan informasi yang


menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan
yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Untuk itulah harus dipahami bahwa laporan keuangan perusahaan lebih dari sekedar angka
karena mengandung informasi yang berguna bagi para penggunanya. Untuk dapat dikatakan
sebagai laporan keuangan yang kredibel, maka laporan keuangan tersebut harus memenuhi
karakteristik : Understandability (mudah dipahami); Relevan (Sebenarnya/apa adanya);
Reliabiity (keandalan); dan Comparability (dapat dibandingkan).
Disamping itu, implementasi GCG dalam perusahaan juga sangat mempengaruhi
peningkatan kredibilitas laporan keuangan itu sendiri. Penerapan GCG harus mampu
dilakukan secara berkelanjutan. Prinsip-prinsip GCG meliputi transparansi (transparency),
akuntabilitas (accountability), responsibilitas (responsibility), independensi (independency)
serta kewajaran dan kesetaraan (fairness) berhasil menciptakan pengawasan yang lebih
efektif untuk mencegah manajemen melakukan tindakan yang dapat merugikan pemegang
saham, terlebih dalam kaitannya dengan memanipulasi laporan keuangan. Perusahaan yang
menjalankan tata kelola yang baik akan menambah kepercayaan bagi para pemegang
saham. Pemegang saham sebagai pemilik dapat merasa yakin bahwa sumber daya
perusahaan telah digunakan dengan tepat dan efisien.
Good corporate governance dianggap memiliki kemampuan untuk menghasilkan suatu
laporan keuangan yang memiliki kredibilitas tinggi sehingga dapat meningkatkan kinerja
laporan keuangan. Karena laporan keuangan perusahaan merupakan cerminan yang
menggambarkan kondisi perusahaan, maka peningkatan kredibilitas laporan keuangan
bermakna bahwa terjadi perbaikan kinerja pada perusahaan secara holistik. Dengan
demikian, laporan keuangan yang dihasilkan perusahaan benar-benar memberi manfaat bagi
pemakai laporan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Abu-Risheh, K. E., & Al-Sa’eed, M. A. (2012). The impact of good corporate governance
practices on financial reporting quality: Empirical evidence from Jordanian listed
companies. Corporate Ownership and Control, 10(1 G,CONT6), 620–628.
https://doi.org/10.22495/cocv9i4c1art4
Akal, M. N., & Akal, A. T. U. (2016). CORPORATE GOVERNANCE. 1–23.
https://www.coursehero.com/file/45609694/NASKAH-BUKU-LENGKAP-CORPORATE-
GOVERNANCEpdf/
Anton, F. (2010). Menuju Teori Stewardship Manajemen. Jurnal Permana, 1(2), 53–59.
Arifin., 2005. Peran Akuntan dalam Menegakkan Prinsip Good Corporate Governance pada
Perusahaan di Indonesia (Tinjauan Perspektif Teori Keagenan). Orasi Ilmiah pada Sidang
Senat guru Besar Universitas Diponegoro dalam rangka Pengusulan Jabatan Guru Besar.
Boynton, W. C., Johnson, R. N., & Kell, W. G. (2007). Modern Auditing.pdf. Penerbit Erlangga.
https://books.google.co.id/books?
id=_XQMNVjh0fkC&printsec=frontcover&dq=modern+audit&hl=id&sa=X&ved=2ahUKE
wj17v3nzurqAhULYysKHfeaABQQ6AEwAHoECAMQAg#v=onepage&q=modern
audit&f=false
BUMN, M. (2011). Peraturan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (BUMN) No: PER-
01/MBU/2011. (Per—01/Mbu 2011), http://jdih.bumn.go.id/baca/PER-
01/MBU/2011.pdf.
CNN. (2019a). Kronologi Kasus Gagal Bayar Jiwasraya Versi OJK. CNN Ind.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20191230095752-78-460918/kronologi-
kasus-gagal-bayar-jiwasraya-versi-ojk
CNN. (2019b). Kronologi Kisruh Laporan Keuangan Garuda Indonesia. In CNN Indonesia.
https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20190430174733-92-390927/kronologi-
kisruh-laporan-keuangan-garuda-indonesia
Dabor, E. L., & Adeyemi, S. B. (2014). Corporate Governance and the Credibility of Financial
Statements in Nigeria. Journal of Law and Governance.
https://doi.org/10.15209/jbsge.v4i1.151
Gozali, N. (2012). DAMPAK PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP GOOD CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN. JURNAL ILMIAH MAHASISWA AKUNTANSI, 1(4), 49–
55.
Hardiningsih, P. (2010). PENGARUH INDEPENDENSI, CORPORATE GOVERNANCE, DAN
KUALITAS AUDIT TERHADAP INTEGRITAS LAPORAN KEUANGAN. Kajian Akuntansi.
Hendrik, M. (2016). Good Corporate Governance untuk Meningkatkan Kualitas Laporan
Keuangan. PT. Norlive Kharisma Indonesia.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Hidayat, W. W. (2018). Dasar-Dasar Analisa Laporan Keuangan (F. Fabri (ed.)). Uwais
Inspirasi Indonesi. https://books.google.co.id/books?
id=FIl_DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=laporan+keuangan&hl=id&sa=X&ved=2ah
UKEwjSwJygkOrqAhXMfX0KHcYpCNkQ6AEwAHoECAMQAg#v=onepage&q=laporan
keuangan&f=false
KNKG. (2006). Pedoman Umum Good Corporate Governance. http://www.knkg-
indonesia.org/dokumen/Pedoman-Good-Public-Governance.pdf
Mulyanti, K. (2015). Peran akuntan manajemen dalam penerapan good corporate
governance. COMPETITIVE, 10(1), 17–24.
Oktadella, D. (2010). Analisis Corporate Governance Terhadap Integritas Laporan Keuangan.
Oktadella, Zulaikha 2010.
Patrick, Egbunike A., Paulinus, Ezelibe C., dan Nympha, Aroh N., 2015. The Influence of
Corporate Governance on Earnings Management Practices: A Study of Some Selected
Quoted Companies in Nigeria. American Journal of Economics, Finance and anagement
Vol. 1, No. 5, hal. 482-493.
Riadi, M. (2019). Good Corporate Governance (GCG). Kajian Pustaka.Com.
https://www.kajianpustaka.com/2019/11/good-corporate-governance-
gcg.html#:~:text=Menurut Forum for Corporate Governance,antara lain adalah sebagai
berikut%3A&text=Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang,akhirnya akan
meningkatkan corporate value.
Sari, D. M., & Fitriastuti, T. (2017). Dasar Akuntansi Pemahaman Konsep dan Praktek (Issue
August). http://digilib.stiem.ac.id:8080/xmlui/handle/123456789/78
Triharyono.com. (2017). Karakteristik Laporan Keuangan Menurut Standar Akuntansi
Keuangan (SAK) per 1 Januari. https://www.triharyono.com/2017/09/Karakteristik-
laporan-keuangan-menurut-standar-akuntansi-keuangan-per-1-Januari.html
Triyuwono, E. (2018). Proses Kontrak, Teori Agensi dan Corporate Governance (Contracting
Process, Agency Theory, and Corporate Governance). SSRN Electronic Journal, January,
0–14. https://doi.org/10.2139/ssrn.3250329
Wibowo, E. (2019). IMPLEMENTASI GOOD CORPORATE GOVERNANCE DI INDONESIA. Jurnal
Ekonomi Dan Kewirausahaan, 20(2), 126–138.
https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004
Yadiati, W. (2017). -8-2DwAAQBAJ.pdf (1st ed.). Kencana. https://books.google.co.id/books?
id=-8-
2DwAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=kualitas+pelaporan+keuangan&hl=id&sa=X&ved
=2ahUKEwiAxfCVverqAhWs6nMBHZzHDOgQ6AEwAXoECAQQAg#v=onepage&q=kualita
s pelaporan keuangan&f=false

Anda mungkin juga menyukai