merugikan negara khususnya dalam bidang cukai di Indonesia adalah produk hasil
perpajakan. Pajak adalah sumber terpenting tembakau, berupa Cigaret yang dalam
dari penerimaan negara, terlebih khusus dalam terminologi sehari-hari dikenal dengan istilah
hal ini adalah pajak cukai. Lalu diatur pula rokok. Rokok merupakan sebuah produk hasil
pada Pasal 1 ayat 1 Undang Undang Nomor tembakau yang sangat diminati oleh
2
39 Tahun 2007 tentang Cukai yang berbunyi masyarakat Indonesia. Permintaan yang tinggi
“Cukai adalah pungutan negara yang akan produksi rokok oleh masyarakat dan
dikenakan terhadap barang-barang tertentu tingginya cukai rokok yang dikenakan oleh
yang mempunyai sifat atau karakteristik yang pemerintah Republik Indonesia, maka
Pungutan ini dilakukan terhadap barang- menghindar untuk membayar cukai rokok.
barang tertentu yang sudah ditetapkan dan Mereka mengedarkan atau menjual rokok
terdapat pada Pasal 4 ayat (1) Undang- tanpa pita cukai. Hal ini dimaksudkan agar
Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai mereka mendapatkan untung yang besar.
(1) Cukai dikenakan terhadap barang kena tersebut, jelas telah melanggar perundang-
cukai yang terdiri dari : undangan di Indonesia, yakni Undang-Undang
a. Etil alkohol atau etanol, dengan tidak
mengindahkan bahan yang digunakan Nomor 39 Tahun 2007 Pasal 54, dan termasuk
dan proses pembuatannya; kedalam tindak pidana cukai.
b. Minuman yang mengandung etil
alkohol dalam kadar berapa pun, Barang-barang tertentu yang
dengan tidak mengindahkan bahan mempunyai sifat atau kharakteristik
yang digunakan dan proses
pembuatannya, termasuk konsentrat konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya
yang mengandung etil alkohol; perlu diawasi, pemakaiannya dapat
c. Hasil tembakau, yang meliputi sigaret,
cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat
hasil pengolahan tembakau lainnya, atau lingkungan hidup, atau pemakaiannya
dengan tidak mengindahkan
digunakan atau tidak bahan pengganti perlu pembebanan pungutan negara demi
atau bahan pembantu dalam keadilan dan keseimbangan, dikenai cukai
pembuatannya.
berdasarkan undang-undang tentang cukai
Kemudian ada beberapa karakteristik
yang menyebabkan barang tertentu terkena
cukai. Dalam Pasal 2 ayat (1) huruf A-D
2
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007, Dian Jusriati, Apa Itu Barang Kerna
dinyatakan: Cukai”, Artikel pada Warta Bea Cukai, Edisi 406,
September 2018, h. 46
barang-barang tertentu tersebut selanjutnya dilekati pita cukai merupakan salah satu
3
dinyatakan sebagai barang kena cukai. tindakan pidana.5
Rokok atau produk hasil tembakau Ketentuan tindak pidana mengenai
masih menjadi primadona bagi peneriman cukai secara khusus di atur dalam Undang-
negara dari sector perpajakan khususnya cukai Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang
di samping pengenaan cukai pada MMEA Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11
(Minuman Mengandung Etil Alkohol) dan EA Tahun 1995 tentang Cukai bahwa : “Setiap
(Etil Alkohol). Pengenaan cukai pada produk orang yang menawarkan, menyerahkan,
rokok dan tembakau telah memberikan menjual, atau menyediakan untuk dijual barang
kontribusi yang sangat signifikan bagi negara, kena cukai yang tidak dikemas untuk penjual
dan setiap tahunnya penerimaan selalu enceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak
melebihi target yang ditetapkan dan di satu sisi dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya dan
target yang ditetapkan selalu naik. bagi setiap orang yang menimbun menyimpan,
Keberhasilan Direktorat Jendral Bea Cukai memiliki, menjual, menukar, memperoleh, atau
(DJBC) menghimpun pendapatan bagi pundi- memberikan barang kena cukai yang
pundi Negara dari sektor cukai dalam diketahuinya atau patut harus diduganya
kenyataannya tidak selalu diikuti oleh berasal dari tindak pidana berdasarkan
kewajiban para pembayar pajak dan cukai. Hal undang-undang ini dipidana dengan pidana
ini terbukti dengan masih banyaknya pabrik penjara paling singkat 1 (satu) tahun dan
atau perusahaan rokok yang tidak paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda
menggunakan pita cukai pada produknya atau paling sedikit 2 (dua) kali nilai cukai dan paling
menyalahgunakan pemakaian pita cukai hanya banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang
untuk menghindari kewajibannya pada negara, seharusnya dibayar.6
sehingga negara berpotensi besar kehilangan Kasus tindak pidana menjual barang
pendapatannya. 4 kena cukai yang tidak dilekati pita cukai dapat
Pemerintah dalam hal ini Direktorat dilihat dalam Putusan Nomor
Jendral Bea dan Cukai melakukan upaya 18/Pid.Sus.2020/PN.Mdn dengan terdakwa
pengawasan serta pencegahan peredaran Masykur Ridwan yang terbukti secara sah dan
hasil pelanggaran dari pengusaha ini baik meyakinkan bersalah melakukan Tindak
peredaran rokok tanpa dilekati pita cukai atau Pidana telah menawarkan, menyerahkan,
perolehan hak bukan dari kewajiban menjual atau menyediakan untuk dijual barang
pengusaha itu sendiri atau bentuk pelanggaran
5
Irwandi Syahputra, “Penegakan Hukum
yang lain dengan mengeluarkan berbagai
Peredaran Rokok Ilegal Tanpa Cukai Berdasarkan
macam kebijakan. Peredaran rokok tanpa Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Perubahan
Atas Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
Tentang Cukai Di Wilayah Hukum Kantor
Pengawasan Dan Pelayanan Bea Dan Cukai
(Kppbc) Tipe Madya Pabean B Kota Tanjungpinang
Provinsi Kepulauan Riau”, JOM Fakultas Hukum
3
Eddhi Sutarto, Rekontruksi Hukum Volume III nomor 1, Februari 2016, h.2
6
Pabean Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2014, h.111. Semedi Bambang, Pengawasan
4
Andrian Sutedi, Aspek Hukum Kepabeanan, Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai,
Kepabeanan, Sinar Grafika, Jakarta: 2012, h. 74 Jakarta, 2013, h.17.
kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan 1. Untuk mengetahui pengaturan tindak
eceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak pidana menjual barang kena cukai yang
dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya, tidak dilekati pita cukai.
berupa hasil tembakau jenis sigaret tanpa 2. Untuk mengetahui pertanggungjawaban
dilekati pita cukai” sebagaimana diatur dan pidana tindak pidana menjual barang kena
diancam pidana dalam Pasal 54 Undang- cukai yang tidak dilekati pita cukai
Undang RI No. 11 Tahun 1995 sebagaimana berdasarkan putusan Nomor
telah diubah dengan Undang-Undang RI No. 18/Pid.Sus/2020/PN Mdn.
39 Tahun 2007 tentang Cukai.
Pelaku menawarkan, menyerahkan, D. Kegunaan/Manfaat Penelitian
menjual atau menyediakan untuk dijual barang Penelitian ini memiliki manfaat teoritis
kena cukai yang tidak dikemas untuk penjualan dan praktis. Adapun kedua kegunaan tersebut
eceran atau tidak dilekati pita cukai atau tidak adalah sebagai berikut:
dibubuhi tanda pelunasan cukai lainnya, 1. Secara teoritis diharapkan menjadi bahan
berupa hasil tembakau jenis sigaret yaitu rokok untuk pengembangan wawasan dan
merk W One sebanyak 2 (dua) karton, 1 (satu) kajian lebih lanjut bagi para teoritis yang
slop rokok merk Seven Star, 8 (delapan) slop ingin mengetahui dan memperdalam
rokok merk Esse Change, 11 (sebelas) slop tentang masalah tindak pidana menjual
rokok merk Marlboro, 1 (satu) slop rokok merk barang kena cukai yang tidak dilekati pita
Leader, 5 (lima) slop Benson & Hedges, 15 cukai.
(lima belas) slop rokok merk L&M, 9 (sembilan) 2. Secara praktis adalah :
slop rokok merk Manchester, 4 (empat) slop a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat
rokok merk 555, 3 (tiga) slop rokok merk memberikan sumbangan dalam bentuk
Dunhill, tanpa dilekati pita cukai. masukan atau saran yang baik untuk
masyarakat maupun pemerintah
B. Rumusan Masalah khususnya penindakan cukai ilegal.
Adapun yang menjadi rumusan b. Hasil penelitian ini dapat dijadikan
masalah yang akan diteliti adalah sebagai bahan masukan bagi instansi
berikut: khususnya penindakan cukai ilegal
1. Bagaimana pengaturan tindak pidana pada pengawasan kantor dan
menjual barang kena cukai yang tidak pelayanan bea dan cukai.
dilekati pita cukai ?
2. Bagaimana pertanggungjawaban pidana E. Keaslian Penelitian
tindak pidana menjual barang kena cukai Berdasarkan pemeriksaan yang telah
yang tidak dilekati pita cukai berdasarkan dilakukan oleh peneliti di perpustakaan
putusan Nomor 18/Pid.Sus/2020/PN Mdn ? Universitas Islam Sumatera Utara diketahui
bahwa penelitian tentang “Tindak Pidana
C. Tujuan Penelitian Menjual Barang Kena Cukai Yang Tidak
Adapun tujuan penelitian ini adalah: Dilekati Pita Cukai Dalam Perspektif Undang-
Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Cukai Negara yang selalu meningkat dari tahun ke
(Analisis Putusan Nomor tahun, maupun penyerapan tenaga kerja oleh
18/Pid.Sus.2020/PN.Mdn)”. belum pernah industri rokok, di samping fungsi utamanya
dilakukan dalam pendekatan dan perumusan yaitu regulater yang pada dasarnya
masalah yang sama. membatasi, mengurangi bahkan meniadakan
peredaran barang kena cukai yang berdampak
II. PEMBAHASAN negatif bagi kesehatan dan ketertiban umum.8
A. PENGATURAN TINDAK PIDANA pertimbangan pembentukan Undang-
MENJUAL BARANG KENA CUKAI Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai
YANG TIDAK DILEKATI PITA CUKAI adalah:
1. Dasar Hukum Pungutan Cukai 1. Peraturan perundang-undangan cukai yang
selama ini dipergunakan sebagai dasar
Salah satu faktor penting yang menjadi
pemungutan cukai, sudah tidak sesuai
daya tarik mengapa cukai sering dibicarakan dengan perkembangan hukum dan
perekonomian nasional;
oleh berbagai kalangan masyarakat adalah
2. Dasar hukum pemungutan cukai yang
peranannya terhadap pembangunan dalam berlaku selama ini terdiri dari beberapa
ordonansi yang memberi perlakuan
bentuk sumbangannya kepada penerimaan
berbeda-beda dalam pengenaan cukainya,
negara yang tercermin pada Anggaran sehingga kurang mencerminkan asas
keadilan dan belum dapat memanfaatkan
Pendapatan dan Belanja Negara yang selalu
potensi objek cukai yang ada secara
meningkat dari tahun ke tahun, di samping optimal serta kurang memperhatikan aspek
perlindungan masyarakat.9
fungsi utamanya yaitu regulater yang pada
dasarnya membatasi, mengurangi bahkan Dengan mengacu pada politik hukum
meniadakan peredaran barang kena cukai nasional, penyatuan materi yang diatur dalam
yang berdampak negatif bagi kesehatan dan Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
ketertiban umum. tentang Cukai merupakan upaya
Cukai merupakan salah satu bentuk penyederhanaan hukum di bidang cukai yang
pajak tidak langsung, namun memiliki diharapkan dalam pelaksanaannya dapat
karakteristik yang berbeda, yang khusus, yang diterapkan secara praktis, efektif, dan efisien.
tidak dimiliki oleh jenis-jenis pajak lainnya, Hal-hal baru yang diatur dalam Undang-
bahkan tidak serupa dengan jenis pajak yang Undang Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai
sama-sama tergolong kategori pajak tidak yang tidak terdapat dalam kelima ordonansi
langsung. 7 Salah satu faktor penting yang cukai yang berlaku sebelum ini antara lain
menjadi daya tarik mengapa cukai sering ketentuan tentang sanksi administrasi,
dibicarakan oleh berbagai kalangan lembaga banding, audit di bidang cukai, dan
masyarakat adalah peranannya terhadap penyidikan. Hal-hal yang baru tersebut dalam
pembangunan dalam bentuk sumbangannya pelaksanaannya akan lebih menjamin
kepada penerimaan negara yang tercermin perlindungan kepentingan masyarakat dan
pada Anggaran Pendapatan dan Belanja
7
Ryan Firdiansyah Surayawan, Pengantar
8
Kepabeanan, Imigrasi dan Karantina, Mitra Wacana Ibid, h.8.
9
Media, Jakarta, 2013, h.7 Ibid, h.4.
menciptakan iklim usaha yang dapat lebih barang yang konsumsinya harus dibatasi,
mendukung laju pembangunan nasional. barang-barang yang distribusinya harus
Undang-Undang Nomor 11 Tahun diawasi, barang-barang yang konsumsinya
1995 tentang Cukai, selain bertujuan membina berdampak pada rusaknya lingkungan hidup
dan mengatur, juga memperhatikan prinsip : dan sebagai sarana untuk memenuhi rasa
1. Keadilan dalam keseimbangan, yaitu kebersamaan dan keadilan di masyarakat.
kewajiban cukai hanya dibebankan kepada
Terhadap barang-barang yang memenuhi
orang-orang yang memang seharusnya
diwajibkan untuk itu dan semua pihak yang kriteria tersebut dapat dikenakan cukai. Contoh
terkait diperlakukan dengan cara yang
komoditi yang dapat dikenakan cukai adalah
sama dalam hal dan kondisi yang sama;
2. Pemberian insentif yang bermanfaat bagi semen, karena semen dapat menimbulkan
pertumbuhan perekonomian nasional, yaitu
dampak negatif terhadap lingkungan, sosial
berupa fasilitas pembebasan cukai,
contohnya pembebasan cukai terhadap maupun kesehatan masyarakat, disamping itu
barang kena cukai yang digunakan untuk
semen sudah dikenakan cukai di 27 negara
keperluan penelitian dan pengembangan
ilmu pengetahuan. termasuk Malaysia, Korea dan India.
3. Pembatasan dalam rangka perlindungan
Berkenaan dengan pita cukai hasil
masyarakat di bidang kesehatan,
ketertiban, dan keamanan; tembakau, maka sejak tahun 2004 telah
4. Netral dalam pemungutan cukai yang tidak
dikeluarkan Peraturan Direktur Jenderal Bea
menimbulkan distorsi pada perekonomian
nasional; dan Cukai Nomor Kep-112/BC/2004 tentang
5. Kelayakan administrasi dengan maksud
desain dan warna pita cukai hasil tembakau
agar pelaksanaan administrasi cukai dapat
dilaksanakan secara tertib, terkendali, dan surat edaran Direktur Jenderal Bea dan
sederhana, dan mudah dipahami oleh
Cukai Nomor 28 Tahun 2004 tentang
anggota masyarakat;
6. Kepentingan penerimaan negara, dalam arti Pemberian Identitas Pabrik pada pita cukai
fleksibilitas ketentuan dalam undang-
hasil tembakau dalam rangka personalisasi
undang dapat menjamin peningkatan
penerimaan negara, sehingga dapat yang mulai diberlakukan bulan Januari tahun
mengantisipasi kebutuhan peningkatan
2005.
pembiayaan pembangunan nasional;
7. Pengawasan dan penerapan sanksi untuk Pemerintah melalui Menteri Keuangan
menjamin ditaatinya ketentuan yang diatur
menerbitkan kebijakan tentang penetapan
dalam Undang-Undang.10
golongan dan tarif cukai hasil tembakau
Berdasarkan Undang-Undang No. 11 terhadap pengusaha pabrik hasil tembakau
tahun 1995 tentang Cukai, pengenaan cukai yang memiliki keterkaitan, yang akan mulai
pada tiga produk yaitu hasil tembakau, berlaku 12 Juni 2013. Kebijakan tersebut
minuman mengandung etil alkohol (MMEA)
ditetapkan melalui Peraturan Menteri
dan etil alkohol (EA) merupakan hasil Keuangan Nomor 78/PMK.011/2013 tanggal
penunjukan dengan berbagai pertimbangan 12 April 2013.
berdasarkan aturan jaman Belanda. Namun ke Landasan hukum PMK Nomor
depannya, untuk menentukan suatu objek 78/PMK.011/2013 adalah dalam rangka
cukai baru, maka penentuannya ditetapkan melaksanakan ketentuan Pasal 5 ayat (5) UU
berdasarkan empat karakteristik yaitu barang- Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas
UU Nomor 11 tahun 1995 tentang Cukai yang
10
Ibid, h.7.
memberikan kewenangan kepada Menteri semenda dalam garis keturunan lurus dan/atau
Keuangan untuk mengatur besaran dan ke samping dua derajat.12
perubahan tarif cukai. Aspek lain yang diatur dalam PMK
PMK Nomor 78/PMK.011/2013 Nomor 78/PMK.011/2013 adalah tata cara
merupakan pengganti Peraturan Menteri penetapan pengusaha pabrik yang memiliki
Keuangan Nomor 1911PMK.04/2010 yang hubungan keterkaitan (pernyataan diri/self
mengatur mengenai ketentuan hubungan declare dari pengusaha pabrik atau
keterkaitan di bidang cukai dengan beberapa pembuktian oleh Pejabat Bea dan Cukai) dan
perubahan pokok-pokok kebijakan dan tata cara pencabutan penetapan,
selanjutnya istilah hubungan istimewa diganti penggolongan dan tarif cukai pengusaha
menjadi hubungan keterkaitan. pabrik yang memiliki hubungan keterkaitan.
Kebijakan cukai ini dibuat dalam Mengatur kewajiban bagi seluruh
rangka mewujudkan iklim usaha industri hasil pengusaha pabrik untuk menyatakan diri
tembakau yang kondusif dan mengamankan memiliki atau tidak memiliki hubungan
penerimaan negara dari upaya penghindaran keterkaitan, serta kewajiban Kepala Kantor
tarif cukai, sehingga perlu diatur ketentuan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC)
mengenai hubungan keterkaitan antarpabrik untuk melakukan penagihan atas kekurangan
hasil tembakau dan menetapkan perhitungan pembayaran cukai dan pungutan
penggolongan dan tarif cukai hasil tembakau Negara lainnya yang terjadi akibat penetapan
atas pabrik yang memiliki hubungan hubungan keterkaitan.13
keterkaitan dengan pabrik lainnya.11 Pada saat PMK Nomor
Pokok kebijakan utama yang diatur 78/PMK.011/2013 ini berlaku, ketentuan Pasal
dalam PMK yang baru tersebut adalah 21A Peraturan Menteri Keuangan Nomor
mengenai kriteria hubungan keterkaitan, di 191/PMK.04/2010 tentang Perubahan atas
mana pengusaha pabrik hasil tembakau PMK Nomor 200/PMK.04/2008 tentang Tata
ditetapkan memiliki hubungan keterkaitan Cara Pemberian, Pembekuan, Dan
dengan pengusaha pabrik lainnya apabila Pencabutan Nomor Pokok Pengusaha Barang
memiliki keterkaitan dari aspek permodalan Kena Cukai Untuk Penqusaha Pabrik Dan
dan manajemen kunci. Aspek penggunaan Importir Hasil Tembakau dicabut dan
bahan baku barang kena cukai berupa dinyatakan tidak berlaku. Personalisasi pita
tembakau iris yang diperoleh dari pengusaha cukai merupakan suatu langkah konkret yang
pabrik lainnya yang mempunyai penyertaan dikeluarkan oleh pemerintah dalam hal ini
modal paling sedikit 10 persen, dan/atau Direktur Jenderal Bea dan Cukai untuk
hubungan keluarga baik sedarah maupun mengamankan penerimaan Negara dari sektor
cukai dan menekan semaksimal mungkin
peredaran rokok illegal yang pada prinsipnya
11
Sriyono, Diklat Jarak Jauh Teknis
Substantif Spesialisasi Cukai : Modul 2 Undang-
Undang Cukai. Badan Pendidikan dan Pelatihan 12
Soemantoro, Aspek-aspek Pidana di
Keuangan Pusdiklat Bea dan Cukai, Jakarta, 2014, Bidang Ekonomi. Ghalia, Jakarta, 2012, h.74.
h.77. 13
Ibid, h.76.
mangkir dari kewajiban membayar pajak dan berpengaruh terhadap kesehatan individu
dan masyarakat.
14
cukai. 3. Untuk mengendalikan konsumsi (to
discourage consumption). Cukai adalah
Latar belakang pemberlakuan instrumen efektif yang dapat menghalangi
personalisasi pita cukai adalah maraknya konsumsi terhadap produk-produk yang
berdampak negatif seperti rokok dan
peredaran rokok illegal dengan menggunakan minuman beralkohol.
4. Untuk mengenakan biaya penggunaan jalan
berbagai macam modus yang tidak hanya yang disediakan oleh Pemerintah (to charge
road users for government-provided
merugikan negara, tetapi juga services). Pada dasarnya penyediaan
pabrik/perusahaan rokok yang beroperasi prasarana umum kepada masyarakat
merupakan tugas dan tanggung jawab
dengan legal. Dengan pemberlakuan pemerintah. Terlebih apabila pembiayaan
infrastruktur yang dibangun tidak diminati
personalisasi pita cukai setidaknya dapat oleh sektor swasta.
5. Untuk tujuan-tujuan lainnya, seperti:
menciptakan suatu persaingan usaha yang
membiayai riset ilmu pengetahuan,
kondusif diantara pabrik/perusahaan rokok mendukung peningkatan lapangan
pekerjaan, dan lain-lain.16
yang ada dan juga menekan jumlah peredaran
rokok illegal.15 Subjek di bidang cukai diatur secara
Pungutan cukai ditujukan untuk khusus dalam Pasal 14 Undang-Undang
maksud-maksud tertentu yang diinginkan Nomor 39 Tahun 2007 tentang Perubahan
otoritas pemerintah agar suatu produk tidak Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
leluasa dikonsumsi masyarakat. Alasan tentang Cukai sebagai berikut : Setiap orang
pengenaan cukai tentu saja bersifat yang akan menjalankan kegiatan sebagai :
diskriminatif sesuai dengan tujuan dasar yang 1. Pengusaha pabrik
Pengusaha pabrik adalah orang yang
diinginkan pemerintah. Berkaitan dengan
mengusahakan pabrik
tujuan pungutan cukai, mengidentifikasikan 2. Pengusaha tempat penyimpanan
beberapa tujuan mendasar dari pemungutan Pengusaha tempat penyimpanan adalah
orang yang mengusahakan tempat
cukai oleh otoritas negara, antara lain : penyimpanan.
1. Untuk meningkatkan pendapatan (to raise 3. Importir barang kena cukai
revenue). Sama halnya dengan pungutan Importir barang kena cukai adalah orang
pajak lainnya, instrumen cukai juga memiliki baik secara pribadi maupun badan hukum
fungsi budgetair, yaitu sebagai salah satu
sumber penerimaan negara yang cukup yang memasukkan barang kena cukai ke
penting. dalam daerah pabean.
2. Untuk mengkompensasikan biaya 4. Penyalur.
eksternalitas (to reflect external costs). Penyalur adalah orang yang menyalurkan
Biaya eksternalitas adalah kerugian atau
keuntungan-keuntungan yang diderita atau atau menjual barang kena cukai yang
dinikmati pelaku ekonomi karena tindakan sudah dilunasi cukainya yang semata-mata
pelaku ekonomi lain. Biaya eksternalitas ditujukan bukan kepada konsumen akhir.
akan menyebabkan pasar tidak bisa
mencapai efisiensi (diseconomies 5. Pengusaha tempat penjualan eceran, wajib
externality). Dalam konteks pungutan cukai, memiliki izin berupa Nomor Pokok
biaya eksternalitas yang dimaksudkan Pengusaha Barang Kena Cukai dari
adalah beban yang harus ditanggung Menteri.
pemerintah sebagai akibat konsumsi Pengusaha tempat penjualan eceran
terhadap produk-produk yang dikenakan
cukai. Ilustrasi sederhananya sebagai adalah orang yang mengusahakan tempat
berikut: konsumsi terhadap rokok akan penjualan eceran.17
14 16
Ibid, h.77. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,
15
S.Santoso, Pengawasan di Bidang Pertumbuhan dan Perkembangan Bea dan Cukai
Cukai. Artikel pada majalah bulanan Warta Bea Seri 2. Bina Ceria, Jakarta, 2015, h. 29.
Cukai. Edisi 395. Jakarta Oktober 2017, h.31. 17
Adrian Sutedi, Op.Cit, h.48.
diatur di dalam Pasal 52 yaitu pengusaha ayat (1b) yang palsu atau dipalsukan,
pabrik atau pengusaha tempat dipidana dengan pidana penjara paling
penyimpanan yang mengeluarkan barang singkat 1 (satu) tahun dan paling lama 6
kena cukai dari pabrik atau tempat (enam) tahun dan pidana denda paling
penyimpanan tanpa mengindahkan sedikit Rp75.000.000,00 (tujuh puluh lima
ketentuan sebagaimana dimaksud di juta rupiah) dan paling banyak
dalam Pasal 25 ayat (1) dengan maksud Rp750.000.000,00 (tujuh ratus lima puluh
mengelakkan pembayaran cukai, dipidana juta rupiah).
dengan pidana penjara paling singkat 1 4. Tindak pidana tentang barang kena cukai
(satu) tahun dan paling lama 5 (lima) tahun yang telah dikemas tanpa dilekati pita
dan pidana denda paling sedikit 2 (dua) cukai yang diatur di dalam Pasal 54 yaitu
kali nilai cukai dan paling banyak 10 setiap orang yang menawarkan,
(sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya menyerahkan, menjual atau menyediakan
dibayar. untuk dijual BKC yang tidak dikemas untuk
3. Tindak pidana yang terkait pencatatan penjualan eceran atau tidak dilekati pita
barang kena cukai ke dalam buku cukai atau tidak dibubuhi tanda pelunasan
persediaan yang diatur di dalam Pasal 51 cukai lainnya sebagaimana dimaksud
yaitu pengusaha pabrik yang tidak dalam Pasal 29 ayat (1) dipidana dengan
melakukan pencatatan sebagaimana pidana penjara paling singkat 1 (satu)
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a tahun dan paling lama 5 (lima) tahun
atau pengusaha tempat penyimpanan dan/atau pidana denda paling sedikit 2
yang tidak melakukan pencatatan (dua) kali nilai cukai dan paling banyak 10
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 (sepuluh) kali nilai cukai yang seharusnya
ayat (2), yang mengakibatkan kerugian dibayar.
negara, dipidana dengan pidana penjara 5. Tindak pidana tentang pita cukai palsu dan
paling lama 4 (empat) tahun dan/atau penggunaan pita cukai bekas barang kena
denda paling banyak 10 (sepuluh) kali nilai cukai yang diatur di dalam Pasal 55 yaitu
cukai yang seharusnya dibayar, dan Pasal setiap orang yang:
53 yaitu setiap orang yang dengan sengaja a. Membuat secara melawan hukum,
memperlihatkan atau menyerahkan buku, meniru, atau memalsukan pita cukai
catatan, dan/atau dokumen, sebagaimana atau tanda pelunasan cukai lainnya.
dimaksud di dalam Pasal 36 ayat (1) atau b. Membeli, menyimpan,
laporan keuangan, buku, catatan dan mempergunakan, menjual,
dokumen yang menjadi bukti dasar menawarkan, menyerahkan,
pembukuan, dan dokumen lain yang menyediakan untuk dijual, atau
berkaitan dengan kegiatan usaha, mengimpor pita cukai atau tanda
termasuk data elektronik serta surat yang pelunasan cukai lainnya yang palsu
berkaitan dengan kegiatan di bidang cukai atau dipalsukan.
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39
(satu milyar rupiah) dan paling banyak pada waktu penuntutan diwakili oleh
Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah). seorang pengurus atau jika ada lebih
10. Tindak pidana yang dilakukan oleh badan dari seorang pengurus oleh salah
hukum, perseroan, perusahaan, seorang dari mereka itu dan wakil
perkumpulan, yayasan atau koperasi tersebut dapat diwakili oleh seorang
terkait barang kena cukai yang diatur di lain. Terhadap badan hukum,
dalam Pasal 61 yaitu jika suatu tindak perseroan, perusahaan, perkumpulan,
pidana menurut undang-undang ini yayasan atau koperasi yang dipidana
dilakukan atau atas nama suatu badan berdasarkan undang-undang ini,
hukum, perseroan, perusahaan, pidana pokok yang dijatuhkan
perkumpulan, yayasan atau koperasi, senantiasa berupa pidana denda
tuntutan pidana dan sanksi pidana paling banyak Rp. 300.000.000,00
dijatuhkan terhadap: (tiga ratus juta rupiah), jika tindak
a. Badan hukum, perseroan, perusahaan, pidana tersebut diancam dengan
perkumpulan, yayasan atau koperasi pidana penjara, dengan tidak
tersebut. menghapuskan pidana denda apabila
b. Mereka yang memberikan perintah tindak pidana tersebut diancam
untuk melakukan tindak pidana dengan pidana penjara dan pidana
tersebut atau yang bertindak sebagai denda
pimpinan atau yang melalaikan
pencegahannya. Tindak pidana B. Pertanggungjawaban Pidana Tindak
menurut undang- undang ini dianggap Pidana Menjual Barang Kena Cukai
dilakukan oleh atau atas nama badan Yang Tidak Dilekati Pita Cukai
hukum, perseroan, perusahaan, Berdasarkan Putusan Nomor
perkumpulan, yayasan atau koperasi 18/PID.SUS/2020/PN MDN
jika tindak pidana tersebut dilakukan 1. Modus OperandiTindak Pidana Cukai
oleh orang- orang, baik berdasarkan . Modus kejahatan adalah cara yang
hubungan kerja maupun berdasarkan dilakukan oleh para pelaku untuk melakukan
hubungan lain, bertindak dalam kejahatan. Dengan mengetahui modus
lingkungan badan hukum, perseroan, kejahatan maka akan diperoleh gambaran
perusahaan, perkumpulan, yayasan yang jelas tentang bentuk kejahatan yang
atau koperasi tersebut, tanpa dilakukan oleh pelaku. Bentuk gejala kejahatan
memperhatikan apakah orang-orang dibagi menurut perbuatan atau perbuatan
itu masing-masing telah melakukan kelompok, tetapi perbuatan itu dapat juga
tindak pidana secara sendiri-sendiri dilihat sebagai ungkapan pelaku dan kemudian
atau bersama-sama. Jika suatu para pelaku dijadikan dasar pembagian.24
tuntutan pidana dilakukan terhadap
suatu badan hukum, perseroan,
24
Nursariani Simatupang & Faisal,
perkumpulan, yayasan, atau koperasi Kriminologi Suatu Pengantar, Pustaka Prima,
Medan, 2016, h.66.
wewenang untuk berbuat atau tidak berbuat, dan sering terjadi dalam masyarakat
sedangkan kewajiban adalah tugas. Suatu merupakan hal yang sangat diperhatikan,
b. Peranan yang seharusnya (expected role). kejahatan yang melanggar nilai-nilai maupun
c. Peranan yang dianggap oleh diri sendiri norma-norma yang hidup dan berlaku didalam
merupakan sarana yang penting dalam serta aparat negara, agar tindak pidana
penanggulangan kejahatan atau mungkin pemalsuan pita cukai hasil tembakau tidak
sebagai obat dalam memberantas kejahatan semakin merugikan negara.
yang meresahkan dan merugikan masyarakat Upaya preventif ini termaktub didalam
pada umunya dan korban pada khususnya. fungsi Direktorat Penindakan dan Penyidikan
Pencegahan kejahatan merupakan yaitu fungsi pelaksanaan kebijakan teknis,
pendekatan sederhana dan terarah yang dapat pembinaan, pengendalian, bimbingan, maupun
menghindarkan masyarakat dari resiko menjadi koordinasi dilakukan dalam rangka
korban. Tindakan pencegahan terjadinya pencegahan terhadap pelanggaran peraturan
kejahatan sangat penting atau lebih tepat perundang-undangan. Penegakan hukum
dikatakan harus diutamakan, karena perbuatan secara preventif antara lain :
kejahatan akan mengganggu perkembangan a. Mengadakan penyuluhan hukum. Kegiatan
penyuluhan hukum seperti: Sosialisasi
sektor-sektor kegiatan sosial ekonomi dan
Peraturan Kawasan Bebas, Sosialisasi Izin
kesejahteraan sosial pada umumnya. Upaya Timbun, Sosialisasi Peraturan Bank
Indonesia dan Sosialisasi Peraturan
penanggulangan dapat ditempuh dengan:
Kepabeanan dan Cukai.
1. Penerapan hukum pidana (criminal b. Melaksanakan pengamatan dalam hal ini
application). tugas tersebut dijalankan oleh tim inteljen
2. Pencegahan tanpa pidana (preventif without untuk mencari tahu tentang informasi
punishment). mengenai tindak pidana peredaran rokok
3. Mempengaruhi pandangan masyarakat ilegal tanpa cukai dan mencegahnya agar
mengenai kejahatan dan pemidanaan lewat jangan sampai rokok illegal tersebut
mass media (influencing views of society on beredar luas dimasyarakat dengan cara
crime and punishment mass media).29 langsung terjun kelapangan atau tempat
yang dicurigai sebagai jalur peredaran
Upaya penegakkan hukum terus rokok ilegal tanpa cukai.
c. Melakukan patroli Bea dan Cukai langsung
dijalankan upaya-upaya guna mencegah dan
terjun ke jalan. Dengan melakukan patroli
menanggulangi kasus peredaran rokok ilegal seperti ini, Bea dan Cukai dapat
mengetahui dan menangani secara
tanpa cukai. Penegakan hukum tersebut langsung sesuai dengan mandat yang telah
antara lain : diberikan kepadanya.31
1. Penegakan hukum secara preventif 2. Penegakan hukum secara represif
(pencegahan). (penindakan).
Preventif yaitu usaha untuk mencegah Usaha represif yaitu menanggulangi,
terjadinya tindak pidana pemalsuan pita cukai mengambil tindakan lebih lanjut .agar tindak
hasil tembakau dengan meniadakan sebab pidana pemalsuan pita cukai hasil tembakau
terjadinya.30 Hal ini semata-mata bukan hanya secara berangsur-angsur dapat berkurang. 32
menjadi tugas dari Direktorat Penindakan dan Diterbitkannya UU Kepabeanan maka tugas ini
Penyidikan, tapi sudah menjadi tugas seluruh beralih menjadi tugas aparat Direktorat
pegawai Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Jenderal Bea dan Cukai khususnya pada
Direktorat Penindakan dan Penyidikan tindak
29
Nursariani Simatupang & Faisal, Op. Cit.,
h.250. pidana pemalsuan pita cukai hasil tembakau.
30
Kadir Achmad, Penegakan Hukum di
Bidang Cukai, Kementerian Keuangan Republik
31
Indonesia, Badan Pendidikan dan Pelatihan Ibid, h.82.
32
Keuangan Pusdiklat Bea dan Cukai, 2013, h.81. Ibid, h.83.
Usaha represif tersebut juga termaktub Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 dan
dalam pernyataan fungsi Direktorat peraturan pelaksanaannya. 35
Penindakan dan Penyidikan yaitu usaha Penerapan sanksi pada UU Cukai
pembinaan, pengendalian, bimbingan, dilakukan melalui dua jenis sanksi yaitu sanksi
koordinasi dilakukan dalam rangka penindakan administrasi dan sanksi pidana. Sebagai
dan penyidikan terhadap tindak pidana di bagian dari hukum fiskal, UU Cukai selayaknya
bidang Kepabeanan dan Cukai. Usaha mengutamakan penyelesaian administratif
represif pada prakteknya dilaksanakan oleh sebagai pemulihan dan pemenuhan fiskus
Direktorat Penindakan dan Penyidikan. Pada sehingga penyelesaiannya cukup dengan
bidang ini terdapat seksi intelijen, seksi pemberian sanksi berupa denda. Namun
pencegahan serta seksi penyidikan. PPNS Bea apabila dalam pelanggaran tersebut
dan Cukai itu sendiri berada dibawah seksi mengandung unsur-unsur kejahatan seperti
penyidikan. PPNS Bea dan Cukai dalam pemalsuan pita cukai, penggunaan pita cukai
melaksanakan tugasnya yang bukan haknya, pemalsuan dokumen,
seringmenggantungkan pada adanya laporan menjual barang kena cukai tanpa
yang didapat dari seksi intelijen dan seksi mengindahkan ketentuan yang mengakibatkan
pencegahan, untuk kemudian ditindak lanjuti kerugian negara, perusakan segel, maka
ketahap penyidikan dalam rangka penemuan pelanggaran yang semacam itu dikenakan
33
alat bukti dan tersangkanya. sanksi pidana.36
Adapun penegakan hukum terhadap Penegakan hukum ditinjau dari sisi UU
pelaku tindak pidana menjual barang kena Cukai sudah memuat pengenaan sanksi yang
cukai yang tidak dilekati pita cukai secara cukup memadai dimana untuk sanksi
represif adalah : administratif diantaranya berupa denda paling
a. Melakukan penangkapan. sedikit mulai dari Rp. 10.000.000,- (sepuluh
b. Operasi pasar juta rupiah) dan paling banyak Rp.
c. Penyitaan. 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah) dan
34
d. Pemusnahan. sanksi pidana minimal 1 (satu) tahun dan
maksimal 5 (lima) tahun. Memberikan efek jera
UU Cukai mengatur dikenakannya
bagi pengusaha di bidang cukai, UU Cukai
sanksi bagi siapa saja termasuk Pengusaha
mengatur batasan sanksi minimum dan selain
Pabrik Rokok yang melanggar atau tidak
itu juga ada sanksi pidana kumulatif (pidana
memenuhi ketentuan yang terdapat dalam
penjara paling sedikit satu Tahun dan paling
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995
lama lima Tahun dan pidana denda paling
tentang Cukai sebagaimana diubah dengan
sedikit dua kali nilai cukai dan paling banyak 10
kali nilai cukai yang seharusnya dibayar).
1. Sanksi Administrasi.
33
Elfrida Gultom, “Bea Cukai Sebagai
Akselerator Pelabuhan”. Jurnal Legislasi 35
Heru Subiyantoro, Kebijakan Fiskal,
Indonesia. Volume 3 Nomor 4 Desember 2016, Pemikiran, Konsep Dan Implementasi,
h.16. Kompas Media Nusantara, Jakarta, 2014, h.82.
34 36
Ibid, h.18. Ibid, h.83.
maupun dengan menggunakan cara di luar ilegal, memberi pernjelasan akibat atau
hukum pidana. Secara umum pencegahan bahayanya rokok ilegal, dan memberi
kejahatan dapat dilakukan dengan contoh ciri-ciri rokok ilegal khususnya
menggabungkan beberapa metode yaitu : untuk daerah perdesaan.
1. Moralistik yang dilaksanakan dengan 3. Memberikan sanksi yang tegas atas
penyebarluasan ajaran-ajaran agama dan
pelanggaran peredaran rokok ilegal bagi
moral, undang-undang yang baik dan
sarana sarana lain yang dapat mengekang perusahaan yang memproduksi rokok
nafsu untuk berbuat kejahatan.
ilegal maupun bagi yang memasarkan.
2. Abiliosinistik yang berusaha untuk
memberantas sebab-musababnya. Faktor Misal seorang A memiliki perusahaan
tekanan ekonomi (kemelaratan) merupkan
rokok yang tidak memiliki izin, dan rokok
salah satu faktor penyebab, maka usaha
untuk mencapai kesejahteraan untuk yang diproduksi A tidak dilekati pita cukai
mengurangi kejahatan yang disebabkan
(rokok ilegal). A tidak hanya memproduksi
oleh faktor ekonomi merupakan cara
Abiliosinistik. tetapi juga menjual dan menawarkan
3. Adapun pencegahan melalui pendekatan
rokok ilegal kepada kios-kios toko yang
kemasyarakatan, yang biasa disebut
Community Based Crime Prevention ada di pasar atau pegadang eceran.
melibatkan segala kegiatannya untuk
Tindakan tersebut merupakan suatu
memperbaiki kapasitas masyarakat dalam
mengurangi kejahatan dengan jalan pelanggaran, dan perlu diberi sanksi
meningkatkan control social informal.40
sesuai yang diatur dalm Undang-Undang
Kasus peredaran rokok illegal telah Republik Indonesia Nomor 39 Tahun 2007
banyak dijumpai di berbagi kota di indonesia Tentang Cukai, yakni pada :
seperti di wilayah Sumatera Utara khususnya a. Pasal 54 setiap orang yang
menawarkan, menyerahkan, menjual,
di kota Medan Sumatera selatan, Kalimantan, atau menyediakan untuk dijual barang
Jakarta, bahkan peredaranya di kota-kota kecil kena cukai yang dikemas untuk
penjualan eceran atau tidak dilekati
sangat tinggi Upaya pencegahan yang pita cukai atau tidak dibubuhi tanda
dilakukan Kantor Pengawasan dan Pelayanan pelunasan cukai lainnya sebagaimana
dimaksud pasal 29 ayat (1) akan
Bea dan Cukai dengan adanya peredaran dipidana dengan pidana penjara paling
rokok ilegal sebagai berikut : singkat 1 tahun dan pidana penjara
paling lama 5 tahun atau pidana denda
1. Meningkatkan kerjasama antara kepolisian paling sedikit 2 kali nilai cukai dan
dan Satpol PP dengan adanya rokok ilegal paling banyak 10 kali nilai cukai yang
seharusnya dibayar.
dan meningkatkan operasi pasar dan b. Pasal 50 setiap orang yang tanpa
perusahaan rokok yang lebih tegas dan memiliki izin sebagaimana dimaksud
dalam pasal 14 menjalankan pekerjaan
ketat lagi agar peredaran rokok ilegal tidak pabrik, tempat penyimpanan, atau
semakin luas. mengimpor barang kena cukai dengan
maksud mengelakan pembayaran
2. Memberikan sosialisasi kepada cukai akan dipidana dengan pidana
masyarakat tentang kerugian akibat penjara paling singkat 1 tahun dan
pidana penjara paling lama 5 tahun
adanya pelanggaran cukai seperti rokok atau pidana denda paling sedikit 2 kali
nilai cukai dan paling banyak 10 kali
40
Barda Nawawi Arief, Bunga Rampai nilai cukai yang seharusnya dibayar. 41
Kebijakan Hukum Pidana: (Perkembangan
41
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Kencana, Yudijaya Kurniadi, Kebijakan Hukum
Jakarta, 2016, h.83. Pidana Dalam Upaya Perbuatan Pemalsuan Pita
48 49
Ibid, h.149. Ibid, h.151.
yang dilakukannya, yang terdiri dari unsur Seseorang dapat dinyatakan bersalah
kesalahan, kemampuan bertanggungjawab, dan dapat dipertanggung jawabkan perbuatan
alasan penghapus pidana. pidana sehingga dapat dipidana apabila telah
1. Kesalahan memenuhi unsur-unsur kesalahan dalam arti
Kesalahan adalah dapat dicelanya luas, sekaligus sebagai unsur subjektif. Syarat
pembuat tindak pidana, karena dilihat dari segi pemidanaan tersebut, meliputi:
masyarakat sebenarnya dia dapat berbuat lain
a. Kesengajaan
jika tidak ingin melakukan perbuatan itu.56
Defenisi sengaja berdasarkan memorie
Definisi ini disusun oleh tiga komponen utama
van toelichting (memori penjelasan) adalah
yaitu dapat dicela, dilihat dari segi masyarakat
merupakan kehendak yang disadari yang
dan dapat berbuat lain. Pertanggungjawaban
ditujukan untuk melakukan kejahatan
pidana tidaklah mungkin terjadi tanpa
tersebut. Kata opzettelijk (dengan sengaja)
sebelumnya seseorang melakukan tindak
yang tersebar di dalam beberapa pasal
pidana.57
KUHP adalah sama dengan willens en
Dipidananya seseorang tidaklah cukup
wetens, yaitu menghendaki dan
apabila orang itu telah melakukan perbuatan
mengetahui. Menurut Crimineel Wetboek
yang bertentangan dengan hukum atau bersifat
Nederland Tahun 1809 (Pasal 11) opzet
melawan hukum, sehingga meskipun
(sengaja) itu adalah maksud untuk
perbuatannya memenuhi rumusan delik dalam
membuat sesuatu atau tidak membuat
undang-undang dan tidak dibenarkan, namun
sesuatu yang dilarang atau diperintahkan
hal tersebut belum memenuhi syarat untuk
oleh undang-undang. “dengan sengaja”
penjatuhan pidana. Pemidanaan masih
beserta variasinya seperti kesengajaan
memerlukan adanya syarat bahwa orang yang
sebagai maksud, kesengajaan dengan
melakukan perbuatan itu mempunyai
sadar kepastian, kesengajaan dengan
kesalahan atau bersalah. Asasnya adalah tiada
sadar kemungkinan, dimaksudkan dalam
pidana tanpa kesalahan (geen sraf zonder
rumusan tindak pidana karena harus
schuld). 58
dipahami bahwa hal itu dimaksudkan untuk
Suatu perbuatan baru dapat dikatakan
mempermudah penafsiran unsur-unsur
tindak pidana, jika perbuatan itu bersifat
berikutnya.
melawan hukum. Bukan berarti tindak pidana
b. Kelalaian (Culva)
yang tidak memuat perkataan melawan hukum
Dalam hukum pidana dikenal beberapa
tidak dapat bersifat melawan hukum. Sifat
jenis kelalaian yakni:
melawan hukumnya akan tersimpul dari unsur 1. Culva Lata adalah kelalaian yang berat.
2. Culva Levissima adalah kelalaian yang
tindak pidana yang lain. Tidak semua
ringan jadi culva ini belum cukup untuk
perbuatan yang oleh masyarakat dipandang menghukum seseorang karena melakukan
suatu kejahatan karena culva.59
sebagai peerbuatan tercela ditetapkan sebagai
tindak pidana. 2. Dipertanggungjawabkan
56
Chairul Huda, Op.Cit., h. 77.
57
Ibid., h. 69.
58 59
Ibid, h. 53 Andi Hamzah, Op.Cit, h.82.
-----------, Metode Penelitian Hukum, Sinar ----------. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata
Grafika, Jakarta, 2009. Hukum Indonesia, Balai Pustaka,
Jakarta, 2016.
Amiruddin dan Zainal Asikin, Pengantar
Metode Penelitian Hukum, Raja Kansil, C.S.T dan Christine S.T.Kansil, Pokok-
Grafindo Persada, Jakarta, 2014. Pokok Hukum Cukai dan
Meterai,Pustaka Sinar Harapan,
Arief, Barda Nawawi, Bunga Rampai Kebijakan Jakarta, 2017
Hukum Pidana: (Perkembangan
Penyusunan Konsep KUHP Baru), Khair, Abul dan Mohammad Eka Putra,
Kencana, Jakarta, 2016. Pemidanaan, Usu Press, Medan,
2011.
Bambang, Semedi, Pengawasan Kepabeanan,
Widyaiswara Pusdiklat Bea dan Cukai, Kontjaraningrat, Metode-Metode Penelitian
Jakarta, 2013. Masyarakat, Gramedia, Jakarta, 2007.
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Makarao, Taufik dan Suharsil, Hukum Acara
.Pertumbuhan dan Perkembangan Bea Pidana dalam Teori dan Praktek,
dan Cukai, Bina Ceria, Jakarta, 2014. Ghalia Indonesia, Jakarta, 2014.
Farid, Zainal Abidin, Hukum Pidana I, Sinar Maramis, Frans, Hukum Pidana Umum dan
Grafika, Jakarta, 2015. Tertulis di Indonesia, PT. Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2012.
Hamdan, M. Tindak Pidana Suap dan Money
Politics, Pustaka Bangsa Press, Moeljatno, Perbuatan Pidana dan
Medan, 2015. Pertanggungjawaban Dalam Pidana,
Seksi Ke-pidanaan FH UGM,
Hamzah, Andi, Asas-Asas Hukum Pidana, Yogyakarta, 2014.
Rienka Cipta, Jakarta, 2016.
-----------; Asas-Asas Hukum Pidana, Rineka
Hanafi, Mahrus, Sisitem Pertanggung Jawaban Cipta, Jakarta, 2018.
Pidana, Rajawali Pers, Jakarta, 2015.
Muladi dan Barda Nawai Arif, Teori-Teori dan Soemantoro, Aspek-aspek Pidana di Bidang
Kebijakan Pidana, Alumni, Bandung, Ekonomi. Ghalia, Jakarta, 2012.
2016.
Soemitro, Roni Hantijo, Metodologi Penelitian
Mulyadi, Lilik, Kompilasi Hukum Pidana Dalam Hukum Dan Jurimetri, Ghalia
Perspektif Teoritis Dan Prakter Indonesia, Jakarta 2018.
Pradilan, Mandar Maju, Bandung,
2017. Sopandi, Eddi Beberapa Hal dan Catatan
Berupa Tanya Jawab Hukum Bisnis.
Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Kata Pengantar, Refika Aditama,
Sosial, Universitas Gajah Mada Press, Bandung, 2013.
Yogyakarta, 2013.
Soesilo. R. Kitab Undang-Undang Hukum
Prakoso, Djoko, Asas-Asas Hukum Pidana di Pidana, Politea: Bogor, 2008.
Indonesia, Liberty Yogyakarta, 2017.
Sriyono, Diklat Jarak Jauh Teknis Substantif
Prodjohamidjojo, Martiman, Memahami Dasar- Spesialisasi Cukai : Modul 2 Undang-
Dasar Hukum Pidana Indoesia, Undang Cukai. Badan Pendidikan dan
Pradnya Paramita, Jakarta, 2011. Pelatihan Keuangan Pusdiklat Bea dan
Cukai, Jakarta, 2014.
Purwito, Ali, Kepabeanan dan Cukai, Badan
Penerbit Hukum UI, Jakarta, 2016. Subiyantoro, Heru, Kebijakan Fiskal,
Pemikiran, Konsep Dan Implementasi,
Rasjidi, Lili, Hukum Sebagai Suatu Sistem, Kompas Media Nusantara, Jakarta,
Mandar Maju, Bandung, 2013. 2014.
Ravena, Dey dan Kristian, Kebijakan Kriminal Sudarto, Hukum Pidana, Yayasan Sudarto,
(Criminal Policy), Kencana, Jakarta, Semarang, 2012.
2017.
Sudikno dan Pitlo, Bab-Bab Tentang
Saleh, Roeslan, Pikiran-Pikiran Tentang Penemuan Hukum, Citra Aditya Bakti,
Pertanggung Jawaban Pidana, Ghalia Bandung, 2013.
Indonesia, Jakarta, 2010.
Sunggono, Bambang, Metodologi Penelitian
----------; Perbuatan Pidana dan Hukum, Suatu Pengantar, PT.
Pertanggungjawaban Pidana Dua RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2018.
Pengertian dalam Hukum Pidana,
Aksara Baru, Jakarta, 2013. Surayawan, Ryan Firdiansyah, Pengantar
Kepabeanan, Imigrasi dan Karantina,
Semedi, Bambang, Modul Tindak Pidana Mitra Wacana Media, Jakarta, 2013.
Kepabeanan dan Cukai, Pusdiklat Bea
Dan Cukai, Jakarta, 2019 Sutarto, Eddhi, Rekontruksi Hukum Pabean
Indonesia, Erlangga, Jakarta, 2010.
Simatupang, Nursariani & Faisal, Kriminologi
Suatu Pengantar, Pustaka Prima, Sutedi, Adrian, Aspek Hukum Kepabeanan,
Medan, 2016. Sinar Grafika, Jakarta: 2012.
B. Peraturan Perundang-Undangan
C. Jurnal/Artikel/Karya Ilmiah