Anda di halaman 1dari 5

Etika Enjiniring Kasus Ban Firestone Regina Helin Joanita Teknik Industri UI 8.

Salah satu kode etik organisasi bidang teknik profesional yang paling fundamental menyatakan bahwa engineer harus mengutamakan keselamatan, kesehatan, dan kesejahteraan masyarakat. Melihat dari sisi insinyur Ford Kecelakaan yang terjadi tentu bukan merupakan hal yang disengaja. Namun pada kasus ini, kecelakaan terjadi dalam jumlah yang tidak sedikit, mengindikasikan ada yang salah pada produk yang digunakan: Ford Explorer dan ban Firestone. Reporting Period August 2000 October 2000 December 2000 February 2001 (Sumber: NHTSA database) Sebuah sumber menyebutkan bahwa sebelum Ford Explorer dirilis, ahli-ahli dalam perusahaan seperti design engineers telah melakukan uji coba model dan menemukan bahwa Ford Explorer mudah terguling dalam kecepatan tinggi karena desain suspensi yang buruk. Para engineer merekomendasikan beberapa perubahan, namun pada akhirnya meskipun dilakukan pergantian beberapa elemen pada SUV, suspensi dan tekanan ban tidak diubah. Kemudian Ford Explorer tetap dirilis meskipun passenger safety-nya belum terlalu baik dan ada warning mengenai tingginya kemungkinan mobil terguling. Hal ini merupakan pelanggaran kode etik yang sangat fatal, di mana Ford mengabaikan keselamatan penumpang dan masyarakat. Meskipun keputusan akhir diambil oleh top Complaints Received 750 3500 4300 6000 Fatalities Reported 62 119 148 174

management, insinyur Ford mengambil peranan penting dalam rilisnya Ford Explorer, dan karena itu turut bertanggung jawab. Insinyur Ford seharusnya mulai mengambil tindakan semenjak mulai banyak laporan yang masuk berkaitan dengan ban pada Ford Explorer. Ford mungkin merasa masalah ada pada ban dan Firestone lebih bertanggung jawab terhadap masalah tersebut, sehingga kurang sigap mengambil tindakan. Padahal ketika Ford lalai memeriksa kelayakan ban dari supplier yang mereka gunakan, tentu Ford ikut bertanggung jawab. Di sini insinyur Ford gagal melakukan tugasnya untuk mementingkan keselamatan masyarakat, dan melanggar kode etik. Merupakan keputusan yang cukup baik ketika Ford memulai program untuk mengganti ban-ban Explorer di awal tahun 2000, namun dari data terlihat bahwa hingga tahun 2001 masih banyak laporan yang masuk. Seharusnya saat itu Ford langsung meneliti masalah yang ada dengan ban dan SUV-nya, dan dengan sigap mengambil keputusan yang dibutuhkan untuk menjaga keselamatan masyarakat. Fakta bahwa kombinasi ban Firestone dengan Ford Explorer memperburuk masalah ban yang telah ada dapat dikatakan sebagai kelalaian dari insinyur Ford yang gagal memperhitungkan efek sinergis keduanya. Sebuah sumber menyebutkan bahwa pihak seorang insinyur Firestone bersaksi bahwa mereka telah berusaha menegosiasi spesifikasi ban yang lebih layak untuk ban SUV, namun gagal mencapai kesepakatan (Public Citizen & Safetyforum.com, 4 Januari, 2001). Hal ini juga merupakan kesalahan pihak Ford. Terlepas dari keuntungan/kerugian kesepakatan yang ada, Ford seharusnya lebih dulu mengutamakan keselamatan masyarakat. Berlandaskan itu barulah kemudian seharusnya ditentukan solusi terbaik yang tidak merugikan perusahaan. Tidak adanya kesepakatan spesifikasi baru memperlihatkan minimnya upaya Ford untuk mengatasi kesalahannya, yang tentunya hal ini melanggar kode etik. Namun pada akhirnya Ford mengambil keputusan yang tepat dan sesuai dengan kode etik engineer dengan memedulikan keselamatan masyarakatmelakukan penarikan ban-ban gagal yang masih tersisa pada bulan Mei 2001, dan kemudian merancang ulang Explorer untuk menghilangkan masalah terbaliknya kendaraan. Melihat dari sisi insinyur Firestone

Melihat kasus yang terjadi, sangat jelas bahwa terjadi pelanggaran kode etik engineer yang paling fundamental oleh pihak Firestone. Firestone lalai mengontrol kualitas bannya dan terjadi pengabaian kesalahan prosedur dalam produksi (ban defect yang terdapat gelembung tidak disingkirkan dan terus diproduksi). Dalam produksi, tentu ada orang-orang engineering yang mengawasi dan bertanggung jawab. Fakta bahwa mereka tidak menyadari, atau mungkin sengaja mengabaikan kesalahan fatal semacam itu demi mengejar target produksi adalah bukti kegagalan kerja dan pelanggaran kode etik. Namun meskipun terlambat Firestone mengambil tindakan yang tepat dengan melakukan penarikan 6,5 juta ban. Sayangnya jumlah tersebut hanya sebagian dari ban yang sudah terpasang. Tapi setidaknya Firestone menunjukkan kepeduliannya pada keselamatan masyarakat. Firestone juga melakukan langkah yang baik dengan menegosiasikan spesifikasi ban baru untuk SUV. Engineer dapat bertanggung jawab secara legal jika terlibat dalam suatu praktik dan tidak melaporkan pelanggaran/kesalahan yang ada. Dalam hal ini Firestone telah mencoba mengkomunikasikan masalah yang ada dengan kliennya, Ford. Namun sayang tidak tercapai kesepakatan. Dari dua poin analisa di atas, dapat disimpulkan bahwa pada kasus ban Firestone ini terdapat pelanggaran kode etik baik oleh pihak Ford maupun Firestone. Namun kedua pihak pada akhirnya mengambil tindakan yang positif untuk mengatasi masalahnya. 9. Teori Etika Utilitarianisme Teori etika utilitarianisme merupakan teori etika konsekuensialis yang menyuruh orang untuk melakukan apa yang menghasilkan kebaikan (keuntungan, kebahagiaan) terbesar dan keburukan (kerugian, penderitaan) terkecil. Teori ini dapat diaplikasikan dengan cost-benefit analysis dan risk-benefit analysis. Yang perlu diperhitungkan dalam analisis bukan hanya finansial perusahaan, namun juga keuntungan dan kerugian sosial, misalnya nyawa dan keselamatan masyarakat. Melihat dari sisi Ford Melihat keputusan Ford untuk tetap merilis SUV meskipun mengetahui tingginya kemungkinan mobil terguling, benefitnya adalah profit perusahaan yang tinggi di mana

Ford menghasilkan banyak keuntungan tanpa perlu mengeluarkan biaya untuk redesign. Sementara cost-nya adalah tingkat kemungkinan kecelakaan yang tinggi dan nyawa korban kecelakaan. Terlihat jelas bahwa dalam mengambil keputusannya Ford mengikuti prinsip profit maximization karena Ford tidak memperhitungkan cost yang muncul ketika kecelakaan terjadi dan merusak reputasi yang mereka miliki. Utilitarianisme juga memperhitungkan keuntungan dan kerugian sosial dalam masyarakat. Merilis Ford Explorer dengan membahayakan nyawa banyak orang pengguna SUV dan orang di sekitar wilayah kecelakaantidak membawa keuntungan sedikit pun bagi masyarakat. Pada awalnya secara teori utilitarianisme keputusan Ford dapat dinilai beretika, karena mereka dapat menghindari cost untuk redesign, dan memaksimalkan profit perusahaan. Namun aturan utilitarianisme juga memperhitungkan after-act cost, di mana Ford dinilai tidak beretika karena meskipun mendapatkan banyak keuntungan, Ford juga mengeluarkan jutaan dolar untuk melakukan penarikan ban dan membangun reputasi mereka yang terlanjur buruk. Belum lagi memperhitungkan nyawa dan keselamatan penumpang korban kecelakaan. Cost yang dihasilkan dari keputusan merilis Ford Explorer lebih besar dari benefitnya, dan hal tersebut tidak sesuai etika utilitarianisme. Melihat dari sisi Firestone Dari sisi Firestone, mereka tetap memutuskan untuk menyediakan ban meskipun mengetahui bahaya yang ada demi kelangsungan kerjasamanya dengan Ford. Benefitnya adalah profit perusahaan dan kerjasama yang tetap terjalin. Pada awalnya keputusan Firestone dapat dinilai beretika. Namun dengan memperhitungkan after-act cost, aturan utilitarianisme menggagalkan keputusan tersebut. After-act cost yang harus dikeluarkan oleh Firestone adalah kerusakan ban yang mengakibatkan kecelakaan, berakhirnya kerjasama dengan Ford, biaya yang dikeluarkan untuk penarikan 6,5 juta ban, biaya penggantian ban, dan reputasi buruk yang menyebabkan mereka hampir bangkrut. Karena after-act cost lebih besar daripada benefitnya, maka dapat disimpulkan bahwa keputusan Firestone tidak beretika.

10. Kasus ban Firestone dapat dipandang sebagai kecelakaan prosedural, teknik, maupun sistemik. Kecelakaan prosedural dari segi penumpang mungkin karena para korban kecelakaan berkendara dalam kecepatan tinggi yang melampaui batas. Kesalahan prosedural juga dilakukan oleh Firestone, di mana ban defect yang bergelembung tidak disingkirkan, namun gelembungnya dihilangkan dan produksi dilanjutkan. Yang dapat dilakukan oleh insinyur Firestone adalah dengan meningkatkan kontrol kualitas dan menyingkirkan ban defect sebelum di-supply pada Ford dan perusahaan lain. Kecelakaan teknik dilakukan oleh pihak Ford di mana Ford Explorer didesain dengan buruk dan tidak layak, dengan tingkat suspensi yang buruk. Kesalahan teknik juga terjadi pada pihak Firestone, di mana pada artikel ditulis bahwa masalah terletak pada alur yang terpisah dari badan ban. Yang dapat dilakukan oleh insinyur Ford adalah memperbaiki desain SUV-nya sebelum dirilis. Firestone juga dapat memperbaiki masalah yamg ada pada bannya. Kecelakaan sistemik karena kecelakaan yang terjadi melibatkan kesalahan Ford, Firestone, dan penumpang itu sendiri. Kecelakaan sikstemik dapat dicegah jika insinyur Ford dan insinyur Firestone melakukan tindakan yang diperlukan sebelum Ford Explorer dirilis. 11. Melihat adanya kegagalan pada produksi ban Firestone, Ford melakukan hal yang benar dengan memerintahkan penarikan ban Firestone miliknya. Meskipun biaya yang dikeluarkan sangat besar, hal itu sesuai dengan kode etik. Pun jika Ford tidak memerintahkan penarikan, biaya yang dikeluarkan akan jauh lebih besar mengingat reputasi mereka yang akan semakin buruk dan mungkin sejumlah ganti rugi dan tuntutan hukum yang harus mereka hadapi.

Anda mungkin juga menyukai