DISUSUN OLEH:
1.AMOS
2.RIKA
Perjanjian Renville terjadi pada tanggal 17 Januari 1948, dan perjanjian ini merupakan
perundingan antara pihak Indonesia dengan pihak Belanda, dan perundingan ini dilaksanakan
atas usulan Dewan PPB dan juga KTN (Komisi Tiga Negara).
Pada akhirnya perjanjian Renville ditandatangani pada tanggal 17 Januari 1948, dan
disusul intruksi untuk menghentikan aksi tembak-menembak di tanggal 19 Januari 1948.
1. Belanda akan tetap berdaulat hingga terbentuknya RIS atau Republik Indonesia Serikat.
2. RIS atau Republik Indonesia Serikat memiliki kedudukan sejajar dengan Uni
Indonesia Belanda.
4. Negara Republik Indonesia akan menjadi bagian dari Republik Indonesia Serikat.
5. Enam bulan sampai satu tahun, akan diadakan pemilihan umum (pemilu)
dalam pembentukan Konstituante RIS.
6. Setiap tentara Indonesia yang berada di daerah pendudukan Belanda harus berpindah
ke daerah Republik Indonesia.
Akibat buruk yang ditimbulkan dari perjanjian Renville bagi pemerintahan Indonesia, yaitu:
5. Untuk memecah belah republik Indonesia, Belanda membuat negara Boneka, antara
lain negara Borneo Barat, Negara Madura, Negara Sumatera Timur, dan Negara jawa
Timut.
Perundingan Renville yang berbuah perjanjian Renville sebuah hasil dari perundingan
setelah terjadinya Agresi Militer Belanda pertama. Berlangsungnya perundingan ini hampir
satu bulan.
Dalam perundingan ini KTN menjadi penengah, wakil ketiga negara tersebut antara
lain Australia diwakili Richard Kirby, Belgia diwakili Paul Van Zeeland, Amerika Serikat
diwakili Frank Graham, untuk Indonesia sendiri oleh Amir Syarifuddin dan Belanda oleh
Abdulkadir
Wijoyoatmojo seorang Indonesia yang memihak Belanda.
1.Beberapa point Perjanjian Renville merugikan pihak Indonesia yakni point nomor 4, 5, dan 6 yang
menyebabkan semakin sempitnya wilayah kekuasaan Republik Indonesia pada saat itu.
Perjanjian ini menimbulkan banyak kerugian bagi Indonesia sehingga timbulnya Agresi Militer
Belanda yang Kedua.
Kekacauan dari hasil Perjanjian Renville bukan hanya dalam segi wilayah kekuasaan Indonesia, namun
dianggap juga sebagai kekalahan perjuangan Indonesia dalam bidang pertahanan. Pernyataan dalam
perjanjian tersebut mengharuskan TRI mundur dari Garis van Mook dan pindah ke bagian wilayah
kekuasaan Indonesia yang pada saat itu diakui oleh Belanda. Perpindahan TNI ini juga tertuangan dalam
Peraturan Umum Persenjataan sehingga perpindahan ini sebagai bukti ketidakharmonisan antara
pemerintahan dan militer.
2. Pada akhirnya setelah Perjanjian Renville tersebut dengan keterpaksaan dan rasa kecewa terhadap
pemerintah Indonesia, Divisi Siliwangi hijrah dari Jawa Barat ke Jawa Tengah. Sisa yang tidak mengikuti
hijrah, mereka bergabung dengan Brigade I/Tirtayasa di Banten untuk menyerang Belanda secara gerilya.
Disinilah masa-masa sulit yang dialami oleh Divisi Siliwangi karena resiko yang dihadapinya yaitu
memindahkan kekuatannya, melaksanakan kebijakan rasionalisasi dan rekontruksi dalam divisinya.
3.Terlepas dari rasa kecewanya, Divisi Siliwangi menganggap dengan melakukan hijrah ini merupakan
upaya perjuangan secara bertahap untuk membangunkembali kekuatan dan menyerang Belanda dengan
tujuan untuk merebut kembali Jawa Barat karena arti hijrah itu sendiri berarti tidak mundur.4 Perintah
hijrahnya Divisi Siliwangi ini tentunya tidak secara tiba-tiba, namun ada beberapa proses yang dilalui oleh
Divisi Siliwangi untuk mencapai tujuan hijrahnya, mulai dari persiapan, proses perjalanan dan aktivitas
setelah hijrah.
Penentuan penelitian latar belakang hijrah yang dilakukan Divisi Siliwangi pada bulan ini berdasarkan pada
alasan merekonstruksi selama perjalanan hijrah Divisi Siliwangi ini menyadarkan bahwa hijrah Divisi
Siliwangi dari Jawa Barat (wilayah kekuasaan Belanda) ke Jawa Tengah (wilayah RI) bentuk perjuangan
bangsa Indonesia dalam mempertahankan kemerdekaannya dari jajahan Belanda lagi. Kesabaran, ketaatan
dan kegigihan yang dimiliki Divisi Siliwangi selama hijrah ini merupakan ciri-ciri jiwa bangsa Indonesia
yang telah dimiliki oleh para pejuang Indonesia dalam menghadapi guncangan negara pada saat itu.
Permasalan-permasalahan hijrah Divisi Siliwangi yang tidak diketahui banyak orang sebenarnya
merupakan salah satu langkah penentuan masa depan Indonesia.
Dampak lain dari Perjanjian Renville ini berpengaruh terhadap nasib Divisi Siliwangi yang mengharuskan
mundur dari Jawa Barat yang menjadi wilayah kekuasaan Belanda yang dibatasi Garis van Mook dan
berpindah ke wilayah kekuasaan Indonesia yang diakui oleh Belanda yaitu Jawa Tengah. Belanda
menganggap bahwa keberadaan Divisi Siliwangi di Jawa Barat ini menjadi hambatan untuk merebut
kembali Indonesia.
Pada tanggal 17 Januari 1948 Panglima Jenderal Soedirman mengeluarkan perintah demi menghindari hal-
hal yang tidak diharapkan melalui perintah harian, isi dari perintah tersebut diantaranya:
2. Meneruskan tugas mejamin keamanan dan ketentraman dalam daerah-daerah yang menjadi tanggung
jawab Angkatan Perang republik Indonesia,
5. Insyaf, bahwa Angakatan Perang Republik Indonesia tetap bertanggung jawab atas keamanan, jiwa dan
harta.38
Adanya persetujuan tersebut juga, maka hijrah yang dilakukan oleh Divisi Siliwangi diatur sebagai berikut:
1. TNI diberi batas waktu satu minggu untuk meninggalkan wilayah Jawa Barat dan pindah ke daerah
kekuasaan Republik Indonesia,
3. Bagian pasukan Divisi Siliwangi yang tidak diperintahkan hijrah, mereka berjalan kaki menuju
Banten.39
Divisi Siliwangi akhirnya menuruti perintah Jenderal Soedirman, bukan hanya menghindari
konflik yang berkelanjutan melainkan untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Divisi
Siliwangi juga memiliki dasar kedisiplinan yang tinggi, meskipun dengan rasa kecewa tetapi taat
dalam menjalankan perintahnya.