NPM: 41151010200137
TUGAS 1
JAWABAN
regulasi hukum yang sebaiknya dilakukan oleh pemerintah dalam melindungi pelaku
perdagangan dalam negeri yaitu menjalankan kebijakan proteksi, yaitu kebijakan pemerintah
untuk melindungi industri dalam negeri yang sedang tumbuh (infant industry), dan melindungi
perusahaan baru dari perusahaan-perusahaan besar yang semen-mena dengan kelebihan yang
ia miliki, selain itu persaingan-persaingan barang-barang impor.
1) Tarif
Tarif adalah pajak yang dikenakan terhadap barang-barang dagangan yang melintasi
daerah pabean (cutom area). Sementara itu, barang-barang yang masuk ke wilayah
negara dikenakan bea masuk. Efek kebijakan ini terlihat langsung pada kenaikan harga
barang. Dengan pengenaan bea masuk yang besar, mempunyai maksud memproteksi
industri dalam negri sehingga meningkatkan pendapatan negara dan juga membatasi
permintaan konsumen terhadap produk-produk impor dan mendorong konsumen
menggunakan produk domestic.
Macam-macam penentuan tarif, yaitu:
Bea Ekspor (export duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang
yang diangkut menuju negara lain (di luar costum area).
Bea Transito (transit duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-
barang yang melalui batas wilayah suatu negara dengan tujuan akhir barang
tersebut negara lain.
Bea Impor (import duties) adalah pajak/bea yang dikenakan terhadap barang-
barang yang masuk dalam suatu negara (tom area).
2) Kuota
Kuota adalah kebijakan pemerintah untuk membatasi jumlah barang yang
diperdagangkan. Ada tiga macam kuota, yaitu kuota impor, kuota produksi, dan kuota
ekspor. Kuota impor adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diimpor, kuota
produksi adalah pembatasan dalam jumlah barang yang diproduksi, dan kuota ekspor
adalah pembatasan jumlah barang yang diekspor.
Tujuan diberlakukannya kuota impor di antaranya:
Mencegah barang-barang yang penting berada di luar negri,
Menjamin tersedianya barang-barang di dalam negeri dalam proporsi yang
cukup.
Mengadakan pengawasan produksi serta pengendalian harga guna mencapai
stabilitas harga di dalam negeri.
3) Dumping
Dumping adalah kebijakan pemerintah untuk menjual barang di luar negeri dengan
harga yang lebih rendah dari dalam negeri atau bahkan di bawah biaya produksi.
Kebijakan dumping dapat meningkatkan volume perdagangan dan menguntungkan
negara pengimpor, terutama menguntungkan konsumen mereka. Namun, negara
pengimpor kadang mempunyai industri yang sejenis sehingga persaingan dari luar
negeri ini dapat mendorong pemerintah negara pengimpor memberlakukan kebijakan
antidumping (dengan tarif impor yang lebih tinggi), atau sering disebut counterveiling
duties. Hal ini dilakukan untuk menetralisir dampak subsidi ekspor yang diberikan oleh
negara lain. Predatory dumping dilakukan dengan tujuan untuk mematikan persaingan
di luar negeri. Setelah persaingan di luar negeri mati maka harga di luar negeri akan
dinaikkan untuk menutup kerugian sewaktu melakukan predatory dumping.
Syarat yang harus dipenuhi dalam kebijakan dumping yaitu:
Kekuatan monopoli di dalam negeri lebih besar daripada luar negeri, sehingga
kurva permintaan di dalam negeri lebih inelastis dibanding kurva permintaan di
luar negeri.
Terdapat hambatan yang cukup kuat sehingga konsumen dalam negeri tidak
dapat membeli barang dari luar negeri.
4) Subsidi
Subsidi adalah kebijakan pemerintah yang diberikan untuk menurunkan biaya produksi
barang domestik, sehingga diharapkan harga jual produk dapat lebih murah dan dapat
bersaing dengan barang impor. Tujuan dari subsidi ekspor adalah untuk mendorong
jumlah ekspor, karena eksportir dapat menawarkan harga yang lebih rendah. Namun
tindakan ini dianggap sebagai persaingan yang tidak jujur dan dapat menjurus ke arah
perang subsidi.
5) Larangan Impor
Larangan impor adalah kebijakan pemerintah dimaksudkan untuk melarang masuknya
produk-produk asing ke dalam pasar domestik. Dengan tujuan untuk melindungi
produksi dalam negri.
Dalam perdagangan luar negeri konsep proteksi berarti usaha-usaha pemerintah yang
membatasi atau mengurangi jumlah barang yang diimpor dari Negara-negara lain dengan
tujuan untuk mencapai beberapa tujuan tertentu yang penting artinya dalam pembangunan
Negara dan kemakmuran perekonomian negara.
Proteksi meliputi tarif dan nontarif melalui tarif bea masuk, digolongkan atas dua jenis, yakni
tarif nominal dan tarif efektif. Tarif nominal dinyatakan beberapa % dari nilai impor (fob),
sedangkan tarif efektif dihitung dengan mengetahui lebih dulu nilai tambah suatu komoditi,
yang dapat diciptakan di dalam negeri dan nilai tambah komoditi itu di pasar internasional.
Kemudian, dihitung persentase.
TUGAS 2
Nama: destina
Npm: 41151010200137
Universitas Langlangbuana
2023
Kata Pengantar
Assalamualaikum wr. wb
Alhamdulillah. Puji syukur kehadirat Allah SWT senantiasa kita ucapkan. Atas karunia-Nya
berupa nikmat iman dan kesehatan ini akhirnya penulis bisa menyelesaikan makalah bertema
Keamanan Dilingkungan Masyarakat. Tidak lupa shawalat serta salam tercurahkan bagi
Baginda Agung Rasulullah SAW yang syafaatnya akan kita nantikan kelak.
Makalah berjudul “Permasalahan Hukum Dalam Kontrak Digital Di Indonesia” Isi makalah
ini membahas tentsng bagaimana permasalan hukum dalam kontrak digital. Adapun penulisan
makalah bertema Keamanan ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Hukum
Perdagangan Elektronik.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah mendukung serta membantu
penyelesaian makalah. Harapannya, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi
pembaca sekaligus menumbuhkan rasa peduli terhadap keamanan di lingkungan sekitar.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat dan
kesalahan. Meskipun demikian, penulis terbuka pada kritik dan saran dari pembaca demi
kesempurnaan makalah.
Wassalamualaikum wr. wb
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan internet yang sangat pesat menyebabkan terbentuknya sebuah
arena baru yang lazim disebut dengan dunia maya. Di sini setiap individu memiliki hak
dan kemampuan untuk berhubungan dengan individu yang lain tanpa batasan apa pun
yang menghalanginya. Inilah globalisasi yang pada dasarnya telah terlaksana di dunia
maya, yang menghubungkan seluruh masyarakat digital atau mereka yang sering
menggunakan internet dalam aktivitas setiap hari. Perkembangan tersebut berakibat
juga pada aspek sosial, di mana cara berhubungan antar manusia pun ikut berubah.
Seiring dengan perkembangan teknologi, kegiatan perdagangan juga
mengalami perkembangan dari masa ke masa, baik terhadap komoditi yang
diperdagangkan maupun mekanisme perdagangan itu sendiri. Perdagangan jenis
komoditi yang diperdagangkan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kebutuhan
hidup manusia yang semakin kompleks dan beragam serta kemajuan teknolologi yang
terus berkembang pesat. Dengan adanya perkembangan teknologi dalam bidang
perdagangan, muncul yang dinamakan dengan perdagangan elektronik. Di mana para
pihak antara penjual dengan pembeli tidak lagi bertatap muka, melainkan hanya melalui
medium internet yaitu world wide web, jaringan umum dengan sistem terbuka. Di
sinilah lahirnya kontrak elektronik atau e-contract.
Kontrak elektronik merupakan salah satu bentuk kontrak baru yang
mendapatkan perlindungan secara khusus dalam Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (yang selanjutnya disebut UU ITE),
khususnya melalui Pasal 1 angka 17, kontrak elektronik adalah perjanjian para pihak
yang dibuat melalui sistem elektronik. Sedangkan sistem elektronik itu sendiri adalah
serangkaian perangkat dan prosedur elektronik yang berfungsi mempersiapkan,
mengumpulkan, mengolah, menganalisis, menyimpan, menampilkan, mengumumkan,
mengirimkan, dan atau menyebarkan informasi elektronik. Hal ini diatur dalam Pasal 1
angka 5 UU ITE.
B. Batasan Masalah
Agar pembahasan tidak terlalu luas, penyusun perlu membatasi pembahasan
dalam makalah ini. Pembatasan yang penyusun terapkan yaitu hanya membahas
permasalahan hukum dalam kontrak digital jika di kaitkan dengan ketentuan kontrak
yang termuat dalam Pasal 1320 KUH perdata dan ketentuan lainnya.
C. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Kontrak digital?
2. Apa Permasalahan hukum dalam kontrak digital di Indonesis?
3. Apa Hubungan kontrak digital dengan ketentuan kontrak yang termuat dalam
pasal 1320 perdata dan ketentuan lainnya?
D. Tujuan
1. Mengetahui pengertian kontrak digital
2. Mengertahui permasalahan hukum dalam kontrak digital di Indonesia
3. Mengetahui Hubungan kontrak digital dengan ketentuan kontrak yang termuat
dalam pasal 1320 perdata dan ketentuan lainnya.
BAB II
PEMBAHASAN
Informasi dalam Kontrak Elektronik harus sesuai dengan penawaran dan memuat
paling sedikit:
Penyelesaian Sengketa
Dalam hal terjadi sengketa, para pihak dapat menyelesaikan sengketa melalui
pengadilan atau melalui mekanisme penyelesaian sengketa lainnya. Para pihak
memiliki kewenangan untuk menetapkan forum pengadilan, arbitrase, atau lembaga
penyelesaian sengketa alternatif lainnya yang akan berwenang menangani sengketa
yang mungkin timbul antara para pihak tersebut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Kontrak Elektronik adalah kesepakatan para pihak yang dituangkan dalam
perjanjian dalam bentuk elektronik. Secara umum, kontrak elektronik telah memenuhi
syarat pembuatan kontrak yang terdapat pada Pasal 1320 KUHPdt perbedaannya hanya
terletak pada media nya. Berkaitan dengan Permasalahan dari hukum kontrak digital
adanya Pelacakan terhadap pihak pertama atau debitor sulit dilakukan apabila terjadi
wanprestasi, Kurang efisien dalam komunikasi, Kontrak elektronik sangat mudah untuk
diduplikasikan sehingga tidak diketahui lagi data yang asli dan Kontrak elektronik
sebagai alat bukti dikhawatirkan dapat dipalsukan dan nantinya akan muncul masalah
tentang keotentikan kontrak elektronik tersebut.
Solusi hukum dan teknologi terhadap kemungkinan adanya duplikasi kontrak
elektronik yaitu dengan cara kriftografi, yang dimaksud dengan kriftografi adalah suatu
bidang ilmu pengetahuan yang mempelajari teknik-teknik aplikasi keberadaannya
tergantung pada keberadaan suatu masalah yang sukar atau sulit yang berfokus terhadap
keontentikan, integritas, kerahasiaan dan control dan didukung pula dengan UU ITE
yang telah diatur dalam Pasal 8 ayat (1) UU ITE
B. Saran
Karena dari UU ITE sudah cukup baik, mungkin saran untuk di maksimalkan
dari segi pengawasannya agar setiap melakukan Kontrak Digital menjadi tidak ragu
mengalami masalah-masalah yang telah disebutkan di makalah ini dan untuk lebih
meningkatkan keamanan dari sistem atau apliksinya.