Anda di halaman 1dari 10

Perundingan

Renville

Kelompok 8
Daftar Isi
01 Latar Belakang

02 Kronologi

03 Isi Perjanjian

04 Tokoh yang terlibat

05 Dampak
Latar Belakang Perjanjian Renville

Perundingan Linggarjati pada 11-13 November 1946 menyepakati berdirinya Republik


Indonesia Serikat (RIS) yang diakui Belanda. Hasil perundingan disahkan pada 25 Maret 1947.
Namun, Belanda ternyata hanya mau mengakui kedaulatan RIS sebatas Jawa dan Madura saja.

Tugiyono Ks dalam buku Sekali Merdeka Tetap Merdeka (1985) menyebutkan, Belanda
bahkan melanggar Perjanjian Linggarjati dengan melancarkan serangan pada 21 Juli 1947 hingga
5 Agustus 1947. Serangan ini dikenal dengan sebutan Agresi Militer Belanda I.

Agresi Militer Belanda I membuat sebagian dunia internasional, termasuk Perserikatan


Bangsa-Bangsa (PBB), melontarkan penyesalan. Mereka mendesak Belanda agar menghentikan
serangan dan segera menggelar perundingan damai dengan pihak Indonesia.
Kronologi Perjanjian Renville
Agresi Militer Belanda I yang dimulai sejak 21 Juli 1947 tak hanya
menimbulkan reaksi di tanah air namun juga dunia Internasional. Persatuan
Bangsa Bangsa (PBB) kemudian membentuk Komisi Tiga Negara (KTN) yang
terdiri atas Australia, Belgia, dan Amerika Serikat.Indonesia memilih Australia
yang diwakili oleh Richard Kirby sementara Belanda memilih Belgia yang
diwakili oleh Paul van Zeeland.

Kemudian Australia dan Belgia bersepakat memilih Amerika Serikat yang


diwakili oleh Frank Porter Graham. Dalam perundingan tersebut, Indonesia
diwakili oleh Perdana Menteri Amir Syarifuddin dan pihak Belanda diwakili
oleh R. Abdulkadir Wijoyoatmojo.

Pada 8 Desember 1947 hingga 17 Januari 1948 Perjanjian Renville disepakati


di atas kapal perang Amerika Serikat USS Renville sebagai tempat netral.
Kapal perang Amerika Serikat USS Renville saat itu berlabuh di pelabuhan
Tanjung Priok Jakarta.
Isi Perjanjian Renville
Berikut adalah isi Perjanjian Renville yang ditandatangani pada 17 Januari 1948:

1. Pembentukan Republik Indonesia Serikat (RIS) dengan segera.


2. Republik Indonesia merupakan negara bagian dalam RIS.
3. Belanda tetap menguasai seluruh Indonesia sebelum RIS terbentuk.
4. Wilayah Indonesia yang diakui Belanda hanya Jawa Tengah, Yogyakarta, dan Sumatera.
5. Wilayah kekuasaan Indonesia dengan Belanda dipisahkan oleh garis demarkasi yang disebut Garis
Van Mook.
6. Tentara Indonesia ditarik mundur dari daerah-daerah kekuasaan Belanda (Jawa Barat dan Jawa
Timur).
7. Akan dibentuk Uni Indonesia-Belanda dengan kepalanya Raja Belanda.
8. Akan diadakan plebisit atau semacam referendum (pemungutan suara) untuk menentukan nasib
wilayah dalam RIS.9.
9. Akan diadakan pemilihan umum untuk membentuk Dewan Konstituante RIS.
Tokoh yang terlibat dalam Perjanjian
Renville
Degalasi Indonesia Degalasi Belanda Mediator dari KTN
Amir Syarifudin ( Pemimpin) H.A.I van Vredenburg Richard C Kirby dari Australia
Ali Sastroamijoyo Dr. P.J. Koets (wakil Indonesia)
H. Agus Salim Dr. Chr. Soumokil, Frank B. Graham dari Amerika
Dr. J. Leimena Abdul Kadir Wijoyoatmojo. Serikat (pihak netral)
Dr. Coatik Len, (orang Indonesia yang menjadi Paul van Zeeland Belgia (wakil
Nasrun. utusan Belanda ) Belanda).
Dampak Perjajian Renville
Akibat Perjanjian Renville luas wilayah Indonesia menjadi
semakin sempit dan sangat merugikan. Para tentara di Jawa Barat harus
berpindah ke Jawa tengah yang dikenal dengan peristiwa Long March
Siliwangi. Bahkan ibu kota negara juga harus berpindah dari Jakarta
karena tidak lagi menjadi wilayah kekuasaan Indonesia.

Hal ini memunculkan rasa kecewa dan membuat munculnya


perlawanan di berbagai daerah. Bahkan Perdana Menteri Amir
Sjarifuddin mundur dari jabatannya pada 23 Januari 1948 karena
dianggap gagal mempertahankan wilayah kedaulatan Indonesia.
Puncaknya, Belanda kembali menghianati kesepakatan Perjanjian
Renville dengan memulai Agresi Militer Belanda II. Peristiwa ini
ditandai dengan pemboman lapangan terbang Maguwo, Yogyakarta pada
18 Desember 1948.
"Kita bukan pembuat sejarah, kita
dibuat oleh sejarah." 

- Junsz
Terima
Kasih

Anda mungkin juga menyukai