Anda di halaman 1dari 12

Paper Individu

Pandangan orang awam tentang Cukai Rokok

Mata Kuliah : Perundang-undangan Cukai

Kelas : 1-03

Nama Mahasiswa : Zufar Qushoyyi (3301180056)

Program Studi D3 Kepabeanan dan Cukai

Politeknik Keuangan Negara STAN

2018
Pengertian cukai

Pengertian cukai berdasarkan Undang-Undang Nomor 39 Tahun 2007 adalah

sebagai berikut “Cukai adalah pungutan negara yang dikenakan terhadap barang-

barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik yang ditetapkan dalam

undang-undang ini”

Maksud dari barang-barang tertentu yang mempunyai sifat atau karakteristik

adalah barang yang :

1. Konsumsinya perlu dikendalikan;

2. Peredarannya perlu diawasi;

3. Pemakaiannya dapat menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat atau

lingkungan hidup; atau

4. Pemakaiannya perlu pembebanan pungutan negara demi keadilan dan

keseimbangan, dikenai cukai berdasarkan undang-undang ini.

Barang barang yang mempunyai sifat dan karakteristik tersebut diatas

dinamakan Barang Kena Cukai.


Sedangkan sampai dengan saat ini, barang kena cukai (objek cukai) yang

dipungut cukainya terdiri atas:

 etil alkohol atau etanol, dengan tidak mengindahkan bahan yang digunakan

dan proses pembuatannya;

 minuman yang mengandung etil alkohol dalam kadar berapa pun, dengan

tidak mengindahkan bahan yang digunakan dan proses pembuatannya,

termasuk konsentrat yang mengandung etil alkohol;

 hasil tembakau, yang meliputi sigaret, cerutu, rokok daun, tembakau iris, dan

hasil pengolahan tembakau lainnya, dengan tidak mengindahkan digunakan

atau tidak bahan pengganti atau bahan pembantu dalam pembuatannya.


Kali ini saya akan membahas lebih jauh tentang hasil tembakau.

Yang dimaksud dengan "sigaret" adalah hasil tembakau yang dibuat dari tembakau

rajangan yang dibalut dengan kertas dengan cara dilinting, untuk dipakai, tanpa

mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam

pembuatannya.

Sigaret terdiri dari sigaret kretek, sigaret putih, dan sigaret kelembak kemenyan. 

1. Sigaret kretek adalah sigaret yang dalam pembuatannya dicampur dengan

cengkih, atau bagiannya, baik asli maupun tiruan tanpa memperhatikan

jumlahnya.

2. Sigaret putih adalah sigaret yang dalam pembuatannya tanpa dicampuri

dengan cengkih, kelembak, atau kemenyan.

3. Sigaret kelembak kemenyan adalah sigaret yang dalam pembuatannya

dicampur dengan kelembak dan/atau kemenyan asli maupun tiruan tanpa

memperhatikan jumlahnya.
Yang dimaksud dengan cerutu adalah hasil tembakau yang dibuat dari lembaran-

lembaran daun tembakau diiris atau tidak, dengan cara digulung demikian rupa

dengan daun tembakau, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau

bahan pembantu yang digunakan dalampembuatannya.

Yang dimaksud dengan rokok daun adalah hasil tembakau yang dibuat dengan

daun nipah, daun jagung (klobot), atau sejenisnya, dengan cara dilinting, untuk

dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang

digunakan dalam pembuatannya.

Yang dimaksud dengan tembakau iris adalah hasil tembakau yang dibuat dari daun

tembakau yang dirajang, untuk dipakai, tanpa mengindahkan bahan pengganti atau

bahan pembantu yang digunakan dalam pembuatannya.

Yang dimaksud dengan hasil pengolahan tembakau lainnya adalah hasil tembakau

yang dibuat dari daun tembakau selain yang disebutkan diatas yang dibuat secara

lain sesuai dengan perkembangan teknologi dan selera konsumen, tanpa

mengindahkan bahan pengganti atau bahan pembantu yang digunakan dalam

pembuatannya.
Alasan pengenaan pajak dan cukai rokok

Bahaya konsumsi rokok bagi kesehatan telah dibuktikan oleh banyak penelitian di

dunia. Pengendalian konsumsi tembakau telah menjadi gerakan bersama yang

memerlukan kontribusi berbagai macam pihak. Salah satu mekanisme

pengendalian rokok yang dapat dilakukan oleh pemerintah adalah dengan

meregulasi harga jual rokok melalui cukai. Pengenaan cukai untuk meningkatkan

harga rokok telah berhasil menurunkan konsumsi rokok dan menurunkan

prevalansi penyakit terkait rokok di berbagai negara, seperti Korea Selatan,

Perancis, dan Filipina.

- Perlindungan anak dan remaja

- Terlalu rendahnya harga rokok

Mungkin kedua alasan tersebut yang paling mendasar mengapa rokok dikenakan

cukai.
Perkembangan besaran cukai rokok

Dari tahun ke tahun, penerimaan negara dari Cukai Rokok terus meningkat. Pada

tahun 2007, misalnya, tercatat Rp 43,53 Triliun menjadi pemasukan negara. Pada

tahun 2014, penerimaan ini meningkat jadi Rp 112,54 Triliun. Tahun 2016, negara

mendapatkan 137,94 Triliun dari Cukai Rokok. Penerimaan dari cukai rokok selalu

berubah tiap tahunnya. Indonesia awalnya menganut sistem cukai Ad Valorem,

atau persentase dari nilai jual, namun sejak 2009 diubah menjadi tarif spesifik

berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. Besaran tarif cukai ditentukan

berdasarkan jenis rokok dan besaran pabrik rokok. Meskipun nilainya dinaikan

setiap tahun  melalui Peraturan Tarif Cukai oleh Kementerian Keuangan,

persentase kenaikan tarif cukai rokok terbatas pada batas atas sebesar 57%

berdasarkan Undang-undang No.39/2007. Penentuan ini sangat

mempertimbangkan hal-hal seperti pengendalian konsumsi, pencegahan rokok

dengan cukai palsu atau ilegal, dampak pada buruh dan petani, serta target

penerimaan negara.

Untuk tahun 2018, tarif cukai rokok rata-rata naik 10,04 Persen dari tahun

sebelumnya.
Pemasukan untuk negara dari cukai rokok

Cukai dan pajak rokok menyumbang cukup banyak pemasukan bagi negara.

Proporsi penerimaan cukai terhadap total penerimaan negara sebesar 6,31 persen

pada 2007. Porsi ini meningkat menjadi 7,10 persen pada 2012 dengan total

penerimaan cukai sebesar Rp95,03 triliun. Pada 2015, proporsinya sebesar 9,59

persen dari total penerimaan negara sebesar Rp144,64 triliun. Namun perlu

dipahami bahwa selain memberikan pemasukan, beban pemerintah akibat rokok

dan tembakau lebih tinggi ketimbang besaran kontribusi cukai tembakau terhadap

penerimaan negara. Kerugian ekonomi secara makro akibat penggunaan tembakau

dinilai Kemenkes menunjukkan tren meningkat. Pada 2010, kerugian ekonomi ini

sebesar Rp245,41 triliun atau 4 kali penerimaan negara dari cukai tembakau. Ia

meningkat menjadi Rp378,75 triliun pada 2013 atau 3 kali dari penerimaan negara.

Setelah saya paparkan pengertian, selanjutnya saya melakukan wawancara

dengan salah satu konsumen rokok yaitu ayah saya sendiri, percakapan sebagai

berikut :
Tanggal 1 Januari 2019

Pada suatu sore saya menelpon ayah saya dan mewawancarainya

dengan mencatat percakapannya di sebuah kertas. Setelah sedikit berbasa-basi,

saya menjelaskan bahwa saya akan mewawancarai beliau

Saya : “Awal mula merokok kapan pak?, sehari habis berapa?”

Ayah : “ Dulu waktu kuliah, kalo sehari biasanya habis 3 batang”.

Saya : “Perbungkus berapa?, tau nggak pak itu harganya sudah sama cukai?”

Ayah : “ Lima belas ribu, iya tau”.

Saya : “Menurut bapak merokok itu bagaimana? Kan terdapat cukai, pandangan

bapak terhadap cukai?”

Ayah : “ Yaa merokok sudah jadi kebiasaan dan buat pemanis mulut,

pandanganku ya, cukai kan sudah diatur sama pemerintah jadi aku sebagai

konsumen rokok ya tinggal mengikuti peraturannya”

Saya : “Dulu kan pernah muncul kehebohan di tengah masyarakat karena isu

kenaikan rokok yang harga per bungkusnya diwacanakan sebesar Rp50.000.

Bagaimana jika hal tersebut terjadi akankah tetap merokok?”


Ayah : “ Iya tetap merokok, soalnya berhenti merokok itu susah, kaya kehilangan

semangat atau jadi lemes gitu, tetapi jika jadinya dinaikan ya memang tetap

membeli karena pemerintah juga pasti punya alasan yang terbaik mengapa bisa

terjadi kenaikan harga”.

Saya : “Sejatinya, cukai dikenakan pada suatu komoditas karena pengaruh negatif

komoditas tersebut terhadap masyarakat dan lingkungan, bukan semata-mata untuk

menambah pemasukan negara. Pengenaan beban cukai diharapkan dapat menekan

konsumsi produk-produk tersebut. Kan kantong plastik bungkus makan atau yang

biasa disebut kresek itu kan sangat marak digunakan dan termasuk dalam kriteria

tadi, apakah bapak setuju jika dikenakan cukai terhadap plastik?”

Ayah : “ Ya saya setuju, karena plastik juga terlalu murah dan tidak ramah

lingkungan, karena banyak plastic yang dibuang sembarangan tidak bisa hancur

begitu saja, sebaiknya memang dikenakan cukai agar penggunaannya tidak

berlebihan dan siapa tau bisa juga menambah uang Negara agar digunakan untuk

kepentingan – kepentingan yang lain”.


KESIMPULAN

Dari sampel yang telah diwawancarai, pandangan ayah saya terhadap cukai

itu sah-sah saja karena pemerintah pasti memiliki keputusan terbaik mengapa

terdapat pengenaan cukai, terutama pada rokok.

Dan beliau juga berpikir bahwa uang hasil pungutan cukai itu akan

digunakan pasti untuk kemajuan bangsa dan Negara ini.


Daftar Pustaka

https://id.wikipedia.org/wiki/Cukai

https://www.cermati.com/artikel/inilah-perbedaan-pajak-dan-cukai-rokok-serta-

cara-menghitungnya

http://catatankecik.blogspot.com/2008/12/pengertian-cukai.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Cukai_rokok_di_Indonesia

Anda mungkin juga menyukai