Anda di halaman 1dari 11

Latar Belakang

Tembakau adalah produk pertanian yang di proses dari daun tanaman tembakau itu sendiri, tembakau dapat di konsumsi dan dapat digunakan sebagai pestisida dan dalam bentuk nikotin tartrat dapat digunakan sebagai obat, jika dikonsumsi tembakau menjadi rokok,tembakau kunyah, dan sebagainya. Di Indonesia tembakau yang baik (komersial) hanya dihasilkan di daerah daerah tertentu. Di indonesia sendiri merupakan negara penghasil tembakau yang diakui oleh dunia. Tak heran di masa lalu banyak para penjajah yang mulanya datang ke indonesia hanya untuk mengambil rempah rempah termasuk tembakau. Karena di negara penjajah tidak bisa/ tidak cocok untuk ditanami tembakau. Rakyat indonesia pun sudah semenjak dahulu kala sudah menggunakan tembakau baik sebagai obat maupun sebagai rokok. Namun hal ini terlihat sejak terjadi peningkatan konsumsi tembakau di Indonesia sejak tahun 1970 hal ini terjadi karena rendahnya harga rokok, serta terjadinya peningkatan jumlah penduduk. Akhir nya pemerintah pun mengeluarkan Undang Undang cukai yang bertujuan untuk mengendalikan dan menurunkan jumlah konsumsi rokok di indonesia karena produk produk dari tembakau berbahaya bagi kesehatan. Peningkatan tarif cukai rokok adalah cara yang paling efektif untuk mengontrol konsumsi tembakau. Tarif cukai inipun berpengaruh bagi pemerintah yaitu meningkatnya penerimaan negara. Namun di era modern ini. Banyak sekali ditemukan kasus mengenai cukai pada rokok itu sendiri, diantaranya yang sering ditemukan adalah rokok tanpa cukai. Ini berarti bahwa rokok tersebut merupakan rokok ilegal yang keberadaanya tidak di akui oleh pemerintah, yang kedua adalah rokok ddengan pita cukai palsu, hal ini terjadi karena produsen berusaha agar rokoknya lolos razia dan produsen untung banyak tanpa harus membayar pajak cukai. Tertulis pada UU no 39 Tahun 2007 angka 1 : Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Serta dijelaskan lebih rinci sebagai berikut : Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai,

Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari: a. etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya; b. minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol; c. hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya. Serta barang barang cukai lainnya, Barang kena cukai adalag barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik, yang : 1. 2. 3. 4. konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup, atau pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan keseimbangan

Dan Tembakau termasuk dalam barang yang kena cukai.apabila produsen tidak menyertakan pita cukai asli maka negara sendiri akan dirugikan, apalagi jika rokok rokok produksi kecil yang tidak menggunakan pita cukai. Selain merugikan pemerintah hal tersebut juga merugikan kepada sesam produsen rokok yang taat hukum atau aktif membayar pajak cukai.

II.

Pengertian Hubungan pajak,bea masuk/bea keluar dan cukai.

Pajak adalah peralihan kekayaan dari pihak rakyat kepada kas negara untuk membiayai pengeluaran rutin dan surplusnya digunakan untuk public saving yang merupakan sumber utama dalam pembiayaan public investmen (Mohammad Zain, 2005:11). Ditinjau dari jenisnya pajak dapat digolongkan menjadi tiga golongan, yaitu menurut sifat, menurut sasaran/objek dan menurut lembaga pemungut. a. Menurut sifat. Jenis pajak berdasarkan pembagian ini dibedakan atas dua, yaitu: 1) Pajak langsung adalah pajak-pajak yang bebannya harus dipikul sendiri oleh wajib pajak. 2) Pajak tidak langsung adalah pajak yang bebannya dapat dilimpahkan kepada orang lain dan hanya dikenakan pada hal-hal tertentu atau peristiwa-peristiwa tertentu saja, misal pajak pertambahan nilai. b. Menurut sasaran/objek. Jenis pajak berdasar pembagian ini dibedakan atas dua, yaitu: 1) Pajak subjektif adalah pajak yang dikenakan dengan memperhatikan keadaan pribadi wajib pajak apakah dapat dikenakan pajak atau tidak, misal pajak penghasilan. 2) Pajak objektif adalah pajak yang dikenakan dengan melihat objek pajak untuk mengetahui subjeknya yang mempunyai hubungan hukum dengan objek yang telah diketahui, misal pajak pertambahan nilai. c. Menurut lembaga pemungut. Jenis pajak berdasar pembagian ini dibedakan atas dua, yaitu: 1) Pajak pusat adalah pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat dalam hal ini dikelola oleh Dirjen Pajak (misal PBB, pajak penghasilan, pajak penjualan atas barang mewah) dan Dirjen Bea dan Cukai, (misal bea masuk, bea keluar dan cukai). 2) Pajak daerah adalah jenis pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah dalam hal ini Dispenda, misal pajak daerah provinsi dan pajak Kab/kota.

Dalam pembagian penggolongan pajak di atas, bea dan cukai termasuk ke dalam pajak pusat, yaitu pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat secara langsung.

Pengertian Pengertian dari bea cukai sendiri telah diatur dalam Undang-Undang tentang cukai, yaitu UU no.11 tahun 1995 dan UU No. 39 tahun 2007 tentang perubahan peraturan. Dalam Undang-Undang No.39 tahun 2007 pasal 1 butir 1, dijelaskan: Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam undang-undang ini. Barang-barang tertentu yang disebutkan dalam pasal 1 tersebut kemudian dijelaskan dalam pasal 2 (1) : Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik: 1. Barang yang konsumsinya perlu dikendalikan 2. Peredarannya perlu diawasi 3. Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup 4. Pemakainya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan Barang Kena Cukai Pasal 4 (1) Cukai dikenakan terhadap Barang Kena Cukai yang terdiri dari : a. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya; b. Minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar beberapapun, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsetrat yang mengandung etil alkohol; c. Hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu pembuat dalam pembuatannya. (2) Penambahan atau pengurangan jenis Barang Kena Cair diatur lebih lanjut dengan Peraturan Pemerintah. (diatur juga pada Undang-Undang No.39 tahun 2007)

III.

Analisis kasus

KPPBC Tipe Madya Kediri Tindak Pita Cukai Palsu Rp 269 Juta

KEDIRI, KOMPAS.com Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Tipe Madya Cukai Kediri menindak sedikitnya lima kasus pelanggaran pidana di bidang cukai selama tahun 2011. "Dari kelima kasus itu, negara dirugikan sebesar Rp 269 juta," kata Pelaksana Harian Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai (KPPBC) Kediri Latief Helmi, Selasa (27/12/2011) di Kediri, Jawa Timur. Dari lima kasus pelanggaran cukai, dua di antaranya berkaitan dengan minuman mengandung etil alkohol (MMEA) ilegal. Sementara tiga kasus lainnya merupakan pelanggaran cukai rokok, yakni satu kasus pita cukai palsu dan dua kasus rokok tanpa cukai atau polos. Sebanyak lima tersangka diproses secara hukum sesuai dengan pelanggaran yang dilakukan. "Sebagian sudah dijatuhi vonis, tetapi sebagian lagi masih dalam proses hukum," ujar Latief.

Analisis kasus pertama.

Dalam penanganan perkara kasus pelanggaran diatas adalah, soal Kasus Minuman Mengandung Etil Alkohol (MMEA) ilegal yang divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri karena melanggar Pasal 54 dan 56 UU No.39 Tahun 2007 tentang Perubahan UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai, yaitu menjual minuman keras ilegal.

Kasus tanpa dilekati pita cukai dengan hukuman penjara selama 1 tahun 6 dan denda sebesar Rp 41 juta. Kasus Pita Cukai Palsu yang divonis bersalah oleh Pengadilan Negeri Kabupaten Kediri karena melanggar Pasal 55 UU No.39 Tahun 2007 tentang Perubahan UU No. 11 Tahun 1995 tentang Cukai yaitu, menjual pita cukai palsu dengan hukuman penjara selama 1 tahun dan denda sebesar Rp 3 juta rupiah.

Namun apabila produsen rokok di berhentikan hal sangat berpengaruh terhadapa kelangsungan hidup masyarakat sekitar.karena dengan berhentinya produsen rokok akan banyak sekali pengangguran. Seperti kita ketahui bahwa produsen rokok menyerap banyak sekali tenaga kerja.

Untuk kasus rokok tanpa menggunakan pita cukai maka dapat ditindak dengan

Pasal 54 Setiap orang yang menawarkan, menyerahkan, menjual, atau menyediakan untuk dijual barang kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan eceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar." Dimana dipidana dengan maksimal penjara 1 tahun 6 dan denda sebesar Rp 41 juta.

2. Lalu untuk kasus rokok yang menggunakan pita cukai palsu dapat ditindak dengan: Pasal 55 Setiap orang yang:

a. membuat secara melawan hukum, meniru, atau memalsukan pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya;

b. membeli, menyimpan, mempergunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual, atau mengimpor pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya yang palsu atau dipalsukan; atau

c. mempergunakan, menjual, menawarkan, menyerahkan, menyediakan untuk dijual, atau mengimpor pita cukai atau tanda pelunasan cukai lainnya yang sudah dipakai, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 8 (delapan) tahun dan pidana denda paling sedikit 10 (sepuluh) kali nilai cukai dan paling banyak 20 (dua puluh) kali nilai cukai yang seharusnya dibayar."

Dalam kasus tersebut dapat dipidana dengan hukuman penjara selama 1 tahun dan denda sebesar Rp 3 juta rupiah.

Kasus II
Akibat Cukai Ilegal, Negara Rugi Rp 300 Miliar TEMPO Interaktif, Jakarta - Maraknya pelanggaran pita cukai rokok berpotensi merugikan keuangan negara setiap tahunnya. "Estimasi kerugian negara akibat berbagai jenis pelanggaran pita cukai sekitar Rp 200 miliar hingga Rp 300 miliar dalam setahun," kata peneliti Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik (PSEKP) Universitas Gajah Mada, Elan Satriawan, Rabu (10/11), di Hotel Borobudur, Jakarta. Angka tersebut kurang dari 1 persen target cukai pada 2010, yaitu sebesar Rp 57 triliun. Menurut Elan, angka tersebut lebih kecil dari yang diperkirakan tim peneliti. "Perkiraan awal kami sekitar Rp 1 triliun hingga Rp 2 triliun. Namun, ketika kami selesai pada analisis, perhitungan kami menunjukkan lebih kecil," kata Elan. Ada beberapa hal yang dikategorikan sebagai pelanggaran pita cukai rokok. Pertama, menggunakan pita cukai asli namun salah personalisasi. Kedua, menggunakan pita cukai asli namun salah peruntukan. Ketiga, menggunakan pita cukai palsu. Keempat, menggunakan pita cukai bekas. Kelima, tanpa pita cukai (polos). Dari penelitian, ditemukan adanya pelanggaran atas pengenaan pita cukai terhadap produk rokok sebesar 6,24 persen dari estimasi total produksi tahun 2010. Menurut Elan, angka tersebut cenderung menurun dibanding angka yang diestimasi oleh Euromonitor Internasional beberapa tahun lalu, yaitu sekitar 8,5 persen. Dari pelanggaran sebanyak 6,24 persen tersebut, tercatat pelanggaran terbesar terjadi pada pelanggaran dengan pita cukai asli namun salah personalisasi (1,74 persen), diikuti dengan rokok dengan pita cukai asli salah peruntukan (1,52 persen), rokok tanpa pita cukai atau polos (1,42 persen), pita cukai palsu (1 persen), dan pita cukai bekas (0,47 persen). "Sebenarnya, dari perspektif komparatif, angka tersebut relatif lebih rendah dibanding angka pelanggaran negara-negara lain yang rata-rata berada pada kisaran dua digit, kecuali Amerika Serikat dan Jepang," lanjut Elan. Dari 16 provinsi di Indonesia yang dipilih secara random sebagai sampel survei, pelanggaran paling banyak ditemukan di Sulawesi Selatan dengan angka persentase 1,74 persen. Sedangkan, pelanggaran paling sedikit terdapat di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Lampung dengan persentase 0,01 persen. Dari sisi pabrik rokok, pelanggaran paling besar dijumpai pada rokok yang diproduksi oleh pabrik rokok yang tidak terdaftar di Bea Cukai. Sedangkan, dari sisi asal pabrikan yang tertera di bungkus rokok, pelanggaran dijumpai paling banyak pada rokok yang berasal dari Malang, Kudus, dan Blitar.

"Oleh karena itu, untuk menekan angka pelanggaran pita cukai rokok, harus diterapkan pengawasan dan inspeksi, self enforcement dari pabrik rokok, dan peningkatan hukuman bagi pelaku. Dengan itu, efek jera diharapkan akan timbul," kata Elan.

Analisis Kasus II

Menurut data yang ada, pendapatan negara dari penarikan cukai oleh pemerintah sangatlah besar, terutama untuk cukai rokok dan alkohol. Pada tahun 2011 pendapatan negara untuk APBN yang berasal dari cukai adalah sebesar 62.759,9 triliun. Dengan maraknya pelanggaran cukai yang terjadi belakangan ini setiap tahunnya negara mengalami kerugian yang luar biasa, sekitar 200 miliar hingga 300 miliar. Ada beberapa hal yang bisa dikategorikan sebagai pelanggaran pita cukai rokok. Pertama, menggunakan pita cukai asli namun salah personalisasi. Yang kedua, menggunakan pita cukai asli tapi salah peruntukan. Ketiga, menggunakan pita cukai palsu. Keempat, menggunakan pita cukai bekas. Dan kelima, tanpa pita cukai. Pelanggaran paling besar dijumpai pada rokok yang diproduksi oleh pabrik rokok yang tidak terdaftar di bea cukai. Sedangkan, dari sisi asal pabrikan yang tertera di bungkus rokok, pelanggaran dijumpai paling banyak pada rokok yang berasal dari Malang, Kudus, dan Blitar. Oleh karena itu untuk menekan angka pelanggaran pita cukai rokok, harus diterapkan pengawasan dan inspeksi, self enforcement dari pabrik rokok, dan peningkatan hukuman bagi pelaku. Dengan itu diharapkan akan timbul efek jera pada pelaku. Jika keadaan ini terus berlangsung maka dapat dipastikan bahwa kerugian yang dialami oleh negara akan terus bertambah dan menjadi sangat besar. Terutama jika pemerintah membuat kebijakan untuk menaikkan harga cukai.

Solusi Untuk mengurangi pelanggaran atas cukai rokok, berikut ini adalah beberapa solusi yang dapat dilakukan pemerintah: Penyuluhan Melalui penyuluhan dan bimbingan kepatuhan, terutama kepada pengusaha pabrik rokok skala kecil diharapkan para pengusaha rokok patuh dan memenuhi kewajibannya sesuai dengan pasala 16 Ayat (2) UU No. 39 tahun 2007 yaitu kewajiban melakukan pencatatan. Berdasarkan penjelasan pasal 16 ayat (2) UU No. 39 Tahun 2007 dijelaskan bahwa kewajiban melakukan pencatatan ini dimaksudkan untuk memberi kemudahan dalam memenuhi ketentuan Undang-Undang ini dengan tetap menjamin pengamanan hak-hak negara. Dalam penyuluhan ini para pengusaha diberi pengarahan bagaimana cara cara melakukan proses pengumpulan dan penulisan data teratur tentang kegiatan perusahaan dan mendaftarkannya . Self enforcement dari pabrik rokok, dan

Peningkatan hukuman bagi pelaku Pengawasan dari pemerintah dan Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai

(KPPBC) secara aktif melakukan pengawasan terhadap pasar. Kesadaran masyarakat dan Produsen untuk menaati Hukum serta mengkonsumsi dan memproduksi secara legal atau yang berpajak

Daftar Pustaka :

UU NO.39 Tahun 2007 http://www.tempo.co/read/news/2010/11/10/090290938/Akibat-Cukai-Ilegal-Negara-Rugi-Rp300-Miliar beacukaikediri.wordpress.com http://www.beacukai.go.id/index.ikc?page=faq/cukai.html http://www.beritajatim.com/detailnews.php/1/Ekonomi/2011-1227/122095/KPPBC_Tipe_Madya_Kediri_Tindak_Pita_Cukai_Palsu_Rp_269_Juta

Pelanggaran Cukai pada Rokok

OLEH: Kelompok 2
Andreas Kurniawan (105010101121004) Faisal Fadhli Nabhila Palupi Dessy Mayangsari (105010101121009) (105010107121016) (105010107121005)

FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2012

Anda mungkin juga menyukai