Anda di halaman 1dari 5

ETIKA PROFESI & TATA KELOLA KORPORAT

Tugas Kelompok

FORD PINTO

Kelompok 12:

Angga Verlindo Efendy 22/506543/EE/07679

Intan Putri Dahlia 22/506847/EE/07702

Salma Ramadhani Putri 22/506951/EE/07713

Faishal Prahatma Ganinda 22/507069/EE/07723

Dosen Pengampu:
Dr. Choirunnisa Arifa, M.Sc, Ak, CA

Pendidikan Profesi Akuntan


Universitas Gadjah Mada
2023
Deskripsi Kasus

Ford pinto merupakan mobil sedan dua pintu yang diproduksi oleh Ford Motor Company
pada kurun waktu 1970 an hingga tahun 1980. Latar belakang diproduksinya mobil tersebut yaitu
pada bulan Mei tahun 1968 Ford Motor Company memutuskan untuk memperkenalkan produk
mobil terbarunya dalam menghadapi persaingan dengan produsen mobil asal Jerman, yaitu
Volkswagen (VW). Mobil ford pinto tersebut akan diproduksi dan dipasarkan dengan harga yang
murah, hal tersebut dilakukan agar mampu bersaing dengan kompetitornya yaitu Volkswagen
produsen mobil asal negeri Jerman. Ford Motor Company dapat dikatakan sukses dalam
memproduksi mobil Ford Pinto ini, hal tersebut karena mobil ini merupakan mobil dengan kelas
berat yaitu sebesar 2000 pound. Namun, memiliki harga jual yang rendah sekitar $2000 bahkan
kurang dari dua ribu dollar. Penjualan mobil ini pada awal peluncuran hingga beberapa tahun
berikutnya juga dikatakan sangat bagus. Kurang lebih total penjualan mobil Ford Pinto telah
mencapai 3.200.000 unit dari berbagai varian yang diproduksi.

Dibalik kesuksesan produksi mobil Ford Pinto dan penjualan mobil tersebut, ternyata
terdapat beberapa hal yang sangat penting namun diabaikan oleh pihak produsen. Hal tersebut
yaitu penempatan tangki bensin dan pemasangan rubber bladder pada bagian belakang mobil.
Ford Motor Company sangat ingin sekali menciptakan mobil dengan berbiaya rendah sehingga
mampu dijual dengan harga yang murah. Namun, Ford Motor Company rupanya tidak
memperhatikan beberapa hal terkait dengan keselamatan produknya. Dalam beberapa tes
percobaan dengan melakukan uji tabrakan ternyata mobil meledak saat ditabrak dari belakang. Hal
tersebut dikarenakan letak tangka bahan bakar yang berada tepat dibelakang, sehingga ketika
terjadi benturan keras maka tangka bahan bakar tersebut akan meledak. Selain itu, desain dari
mobil tersebut juga dikatakan tidak memenuhi standar keselamatan. Ketika terjadi benturan atau
tabrakan maka akan menimbulkan efek domino yaitu tangki yang meledak dan diikuti oleh pintu
penumpang yang akan susah dibuka saat terjadi benturan.

Ford Motor Company seharusnya tahu akan desain dari produk mobil tersebut, namun
mereka mengabaikan keselamatan dari pengguna produknya. Mereka terlalu fokus dalam
membuat produk dengan biaya yang rendah dan harga jual yang murah sehingga mengabaikan
keselamatan pengguna dari produknya. Mereka berdalih jika melakukan desain ulang atas mobil
tersebut serta memasang alat pengaman yang disebut dengan rubber bladder pada bagian
mobilnya maka akan membutuhkan biaya yang lebih besar lagi sehingga mereka memutuskan
untuk tidak melakukan re-design dan tidak memasang rubber bladder pada bagian mobil mereka.

Analisa Kasus Pelanggaran Etika

Produsen mobil jenis sedan dua pintu yang dikeluarkan oleh Ford Motor Company adalah
kompetitor dari Volkswagen. Mobil ini diproduksi dalam kuantitas yang besar dan dijual dengan
harga murah. CEO Ford Henry Ford II dan presiden baru Ford Lee Iacocca bertanggung jawab
atas peluncuran Ford Pinto ini. Desain mobil ini sangat menarik dan kuat, namun karena
diproduksi untuk dijual dengan harga yang murah. Mobil ini mengesampingkan keselamatan bagi
para pengendara Ford Pinto. Alasannya, saat dilaksanakan uji kelayakan untuk memproduksi
mobil dengan menabrak Ford Pinto dari belakang ternyata dianggap gagal karena menimbulkan
kerusakan parah pada mobil ini yaitu tangki mobil meledak dan kedua sisi pintu tidak dapat dibuka.
Namun, perusahaan secara tidak etis menganggap bahwa kejadian tersebut adalah hal biasa dari
kejadian tabrakan pada umumnya dan dapat ditoleransi bagi para pengguna kendaraan ini nantinya.
Adapun rentang waktu normal dari konsep hingga produksi model mobil baru adalah sekitar 43
bulan, namun jadwal desain untuk Ford Pinto ditetapkan tepat di bawah 25 bulan. Perusahaan juga
beranggapan bahwa peletakan tangki bensin pada Ford Pinto sangat ideal dan menarik serta biaya
mendesain ulang untuk merubah posisi tangki pada mobil ini sangat mahal dan tidak sebanding
dengan biaya asuransi kecelakaan yang dapat dibayarkan oleh perusahaan kepada pengendara yang
cidera. Tindakan tidak etis ini tetap terlaksana dengan memproduksi mobil jenis sedan ini dibawah
2.000 pound untuk dijual dengan harga yang tidak lebih dari $2.000. Perusahaan Ford Motor
Company hanya berfokus pada efisiensi biaya dalam mencari keuntungan yang sebesar-besarnya
dan mengesampingkan keselamatan konsumen. Awal mula produk tersebut diluncurkan memang
cukup menarik perhatian bagi para pelanggannya, namun seiring berjalannya waktu setelah terjadi
kasus kecelakaan akibat tangka bahan bakar yang meledak maka selera konsumen akan produk
ford pinto sangat menurun drastic karena konsumen beranggapan bahwa produk mobil tersebut
tidak aman. Hal tersebut membuat Ford Motor Company tidak mendapatkan keuntungan secara
lama dan hanya bertahan sementara saja bahkan perusahaan harus mengeluarkan biaya yang lebih
ekstra untuk menanggung ganti rugi pada korban kecelakaan atas produknya.

Ford Motor Company juga doanggap melanggar peraturan hukum yang berlaku di
negaranya. Aturan menyebutkan bahwa setiap produsen mobil wajib melakukan tes kecelakaan
terlebih dahulu sebelum memproduksi mobilnya apalagi hingga memasarkannya. Namun berbeda
dengan Ford yang melakukan lobi kepada otoritas terkait di negaranya untuk menunda tes
kecelakaan tersebut selama delapan tahun, bahkan ford sudah mulai memproduksi mobil tersebut
sebelum dilakukannya tes kecelakaan. Hal tersebut menandakan bahwa Ford Motor Company
telah melanggar aturan atau hukum yang berlaku di negaranya terkait dengan keselamatan produk.
Ford juga dianggap tidak adil dalam kasus ini. Hal tersebut karena mereka terlalu mementingkan
diri sendiri dengan fokus membuat produk berbiaya rendah dan harga jual murah untuk
mendapatkan profit yang setinggi-tingginya tanpa memperdulikan keselamatan konsumennya.
Ford Motor Company mendapatkan keuntungan yang besar namun konsumen yang menjadi
korban akibat produk yang gagal. Perusahaan Ford juga tidak mementingkan hak bagi
konsumennya. Konsumen ford berhak mendapatkan produk dengan jaminan keselamatan, namun
ford malah menutupi bahwa produk yang diproduksi dan dipasarkan nya itu tidak layak untuk
digunakan dan mengancam keselamatan konsumen, selain itu ford juga melakukan penipuan
dengan tidak memberikan secara lengkap terkait dengan spesifikasi mobil tersebut. Produk ford
pinto tidak akan bertahan lama dipasaran. Hal tersebut karena persepsi masyarakat pada produk
tersebut sudah mendapatkan citra yang buruk dan rendahnya keselamatan produk tersebut. Alhasil
keberlanjutan atau usia produk ford pinto tidak dapat bertahan lama dan berkelanjutan.

Analisa Penyelesaian Kasus

Berdasarkan paparan kasus di atas, banyak perusahaan yang berbisnis masih mencari
keuntungan sebesar-besarnya tanpa memikirkan segi lain dan berdampak merugikan
konsumennya. Dalam kasus ini, Ford Pinto sudah mengesampingkan atau bahkan melanggar etika
bisnis yang ada. Setiap perusahaan yang memproduksi suatu produk, apalagi produk yang bernilai
tinggi seperti kendaraan roda empat, seharusnya sudah melalui proses R&D dan memiliki fokus
utama untuk keselamatan dan kenyamanan pelanggannya. Strategi yang dilakukan Ford Pinto
untuk memperoleh penjualan yang tinggi dengan biaya yang rendah merupakan ide yang brilian,
namun kualitas suatu produklah yang nantinya akan tetap dinilai oleh pelanggannya dan dengan
tindakan Ford Pinto tersebut juga akan merugikan perusahaan itu sendiri. Menurut Sonny Keraf
(1998), ada lima prinsip yang bisa diterapkan oleh perusahaan. Tiga diantaranya yang paling
penting yaitu Prinsip Kejujuran, dimana kejujuran merupakan pedoman yang sangat penting dalam
menjalankan bisnis. Perusahaan harus memberikan fakta dan kejujuran terkait produk yang dijual.
Yang kedua, prinsip integritas moral yaitu perusahaan tidak boleh merugikan masyarakat atau
pelanggannya dalam tindakan bisnisnya, karena saling menghargai antar manusia merupakan
norma dasar dalam kehidupan. Yang ketiga, prinsip saling menguntungkan, dimana perusahaan
yang mencari keuntungan juga harus memberikan keuntungan bagi konsumennya. Ketiga prinsip
etika tersebut merupakan pedoman atau landasan dalam melakukan proses bisnis. Perusahaan yang
tidak etis nantinya juga tidak akan sustain.

Anda mungkin juga menyukai