Pemerintah tentu menolak hal ini karena tak sesuai dengan perjanjian
yang sudah disepakati sebelumnya. Mendengar penolakan ini Van
Mook pun keukeuh dengan ultimatumnya bahkan mengatakan
negerinya tak lagi terikat dengan perjanjian tersebut. Lalu selang
beberapa lama setelah deklarasi pengkhianatan perjanjian itu, mereka
pun mulai melancarkan agresinya.
Tak hanya itu, mereka juga mengerahkan dua pasukan tipe elit yang
dikatakan lebih mematikan lagi. Dua pasukan ini adalah Korps Speciale
Troepen (KST) dan juga 1e Para Compagnie. Dalam tubuh KST sendiri
terdapat Westerling yang sangat kita ketahui kebiadabannya di
Sulawesi Selatan.
4. Indonesia Mengadu Nasib ke PBB
Bukan tidak berani melawan, Indonesia hanya patuh terhadap
perjanjian. Makanya, beberapa tokoh mengatakan jika cara terbaik
untuk menyudahi agresi militer ini adalah dengan melapor kepada PBB
sebagai mediator negara-negara dunia. PBB pun segera menerima
laporan ini dan ajaibnya banyak negara yang mendukung Indonesia.
Ya, kali ini wilayah Indonesia makin menyusut meliputi Jawa Tengah,
Yogyakarta, dan Sumatera. Kita juga harus menyetujui garis demarkasi
yang diingini Belanda, serta harus menarik semua TNI dari wilayah-
wilayah non NKRI. Sakit hati tentu saja dengan perjanjian ini, dan hal itu
pun juga dialami seluruh lapisan masyarakat yang protes terhadap hal
tersebut.
Agresi Belanda I berakhir dengan menyakitkan bagi Indonesia lewat
terciptanya perjanjian Renville. Bahkan setelah mendapatkan apa yang
mereka mau, Belanda nampaknya juga masih ogah diam. Selanjutnya,
mereka pun melakukan agresi lanjutan yang membuat negeri ini makin
merana lagi.