PST DAN
Oleh :
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Isu narkoba sudah dari dulu menjadi permasalahan di negeri ini. Perkembangannya
sangat besar, merebak mulai dari kota sampai desa. Penggunanya narkotika sendiri
menembus berbagai lapisan masyarakat. diantaranya pejabat, artis, rakyat biasa, hingga
oknum penegak hukum pun dapat terjerat dalam lingkaran tersebut. Lebih parahnya,
pengguna nya juga tidak pandang umur mulai dari dewasa hngga anak-anak pun dapat
terjerat oleh barang haram ini. Aturan yang ada selama ini dianggap belum cukup efektif
yang dituangkan dalam UU No. 7 tahun 1997. agar wujud dari keseriusan negara untuk
menangani permasalahan narkotika semakin kuat, maka aturan yang telah ada sebelumnya
telah bersifat trans-nasional, yang semakin hari semakin banyak cara yang dapat dilakukan
dengan modus operandi yang tinggi dan didukung oleh teknologi canggih dan jaringan yang
kuat dengan jumlah nilai uang yang fantastis, dan banyak menjerat kalangan muda, generasi
millenial.
Maka tidak heran apabila banyak orang yang memanfaatkan barang ini agar menjadi
pundi pundi rupiah dengan menjadi Bandar narkotika dan tentunya dimana ada gula disitu
ada semut yang artinya ada penjual berarti adapula pembeli. Pembeli dan penjual mempunyai
persamaan dalam hal ini yaitu sama sama menyalah gunakan narkotika tanpa mempunyai hak
Namun, pembeli disini dapat pula dikatakan sebagai korban penyalahgunaan karena mereka
hanya membeli dari Bandar untuk di pergunakan sendiri. Berdasarkan pasal 54 UU NO. 35
tahun 2009 ada kalimat yang menyebutkan “korban penyalahgunaan Narkotika” yang
dimaksudkan adalah seseorang yang tidak sengaja menggunakan Narkotika karena dibujuk,
diperdaya, ditipu, dipaksa, dan/atau diancam untuk menggunakan Narkotika. Jadi, jelas
menurut UU No. 35 Tahun 2009 bahwa orang yang menggunakan narkotika untuk dirinya
sendiri dapat disebut korban. Sehingga pemerintah perlu meng-upgrade aturan agar dapat
mengklasifikasikan hal hal terkait narkotika di era informatika saat ini dan bukan malah
Namun, sampai dengan saat ini masih sering di jumpai terkait kerancuan yang dimana
penyalahguna atau pencandu menjadi sulit di bedakan sehingga para penegak hukum lebih
sering menjerat para pecandu dengan pasal yang bisa di kenakan juga terhadap Bandar itu
sendiri. Dikarenakan semakin banyaknya peredaran narkotika, maka semakin banyak pula
penyalahguna atau pecandu yang terjerat. Oleh karenanya pemerintah dalam hal ini ikut
campur dalam proses pencegahan maupun pemberantasan dan juga ikut terlibat langsung
pada proses penyelamatan/perlindungan bagi generasi muda secara masif yang telah banyak
menjadi korban narkotikaSehingga Pemerintah membuat suatu badan khusus, yaitu Badan
bukan hanya pencegahan dan pemberantasan, namun juga sampai kepada tahap
penyelamatan/rehabilitasi bagi orang yang telah terkena menjadi penyalahguna atau pecandu
narkotika. Pemerintah juga memberikan anggaran yang cukup besar untuk membuat panti-
panti rehabilitasi, dan bekerjasama dengan rumah sakit negeri maupun swasta untuk ikut
Namun, yang menjadi persoalan hukum adalah penerapan pasal-pasal yang keliru dan
sering digunakan aparat penegak hukum terhadap para penyalahguna narkotika yang menjadi
ambigu dalam pasal yang seharusnya dikenakan/diterapkan bagi bandar besar, pengedar,
penjual atau kurir, namun dapat dikenakan juga pada korban penyalahguna atau pecandu
narkotika. Hal ini dikarenakan pada Pasal tersebut terdapat unsur kata“memiliki, menguasai,
Adapun salah satu contoh terkait putusan Nomor 1491/Pid.Sus/2018/PN Jkt.Utr yang
dimana seorang terdakwanya adalah seorang musisi kondang yang bernama Fariz Roestam
Moenaf yang terbukti bersalah di persidangan karena secara melawan hukum memiliki
narkotika jenis sabu sabu yang telah jelas bahwa terdakwa yaitu Fariz Roestam Moenaf telah
memenuhi unsur unsur yang ada di dalam pasal 112 ayat (1) yaitu : “Setiap orang yang tanpa
hak atau melawan hukum memiliki, menyimpan, menguasai, atau menyediakan Narkotika
Golongan I bukan tanaman, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 4 (empat) tahun
dan paling lama 12 (dua belas) tahun dan pidana denda paling sedikit Rp800.000.000,00
(delapan ratus juta rupiah) dan paling banyak Rp8.000.000.000,00 (delapan miliar rupiah).”
Namun, dalam putusan tersebut, majelis hakim PN Jakarta Utara memutus terdakwa dengan
Hal ini berbanding terbalik dengan kasus yang dilakukan oleh artis lain yang bernama
terdakwa terbukti memiliki narkotika jenis sabu sabu namun tetap di hukum dengan pasal
susah dibedakan dengan seorang Bandar. Tentu saja hal ini menjadi problematika yang
seharusnya UU NO. 35 Tahun 2009 bisa mengurangi penyalahgunaan, namun hanya menjadi
penjerat kepada korban penyalahgunaan. Dan patut di pertanyakan juga apakah dasar dari
para penegak hukum ( kepolisian, kejaksaan, dan kehakiman ) mengenakan atau menjerat
seorang tersangka dengan pasal 127 UU Nomor 35 Tahun 2009 ? dan apa pertimbangan
hakim terkait dalam memberikan vonis terhadap seseorang terdakwa yang dikenakan pasal
menjadi dasar pertanyaan pertanyaan di atas yang seharusnya dikenakan kepada pihak yang
menjadi bandar, pengedar, atau kurir. Namun seringkali juga dikenakan kepada pihak
penyalahguna atau pecandu narkotika. Apakah ada suatu pertimbangan khusus yang
lantas, mengapa sampai dengan hari ini Rutan atau Lembaga Pemasyarakatan (LP) di seluruh
penjuru negeri hampir 70% diisi oleh pelaku perkara narkotika. Tidak sedikit di antaranya
adalah para penyalahguna atau pecandu narkotika, yang seharusnya bukan di situ tempatnya
Sehingga penulis tertarik untuk mengangkat permasalahan ini ke dalam penulisan hukum
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dan latar belakang di atas, maka yang menjadi pokok
C. Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini tujuan yang ingin dicapai diantaranya adalah sebagai berikut:
hukum
D. Manfaat Peneltian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah pengetahuan hukum dalam bidang hukum
pidana kepada penulis dan diharapkan penulis dapat mengetahui terkait yang menyangkut
tentang tindak pidana narkotika dalam kaitannya proses penjatuhan putusan pidana pada
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitiaan ini diharapkan penulis yaitu dapat digunakan sebagai acuan wacana bagi
pembaca untuk menulis judul skripsi ataupun memberikan pengetahuan baru tentang hukum
E. Kegunaan Penelitian
Hasil penulisan ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengetahuan bagi
penulis dan menjadi acuan di bidang ilmu hukum khususnya pidana dalam rangka menambah
pengetahuan dan wawasan tentang studi yang dilakukan oleh penulis, serta syarat untuk
penulisan Tugas Akhir salam studi Sarjana hukum di fakultas hukum Universitas
Muhammadiyah Malang.
F. Metode Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan dalam penulisan ini adalah metode Yuridis
Normatif yang dimana Yuridis Normatif sebagai bentuk penelitian hukum yang
ketertiban umum dalam hukum positif Indonesia sebagai dasar untuk mematuhi aturan
Bahan Hukum Sekunder adalah bahan hukum penunjang dari bahan hukum
primer. Dalam hal ini berupa semua publikasi tentang hukum yang bukan
teks, jurnal-jurnal hukum, artikel ilmiah internet, pendapat para sarjana dan
praktisi hukum baik dalam bentuk tulisan maupun lisan yang di rekam di
Bahan HukumTersier adalah data yang menunjang data primer dan data
sekunder. Hal ini memberikan petunjuk atau penjelasan data-data primer dan
G. Sistematika Penulisan
Penulisan hukum ini dibagi dalam empat bab. Adapun sistematika yang dimaksud
BAB I PENDAHULUAN
Merupakan bab yang pendahuluan yang meliputi latar belakang, rumusan masalah,
Dalam bab ini penulis akan memaparkan teori teori terkait Tindak Pidana Narkotika,
misalnya dalam hal ini teori disparitas hakim yang memberikan postulat dalam konsep
pemidanaan terkait kasus narkotika dan terlebih lagi penulis lebih menekankan terkait
bagaimana hakim memiliki pertimbangan yang berbeda dalam suatu kasus narkotika
yang sama. yang bersumber dari Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang
Narkotika dan di dukung buku buku atau literatureyang berkaitan dengan permasalahan
yang diangkat.
Dalam bab ini berisi mengenai uraian pembahasan yang diangkat oleh penulis terkait
Jkt.Utr dan putusan Nomor 701/Pid.Sus/2019/PN.Jkt.Pst dan terlebih ditinjau dari aspek
keadilan dan kepastian hukumserta dianalisa kesesuaian dan keselarasan berdasarkan
fakta yang ada didukung dengan teori yang relevan dengan permasalahan dalam
penulisan ini.
BAB IV PENUTUP
Bab ini merupakan bab terakhir dalam penulisan hukum ini dimana berisi kesimpulan
dan pembahasan bab sebelumnya serta berisikan saran penulis dalam menggapai