Anda di halaman 1dari 7

RENVILLE

Oleh :
1. Ferdy Julian Noor
2. Khoirul Rizqi
3. Rizqi Auliaur Rahman
4. Yedial Dwi Putra S

Latar Belakang
Agresi Militer Belanda I terhadap Indonesia mendapatkan kecaman dan reaksi keras
dari dunia internasional. Aksi militer yang dilakukan Belanda terhadap Republik
Indonesia tersebut merupakan suatu ancaman terhadap perdamaian dunia. Dewan
Keamanan PBB yang mulai memerhatikan masalah Indonesia - Belanda itu akhirnya
menyetujui usul Amerika Serikat, yang untuk mengawasi penghentian permusuhan itu
harus dibentuk suatu badan komisi jasa-jasa baik yang kemudian disebut dengan
Komisi Tiga Negara (KTN).
Anggota KTN terdiri atas Richard Kirby (wakil dari Australia yang dipilih oleh
Indonesia), Paul van Zeeland (wakil dari Belgia yang dipilih oleh Belanda), dan Dr.
Frank B. Graham (wakil dari Amerika Serikat yang dipilih oleh Belgia dan Australia).
Melalui KTN, berhasil diadakan Perundingan Renville yang dilaksanakan di Kapal
Renville.

Perundingan Renville secara resmi dimulai pada tanggal 8 Desember 1947. Berikut ini
adalah pihak-pihak yang menghandiri Perundingan Renville:
1. PBB sebagai mediator, diwakili oleh Grank Graham (ketua) dan Richard Kirby
(anggota).
2. Delegasi Belanda, diwakili oleh R. Abdul Kadir Wijoyoatmodjo (ketua) Jhr. Van
Vredeburgh, Dr. Soumukil, Pangran Kartanagara dan Zulkarnain.
3. Delegasi Indonesia, diwakili oleh Mr. Amir Syarifuddin (ketua) Ali Sastroamijoyo, Dr.
Tjoa Sik Len, Moh. Roem, Haji Agus Salim, Narsun dan
Ir. Juanda
Perundingan ini berjalan alot, karena kedua pihak berpegang teguh pada pendiriannya
masing-masing. Meski perundingan berlangsung alot, akhirnya pada tanggal 17 Januari
1948 naskah Persetujuan Renville berhasil ditandatangani.

Isi perundingan Renville :


1. Belanda hanya mengakui Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera sebagai bagian
wilayah Republik Indonesia
2. Disetujuinya sebuah garis demarkasi (garis Van Mook) yang memisahkan wilayah
Indonesia dan daerah pendudukan Belanda

3. TNI harus ditarik mundur dari daerah-daerah kantongnya di wilayah pendudukan di


Jawa Barat dan Jawa Timur Indonesia di Yogyakarta

Tugu Garis Van Mook

Van Mook

Tugu Garis Van Mook

perjanjian Renville ditandatangani kedua belah pihak pada tanggal 17 Januari


1948. adapun kerugian yang diderita Indonesia dengan penandatanganan
perjanjian Renville adalah sebagai berikut :
1. Indonesia terpaksa menyetujui dibentuknya negara Indonesia Serikat melalaui
masa peralihan.
2. Indonesia kehilangan sebagaian daerah kekuasaannya karena grais Van Mook
terpaksa harus diakui sebagai daerah kekuasaan Belanda.
3. Pihak republik Indonesia harus menarik seluruh pasukanya yang berda di
derah kekuasaan Belanda dan kantong-kantong gerilya masuk ke daerah
republic Indonesia.

Penanandatanganan naskah perjanjian Renville menimbulkan akibat buruk bagi pemerinthan


republik Indonesia, antra lain sebagai berikut:
1. Wilayah Republik Indonesia menjadi makin sempit dan dikururung oleh daerah-daerah
kekuasaan belanda.
2. Timbulnya reaksi kekerasan dikalangan para pemimpin republic Indonesia yang
mengakibatkan jatuhnya cabinet Amir Syarifuddin karena dianggap menjual negara kepada
Belanda.
3. Perekonomian Indonesia diblokade secara ketata oleh Belanda
4. Indonesia terpaksa harus menarik mundur kesatuan-kesatuan militernya dari daerah-daerah
gerilya untuk kemudian hijrah ke wilayah Republik Indonesia yang berdekatan.
5. Dalam usaha memecah belah Negara kesatuan republic Indonesia, Belanda membentuk
negara-negara boneka, seperti; negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera Timur,
dan Negara jawa Timut. Negara boneka tersebut tergabung dalam BFO
(Bijeenkomstvoor
Federal Overslag).

Anda mungkin juga menyukai