Anda di halaman 1dari 32

EFEKTIVITAS PENGAWASAN PEREDARA ROKOK ILEGAL DI KOTA

MALANG OLEH BEA CUKAI KOTA MALANG

PENULISAN HUKUM

Oleh:

MUHAMMAD KHASBY AL-GHIFARI

NIM : 211741018153506

UNIVERSITAS WIDYAGAMA MALANG

FAKULTAS HUKUM

MALANG

2023
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Rokok merupakan hasil olahan tembakau, termasuk cerutu atau bentuk

lainnya. Awal mula perkembangan rokok sebenarnya dimulai sejak tahun 600 SM,

yaitu ketika orang Amerika sudah memulai menanam tanaman tembakau dan pada

tahun 1 Masehi orang Amerika telah mengkonsumsi rokok. Kebiasaan ini terus

berkembang seiring dengan tingkat mobilitas penduduk Amerika. Rokok pun

mulai dikenal tidak hanya dalam Amerika tetapi juga hingga luar Amerika bahkan

sampai di Indonesia.

Di Indonesia, bisnis rokok dimulai oleh Nitisemito pada tahun 1906 dan pada

tahun 1908 usahanya resmi terdaftar dengan merek "Tjap Bal Tiga". Bisa

dikatakan langkah Nitisemito menjadi tonggak tumbuhnya industri rokok kretek

di Indonesia.

Rokok di Indonesia saat ini adalah hal umum. Terdapat sekitar 57 juta

perokok di Indonesia. Di antara masyarakat Indonesia, 63% dari pria dan 5% dari

wanita dikabarkan adalah perokok, total 34% dari populasi. Mudahnya akses

untuk mendapatkan rokok juga menjadi alasan semakin banyaknya perokok di

Indonesia hingga si di tiap tahunnya angka persentase tersebut semakin

1
meningkat.

Asap rokok mengandung ribuan bahan kimia di antara banyak zat beracun

dan bersifat karsinogenik yang bisa tinggal di suatu permukaan. Bila terpapar

dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan meningkatkan resiko kanker,

serangan asma, masalah paru-paru, infeksi tenggorokan dan mata. Hal itu

menyababkan peredaran rokok perlu dibatasi. Salah satu caranya adalah dengan

pengenaan cukai untuk meningkatkan harga rokok. Tujuan utama dari pengenaan

cukai adalah untuk melindungi masyarakat terhadap bahaya rokok. Selain itu

cukai sebagai pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu

yang mempunyai sifat atau karakteristik sesuai dengan undang-undang merupakan

penerimaan negara guna mewujudkan kesejahteraan, keadilan dan keseimbangan.

Rokok ilegal adalah rokok yang beredar di wilayah Indonesia baik yang

berasal dari produk dalam negeri maupun impor yang tidak mengikuti peraturan

yang berlaku di wilayah hukum Indonesia. Rokok ilegal adalah rokok impor/

rokok dalam negeri yang berada di peredaran bebas dan di siapkan untuk

penjualan eceran tetapi tidak memenuhi ketentuan perundangan yang berlaku.

peredaran BKC ilegal dapat merugikan negara, sebagaimana dasar hukum yang

ada pada undang-undang Nomor 11 tahun 1995, yang telah diubah dengan

undang-undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Cukai. 

Direktorat Jenderal Bea dan Cukai mempunyai tugas menyelenggarakan

2
perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang pengawasan, penegakan hukum,

pelayanan dan optimalisasi penerimaan negara di bidang kepabeanan

dan cukai sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Direktorat Jenderal Bea Cukai Terletak di tengah kota tepatnya di jalan

Surabaya no 2 Malang, KPPBC Tipe Madya Cukai Malang  sebagai instansi

vertikal Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang berada di bawah dan bertanggung

jawab kepada Kepala kantor Wilayah, melaksanakan tugas sebagaimana diatur

dalam Keputusan menteri Keuangan RI Nomor : 74/PMK.01/2009 tanggal 8 April

2009 yaitu "Melaksanakan pelayanan dan pengawasan kepabeanan dan cukai

dalam daerah dan wewenangnya berdasarkan peraturan perundang-undangan yang

berlaku".

Penindakan yang dilakukan oleh direktorat jenderal bea dan cukai dan dinas

instansi terkait terhadap peredaran rokok yang ilegal atau yang menggunakan pita

palsu dapat berpengaruh terhadap peningkatan produksi hasil rokok yang legal,

serta juga akan memberikan manfaat bagi pemerintah dari segi penerimaan cukai

hasil tembakau. Pelaksanaan tarif cukai sesuai dengan Undang-Undang Nomor 39

tahun 2007 tentang Perubahan Undang- Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang

Cukai sepenuhnya berada di bawah kekuasaan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai,

selaku instansi pemerintah yang melayani masyarakat di bidang kepabeanan dan

cukai mempunyai tugas sebagai pengelolaan keuangan Negara.

3
Pengendalian terhadap peredaran rokok ilegal memerlukan kerjasama dari

semua pihak, baik dari instansi pengawasan dan penegakannya, serta dari

produsen rokok dan masyarakat secara umum. Pengendalian yang baik terhadap

peredaran rokok ilegal, secara langsung akan berdampak pada produsen terhadap

peningkatan produksi rokok yang legal. Peningkatan produksi didorong oleh

kepatuhan pengusaha yang melaporkan produksi sesuai dengan ketentuan,

melekatkan tanda pelunasan cukai sesuai ketentuan, dan beralihnya pengusaha

barang kena cukai ilegal menjadi legal dengan memiliki Nomor Pokok Pengusaha

Barang Kena Cukai (NPPBKC).

Upaya pengawasan terhadap pengendalian peredaran rokok ilegal, yang

disertai penegakan hukumnya penting untuk dilakukan. Upaya Peningkatan

Pengawasan Penegakkan Hukum atas Peredaran Rokok Ilegal, meliputi:

1. Peningkatan sinergi internal Bea Cukai (Kantor Pusat, Kantor Wilayah, dan

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai).

2. Pengawasan pendistribusian dan penggunaan pita cukai secara elektronis.

3. Pengawasan produksi BKC secara elektronik.

4. Pengawasan lapangan di wilayah produksi, pengangkutan dan pemasaran.

5. Pertukaran data Bea Cukai dengan Ditjen Pajak.

Kerjasama yang baik antara instansi, baik direktorat jenderal bea dan cukai

maupun dinas perindustrian serta Satuan Polisi Pamong Praja terhadap peredaran

4
rokok ilegal, akan berdampak positif dalam rangka pengendalian dan penegakan

hukumnya. Kesadaran dari segi produksi oleh produsen rokok juga berperan

penting, untuk memastikan bahwa produk rokok yang dihasilkan telah memenuhi

standar edar yang ditentukan pemerintah.Kesadaran masyarakat mengenai

keberadaan rokok ilegal dan pengkonsumsian terhadap rokok yang legal, juga

akan berperan penting dalam upaya mencegah terjadinya peredaran rokok ilegal

tersebut.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka

penulis merumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana bentuk pengawasan dan penegakan hukum terhadap peredaran

rokok ilegal dan pita cukai palsu oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan

Dinas Instansi Terkait Kota Malang?

2. Faktor apa saja yang dapat menghambat Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan

Dinas Instansi Terkait Kota Malang dalam rangka efektifitas pengawasan dan

penegakan hukum terhadap peredaran rokok ilegal di Kota Malang?

3. Langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

dan Dinas Instansi Terkait Kota Malang dalam mengatasi faktor penghambat

efektifitas pengawasan dan penegakan hukum terhadap peredaran rokok ilegal

5
di Kota Malang?

3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai penulis dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Tujuan Objektif

a) Untuk mengetahui bentuk pengawasan dan penegakan hukum terhadap

peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu oleh Direktorat Jenderal Bea dan

Cukai dan Dinas Instansi Terkait Kota Malang.

b) Untuk mengetahui Faktor apa saja yang dapat menghambat Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai dan Dinas Instansi Terkait Kota Malang dalam rangka

efektifitas pengawasan dan penegakan hukum terhadap peredaran rokok ilegal

di Kota Malang.

c) Untuk mengetahui langkah-langkah apa yang dilakukan oleh Direktorat

Jenderal Bea dan Cukai dan Dan Dinas Instansi Terkait Kota Malang dalam

mengatasi faktor penghambat efektifitas pengawasan dan penegakan hukum

terhadap peredaran rokok ilegal di Kota Malang.

2. Tujuan Subjektif

a) Untuk menambah wawasan pengetahuan serta pemahaman penulis dalam karya

ilmiah dalam rangka memenuhi syarat mencapai gelar sarjana di bidang ilmu

hukum pada Fakultas Hukum Universitas Widyagama Malang.

b) Untuk memperluas dan mengembangkan daya penalaran dan daya fikir penulis
6
agar dapat berkembang sesuai dengan bidang penulis, yakni bidang ilmu

hukum.

c) Untuk mampu mendorong dan mengembangkan cara berfikir yang kritis dan

kreatif terhadap perkembangan penegakan hukum di Indonesia.

4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini berguna sebagai bahan pertimbangan dan memberikan wacana

baru bagi para pemangku kepentingan disektor penegakan hukum di bidang cukai

rokok. Selain itu, penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi

tentang masalah-masalah hukum dilapangan dan upaya pencegahan pengedaran

rokok ilegal di masa mendatang. Secara umum, penelitian ini diharapkan juga

dapat memperkaya khazanah literatur di Indonesia dengan memberikan informasi

dan pengetahuan mengenai penegakan hukum dan ketentuan sanksi pada tindak

pidana cukai.

5. Manfaat Hasil Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang telah disampaikan penulis di atas, manfaat

yang ingin dicapai dalam penelitian hukum ini adalah sebagai berikut:

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran bagi

pengembangan ilmu hukum di Indonesia dan khususnya hukum perdata, terutama


7
mengenai pengendalian dan penegakan hukum terhadap peredaran rokok ilegal

dan pita cukai palsu oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai dan Dinas Instansi

Terkait Kota Malang.

2. Manfaat Praktis

a. Untuk lebih mengembangkan penalaran, membentuk pola pikir dinamis,

sekaligus untuk mengetahui kemampuan penulis dalam menerapkan ilmu yang

diperoleh.

b. Untuk mengetahui permasalahan yang timbul serta berusaha untuk memberikan

masukan dalam bentuk pemikiran mengenai pengendalian dan penegakan

hukum terhadap peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu oleh Direktorat

Jenderal Bea dan cukai dan Dinas Instansi Terkait Kota Malang.

6. Tinjauan Pustaka

Pengendalian dan penegakan hukum yang tepat dapat mencegah dan

menanggulangi terjadinya peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu. Terjadinya

peredaran rokok ilegal dapat mengurangi jumlah penerimaan cukai hasil tembakau

oleh pemerintah. Pengendalian dan penegakan hukum yang dilakukan oleh

direktorat jenderal bea dan cukai, dengan disertai kerjasama yang baik dengan

dinas instansi terkait lainya dapat mencegah terjadinya peredaran rokok ilegal.

Selain itu kesadaran masyarakat mengenai pengkonsumsian terhadap rokok yang

8
legal juga dapat mencegah terhadap peredaran rokok yang ilegal dan pita cukai

palsu.

Cukai merupakan pungutan negara yang dikenakan terhadap barang- barang

tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik tertentu sebagaimana yang

ditetapkan dalam undang-undang cukai.1 Cukai mempunyai peranan untuk

memastikan bahwa peredaran barang-barang tertentu yang terkena cukai telah

memenuhi standar edar yang telah ditentukan oleh pemerintah. Peredaran secara

legal terhadap barang-barang yang kena cukai tersebut penting agar masyarakat

dalam mengkonsumsi suatu barang, seperti produk hasil tembakau (rokok) telah

memenuhi standar edar, selain itu juga untuk memberikan pembelajaran kepada

masyarakat agar ikut dalam upaya meningkatkan penerimaan pemerintah dari segi

tarif cukai.

Upaya untuk mengendalikan tindak pidana cukai khususnya mengenai

peredaran rokok ilegal dilakukan baik dengan melalui pendekatan administrasi

pajak (tax administration approaches), kebijakan (policy oriented) hingga

penegakan hukum (law enforcement).2 Semua itu dapat dilihat pertama kali dalam

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai dan beberapa aturan

turunan dibawahnya. Namun seiringi berjalannya waktu, undang-undang tersebut

banyak memiliki kekurangan dan belum optimal untuk memberdayakan peran

cukai sebagai salah satu penerimaan negara. Sehingga diundangkan Undang-

9
Undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 11

Tahun 1995 tentang Cukai (selanjutnya disebut UU No. 39/2007). Undang-

Undang perubahan tersebut secara khusus dihadirkan untuk mengoptimalkan

sistem administrasi pungutan cukai dan peningkatan upaya penegakan hukum

(law enforcement) serta penegasan pembinaan pegawai dalam rangka tata

pemerintahan yang baik (good governance) dengan berbagai model atau cara-cara

baru.

Rokok merupakan salah satu barang yang dikenakan cukai karena konsumsi

yang berlebihan akan berdampak buruk bagi kesehatan, untuk itu pemerintah

menerbitkan Kebijakan Cukai Hasil Tembakau (CHT) salah satunya untuk

mengurangi prevelensi perokok.

UU No. 39/2007 telah mengatur sanksi pidana dan sanksi tindakan dalam

stelsel sanksinya. Pasal yang mengatur sanksi pidana untuk tindak pidana Cukai

diatur dalam Pasal 50 sampai dengan Pasal 58A yang berupa pidana penjara dan

pidana denda. Sedangkan pengaturan mengenai sanksi tindakan diatur dalam

Pasal 7A sampai dengan 39 yang berupa izin Nomor Pokok Pengusaha Barang

Kena Cukai dibekukan/dicabut dan sanksi administrasi berupa denda.

Pemerintah khususnya Kementerian Keuangan melalui Direktorat Jenderal

Bea dan Cukai telah melakukan berbagai upaya untuk menangani permasalahan

rokok ilegal, mulai dari sosialisasi, operasi “Gempur Rokok Ilegal” hingga tindak

10
lanjut penindakan. Upaya-upaya yang dilakukan tersebut diharapkan dapat

meningkatkan kepatuhan pengusaha rokok dan kesadaran masyarakat Indonesia

tentang rokok ilegal. Di sisi lain juga akan memberikan manfaat bagi pemerintah

dari segi penerimaan CHT untuk keuangan negara.

Proses penegakan hukum terhadap rokok ilegal dilakukan dengan kerjasama

dan koordinasi dengan institusi hukum lainnya, seperti kepolisian, kejaksaan,

hingga institusi pengadilan. Melalui sistem peradilan pidanalah ketentuan saksi

pidana dalam UU No. 39/2007 dapat dijalankan untuk memberikan saksi kepada

pelaku dalam bentuk saksi penjara dan juga sanksi denda.

7. Landasan Teori

Pengendalian terhadap peredaran suatu barang harus dilakukan secara baik

dan benar, apalagi peredaran tersebut merupakan barang yang secara khusus

ditetapkan oleh undang-undang cukai, seperti peredaraan rokok. Pengendalian

harus memberikan manfaat yang sebesar-besarnya untuk semua pihak, baik dari

masyarakatnya sebagai pengguna rokok, produsen rokok sebagai pihak yang

melakukan produksi rokok, serta pemerintah sebagai otoritas yang mempunyai

kewenangan untuk mengendalikan peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu,

tujuanya untuk memastikan bahwa masyarakat dan negara tidak dirugikan dari

peredaran rokok ilegal dan pita cukai palsu tersebut.

11
Pengendalian terhadap peredaran rokok, melalui pengenaan cukai semata-

mata dilakukan untuk mengendalikan peredaran rokok di tengah- tengah

masyarakat. Perlu disadari bahwa penggunaan atau pengkonsumsian rokok oleh

masyarakat pada dasarnya tidak baik bagi kesehatan, sehingga perlu dilakukan

pengendalian secara berkesinambungan. Keberadaan rokok sebagai salah satu

barang kena cukai, juga telah ditentukan dalam undang- undang cukai, yakni

mengenai sifat dan karakteristiknya. Sifat atau karakteristik yang dimaksud adalah

konsumsinya perlu dikendalikan, peredarannya perlu diawasi, pemakaiannya

dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau lingkungan hidup, atau

pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan

keseimbangan.

Pengenaan cukai atas barang kena cukai seperti rokok juga diharapkan dapat

menjadi pemasukan bagi pemerintah dalam hal penerimaan negara melalui

pengenaan cukai barang. Oleh karena itu sudah seharusnya peredaran rokok ilegal

dan pita cukai palsu harus dihapuskan, karena akan merugikan negara dari segi

pemasukan pendapatan negara melalui cukai rokok. Pemerintah dan dinas instansi

terkait harus mampu berkerjasama dalam upaya pengendalian peredaran rokok

ilegal dan pita cukai palsu tersebut. Tercapainya penerimaan cukai justru

mencerminkan atau salah satu indikasi keberhasilan pemerintah dalam

mengendalikan konsumsi Barang Kena Cukai (BKC).

12
Penegakan hukum adalah keserasian hubungan antara nilai-nilai yang

terjabarkan dalam kaidah-kaidah yang mantap dan berwujud dengan perilaku

sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk meciptakan, memelihara dan

mempertahankan kedamaian pergaulan hidup. Penegakan hukum penting untuk

dilakukan guna memastikan bahwa pengendalian yang telah dilakukan

sebelumnya melalui upaya preventif terhadap peredaran rokok ilegal dan pita

cukai palsu apabila masih mengalami kegagalan, dapat di eksekusi melalui

pemberian sanksi. Tujuan utama penegakan hukum salah satunya untuk

memberikan efek jera bagi pelakunya.

Dalam kerangka penegakan hukum oleh setiap lembaga penegakan hukum

(inklusif manusianya), keadilan dan kebenaran harus dinyatakan, harus terasa,

terlihat dan harus diaktualisasikan. Dari kegiatan penindakan dan penegakan

hukum terhadap pelaku pelanggaran dibidang cukai, maka paling tidak terdapat

dua manfaat yang diperoleh:9

1. Memberikan efek jera bagi pelaku dan pengusaha lain untuk tidak melakukan

pelanggaran, dalam konteks ini akan mendorong peningkatan kepatuhan;

2. Terdapat tambahan penerimaan negara dari sanksi administrasi yang ditetapkan

dan potensi penerimaan negara yang terselamatkan. Keberhasilan dari

pengendalian dan penegakan hukum terhadap peredaran rokok ilegal dan pita

cukai palsu sangat ditentukan oleh semua pihak. Tidak hanya terbatas pada

13
aparat yang berwenang saja, tetapi juga pengusaha yang melakukan produksi

rokok, dimana harus menaati segala ketentuan yang telah ditentukan, selain itu

juga kesadaran masyarakat untuk tidak mengkonsumsi rokok ilegal juga harus

ditingkatkan dan dibudayakan. Secara umum upaya Peningkatan Pengawasan

Penegakkan Hukum atas Peredaran Rokok Ilegal, meliputi:

1. Peningkatan sinergi internal Bea Cukai (Kantor Pusat,Kantor Wilayah, dan

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai)

2. Pengawasan pendistribusian dan penggunaan pita cukai secara elektronis

3. Pengawasan produksi BKC secara elektronik

4. Pengawasan lapangan di wilayah produksi, pengangkutan dan pemasaran

5. Pertukaran data Bea Cukai dengan Ditjen Pajak.

8. Hipotesis

Rokok ilegal merupakan rokok yang dalam produksi dan peredarannya

bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Kriteria rokok ilegal

diantaranya tidak dilekati pita cukai dan dilekati pita cukai palsu yang tidak sesuai

dengan peruntukkannya. Di Provinsi Jawa Timur terdapat sebagai peredaran

rokok ilegal terbesar khususnya di Malang. Semakin banyaknya pengusaha rokok

yang tidak memiliki izin produksi dan pemasaran rokok sehingga rokok

dipasarkan dengan harga yang jauh lebih rendah dibandingkan dengan rokok yang

14
terdaftar di Bea Cukai. Di dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Pasal 54

dan 56 telah menjelaskan dengan detail berkaitan dengan tindakan bagi pihak

(orang) yang melakukan pelanggaran peredaran rokok ilegal yaitu dengan sanksi

pidana penjara maupun pidana denda. Maka dari itu Optimalisasi pengawasan

terhadap rokok ilegal menjadi fokus penelitian ini.

9. Metode Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas maka jenis penelitian yang

diguanakan dalam jalah penelitian hukum normatif. normatif merupakan

penelitian yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka atau data sekunder

yang terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum sekunder dan bahan hukm

tersier.12 Adapaun rincian penelitian adalah sebagai berikut:

1. Metode Pendekatan

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian, metode pendekatan yang

digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan undang-undang (statute

approach) dan pendekatan kasus (case approach) yang dilakukan dengan

menelaah semua peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan isu

hukum serta membandingkan dengan masalah dalam putusan yang sedang diteliti.

2. Jenis Bahan Hukum

Bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini merupakan bahan hukum

15
yang mempunyai hubungan dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Berikut

bahan hukum yang digunakan dalam penitian ini yaitu:

a. Bahan Hukum Primer

Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang bersifat autoritatif

(mempunyai otoritas) yang terdiri dari peraturan perundang-undangan, catatan-

catatan resmi atau risalah pembuatan suatu perundang-undangan serta putusan-

putusan hakim. Berikut adalah bahan hukum primer yang berkaitan dengan

permasalah dan tujuan penelitan:

1) Undang-Undang Negara Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 beserta

perubahannya

2) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

3) Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kekuasaan

Kehakiman

4) Undang-Undang Nomor 39 tahun 2007 tentang Perubahan atas Undang-

Undang Nomor 11 Tahun 1995 tentang Cukai

b. BahanHukumSekunder

Bahan hukum sekunder yaitu bahan yang diperoleh dari buku/tekstual, artikel

ilmiah internet, jurnal-jurnal, doktrin, atau sumber-sumber lain baik cetak maupun

online yang berhubungan dengan penelitian ini.

c. Bahan Hukum Tersier

Bahan hukum yang dapat memberikan penjelasan-penjelasan terhadap bahan


16
hukum primer maupun bahan hukum sekunder. Bahan hukum tersier berupa

kamus dan ensiklopedia hukum dan lain-lain.

3. Teknik Pengumpulan Bahan Hukum

Teknik pengumpulan bahan hukum yang digunakan dalam penelitian ini

adalah studi kepustakaan (library research) dan studi dokumen (document

research). Studi kepustakaan ialah pengkajian informasi tertulis mengenai hukum

yang berasal dari berbagai sumber dan dipublikasikan secara luas serta dibutuhkan

dalam penelitian hukum normatif.15 Sedangkan studi dokumen adalah pengkajian

informasi tertulis mengenai bahan hukum yang tidak dipublikasikan secara

umum.16 Dalam penelitian ini penulis mencari dan mengumpulkan bahan-bahan

kepustakaan seperti Peraturan Perundang-undangan, buku, hasil-hasil penelitian

hukum, putusan-putusan pengadilan, surat kabar, artikel, majalah/jurnal-jurnal

hukum maupun pendapat ahli yang mempunyai relevansi dan dapat menunjang

penyelesaian penelitian ini.

4. Teknik Analisa Bahan Hukum

Analisa bahan hukum merupakam metode atau cara untuk menemukan

jawaban atas permasalahn yang sedang diteliti. Data yang berhasil dikumpulkan,

baik bahan hukum primer, bahan hukum sekunder maupun bahan hukum tersier

akan dianalisis menggunakan pendekatan perundang-undangan untuk memperoleh

gambaran yang sistematis dan komperehensif dari seluruh bahan hukum yang

17
diperoleh untuk menghasilkan preskripsi atau argumentasi hukum yang baru.

Analisa bahan hukum bersifat deskriptif kualitiatif, yaitu dengan cara melakukan

interpretasi atau penafsiran secara otentik (batasan dalam peraturan) dan

komparatif terhadap bahan-bahan hukum yang telah diolah. Metode interpretasi

digunakan untuk menafsirkan pertimbangan hukum dalam putusan hakim.

10. Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan penulisan hukum ini terbagi dalam dalam 4 bab dan

masing-masing bab terdiri atas sub yang berguna untuk mempermudah

pemahaman. Adapaun sistematika penulisannya sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Bab pendahuluan ini terbagi dalam beberapa sub bab yang diantaranya terdiri;

1) latar belakang yang merupakan pengantar dan penjelasan permasalahan yang

diangkat oleh penulis; 2) Rumusan masalah, dibagi menjadi dua permasalahan

yang akan menjadi fokus pembahasan dalam penelitian ini; 3) Tujuan penulisan

merupakan penyampaian yang akan dilakukan oleh penulis dalam membuat

penulisan hukum ini; 4) Manfaat penulisan terdiri dari aspek teoritis dan aspek

praktis yang menjadi suatu penjelasan mengenai siapa saja dan apa saja manfaat

dari penelitian hukum ini; 5) kegunaan penulisan merupakan output yang

diharapkan dapat memberikan subangsi pemikiran bagi para akademisi, praktisi

18
hukum atau pemangku kepentingan (stekeholders); 6) Metode Penulisan yang

digunakan oleh Penulis ialah pendekatan yuridis normatif.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Tinjauan pustaka merupakan penggunaan beberapa variabel untuk

memfokuskan permasalahan yang akan dibahas. Dalam tinjauan pustaka, terdiri

batasan yang dibuat oleh penulis dengan menggunakan beberapa variabel yang

akan dijabarkan dalam kajian pustaka, yakin berisi asas-asas hukum, konsep

hukum, teori, dan doktrin pendapat para ahli.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Dalam Bab ini menunjukan inti dari penulisan hukum yang dibuat oleh

Penulis. Bab ini akan menguraikan tengtang gambaran mengenai pembahasan dari

rumusan masalah yang diangkat oleh penulis sesuai dengan sumber yang

didapatkan.

BAB IV : PENUTUP

Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini yang berisi

kesimpulan dari pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran penulis dalam

menanggapi permasalahan yang menjadi fokus kajian serta berisikan saran atau

rekomendasi penulis sehingga diharapkan dapat menjadi bahan yang bermanfaat

bagi semua pihak.

19
BAB II

HASIL PENELITIAN

Indonesia merupakan negara berkembang yang membutuhkan bantuan dari

negara maju untuk membangun Indonesia di bidang ekonomi dan perdagangan

luar negeri, karena Indonesia salah satu negara yang menjadi anggota WTO

(World Trade Organization). Perdagangan Internasional melalui impor dan ekspor

semakin lama menjadi semakin pesat perkembangannya seiring dengan

bertambahnya penduduk dunia dan semakin beragamnya kebutuhan manusia.

Meskipun demikian, tidak ada satu negara pun di dunia ini memberikan akses

yang sebebas-bebasnya untuk pemasukan barang dari negara lain, bahkan di

negara-negara yang menganut sistem pasar bebeas sekalipun. Bahkan hambatan

ini disetujui di dalam ketentuan hukum internasional misalnya organisasi badan

dunia WTO memberikan hak kepada suatu negara untuk melakukan hambatan

tarif terhadap barang impor yang mengandung dumping atau subsidi. Tugas untuk

mencegah hambatan masuknya barang impor dari negara lain selalu dibebankan

pada isntitusi pabean masing-masing negara.

Indonesia sebagai negara berkembang juga mempunyai istitusi Kepabeanan

yang diselengarakan oleh Direktorat Jenderal Ba dan Cukai sebagai daerah

kegiatan ekonomi maka sektor Bea dan Cukai merupakan suatu instansi dari

20
pemerintah yang sangat menunjang dalam kelancaran arus lalu lintas ekspor dan

impor barang di daerah Kepabeanan. Adapun tujuan pemrintah dalam

mengadakan pengawasan menurut Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2006

merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1995 Tentang

Kepabeanan adalah untuk menambah pendapatan atau devisa negara, sebagai alat

untuk melindungi produk-produk dalam negeri dan sebagai pengawas agar tidak

semua barang dapat keluar masuk dengan bebas di pasaran Indonesia atau daerah

pabean. Untuk menghindari hal tersebut, makan untuk keluar masuknya barang

melalui suatu pelabuhan harus di lengkapi dengan dokumen-dokumen yang sah

melalui kerjasama antara Bea da Cukai dengan instansi lain pengelola pelabuhan

untuk mengelola, memelihara, menjaga keamanan dan kelancaran arus lalu lintas

barang yang masuk maupun keluar daerah pebean dengan maskud untuk

mencegah tindakan penyelundupan yang merugikan negara.

Cukai adalah peraturan negara yang dikenakan terhadap barang-barang

tertentu yang mempunyai sifat dan karekteristik yang di tetapkan dalam Undang-

Undang Nomor 11 tahun 1995 Tentang cukai sebagaimana yang telah dirubah

menjadi Undang-Undang Nomor 39 Pasal 29 Ayar 2a Tahun 2007 Tentang cukai

dan akan dikenakan sanksi cukai serta sanksi administrasi paling sedikit dua kali

nilai cukai, dimana pada setiap bungkus rokok nilai cukainya Rp.750. salah satu

barang yang dikenakan cukai adalah rokok, rokok dikenakan cukai karna rokok

21
termasuk dalam kelompok barang yang mempunyai sifat dan karekteristik dimana

orang yang mengkonsumsinya harus dikendalikan, peredarannya perlu diawasi

karena pemakainya dapat menimbulkan efek negatif bagi masyarakat atau

lingkungan hidup.

Semakin maraknya peredaran rokok ilegal berpotensi menyebabkan jumlah

perokok dan perokok pemula meningkat, rokok ilegal yang tidak memiliki pita

cukai atau memasang pita cukai palsu juga tidak memenuhi peraturan pemerintah

terkait pemasangan peringatan kesehatan bergambar sehingga informasi dampak

buruk rokok tidak disampaikan pada masyarakat.

Bea dan Cukai Tembilahan berusaha memaksimalkan pengawasan terhadap

barang kena cukai (BKC) diwilayahnya, selain melakukan operasi penindakan

terhadap pergerakan BKC ilegal yang melintas diwilayahnya Bea dan Cukai

Tembilahan juga melakukan patroli laut, razia rutin bulanan dan juga turun ke

daerah pemasaran untuk melakukan operasi pasar cukai. Selain itu Bea dan Cukai

Tembilahan juga melakukan kegitan sosialiasi dan juga memberikan leaflet

tentang cukai kepada pedagang dan masyarakat yang ditemui serta penempelan

sticker imbauan untuk memberantas peredaran rokok ilegal. Sejak maraknya

peredaran rokok ilegal, persentase penerimaan cukai setiap tahunnya cenderung

menurun. Tindakan memproduksi rokok tanpa memakai cukai adalah perbuatan

yang merugikan negara, selain itu menciptakan iklim persaingan yang tidak sehat

22
karena tidak adil bagi produsen yang membayar cukai. Maraknya peredaran rokok

ilegal tersebut disebabkan karena kurangnya penegakan hukum terhadap peredar

rokok ilegal dan kurangnya kesadaran hukum masyarakat, budaya masyarakat,

adanya sifat melindungi satu sama lain, kurangnya sumber daya manusia aparat

penegak hukum, berkembangnya modus baru penjualan rokok ilegal, dan luasnya

wilayah peredaran rokok ilegal.

Mengingat dampak peredaran rokok ilegal tidak saja merugikan negara

melainkan juga berpengaruh terhadap eksistensi industri rokok legal yang sudah

ada, baik berskala kecil, menengah maupun besar. Oleh karena itu diperlukan

penegakan hukum yang kuat yang mampu memback up dan melaksanakan aturan

yang ada, untuk itu perlu adanya penguatan pada lembaga yang sudah ada yang

dapat memaksa agar instansi-instansi terkait benar-benar bertanggungjawab

terhadap tugas dan fungsinya. Selain itu upaya yang dapat dilakukan untuk

mencegah lebih banyaknya peredaran rokok ilegal tanpa cukai yaitu pemerintah

harus memaksimalkan penyuluhan hukum kepada masyarakat akan pentingnya

kewajiban membayar cukai serta pemerintah bersama-sama dengan masyarakat

melakukan penegakan hukum dan melakukan pengawasan secara rutin.

Pada hari Selasa, 3 Januari 2023, Tim Intelijen dan Penindakan Bea Cukai

Malang melakukan kegiatan rutin patrol darat dengan melakukan pemeriksaan

pada jasa ekspedisi dan melakukan penyisiran jalur distribusi rokok ilegal di

23
wilayah Malang Raya.

Pertama, Tim melakukan pemeriksaan di jasa ekspedisi di Jalan Kristalan,

Pagentan, Kecamatan Singosari, Kabupaten Malang. Atas hasil

pemeriksaan tersebut didapati adanya pengiriman Barang Kena Cukai Hasil

Tembakau (BKC HT) jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) / rokok ilegal dengan

berbagai merek sebanyak 660 bungkus dengan total 13.200 batang tanpa dilekati

pita cukai. Dalam rangkaian kegiatan tersebut Tim juga melakukan sosialisasi dan

himbauan kepada jasa ekspedisi agar tidak menerima pengiriman atau melakukan

jual beli Barang Kena Cukai (BKC) Hasil Tembakau (HT) / rokok ilegal.

Setelah kegiatan tersebut dilaksanakan, Tim kemudian melanjutkan kegiatan

patroli darat pada jalur distribusi dan melakukan penghentian serta pemeriksaan

terhadap mobil minibus di Jalan Raya Karangduren, Kecamatan Pakisaji,

Kabupaten Malang. Dari hasil pemeriksaan tersebut didapati BKC HT Jenis

SKM / rokok ilegal batangan sebanyak 59 karton dengan total 1.711.000 batang.

Selanjutnya Tim membawa barang ke KPPBC TMC Malang untuk dilakukan

proses lebih lanjut.

Dari hasil penindakan tersebut, total perkiraan nilai barang mencapai Rp

2.163.871.000,00 dengan potensi kerugian negara sebesar Rp 1.153.489.800,00.

“Di Tahun 2023 ini, Bea Cukai Malang akan terus aktif melakukan pengawasan

dan penindakan atas peredaran rokok ilegal demi mewujudkan fungsi Bea Cukai

24
sebagai Community Protector dan Revenue Collector” tegas Gunawan Tri

Wibowo, Kepala Kantor Bea Cukai Malang.

Kantor Pengawasan dan Pelayanan Bea Cukai Tipe Madya Cukai Malang,

Jawa Timur, menggagalkan pengiriman jutaan batang rokok ilegal sebagai hasil

dari penyisiran jalur distribusi rokok ilegal di wilayah Malang Raya.

Kepala Kantor Bea Cukai Malang Gunawan Tri Wibowo di Kota Malang, Rabu,

menyebutkan jutaan batang rokok ilegal tersebut diamankan oleh Tim Bea Cukai

Malang pada Selasa (3/1) saat melakukan pemeriksaan terhadap mobil minibus di

wilayah Kabupaten Malang. "Dari hasil pemeriksaan, ada 59 karton dengan total

1.711.000 batangrokok ilegal," kataGunawan. Pengungkapan tersebut bermula

saat Tim Intelijen dan Penindakan Bea Cukai Malang melakukan kegiatan rutin

patroli darat untuk memeriksa sejumlah jasa ekspedisi dan menyisir jalur

distribusi rokok ilegal. Di titik pertama, lanjutnya, tim melakukan pemeriksaan

pada salah satu penyedia jasa ekspedisi di Kecamatan Singosari, Kabupaten

Malang. Dalam pemeriksaan itu, petugas menemukan adanya pengiriman Barang

Kena Cukai Hasil Tembakau (BKCHT) jenis Sigaret Kretek Mesin (SKM) tanpa

dilekati pita cukai.

"Pada titik pertama, ada berbagai merek sebanyak 660 bungkus dengan total

13.200 batang tanpa dilekati pita cukai," tambahnya. Dalam kesempatan itu,

Tim Bea Cukai Malang juga melakukan sosialisasi dan imbauan kepada jasa

25
ekspedisi agar tidak menerima pengiriman atau melakukan jual beli BKCHT yang

tidak dilekati pita cukai atau rokok ilegal. Setelah melakukan pemeriksaan pada

jasa ekspedisi tersebut, tim kembali melanjutkan patroli darat pada jalur-jalur

distribusi rokok ilegal di wilayah Malang Raya. Tim kemudian melakukan

penghentian dan pemeriksaan terhadap salah satu kendaraan minibus yang

melintas dan menemukan jutaan batang rokok ilegal tersebut. Jutaan batang rokok

ilegal tersebut lalu dibawa ke Kantor Bea Cukai Malang untuk pemeriksaan

lanjutan. "Dari hasil penindakan, diperkirakan nilai barang sebesar Rp2,16 miliar

dan dengan potensi kerugian negara mencapai Rp,1,15 miliar," ujar Gunawan.

Pada 2023, Bea Cukai Malang memperkuat langkah pengawasan dan penindakan

terhadap peredaran rokok ilegal dalam upaya mewujudkan fungsi Bea Cukai

sebagai pelindung masyarakat dan pengumpul pendapatan negara.

BAB III

PENUTUP

Menurut Undang-Undang Dasar 1945 ketentuan pada Pasal 1 ayat (3)

menegaskan bahwa negara Indonesia adalah negara hukum, yang berarti bahwa

setiap kegiatan bangsa dan negara haruslah berdasar hukum (nomokrasi).1

Menurut Achmad Ali mengatakan, bahwa hukum adalah kumpulan aturan,

26
perundang-undangan, atau hukum kebiasaan, dimana suatu negara atau

masyarakat mengakuinya sebagai sesuatu yang mempunyai kekuatan mengikat

terhadap warganya.

Menurut Joeniarto dalam bukunya”Hukum administrasi negara dan kebijakan

pelayanan publik” seperti dikutip Juniarso dan Achmad Sodik Sudrajat

mengemukakan bahwa:

Asas Negara Hukum atau asas the rule of law, berarti dalam penyelenggaraan

Negara, tindakan-tindakan penguasanya harus didasarkan hukum tidak didasarkan

kekuasaan atau kemauan penguasaanya belaka dengan maksud untuk membatasi

kekuasaan penguasa dan bertujuan melindungi kepentingan masyarakatnya, yaitu

perlindungan terhadap hak-hak asasi anggota-anggota masyarakat dari tindakan

sewenang-wenangnya.

Menurut uraian di atas bahwa segala tindakan-tindakan yang dilakukan baik

penguasa maupun masyarakat harus didasarkan oleh peraturan-peraturan yang

berlaku guna tetap terciptanya ketertiban dan ketentraman masyarakat.

Ketertiban dan ketentraman masyarakat akan tetap tercipta jika pelanggaran-

pelanggaran hukum yang dilakukan masyarakat terus berkurang, baik pelanggaran

kesusilaan maupun pelanggaran hukum lainnya. Salah satu pelanggaran hukum di

Indonesia terjadi dibidang cukai. Ketentuan-ketentuan tentang hal tersebut diatur

dalam Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 tentang perubahan atas Undang-

27
Undang Nomor 11 Tahun 1995 Tentang Cukai (Selanjutnya disebut Undang-

Undang Cukai).

Menurut Undang-Undang Cukai pengertian Cukai adalah pungutan negara

yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau

karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-Undang ini. Cukai merupakan salah

satu sumber penerimaan pendapatan negara yang setiap tahunnya terus meningkat.

Adanya tindak pidana produksi rokok ilegal, maka Direktorat Jendral Bea dan

Cukai (DBJC) memiliki hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan Undang-

Undang Tentang Cukai. Proses penyelidikan dan penyidikan terhadap produsen

rokok ilegal dibidang cukai dilakukan oleh pegawai atau pejabat yang diangkat

menjadi penyidik pegawai negeri sipil (PPNS). Berdasarkan Pasal Pasal 7 Ayat (2)

Jo Pasal 6 Ayat (1) ini telah diatur dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981

Tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana Penyidik Pegawai Negeri

Sipil (PPNS) memiliki kewenangan dalam penanganan proses penyidikan

terhadap produsen rokok ilegal.

28
29
DAFTAR PUSTAKA

D., S. (2009). Pengantar redaksi dalam warta bea cukai, "gempur rokok ilegal : terobosa
berantas peredaran rokok ilegal" vol 51 no 9. jawa timur .

Dkk, S. I. (2022). Penegakan hukum tindakan pidana cukai di perbatasan kawasan


perdagangan dan pelabuhan bebas bintan. jurnal selat.

I., M. (2019 ). Law enforcement policy on violationof illegal cigarette circulation in indonesia
(study on indonesian costom directorate geeral). Journal of Indonesian legal studies
vol 4 issue 01.

J., I. (2006). teori dan metodologi penelitian hukum normatif . Malang : Bayumedia.

Majalah Warta Bea dan Cukai volume 48. (2017). pengaruh penegakan hukum pada
peredaran rokok memungkinkan pemerintah memperoleh penerimaan negara yang
optimal. majalah warta.

Taufiqah T., Y. N. (2017). Efektifitas pasal 54 undang undang nomer 39 tahun 2007 tentang
cukai berkaitan dengan peredaran rokok ilegal di kabupaten pamekasan tinjauan
masalah mursalah . jawa timur : jurnal of islamic busness.

1
2

Anda mungkin juga menyukai