Anda di halaman 1dari 33

JURNAL HUKUM KAIDAH 279

Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Volume : 21, Nomor : 2


ISSN Online : 2613-9340
ISSN Offline : 1412-1255

Tindak Pidana Menjual Barang Kena Cukai


Sebagai konsekuensi dari fungsi tersebut,
Yang Tidak Dilekati Pita Cukai Dalam
Perspektif Undang-Undang Nomor 39 tahun cukai memberikan kontribusi penerimaan
2007 Tentang cukai (Analisis Putusan negara.
Nomor 18/Pid.Sus.2020/PN.Mdn) Hasil penelitian menunjukkan
Pertanggungjawaban pidana tindak pidana
menjual barang kena cukai yang tidak dilekati
Oleh : pita cukai berdasarkan putusan Nomor
1. Charles Jhonson Panjaitan 18/Pid.Sus/2020/PN Mdn yaitu pelaku telah
terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah
2. Nelvetia Purba melakukan tindak pidana menjual barang kena
3. Muhammad Arief Sahlevi cukai yang tidak dilekati pita cukai dipidana
berupa pidana penjara selama 1 (satu) tahun
Abstract dan 4 (empat) bulan, dan denda sejumlah Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah),
The crime of excise stamps is very dengan ketentuan jika denda tidak dibayarkan
detrimental and disrupts the balance of the life maka harta benda atau pendapatan terdakwa
of the Indonesian people. Excise is a state levy dapat disita oleh Jaksa sejumlah denda yang
whose main function is to limit the circulation of harus dibayarkan dan jika tidak mencukupi
excisable goods. As a consequence of this maka diganti dengan pidana kurungan selama
function, excise duty contributes to state 2 (dua) bulan.Pertimbangan hukum hakim
dalam tindak pidana menjual barang kena
revenue. cukai yang tidak dilekati pita cukai berdasarkan
The results of the study show that the Putusan Nomor 18/Pid.Sus.2020/PN.Mdn
criminal responsibility for the crime of selling adalah tidak ditemukan adanya alasan
excisable goods that are not attached to excise pembenar atau pemaaf yang menunjukkan
stamps is based on the decision Number adanya kekeliruan mengenai orangnya atau
18/Pid.Sus/2020/PN Mdn, namely that the subjek hukumnya ataupun alasan lain yang
perpetrators have been legally and menyebabkan para terdakwa dapat dilepaskan
convincingly proven guilty of committing the dari pertanggungjawaban atas perbuatan yang
crime of selling excisable goods that are not telah dilakukan.
attached with excise stamps. sentenced to .
imprisonment for 1 (one) year and 4 (four) Kata Kunci: Tindak Pidana, Barang, Cukai
months, and a fine of Rp. 25,000,000. a
number of fines must be paid and if it is not I. PENDAHULUAN
sufficient then it is replaced with imprisonment A. Latar Belakang
for 2 (two) months. Legal considerations of
judges in the crime of selling excisable goods Kemajuan dalam bidang teknologi,
that are not attached with excise stamps based komunikasi dan informasi pada era sekarang
on Decision Number 18/Pid.Sus.2020/PN.Mdn
is that no justifying or forgiving reason is found sangat memudahkan seseorang untuk
which indicates an error regarding the person melakukan suatu tindakan apapun, kapanpun,
or the legal subject or other reasons that cause
cause the defendants to be released from dan dimanapun di berbagai bidang termasuk
responsibility for the actions that have been bidang ekonomi dalam hal ini bidang barang
committed.
dan jasa. Berkembangnya pola hidup dalam
Keywords: Crime, Goods, Excise masyarakat mempengaruhi tindak pidana yang

Abstrak terjadi.1 Salah satu tindak pidana yang marak


terjadi di Indonesia adalah tindak pidana
Tindak pidana pita cukai sangat
peredaran barang ilegal. Persaingan yang
merugikan dan mengganggu keseimbangan
kehidupan bangsa Indonesia. Cukai adalah
pungutan negara yang fungsi utamanya 1
Zainuddin Ali, Sosiologi Hukum, Sinar
membatasi peredaran barang kena cukai. Grafika, Palu, 2013, h.5.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 280
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

ketat antar pelaku usaha menimbulkan 1. Barang-barang yang konsumsinya harus


dibatasi;
kecenderungan bagi mereka untuk
2. Barang-barang yang distribusinya harus
menghalalkan segala cara demi memenangkan diawasi;
3. Barang-barang yang konsumsinya
persaingan tersebut.
berdampak pada rusaknya lingkungan
Hal ini dilakukan untuk memperoleh hidup;
4. Sebagai sarana untuk memenuhi rasa
keuntungan besar dengan cara melanggar
kebersamaan dan keadilan di masyarakat.
prosedur yang berlaku guna menghindari pajak
atau cukai. Kejahatan ini dapat sangat Salah satu jenis barang yang kena

merugikan negara khususnya dalam bidang cukai di Indonesia adalah produk hasil

perpajakan. Pajak adalah sumber terpenting tembakau, berupa Cigaret yang dalam

dari penerimaan negara, terlebih khusus dalam terminologi sehari-hari dikenal dengan istilah

hal ini adalah pajak cukai. Lalu diatur pula rokok. Rokok merupakan sebuah produk hasil

pada Pasal 1 ayat 1 Undang Undang Nomor tembakau yang sangat diminati oleh
2
39 Tahun 2007 tentang Cukai yang berbunyi masyarakat Indonesia. Permintaan yang tinggi

“Cukai adalah pungutan negara yang akan produksi rokok oleh masyarakat dan

dikenakan terhadap barang-barang tertentu tingginya cukai rokok yang dikenakan oleh

yang mempunyai sifat atau karakteristik yang pemerintah Republik Indonesia, maka

ditetapkan dalam Undang-undang ini.” membuat banyak oknum yang berusaha

Pungutan ini dilakukan terhadap barang- menghindar untuk membayar cukai rokok.

barang tertentu yang sudah ditetapkan dan Mereka mengedarkan atau menjual rokok

terdapat pada Pasal 4 ayat (1) Undang- tanpa pita cukai. Hal ini dimaksudkan agar

Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai mereka mendapatkan untung yang besar.

yang berbunyi : Perbuatan yang dilakukan oleh oknum

(1) Cukai dikenakan terhadap barang kena tersebut, jelas telah melanggar perundang-
cukai yang terdiri dari : undangan di Indonesia, yakni Undang-Undang
a. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak
mengindahkan bahan yang digunakan Nomor 39 Tahun 2007 Pasal 54, dan termasuk
dan proses pembuatannya; kedalam tindak pidana cukai.
b. Minuman yang mengandung etil
alkohol dalam kadar berapa pun, Barang-barang tertentu yang
dengan tidak mengindahkan bahan mempunyai sifat atau kharakteristik
yang digunakan dan proses
pembuatannya, termasuk konsentrat konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya
yang mengandung etil alkohol; perlu diawasi, pemakaiannya dapat
c. Hasil tembakau, yang meliputi sigaret,
cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat
hasil pengolahan tembakau lainnya, atau lingkungan hidup, atau pemakaiannya
dengan tidak mengindahkan
digunakan atau tidak bahan pengganti perlu pembebanan pungutan negara demi
atau bahan pembantu dalam keadilan dan keseimbangan, dikenai cukai
pembuatannya.
berdasarkan undang-undang tentang cukai
Kemudian ada beberapa karakteristik
yang menyebabkan barang tertentu terkena
cukai. Dalam Pasal 2 ayat (1) huruf A-D
2
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, Dian Jusriati, Apa Itu Barang Kerna
dinyatakan: Cukai”, Artikel pada Warta Bea Cukai, Edisi 406,
September 2018, h. 46

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 281
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

barang-barang tertentu tersebut selanjutnya dilekati pita cukai merupakan salah satu
3
dinyatakan sebagai barang kena cukai. tindakan pidana.5
Rokok atau produk hasil tembakau Ketentuan tindak pidana mengenai
masih menjadi primadona bagi peneriman cukai secara khusus di atur dalam Undang-
negara dari sector perpajakan khususnya cukai Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang
di samping pengenaan cukai pada MMEA Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
(Minuman Mengandung Etil Alkohol) dan EA Tahun 1995 tentang Cukai bahwa : “Setiap
(Etil Alkohol). Pengenaan cukai pada produk orang yang menawarkan, menyerahkan,
rokok dan tembakau telah memberikan menjual, atau menyediakan untuk dijual barang
kontribusi yang sangat signifikan bagi negara, kena cukai yang tidak dikemas untuk penjual
dan setiap tahunnya penerimaan selalu enceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak
melebihi target yang ditetapkan dan di satu sisi dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya dan
target yang ditetapkan selalu naik. bagi setiap orang yang menimbun menyimpan,
Keberhasilan Direktorat Jendral Bea Cukai memiliki, menjual, menukar, memperoleh, atau
(DJBC) menghimpun pendapatan bagi pundi- memberikan barang kena cukai yang
pundi Negara dari sektor cukai dalam diketahuinya atau patut harus diduganya
kenyataannya tidak selalu diikuti oleh berasal dari tindak pidana berdasarkan
kewajiban para pembayar pajak dan cukai. Hal undang-undang ini dipidana dengan pidana
ini terbukti dengan masih banyaknya pabrik penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
atau perusahaan rokok yang tidak paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
menggunakan pita cukai pada produknya atau paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling
menyalahgunakan pemakaian pita cukai hanya banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang
untuk menghindari kewajibannya pada negara, seharusnya dibayar.6
sehingga negara berpotensi besar kehilangan Kasus tindak pidana menjual barang
pendapatannya. 4 kena cukai yang tidak dilekati pita cukai dapat
Pemerintah dalam hal ini Direktorat dilihat dalam Putusan Nomor
Jendral Bea dan Cukai melakukan upaya 18/Pid.Sus.2020/PN.Mdn dengan terdakwa
pengawasan serta pencegahan peredaran Masykur Ridwan yang terbukti secara sah dan
hasil pelanggaran dari pengusaha ini baik meyakinkan bersalah melakukan Tindak
peredaran rokok tanpa dilekati pita cukai atau Pidana telah menawarkan, menyerahkan,
perolehan hak bukan dari kewajiban menjual atau menyediakan untuk dijual barang
pengusaha itu sendiri atau bentuk pelanggaran
5
Irwandi Syahputra, “Penegakan Hukum
yang lain dengan mengeluarkan berbagai
Peredaran Rokok Ilegal Tanpa Cukai Berdasarkan
macam kebijakan. Peredaran rokok tanpa Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
Tentang Cukai Di Wilayah Hukum Kantor
Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai
(Kppbc) Tipe Madya Pabean B Kota Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau”, JOM Fakultas Hukum
3
Eddhi Sutarto, Rekontruksi Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016, h.2
6
Pabean Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2014, h.111. Semedi Bambang, Pengawasan
4
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Kepabeanan, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai,
Kepabeanan, Sinar Grafika, Jakarta: 2012, h. 74 Jakarta, 2013, h.17.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 282
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan 1. Untuk mengetahui pengaturan tindak
eceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak pidana menjual barang kena cukai yang
dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya, tidak dilekati pita cukai.
berupa hasil tembakau jenis sigaret tanpa 2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban
dilekati pita cukai” sebagaimana diatur dan pidana tindak pidana menjual barang kena
diancam pidana dalam Pasal 54 Undang- cukai yang tidak dilekati pita cukai
Undang RI No. 11 Tahun 1995 sebagaimana berdasarkan putusan Nomor
telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 18/Pid.Sus/2020/PN Mdn.
39 Tahun 2007 tentang Cukai.
Pelaku menawarkan, menyerahkan, D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
menjual atau menyediakan untuk dijual barang Penelitian ini memiliki manfaat teoritis
kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan dan praktis. Adapun kedua kegunaan tersebut
eceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak adalah sebagai berikut:
dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya, 1. Secara teoritis diharapkan menjadi bahan
berupa hasil tembakau jenis sigaret yaitu rokok untuk pengembangan wawasan dan
merk W One sebanyak 2 (dua) karton, 1 (satu) kajian lebih lanjut bagi para teoritis yang
slop rokok merk Seven Star, 8 (delapan) slop ingin mengetahui dan memperdalam
rokok merk Esse Change, 11 (sebelas) slop tentang masalah tindak pidana menjual
rokok merk Marlboro, 1 (satu) slop rokok merk barang kena cukai yang tidak dilekati pita
Leader, 5 (lima) slop Benson & Hedges, 15 cukai.
(lima belas) slop rokok merk L&M, 9 (sembilan) 2. Secara praktis adalah :
slop rokok merk Manchester, 4 (empat) slop a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
rokok merk 555, 3 (tiga) slop rokok merk memberikan sumbangan dalam bentuk
Dunhill, tanpa dilekati pita cukai. masukan atau saran yang baik untuk
masyarakat maupun pemerintah
B. Rumusan Masalah khususnya penindakan cukai ilegal.
Adapun yang menjadi rumusan b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
masalah yang akan diteliti adalah sebagai bahan masukan bagi instansi
berikut: khususnya penindakan cukai ilegal
1. Bagaimana pengaturan tindak pidana pada pengawasan kantor dan
menjual barang kena cukai yang tidak pelayanan bea dan cukai.
dilekati pita cukai ?
2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana E. Keaslian Penelitian
tindak pidana menjual barang kena cukai Berdasarkan pemeriksaan yang telah
yang tidak dilekati pita cukai berdasarkan dilakukan oleh peneliti di perpustakaan
putusan Nomor 18/Pid.Sus/2020/PN Mdn ? Universitas Islam Sumatera Utara diketahui
bahwa penelitian tentang “Tindak Pidana
C. Tujuan Penelitian Menjual Barang Kena Cukai Yang Tidak
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Dilekati Pita Cukai Dalam Perspektif Undang-

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 283
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai Negara yang selalu meningkat dari tahun ke
(Analisis Putusan Nomor tahun, maupun penyerapan tenaga kerja oleh
18/Pid.Sus.2020/PN.Mdn)”. belum pernah industri rokok, di samping fungsi utamanya
dilakukan dalam pendekatan dan perumusan yaitu regulater yang pada dasarnya
masalah yang sama. membatasi, mengurangi bahkan meniadakan
peredaran barang kena cukai yang berdampak
II. PEMBAHASAN negatif bagi kesehatan dan ketertiban umum.8
A. PENGATURAN TINDAK PIDANA pertimbangan pembentukan Undang-
MENJUAL BARANG KENA CUKAI Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
YANG TIDAK DILEKATI PITA CUKAI adalah:
1. Dasar Hukum Pungutan Cukai 1. Peraturan perundang-undangan cukai yang
selama ini dipergunakan sebagai dasar
Salah satu faktor penting yang menjadi
pemungutan cukai, sudah tidak sesuai
daya tarik mengapa cukai sering dibicarakan dengan perkembangan hukum dan
perekonomian nasional;
oleh berbagai kalangan masyarakat adalah
2. Dasar hukum pemungutan cukai yang
peranannya terhadap pembangunan dalam berlaku selama ini terdiri dari beberapa
ordonansi yang memberi perlakuan
bentuk sumbangannya kepada penerimaan
berbeda-beda dalam pengenaan cukainya,
negara yang tercermin pada Anggaran sehingga kurang mencerminkan asas
keadilan dan belum dapat memanfaatkan
Pendapatan dan Belanja Negara yang selalu
potensi objek cukai yang ada secara
meningkat dari tahun ke tahun, di samping optimal serta kurang memperhatikan aspek
perlindungan masyarakat.9
fungsi utamanya yaitu regulater yang pada
dasarnya membatasi, mengurangi bahkan Dengan mengacu pada politik hukum
meniadakan peredaran barang kena cukai nasional, penyatuan materi yang diatur dalam
yang berdampak negatif bagi kesehatan dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
ketertiban umum. tentang Cukai merupakan upaya
Cukai merupakan salah satu bentuk penyederhanaan hukum di bidang cukai yang
pajak tidak langsung, namun memiliki diharapkan dalam pelaksanaannya dapat
karakteristik yang berbeda, yang khusus, yang diterapkan secara praktis, efektif, dan efisien.
tidak dimiliki oleh jenis-jenis pajak lainnya, Hal-hal baru yang diatur dalam Undang-
bahkan tidak serupa dengan jenis pajak yang Undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai
sama-sama tergolong kategori pajak tidak yang tidak terdapat dalam kelima ordonansi
langsung. 7 Salah satu faktor penting yang cukai yang berlaku sebelum ini antara lain
menjadi daya tarik mengapa cukai sering ketentuan tentang sanksi administrasi,
dibicarakan oleh berbagai kalangan lembaga banding, audit di bidang cukai, dan
masyarakat adalah peranannya terhadap penyidikan. Hal-hal yang baru tersebut dalam
pembangunan dalam bentuk sumbangannya pelaksanaannya akan lebih menjamin
kepada penerimaan negara yang tercermin perlindungan kepentingan masyarakat dan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja

7
Ryan Firdiansyah Surayawan, Pengantar
8
Kepabeanan, Imigrasi dan Karantina, Mitra Wacana Ibid, h.8.
9
Media, Jakarta, 2013, h.7 Ibid, h.4.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 284
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

menciptakan iklim usaha yang dapat lebih barang yang konsumsinya harus dibatasi,
mendukung laju pembangunan nasional. barang-barang yang distribusinya harus
Undang-Undang Nomor 11 Tahun diawasi, barang-barang yang konsumsinya
1995 tentang Cukai, selain bertujuan membina berdampak pada rusaknya lingkungan hidup
dan mengatur, juga memperhatikan prinsip : dan sebagai sarana untuk memenuhi rasa
1. Keadilan dalam keseimbangan, yaitu kebersamaan dan keadilan di masyarakat.
kewajiban cukai hanya dibebankan kepada
Terhadap barang-barang yang memenuhi
orang-orang yang memang seharusnya
diwajibkan untuk itu dan semua pihak yang kriteria tersebut dapat dikenakan cukai. Contoh
terkait diperlakukan dengan cara yang
komoditi yang dapat dikenakan cukai adalah
sama dalam hal dan kondisi yang sama;
2. Pemberian insentif yang bermanfaat bagi semen, karena semen dapat menimbulkan
pertumbuhan perekonomian nasional, yaitu
dampak negatif terhadap lingkungan, sosial
berupa fasilitas pembebasan cukai,
contohnya pembebasan cukai terhadap maupun kesehatan masyarakat, disamping itu
barang kena cukai yang digunakan untuk
semen sudah dikenakan cukai di 27 negara
keperluan penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan. termasuk Malaysia, Korea dan India.
3. Pembatasan dalam rangka perlindungan
Berkenaan dengan pita cukai hasil
masyarakat di bidang kesehatan,
ketertiban, dan keamanan; tembakau, maka sejak tahun 2004 telah
4. Netral dalam pemungutan cukai yang tidak
dikeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Bea
menimbulkan distorsi pada perekonomian
nasional; dan Cukai Nomor Kep-112/BC/2004 tentang
5. Kelayakan administrasi dengan maksud
desain dan warna pita cukai hasil tembakau
agar pelaksanaan administrasi cukai dapat
dilaksanakan secara tertib, terkendali, dan surat edaran Direktur Jenderal Bea dan
sederhana, dan mudah dipahami oleh
Cukai Nomor 28 Tahun 2004 tentang
anggota masyarakat;
6. Kepentingan penerimaan negara, dalam arti Pemberian Identitas Pabrik pada pita cukai
fleksibilitas ketentuan dalam undang-
hasil tembakau dalam rangka personalisasi
undang dapat menjamin peningkatan
penerimaan negara, sehingga dapat yang mulai diberlakukan bulan Januari tahun
mengantisipasi kebutuhan peningkatan
2005.
pembiayaan pembangunan nasional;
7. Pengawasan dan penerapan sanksi untuk Pemerintah melalui Menteri Keuangan
menjamin ditaatinya ketentuan yang diatur
menerbitkan kebijakan tentang penetapan
dalam Undang-Undang.10
golongan dan tarif cukai hasil tembakau
Berdasarkan Undang-Undang No. 11 terhadap pengusaha pabrik hasil tembakau
tahun 1995 tentang Cukai, pengenaan cukai yang memiliki keterkaitan, yang akan mulai
pada tiga produk yaitu hasil tembakau, berlaku 12 Juni 2013. Kebijakan tersebut
minuman mengandung etil alkohol (MMEA)
ditetapkan melalui Peraturan Menteri
dan etil alkohol (EA) merupakan hasil Keuangan Nomor 78/PMK.011/2013 tanggal
penunjukan dengan berbagai pertimbangan 12 April 2013.
berdasarkan aturan jaman Belanda. Namun ke Landasan hukum PMK Nomor
depannya, untuk menentukan suatu objek 78/PMK.011/2013 adalah dalam rangka
cukai baru, maka penentuannya ditetapkan melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (5) UU
berdasarkan empat karakteristik yaitu barang- Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas
UU Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai yang
10
Ibid, h.7.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 285
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

memberikan kewenangan kepada Menteri semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau
Keuangan untuk mengatur besaran dan ke samping dua derajat.12
perubahan tarif cukai. Aspek lain yang diatur dalam PMK
PMK Nomor 78/PMK.011/2013 Nomor 78/PMK.011/2013 adalah tata cara
merupakan pengganti Peraturan Menteri penetapan pengusaha pabrik yang memiliki
Keuangan Nomor 1911PMK.04/2010 yang hubungan keterkaitan (pernyataan diri/self
mengatur mengenai ketentuan hubungan declare dari pengusaha pabrik atau
keterkaitan di bidang cukai dengan beberapa pembuktian oleh Pejabat Bea dan Cukai) dan
perubahan pokok-pokok kebijakan dan tata cara pencabutan penetapan,
selanjutnya istilah hubungan istimewa diganti penggolongan dan tarif cukai pengusaha
menjadi hubungan keterkaitan. pabrik yang memiliki hubungan keterkaitan.
Kebijakan cukai ini dibuat dalam Mengatur kewajiban bagi seluruh
rangka mewujudkan iklim usaha industri hasil pengusaha pabrik untuk menyatakan diri
tembakau yang kondusif dan mengamankan memiliki atau tidak memiliki hubungan
penerimaan negara dari upaya penghindaran keterkaitan, serta kewajiban Kepala Kantor
tarif cukai, sehingga perlu diatur ketentuan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)
mengenai hubungan keterkaitan antarpabrik untuk melakukan penagihan atas kekurangan
hasil tembakau dan menetapkan perhitungan pembayaran cukai dan pungutan
penggolongan dan tarif cukai hasil tembakau Negara lainnya yang terjadi akibat penetapan
atas pabrik yang memiliki hubungan hubungan keterkaitan.13
keterkaitan dengan pabrik lainnya.11 Pada saat PMK Nomor
Pokok kebijakan utama yang diatur 78/PMK.011/2013 ini berlaku, ketentuan Pasal
dalam PMK yang baru tersebut adalah 21A Peraturan Menteri Keuangan Nomor
mengenai kriteria hubungan keterkaitan, di 191/PMK.04/2010 tentang Perubahan atas
mana pengusaha pabrik hasil tembakau PMK Nomor 200/PMK.04/2008 tentang Tata
ditetapkan memiliki hubungan keterkaitan Cara Pemberian, Pembekuan, Dan
dengan pengusaha pabrik lainnya apabila Pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Barang
memiliki keterkaitan dari aspek permodalan Kena Cukai Untuk Penqusaha Pabrik Dan
dan manajemen kunci. Aspek penggunaan Importir Hasil Tembakau dicabut dan
bahan baku barang kena cukai berupa dinyatakan tidak berlaku. Personalisasi pita
tembakau iris yang diperoleh dari pengusaha cukai merupakan suatu langkah konkret yang
pabrik lainnya yang mempunyai penyertaan dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini
modal paling sedikit 10 persen, dan/atau Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk
hubungan keluarga baik sedarah maupun mengamankan penerimaan Negara dari sektor
cukai dan menekan semaksimal mungkin
peredaran rokok illegal yang pada prinsipnya
11
Sriyono, Diklat Jarak Jauh Teknis
Substantif Spesialisasi Cukai : Modul 2 Undang-
Undang Cukai. Badan Pendidikan dan Pelatihan 12
Soemantoro, Aspek-aspek Pidana di
Keuangan Pusdiklat Bea dan Cukai, Jakarta, 2014, Bidang Ekonomi. Ghalia, Jakarta, 2012, h.74.
h.77. 13
Ibid, h.76.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 286
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

mangkir dari kewajiban membayar pajak dan berpengaruh terhadap kesehatan individu
dan masyarakat.
14
cukai. 3. Untuk mengendalikan konsumsi (to
discourage consumption). Cukai adalah
Latar belakang pemberlakuan instrumen efektif yang dapat menghalangi
personalisasi pita cukai adalah maraknya konsumsi terhadap produk-produk yang
berdampak negatif seperti rokok dan
peredaran rokok illegal dengan menggunakan minuman beralkohol.
4. Untuk mengenakan biaya penggunaan jalan
berbagai macam modus yang tidak hanya yang disediakan oleh Pemerintah (to charge
road users for government-provided
merugikan negara, tetapi juga services). Pada dasarnya penyediaan
pabrik/perusahaan rokok yang beroperasi prasarana umum kepada masyarakat
merupakan tugas dan tanggung jawab
dengan legal. Dengan pemberlakuan pemerintah. Terlebih apabila pembiayaan
infrastruktur yang dibangun tidak diminati
personalisasi pita cukai setidaknya dapat oleh sektor swasta.
5. Untuk tujuan-tujuan lainnya, seperti:
menciptakan suatu persaingan usaha yang
membiayai riset ilmu pengetahuan,
kondusif diantara pabrik/perusahaan rokok mendukung peningkatan lapangan
pekerjaan, dan lain-lain.16
yang ada dan juga menekan jumlah peredaran
rokok illegal.15 Subjek di bidang cukai diatur secara
Pungutan cukai ditujukan untuk khusus dalam Pasal 14 Undang-Undang
maksud-maksud tertentu yang diinginkan Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan
otoritas pemerintah agar suatu produk tidak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
leluasa dikonsumsi masyarakat. Alasan tentang Cukai sebagai berikut : Setiap orang
pengenaan cukai tentu saja bersifat yang akan menjalankan kegiatan sebagai :
diskriminatif sesuai dengan tujuan dasar yang 1. Pengusaha pabrik
Pengusaha pabrik adalah orang yang
diinginkan pemerintah. Berkaitan dengan
mengusahakan pabrik
tujuan pungutan cukai, mengidentifikasikan 2. Pengusaha tempat penyimpanan
beberapa tujuan mendasar dari pemungutan Pengusaha tempat penyimpanan adalah
orang yang mengusahakan tempat
cukai oleh otoritas negara, antara lain : penyimpanan.
1. Untuk meningkatkan pendapatan (to raise 3. Importir barang kena cukai
revenue). Sama halnya dengan pungutan Importir barang kena cukai adalah orang
pajak lainnya, instrumen cukai juga memiliki baik secara pribadi maupun badan hukum
fungsi budgetair, yaitu sebagai salah satu
sumber penerimaan negara yang cukup yang memasukkan barang kena cukai ke
penting. dalam daerah pabean.
2. Untuk mengkompensasikan biaya 4. Penyalur.
eksternalitas (to reflect external costs). Penyalur adalah orang yang menyalurkan
Biaya eksternalitas adalah kerugian atau
keuntungan-keuntungan yang diderita atau atau menjual barang kena cukai yang
dinikmati pelaku ekonomi karena tindakan sudah dilunasi cukainya yang semata-mata
pelaku ekonomi lain. Biaya eksternalitas ditujukan bukan kepada konsumen akhir.
akan menyebabkan pasar tidak bisa
mencapai efisiensi (diseconomies 5. Pengusaha tempat penjualan eceran, wajib
externality). Dalam konteks pungutan cukai, memiliki izin berupa Nomor Pokok
biaya eksternalitas yang dimaksudkan Pengusaha Barang Kena Cukai dari
adalah beban yang harus ditanggung Menteri.
pemerintah sebagai akibat konsumsi Pengusaha tempat penjualan eceran
terhadap produk-produk yang dikenakan
cukai. Ilustrasi sederhananya sebagai adalah orang yang mengusahakan tempat
berikut: konsumsi terhadap rokok akan penjualan eceran.17

14 16
Ibid, h.77. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
15
S.Santoso, Pengawasan di Bidang Pertumbuhan dan Perkembangan Bea dan Cukai
Cukai. Artikel pada majalah bulanan Warta Bea Seri 2. Bina Ceria, Jakarta, 2015, h. 29.
Cukai. Edisi 395. Jakarta Oktober 2017, h.31. 17
Adrian Sutedi, Op.Cit, h.48.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 287
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Menurut Undang-Undang Nomor 39 rokok tetap terjaga dandapat menyumbang


Tahun 2007, barang kena cukai (obyek cukai) penerimaan negara, Undang-Undang Nomor
terdiri dari : 39 Tahun 2007 tentang Perubahan Undang-
1. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
mengindahkan bahan yang digunakan dan
memberikan beberapa kemudahan dan
proses pembuatannya;
2. Minuman yang mengandung etil alkohol fasilitas kepada pengusaha pabrik rokok.
dalam kadar berapa pun, dengan tidak
Kemudahan yang diberikan oleh Undang-
mengindahkan bahan yang digunakan dan
proses pembuatannya, termasuk Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang
konsentrat yang mengandung etil alkohol;
Perubahan Undang-Undang Nomor 11 Tahun
3. Hasil tembakau, yang meliputi sigaret,
cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan 1995 tentang Cukai dapat dilihat pada Pasal
hasil pengolahan tembakau lainnya,
7A, yakni pemberian penundaan pembayaran
dengan tidak mengindahkan digunakan
atau tidak bahan pengganti atau bahan cukai kepada pengusaha pabrik rokokdalam
pembantu dalam pembuatannya.18
jangka waktu paling lama 90 (sembilan puluh)
b. Implikasi Undang-Undang Cukai hari sejak tanggal pemesanan pita cukai. Untuk
Terhadap Ketaatan Pengusaha Pabrik mendapat penundaan pembayaran cukai,
Rokok dalam Membayar Cukai pengusaha pabrik rokok wajib menyerahkan
Sebagaimana diketahui bahwa cukai jaminan.Penjelasan pasal 7A menyebutkan,
adalah pungutan negara yang dikenakan “yang dimaksud dengan ‘penundaan’ adalah
terhadap barang-barang tertentu yang kemudahan pembayaran yang diberikan
mempunyai sifat atau karakteristik yang kepada pengusaha pabrik dalam bentuk
ditetapkan dalam undang-undang cukai. penangguhan pembayaran cukai tanpa dikenai
Barang-barang tertentu yang mempunyai sifat bunga”.
atau karakteristik yang ditetapkan dalam Kemudahan lain yang diberikan oleh
undang-undang cukai adalah barang-barang Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007
yang dalam pemakaiannya perlu dibatasi atau tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11
diawasi, yaitu etil alkohol atau etanol, minuman Tahun 1995 tentang Cukai adalah
yang mengandung etil alkohol, dan hasil pengembalian cukai. Berdasarkan Pasal 12,
tembakau termasuk rokok. Oleh karena tujuan cukai yang telah dibayar dapat diberikan atau
utama cukai membatasi peredaran barang dikembalikan kembali kepada pengusaha
yang tidak diinginkan, maka undang-undang pabrik dalam hal rokok yang sudah dilekati pita
cukai tidak terlalu banyak mengakomodasi cukai diekspor atau pita cukai dikembalikan
kepada kepentingan pengusaha pabrik rokok, karena rusak atau tidak dipakai. Pita cukai
berbeda dengan undang-undang lain yang yang dipesan dan telah diterima oleh
business friendly.19 pengusaha pabrik rokok jika belum dilekatkan
Meski demikian untuk pada kemasan rokok dapat dikembalikan ke
mempertahankan agar kelangsungan industri Direktorat Jenderal Bea dan Cukai melalui
Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan
18
C.S.T. Kansil dan Christine S.T. Kansil, Cukai yang mengawasinya.
Op.Cit, h. 12-13.
19
R. Soekardono, Hukum Dagang
Indonesia. Rajawali, Jakarta, 2011, h.99.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 288
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Pengembalian pita cukai tersebut rokok Golongan I memiliki pangsa pasar di


disebabkan antara lain : kota-kota besar. Perokok produk pengusaha
1. Perubahan tariff cukai atau harga jual Golongan Iseperti Djarum 76 adalah kalangan
eceran. menengah ke atas, dan merokok produk merek
2. Pita cukai rusak sebelum dilekatkan. tertentu tersebutsudah menjadi kebiasaan dan
3. Pabrik yangbersangkutan tidak lagi memiliki fanatisme atau kebanggaan
20
berproduksi. tersendiri.Produk rokok yang diproduksi
Selain itu kemudahan yang pengusaha golongan II seperti merek SUKUN,
berhubungan dengan peningkatanpelayanan meskipun tidak begitu terkenal namun memiliki
dan jugaoptimalisasi penerimaan adalah pangsa pasar tersendiri di kota-kota kecil atau
adanya pembayaran cukai secara berkala tingkat Kabupaten, karena produk rokok
(diaturdalam Pasal 7A) dengan jangka waktu tersebut juga sudah lama ada dan dikenal
paling lama 45 hari. Begitu juga dengan hal rasanya untuk kalangan menengah ke bawah.
baru lainnya seperti jaminan dalam rangka Sedangkan produk rokok yang diproduksi oleh
pembayaran berkala dan penundaan cukai pengusaha kecil atau Golongan III tidak
(Pasal 7A ayat 4, ayat 5 dan ayat 6),dimana memiliki pangsa pasar tetap, baik di tingkat
untuk mendapatkan kemudahan tersebut kota-kota besar maupun di kota-kota kecil. Hal
pengusaha barang kena cukai wajib ini dikarenakan banyaknya jumlah pengusaha
menyerahkanjaminan dengan tujuan untuk golongan III sehingga produk rokok yang
kepentingan pengamanan hak negara dengan beredar mereknya banyak juga. Biasanya
21
prinsip kehati-hatian. produk rokok yang dihasilkan pengusaha rokok
Meskipun Undang-Undang Nomor 39 golongan III dijual di daerah pantai,
Tahun 2007 tentang Perubahan Undang- perkampungan di pinggir hutan dan di desa-
Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai desa pedalaman.22
memberikan kemudahan dan fasilitas bagi Tingginya tarif cukai dan harga jual
pengusaha pabrik rokok, namun kembali pada eceran yang ditetapkan Menteri Keuangan
fungsi utama pengenaan cukai yakni tidak terlalu berpengaruh bagi pengusaha
membatasi peredaran barang yang tidak golongan I dan golongan II, sebaliknya bagi
diinginkan karena berdampak negatif bagi kelompok pengusaha kecil atau golongan III,
kesehatan, maka Undang-Undang Nomor 39 tingginya tarif cukai dan harga jual eceran
Tahun 2007 tentang Perubahan Undang- justru membuatnya sulit bersaing dalam
Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai menjual produknya. Dampak selanjutnya,
tetap mengedepankan fungsi regulaternya sebagian pengusaha golongan III tidak dapat
yaitu dengan cara mengenakan tarif cukai dan meneruskan produksinya, tetapi pita cukai
harga jual eceran yang tinggi. yang menjadi bagiannya dijual ke pengusaha
Untuk produk rokok merek terkenal lainnya dengan mendapatkan keuntungan,
yang biasanya diproduksi oleh pengusaha sedangkan sebagian besar pengusaha
golongan III lainnya mengambil jalan pintas
20
Ali Purwito, Kepabeanan dan Cukai,
Badan Penerbit Hukum UI, Jakarta, 2016, h.97.
21 22
Ibid, h.98. Ibid, h.413.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 289
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

yaitu menjual produk rokoknya secara ilegal. Menurut Tongat menyebutkan


Pengusaha rokok golongan III yang tidak bias “pengertian hukum pidana tidak saja meliputi
bersaing disamping memproduksi rokok yang hukum pidana materiil tetapi juga meliputi
dilekati pita cukai, juga memproduksi rokok hukum pidana formil”.16 Hukum pidana materiil
yang tidak dilekati pita cukai atau pun dilekati (substantive criminal-law) yang mengatur
pita cukai milik orang lain. tentang dasar-dasar dan aturan untuk
Adanya pengusaha rokok kecil atau menentukan larangan dan sanksi pidana,
golongan III yang tidak dapat bersaing dan yakni, perbuatan-perbuatan mana yang tidak
menjual produknya dengan legal, merupakan boleh dilakukan, yang dilarang, dengan disertai
dampak dan implikasi logis dari filosofi ancaman atau sanksi yang berupa pidana
pengenaan cukai yaitu membatasi peredaran tertentu bagi barang siapa melanggar larangan
barang yang tidak diinginkan. Pegawai atau tersebut atau disebut perbuatan pidana
karyawan industri pabrik rokok golongan III (criminal act) dan yang mengatur tentang
adalah dari kalangan keluarga sendiri, dasar-dasar dan aturan untuk menentukan
kalaupun ada orang lain adalah tetangga pertanggungjawaban hukum pidana (criminal
sekitar, dan maksimal jumlah tenaga kerja liability atau criminal responsibility). Sedangkan
yang dimiliki pengusaha golongan III sepuluh hukum pidana formil atau hukum acara pidana
orang. memuat peraturan-peraturan tentang
bagaimana memelihara atau mempertahankan
c. Tindak Pidana Cukai hukum pidana materiil dan karena memuat
Kata hukum pidana menurut Moeljatno cara-cara untuk menghukum seseorang yang
adalah bagian dari keseluruhan hukum yang melanggar peraturan pidana, maka hukum ini
berlaku disuatu negara, yang mengadakan dinamakan juga Hukum Acara Pidana.17
dasar-dasar dan aturan-aturan untuk: Menurut Van Bemmelen dalam Andi
1. Menentukan perbuatan-perbuatan mana Hamzah “tahap-tahap hukum acara pidana
yang tidak boleh dilakukan, yang dilarang,
(hukum pidana formil) itu yang dimulai dengan
dengan disertai ancaman atau sanksi yang
berupa pidana tertentu bagi barang siapa mencari kebenaran dan diakhiri dengan
melanggar larangan tersebut atau disebut
pelaksanaan pidana dan tindakan tata tertib
perbuatan pidana (criminal act).
2. Menentukan kapan dan dalam hal-hal apa yaitu dimulai dari: Penyelidikan, dilimpahkan
kepada mereka yang telah melanggar
kepada hakim untuk diadili dan diputus”.20
larangan-larangan itu dapat dikenakan
atau dijatuhi pidana sebagaimana yang Hazewinkel Suringa dalam Andi
telah diancamkan atau
Hamzah menyatakan “hukum pidana materiil
Pertanggungjawaban hukum pidana
(criminal liability atau criminal dalam arti obyektif dan abstrak (ius poenale)
responsibility)
adalah sejumlah peraturan hukum yang
3. Menentukan dengan cara bagaimana
pengenaan pidana itu dapat dilaksanakan
apabila ada orang yang disangka telah
16
melanggar larangan tersebut.2315 Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana
dalam Perspektif Pembaharuan, UMM Press,
Malang, 2009, h. 14
17
C.S.T. Kansil. Pengantar Ilmu Hukum
dan Tata Hukum Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,
23
Moeljatno, Op.Cit, h.1. 2016, h. 264
15 20
Ibid, h.3. Ibid, h.3

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 290
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

mengandung larangan yang terhadap Melihat apa yang dimaksud di atas,


pelanggarannya diancam dengan pidana maka pembentuk undang-undang sudah
(sanksi hukum) bagi barang siapa yang konsisten dalam pemakaian istilah tindak
membuatnya”. 21
pidana. Akan tetapi para sarjana hukum pidana
Menentukan perbuatan mana yang mempertahankan istilah yang dipilihnya sendiri.
dipandang sebagai perbuatan pidana, hukum Tentang apa yang diartikan dengan strafbaar
pidana di Indonesia menganut asas yang feit (tindak pidana) para sarjana memberikan
dinamakan asas legalitas (principle of legality), pengertian yang berbeda-beda.
yakni tiap-tiap perbuatan pidana harus Kriteria yang dipergunakan untuk
ditentukan oleh suatu aturan undang-undang mengelompokkan dari dua bentuk tindak
(Pasal 1 ayat (1) KUHP) dan asas yang pidana ini, KUHPidana sendiri tidak ada
berbunyi “Tiada suatu perbuatan boleh memberikan penjelasan sehingga orang
dihukum, melainkan atas kekuatan ketentuan beranggapan bahwa kejahatan tersebut adalah
pidana dalam undang-undang, yang ada perbuatan-perbuatan atau tindak pidana yang
terdahulu dari pada perbuatan itu” tidak berat, dan pelanggaran adalah perbuatan-
dipidana jika tidak ada kesalahan. perbuatan atau tindak pidana yang ringan. Hal
Hukum pidana mengenal beberapa ini juga didasari bahwa pada kejahatan
rumusan pengertian tindak pidana atau istilah umumnya sanksi pidana yang diancamkan
tindak pidana sebagai pengganti istilah adalah lebih berat daripada ancaman pidana
Strafbaar Feit. Sedangkan dalam perundang- yang ada pada pelanggaran.
undangan negara Indonesia istilah tersebut Tindak pidana di bidang cukai diatur di
disebutkan sebagai peristiwa pidana, dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007
perbuatan pidana atau delik. tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 11
Istilah het strafbare feit telah Tahun 1995 tentang Cukai antara lain:
diterjemahkan dalam bahasa Indonesia yang 1. Tindak pidana di bidang perizinan barang
artinya antara lain sebagai berikut: kena cukai yang diatur di dalam Pasal 50
1. Perbuatan yang dapat/boleh dihukum. yaitu setiap orang yang tanpa memiliki izin
2. Peristiwa pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
3. Perbuatan pidana menjalankan kegiatan pabrik, tempat
4. Tindak pidana. penyimpanan, atau mengimpor barang
“KUHP tidak memberikan definisi kena cukai dengan maksud mengelakkan
terhadap istilah tindak pidana atau strafbaar pembayaran cukai, dipidana dengan
feit. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa pidana paling singkat 1 (satu) tahun dan
tindak pidana adalah perbuatan yang paling lama 5 (lima) tahun dan pidana
pelakunya seharusnya di pidana”.22 denda paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai
dan paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai
cukai yang seharusnya dibayar.
21
Ibid, h.4 2. Tindak pidana tentang pemasukan dan
22
Frans Maramis. Hukum Pidana Umum
dan Tertulis di Indonesia, PT. Raja Grafindo pengeluaran barang kena cukai yang
Persada, Jakarta, 2012,h. 57

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 291
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

diatur di dalam Pasal 52 yaitu pengusaha ayat (1b) yang palsu atau dipalsukan,
pabrik atau pengusaha tempat dipidana dengan pidana penjara paling
penyimpanan yang mengeluarkan barang singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 6
kena cukai dari pabrik atau tempat (enam) tahun dan pidana denda paling
penyimpanan tanpa mengindahkan sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima
ketentuan sebagaimana dimaksud di juta rupiah) dan paling banyak
dalam Pasal 25 ayat (1) dengan maksud Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh
mengelakkan pembayaran cukai, dipidana juta rupiah).
dengan pidana penjara paling singkat 1 4. Tindak pidana tentang barang kena cukai
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun yang telah dikemas tanpa dilekati pita
dan pidana denda paling sedikit 2 (dua) cukai yang diatur di dalam Pasal 54 yaitu
kali nilai cukai dan paling banyak 10 setiap orang yang menawarkan,
(sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya menyerahkan, menjual atau menyediakan
dibayar. untuk dijual BKC yang tidak dikemas untuk
3. Tindak pidana yang terkait pencatatan penjualan eceran atau tidak dilekati pita
barang kena cukai ke dalam buku cukai atau tidak dibubuhi tanda pelunasan
persediaan yang diatur di dalam Pasal 51 cukai lainnya sebagaimana dimaksud
yaitu pengusaha pabrik yang tidak dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan
melakukan pencatatan sebagaimana pidana penjara paling singkat 1 (satu)
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
atau pengusaha tempat penyimpanan dan/atau pidana denda paling sedikit 2
yang tidak melakukan pencatatan (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya
ayat (2), yang mengakibatkan kerugian dibayar.
negara, dipidana dengan pidana penjara 5. Tindak pidana tentang pita cukai palsu dan
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau penggunaan pita cukai bekas barang kena
denda paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang diatur di dalam Pasal 55 yaitu
cukai yang seharusnya dibayar, dan Pasal setiap orang yang:
53 yaitu setiap orang yang dengan sengaja a. Membuat secara melawan hukum,
memperlihatkan atau menyerahkan buku, meniru, atau memalsukan pita cukai
catatan, dan/atau dokumen, sebagaimana atau tanda pelunasan cukai lainnya.
dimaksud di dalam Pasal 36 ayat (1) atau b. Membeli, menyimpan,
laporan keuangan, buku, catatan dan mempergunakan, menjual,
dokumen yang menjadi bukti dasar menawarkan, menyerahkan,
pembukuan, dan dokumen lain yang menyediakan untuk dijual, atau
berkaitan dengan kegiatan usaha, mengimpor pita cukai atau tanda
termasuk data elektronik serta surat yang pelunasan cukai lainnya yang palsu
berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai atau dipalsukan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 292
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

c. Mempergunakan, menjual, Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh


menawarkan, menyerahkan, juta rupiah).
menyediakan untuk dijual, atau 8. Tindak pidana tentang penggunaan pita
mengimpor pita cukai atau tanda cukai yang bukan haknya terhadap barang
pelunasan cukai lainnya yang sudah kena cukai yang diatur di dalam Pasal 58
dipakai, dipidana dengan pidana yaitu setiap orang yang menawarkan,
penjara paling singkat 1 (satu) tahun menjual, atau menyerahkan pita cukai atau
dan paling lama 8 (delapan) tahun dan tanda pelunasan cukai lainnya kepada
pidana denda paling sedikit 10 yang tidak berhak atau membeli, menerima
(sepuluh) kali nilai cukai dan paling atau menggunakan pita cukai atau tanda
banyak 20 (dua puluh) kali nilai cukai pelunasan cukai lainnya yang bukan
yang seharusnya dibayar. haknya, dipidana dengan pidana penjara
6. Tindak pidana tentang penadahan barang paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
kena cukai yang diatur di dalam Pasal 56 lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda
yaitu setiap orang yang menimbun, paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan
menyimpan, memiliki, menjual, menukar, paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai
memperoleh, atau memberikan barang yang seharusnya dibayar.
kena cukai yang diketahuinya atau patut 9. Tindak pidana yang secara tidak sah
harus diduganya berasal dari tindak pidana mengakses sistem elektronik yang
berdasarkan undang-undang ini, dipidana berkaitan dengan pelayanan dan/atau
dengan pidana penjara paling singkat 1 pengawasan di bidang cukai yang diatur di
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun dalam Pasal 58A yaitu setiap orang yang
dan pidana denda paling sedikit 2 (dua) secara tidak sah mengakses sistem
kali nilai cukai dan paling banyak 10 elektronik yang berkaitan dengan
(sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya pelayanan dan/atau pengawasan di bidang
dibayar. cukai, dipidana dengan pidana penjara
7. Tindak pidana mengenai segel atau tanda paling singkat 1 (satu) tahun dan paling
pengaman barang kena cukai yang diatur lama 5 (lima) tahun dan/atau pidana denda
di dalam Pasal 57 yaitu setiap orang yang paling sedikit Rp50.000.000,00 (lima puluh
tanpa izin membuka, melepas atau juta rupiah) dan paling banyak
merusak kunci, segel atau tanda Rp1.000.000.000,00 (satu milyar rupiah)
pengaman sebagaimana diatur di dalam dan perbuatan sebagaimana dimaksud
undang-undang ini, dipidana dengan pada ayat (1) yang mengakibatkan tidak
pidana penjara paling singkat 1 (satu) terpenuhinya pungutan negara
tahun dan paling lama 2 (dua) tahun 8 berdasarkan undang-undang ini, dipidana
(delapan) bulan dan/atau pidana denda dengan pidana penjara paling singkat 2
paling sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh (dua) tahun dan paling lama 10 (sepuluh)
puluh lima juta rupiah) dan paling banyak tahun dan/atau pidana denda paling sedikit

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 293
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

(satu milyar rupiah) dan paling banyak pada waktu penuntutan diwakili oleh
Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). seorang pengurus atau jika ada lebih
10. Tindak pidana yang dilakukan oleh badan dari seorang pengurus oleh salah
hukum, perseroan, perusahaan, seorang dari mereka itu dan wakil
perkumpulan, yayasan atau koperasi tersebut dapat diwakili oleh seorang
terkait barang kena cukai yang diatur di lain. Terhadap badan hukum,
dalam Pasal 61 yaitu jika suatu tindak perseroan, perusahaan, perkumpulan,
pidana menurut undang-undang ini yayasan atau koperasi yang dipidana
dilakukan atau atas nama suatu badan berdasarkan undang-undang ini,
hukum, perseroan, perusahaan, pidana pokok yang dijatuhkan
perkumpulan, yayasan atau koperasi, senantiasa berupa pidana denda
tuntutan pidana dan sanksi pidana paling banyak Rp. 300.000.000,00
dijatuhkan terhadap: (tiga ratus juta rupiah), jika tindak
a. Badan hukum, perseroan, perusahaan, pidana tersebut diancam dengan
perkumpulan, yayasan atau koperasi pidana penjara, dengan tidak
tersebut. menghapuskan pidana denda apabila
b. Mereka yang memberikan perintah tindak pidana tersebut diancam
untuk melakukan tindak pidana dengan pidana penjara dan pidana
tersebut atau yang bertindak sebagai denda
pimpinan atau yang melalaikan
pencegahannya. Tindak pidana B. Pertanggungjawaban Pidana Tindak
menurut undang- undang ini dianggap Pidana Menjual Barang Kena Cukai
dilakukan oleh atau atas nama badan Yang Tidak Dilekati Pita Cukai
hukum, perseroan, perusahaan, Berdasarkan Putusan Nomor
perkumpulan, yayasan atau koperasi 18/PID.SUS/2020/PN MDN
jika tindak pidana tersebut dilakukan 1. Modus OperandiTindak Pidana Cukai
oleh orang- orang, baik berdasarkan . Modus kejahatan adalah cara yang
hubungan kerja maupun berdasarkan dilakukan oleh para pelaku untuk melakukan
hubungan lain, bertindak dalam kejahatan. Dengan mengetahui modus
lingkungan badan hukum, perseroan, kejahatan maka akan diperoleh gambaran
perusahaan, perkumpulan, yayasan yang jelas tentang bentuk kejahatan yang
atau koperasi tersebut, tanpa dilakukan oleh pelaku. Bentuk gejala kejahatan
memperhatikan apakah orang-orang dibagi menurut perbuatan atau perbuatan
itu masing-masing telah melakukan kelompok, tetapi perbuatan itu dapat juga
tindak pidana secara sendiri-sendiri dilihat sebagai ungkapan pelaku dan kemudian
atau bersama-sama. Jika suatu para pelaku dijadikan dasar pembagian.24
tuntutan pidana dilakukan terhadap
suatu badan hukum, perseroan,
24
Nursariani Simatupang & Faisal,
perkumpulan, yayasan, atau koperasi Kriminologi Suatu Pengantar, Pustaka Prima,
Medan, 2016, h.66.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 294
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Perkembangan ilmu pengetahuan dan harganya dan selanjutnya pembeli Syafrizal


tehnologi dewasa ini telah membawa memberitahukan daftar rokok yang
perubahan dari pola perilaku kehidupan sosial diinginkannya dan kemudian mentransfer biaya
yang statis tradisional ke arah pola yang ke rekening milik Terdakwa. Selanjutnya dari
dinamis moderen. Perubahan ini menyertakan biaya yang telah diterima dari calon pembeli
pola-pola kejahatan sebagai subsitem sosial tersebut Terdakwa mentransfer ke rekening
yang ada, bergeser dari pola-pola kejahatan pemilik rokok, dan dari pembelian serta
statis tradisional ke pola-pola kejahatan yang penjualan rokok tersebut Terdakwa mendapat
dinamis modern. keuntungan per slopnya Rp. 15.000,- (lima
Sekarang telah terjadi pergeseran belas ribu rupiah) hingga Rp. 20.000,- (dua
yang sangat tajam ke arah pola kejahatan puluh ribu rupiah).
modern yang dapat dicirikan dengan Kegiatan jual beli yang dilakukan oleh
modusnya tidak sederhana, waktunya tidak Terdakwa telah dilakukan sejak bulan Maret
terikat pada pola tertentu (periodik), mobilitas 2019 hingga 31 Mei 2019 sesuai dengan bukti
tinggi, sarana prasarana relatif lebih maju dan catatan penjualan Terdakwa dengan rokok
bertehnologi. Sehingga penangananyapun merk Lufman. Ketersediaan rokok merk W One
relatif lebih sulit dibandingkan dengan sebanyak 2 (dua) karton, 1 (satu) slop rokok
penanganan terhadap pola kejahatan Merk Seven Star, 8 (delapan) slop rokok merk
tradisional. Pola-pola kejahatan setiap saat Esse Change, 11 (sebelas) slop rokok merk
mengalami perubahan setiap periode. Pola Marlboro, 1 (satu) slop rokok merk Leader, 5
kejahatan dari tradisional ke modern tersebut (lima) slop Benson dan Hedges, 15 (lima
di atas tentunya dialami oleh semua jenis belas) slop rokok merk L&M, 9 (sembilan) slop
kejahatan. rokok merk Manchester, 4 (empat) slop rokok
Modus operandi tindak pidana menjual merk 555, 3 (tiga) slop rokok merk Dunhill,
barang kena cukai yang tidak dilekati pita cukai tanpa dilekati pita cukai, ditemukan di rumah
dilakukan dengan cara mengirim Barang Kena Terdakwa merupakan persediaan rokok yang
Cukai (BKC) Hasil Tembakau (HT) ke alamat akan dijual ke masyarakat umum ataupun ke
tempat tinggal Terdakwa melalui ekspedisi ALS pembeli yang telah memesan terlebih dahulu.
dari Kota Pekanbaru dan dari hasil penjualan Hal ini dikuatkan dengan catatan penjualan
tersebut Terdakwa mendapat keuntungan sejak bulan Maret 2019 telah ada transaksi
sebesar Rp. 100.000,00 (seratus ribu rupiah) keluar masuk barang rokok illegal.
hingga Rp. 150.000,00 (seratus lima puluh ribu Faktor-faktor yang menyebabkan
rupiah) per karton rokok. terjadinya peredaran rokok ilegal tanpa cukai
Ketersediaan rokok yang ada pada disebabkan :
Terdakwa di dapat dari beberapa orang yaitu 1. Faktor Permintaan Masyarakat
Menyalurkan rokok ilegal karena
Hendrou, Herlina, Ismail, Edward, Riki, dengan
permintaan masyarakat karna rokok ilegal
cara Terdakwa mencari pembeli, salah satunya tanpa cukai ini lebih murah dibandingkan
adalah Syafrizal (belum tertangkap) dan rokok bercukai, rokok-rokok tersebut juga
didistribusikan langsung ke toko-toko dan
menawarkan merk-merk rokok tersebut beserta warung-warung. Faktor permintaan

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 295
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

masyarakat merupakan faktor pendorong d. Peranan yang sebenarnya dilakukan


yang paling dominan terjadinya dalam (actual role). 27
tindak pidana peredaran rokok ilegal tanpa
cukai, karna mereka menyalurkan sesuai Aspek penegakan hukum pidana
dengan kebutuhan masyarakat akan terbagi atas dua bagian yaitu aspek penegakan
tingginya permintaan terhadap rokok ilegal
hukum pidana materil dan aspek penegakan
tanpa cukai.
2. Faktor Keuntungan hukum pidana formil. Dari sudut dogmatis
Rrokok ilegal tanpa cukai ini lebih murah
normatif, material atau substansi atau masalah
dibandingkan rokok bercukai, serta
keuntungan dari para penyalur sangat pokok penegakan hukum terletak pada:
besar dalam hasil penjualan rokok tersebut, 1. Faktor hukumnya sendiri yaitu undang-
dibanding kan menjual rokok legal yang undang
sudah dibebankan pungutan Negara dan Gangguan hukum terhadap penegakan
dilekati pita cukai.25 hukum yang berasal dari undang-undang
disebabkan karena:
Pelaku tindak pidana menjual barang a. Tidak diikutinya asas-asas berlakunya
undang-undang.
kena cukai yang tidak dilekati pita cukai, maka
b. Belum adanya peraturan pelaksanaan
harus diberikan sanki atas perbuatan tersebut yang sangat dibutuhkan untuk
menerapkan undang-undang.
atau dengan kata lain harus dilakukan
c. Ketidakjelasan arti kata-kata di dalam
penegakan hukum terhadap pelaku menjual undang-undang yang mengakibatkan
kesimpangsiuran di dalam penafsiran
barang kena cukai yang tidak dilekati pita cuka.
serta penerapannya.
Secara konseptional, maka inti dan arti 2. Faktor penegak hukum yakni pihak-pihak
yang membentuk maupun menerapkan
penegakan hukum terletak pada kegiatan
hukum.
menyerasikan hubungan nilai-nilai yang 3. Faktor sarana atau fasilitas yang
mendukung penegakan hukum.
terjabarkan di dalam kaidah-kaidah yang
4. Faktor masyarakat yakni lingkungan
mantap dan sikap tindak sebagai rangkaian dimana hukum tersebut berlaku atau
diterapkan.
penjabaran nilai-nilai tahap akhir untuk
5. Faktor kebudayaan yakni sebagai hasil
menciptakan, memelihara dan karya, cipta dan rasa yang didasarkan
mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. pada karsa manusia di dalam pergaulan
hidup. 28
26

Suatu hak sebenarnya merupakan Kejahatan yang semakin meningkat

wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, dan sering terjadi dalam masyarakat

sedangkan kewajiban adalah tugas. Suatu merupakan hal yang sangat diperhatikan,

peranan tertentu dapat dijabarkan ke dalam sehingga mengundang pemerintah (negara)

unsur-unsur sebagai berikut: sebagai pelayan, pelindung masyarakat untuk

a. Peranan yang ideal (ideal role). menanggulangi meluasnya dan bertambahnya

b. Peranan yang seharusnya (expected role). kejahatan yang melanggar nilai-nilai maupun

c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri norma-norma yang hidup dan berlaku didalam

(perceived role). suatu masyarakat sehingga kejahatan tersebut


oleh negara dijadikan sebagai perbuatan
25
Azmi Syahputra, “Pertanggung Jawaban pidana untuk tindak pidana. Hukum pidana
Pidana Terhadap Tindak Pidana Penyeludupan”,
Jurnal Ilmu Hukum, Volume 3 No. 1 Tahun 2020,
h.82. 27
Ibid. , h.21.
26 28
Soerjono Soekanto, Op.Cit, h. 5. Ibid., h. 8.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 296
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

merupakan sarana yang penting dalam serta aparat negara, agar tindak pidana
penanggulangan kejahatan atau mungkin pemalsuan pita cukai hasil tembakau tidak
sebagai obat dalam memberantas kejahatan semakin merugikan negara.
yang meresahkan dan merugikan masyarakat Upaya preventif ini termaktub didalam
pada umunya dan korban pada khususnya. fungsi Direktorat Penindakan dan Penyidikan
Pencegahan kejahatan merupakan yaitu fungsi pelaksanaan kebijakan teknis,
pendekatan sederhana dan terarah yang dapat pembinaan, pengendalian, bimbingan, maupun
menghindarkan masyarakat dari resiko menjadi koordinasi dilakukan dalam rangka
korban. Tindakan pencegahan terjadinya pencegahan terhadap pelanggaran peraturan
kejahatan sangat penting atau lebih tepat perundang-undangan. Penegakan hukum
dikatakan harus diutamakan, karena perbuatan secara preventif antara lain :
kejahatan akan mengganggu perkembangan a. Mengadakan penyuluhan hukum. Kegiatan
penyuluhan hukum seperti: Sosialisasi
sektor-sektor kegiatan sosial ekonomi dan
Peraturan Kawasan Bebas, Sosialisasi Izin
kesejahteraan sosial pada umumnya. Upaya Timbun, Sosialisasi Peraturan Bank
Indonesia dan Sosialisasi Peraturan
penanggulangan dapat ditempuh dengan:
Kepabeanan dan Cukai.
1. Penerapan hukum pidana (criminal b. Melaksanakan pengamatan dalam hal ini
application). tugas tersebut dijalankan oleh tim inteljen
2. Pencegahan tanpa pidana (preventif without untuk mencari tahu tentang informasi
punishment). mengenai tindak pidana peredaran rokok
3. Mempengaruhi pandangan masyarakat ilegal tanpa cukai dan mencegahnya agar
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat jangan sampai rokok illegal tersebut
mass media (influencing views of society on beredar luas dimasyarakat dengan cara
crime and punishment mass media).29 langsung terjun kelapangan atau tempat
yang dicurigai sebagai jalur peredaran
Upaya penegakkan hukum terus rokok ilegal tanpa cukai.
c. Melakukan patroli Bea dan Cukai langsung
dijalankan upaya-upaya guna mencegah dan
terjun ke jalan. Dengan melakukan patroli
menanggulangi kasus peredaran rokok ilegal seperti ini, Bea dan Cukai dapat
mengetahui dan menangani secara
tanpa cukai. Penegakan hukum tersebut langsung sesuai dengan mandat yang telah
antara lain : diberikan kepadanya.31
1. Penegakan hukum secara preventif 2. Penegakan hukum secara represif
(pencegahan). (penindakan).
Preventif yaitu usaha untuk mencegah Usaha represif yaitu menanggulangi,
terjadinya tindak pidana pemalsuan pita cukai mengambil tindakan lebih lanjut .agar tindak
hasil tembakau dengan meniadakan sebab pidana pemalsuan pita cukai hasil tembakau
terjadinya.30 Hal ini semata-mata bukan hanya secara berangsur-angsur dapat berkurang. 32

menjadi tugas dari Direktorat Penindakan dan Diterbitkannya UU Kepabeanan maka tugas ini
Penyidikan, tapi sudah menjadi tugas seluruh beralih menjadi tugas aparat Direktorat
pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jenderal Bea dan Cukai khususnya pada
Direktorat Penindakan dan Penyidikan tindak
29
Nursariani Simatupang & Faisal, Op. Cit.,
h.250. pidana pemalsuan pita cukai hasil tembakau.
30
Kadir Achmad, Penegakan Hukum di
Bidang Cukai, Kementerian Keuangan Republik
31
Indonesia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Ibid, h.82.
32
Keuangan Pusdiklat Bea dan Cukai, 2013, h.81. Ibid, h.83.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 297
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Usaha represif tersebut juga termaktub Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 dan
dalam pernyataan fungsi Direktorat peraturan pelaksanaannya. 35
Penindakan dan Penyidikan yaitu usaha Penerapan sanksi pada UU Cukai
pembinaan, pengendalian, bimbingan, dilakukan melalui dua jenis sanksi yaitu sanksi
koordinasi dilakukan dalam rangka penindakan administrasi dan sanksi pidana. Sebagai
dan penyidikan terhadap tindak pidana di bagian dari hukum fiskal, UU Cukai selayaknya
bidang Kepabeanan dan Cukai. Usaha mengutamakan penyelesaian administratif
represif pada prakteknya dilaksanakan oleh sebagai pemulihan dan pemenuhan fiskus
Direktorat Penindakan dan Penyidikan. Pada sehingga penyelesaiannya cukup dengan
bidang ini terdapat seksi intelijen, seksi pemberian sanksi berupa denda. Namun
pencegahan serta seksi penyidikan. PPNS Bea apabila dalam pelanggaran tersebut
dan Cukai itu sendiri berada dibawah seksi mengandung unsur-unsur kejahatan seperti
penyidikan. PPNS Bea dan Cukai dalam pemalsuan pita cukai, penggunaan pita cukai
melaksanakan tugasnya yang bukan haknya, pemalsuan dokumen,
seringmenggantungkan pada adanya laporan menjual barang kena cukai tanpa
yang didapat dari seksi intelijen dan seksi mengindahkan ketentuan yang mengakibatkan
pencegahan, untuk kemudian ditindak lanjuti kerugian negara, perusakan segel, maka
ketahap penyidikan dalam rangka penemuan pelanggaran yang semacam itu dikenakan
33
alat bukti dan tersangkanya. sanksi pidana.36
Adapun penegakan hukum terhadap Penegakan hukum ditinjau dari sisi UU
pelaku tindak pidana menjual barang kena Cukai sudah memuat pengenaan sanksi yang
cukai yang tidak dilekati pita cukai secara cukup memadai dimana untuk sanksi
represif adalah : administratif diantaranya berupa denda paling
a. Melakukan penangkapan. sedikit mulai dari Rp. 10.000.000,- (sepuluh
b. Operasi pasar juta rupiah) dan paling banyak Rp.
c. Penyitaan. 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) dan
34
d. Pemusnahan. sanksi pidana minimal 1 (satu) tahun dan
maksimal 5 (lima) tahun. Memberikan efek jera
UU Cukai mengatur dikenakannya
bagi pengusaha di bidang cukai, UU Cukai
sanksi bagi siapa saja termasuk Pengusaha
mengatur batasan sanksi minimum dan selain
Pabrik Rokok yang melanggar atau tidak
itu juga ada sanksi pidana kumulatif (pidana
memenuhi ketentuan yang terdapat dalam
penjara paling sedikit satu Tahun dan paling
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
lama lima Tahun dan pidana denda paling
tentang Cukai sebagaimana diubah dengan
sedikit dua kali nilai cukai dan paling banyak 10
kali nilai cukai yang seharusnya dibayar).
1. Sanksi Administrasi.
33
Elfrida Gultom, “Bea Cukai Sebagai
Akselerator Pelabuhan”. Jurnal Legislasi 35
Heru Subiyantoro, Kebijakan Fiskal,
Indonesia. Volume 3 Nomor 4 Desember 2016, Pemikiran, Konsep Dan Implementasi,
h.16. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2014, h.82.
34 36
Ibid, h.18. Ibid, h.83.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 298
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Sanksi administrasi adalah sanksi penagihan sanksi administrasi tidak dapat


berupa denda yang dikenakan terhadap semena-mena namun berpedoman pada yang
pelanggaran yang diatur dalam UU Cukai. berlaku. 37
Terdapat 22 (dua puluh dua) ketentuan Sanksi administrasi dikenakan dengan
pelanggaran di dalam UU Cukai yang ketentuan:
dikenakan sanksi administrasi berupa denda. a. Apabila dalam lima Tahun terakhir yang
bersangkutan melakukan satu kali
Salah satu contoh ketentuan pelanggaran yang
pelanggaran, dikenakan sanksi administrasi
dikenakan sanksi administrasi dapat dilihat sebesar satu kali sanksi administrasi
minimum.
pada Pasal 14 ayat (7) UU Cukai yang
b. Apabila dalam lima Tahun terakhir yang
menyebutkan bahwa setiap orang yang bersangkutan melakukan dua kali
pelanggaran, dikenakan sanksi administrasi
menjalankan kegiatan sebagai pengusaha
sebesar dua kali sanksi administrasi
pabrik tanpa memiliki izin dikenai sanksi minimum.
c. Apabila dalam lima Tahun terakhir yang
administrasi berupa denda paling sedikit
bersangkutan melakukan tiga kali
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) dan pelanggaran, dikenakan sanksi administrasi
sebesar tiga kali sanksi administrasi
paling banyak Rp.200.000.000,00 (dua ratus
minimum.
juta rupiah). d. Apabila dalam lima Tahun terakhir yang
bersangkutan melakukan empat kali
Pengenaan sanksi administrasi
pelanggaran, dikenakan sanksi administrasi
merupakan konsekuensi logis dari undang- sebesar empat kali sanksi administrasi
minimum.
undang sebagai bagian dari hukum fiskal,
e. Apabila dalam lima Tahun terakhir yang
dimana aparatur fiskal oleh undang-undang bersangkutan melakukan lebih dari empat
kali pelanggaran, dikenakan sanksi
diberikan kewenangan untuk dapat
administrasi sebesar sanksi administrasi
menerapkan sanksi administrasi berupa denda. maksimum. 38
Mengingat bahwa hakekat undang-undang
Unsur kejahatan seperti penggunaan
cukai selain mengandung aspek pembatasan
pita cukai yang bukan haknya, memalsukan
dan pengawasan terhadap produksi, distribusi,
pita cukai dan lain sebagainya, maka dapat
dan perdagangan barang kena cukai, juga
dikenakan sanksi pidana, baik berupa pidana
mengandung aspek budgeteer maka
penjara maupun pidana denda, ataupun juga
pengenaan sanksi administrasi di samping
keduanya pidana penjara dan pidana denda.
untuk mempercepat proses penyelesaian
Pelanggaran terhadap UU Cukai
pelanggaran administrasi dalam rangka menyebabkan kerugian negara yang
mengamankan penerimaan negara, juga sangat besar, bahkan seringkali
pengusaha melakukan pelanggaran
bertujuan untuk pembinaan dan pencegahan ketentuan pidana. Hal ini memerlukan
terhadap pelanggaran ketentuan administrasi. payung hukum yang dapat mengatur dan
mengawasi peredaran produk rokok agar
Wewenang Direktur Jenderal Bea dan
tidak terjadi lagi peredaran rokok ilegal.
Cukai dalam hal pengenaan dan penagihan Tindak pidana di bidang cukai adalah
sanksi administrasi dapat dilaksanakan oleh tindak pidana fiskal. 39
Kepala Kantor Pengawasan dan Pelayanan 37
Bambang Semedi, Modul Tindak Pidana
Bea dan Cukai atas nama Direktur Jenderal Kepabeanan dan Cukai, Pusdiklat Bea Dan Cukai,
Jakarta, 2019, h.71.
Bea dan Cukai. Dalam hal pengenaan dan 38
Ibid, h.72.
39
Ibid, h.73.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 299
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Sanksi pidana dapat berupa pidana penjara


Menghadapi perkembangan dalam dan/atau pidana denda.
tindak pidana fiskal yang meningkat baik dari Maksud pengenaan sanksi pidana
kuantitas maupun kualitasnya, diperlukan adalah untuk dapat memberikan efek jera bagi
profesionalisme dalam penyidikan tindak pengusaha pabrik rokok maupun siapa saja
pidana di bidang fiskal. Hal ini hanya dapat yang melakukan pelanggaran terhadap
diwujudkan apabila dilaksanakan oleh pejabat ketentuan pidana yang telah diatur dalam UU
yang secara khusus diberikan tugas untuk Cukai. Salah satu terobosan dalam UU Cukai
melakukan penyidikan. Guna mencapai adalah batasan sanksi minimum termasuk
efektifitas dan efisiensi dalam pelaksanaan sanksi pidana. Adanya batasan sanksi
penyidikan tindak pidana tersebut, minimum dalam ketentuan pidana pada UU
penyidikannya dilaksanakan oleh Direktorat Cukai mengurangi kemungkinan timbulnya
Jenderal Bea dan Cukai sebagai aparat yang disparitas pidana dalam penjatuhan putusan
bertanggung jawab dalam pelaksanaan UU oleh hakim.
Cukai. Sanksi pidana terhadap pengusaha
Pelanggaran yang dilakukan oleh pabrik yang memproduksi dan menjual rokok
pengusaha pabrik adalah pelanggaran yang tidak dilekati pita cukai atau yang biasa
ketentuan pidana sebagaimana diatur dalam disebut dengan rokok polos adalah Pasal 54
UU Cukai, maka pengenaan sanksi pidana UU Cukai yang berbunyi setiap orang yang
dilakukan melalui proses penyidikan oleh menawarkan, menyerahkan, menjual, atau
Penyidik Pegawai Negeri Sipil Direktorat menyediakan untuk dijual barang kena cukai
Jenderal Bea dan Cukai. Penyidik Pegawai yang tidak dikemas untuk penjualan eceran
Negeri Sipil Direktorat Jenderal Bea dan Cukai atau tidak dilekati pita cukai atau tidak dibubuhi
diangkat oleh Menteri Kehakiman atas usul
tanda pelunasan cukai lainnya sebagaimana
Menteri Keuangan. dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1), dipidana
Salah satu kekhususan dari Penyidik dengan pidana penjara paling singkat 1 (satu)
Pegawai Negeri Sipil Bea dan Cukai Tahun dan paling lama 5 (lima) Tahun
dibandingkan Penyidik Pegawai Negeri Sipil dan/atau pidana denda paling sedikit 2 (dua)
lainnya adalah berdasarkan Pasal 63 ayat (3) kali nilai cukai dan paling banyak 10 (sepuluh)
UU Cukai, PPNS Bea dan Cukai dapat kali nilai cukai yang seharusnya dibayar.
menyerahkan pemberitahuan dimulainya
penyidikan dan menyampaikan hasil 1. Upaya Pencegahan Tindak Pidana
penyidikan langsung kepada Penuntut Umum Menjual Rokok Tanpa Dilekati Pita Cukai
tanpa melalui Penyidik Polri. Pemidanaan bukanlah merupakan
2. Sanksi Pidana tujuan akhir dari system peradilan pidana dan
Sanksi pidana adalah sanksi berupa juga bukan merupakan satu-satunya cara
pidana yang dijatuhkan oleh hakim dalam untuk mencapai tujuan system peradilan
sidang pengadilan terhadap pelanggaran pidana. Ada banyak cara yang dapat di
ketentuan pidana yang diatur dalam UU Cukai. tempuh, dengan menggunakan hukum pidana

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 300
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

maupun dengan menggunakan cara di luar ilegal, memberi pernjelasan akibat atau
hukum pidana. Secara umum pencegahan bahayanya rokok ilegal, dan memberi
kejahatan dapat dilakukan dengan contoh ciri-ciri rokok ilegal khususnya
menggabungkan beberapa metode yaitu : untuk daerah perdesaan.
1. Moralistik yang dilaksanakan dengan 3. Memberikan sanksi yang tegas atas
penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan
pelanggaran peredaran rokok ilegal bagi
moral, undang-undang yang baik dan
sarana sarana lain yang dapat mengekang perusahaan yang memproduksi rokok
nafsu untuk berbuat kejahatan.
ilegal maupun bagi yang memasarkan.
2. Abiliosinistik yang berusaha untuk
memberantas sebab-musababnya. Faktor Misal seorang A memiliki perusahaan
tekanan ekonomi (kemelaratan) merupkan
rokok yang tidak memiliki izin, dan rokok
salah satu faktor penyebab, maka usaha
untuk mencapai kesejahteraan untuk yang diproduksi A tidak dilekati pita cukai
mengurangi kejahatan yang disebabkan
(rokok ilegal). A tidak hanya memproduksi
oleh faktor ekonomi merupakan cara
Abiliosinistik. tetapi juga menjual dan menawarkan
3. Adapun pencegahan melalui pendekatan
rokok ilegal kepada kios-kios toko yang
kemasyarakatan, yang biasa disebut
Community Based Crime Prevention ada di pasar atau pegadang eceran.
melibatkan segala kegiatannya untuk
Tindakan tersebut merupakan suatu
memperbaiki kapasitas masyarakat dalam
mengurangi kejahatan dengan jalan pelanggaran, dan perlu diberi sanksi
meningkatkan control social informal.40
sesuai yang diatur dalm Undang-Undang
Kasus peredaran rokok illegal telah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007
banyak dijumpai di berbagi kota di indonesia Tentang Cukai, yakni pada :
seperti di wilayah Sumatera Utara khususnya a. Pasal 54 setiap orang yang
menawarkan, menyerahkan, menjual,
di kota Medan Sumatera selatan, Kalimantan, atau menyediakan untuk dijual barang
Jakarta, bahkan peredaranya di kota-kota kecil kena cukai yang dikemas untuk
penjualan eceran atau tidak dilekati
sangat tinggi Upaya pencegahan yang pita cukai atau tidak dibubuhi tanda
dilakukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan pelunasan cukai lainnya sebagaimana
dimaksud pasal 29 ayat (1) akan
Bea dan Cukai dengan adanya peredaran dipidana dengan pidana penjara paling
rokok ilegal sebagai berikut : singkat 1 tahun dan pidana penjara
paling lama 5 tahun atau pidana denda
1. Meningkatkan kerjasama antara kepolisian paling sedikit 2 kali nilai cukai dan
dan Satpol PP dengan adanya rokok ilegal paling banyak 10 kali nilai cukai yang
seharusnya dibayar.
dan meningkatkan operasi pasar dan b. Pasal 50 setiap orang yang tanpa
perusahaan rokok yang lebih tegas dan memiliki izin sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 menjalankan pekerjaan
ketat lagi agar peredaran rokok ilegal tidak pabrik, tempat penyimpanan, atau
semakin luas. mengimpor barang kena cukai dengan
maksud mengelakan pembayaran
2. Memberikan sosialisasi kepada cukai akan dipidana dengan pidana
masyarakat tentang kerugian akibat penjara paling singkat 1 tahun dan
pidana penjara paling lama 5 tahun
adanya pelanggaran cukai seperti rokok atau pidana denda paling sedikit 2 kali
nilai cukai dan paling banyak 10 kali
40
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai nilai cukai yang seharusnya dibayar. 41
Kebijakan Hukum Pidana: (Perkembangan
41
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Kencana, Yudijaya Kurniadi, Kebijakan Hukum
Jakarta, 2016, h.83. Pidana Dalam Upaya Perbuatan Pemalsuan Pita

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 301
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

penindakan. Sebelum merumuskan


Berkaitan dengan perkembangan
bagaimana cara usaha dan upaya yang
tindak pidana menjual barang kena cukai
dilakukan dalam pencegahan tindak
yang tidak dilekati pita cukai dapat dianalisis
pidana kepabeanan maka selain sifat
berdasarkan aspek :
sebagaimana tersebut di atas yang harus
1. Motivasi pelaku.
diteliti juga faktor-faktor apa yang
a. Alasan ekonomi, dengan adanya
disparitas harga. menyebabkan suatu kejahatan terjadi,
b. Potensi pasar terutama terhadap
karena dari faktor-faktor tersebut baru
barang-barang larangan/pembatasan.
c. Perbedaan yang nyata di wilayah dapat dilakukan tindakan-tindakan apa
perbatasan terutama dalam tingkat
yang harus diambil menanggulangi tindak
ketersediaan barang-barang tersebut.
2. Kebijakan yaitu kebijakan pemerintah yang pidana menjual barang kena cukai yang
secara tidak langsung dapat menimbulkan
dilakukan seseorang tersebut.
peluang tindak pidana menjual barang kena
cukai, antara lain: Usaha preventif ialah segala usaha
a. Kebijakan tata niaga.
atau tindakan bagaimana agar perbuatan
b. Kebijakan tarif.
c. Kebijakan kuota. kejahatan itu tidak terjadi atau dengan kata lain
d. Kebijakan subsidi.
adalah setiap usaha untuk mencegah
e. Kebijakan Pemerintah Daerah.
Kebijakan-kebijakan tersebut secara tidak timbulnya kejahatan, dan usaha-usaha ini
langsung dapat berpengaruh terhadap
diperlukan sebelum perbuatan itu terjadi.43
timbulnya disparitas harga, distorsi pasar,
persaingan tidak sehat, monopoli dan Upaya yang dilakukan baik secara operasional
penyalahgunaan ijin impor/imporitir fiktif.
maupun konsepsional dalam penanggulangan
3. Penegakan hukum
Penegakan hukum yang lemah sangat tindak pidana menjual barang kena cukai yaitu:
mempengaruhi meningkatnya kasus tindak
a. Melakukan persuasi kepada masyarakat
pidana menjual barang kena cukai.42
yang kehidupannya sangat tergantung
pada kegiatan tindak pidana menjual
Memperhatikan faktor-faktor yang
barang kena cukai. Kegiatan ini dilakukan
mempengaruhi meningkatnya tindak pidana secara koordinatif fungsional.
b. Upaya sosialisasi secara luas dan efektif
menjual barang kena cukai tersebut, maka
untuk meningkatkan kesadaran
upaya penanggulangan yang perlu dilakukan masyarakat tentang dampak tindak pidana
menjual barang kena cukai.
adalah:
c. Peningkatan kualitas dan kuantitas produk
1. Upaya mengurangi motivasi pelaku (aspek dalam negeri yang mempunyai
keunggupan komperatif.44
preventif)
Setiap usaha atau upaya untuk 2. Upaya repressif
ketertiban sosial yang efektif dalam jangka Usaha repressif ini adalah keseluruhan
panjang harus didasarkan kepada suatu usaha, daya upaya kebijaksanaan dan
teori tentang perilaku manusia yang sah tindakan yang diambil sesudah timbulnya atau
sulit sekali untuk ketertiban sosial ini harus terjadinya kejahatan itu dengan tujuan agar
dilakukan dalam pencegahan kejahatan kejahatan sedemikian jangan sampai terulang
dan pembinaan pelanggar hukum serta lagi.45 Usaha represif dilakukan dengan

Cukai Berdasarkan UU Cukai, Diponegoro Law 43


Barda Nawawi Arief. Op.Cit., h. 37.
Review, Volume 5, Nomor 2, Tahun 2016, h.82. 44
Ibid., h.38.
42 45
Ibid, h.83 Ibid., h.39.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 302
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

difungsikan sanksi secara optimal dalam Hakim dalam fungsinya sebagai


rangka penegakan hukum yakni sanksi yuridis, penegak hukum apabila mengadili hendaknya
sanksi sosial dan sanksi spritual baik kepada memilih bentuk putusan yang menitik beratkan
pelaku tindak pidana menjual barang kena segi-segi kepentingan dari pada hanya segi
cukai maupun yang membantunya yaitu: juridis semata-mata. Dalam hal ini hakim harus
a. Sanksi yuridis yaitu sanksi yang benar-benar mempertimbangkan putusan itu
ditetapkan dalam hukum pidana materil.
dari segi psikologi disamping dari segi juridis
b. Sanksi sosial yaitu sanksi yang diberikan
oleh masyarakat terhadaporang-orang demi kepentingan tertuduh, masyarakat dan
yang melakukan perbuatan tercela berupa
negara.
pengucilan sosial dan semacamnya.
c. Sanksi spritual yaitu rasa bersalah Selain itu ada 2 (dua) upaya
terhadap diri sendiri dan Tuhan Yang
penegakan hukum dalam mencegah tindak
Maha Esa, jika melakukan hubungan
dengan khaliknya.46 pidana menjual barang kena cukai yaitu :
1. Upaya penal
Sanksi yuridis yang ditetapkan melalui
Upaya penal merupakan salah satu
proses pengadilan perlu didukung oleh sanksi
upaya penegakan hukum atau segala tindakan
sosial dan sanksi spritual sehingga tujuan
yang dilakukan oleh aparatur penegak hukum
penegakan hukum dapat tercapai secara lebih
yang lebih menitik beratakan pada
efektif. Usaha repressif ini termasuk juga
pemberantasan setelah terjadinya kejahatan
menjatuhkan hukuman yang benar-benar
yang dilakukan dengan hukum pidana yaitu
sesuai dengan kesalahannya oleh Pengadilan
sanksi pidana yang merupakan suatu ancaman
yang dapat memberikan keinsyafan atau
bagi pelakunya. Penyidikan, penyidikian
kesadaran agar jangan melakukan perbuatan
lanjutan, penuntutan dan seterusnya
kejahatan yang terulang.
merupakan bagian-bagian dari politik kriminal.
Penerapan cara represif ini,
Fungsionalisasi hukum pidana adalah suatu
menanggulangi tindak pidana menjual barang
usaha untuk menanggulangi kejahatan melalui
kena cukai yang telah terjadi beserta usaha-
penegakan hukum pidana yang rasional untuk
usaha yang ditempuh agar kejahatan itu tidak
memenuhi rasa keadilan dan daya guna.47
terulang lagi dan sangat diperlukan kontrol
Upaya penanggulangan tindak pidana
yang sangat efisien dan kontiniu. Untuk
menjual barang kena cukai dengan
menjalankan usaha-usaha pemberantasan
menggunakan sanksi (hukum) pidana atau
tindak pidana menjual barang kena cukai dan
sarana penal merupakan cara yang paling tua,
orang yang membantu melakukan tindak
setua peradaban manusia itu sendiri. Sampai
pidana menjual barang kena cukai sangatlah
saat inipun, penggunaan sarana penal masih
diperlukan pengetahuan yang cukup tentang
digunakan dan diandalkan sebagai salah satu
ilmu pengusutan disamping harus adanya itikat
sarana politik kriminal. Penggunaan upaya
baik, ketabahan dan ketekunan yang sungguh-
penal (sanksi/hukum pidana) dalam mengatur
sungguh dari pada pejabat yang berwenang
masyarakat (lewat perundang-undangan) pada
dan yang berkecimpung dalam masalah ini.
47
Muladi dan Barda Nawai Arif, Teori-Teori
dan Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, 2016, h,
46
Ibid., h. 40. 148

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 303
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

hakekatnya merupakan bagian dari suatu Melihat penggunaan sarana penal


48
langkah kebijakan (policy). melalui sistem peradilan pidana yang
dirumuskan sebagai berikut:
Penggunaan sarana penal atau hukum
a. Menyelesaikan kasus kejahatan yang
pidana dalam suatu kebijakan kriminal di
terjadi masyarakat puas bahwa keadilan
Indonesia sebagai sarana untuk
telah ditegakkan dan yang tersalah telah
menanggulangi tindak pidana menjual barang
dipidana.
kena cukai untuk saat sekarang ini sangatlah
b. Mengusahakan agar mereka yang pernah
tepat digunakan karena penggunaan sarana
melakukan kejahatan tidak mengulangi lagi
penal lebih menitik beratkan pada sifat
kejahatannya. 49
represifnya yang berarti keseluruhan
Beberapa dari tujuan tersebut
usaha/kebijakan yang diambil sesudah atau
sekalipun ada yang telah berhasil dicapai
pada waktu terjadinya suatu kejahatan atau
namun keberhasilannya itu tidak memberikan
tindak pidana. Hal ini diadakan dengan tujuan
kepuasan. Diakui bahwa sudah sekian banyak
agar kejahatan tidak terulang lagi atau paling
kasus tindak pidana menjual barang kena
tidak diperkecil kualitas dan kuantitasnya.
cukai yang diselesaikan oleh lembaga
Upaya penanggulangan tindak pidana peradilan melalui bekerjanya sistem peradilan
menjual barang kena cukai, instansi pidana dengan menghasilkan sekian banyak
pemerintah dalam hal ini Polisi beserta putusan, tetapi sekian banyak pula putusan itu
jajarannya selalu tetap konsisten melakukan tidak membuat masyarakat puas bahwa
beberapa kegiatan preventif maupun represif. keadilan telah ditegakkan. Penggunaan
Tindakan represif yang dilakukan oleh Polisi sarana penal melalui sistem peradilan pidana
sebagai lembaga penyidik merupakan upaya dalam menangani tindak pidana menjual
penindakan dan penegakan hukum terhadap barang kena cukai harus tetap dilakukan oleh
ancaman faktual dalam tindak pidana menjual aparatur penegak hukum baik Polisi, Jaksa,
barang kena cukai oleh orang-orang yang tidak Hakim dan lembaga pemasyarakatan.
berhak dan tidak bertanggung jawab. 2. Upaya Non Penal
Sesuai dengan unsur-unsur atau sub Usaha-usaha yang rasional untuk
sistem yang ada di dalam sistem peradilan mengendalikan atau menanggulangi tindak
pidana yakni melibatkan unsur kepolisian, pidana menjual barang kena cukai tentu tidak
kejaksaan, pengadilan dan lembaga hanya dengan menggunakan sarana penal
pemasyarakatan, maka bekerjanya sistem (hukum pidana) saja, tetapi dapat juga dengan
peradilan pidana dapat dimaknai sebagai menggunakan sarana-sarana yang non penal.
bekerjanya masing-masing unsur tersebut Usaha-usaha non penal ini dapat meliputi
dalam kapasitas fungsinya masing-masing bidang yang sangat luas sekali di seluruh
menghadapi dan atau menangani tindak sektor kebijakan sosial. Tujuan utama dari
pidana menjual barang kena cukai yang terjadi. usaha-usaha non penal ini adalah memperbaiki
kondisi-kondisi sosial tertentu, namun secara

48 49
Ibid, h.149. Ibid, h.151.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 304
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

tidak langsung mempunyai pengaruh preventif melakukan perbuatan itu mempunyai


50
kejahatan. kesalahan atau tidak. Apabila orang yang
Dilihat dari sudut kebijakan kriminal, melakukan perbuaan pidana itu memang
keseluruhan kegiatan preventif yang non penal mempunyai kesalahan, maka tentu dia akan
itu sebenarnya mempunyai kedudukan yang dipidana. Tetapi, manakala dia tidak
sangat strategis dan memegang posisi kunci mempunyai kesalahan walaupun dia telah
yang harus diintensifkan. Kegagalan dalam melakukan perbuatan yang terlarang dan
menggarap posisi strategis ini justru akan tercela, dia tentu tidak dipidana. Asas yang
berakibat sangat fatal bagi usaha tidak tertulis “tidak dipidana jika tidak ada
penanggulangan penyelundupan. Kebijakan kesalahan” merupakan dasar daripada
kriminal harus dapat mengintegrasikan dan dipidananya si pembuat. Jadi perbuatan yang
mengharmonisasikan seluruh kegiatan tercela oleh masyarakat itu
preventif yang non penal itu ke dalam suatu dipertanggungjawabkan pada si pembuatnya,
sistem kegiatan negara yang teratur dan artinya celaan yang objektif terhadap
terpadu. perbuatan itu kemudian diteruskan kepada
3. Pertanggungjawaban Pidana Menjual siterdakwa. Pertanggungjawaban pidana
Rokok Tanpa Dilekati Pita Cukai menunjuk kepada sikap-sikap subjektif yang
Menurut Kamus Besar Bahasa didasarkan kepada kewajiban hukum
Indonesia, tanggung jawab adalah keadaan seseorang untuk mematuhi hukum.52
wajib menanggung segala sesuatu (kalau Pertanggungjawaban pidana
terjadi apa-apa, boleh dituntut, dipersalahkan, merupakan pedoman bagi hakim untuk
diperkarakan dan sebagainya). Pidana adalah menentukan dasar-dasar dipidananya pembuat
kejahatan (tentang pembunuhan, perampokan, tindak pidana.53 Pedoman ini dipergunakan
dan sebagainya). Hal pertama yang perlu dalam memutuskan apakah pembuat bersalah
diketahui mengenai pertanggungjawaban melakukan tindak pidana ataukah tidak
pidana adalah bahwa pertanggungjawaban bersalah dengan menggunakan indicator
pidana hanya dapat terjadi jika sebelumnya kesalahan, baik dalam bentuk kesengajaan
seseorang telah melakukan tindakan pidana. ataupun kealpaan.
Moeljatno mengatakan, orang tidak mungkin
Orang tidak mungkin
dipertanggungjawabkan (dijatuhi pidana) kalau
dipertanggungjawabkan dan dijatuhi pidana
tidak melakukan perbuatan pidana.51 Dengan
kalau tidak melakukan perbuatan pidana.
demikian, pertanggungjawaban pidana
Tetapi meskipun dia melakukan perbuatan
pertama-tama tergantung pada dilakukannya
pidana, tidaklah selalu dia dapat dipidana.
tindak pidana.
Orang yang melakukan tindak pidana akan
Orang yang telah melakukan
dipidana, apabila dia mempunyai kesalahan.
perbuatan itu kemudian juga dipidana,
Pertanggungjawaban pidana ditentukan
tergantung pada soal, apakah dia dalam
52
Muhammad Ainul Syamsu, Pergeseran
Tutur Serta Melakukan dalam Ajaran Penyertaan,
50
Ibid, h.152. Kencana Prenadamedia Group, Jakarta, 2014, h.19.
51 53
Mahrus Hanafi, Op.Cit, h. 167. Ibid, h.22.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 305
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

berdasar pada kesalahan pembuat (liability tindak pidana merupakan perbuatan


based on fault), dan bukan hanya dengan melakukan sesuatu, perbutan tidak melakukan
dipenuhinya seluruh unsur suatu tindak pidana. sesuatu, dan menimbulkan akibat, yang
Dengan demikian, kesalahan ditempatkan dilarang oleh undang-undang.
sebagai faktor penentu pertanggungjawaban Tindak pidana pertama-tama berisi
pidana dan tidak hanya dipandang sekedar larangan terhadap perbuatan. Dengan
54
unsur mental dalam tindak pidana. Konsepsi demikian, pertama-tama suatu tindak pidana
yang menempatkan kesalahan sebagai faktor berisi larangan terhadap kelakuan-kelakuan
penentu pertanggungjawaban pidana, juga tertentu. Dengan delik-delik omisi, larangan
dapat ditemukan dalam common law sistem, ditujukan kepada tidak diturutinya perintah.
yaitu octus non est reus, nisi mens sit rea. Dengan demikian, norma hukum pidana berisi
Suatu kelakukan tidak dapat dikatakan sebagai rumusan tentang suruhan untuk melakukan
suatu kejahatan tanpa kehendak jahat, pada sesuatu. Dalam hal tindak pidana materil,
satu sisi doktrin ini menyebabkan adanya mens larangan ditujukan kepada penimbulan akibat.
rea merupakan suatu keharusan dalam tindak Tindak pidana berisi rumusan tentang akibat-
pidana. Pada sisi lain, hal ini menegaskan akibat yang terlarang untuk diwujudkan.
bahwa untuk dapat mempertanggungjawabkan Ketika tindak pidana berisi rumusan
seseorang karena melakukan tindak pidana, tentang dilarangnya suatu omisi, maka pada
sangat ditentukan oleh adanya mens rea pada hakikatnya undang-undang justru
diri orang tersebut. memerintahkan setiap orang melakukan
Pemisahan tindak pidana dan sesuatu, apabila mendapati keadaan-keadaan
peertanggungjawaban pidana bertujuan untuk yang juga ditentukan dalam undang-undang
55
mempertegas fungsi-fungsi hukum pidana. tersebut. Dengan demikian, rumusan tentang
Suatu tindak pidana adalah suatu perbuatan tindak pidana berisi kewajiban, yang apabila
atau omisi yang dilarang oleh hukum untuk tidak dilaksanakan pembuatnya diancam
melindungi masyarakat, dan dapat dipidanan dengan pidana. Kewajiban disini, bukan hanya
berdasarkan prosedur hukum yang berlaku. bersumber dari ketentuan undang-undang,
Defenisi-defenisi tersebut, unsur kesalahan dapat kewajiban tersebut timbul dari suatu
telah dikeluarkan, sehingga tindak pidana pada perjanjian ataupun kewajiban yang timbul di
hakikatnya adalah perbuatan saja. Perbuatan luar perjanjian, atau kewajiban yang timbul dari
disini berisi kelakukan dan kejadian yang hubungan-hubungan yang khusus, atau
ditimbulkan oleh kelakukan atau kelakukan dan kewajiban untuk mencegah keadaan bahaya
akibatnya. Kelakukan juga terdiri dari akibat perbuatannya, bahkan kewajiban-
melakukan sesuatu (komisi) dan tidak kewajiban lain yang timbul dalam hubungan
melakukan sesuatu (omisi). Dengan demikian, sosial.
Berbicara mengenai suatu tindak
54
Chairul Huda, Dari Tiada Pidana Tanpa pidana yang dilakukan seseorang, maka harus
kesalahan Menuju Kepada Tiada
pertanggungjawaban Pidana Tanpa Kesalahan, diketahui apakah dapat dimintanya
Prenada Media, Jakarta, 2018, h.4.
55
Muhammad Ainul Syamsu. Op.Cit., h. pertanggungjawaban pelaku atas tindak pidana
21.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 306
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

yang dilakukannya, yang terdiri dari unsur Seseorang dapat dinyatakan bersalah
kesalahan, kemampuan bertanggungjawab, dan dapat dipertanggung jawabkan perbuatan
alasan penghapus pidana. pidana sehingga dapat dipidana apabila telah
1. Kesalahan memenuhi unsur-unsur kesalahan dalam arti
Kesalahan adalah dapat dicelanya luas, sekaligus sebagai unsur subjektif. Syarat
pembuat tindak pidana, karena dilihat dari segi pemidanaan tersebut, meliputi:
masyarakat sebenarnya dia dapat berbuat lain
a. Kesengajaan
jika tidak ingin melakukan perbuatan itu.56
Defenisi sengaja berdasarkan memorie
Definisi ini disusun oleh tiga komponen utama
van toelichting (memori penjelasan) adalah
yaitu dapat dicela, dilihat dari segi masyarakat
merupakan kehendak yang disadari yang
dan dapat berbuat lain. Pertanggungjawaban
ditujukan untuk melakukan kejahatan
pidana tidaklah mungkin terjadi tanpa
tersebut. Kata opzettelijk (dengan sengaja)
sebelumnya seseorang melakukan tindak
yang tersebar di dalam beberapa pasal
pidana.57
KUHP adalah sama dengan willens en
Dipidananya seseorang tidaklah cukup
wetens, yaitu menghendaki dan
apabila orang itu telah melakukan perbuatan
mengetahui. Menurut Crimineel Wetboek
yang bertentangan dengan hukum atau bersifat
Nederland Tahun 1809 (Pasal 11) opzet
melawan hukum, sehingga meskipun
(sengaja) itu adalah maksud untuk
perbuatannya memenuhi rumusan delik dalam
membuat sesuatu atau tidak membuat
undang-undang dan tidak dibenarkan, namun
sesuatu yang dilarang atau diperintahkan
hal tersebut belum memenuhi syarat untuk
oleh undang-undang. “dengan sengaja”
penjatuhan pidana. Pemidanaan masih
beserta variasinya seperti kesengajaan
memerlukan adanya syarat bahwa orang yang
sebagai maksud, kesengajaan dengan
melakukan perbuatan itu mempunyai
sadar kepastian, kesengajaan dengan
kesalahan atau bersalah. Asasnya adalah tiada
sadar kemungkinan, dimaksudkan dalam
pidana tanpa kesalahan (geen sraf zonder
rumusan tindak pidana karena harus
schuld). 58
dipahami bahwa hal itu dimaksudkan untuk
Suatu perbuatan baru dapat dikatakan
mempermudah penafsiran unsur-unsur
tindak pidana, jika perbuatan itu bersifat
berikutnya.
melawan hukum. Bukan berarti tindak pidana
b. Kelalaian (Culva)
yang tidak memuat perkataan melawan hukum
Dalam hukum pidana dikenal beberapa
tidak dapat bersifat melawan hukum. Sifat
jenis kelalaian yakni:
melawan hukumnya akan tersimpul dari unsur 1. Culva Lata adalah kelalaian yang berat.
2. Culva Levissima adalah kelalaian yang
tindak pidana yang lain. Tidak semua
ringan jadi culva ini belum cukup untuk
perbuatan yang oleh masyarakat dipandang menghukum seseorang karena melakukan
suatu kejahatan karena culva.59
sebagai peerbuatan tercela ditetapkan sebagai
tindak pidana. 2. Dipertanggungjawabkan

56
Chairul Huda, Op.Cit., h. 77.
57
Ibid., h. 69.
58 59
Ibid, h. 53 Andi Hamzah, Op.Cit, h.82.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 307
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Dipertanggungjawabkan maksudnya ia 4. Alasan penghapus pidana


ada pada suatu keadaan jiwa pembuat, yang Terwujudnya suatu tindak pidana, tidak
memiliki cukup akal dan kemauan, oleh karena selalu dijatuhkan pidana terhadap
61
cukup mampu untuk mengerti arti pembuatnya. Ilmu hukum pidana
perbuatannya dan sesuai dengan pandangan mengadakan pembedaan antara dapat
itu untuk menentukan kemauannya. dipidananya perbuatan dan dapat dipidananya
Kemampuan berfikir terdapat pada orang- pembuat, penghapusan pidana ini menyangkut
orang normal dan oleh sebab itu kemampuan perbuatan dan pembuatnya, sehingga
berfikir dapat diduga pada pembuat. Dengan dibedakan dalam dua jenis alasan
kata lain dapat dipertanggunjawabkan penghapusan pidana (umum), yakni:
perbuatan pidana itu kepada pelaku apabila a. Alasan pembenar, yakni alasan yang
menghapuskan sifat melawan hukumnya
pelaku mempunyai kemampuan berfikir dan
perbuatan, meskipun perbuatan itu telah
menginsyafi arti perbuatannya. Kesalahan itu memenuhi rumusan delik dalam undang-
undang, kalau perbuatannya tidak
mengandung unsur pencelaan terhadap
melawan hukum maka tidak mungkin ada
seseorang yang telah melakukan tindak pemidanaan.
b. Alasan pemaaf yakni menyangkut pribadi
pidana. Pencelaan di sini bukan pencelaan
si pembuat, dalam arti bahwa orang ini
berdasarkan kesusilaan tetapi pencelaan tidak dapat dicela (menurut hukum)
dengan kata lain ia tidak bersalah atau
berdasarkan hukum yang berlaku.
tidak dapat dipertanggungjawabkan,
3. Kemampuan bertanggungjawab meskipun perbuatannya merupakan
perbuatan pidana akan tetapi pelakunya
Pertanggungjawaban pidana
tidak dapat dipidana
memerlukan syarat bahwa pembuat mampu
Pelaku tindak pidana menjual barang
bertanggungjawab, karena tidaklah mungkin
kena cukai yang tidak dilekati pita cukai,
seseorang dapat dipertanggungjawabkan
maka dapat dikenakan dimintakan
apabila ia tidak mampu bertanggungjawab.
pertanggungjawaban pidana seperti dalam
Simons mengatakan bahwa kemampuan
putusan Nomor 18/Pid.Sus/2020/PN Mdn yaitu
bertanggungjawab adalah suatu keadaan
pelaku yang telah terbukti secara sah dan
psikis, yang membenarkan adanya penerapan
meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana
suatu upaya pemidanaan, baik dilihat dari
menjual barang kena cukai yang tidak dilekati
sudut umum ataupun orangnya. Seseorang
pita cukai dipidana berupa pidana penjara
mampu bertanggung jawab jika jiwanya sehat,
selama 1 (satu) tahun dan 4 (empat) bulan,
yakni apabila:
dan denda sejumlah Rp 25.000.000,00 (dua
a. Kemampuan untuk membeda-bedakan
puluh lima juta rupiah), dengan ketentuan jika
antara perbuatan yang baik dan yang
denda tidak dibayarkan maka harta benda atau
buruk, yag sesuai hukum dan yang
pendapatan terdakwa dapat disita oleh Jaksa
melawan hukum
sejumlah denda yang harus dibayarkan dan
b. Kemampuan untuk menentukan
kehendaknya menurut keinsyafan tentang
baik dan buruknya perbuatan tadi.60
61
Adami Chazawi, Pelajaran Hukum
Pidana Bagian 2, Rajagrafindo Persada, Jakarta,
60
Moeljatno,Op.Cit., h. 178-179. 2017, h.15.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 308
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

jika tidak mencukupi maka diganti dengan


pidana kurungan selama 2 (dua) bulan B. Saran
1. Pemerintah diharapkan
III. KESIMPULAN DAN SARAN mengeluarkan beberapa kebijakan
A. Kesimpulan yang strategis yaitu dengan
1. Pengaturan tindak pidana menjual menetralkan pasar dari produk rokok
barang kena cukai yang tidak dilekati illegal dengan melakukan operasi
pita cukai diatur dalam Pasal 54 rutin terhadap pasar dan pabrik di
Undang-Undang Nomor 11 Tahun berbagai daerah.
1995 sebagaimana telah dirubah 2. Agar setiap orang yang mengetahui
dengan Undang-Undang Nomor 39 adanya tindak pidana menjual barang
tahun 2007 Tentang Cukai sehingga kena cukai yang tidak dilekati pita
terdakwa dinyatakan telah terbukti cukai dapat melaporkannya dan juga
secara sah melakukan tindak pidana dapat dikenakan sanksi pidana bagi
sebagaimana didakwakan dalam yang mengetahui adanya tindak
dakwaan pertama penuntut umum pidana tersebut tetapi tidak
sehingga terdakwa dijatuhi pidana melaporkannya
yang setimpal denganperbuatannya.
2. Pertanggungjawaban pidana tindak
pidana menjual barang kena cukai
yang tidak dilekati pita cukai
berdasarkan putusan Nomor
18/Pid.Sus/2020/PN Mdn yaitu
pelaku telah terbukti secara sah dan
meyakinkan bersalah melakukan
tindak pidana menjual barang kena
cukai yang tidak dilekati pita cukai
dipidana berupa pidana penjara
selama 1 (satu) tahun dan 4 (empat)
bulan, dan denda sejumlah Rp
25.000.000,00 (dua puluh lima juta
rupiah), dengan ketentuan jika denda
tidak dibayarkan maka harta benda
atau pendapatan terdakwa dapat
disita oleh Jaksa sejumlah denda
yang harus dibayarkan dan jika tidak
mencukupi maka diganti dengan
pidana kurungan selama 2 (dua)
bulan.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 309
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

DAFTAR PUSTAKA Hadi, Sutrisno, Metodologi Riset nasional,


Akmil, Magelang, 2017.
A. Buku Huda, Chairul, Dari Tiada Pidana Tanpa
Kesalahan Menuju Kepada Tiada
Achmad, Kadir, Penegakan Hukum di Bidang Pertanggungjawaban Pidana Tanpa
Cukai, Kementerian Keuangan Kesalahan. Prenada Media Group,
Republik Indonesia, Badan Pendidikan Jakarta, 2008
dan Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea
dan Cukai, 2013. Ibrahim, Johnny, Teori dan Metodologi
Penelitian Hukum Normatif, Bayumedia
Ali, Mahrus, Dasar-Dasar Hukum Pidana. Sinar Publishing, Malang, 2008.
Grafika, Jakarta, 2011.
Kansil, C.S.T, Hukum Tata Negara Rapublik
Ali, Zainuddin, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Indonesia, Rineka Cipta, Jakarta,
Palu, 2013. 2016.

-----------, Metode Penelitian Hukum, Sinar ----------. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Grafika, Jakarta, 2009. Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 2016.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar
Metode Penelitian Hukum, Raja Kansil, C.S.T dan Christine S.T.Kansil, Pokok-
Grafindo Persada, Jakarta, 2014. Pokok Hukum Cukai dan
Meterai,Pustaka Sinar Harapan,
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Jakarta, 2017
Hukum Pidana: (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Khair, Abul dan Mohammad Eka Putra,
Kencana, Jakarta, 2016. Pemidanaan, Usu Press, Medan,
2011.
Bambang, Semedi, Pengawasan Kepabeanan,
Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai, Kontjaraningrat, Metode-Metode Penelitian
Jakarta, 2013. Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 2007.

Chazawi, Adami, Pelajaran Hukum Pidana Kusumaatmaja, Mochtar, Konsep Hukum


Bagian 2, Rajagrafindo Persada, Dalam Pembangunan, Alumni,
Jakarta, 2017. Bandung, 2012.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Makarao, Taufik dan Suharsil, Hukum Acara
.Pertumbuhan dan Perkembangan Bea Pidana dalam Teori dan Praktek,
dan Cukai, Bina Ceria, Jakarta, 2014. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2014.

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Manan, Bagir, Pertumbuhan dan


Pertumbuhan dan Perkembangan Bea Perkembangan Konstitusi Suatu
dan Cukai Seri 2. Bina Ceria, Jakarta, Negara, Mandar Maju, Bandung,
2015 2015.

Farid, Zainal Abidin, Hukum Pidana I, Sinar Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan
Grafika, Jakarta, 2015. Tertulis di Indonesia, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2012.
Hamdan, M. Tindak Pidana Suap dan Money
Politics, Pustaka Bangsa Press, Moeljatno, Perbuatan Pidana dan
Medan, 2015. Pertanggungjawaban Dalam Pidana,
Seksi Ke-pidanaan FH UGM,
Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, 2014.
Rienka Cipta, Jakarta, 2016.
-----------; Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Hanafi, Mahrus, Sisitem Pertanggung Jawaban Cipta, Jakarta, 2018.
Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, 2015.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 310
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Moleong, Lexy J, Metodologi Penelitian


Kualitatif, Remaja Rosdakarya, Soekardono,R, Hukum Dagang Indonesia.
Bandung, 2013. Rajawali, Jakarta, 2011

Muladi dan Barda Nawai Arif, Teori-Teori dan Soemantoro, Aspek-aspek Pidana di Bidang
Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, Ekonomi. Ghalia, Jakarta, 2012.
2016.
Soemitro, Roni Hantijo, Metodologi Penelitian
Mulyadi, Lilik, Kompilasi Hukum Pidana Dalam Hukum Dan Jurimetri, Ghalia
Perspektif Teoritis Dan Prakter Indonesia, Jakarta 2018.
Pradilan, Mandar Maju, Bandung,
2017. Sopandi, Eddi Beberapa Hal dan Catatan
Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Kata Pengantar, Refika Aditama,
Sosial, Universitas Gajah Mada Press, Bandung, 2013.
Yogyakarta, 2013.
Soesilo. R. Kitab Undang-Undang Hukum
Prakoso, Djoko, Asas-Asas Hukum Pidana di Pidana, Politea: Bogor, 2008.
Indonesia, Liberty Yogyakarta, 2017.
Sriyono, Diklat Jarak Jauh Teknis Substantif
Prodjohamidjojo, Martiman, Memahami Dasar- Spesialisasi Cukai : Modul 2 Undang-
Dasar Hukum Pidana Indoesia, Undang Cukai. Badan Pendidikan dan
Pradnya Paramita, Jakarta, 2011. Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea dan
Cukai, Jakarta, 2014.
Purwito, Ali, Kepabeanan dan Cukai, Badan
Penerbit Hukum UI, Jakarta, 2016. Subiyantoro, Heru, Kebijakan Fiskal,
Pemikiran, Konsep Dan Implementasi,
Rasjidi, Lili, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Kompas Media Nusantara, Jakarta,
Mandar Maju, Bandung, 2013. 2014.

Ravena, Dey dan Kristian, Kebijakan Kriminal Sudarto, Hukum Pidana, Yayasan Sudarto,
(Criminal Policy), Kencana, Jakarta, Semarang, 2012.
2017.
Sudikno dan Pitlo, Bab-Bab Tentang
Saleh, Roeslan, Pikiran-Pikiran Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti,
Pertanggung Jawaban Pidana, Ghalia Bandung, 2013.
Indonesia, Jakarta, 2010.
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian
----------; Perbuatan Pidana dan Hukum, Suatu Pengantar, PT.
Pertanggungjawaban Pidana Dua RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2018.
Pengertian dalam Hukum Pidana,
Aksara Baru, Jakarta, 2013. Surayawan, Ryan Firdiansyah, Pengantar
Kepabeanan, Imigrasi dan Karantina,
Semedi, Bambang, Modul Tindak Pidana Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013.
Kepabeanan dan Cukai, Pusdiklat Bea
Dan Cukai, Jakarta, 2019 Sutarto, Eddhi, Rekontruksi Hukum Pabean
Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2010.
Simatupang, Nursariani & Faisal, Kriminologi
Suatu Pengantar, Pustaka Prima, Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Kepabeanan,
Medan, 2016. Sinar Grafika, Jakarta: 2012.

Soekanto, Soerjono, Faktor-Faktor Yang Syamsu, Muhammad Ainul, Pergeseran Tutur


Mempengaruhi Penegakan Hukum, Serta Melakukan dalam Ajaran
Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014. Penyertaan, Kencana Prenadamedia
Group, Jakarta, 2014.
Soekanto, Soerjono, dan Sri Mamudji,
Penelitian Hukum Normatif, Suatu Tedjosaputro, Liliana, Etika Profesi Notaris
Tinjauan Singkat,Raja Grafindo Dalam Penegakan Hukum Pidana,
Persada, Jakarta, 2015. Bigraf Publishing, Yogyakarta, 2015.

Jurnal Hukum KAIDAH


JURNAL HUKUM KAIDAH 311
Media Komunikasi dan Informasi Hukum dan Masyarakat

Undang-Undang Nomor 11 Tahun


Tongat, Dasar-Dasar Hukum Pidana dalam 1995 Tentang Cukai Di Wilayah
Perspektif Pembaharuan, UMM Press, Hukum Kantor Pengawasan Dan
Malang, 2009. Pelayanan Bea Dan Cukai (Kppbc)
Tipe Madya Pabean B Kota
Waluyadi, Hukum Pembuktian dalam Perkara Tanjungpinang Provinsi Kepulauan
Pidana, Mandar Maju, Bandung, 2014. Riau”, JOM Fakultas Hukum Volume
III nomor 1, Februari 2016.
Waluyo, Bambang, Implementasi Kekuasaan
Kehakiman RI, Sinar Grafika, Jakarta,
2011.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Kitab Undang-Undang Hukum Pidana.

Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007


Tentang Perubahan Atas Undang-
Undang Nomor 11 Tahun 1995
Tentang Cukai, Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor
105, tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4755.

C. Jurnal/Artikel/Karya Ilmiah

Gultom, Elfrida, “Bea Cukai Sebagai


Akselerator Pelabuhan”. Jurnal
Legislasi Indonesia. Volume 3 Nomor 4
Desember 2016.

Jusriati, Dian, Apa Itu Barang Kerna Cukai”,


Artikel pada Warta Bea Cukai, Edisi
406, September 2018.

Yudijaya Kurniadi, Kebijakan Hukum Pidana


Dalam Upaya Perbuatan Pemalsuan
Pita Cukai Berdasarkan UU Cukai,
Diponegoro Law Review, Volume 5,
Nomor 2, Tahun 2016.

Santoso, S., Pengawasan di Bidang Cukai.


Artikel pada majalah bulanan Warta
Bea Cukai. Edisi 395. Jakarta Oktober
2017.

Syahputra, Azmi, “Pertanggung Jawaban


Pidana Terhadap Tindak Pidana
Penyeludupan”, Jurnal Ilmu Hukum,
Volume 3 No. 1 Tahun 2020.

Syahputra, Irwandi, “Penegakan Hukum


Peredaran Rokok Ilegal Tanpa Cukai
Berdasarkan Undang-Undang Nomor
39 Tahun 2007 Perubahan Atas

Jurnal Hukum KAIDAH

Anda mungkin juga menyukai