PENDAHULUAN
1
1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud penyelundupan impor narkoba ?
b. Apa penyebab adanya penyelundupan impor narkoba tersebut?
c. Bagaimana cara penyelundupan impor narkoba tersebut?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui pengertian penyelundupan impor narkoba
b. Untuk mengetahui penyebab penyelundupan impor narkoba tersebut
c. Agar mengetahui cara-cara apa saja yang digunakan dalam
usaha penyelundupan narkoba.Untuk mengetahui penyelundupan narkoba
di Indonesia
1.4 Manfaat
a. Memberikan sumbangan pemikiran bagi keilmuan khususnya ilmu yang
berkaitan dengan tindak pidana pnyelundupan.
b. Untuk menyampaikan bahwa tindak pidana penyelundupan sangat
merugikan proses pembangunan suatu Negara.
c. Hasil makalah ini diharapkan dapat memberikan penambahan wawasan
dan pengetahuan terhadap mahasiswa mengenai pidana penyelundupan.
2
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Gambaran Umum
Melindungi industri tertentu di dalam negeri dari persaingan yang tidak sehat dengan
industri sejenis dari luar negeri;
Memberantas penyelundupan;
3
B. Peran Kebijakan Fiskal di Bidang Kepabeanan
Adanya kondisi tersebut, tentunya tidak terlepas dari pentingnya pemerintah untuk
terus melakukan berbagai kebijaksanaan di bidang ekonomi terutama dalam meningkatkan
pertumbuhan perekonomian nasional. Apalagi dengan adanya berbagai prakarsa bilateral,
regional, dan multilateral di bidang perdagangan yang semakin diwarnai oleh arus liberalisasi
dan globalisasi perdagangan dan investasi, sudah barang tentu permasalahan yang timbul di
bidang perdagangan akan semakin kompleks pula.
4
Pemerintah untuk dapat memainkan perannya sesuai dengan lingkup tugas dan fungsi
yang diemban, dimana kewenangan yang semakin besar ini pada dasarnya adalah keinginan
dari para pengguna jasa internasional ( termasuk dengan tidak diberlakukannya lagi
pemeriksaan pra-pengapalan atau pre-shipment inspection oleh PT. Surveyor Indonesia, dan
sepenuhnya dikembalikan kepada DJBC), yang nota bene bahwa kewenangan tersebut adalah
kewenangan Customs yang universal, serta merupakan konsekuensi logis atas keikutsertaan
Indonesia dalam meratifikasi GATT Agreement maupun AFTA, APEC, dan lain-lain.
Berbagai langkah persiapan telah dan terus dilakukan dengan tetap mempertimbangkan
kerangka acuan yang diinginkan oleh ICC yang pada dasarnya mengajukan kriteria-kriteria
yang sebaiknya dimiliki oleh Customs yang sifatnya modern. Dengan beralihnya fungsi dan
misi dari Tax Collector menjadi Trade Facilitator , maka sebagai institusi global, DJBC masa
kini dan masa depan harus mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat umum yang
bercirikan save time, save cost, sefety, dan simple. Semua ciri tersebut harus menjadi bagian
yang integral dari sistem dan prosedur kepabeanan, jika DJBC ingin berperan dalam upaya
pembangunan ekonomi secara umum dalam era persaingan yang semakin tajam, era
liberalisasi perdagangan dan investasi serta globalisasi dalam arti seluas-luasnya.
Sejalan dengan itu, semakin beragamnya sentra-sentra pelayanan baik dari segi
perlindungan terhadap Intellectual Property Rights, anti dumping, anti subsidi, self
Assessment, maka secara ringkas DJBC diharapkan dapat do more with less ( berbuat lebih
banyak dengan biaya lebih rendah ). DJBC juga dituntut untuk melakukan pelayanan yang
time sensitive, predictable, available (saat dibutuhkan ) dan adjustable. Totalitas pelayanan
ini kerangka dasarnya bersumber pada fenomena speed dan flexibility sebagai formula
penting. Hal yang terpenting adalah bagaimana mengubah visi masa lalu yang amat dominan
bahwa revenue collection dan law enforcement akan selalu mengakibatkan terhambatnya arus
barang sehingga akan menimbulkan High Cost Economy yang pada konsekuensi selanjutnya
mengakibatkan produk-produk dalam negeri tidak mampu bersaing di area perdagangan
internasional. Selain itu, perlu juga diketahui bahwa bussiness operation akan semakin
tergantung pada performance Customs dimanapun. Effisiensi usaha mereka juga tergantung
pada mutu dan kecepatan pelayanan Customs.
5
Kegagalan Bea dan Cukai dalam menekan High Cost Economy tidak saja akan
mengakibatkan kegagalan ekonomi Indonesia untuk menjerat oppotunity, mengubah
keuntungan komparatif menjadi keuntungan kompetitif, tetapi juga secara substansial dapat
mengakibatkan larinya para investor yang semula akan melakukan investasinya di Indonesia
dengan segala implikasi ekonomis negatif lainnya. Keinginan dan tuntutan dari para
pengguna jasa internasional tersebut adalah syarat mutlak yang harus dipenuhi, dan sudah
menjadi kewajiban moral bagi DJBC untuk melakukan berbagai perubahan yang cukup
mendasar, baik dari segi penyempurnaan organisasi dan tatalaksana DJBC, simplifikasi dan
sekaligus transparansi sistem dan prosedur Kepabeanan, serta pengembangan kualitas sumber
daya manusia, sehingga diharapkan nantinya terdapat suatu keselarasan dengan jiwa dan
kepentingan dari UU Kepabeanan itu sendiri. Sebagai produk hukum nasional yang
berlandaskan Pancasila dan UUD 1945, maka bentuk UU Kepabeanan yang bersifat proaktif
dan antisipatif ini sangatlah sederhana namun memiliki jangkauan yang lebih luas dalam
mengantisipasi terhadap perkembangan perdagangan internasional.
Hal-hal baru berupa kemudahan di bidang kepabeanan juga diatur, seperti penerapan
sistem self Assessment, dan Post entry Audit yang merupakan back-up sistem atas sistem self
Assessment. Post audit yang tidak lain bertujuan untuk mengetahui tingkat kepatuhan dari
para pengguna jasa, ternyata juga mampu berperan ganda yaitu mengoptimalkan penerimaan
negara dan meningkatkan kelancaran arus barang. Disamping itu, untuk memberikan
alternatif kepada para pengguna jasa dalam penyerahan pemberitahuan pabean, diterapkan
pula EDI-system atau yang lebih dikenal dengan Electronic Data Interchange. Adanya
kemudahan-kemudahan di bidang kepabeanan ini juga telah menunjukkan kesungguhan
DJBC untuk benar-benar serius dalam melakukan reposisi peran dan fungsinya dalam
meningkatkan kualitas kualitas pelayanan, khususnya kepada para pengguna jasa
kepabeanan.
6
2.2 Tugas Pokok dan Fungsi Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
A. TUGAS POKOK
B. FUNGSI
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
mempunyai fungsi :
7
2.3 Visi, Misi dan Strategi
Visi
Misi
Strategi
1. Tingkatkan Pelayanan;
2. Tingkatkan transparansi keadilan dan konsistensi;
3. Pastikan pengguna jasa bekerja sesuai ketentuan;
4. Hentikan perdagangan ilegal;
5. Tingkatkan Integritas.
8
LOGO DIREKTORAT JENDERAL BEA DAN CUKAI
LUKISAN
MAKNA
Lingkaran Malai Padi melambangkan tujuan pelaksanaan tugas Bea dan Cukai
adalah kemakmuran dan kesejahteraan bangsa Indonesia.
9
WARNA
A. EKSPOR
Pemberitahuan pabean ekspor adalah pernyataan yang dibuat oleh orang dalam rangka
melaksanakan kewajiban kepabeanan dibidang ekspor dalam bentuk tulisan di atas formulir
atau data elektronik
Dasar Hukum
Pengertian Ekspor
10
Nota Pelayanan Ekspor yang selanjutnya disingkat dengan NPE adalah nota yang
diterbitkan oleh Pejabat Pemeriksa Dokumen Ekspor atau Sistem Komputer
Pelayanan atas PEB yang disampaikan, untuk melindungi pemasukan barang yang
akan diekspor ke Kawasan Pabean dan/atau pemuatannya ke sarana pengangkut.
Kantor Pabean adalah Kantor Pelayanan Utama Bea dan Cukai dan Kantor
Pengawasan dan Pelayanan Bea dan Cukai tempat dipenuhinya kewajiban pabean.
Kawasan Pabean adalah kawasan dengan batas-batas tertentu di pelabuhan laut,
bandar udara, atau tempat lain yang ditetapkan untuk lalu lintas barang yang
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai.
11
Sanksi
B. IMPOR
Dasar Hukum
12
Kepabeanan
Kepabeanan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan pengawasan atas lalu-
lintas barang yang masuk atau keluar Daerah Pabean serta pemungutan bea masuk dan bea
keluar.
Impor
Daerah Pabean
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi wilayah darat,
perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif
dan landas kontinen yang di dalamnya berlaku Undang-Undang Kepabeanan. Barang yang
dimasukkan ke dalam Daerah Pabean diperlakukan sebagai BARANG IMPOR dan terutang
Bea Masuk.
Kawasan Pabean
Memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean dengan tujuan untuk dipakai; atau
Memasukkan barang ke dalam Daerah Pabean untuk dimiliki atau dikuasai oleh orang
yang berdomisili di Indonesia.
13
Penjaluran
Importir baru;
Importir yang termasuk dalam kategori risiko tinggi (high risk importir);
Barang impor sementara;
Barang Operasional Perminyakan (BOP) golongan II;
Barang re-impor;
Terkena pemeriksaan acak;
Barang impor tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah;
Barang impor yang termasuk dalam komoditi berisiko tinggi dan/atau berasal dari
negara yang berisiko tinggi.
Importir dan importasi yang tidak termasuk dalam kriteria sebagaimana dimaksud
dalam kriteria jalur merah
14
Kriteria jalur Prioritas :
Pemeriksaan Pabean :
Pemeriksaan Fisik :
Pemeriksaan Biasa
o P-07/BC/2007 tentang Pemeriksaan Fisik barang Impor
Pemeriksaan dengan alat Hi-co scan X-ray
o KEP 97/BC/2003
Penegasan DJBC (terlampir)
Pemeriksaan di lapangan/gudang importir
o P-07/BC/2007 tentang Pemeriksaan Fisik barang Impor
15
Pembayaran
Pembayaran Biasa :
Pemberitahuan Pabean
Jenis
o Melekat kepada subjek (importir), misalnya NPIK
o Melekat kepada objek (barang) misalnya ijin ML (makanan luar) dari BPOM
Prinsip umum : Perijinan harus ada pada saat importir mengajukan PIB
Untuk Jalur Prioritas, karena tidak dilakukan pemeriksaan dokumen dan fisik didepan,
maka ijin dianggap telah dipenuhi.
16
C. KIRIMAN DAN PAKET
Barang kiriman dengan nilai pabean paling banyak FOB USD 50,00 (lima puluh US
Dollar) untuk setiap orang per kiriman, diberikan pembebasan bea masuk dan tidak dipungut
pajak dalam rangka impor.
Ketentuan Pembebasan Bea Masuk dan Tidak Dipungut Pajak Dalam Rangka Impor
Barang kiriman dengan nilai pabean paling banyak FOB USD 50,00 (lima puluh US
Dollar) untuk setiap orang per kiriman, diberikan pembebasan bea masuk dan tidak
dipungut pajak dalam rangka impor;
Dalam hal pabean melebihi batas pembebasan bea masuk, maka barang kiriman
dipungut bea masuk dan pajak dalam rangka impor dengan dasar nilai pabean penuh
dikurangi dengan nilai pabean yang mendapatkan pembebasan bea masuk.
Atas barang kiriman pos wajib diberitahukan kepada Pejabat Bea dan Cukai dikantor
Pabean dan hanya dapat dikeluarkan dengan persetujuan Pejabat Bea dan Cukai;
Impor barang kiriman dilakukan melalui pos atau PJT dan dilakukan pemeriksaan
pabean yang meliputi penelitian dokumen dan pemeriksaan fisik barang oleh Pejabat
Bea dan Cukai;
Pemeriksaan fisik barang disaksikan oleh petugas pos atau petugas PJT;
Barang kiriman melalui pos yang telah ditetapkan tarif dan nilai pabeannya
diserahkan kepada penerima barang kiriman melalui pos setelah bea masuk dan pajak
dalam rangka impor dilunas;
17
Pejabat Bea dan Cukai menetapkan tarif dan nilai pabean serta menghitung bea masuk
dan pajak dalam rangka impor yang wajib dilunasi atas barang kiriman melalui pos
dan PJT;
Penetapan tarif didasarkan pada tarif bea masuk dari jenis barang yang bersangkutan,
apabila barang impor lebih dari 3 jenis barang, pejabat bea dan cukai menetapkan
hanya satu tarif bea masuk berdasarkan tarif barang tertinggi.
D. BARANG PENUMPANG
Barang pribadi penumpang adalah barang yang dibawa oleh setiap orang yang melintasi
perbatasan wilayah negara dengan menggunakan sarana pengangkut, tidak termasuk barang
yang dibawa awak sarana pengangkut atau pelintas batas.
Pengertian
Barang pribadi penumpang adalah barang yang dibawa oleh setiap orang yang
melintasi perbatasan wilayah negara dengan menggunakan sarana pengangkut, tidak
termasuk barang yang dibawa awak sarana pengangkut atau pelintas batas.
Barang pribadi penumpang yang tiba sebelum atau setelah kedatangan penumpang,
dapat dibuktikan kepemilikannya dengan menggunakan paspor dan boarding pass
yang bersangkutan.
Barang awak sarana pengangkut adalah barang yang dibawa oleh setiap orang yang
karena sifat dan pekerjaannya harus berada dalam sarana pengangkut dan datang
bersama sarana pengangkutnya.
Customs Declaration (CD) adalah pemberitahuan pabean atas barang impor yang
dibawa penumpang atau awak sarana pengangkut.
18
Pembebasan Bea Masuk dan Pajak Dalam Rangka Impor serta Pembebasan Cukai
diberikan terhadap :
Barang pribadi penumpang yang nilai pabeannya tidak melebihi FOB USD 250.00
untuk setiap orang atau FOB USD 1.000.00 untuk setiap keluarga.
Barang pribadi penumpang dewasa yang merupakan barang kena cukai paling banyak
200 batang sigaret, 25 batang cerutu atau 100 gram tembakau iris dan 1 liter minuman
mengandung etil alkohol.
Barang awak sarana pengangkut yang nilai pabeannya tidak melebihi FOB USD
50.00 untuk setiap kedatangan.
Barang awak sarana pengangkut yang merupakan barang kena cukai dengan jumlah
paling banyak 40 batang sigaret, 10 batang cerutu atau 40 gram tembakau iris dan 350
mililiter minuman mengandung etil alkohol.
Atas nama barang pribadi penumpang yang tiba bersama penumpang wajib
diberitahukan kepada pejabat bea dan cukai dengan menggunakan CD.
CD wajib diisi dengan lengkap dan benar dan pemberitahuan dapat dilakukan secara
lisan pada tempat-tempat tertentu yang ditentukan Direktur Jenderal Bea dan Cukai.
Dengan nilai pabean melebihi batas pembebasan bea masuk yang diberikan dan / atau
barang kena cukai melebihi ketentuan pembebasan cukai.
Berupa hewan, ikan , dan tumbuhan termasuk produk yang berasal dari hewan, ikan
dan tumbuhan.
19
Berupa narkotika, psikotropika, obat - obatan, senjata api, senjata angin, senjata
tajam , amunisi, bahan peledak, benda / publikasi pornografi.
Berupa film sinematografi, pita video berisi rekaman, video laser disc atau piringan hitam.
Berupa uang dalam Rupiah atau dalam mata uang asing senilai Rp. 100.000.000,- (seratus
juta rupiah) atau lebih.
b. Jalur HIJAU, dalam hal Penumpang atau Awak Sarana Pengangkut Tidak
Membawa Barang Impor sebagaimana dimaksud pada huruf (a), setelah menerima
pemberitahuan tersebut, Pejabat Bea dan Cukai :
Dalam hal terdapat kecurigaan, pejabat Bea dan Cukai dapat melakukan.
Pemeriksaan terdapat barang bawaan penumpang atau barang bawaan awak sarana
pengangkut yang dikeluarkan melalui jalur hijau.
2.4 CUKAI
Dasar Hukum
20
4. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 99/PMK.011/2010 tentang Perubahan Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.011/2009 tentang Tarif Cukai Hasil Tembakau;
5. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P-43/BC/2009 tentang Tata Cara
Penetapan Tarif Cukai Hasil Tembakau;
6. Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor: P - 22/BC/2010 tentang Tata Cara
Pemungutan Cukai Etil Alkohol, Minuman Mengandung Etil Alkohol, dan Konsentrat
Mengandung Etil Alkohol.
Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-barang tertentu yang
mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam Undang-undang Cukai :
a. etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan
proses pembuatannya;
b. minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, dengan tidak
mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya, termasuk konsentrat
yang mengandung etil alkohol;
c. hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan hasil
pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan atau tidak
bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.
Barang kena cukai adalag barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau
karakteristik, yang :
21
Sehubungan dengan penetapan jenis barang kena cukai sebagaimana disebutkan di atas
sesuai Undang-Undang 11 Tahun 1995 Tentang Cukai sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 11
Tentang Cukai, maka saat ini untuk sementara waktu kita baru mengenal tiga jenis barang
kena cukai secara umum, yaitu etil alkohol, minuman yang mengandung etil alkohol, dan
hasil tembakau. Tidak menutup kemungkinan perubahan jenis Barang Kena Cukai.
22
PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 62/PMK.011/2010 TENTANG
TARIF CUKAI ETIL ALKOHOL, MINUMAN YANG MENGANDUNG
ETIL ALKOHOL, DAN KONSENTRAT YANG MENGANDUNG ETIL
ALKOHOL
I ETIL ALKOHOL ATAU ETANOL.
II MINUMAN YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL.
II KONSENTRAT YANG MENGANDUNG ETIL ALKOHOL.
I
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah Yang Maha Esa karena atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyusun makalah ini tepat pada waktu dan harapan yang telah
ditentukan. Makalah ini berjudul “HIGH COST(biaya tinggi yang berada di dalam Beacukai)
“ dan kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami
membuka diri untuk menerima saran, kritik dan masukan yang konstruktif demi
kesempurnaan tugas yang akan datang.
Semoga makalah ini berguna dan bermanfaat bagi kami khususnya dan para pembaca,
pihak Universitas pada umumnya demi menambah wawasan dan pengetahuan yang lebih luas
dalam rangka menambah khasanah budaya nasional kita.
BAB III
SETUDI KASUS
Ia mengatakan tiga kasus yang terjadi pada hari Jumat (18/10) satu kasus pada Jumat
(25/10), berhasil diamankan sembilan orang tersangka yang merupakan Warga Negara
Indonesia dan Asing dengan total narkotika jenis sabu sebanyak 6.184 gram. Modus
penyelundupan narkotika yang dilakukan pelaku yakni dengan disembunyikan di dalam
dinding koper, alas sepatu dan saku jaket pakaian. Paket narkotika tersebut dibawa pelaku
dari negara Hongkong, Filipina dan Peking. Pelaku yang diamankan juga ada empat orang
wanita. "Ada yang bekerja sebagai TKI hingga pekerja salon," ujarnya.
Untuk kasus pertama dan ketiga, tersangka berikut barang bukti diserahkan kepada
Polres Bandara Soekarno - Hatta. Sedangkan kasus kedua dan keempat, diserahkan ke
penyidik BNN.
"Kita masih lakukan pengembangan terhadap ungkapan penyelundupan narkotika ini. Sebab,
masih ada tersangka lainnya," kata Humas BNN, Surya Sumirat.
Sesuai UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika sesuai pasal 113 ayat 1 dan 2 maka
pelaku dijerat dengan ancaman pidana 15 tahun dan dengan RP10 Miliar. Karena barang
bukti melebihi lima gram maka dipidana seumur hidup dan dengan RP10 Miliar ditambah
1/3.
27
PENUTUPAN
Kesimpulan
Kesimpulan Pemeriksa Barang merupakan salah satu unit kerja yang sangat penting yang
diharapkan dapat menjadi ujung tombak peningkatan kinerja organisasi DJBC. Target dari
kegiatan KKL iniagar mahasiswa Prodip 1 Bea Cukai nanatinya dapat menjadi pemeriksa
barang guna mendukung pelaksanaan tugas Pejabat Pemeriksa Dokumen dalam memutuskan
klasifikasi barang dan penetapan nilai pabean.
Saran
Saran Integritas mungkin adalah salah satu hal yang paling penting dalam melakukan
pemeriksaan fisik. Sebagai pejabat pemeriksa barang mungkin akan dihadapkan pada
hambatan-hambatan yang bisa jadi mempengaruhi nilai pabean. Seperti halnya suap yang
dilakukan importir ataupun eksportir ataupun ppjk. Maka dari itu, peningkatan integritas yang
di sertai dengan kompetensi sangat penting untuk dimiliki oleh pejabat pemeriksa barang.
28
Oleh :
Nim : 2013201218
2015