Anda di halaman 1dari 3

2. 2.

Agresi Militer Belanda I


2. 2. 1. Penyebab Terjadinya Agresi Militer Belanda I
Agresi militer Belanda I diawali oleh perselisihan Indonesia dan Belanda akibat
perbedaan penafsiran terhadap ketentuan hasil Perundingan Linggarjati. Pihak Belanda
cenderung menempatkan Indonesia sebagai negara persekmakmuran dengan Belanda
sebagai negara induk. Sebaliknya, pihak Indonesia tetap teguh mempertahankan
kedaulatannya, lepas dari Belanda.

2. 2. 2. Tujuan Belanda Mengadakan Agresi Militer I


Tujuan politik: Mengepung ibu kota Republik Indonesia dan menghapus kedaulatan
Republik Indonesia.
Tujuan ekonomi: Merebut pusat-pusat penghasil makanan dan bahan ekspor.
Tujuan militer: Menghancurkan Tentara Nasional Indonesia (TNI).

2. 2. 4. Dampak Agresi Militer I bagi Bangsa Indonesia.


Dampak yang diperoleh bangsa Indonesia akibat adanya agresi militer I oleh pihak
Belanda yaitu sempat dikuasainya beberapa daerah-daerah perkebunan yang cukup
luas, di Sumatera Timur, Palembang, Jawa Barat dan Jawa Timur.

2. 2. 3. Kronologis Terjadinya Agresi Militer I


Sesudah penandatanganan Persetujuan Linggarjati, Belanda berusaha keras
memaksakan interpretasi mereka sendiri dan berjalan sendiri untuk membentuk negara-
negara bagian yang akan menjadi bagian dari negara Indonesia Serikat, sesuai dengan
keinginan mereka. Hal ini diawali dengan konferensi yang diselenggarakannya di
Malino, Sulawesi Selatan, dan kemudian di Denpasar, Bali. Di sana mereka berhasil
membentuk negara boneka Indonesia Timur dengan dibantu oleh orang-orang yang pro
Belanda seperti Sukawati dan Anak Agung Gede Agung. Anak Agung Gde memang
sejak awal sudah memusuhi pemuda-pemuda pro Republik di daerahnya, serta
mengejar-ngejar dan menangkapinya.
Memang tujuan utama Belanda penandatanganan Persetujuan Linggarjati ialah
menjadikan negara Republik Indonesia yang sudah mendaptkan pengakuan de facto
dan juga de jure oleh beberapa negara, kembali menjadi satu negara bagian saja
seperti juga negara-negara boneka yang didirikannya, yang akan diikutsertakan dalam
pembentukan suatu negara Indonesia Serikat. Langkah Belanda selanjutnya ialah
memajukan bermacam-macam tuntutan yang pada dasarnya hendak menghilangkan
sifat negara berdaulat Republik dan menjadikannya hanya negara bagian seperti
negara boneka yang diciptakannya di Denpasar. Yang menjadi sasaran uatamanya
ialah menghapus TNI dan perwakilan-perwakilan Republik di luar negeri, karena
keduanya merupakan atribut negara berdaulat.
Semua tuntutan Belanda ditolak. Sementara itu keadaan keuangan Belanda
sudah gawat, dan kalau masalah Indonesia tidak cepat diselesaikan maka besar
kemungkinan Belanda akan bangkrut. Agresi militer pertama dilakukan Belanda berlatar
dua pokok di atas, yaitu melenyapkan Republik Indonesia sebagai negara merdeka
dengan menghilangkan semua atribut kemerdekaannya, dan keadaan keuangan
Belanda yang sangat gawat.

1|Page
Dalam serangan Belanda yang pertama itu mereka bermaksud hendak
menduduki Yogyakarta yang telah menjadi ibu kota perjuangan Republik Indonesia, dan
menduduki daerah-daerah yang penting bagi perekonomian Belanda, yaitu daerah-
daerah perkebunan, ladang minyak dan batu baik di Sumatera maupun di Jawa.

2. 2. 5. Perjuangan Bangsa Indonesia Terhadap Agresi Militer Belanda


a. Keampuhan Strategi Diplomasi
Harus daikui, TNI mengalami pukulan berat berat saat agresi militer Belanda I
itu. Akan tetapi, kekalahan itu tidak menyurutkan perjuangan mempertahankan
kemerdekaan Indonesia. Ketika itulah perjuangan diplomasi memegang peranan
penting. Tanpa kenal lelah, para tokoh Indonesia di luar negeri membela kepentingan
Indonesia. Mereka berusaha menunjukkan kepada dunia internasional bahwa Indonesia
layak dan mampu merdeka dan berdaulat.
Keberhasilan perjuangan diplomasi terbukti dari munculnya reaksi keras
terhadap tindakan agresi militer Belanda. India dan Australia mengajukan resolusi
kepada Dewan Keamanan PBB. Amerika Serikat menyerukan agar Indonesia dan
Belanda menghentikan permusuhan Polandia dan Uni Soviet mendesak agar pasukan
Belanda ditarik dari wilayah RI. Di tengah reaksi dunia internasional, pada tanggal 3
Agustus 1947, Belanda menerima resolusi Dewan Keamanan PBB untuk menghentikan
tembak-menembak.

b. Perundingan Renville
Pada tanggal 18 September 1947, Dewan Keamanan PBB membentuk
Commite of Good Offices (Komite Jasa-jasa Baik). Komite itu kemudian terkenal
dengan sebutan Komisi Tiga Negara (KTN). Anggota KTN terdiri atas wakil Australia,
Richard Kiby, wakil Belgia, Paul van Zeeland, dan wakil Amerika Serikat, Frank
Graham. Terpilihnya Australia dalam KTN merupakan permintaan pihak Indonesia,
sedangkan terpilihnya Belgia merupakan permintaan pihak Belanda. Kemudian
Australia dan Belgia menentukan anggota KTN ketiga, yaitu Amerika Serikat.
Tugas pokok KTN adalah mecari penyelesaian damai terhadap masalah
perselisihan antara Indonesia dan Belanda. Untuk itu, KTN menawarkan perundingan
kepada kedua negara. Amerika Serikat mengusulkan tempat pelaksanaan perundingan
yang di luar wilayah pendudukan Belanda maupun wilayah Republik Indonesia. Tempat
yang dimaksud adalah sebuah kapal AS bernama Renville, yang sedang berlabuh di
Tanjung Priok. Perundingan itu terkenal dengan sebutan Perundingan Renville.
Dalam perundingan itu, delegasi Indonesia dipimpin oleh Amir Syarifuddin,
sedangkan delegasi Belanda dipimpin oleh Abdullah Wijoyoatmojo. Perundingan
berlangsung alot karena baik Indonesia maupun Belanda cenderung berpegang teguh
pada pendirian masing-masing. Akhirnya, pada tanggal 17 Januari 1948, hasil
Perundingan Renville disepakati dan ditandatangani.

2|Page
Hasil Perundingan Renville
· Penghentian tembak-menembak.
· Daerah-daerah di belakang garis van Mook harus dikosongkan dari pasukan RI.
· Belanda bebas membentuk negara-negara federal di daerah-daerah yang
didudukinya dengan melalui plebisit terlebih dahulu. Dalam Uni Indonesia-Belanda,
Negara Indonesia Serikat akan sederajat dengan Kerajaan Belanda.

Akibat Perundingan Renville, wilayah Indonesia yang diakui menjadi semakin


sempit. Itulah sebabnya, hasil Perundingan Renville mengundang reaksi keras dari
kalangan partai politik, hasil perundingan itu memperlihatkan kekalahan perjuangan
diplomasi. Bagi TNI, hasil prundingan itu mengakibatkan harus ditinggalkannya
sejumalh wilayah pertahanan yang telah susah payah dibangun. Ketidakpuasan yang
semakin memuncak terhadap hasil Perundingan Renville mengakibatkan Kabinet Amir
Starifuddin jatuh.

3|Page

Anda mungkin juga menyukai