Anda di halaman 1dari 50

Bab 4

Trikora
(Perintah Pembebasan Irian Barat)
Stndar Kompetensi
6. Memahami usaha mempertahankan Republik Indonesia.
Kompetensi Dasar
6.1 Mendiskripsikan perjuangan bangsa Indonesia merebut Irian Barat.
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang dikumandangkan pada tanggal 17 Agustus
1945 adalah titik awal Negara Indonesia untuk menentukan nasibnya sendiri. Semua cita-cita bangsa
akan diwujudkan berdasar ideologi bangsa. Cita-cita tersebut ternyata banyak
mengalami halangan, dan salah satunya adalah keinginan Belanda untuk Gbr. Konflik irian
kembali menjajah Indonesia. Perjuangan jiwa dan raga penduduk Indonesia dari barat
tahun 1945-1950 akhirnya mendapatkan imbalan. Pada tahun 1949, Belanda
dan Indonesia menandatangani perjanjian perdamaian yang dtuangkan dalam
Perjanjian KMB (Konferensi Meja Bundar). Isi dari perjanjian tersebut sangat
melegakan bagi bangsa Indonesia, wakaupun ada satu yang menyesakkan dada, yakni penyerahan Irian
Barat akan dilakukan satu tahun setelah penandatangan Perjanjian KMB. Dalam penyerahan Irian Barat
ke tangan Indonesia ternyata terjadi ketegangan antara Indonesia dengan Belanda. Suhu konflik yang
memanas antara Indonesia dengan Belanda membuat PBB harus segera turun tangan agar ketegangan
tersebut tidak meluas.
Ringkasan Materi
A. Latar Belakang Masalah Konflik Pembebasaan Irian Barat
Pada tanggal 23 Agustus-3 Nopember 1949 di Den Haag, Belanda terjadi pertemuan antara
Indonesia dengan Belanda yang dipelopori oleh PBB. Pertemuan tersebut membicarakan tentang
konflik antara dua negara (Indonesia – Belanda) akibat dari perang kemerdekaan di Indonesia.
Pertemuan tersebut kemudian dikenal dengan Konferensi Meja Bundar (KMB). Perjanjian Konferensi
Meja Bundar (KMB) dihadiri oleh perwakilan Indonesia, Belanda, dan Persekutuan Negara Federal
Belanda/ BFO (Bijeenkomst voor Federal Overleg) di bawah pengawasan PBB menyepakati beberapa
kesepakatan, antara lain :
1. Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia Serikat sebagai negara merdeka dan berdaulat.
2. Penyelesaian masalah Irian Barat ditangguhkan setahun kemudian.
3. RIS akan bekerja sama dengan Belanda dalam suatu Uni Indonesia–Belanda yang diketuai oleh
Ratu Belanda dengan kedudukan dan hak yang sama.
4. RIS mengembalikan hak milik Belanda, memberikan hak konsensi, dan izin baru bagi perusahaan-
perusahaan.
5. Semua utang Hindia Belanda harus dibayar RIS.
6. APRIS menjadi inti tentara RIS dan berangsur-angsur akan mengambil alih penjagaan keamanan
di seluruh wilayah RIS.
Isi Perjanjian KMB diterima semua oleh Indonesia. Pada poin kedua dengan jelas diterangkan
bahwa pembebasan Irian Barat akan dilakukan satu tahun kemudian setelah ditandatanganinya
Perjanjian KMB. Dari sinilah perselisihan antara Indonesia dengan Belanda tentang masalah Irian
Barat akan dimulai.
Penafsiran isi Perjanjian KMB antara Indonesia dengan Belanda ternyata tidak sama. Indonesia
menganggap bahwa Irian Barat akan diserahkan kepada Indonesia setelah penandatanganan KMB,
namun Belanda punya pendapat sendiri. Keputusan yang diambil oleh Belanda dalam perundingan
KMB ternyata bersifat ambivalen, artinya terjadi dua penafsiran atas bunyi keputusan tersebut.
Bangsa Indonesia menafsirkan keputusan tersebut bahwa satu tahun setelah KMB maka Belanda
akan menyerahkan Irian Barat kepada bangsa Indonesia. Perbedaan penafsiran isi Perjanjian KMB
memunculkan percikan api konflik antara Indonesia dengan Belanda yang akan menjadi besar setelah
Belanda melakukan tindakan provokatif.
Pemerintah Belanda yang merasa di atas angin, kembali mengingkari janjinya kepada Indonesia.
Belanda yang merupakan salah satu anggota NATO merasa bahwa semua tindakan yang
dilakukannya akan selalu didukung oleh dunia, terutama Amerika Serikat. Indonesia yang merasa
dikhianati oleh Belanda berusaha mengadu kepada PBB, dan membujuk pemerintah Belanda untuk
menepati janjianya. Semua tindakan yang dilakukan oleh Indonesia tidak direspon positif oleh
pemerintah Belanda. Belanda justru mengambil tindakan yang provokatif. Tindakan provokatif yang
dilakukan oleh pemerintah Belanda, antara lain sebagai berikut.
1. Mempersiapkan berdirinya Negara Papua di Irian Barat.
2. Melakukan unjuk kekuatan dengan mengirimkan Kapal Induk Karel Doorman ke perairan sekitar
Irian Barat.
3. Memperkuat angkatan darat dan angkatan udara di Irian Barat.
Perseteruan antara Indonesia – Belanda sekali lagi muncul setelah penandatanganan perjanjian
damai. Tungku panas sekali lagi telah dihidupkan lagi oleh Belanda dengan melanggar isi
kesepakatan KMB. Letak Indonesia yang strategis, dan ditambah dengan memanasnya suhu politik
dunia membuat perseteruan antara Indonesia – Belanda tentang Irian Barat telah menyita perhatian
Amerika Serikat sebagai negara adikuasa. Sedikit banyak pengaruh Perang Dingin telah masuk dalam
konflik ini. Jadi, latar belakang masalah perseteruan antara Indonesia dengan Belanda tentang Irian
Barat ada dua hal, yakni perbedaan penafsiran isi Perjanjian KMB, dan tindakan provokatif Belanda
kepada Indonesia dalam penyelesaian Irian Barat.
B. Kondisi Politik Dunia dan Indonesia Tahun 1950-1962
Ketegangan antara Indonesia dan Belanda tentang masalah Irian Barat tidak bisa dilepaskan dari
keadaan politik dunia saat itu. Keberanian Belanda untuk mengingkari perjanjian KMB tentang
masalah Irian Barat tidak lepas dari perannya dalam kancah politik internasional. Berakhirnya Perang
Dunia II menjadi babak baru bagi dua kekuatan besar dunia untuk menjadi sebuah negara adikuasa.
Amerika Serikat dan Uni Soviet berlomba-lomba untuk menyebarkan ideologinya. Perseteruan antara
Uni Soviet dengan Amerika Serikat tersebut kemudia dikenal dengan Perang Dingin. Perang Dingin
terjadi antara Blok Barat (Amerika Serikat dengan sekutunya) dengan Blok Timur (Uni Soviet dengan
sekutunya).
Belanda yang merupakan sekutu dari Bolk Barat merasa di atas angin dan tidak mau mendengar
semua keluhan Indonesia tentang masalah Irian Barat. Indonesia juga mendapat imbasnya dari
Perang Dingin. Antara tahun 1950-1960, pemerintahan Indonesia masih menganut sistem
pemerintahan liberal (pro Blok Barat). Blok Barat, khususnya Amerika Serikat masih menganggap
ketegangan antara Indonesia dengan Belanda masih dalam taraf yang wajar. Akibatnya bagi
Indonesia adalah semua keputusan perundingan tentang Irian Barat terhenti oleh kekuatan Barat.
Jadi, Belanda masih mendapatkan dukungan dari Amerika Serikat dalam penguasaan di Irian Barat.
Pandangan Amerika Serikat tentang Irian Barat berbanding terbalik setelah Indonesia lebih
condong ke Blok Timur (Uni Soviet). Amerika Serikat berusaha agar Indonesia tidak jatuh ke dalam
pelukan Uni Soviet. Amerika Serikat yang semula mendukung semua tindakan Belanda, berubah
seratus persen. Amerika Serikat mendesak Belanda agar melepaskan Irian Barat dan dikembalikan
kepada Indonesia. Desakan tersebut diwujudkan dalam sebuah perjanjian yang kemudian dikenal
dengan Perjanjian New York. Dengan demikian, jelas bahwa kondisi politik dunia saat itu sangat
berpengeruh terhadap penyelesaian masalah Irian Barat.
C. Penyelesaian Irian Barat dengan Jalur Damai
Bangsa Indonesia dikenal sebagai bangsa yang damai. Semua perselisihan yang terjadi akan
diselesaikan dengan jalur perdamiaan terlebih dahulu. Oleh sebab itu, pada awalnya bangsa
Indonesia menginginkan jalur diplomasi dalam menyelesaikan masalah Irian Barat. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, diplomasi mengandung arti salah satunya adalah urusan atau
penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu negara dan negara yang lain. Sederhananya,
diplomasi merupakan upaya penyelesaian suatu masalah yang menyangkut dua negara atau lebih
melalui perundingan.
Jalur diplomasi adalah cara untuk menyelesaikan suatu masalah dengan perbincangan antara
kedua negara atau lebih. Cara ini digunakan karena Indonesia tidak ingin adanya pertumpahan darah
antara Indonesia dengan Belanda. Cara diplomasi dilakukan dengan dua cara, yakni langsung
berhubungan dengan Belanda, dan lewat organisasi internasional.
1. Perundingan Langsung dengan Belanda
Upaya penyelesaian dengan cara perundingan bilateral antara kedua negara sudah dimulai
sejak kebinet Natsir memimpin. Langkah-langkah yang diambil oleh Indonesia dalam diplomasi
bilateral antara kedua negara dapat terlihat dari tahapan-tahapan sebagai berikut :
a Pada tanggal 25 Maret-1April 1950 diadakan hubungan diplomasi antara Indonesia dan
Belanda. Dalam hubungan tersebut disepakati tentang pembentukan Komisi Gabungan.
Pada bulan Agustus, Komisi Gabungan tersbut membuat suatu laporan-laporan namun
laporannya terpisah. Sementara itu Menteri Urusan Uni dan Seberang lautan Belanda,
Mr. van Maarseveen menyatakan bahwa setelah satu tahun dari penyerahan kedaulatan
kepada RIS, West Niew Guinea (Irian Barat) harus tetap di bawah Belanda. Ia berdalih
bahwa pendapat tersebut didasarkan pada kepentingan rakyat Irian Barat sendiri.
Perundingan ini mengalami kegagalan.
b Pada bulan Desember 1950, Kabinet Natsir membuka pintu perundingan, namun
Belanda hanya mau menyerahkan Irian Barat kepada Uni Indonesia–Belanda yang akan
dibentuk. Pemerintah Indonesia juga menolak penyelesaian seperti itu. Akibatnya
perundingan mengalami deadlock. Keadaan yang semakin memanas antara Indonesia
dan Belanda, pemerintah Belanda membuat suatu kebijakan yang sangat menyakitkan
bagi Indonesia. Kebijakan tersebut adalah persetujuan parlemen memasukan Irian Barat
ke wilayah kerajaan Belanda. Pemasukan itu dengan cara merubah Hindia Belanda
(Nederlands Indie) menjadi Nederlands West Niew Guinea.
c Pada bulan Desember 1951 diadakan perundingan bilateral antara Indonesia dan
Belanda. Perundingan ini membahas pembatalan uni dan masuknya Irian Barat ke
wilayah NKRI, namun gagal.
d Pada bulan September 1952, Indonesia mengirim nota politik tentang perundingan
Indonesia-Belanda mengenai Irian Barat, namun gagal.
2. Perundingan Internasional
Cara dengan perundingan dengan bilateral ternyata tidak mampu untuk membuat Belanda
menempati janjian kepada Indonesia. Untuk dapat simpati dunia luar, maka Indonesia
menggunakan cara diplomasi internasional. Adapun diplomasi internasional yang dilakukan oleh
Indonesia untuk dapat mengembalikan Irian Barat kepada Indonesia, antara lain :
a Konferensi Kolombo bulan April 1954, Indonesia memajukan masalah Irian Barat. Dalam
hal ini Indonesia berhasil mendapat dukungan.
b Konferensi Asia Afrika di Bandung (18–25 April 1955), pihak Indonesia mendapat
dukungan negara-negara peserta konferensi guna membebaskan Irian Barat. Dukungan
ini diberikan dalam bentuk sebuah resolusi kepada PBB.
c Atas rekomendasi dari Negara-Negara Asia dan Afrika maka masalah Irian Barat
dimasukkan dalam PBB. Ada tiga sidang umum PBB yang membahas tentang masalah
Irian Barat, antara lain:
1) Sidang Majelis Umum PBB ke-11
Sidang Umum PBB ini dilakukan pada tahun 1955, saat itu Indonesia diperintah
oleh kabinet Ali Sastroamijoyo I. Pada sidang ini Indonesia membawa resolusi dari
Konferensi Asia Afrika di Bandung (18-25 April1955). Pada Konferensi Asia Afrika,
Indonesia mendapatkan dukungan dari semua anggota Konferensi. Namun hasil
Konferensi Asia Afrika yang berbentuk resolusi mendapat penolakan dari Majelis
Umum PBB. Hal tersebut dikarenakan, anggota PBB yang setuju masih kurang dari
2/3 anggota.
2) Sidang Majelis Umum PBB ke-12
Sidang Majelis Umum PBB ini diselenggarkan pada tahun 1957. Pada sidang
yang keduabelas ini, permasalahan Irian Barat diajukan oleh 21 negara. Resolusi
yang pada sidang sebelumnya diajukan oleh Indonesia, pada sidang kali ini diajukan
kembali. Hasil yang diperoleh Indonesia tetaplah sama. Indonesia masih belum
mendapatkan suara dari 2/3 anggota PBB padahal Indonesia sudah meminta agar
Ketua Umum PBB menjadi perantara.
3) Sidang Majelis Umum PBB ke-13
Sidang Majelis Umum PBB yang ketigabelas
Sekilas Cakrawala:
ini Indonesia sudah menentukan sikapnya Pada sidang PBB tahun1960,
terhadap dunia dan Belanda tentang Irian Barat. Presiden Soekarno menyampaikan
Indonesia memutuskan tidak akan membahas pidato yang berjudul “Membangun
masalah Irian Barat di sidang umum PBB dan Dunia Kembali”, Presiden Soekarno
menyebutkan masalah Irian Barat
berusaha untuk menyelesaikan masalah Irian yang dirangkaikan dengan masalah
Barat dengan kemampuan diri sendiri. Sidang imperialisme
umum PBB ini dilakukan pada tahun 1960.
Pada dasarnya kebuntuan Indonesia di Sidang Majelis Umum PBB, disebabkan banyaknya
anggota-anggota PBB yang mendukung Blok Barat. Oleh karena Belanda merupakan salah satu
anggota dari Blok Barat, maka secara otomatis anggota PBB banyak mendukung Belanda. Hal
inilah yang membuat Indonesia mulai merasa perlu dilakukan tindakan-tindakan tegas kepada
Belanda, selanjutnya Indonesia melakukan politik konfontasi dalam bidang ekonomi politik bagi
pemerintahan Belanda.
Menggapai Cakrawala
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. Untuk membendung diplomasi Indonesia, a ideologi bangsa Indonesia sama, yakni
Belanda meyakinkan PBB dengan komunis
tindakan …. b Amerika Serikat tidak mau menjualnya
a Irian Barat merupakan masalah intern kepada Indonesia
Uni Indonesia–Belanda c senjata yang dipakai oleh tentara
b menantang Indonesia untuk Indonesia merupakan buatan Uni
melakukan perdebatan terbuka Soviet
mengenai Irian Barat dalam forum d harga senjata di Amerika Serikat
PBB terlalu mahal dibandingkan milik Uni
c menuduh Indonesia tidak bersedia Soviet
merundingkan masalah Irian Barat 6. Perundingan-perundingan yang dilakukan
secara damai oleh Indonesia melalui PBB selalu
d menambah kekuatan militer di Irian mengalami kegagalan karena ....
Barat dengan mendatangkan Kapal a Belanda menjadi salah satu anggota
Indik Karel Doorman Blok Barat
2. Belanda akan menyerahkan Irian Barat ke b Indonesia bukan merupakan anggota
Indonesia setelah diakui sebagai negara tetap Dewan Keamanan PBB
merdeka oleh Belanda dituangkan dalam c Indonesia tidak mempunyai dukungan
Perjanjian … yang kuat
a Roem Royen d Amerika Serikat lebih memilih Belanda
b Konferensi Meja Bundar sebagai sekutunya
c Linggajati 7. Permasalahan Irian Barat pertama kali di
d Renville bahas dalam Sidang Majelis Umum PBB
3. Belanda tidak mau melepaskan Irian pada tahun ….
Barat secara cepat kepada Indonesia a 1955
karena … b 1956
a langkah awal untuk dapat kembali c 1957
menjajah Indonesia d 1960
b adanya keinginan dari rakyat Irian 8. Di bawah ini yang merupakan dampak
Barat agar Belanda tetap tinggal dari memanasnya pertentangan dan
c adanya potensi kekayaan alam yang perselisihan Indonesia dengan Belanda
sangat melimpah adalah, kecuali ….
d Irian Barat dijadikan markas besar dari a penerbangan dari maskapai Belanda
militer Belanda tidak boleh masuk ke Indonesia
4. Raja Kasultanan Tidore ditunjuk oleh b nasionalisasi terhadap perusahaan-
pemerintah Indonesia sebagai Gubernur perusahaan dari Belanda
pertama Irian Barat dikarenakan ..... c Indonesia masuk kedalam anggota
a Raja Tidore mengetahui segala watak Blok Barat
dan karakter orang Irian Barat d penghentian semua kegiatan
b tidak ada tokoh yang berwibawa di kekonsuleran Belanda di Indonesia
daerah timur kecuali Raja Tidore 9. Pemerintah Kerajaan Belanda menyebut
c Raja Tidore menyanggupi diri untuk Irian Barat dengan istilah ....
memimpin Irian Barat a Irian Jaya
d abad ke-19 daerah Irian Barat masih b New Guinea
berada di kekuasaan Tidore c Papua New Guinea
5. Indonesia dengan lapang dada menerima d West New Guinea
bantuan militer dari Uni Soviet karena ….. 10. Pidato Presiden Soekarno di hadapan
peserta sidang umum PBB yang
mengecam negara Barat yang berupaya a Jas Merah
menghalangi keinginan pemerintah b Indonesia Menggugat
Indonesia untuk menguasai kembali Irian c Vivere veri Coloso
Barat berjudul .... d To Build the World Anew
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. Apa yang dimaksud dengan sikap ambivalen Belanda terhadap keputusan KMB ?
Jawab : ………………………………………………………………
Sikap ambivalen Belanda adalah penafsiran yang berbeda terhadap keputusan KMB tentang
penyerahan Irian Barat. Belanda menafsirkan bahwa masalah Irian Barat akan dibahas satu tahun
setelah KMB, sedangkan di putusan KMB menyatakan bahwa Irian Barat akan diserahkan satu
setelah putusan KMB.
2. Mengapa Indonesia lebih mengedepankan jalur diplomasi dalam menyelesaikan masalah Irian
Barat?
Jawab : …………………………………………………………………………………..
Indonesia adalah negara yang suka damai. Pemerintah Indonesia tidak ingin adanya korban jiwa
akibat dari perebutan Irian Barat dengan Belanda.
3. Sebutkan tiga perusahaan Belanda yang dinasionalisasikan oleh pemerintahan Indonesia !
Jawab : ………………………………………………………………………………..
a) Bank Escomto yang diambil oleh pemerintah RI pada tanggal 9 Desember 1957.
b) Netherland Handel Matschappij N.V kelak menjadi Bank Negara Indonesia.
c) Percetakan De Unie juga ikut diambil alih pemerintah RI
4. Kebijakan apa yang menyebabkan pemerintahan Indonesia marah besar terhadap pemerintahan
Kerajaan Belanda?
Jawab : ………………………………………………………………………………………….
Kebijakan tentang persetujuan parlemen memasukan Irian Barat ke wilayah kerajaan Belanda.
Pemasukan itu dengan cara merubah Hindia Belanda (Nederlands Indie) menjadi Nederlands
West Niew Guinea.
5. Sebut dan jelaskan perbedaan pendapat antara Indonesia dan Belanda tentang keputusan dalam
perjanjian KMB!
Jawab : ……………………………………………………………………………………
Perbedaannya terletak pada penyelsaain masalah Irian barat. Bangsa Indonesia menafsirkan
keputusan tersebut bahwa satu tahun setelah KMB maka Belanda akan menyerahkan Irian Barat
kepada bangsa Indonesia. Sebaliknya, Belanda menafsirkan bahwa masalah Irian Barat akan
dibicarakan dengan Indonesia penyelesaiannya satu tahun lagi setelah KMB.
Tugas Siswa
Lakukanlah sesuai dengan perintahnya !
Irian Barat ternyata mempunyai gunung emas terbesar di dunia. Gunung emas tersebut pertama kali
ditemukan oleh Amerika Serikat sehingga melalui Freeport, Amerika Serikat mengambil emas di tanah
Irian Barat. Buatlah semacam pendapat tentang keberadaan dan manfaat Freeport bagi bangsa
Indonesia, dan mengapa kita masih memperpanjang kontrak dengan Freeport. Tulis pendapatmu dalam
buku tugas dan bacakan pendapat anda di depan kelas.
D. Aksi Sepihak Indonesia Dalam Penyelesaian Masalah Irian Barat
Keteguhan hati Belanda untuk tidak menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia membuat
pemerintah Indonesia kehilangan kesabaran. Jalur damai yang ditawarkan kepada Belanda tidak
ditanggapi, demikian juga dengan jalur PBB. Pada tanggal 15 Feburari 1956, Indonesia sepihak
melakukan tindakan tegas berupa pemutusan sepihak hubungan Uni Indonesia-Belanda, yang
dituangkan dalam undang-undang No. 13 Tahun 1956. Undang-undang tersebut diberlakukan mulai
tanggal 3 Mei 1956. Pemutusan hubungan Uni Indonesia-Belanda disusul dengan pembatalan secara
sepihak keseluruhan persetujuan KMB pada tanggal 2 Maret 1956.
Pembatalan Perjanjian KMB secara sepihak oleh Indonesia membuka gerbang untuk melakukan
tindakan yang lebih tegas kepada Belanda. Tindakan tegas pemerintah Indonesia kepada Belanda
dilakukan dalam dua bidang, yakni bidang ekonomi, dan militer. Ketegasan pemerintah Indonesia ini
membuat pemerintah Belanda memprotes keras dan melaporkannya kepada PBB. Percikan api yang
seharusnya dapat dipadamkan akhirnya membesar menjadi konflik terbuka antara Indonesia dengan
Belanda.
1. Bidang Ekonomi
Bak gayung bersambung, Undang-Undang yang dikeluarkan oleh pemerintah Indonesia
ternyata mendapat sambutan positif oleh rakyat Indonesia. Pada tanggal 18 November 1957 di
Jakarta diadakan semacam rapat umum yang membahas tentang pembebasan Irian Barat dari
tangan Belanda. Untuk mempertegas kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Soekarno, maka
mulai tanggal 27 Desember 1958, Soekarno mengeluarkan UU No. 86 tahun 1958 tentang
nasionalisasi semua perusahaan Belanda di Indonesia. Perusahaan-perusahaan yang diambil alih
oleh Indonesia, antara lain: Perusahaan Perkebunan, Netherlansche Handels Mattscapijj,
Perusahaan Listrik, Perusahaan Perminyakan, dan Rumah Sakit (CBZ) menjadi RSCM.
Selain menasionalisasi perusahaan Belanda, pemerintah Indonesia juga melakukan
kebijakan berupa:
a Memindahkan pasar pelelangan tembakau Indonesia dari Belanda ke Bremen (Jernan
Barat).
b Aksi mogok massal buruh yang bekerja di perusahaan Belanda.
c Melarang KLM (maskapai penerbangan Belanda) terbang di wilayah Indonesia berlaku
pada tanggal 2 Desember 1957.
d Semua film dari Belanda dilarang diputar di Indonesia berlaku pada tanggal 2 Desember
1957.
e Pemerintah Indonesia menghentikan semua konsuler Belanda di Indonesia, pada tanggal
5 Desember 1957.
Perusahaan-perusahaan Belanda yang diambil alih itu selanjutnya diatur penggunaannya
melalui Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 1958. Pada tanggal 31 Desember 1959
pemerintah membentuk Front Nasional Pembebasan Irian Barat sebagai langkah untuk menuju
keutuhan wilayah kekuasaan Republik Indonesia. Pada puncaknya pada tanggal 17 Agustus 1960
pemerintah Indonesia memutuskan hubungan diplomatiknya dengan pemerintah Kerajaan Belanda
Tindakan yang diambil sepihak oleh Indonesia membuat pemerintah Belanda marah besar.
Belanda melaporkan Indonesia ke PBB karena tindakan provokatornya. Bahkan Indonesia
diundang oleh Belanda ke Makamah Internasional dalam menyelesaikan masalah Irian Barat.
Namun, hal tersebut ditolak mentah-mentah oleh Indonesia, karena Indonesia merasa bahwa
Makamah Internasional pasti tidak akan bersikap netral.
2. Bidang Militer
Aksi sepihak pemerintah Indonesia dalam penyelesaian Irian Barat ternyata dib alas oleh
Belanda. Pemerintah Belanda melakukan aksi-aksi yang membuat pemerintah Indonesia marah.
Aksi-aksi tersebut antara lain sebagai berikut.
a. Pada bulan April 1961 Belanda membentuk Dewan Papua, bahkan dalam Sidang Umum
PBB September 1961, Belanda mengumumkan berdirinya Negara Papua.
b. Untuk mempertegas keberadaan Negara Papua, Belanda mendatangkan kapal induk
“Karel Doorman” ke Irian Barat.
Tindakan pemerintah Belanda tersebut memicu ketegangan menjadi lebih besar. Untuk
membalas aksi yang dilakukan oleh Belanda, pemerintah Indonesia membentuk Propinvi Irian
Barat terbentuk dan beribukota di Soa Siu dengan wilayahnya meliputi Tidore, Oba, weda, Patani,
dan Wasile di Maluku Utara, pada tanggal 17 Agustus 1956. Pada bulan September 1956 Sultan
Tidore, Zainal Abidin Syah dilantik menjadi Gubernur Irian Barat yang pertama. Alasan
pengangkatan Sultan Tidore menjadi Gubernur Irian Barat karena wilayah Irian Barat dalam
sejarah tercatat sampai dengan akhir abad ke-19 merupakan sebagai bagian dari wilayah
Kasultanan Tidore.
Untuk mempertegas keseriusan Indonesia dalam menegakkan bendera merah putih di Irian
barat, pemerintah Indonesia mempersiapkan politik konfrontasi. Politik Konfrontasi adalah politik
yang dijalankan melalui jalan militer atau peperangan. Agar politik konfrontasi dapat berjalan
dengan baik dan sukses maka pemerintah Indonesia melakukan beberapa tahapan, yakni tahap
persiapan, tahap pementapan, dan tahap pelaksanaan.
a Tahap Persiapan
Tiga bulan setelah pidato Presiden Soekarno di Sidang Majelis Umum PBB,
Menteri Pertahanan Jenderal A.H. Nasution pergi ke Amerika Serikat untuk membeli
peralatan militer guna menghadapi ancaman Belanda. Jenderal Nasution membeli
senjata ke Amerika Serikat karena ABRI telah terbiasa menggunakan peralatan
militernya. Namun, permintaan Republik Indonesia ditolak pemerintah Amerika Serikat
sehingga Jenderal Nasution pulang dengan tangan hampa. Amerika Serikat menolak
pembelian itu karena akan memengaruhi sikap dan kedudukan Belanda dalam NATO.
Terpaksa pemerintah Indonesia mencari sumber persenjataan lain guna menghadapi
ancaman Belanda.
Pada bulan Desember 1960, dirinya terbang ke Uni Soviet (Moskow) untuk
membeli peralatan perang dari negara tersebut, dan ternyata hal tersebut disetujui.
Pemimpin Uni Soviet, Nikita Kruschev yang berkunjung ke Indonesia pada bulan
Februari 1960 menyatakan bahwa pemerintahannya bersedia memberikan bantuan
militer jika pemerintah Indonesia membutuhkannya kapan saja. Berdasarkan janji
Kruschev itulah Jenderal A.H. Nasution pada tanggal 28 Desember 1960 berangkat ke
Moskow untuk mengadakan pembicaraan pembelian peralatan militer. Akhirnya
pemerintah Indonesia berhasil mengadakan perjanjian jual-beli senjata dengan
pemerintah Uni Soviet senilai 450 juta dollar Amerika Serikat setara 2,5 Miliar rupiah
dengan persyaratan pembayaran jangka panjang. Dengan bantuan Uni Soviet, Indonesia
sekarang memiliki senjata yang tidak kalah dengan Belanda.
b Tahap Pemantapan
Berdasarkan kenyataan yang ada, perjuangan pembebasan Irian Barat secara
militer tampaknya tidak mungkin dihindarkan. Pada tanggal 14 Desember 1961,
DEPERTAN membentuk Komando Tertingi Pembebasan Irian Barat (KOTI PEMIRBAR).
Panglima tertinggi dari KOTI dijabat oleh presiden Sukarno dan dibantu oleh ketiga staf
angkatan yakni darat, laut, dan udara.
Pada tanggal 19 Desember 1961 Presiden Soekarno mengeluarkan komando
yang dikenal dengan nama Trikomando Rakyat (Trikora) di Yogyakarta. Pemilih waktu
dan tempat penyampaian Trikora adalah Muh. Yamin dengan pertimbangan tanggal 19
Desember 1948 merupakan tanggal Agresi Milter Belanda II atas Yogyakarta. Selain itu,
Yogyakarta dipilih karena untuk mengenang usaha pengusiran Belanda dari Batavia
(Jakarta) oleh Sultan Agung (Raja Mataram) pada tahun 1628 dan 1629. Isi Trikomando
Rakyat (Trikora), yaitu
1) Gagalkan pembentukan negara Papua bentukan Belanda.
2) Kibarkan Sang Merah Putih di Irian Barat tanah air Indonesia.
3) Mobilisasi umum untuk mempertahankan kemerdekaan dan kesatuan tanah air dan
bangsa.
Keluarnya Trikora mendapat sambutan yang baik oleh rakyat Indonesia. Di daerah-
daerah muncul pasukan sukarela yang mendaftar ikut dalam operasi militer di Irian Barat.
Hal ini menandakan bahwa perjuangan pembebasan Irian Barat bukan perjuangan
pemerintah Indonesia saja, melainkan juga perjuangan bagi seluruh rakyat Indonesia.
c Tahap Pelaksanaan
Pada tanggal 2 Januari 1962, Indonesia membentuk Komando Mandala
Pembebasan Irian Barat yang merupakan tidak lanjut dari kebijakan Trikora. Komando
Mandala ini bermarkas di Makasar. Tugas Komando Mandala ada dua, yakni :
1) Merencanakan, mempersiapkan, dan menyelenggarakan operasi militer untuk
mengembalikan Irian Barat ke dalam kekuasaan negara RI.
2) Mengembangkan situasi militer di Irian Barat sesuai dengan taraf perjuangan
diplomasi dan dalam waktu yang singkat agar di wilayah Irian Barat dapat diciptakan
secara de facto wilayah-wilayah yang bebas atau didudukan unsur-unsur kekuasaan
pemerintahan daerah Republik Indonesia.
Pada bulan Januari itu juga ditetapkan susunan Komando Tertinggi Pembebasan
Irian Barat. Sedangkan susunan dari Komando Mandala, antara lain:
1) Panglima Besar Komando Tertinggi: Presiden/Panglima Tertinggi Ir. Soekarno.
2) Wakil Panglima Besar: Jenderal A.H. Nasution.
3) Kepala Staf: Mayor Jenderal Ahmad Yani.
4) Panglima Mandala: Mayor Jenderal Soeharto.
5) Wakil Panglima I: Kolonel Laut Subono.
6) Wakil Panglima II: Kolonel Udara Leo Wattimena.
7) Kepala Staf Umum: Kolonel Ahmad Thahir.
Pada tanggal 15 Januari 1962, sebelum Komando Mandala menyelesaikan
konsolidasinya, telah terjadi pertempuran di Laut Arafuru. Pertempuran yang tidak
seimbang itu terjadi antara tiga perahu Motor Torpedo Boat (MTB) yang tergabung dalam
kesatuan patroli cepat, yakni RI Macan Tutul, RI Macan Kumbang, dan RI Harimau yang
sedang patroli rutin di Laut Arafuru, Motor Torpedo Boat (MTB) ALRI melawan kapal
perusak (fregat) Belanda. MTB Macan Tutul terbakar dan tenggelam sehingga
menyebabkan gugurnya Komodor Yos Sudarso dan Kapten Laut Wiratno. Untuk
mengenang peristiwa tersebut, setiap tanggal 15 Januari diperingati sebagai Hari
Samudra. Selanjutnya, Komando Mandala merencanakan tiga tahap operasi militer untuk
merebut Irian Barat, sebagai berikut
1) Tahap Infiltrasi
Dimulai pada awal Januari tahun 1962 sampai dengan akhir tahun 1962, dengan
memasukkan 10 kompi ke sekitar sasaaran tertentu untuk menciptakan daerah bebas
de facto di Irian Barat. Nama operasi yang dilaksanakan, antara lain :
a) Operasi Banteng di Fak-Fak dan Kaimana.
b) Operasi Serigala di Sorong dan Teminabuan.
c) Operasi Naga di Merauke.
d) Operasi Jatayu di Sorong, Kaimana, dan Merauke
e) Operasi Jayawijaya di Biak dan Jayapura yang bertujuan untuk menguasai
wilayah strategis.
2) Tahap Eksploitasi
Dimulai pada awal Januari 1964 sampai dengan akhir tahun 1963, dengan
mengadakan serangan terbuka terhadap induk militer lawan, menduduki semua pos
pertahanan musuh yang penting
3) Tahap Konsolidasi
Dilaksanakan pada tanggal 1 Januari 1964, dengan menegakkan kekuasaan RI
secara mutlak di seluruh Irian Barat. Atas kegiatan konfrontasi militer Indonesia,
menyebabkan kekhawatiran Belanda di Irian Barat dan di Den Haag. Akibatnya,
pemerintah Belanda melalui menteri dan wakil tetapnya di PBB mengadukan
Indonesia dengan tuduhan melakukan agresi yang dapat mengancam perdamaian
dunia.
E. Akhir Perseteruan Indonesia – Belanda Tentang Masalah Irian Barat
Kegigihan bangsa Indonesia untuk melepaskan Irian Barat dari tangan Belanda membuat dunia
khawatir. Dunia khususnya Amerika Serikat merasa cemas dengan kekuatan militer Indonesia yang
mampu menandingi kekuatan militer Belanda. Indonesia yang disokong oleh senjata Uni Soviet
membuat Amerika Serikat merasa cemas. Amerika Serikat memandang bahwa Negara Indonesia
adalah negara besar yang dapat mempengaruhi negara-negara di Asia Tenggara. Agar pengaruh Uni
Soviet tidak masuk dan meluas ke Indonesia, Amerika Serikat berpaling arah.
Untuk menarik simpati pemerintah Indonesia, Amerika Serikat sekali lagi menjadi juru tengah
dalam masalah perebutan Irian Barat. Melalui PBB, Amerika Serikat memberikan ide dan saran
kepada kedua negara agar segera mengehentikan perseteruan. Apabila Belanda menolak, maka
pemerintah Amerika Serikat akan menghentikan semua bantuan financial kepada Negara Belanda.
Atas desakan tersebut, Indonesia dan Belanda kembali ke meja perundingan untuk menyelesaikan
masalah Irian Barat.
1. Bunker Proposal
Rencana Bunker merupakan rencana yang disusun oleh Ellsworth Bunker atas permintaan
PBB agar perseteruan antara Indonesia – Belanda dapat segera diakhiri. Bunker kemudian
melakukan penelitian mencari tahu tentang akar masalah dan cara menangani masalah Irian
Barat. Penyeledikan yang dilakukan oleh Bunker mencetuskan beberapa rencana agar
perseteruan Irian Barat dapat segera terselesaikan. Rencana tersebut kemudian dikenal dengan
nama Bunker Proposal (Rencana Bunker). Isi dari Bunker Proposal antara lain :
a Belanda menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui PBB atau United Nations
Temporary Executive Authority (UNTEA).
b Akan diadakan penentuan pendapat rakyat (pepera) guna mengetahui keinginan rakyat
Irian Barat yang sebenarnya.
c Pelaksanaan penyerahan Irian Barat akan selesai dalam waktu dua tahun.
d Pemerintahan Irian Barat Harus diserahkan kepada Republik Indonesia
Pada awalnya Belanda sangat menolak rencana dari Bunker. Hal tersebut disebabkan
karena isi dari Rencana Bunker sangat merugikan pihak Belanda. Sedangkan di sisi yang lain,
Indonesia sangat menerima Rencan Bunker. Indonesia melihat adanya keseriusan dari PBB dan
Amerika Serikat dalam menyelesaikan masalah Irian Barat. Penolakan Belanda terhadap Rencana
Bunker akhirnya dapat ditangani setelah Amerika Serikat turun tangan. Amerika Serikat mendesak
kepada Belanda agar mau mensetujui Rencana Bunker. Amerika Serikat berdalih bahwa Indonesia
jangan sampai mendukung dan masuk menjadi anggota dari blok timur (Uni Soviet).
Desakan yang dilakukan oleh Amerika Serikat membuat Belanda dengan berat hati harus
mengikuti Rencana Bunker. Untuk menindak lanjuti rencana tersebut, maka pada tahun 1962 akan
diadakan perundingan antara Belanda dan Indonesia dengan diawasi oleh PBB. Rencana Bunker
ini merupakan titik awal dari penyelesaian masalah Irian Barat.
2. Perjanjian New York
Pada tanggal 15 Agustus 1962, Indonesia dan Belanda berunding di Markas Besar PBB di
New York, Amerika Serikat. Indonesia diwakili oleh Menteri Luar Negeri Indonesia Subandrio
dengan van Royen dan Schuurman dari Belanda, dan disaksikan oleh Sekjen PBB U Thant dan
Ellsworth Bunker. Kedua belah pihak menyepakati perjanjian damai yang disebut Perjanjian New
York (New York Agreenment). Isi pokok Persetujuan New York sebagai berikut.
a Serah terima pemerintahan Irian Barat dari Belanda kepada UNTEA akan dilaksanakan
paling lambat tanggal 1 Oktober 1962. Sejak saat itu bendera Belanda diturunkan dan
diganti dengan bendera PBB.
b Pemerintahan sementara PBB akan memakai tenaga-tenaga dari Indonesia, sebagian
putra Irian Barat dan tenaga Belanda yang tersisa.
c Pasukan-pasukan Indonesia yang sudah ada di Irian Barat tetap tinggal di sana, namun
berstatus di bawah kekuasaan pemerintahan sementara PBB.
d Angkatan perang Belanda secara berangsur-angsur dipulangkan ke negerinya dan yang
belum pulang ditempatkan di bawah pengawasan PBB serta tidak boleh dipakai untuk
operasi-operasi militer.
e Pada tanggal 31 Desember 1962 bendera Indonesia mulai berkibar di sisi bendera PBB.
f Selambat-lambatnya tanggal 1 Mei 1963 pemerintah Republik Indonesia secara resmi
menerima pemerintahan di Irian Barat dari pemerintah sementara PBB.
g Pemerintah Indonesia wajib menyelenggarakan penentuan pendapat rakyat (Pepera)
paling lambat akhir tahun 1969.
Selanjutnya untuk menjamin keamanan di wilayah Irian Barat, dibentuk pasukan keamanan
PBB yang dinamakan United Nations Security Forces (UNSF) di bawah pimpinan Brigjen Said
Uddin Khan dari Pakistan.
3. Perpera (Penentuan Pendapat Rakyat)
Berdasarkan hasil Persetujuan New York maka pada tanggal 1 Oktober 1962 kekuasaan
Belanda di Irian Barat berakhir. Selanjutnya, untuk sementara waktu dari tanggal 1 Oktober 1962
sampai dengan 1 Mei 1963 Irian Barat berada di bawah pengawasan pemerintahan sementara
PBB yang disebut UNTEA (United Nations Temporary Executive Authority). Negara-negara yang
menjadi anggota UNTEA adalah Belgia, Amerika Serikat, dan Australia.
Mulai tanggal 31 Desember 1962, bendera Merah Putih berkibar di samping bendera PBB.
Sementara itu, bendera Belanda diturunkan. Pekerjaan UNTEA di bawah pimpinan Jalal Abdoh
dari Iran juga berjalan lancar. Sesuai dengan hasil Persetujuan New York pada tanggal 1 Mei 1963
berlangsung upacara serah terima wilayah Irian Barat dari UNTEA kepada pemerintah RI. Upacara
berlangsung di Hollandia (Jayapura). Pihak Indonesia diwakili oleh Men/Pangad, Mayjen Ahmad
Yani. Untuk mengamankan pelaksanaan serah terima ini, Komando Mandala menggelar Operasi
Wisnu Murti. Dengan kembalinya Irian Barat ke pangkuan Indonesia maka berakhirlah tugas
Komando Mandala. Pada tanggal 1 Mei 1963 secara resmi Komando Mandala dibubarkan.
Selanjutnya pemerintah RI mengangkat E.J. Bonay, seorang putra asli Irian Barat sebagai
gubernurnya.
Pekerjaan bagi pemerintah RI belum selesai. Pemerintah Indonesia harus melaksanakan
penentuan pendapat rakyat (ascertainment of the wishes of the people) sebagai bagian dari
pelaksanaan Pasal 17 Persetujuan New York sebelum akhir tahun 1969. Untuk menjamin
keamanan di wilayah Irian Barat maka PBB membentuk pasukan penjaga keamanan yang
dinamakan United Nations Security Forces (UNSF). Pasukan PBB ini dipimpin oleh Brigadir
Jenderal Said Uddin Khan dari Pakistan. Selanjutnya, pemerintah Indonesia sejak tanggal 24
Maret sampai dengan 4 Agustus 1969 menyelenggarakan penentuan pendapat rakyat (pepera) di
Irian Barat. Pelaksanaan pepera dilakukan dalam tiga tahap berikut ini.
a Tahap pertama, dimulai pada tanggal 24 Maret 1969. Pada tahap ini dilakukan konsultasi
dengan Dewan Kabupaten di Jayapura mengenai tata cara penyelenggaraan pepera.
b Tahap kedua, diadakan pemilihan Dewan Musyawarah Pepera yang berakhir pada bulan
Juni 1969.
c Tahap ketiga, dilaksanakan pepera dari Kabupaten Merauke dan berakhir pada tanggal 4
Agustus 1969 di Jayapura.
Berdasarkan hasil pepera, rakyat Irian Barat memutuskan tetap menjadi bagian dari NKRI.
Hasil pepera itu kemudian dibawa ke New York oleh Dr. Fernando Ortis Sanz seorang duta besar
dari Bolivia yang diberi tugas oleh Sekjen PBB untuk dilaporkan kepada Sidang Majelis Umum
PBB.
Menggapai Cakrawala
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. A 6. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
2. A 7. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
3. A 8. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
4. A 9. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
5. A 10. a
a S a s
b S b s
c S c s
d s d s
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. a
Tugas Siswa
Lakukanlah sesuai dengan perintahnya !
Glosarium
Diplomasi : urusan atau penyelenggaraan perhubungan resmi antara satu negara dan negara
yang lain
Konfrontasi : cara menentang musuh atau kesulitan dng berhadapan langsung dan terang-
terangan
Konsolidasi : perbuatan (hal dsb) memperteguh atau memperkuat (perhubungan, persatuan,
dsb)
Provokatif : bersifat provokasi; merangsang untuk bertindak; bersifat menghasut
Cakrawala Kepribadian Bangsa
Perjuangan pembebasan Irian Barat memberitahukan kepada kita sebagai generasi muda bahwa
setiap perjuangan hidup tidak mudah. Banyak halangan dan rintangan yang mesti dihadapi oleh
pemerintah Indonesia agar Irian Barat kembali dalam bekapan ibu pertiwi. Begitu juga dengan kita, setiap
perjuangan hidup pasti akan ada batu rintangan yang menghadapi. Untuk mencapai tujuan akhir dari cita-
cita kita adalah dengan terus mencoba dan berusaha.
Uji Kompetensi
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!
1. A b S
a S c S
b S d s
c S 11. A
d s a S
2. A b S
a S c S
b S d s
c S 12. A
d s a S
3. A b S
a S c S
b S d s
c S 13. A
d s a S
4. A b S
a S c S
b S d s
c S 14. A
d s a S
5. A b S
a S c S
b S d s
c S 15. A
d s a S
6. A b S
a S c S
b S d s
c S 16. A
d s a S
7. A b S
a S c S
b S d s
c S 17. A
d s a S
8. A b S
a S c S
b S d s
c S 18. A
d s a S
9. A b S
a S c S
b S d s
c S 19. A
d s a S
10. A b S
a S c S
d s b s
20. a c s
a s d s
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A
7. A
8. A
9. A
10. a
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. S
2. S
3. S
4. S
5. s
Perbaikan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. S
2. S
3. S
4. S
5. s
Cakrawala Ilmu
Herlina “Wanita Pending Emas”
Perjuangan pembebasan Irian Barat merupakan perjuangan seluruh rakyat Indonesia. Di
berbagai tempat dan daerah dibentuk suatu kesatuan sukarelawan. Dalam operasi ini terdapat tokoh
wanita yang sangat pemberani sebagai sukarelawati yakni Herlina, yang kemudian diberikan julukan
“Pending Emas”. Julukan pending emas tidak lain karena Herlina mendapat penghargaan Pending Emas
sebesar ½ kilogram (500 gram) pada tanggal 19 Februari 1963 yang didasarkan oleh Surat Keputusan
Presiden/Panglima Tertingi Angkatan Perang Republik Indonesia.
Bab 5
Degradasi Nasional
(Pergolakan Daerah-Daerah Masa Pembentukan NKRI)
Standar Kompetensi
6. Memahami usaha mempertahankan republik Indonesia.
Kompetensi Dasar
6.2 Mendiskripsikan peristiwa tragedi nasional, seperti peristiwa Madiun/PKI, DI/TII, G-30-S/PKI, dan konflik-konflik internal lainnya.
Wilayah Indonesia dari Sabang sampai Merauke diikat dalam satu ikatan yang bernama NKRI
(Negara Kesatuan Republik Indonesia). Dalam perjalannya menjadi NKRI,
banyak halangan dan rintangan yang menghadang. Rintangan yang datang Gbr. Pengambilan
bukan hanya dari luar negeri saja, melainkan juga datang dari dalam negeri. jenazah di lubang
Keinginan untuk lepas dari pangkuan ibu pertiwi dengan berbagai macam
alasan menjadi halangan yang sangat berat bagi Indonesia. Di saat Indonesia buaya
mencoba untuk berdiri menjadi negara yang mandiri, muncul pergolakan-pergolakan yang ingin
menghancurkan cita-cita proklamasi kemerdekaan Indonesia. Rintangan itu menjadi sangat berat tatkala
datang dari dalam negeri yang merupakan saudara sendiri. Walaupun demikian, pemerintah Indonesia
harus tetap menegakkan sendi-sendi NKRI yang berdaulat.
Ringkasan Materi
A. Pergolakan Masa Mempertahankan Kemerdekaan
Pada saat bangsa Indonesia mati-matian untuk mempertahankan kemerdekaan Indonesia
muncul pergolakan menentang pemerintah Indonesia. Tenaga dan pikiran yang seharusnya ditujukan
hanya untuk mengatasi penjajah, harus terbagi menjadi dua. Daya dan upaya pemerintah Indonesia
dikerahkan untuk dapat mengatasi masalah internal dalam negeri Indonesia. Ada dua kejadian yang
berskala nasional, yakni kudeta PKI 1948, dan DI/TII.
1. Kudeta PKI 1948
Kudeta yang dilakukan oleh PKI tahun 1948, di Madiun, Jawa Timur sangat mengiris hati.
Pemberontakan tersebut dilakukan pada saat bangsa Indonesia dengan gigih-gigihnya
mempetahankan kemerdekaan. Putra-putri bangsa harus gugur dengan sia-sia akibat dari tindakan
sepihak PKI, seperti Gubernur Jawa Timur, R. M. Soerjo. Pemerintah Indonesia dengan cepat
merespon aksi sepihak PKI tersebut dengan mengirimkan TNI (Tentara Nasional Indonesia), agar
kudeta tersebut cepat berakhir.
a Latar Belakang Masalah
Ditandatanganinya Perjanjian Renville (6 Desember 1947–17 Januari 1948) oleh
Kabinet Amir Sjarifuddin telah menjatuhkan kabinet tersebut. Perjanjian Renville tidak
menjamin secara tegas kedudukan Republik Indonesia. Wilayah Republik Indonesia pun
juga menjadi semakin sempit. Pada tanggal 23 Januari 1948 Amir Sjarifuddin
menyerahkan mandatnya kepada Presiden Republik Indonesia, selanjutnya dibentuklah
Kabinet Mohammad Hatta. Amir Sjarifuddin yang merasa kecewa menempatkan dirinya
menjadi pihak oposisi bagi Kabinet Hatta. Amir Sjarifuddin menyusun kekuatan dalam
Front Demokrasi Rakyat (FDR) yang mempersatukan semua golongan sosialis kiri dan
komunis. Anggota Front Demokrasi Rakyat meliputi organisasi-organisasi ekstrem kiri,
seperti Partai Sosialis Indonesia, Pemuda Sosialis Indonesia (Pesindo), Partai Buruh
Indonesia, Partai Komunis Indonesia (PKI), Sentral Organisasi Buruh Seluruh Indonesia
(SOBSI), dan Barisan Tani Indonesia (BTI).
Pada tanggal 26 januari 1948, Mohammad Hatta membuat program penghematan
besar-besaran di tubuh TNI yang dikenal dengan Program Re-Ra (Rekontruksi dan
Rasionalisasi). Pasukan-pasukan bersenjata yang ada di Indonesia dipilah dan dipilih
untuk dijadikan angkatan perang Indonesia yang resmi dibawah Menteri Pertahanan.
Dengan demikian, banyak angkatan perang yang tidak dapat masuk ke dalam tubuh TNI.
Program Re-Ra kemudian dijadikan alat oleh Amir Amir Sjarifuddin untuk melawan
pemerintah Indonesia. Dirinya menarik semua divisi perang yang tidak masuk ke dalam
TNI untuk masuk menjadi angkatan perang FDR. Dengan adanya angkatan perang
tersebut akan memudahkan Amir Sjarifuddin merongrong pemerintahan Hatta. Amir
Sjarifuddin juga merencanakan tindakan selanjutnya sebagai berikut.
1) Menarik pasukan komunis yang tergabung dalam TNI dari garis depan.
2) Memindahkan pasukan komunis ke daerah strategis dan meninggalkan daerah yang
tidak mungkin dipertahankan.
3) Membentuk tentara rakyat.
4) Madiun dijadikan basis gerilya FDR untuk melaksanakan perjuangannya
Sementara itu, mulai bulan Februari 1948 Kolonel A.H. Nasution bersama Divisi
Siliwangi hijrah (long march) dari Jawa Barat menuju Yogyakarta sebagai pelaksanaan
dari hasil Perjanjian Renville. Anggota Divisi Siliwangi kemudian ditempatkan tersebar di
wilayah Jawa Tengah dan sebagian Jawa Timur, khususnya di daerah yang kekuatan
Kaum Kiri-nya cukup kuat, seperti di Solo dan Madiun. Pasukan Siliwangi tersebut segera
menjadi pasukan elite pemerintah Hatta dengan kelengkapan tempur yang lebih baik
sehingga menimbulkan iri hati pada pasukan di luar Divisi Siliwangi.
Jadi, latar belakang terjadinya kudeta PKI tahun 1948 adalah keinginan Amir
Sjarifuddin untuk menentang semua program yang dijalankan oleh Kabinet Hatta, dan
adanya rasa kecewa dari angkatan perang Indonesia yang tidak masuk ke dalam tubuh
TNI. Kedua alasan tersebut kemudian ditunggangi oleh PKI untuk mendirikan sebuah
negara komunis
b Aksi Sepihak PKI pimpinan Musso
Pada tanggal 11 Agustus 1948 Muso tiba di Yogyakarta dari Moskow, Rusia. Muso
memimpin PKI dengan membawa konsepsi yang baru dengan nama Jalan Baru Republik
Indonesia. Konsepsi itu berisi dua hal penting. Pertama, Indonesia hanya boleh ada satu
partai yang berlandaskan Marxisme–Leninisme. Oleh karena itu, anggota FDR yang
terdiri atas PKI, Partai Sosialis dan Partai Buruh Indonesia diadakan fusi sehingga hanya
ada satu partai saja, yaitu partai kelas buruh dengan memakai nama yang bersejarah,
yaitu Partai Komunis Indonesia (PKI). Kedua, Partai Komunis Indonesia membentuk
Front Persatuan Nasional yang dipimpin Muso. Banyak politisi sosialis dan komandan
pasukan bergabung dengan Muso, antara lain Amir Syarifuddin, Setyadjit Soegondo, dan
kelompok diskusi Patuk. Setelah berhasil melakukan penataan organisasi, PKI mulai
menghasut masyarakat untuk menentang pemerintah RI.
Selanjutnya, PKI/FDR melakukan aksi teror dan hasutan untuk menentang
Pemerintah RI di Surakarta. Pada tanggal 11 September 1948, terjadi bentrokan
berdarah di Surakarta. Untuk mengatasi hal tersebut dikirim Kolonel Gatot Subroto, pada
tanggal 17 Desember 1948, sehingga oknum-oknum PKI dapat diusir dari Surakarta.
Pada saat perhatian terpusat di Surakarta, pada tanggal 18 September 1948 tentara
rakyat (pasukan komunis) melakukan perebutan kekuasaan di Madiun, Jawa Timur.
Kudeta tersebut disertai penangkapan dan pembunuhan terhadap pejabat sipil, militer,
dan pemuka masyarakat. Aksi yang paling membuat pemerintah Indonesia marah besar
adalah pembunuhan Gubernur Jawa Timur, Gubernur R.M. Soerjo, pada tanggal 10
September 1948. Pembunuhan tersebut terjadi di hutan Ngawi, saat perjalanan pulang
dari Yogyakarta ke Surabaya.
Pada tanggal 18 September 1948 telah tersiar berita bahwa kaum komunis di
Madiun telah melakukan perebutan kekuasaan. Berita tentang terjadinya coup d’etat
tersebut mula-mula disiarkan oleh harian Murba di Surakarta. Tindakan tersebut
bertujuan untuk meruntuhkan Republik Indonesia hasil proklamasi 17 Agustus 1945
yang berdasarkan Pancasila dan menggantinya dengan sebuah negara komunis. PKI
berhasil menguasai Madiun, Blora, Rembang, Pati, Kudus, Purwodadi, Ponorogo, dan
Trenggalek.
Adapun kesatuan-kesatuan yang telah dipersiapkan untuk melakukan
pemberontakan tersebut, antara lain kesatuan yang dipimpin oleh Sumartono (Pesindo).
Pasukan Divisi VI Jawa Timur di bawah pimpinan Kolonel Djokosujono dan Letkol Dahlan
(waktu itu Panglima Divisinya ialah Kolonel Sungkono). Kesatuan lain berasal dari
sebagian Divisi Panembahan Senopati yang dipimpin oleh Letkol Suadi dan Letkol
Sujoto.
Pasukan-pasukan komunis yang dipimpin oleh Sumarsono, Dahlan, dan
Djokosujono dengan cepat telah bergerak menguasai seluruh kota Madiun karena
sebagian besar tentara di kota itu tidak mengadakan perlawanan. Di samping itu
pertahanan kota Madiun sebelumnya praktis sudah dikuasai oleh Pasukan Brigade 29
pendukung PKI. Perebutan kekuasaan tersebut pada pukul 7.00 WIB telah berhasil
sepenuhnya menguasai Madiun. Pada pagi itu pasukan komunis dengan tanda “merah”
mondar-mandir sepanjang jalan. Madiun dijadikan kubu pertahanan dan titik tolak untuk
menguasai seluruh wilayah RI.
c Penumpasan PKI Madiun
Pemerintahan Indonesia di bawah Presiden Soekarno dengan tegas mengutuk
semua aksi yang dilakukan oleh PKI. Dalam pidatonya, rakyat disuruh untuk memilih PKI
Muso atau Soekarno-Hatta. Rakyat Indonesia mengambil sikap dengan memilih
pemerintahan yang dipimpin oleh Presiden Soekarno. Dengan adanya dukungan dari
rakyat Indonesia, pemerintah Indonesia memerintahkan Tentara Indonesia untuk segera
mengambil alih Madiun dan menangkap semua tokoh dibalik coup d’ etat.
Pemerintahpun mengirim Divisi Siliwangi di bawah Kolonel Gatot Subroto, Kolonel
Sungkono, Kolonel A.H. Nasution, Letkol Ali Sadikin, dan Mayor Sabaruddin. Kekuatan
pasukan pendukung Muso digempur dari dua arah. Dari barat oleh pasukan Divisi II di
bawah pimpinan Kolonel Gatot Subroto yang diangkat menjadi Gubernur Militer Wilayah
II (Semarang–Surakarta) pada tanggal 15 September 1948 dan dibantu pasukan dari
Divisi Siliwangi. Adapun dari timur Kelompok Kiri diserang oleh pasukan dari Divisi I di
bawah pimpinan Kolonel Sungkono yang diangkat menjadi Gubernur Militer Jawa Timur
pada tanggal 19 September 1948 dengan dibantu pasukan Mobile Brigade Besar (MBB)
Jawa Timur di bawah pimpinan M. Jasin.
Pada tanggal 30 September 1948, kota Madiun dapat dikuasai seluruhnya.
Pasukan Republik yang datang dari arah timur dan pasukan yang datang dari arah barat
bertemu di Hotel Merdeka Madiun. Namun, pimpinan Kelompok Kiri beserta beberapa
pasukan pendukungnya lolos dan melarikan diri ke beberapa arah sehingga tidak dapat
segera ditangkap. Pada tanggal 30 Oktober 1948, Muso tewas dalam pertempuran kecil
di daerah Purwodadi. Sebelas pimpinan Kelompok Kiri, termasuk Amir Sjarifuddin
mantan Perdana Menteri RI dihukum mati pada 20 Desember 1948 di Karanganyar,
Jawa Tengah atas perintah Kolonel Gatot Subroto. Walaupun banyak yang tertangkap,
Aidit dan Lukman dapat lolos melarikan diri ke Vietnam dan Tiongkok.
2. DI/TII
Hasil Perjanjian Renville ternyata berdampak luas. Tentara Indonesia yang berada di dalam
kantong-kantong Perjanjian Renville harus segera mengosongkan daerah tersebut. Seperti
diketahui, salah satu hasil Perjanjian Renville adalah pengakuan secara de facto oleh Belanda atas
Jawa Tengah Yogyakarta, dan Jawa Timur. Oleh sebab itu, Devisi Silwangi yang bertanggung
jawab atas Jakarta, dan Jawa Barat harus meninggalkan daerah tersebut. Hijrahnya Devisi
Siliwangi tersebut dianggap oleh sebagain orang sebagai penyerahan kekuasaan Indonesia
kepada Belanda. Ketidaktahuan informasi tentang Perjanjian Renville membuat sebagian
kelompok untuk mendirikan sebuah negara tersendiri lepas dari NKRI. Dari sinilah awal munculnya
gerakan DI/TII yang dipimpin oleh Kartosoewirjo yang ingin mendirikan sebuah Negara Islam
Indonesia.
a DI/TII Jawa Barat
DI/TII pertama kali muncul di Jawa Barat. Gerakan ini dipelopori oleh Sekarmadji
Maridjan Kartosoewirjo. Pada tanggal 7 Agustus 1949 Desa Cisayong, Tasikmalaya (
Jawa Barat ), Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo memproklamirkan berdirinya Negara
Islam Indonesia. Negara Islam Indonesia (disingkat NII juga dikenal dengan nama Darul
Islam atau DI) artinya adalah “Rumah Islam”.
Gerakan ini bertujuan untuk mendirikan suatu negara yang berlandaskan agama
Islam. Hukum tertinggi dari negara ini adalah hukum Islam yang berdasarkan Al-Quran
dan Hadist. Agar dapat mencapai cita-citanya maka dibentuklah Tentara Islam Indonesia
yang disingkat TII. Oleh karena itu, gerakan ini juga sering disebut dengan gerakan
DI/TII.
Kontak senjata pertama Tentara Islam Indonesia (TII) dengan TNI terjadi pada
tanggal 25 Januari 1949 ketika pasukan Divisi Siliwangi melakukan kembali dari Jawa
Tengah ke Jawa Barat (long march). Selanjutnya, di Jawa Barat terjadi perang segitiga
antara pasukan TII, TNI, dan Belanda. Dalam usaha untuk menumpas pemberontakan
DI/TII dilaksanakan operasi militer sejak tanggal 27 Agustus 1949. Akan tetapi, usaha ini
belum membuahkan hasil.
Usaha untuk menumpas gerakan DI/TII ini memerlukan waktu yang lama
disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain sebagai berikut.
1) Kondisi geografis tempat gerombolan DI/TII Kartosoewirjo berada berupa daerah
pegunungan sehingga sangat mendukung pasukan DI/TII untuk bergerilya.
2) Pasukan Kartosoewirjo dapat bergerak dengan leluasa di kalangan rakyat.
3) Pasukan DI/TII mendapat bantuan dari beberapa orang Belanda, antara lain para
pemilik perkebunan dan para pendukung Negara Pasundan.
4) Suasana politik yang tidak stabil dan sikap beberapa kalangan partai politik telah
mempersulit usaha-usaha pemulihan keamanan.
Selanjutnya, dalam menghadapi aksi DI/TII, pemerintah mengerahkan pasukan
TNI untuk menumpas gerombolan ini. Pada tahun 1960 pasukan Divisi Siliwangi bersama
rakyat melakukan operasi “Pagar Betis” dan operasi ”Baratayudha”. Pada tanggal 4 Juni
1962 Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo beserta para pengawalnya dapat ditangkap Jawa
Barat. Sekarmadji Maridjan Kartosuwirjo oleh Mahkamah Angkatan Darat dijatuhi
hukuman mati sehingga pemberontakan DI/TII di Jawa Barat dapat dipadamkan.
b DI/TII Jawa Tengah
Pemberontakan DI/TII di Jawa Tengah berada di bawah pimpinan Amir Fatah yang
bergerak di daerah Brebes, Tegal, dan Pekalongan. Untuk menumpas pemberontakan
DI/TII di Jawa Tengah pada bulan Januari 1950 pemerintah melakukan operasi kilat yang
disebut “Gerakan Banteng Negara” (GBN) di bawah pimpinan Letnan Kolonel Sarbini
(selanjutnya diganti oleh Letnan Kolonel M. Bachrun dan kemudian oleh Letnan Kolonel
A. Yani ). Gerakan operasi ini menggunakan pasukan Banteng Raiders.
Di daerah Kebumen muncul pemberontakan yang merupakan bagian dari DI/TII,
yakni dilakukan oleh ”Angkatan Umat Islam (AUI)” yang dipimpin oleh Kiai Moh. Mahudz
Abdurachman yang dikenal sebagai “Romo Pusat” atau Kiai Somalangu. Untuk
menumpas gerakan ini diperlukan waktu kurang lebih tiga bulan. Gerombolan DI/TII juga
terjadi di daerah Kudus dan Magelang yang dilakukan oleh Batalion 426 yang bergabung
dengan DI/TII pada bulan Desember 1951. Untuk menumpas gerombolan ini pemerintah
melakukan “Operasi Merdeka Timur” yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Soeharto,
Komandan Brigade Pragolo. Pada awal tahun 1952 kekuatan Batalion pemberontak
tersebut dapat dihancurkan dan sisa-sisanya melarikan diri ke Jawa Barat
c DI/TII Kalimantan Selatan
Pemberontakan DI/TII di Kalimantan Selatan dipimpin oleh Ibnu Hajar yang
membentuk Kesatuan Rakyat Yang Tertindas (KRYT). Upaya penumpasan
pemberontakan ini pada mulanya dilakukan secara damai. Namun, mereka menolak
sehingga pemerintah Republik Indonesia bertindak tegas dengan melancarkan operasi
militer untuk menghancurkan pasukan Kesatuan Rakyat Yang Tertindas.
Akhir tahun 1954 Ibnu Hajar menyatakan gerakannya sebagai bagian dari Negara
Islam Indonesia yang dipimpin Kartosoewirjo. Ibnu Hajar diberi kedudukan sebagai
Panglima Tentara Islam Indonesia untuk wilayah Kalimantan.
Untuk menumpas pemberontakan ini pemerintah menempuh jalan damai melalui
musyawarah dan operasi militer. Awalnya pemerintah melakukan pendekatan kepada
Ibnu Hajar dengan diberi kesempatan untuk menyerah dan akan diterima menjadi
anggota TNI. Ibnu Hajar pun menyerah, tetapi setelah menerima peralatan militer dan
akan dilantik, ia melarikan diri dan melakukan pemberontakan lagi. Karena pendekatan
secara damai tidak dihiraukan oleh Ibnu Hajar, maka pemerintah pada akhir tahun 1959
terpaksa mengambil tindakan tegas melalui operasi militer. Gerakan perlawanan baru
berakhir pada bulan Juli 1963 dengan menyerahnya Ibnu Hajar beserta anak buahnya.
Pada bulan Maret 1965 pengadilan militer menjatuhkan hukuman mati terhadap Ibnu
Hajar.
d DI/TII Sulawesi Selatan
Pemberontakan DI/TII di Sulawesi Selatan dipimpin oleh Kahar Muzakar.
Pemberontakan itu terjadi akibat kekecewaannya atas beberapa hal berikut.
1) Keinginan Kahar Muzakar untuk menjadi pimpinan APRIS di Sulawesi Selatan ditolak
pusat.
2) Keinginan Kahar Muzakar agar seluruh laskar anggota Komando Gerilya Sulawesi
Selatan (KGGS) dimasukkan dalam APRIS dengan nama Brigade Hasanuddin juga
ditolak.
Pada bulan Januari 1952, Kahar Muzakar menyatakan Sulawesi Selatan sebagai
bagian dari NII Kartosoewiryo. Untuk menumpas pemberontakan ini, pemerintah
Republik Indonesia melancarkan operasi militer. Meskipun pemberontakan berlangsung
lama, Kahar Muzakar akhirnya dapat ditembak mati dalam operasi militer yang
dilancarkan satuan-satuan TNI pada bulan Februari 1965.
e DI/TII Aceh
Pada tanggal 20 September 1953, di Aceh timbul gerakan yang dipimpin oleh
Tengku Daud Beureuh. Penyebabnya adalah kekecewaan Tengku Daud Beureuh karena
status Aceh ditetapkan sebagai karesidenan, bukan lagi sebagai provinsi. Tengku Daud
Beureuh yang semula menjabat sebagai Gubernur Militer Daerah Istimewa Aceh, tentu
saja merasa tidak puas. Ia kemudian mengeluarkan maklumat pada tanggal 21
September 1953 yang menyatakan bahwa Aceh merupakan bagian dari Negara Islam
Indonesia di bawah pimpinan Imam Kartosoewirjo.
Gerakan itu segera meluas ke kota-kota di Aceh. Pemerintah Republik Indonesia
terpaksa menggunakan kekuatan senjata untuk menumpasnya. Pada bulan Desember
1962 diadakanlah Musyawarah Kerukunan Rakyat Aceh yang diadakan atas prakarsa
Kolonel M. Jasin, Pangdam I Iskandar Muda serta, didukung oleh tokoh-tokoh pemerintah
daerah dan rakyat. Melalui musyawarah tersebut upaya pemberontakan Daud Beureuh
dapat diredam.
Menggapai Cakrawala
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. A 6. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
2. A 7. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
3. A 8. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
4. A 9. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
5. A 10. a
a S a s
b S b s
c S c s
d s d s
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. a
Tugas Siswa
Lakukanlah sesuai dengan perintahnya !
B. Pergolakan Bersifat Daerah
Caruk maruk politik di Indonesia di awal pembentukan Indonesia sebagai NKRI memunculkan
pergolakan politik. Dampak yang paling nyata akibat dari caruk maruknya keadaan politik di Indonesia
masa itu adalah munculnya pergolakan di daerah-daerah. Ketidakadilan dalam pemerataan ekonomi
dan keinginan lepas dari NKRI menjadi alasan utama. Pergolakan yang ada di setiap daerah bersifat
kedaerahan yang berdiri sendiri dan tidak mempengaruhi daerah yang lain. Walaupun demikian,
pergolakan daerah apabila tidak segera dipadamkan akan menjadi ancaman besar bagi pemerintah
Indonesia.
1. Angkatan Perang Ratu Adil (APRA) di Jawa Barat
Pada bulan Januari 1950 di Jawa Barat muncul gerakan Angkatan Perang Ratu Adil (APRA)
yang dipimpin oleh Kapten Raymond Westerling mantan anggota tentara Kerajaan Belanda (KNIL).
Gerakan ini memanfaatkan kepercayaan rakyat akan datangnya Ratu Adil. Tujuan sebenarnya dari
gerakan APRA, antara lain menginginkan tetap berdirinya negara Pasundan dan menghendaki
APRA diakui sebagai tentara negara Pasundan. Hal tersebut jelas bertentangan dengan hasil
Konferensi Inter-Indonesia yang menyatakan bahwa angkatan perang nasional adalah APRIS.
Pada tanggal 23 Januari 1950, APRA yang bersenjata lengkap menyerbu kota Bandung dan
secara membabi buta membunuh anggota TNI yang dijumpai. Gerakan tersebut berhasil
menduduki Markas Divisi Siliwangi setelah membunuh hampir seluruh anggota regu jaga termasuk
Letnan Kolonel Lembong. Banyak penduduk yang menjadi korban. Tercatat ada 70 anggota TNI
yang menjadi korban tindakan Westerling.
Panglima Belanda yang ada di Bandung semula tidak melakukan tindakan apa-apa terhadap
tragedi tersebut meski hampir 1.000 anggotanya terlibat aksi teror. Pemerintah Indonesia
mendesak Komisaris Tinggi Belanda untuk menangkap Westerling. Komisaris Tinggi Belanda
akhirnya memerintahkan untuk menghalau pasukan Westerling tersebut keluar dari Kota Bandung.
Walaupun demikian, kenyataannya Belanda melindungi Westerling untuk pulang ke Negara
Belanda dengan selamat dan dilindungi oleh pemerintah Belanda.
Gerakan APRA juga diarahkan ke Jakarta. Westerling bekerja sama dengan Sultan Hamid II
yang menjadi menteri negara dalam Kabinet RIS. Mereka akan menyerang gedung tempat
berlangsungnya sidang kabinet dan merencanakan akan membunuh Menteri Pertahanan Sultan
Hamengkubuwono IX, Sekertaris Jenderal Kementerian Pertahanan Mr. Ali Budiardjo, dan Pejabat
Kepala Staf Angkatan Perang Kolonel T.B. Simatupang. Berkat kesigapan dari APRIS, usaha
APRA di Jakarta berhasil digagalkan. Pada tanggal 22 Februari 1950, Westerling berhasil
melarikan diri ke luar negeri dengan pesawat Catalina, sementara Sultan Hamid II berhasil
ditangkap pada tanggal 4 April 1950.
2. Pemberontakan Andi Azis di Makassar
Setelah terbentuknya negara RIS, pemerintah segera menggabungkan tentara KNIL dengan
TNI menjadi Angkatan Perang Republik Indonesia Serikat (APRIS). Namun, Andi Azis, mantan
Kapten KNIL, menentang kehadiran TNI di Makassar dan menginginkan agar Negara Indonesia
Timur (NIT) tetap berdiri, termasuk Makassar. Untuk mencapai tujuan tersebut, pada tanggal 5
April 1950 Andi Azis mengobarkan pemberontakan di Makassar dan berhasil menawan Letkol A.Y.
Mokoginta. Oleh karena itu, pemerintahan RIS segera turun tangan mengatasinya.
Pemerintah pusat pada tanggal 8 April 1950 mengeluarkan perintah bahwa dalam waktu 4 x
24 jam Andi Azis harus melaporkan diri ke Jakarta untuk mempertanggungjawabkan
perbuatannya. Kepada pasukan yang terlibat pemberontakan diperintahkan untuk menyerahkan
diri dan semua tawanan dilepaskan. Pada saat yang sama dikirim pasukan untuk melakukan
operasi militer ke Sulawesi Selatan yang dipimpin oleh Kolonel A.E. Kawilarang. Pada tanggal 15
April 1950 Andi Azis berangkat ke Jakarta setelah didesak oleh Presiden NIT, Sukawati. Namun,
Andi Azis dianggap terlambat melapor sehingga ia ditangkap dan diadili. Adapun pasukan APRIS
yang dipimpin oleh Mayor H. V Worang terus melakukan pendaratan di Sulawesi Selatan. Pada
tanggal 21 April 1950 pasukan ini berhasil menduduki Makassar tanpa perlawanan dari pasukan
pemberontak.
Pada tanggal 26 April 1950, pasukan ekspedisi yang dipimpin Kolonel A.E. Kawilarang
mendarat di Sulawesi Selatan. Keamanan yang tercipta di Sulawesi Selatan tidak berlangsung
lama karena keberadaan pasukan KL–KNIL yang sedang menunggu peralihan pasukan APRIS
keluar dari Makassar. Mereka melakukan provokasi dan memancing bentrokan dengan pasukan
APRIS. Pertempuran APRIS dengan Kl–KNIL terjadi pada 5 Agustus 1950. Kota Makassar pada
waktu itu berada dalam suasana peperangan. APRIS berhasil memukul mundur pasukan lawan.
Pasukan APRIS melakukan pengepungan terhadap tangsi-tangsi KNIL. Pada tanggal 8 Agustus
1950, pihak KL–KNIL meminta untuk berunding ketika menyadari bahwa kedudukannya sudah
sangat kritis. Perundingan dilakukan oleh Kolonel A.E Kawilarang dari pihak RI dan Mayor Jendral
Scheffelaar dari KL–KNIL. Hasilnya kedua belah pihak setuju untuk dihentikannya tembak
menembak dan dalam waktu dua hari pasukan KL–KNIL harus meninggalkan Makassar.
3. Pemberontakan Republik Maluku Selatan di Maluku
Pemberontakan Andi Azis di Sulawesi Selatan ternyata juga didukung oleh Dr. Ch. R.S.
Soumokil. Ketika itu, Soumokil menjabat sebagai Jaksa Agung Negara Bagian Indonesia Timur
(NIT). Setelah gagal di Sulawesi Selatan, ia memengaruhi para anggota KNIL agar membentuk
Republik Maluku Selatan (RMS). RMS memproklamasikan dirinya pada tanggal 25 April 1950.
Dirinya berusaha melepaskan wilayah Maluku Tengah dari NIT yang merupakan bagian dari RIS.
Untuk mempersiapkan usahanya tersebut, Soumokil bekerja sama dengan Ir. Manusama.
Hal ini tentu saja menjadi suatu ancaman terhadap RIS. Untuk mengatasi gerakan ini,
pemerintah RIS mencoba menempuh cara damai, yaitu dengan cara mengirim Dr. J. Leimena
untuk berunding mencari pemecahan masalah. Ternyata, pihak Soumokil menolak berunding.
Bahkan, mereka meminta dukungan kepada Belanda, Amerika Serikat, dan Komisi PBB untuk
melawan Indonesia.
Pada tanggal 14 Juli 1950, pasukan dari APRIS mulai mendarat di Maluku. Pimpinan
operasi tersebut adalah Kolonel A.E. Kawilarang. Dalam upaya memadamkan pemberontakan
RMS, APRIS harus kehilangan Letkol Slamet Riyadi. Pada bulan Desember 1950, seluruh Maluku
Tengah dapat dikuasai oleh APRIS. Para pemberontak melarikan diri ke Pulau Seram. Akhirnya,
Dr. Soumokil dapat ditangkap pada tanggal 2 Desember 1953. Kemudian dalam Mahkamah Militer
Luar Biasa dia dijatuhi hukuman pidana mati.
4. PRRI (Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia) di Sumatra
Gerakan-gerakan di daerah yang menentang kebijakan perimbangan ekonomi pusat dan
daerah muncul pertama kali di Sumatra Barat, yaitu dengan berdirinya Dewan Banteng yang
dipimpin oleh Letnan Kolonel Ahmad Husein. Gerakan ini menuntut otonomi daerah kepada
pemerintah pusat, serta pergantian Kabinet Djuanda. Menyusul Dewan Banteng, berdirilah
beberapa Dewan Militer di berbagai daerah, seperti Dewan Gajah (Medan) oleh Kolonel M.
Simbolon; Dewan Garuda (Palembang) oleh Kolonel Barlian; Dewan Lambung Mangkurat
(Kalimantan) oleh Kolonel M. Basri; Dewan Manguni (Menado) oleh Kolonel Ventje Samuel.
Pada tanggal 10 Februari 1958, Ketua Dewan Banteng, Ahmad Husein mengultimatum
pemerintah pusat agar dalam waktu 5 × 24 jam Kabinet Djuanda harus mengundurkan diri dan
Presiden diminta untuk kembali kepada kedudukan semula sebagai Presiden yang konstitusional.
Jika tidak maka Dewan Banteng memisahkan diri dari NKRI. Gerakan ini semakin mempertegas
sikapnya dengan mengumumkan berdirinya Pemerintah Revolusioner Republik Indonesia dibawah
pimpinan Perdana Menteri Sjafrudin Prawiranegara. Tindakan pemerintah dalam menghadapi
PRRI sebagai berikut.
a Pemerintah menindak oknum-oknum yang terlibat dalam pembentukan dewan daerah.
b Beberapa perwira TNI yang terlibat dipecat dengan tidak hormat, seperti Kolonel Zulkifli
Lubis, Dahlan Jambek, Ahmad Husein, dan Jamaludin Simbolon.
c Pemerintah melaksanakan beberapa operasi militer untuk menumpasnya
Untuk menumpas gerakan ini pemerintah RI melaksanakan beberapa operasi militer, seperti
Operasi Tegas (mengamankan Riau) dipimpin oleh Letkol Kaharudin Nasution; Operasi 17
Agustus (mengamankan Sumatra Barat) dipimpin oleh Kol. A Yani; Operasi Saptamarga
(mengamankan Sumatra Utara) dipimpin Brigjen Jatikusumo; Operasi Sadar (mengamankan
Sumatra Selatan) dipimpin oleh Letkol Ibnu Sutowo. Pada tanggal 29 Mei 1961, Ahmad Husein
berserta pasukannya menyerahkan diri dan pemberontakan PRRI pun berakhir.
5. Piagam Perjuangan Semesta (Permesta) di Sulawesi
Gerakan daerah yang berlatarbelakang perimbangan ekonomi pusat dan daerah akhirnya
meluas ke Sulawesi. Dewan Manguni yang dipimpin oleh Letkol Ventje Samuel mendukung PRRI
dan mengumumkan berdirinya Permesta pada tanggal 2 Maret 1957. Gerakan ini menuntut
dilaksanakannya Repelita dan pembagian pendapatan daerah secara adil (daerah surplus
mendapat 70% dari hasil ekspor).
Untuk menumpas gerakan ini pemerintah melaksanakan Operasi Merdeka, yang merupakan
operasi gabungan dan dipimpin oleh Letkol Rukminto Hendraningrat. Gerakan penumpasan
Permesta merupakan operasi yang sangat sulit karena medan pertempuran sangat cocok dengan
kondisi pemberontak, serta adanya indikasi keterlibatan pihak asing (AS), yaitu dengan
tertangkapnya pilot pesawat tempur Alan Pope (warga negara Amerika Serikat) yang berhasil
ditembak jatuh oleh pasukan TNI. Pada pertengahan tahun 1961 sisa sisa pemberontakan
Permesta menyerahkan diri dan memenuhi seruan pemerintah untuk kembali ke tengah tengah
masyarakat.
C. Pemberontakan G/30/S
Pasca pemilu 1955, PKI (Partai Komunis Indonesia) kembali menjadi salah satu partai terbesar
di Indonesia. Tokoh-tokoh muda PKI di tahun 1948 kembali lagi ke Indonesia untuk sekali lagi
membangun partainya. Aidit, Lukman, dan Nyoto bahu membahu untuk kembali ke dalam
pemerintahan Indonesia. PKI yang masuk lima besar pemenang pemilu membuat Aidit bisa masuk ke
dalam pemerintahan Presiden Soekarno.
Keluarnya Dekret Presiden 1959 membuka pintu lebar-lebar bagi PKI untuk dapat menguasai
kabinet Indonesia. Gagasan Presiden Soekarno tentang NASAKOM (Nasionalis Agama Komunis)
membuat PKI menjadi kekuatan politik besar di Indonesia. Kekuatan PKI menjadi lebih besar setelah
adanya perseteruan antara Indonesia-Malaysia. Keluarnya Dwikora menjadikan PKI sebagai partai
politik dengan kekuasaan besar di Indonesia. Namun, ada satu kekuatan besar yang bisa
menggagalkan cita-cita PKI pimpinan Aidit, yakni TNI terutama Angkatan Darat.
Perseteruan antara PKI dan TNI tentang gagasan pembentukan Angkatan Kelima. Untuk
menjalankan Dwikora, PKI beranggapan bahwa petani dan buruh harus dipersenjatai supaya dapat
mensabotase kekuatan Malaysia di perbatasan. Usulan dari PKI tersebut ditolak oleh TNI. TNI
beranggapan bahwa Indonesia tidak perlu membentuk Angkatan Kelima karena Indonesia tidak dalam
keadaan darurat perang sehingga kekuatan sipil belum diperlukan. Perseteruan antara PKI dan TNI
mencapai puncaknya setalah adanya aksi sepihak PKI untuk menculik dan membunuh para petinggi
TNI. Hari yang kelam tersebut terjadi pada tanggal 30 September 1965 yang kemudian dikenal
dengan G/30/S PKI.
1. Tahap Persiapan
PKI yang sudah mempunyai berbagai kedudukan di pemerintahan merasa tidak puas akan
perselisihannya dengan angkatan darat. Konfrontasi antara Angkatan Darat dengan PKI
bersumber akan penolakan Angkatan Darat (Ahmad Yani) terhadap kebijakan Presiden Soekarno
tentang rencana dibentuknya suatu angkatan kelima. Dengan dalih inilah PKI melakukan
kudetanya terhadap bangsa Indonesia.
Untuk dapat melakukan aksinya maka PKI melakukan berbagai persiapan, antara lain:
a Pada tahun 1954, PKI telah merumuskan Metode Kombinasi Tiga Bentuk Perjuangan
(MKTBP) yang mencakup unsur-unsur perjuangan gerilya di desa yang terdiri atas kaum
buruh dan tani; perjuangan revolusioner kaum buruh di kota-kota; mengadakan
penyusupan dan menanamkan paham komunis di kalangan lain, terutama ABRI.
b Pada akhir tahun 1963 PKI melakukan “Aksi Sepihak” terutama di Jawa, Bali, dan
Sumatra Utara.
c PKI mengajukan usul kepada pemerintah agar dibentuk Angkatan V (buruh dan petani
yang dipersenjatai) dengan alasan untuk persiapan “Ganyang Malaysia”. Padahal
sebetulnya untuk persiapan pemberontakan.
d PKI menghembuskan adanya “Dokumen Gilchrist” yang menunjukkan keterlibatan pihak
Barat yang akan mendukung gerakan penggulingan pemerintahan Presiden Soekarno
pada sekitar tahun 1965.
e PKI juga melempar desas-desus adanya “Dewan Jenderal” di tubuh angkatan darat.
Menurut PKI, “Dewan Jenderal” ini akan mengambil alih kekuasaan secara paksa dengan
bantuan Amerika Serikat.
f PKI memberi latihan kemiliteran kepada Sukwan-Sukwati, Pemuda Rakyat, dan Gerakan
Wanita Indonesia (Gerwani) di sekitar Lubang Buaya Halim Perdana Kusumah dengan
dalih persiapan “Ganyang Malaysia”.
2. Hari Pelaksanaan
Setelah persiapan dan keadaan yang sudah memadai, maka pada tanggal 30 September
1965 malam rencana untuk menculik para Jenderal dimulai. Gerakan 30 September 1965 dipimpin
oleh Letnan Kolonel untung, Komandan Batalion I Resimen Cakrabirawa atau pasukan pengawal
Presiden. Sesuai dengan strategi dan rencana yang telah ditetapkan, pasukan pendukung G-30-
S/PKI dibagi dalam tiga kelompok tugas, yaitu Komando Penculikan dan Penyergapan (Pasopati)
dipimpin oleh Letnan Satu Dul Arif; Komando Penguasaan Kota (Bima Sakti) dipimpin oleh Kapten
Suradi; Komando Basis Gerakan (Gatotkaca) dipimpin oleh Mayor (Udara) Gatot Sukresno.
Adapun pasukan pendukung G-30-S/PKI terdiri atas Yon 454/Para Divisi Diponegoro, Yon
530/Para Divisi Brawijaya, PGT–AURI, Brigif I Kodam Jaya, Sukwan-Sukwati, Pemuda Rakyat, dan
Gerakan Wanita Indonesia (Gerwani).
Pergerakan pasukan pemberontak dimulai pada dini hari, tanggal 1 Oktober dengan
menculik dan membunuh enam perwira tinggi dan seorang perwira muda angkatan darat. Mereka
yang diculik dibunuh di Desa Lubang Buaya sebelah selatan Pangkalan Udara Halim Perdana
Kusumah oleh anggota-anggota Pemuda Rakyat, Gerwani, dan ormas PKI yang lain. Keenam
jenderal yang dibunuh itu adalah Letnan Jendral Ahmad Yani, Mayor Jendral R. Suprapto, Mayor
Jendral M.T. Haryono, Mayor Jendral S. Parman, Brigadir DI Panjaitan, Brigadir Jendral Soetoyo
Siswomiharjo.
Jenderal A.H. Nasution yang menjadi sasaran utama penculikan berhasil meloloskan diri.
Akan tetapi, putri beliau, Ade Irma Suryani, tewas akibat tembakan penculik. Sementara itu,
ajudannya Letnan Satu Piere Tendean dan Brigadir Polisi Karel Satsuit Tubun, pengawal rumah
Waperdam II Dr. J. Leimena tewas dan menjadi sasaran penculikan.
Sementara itu, Gerakan 30 September juga berhasil menguasai dua sarana telekomunikasi,
yakni studio RRI di Jalan Merdeka Barat dan Kantor Telekomunikasi yang terletak di Jalan
Merdeka Selatan. Melalui RRI, PKI menyiarkan pengumuman tentang Gerakan 30 September
yang ditujukan kepada para perwira tinggi anggota “Dewan Jenderal” yang akan mengadakan
kudeta terhadap pemerintah. Diumumkan pula terbentuknya “Dewan Revolusi” yang diketuai oleh
Letkol Untung Sutopo.
PKI kemudian membentuk Dewan Revolusi dan dinyatakan pula bahwa Dewan Revolusi
merupakan sumber kekuasaan dalam negara RI. Dewan Revolusi diketuai oleh Letkol Untung
Sutopo dan wakilnya Brigjen Supardjo. Pembentukan Dewan Revolusi di Jakarta diikuti juga
pembentukan Dewan Revolusi di daerah-daerah, seperti di Yogyakarta. Dewan Revolusi daerah di
Yogyakarta dipimpin oleh Mayor Mulyono. Seperti halnya di Jakarta, di Yogyakarta juga terjadi
penculikan dan pembunuhan para perwira TNI AD. Gerakan penculikan ini dipimpin oleh Peltu
Sumardi. Para perwira TNI AD yang menjadi korban Dewan Revolusi di Yogyakarta, yaitu Kolonel
Katamso Dharmokusumo (Komandan Korem 072 Yogyakarta) dan Letkol Sugiyono Mangunwiyoto
(Kepala Staf Korem 072 Yogyakarta).
3. Penumpasan PKI
Mayor Jenderal Soeharto selaku Panglima Komando Strategis Angkatan Darat (KOSTRAD)
mengambil alih komando angkatan darat karena belum adanya kepastian mengenai keadaan
Letnan Jenderal Ahmad Yani yang menjabat Menteri Panglima Angkatan Darat. Dengan
menghimpun pasukan lain termasuk Divisi Siliwangi dan Resimen Para Komando Angkatan Darat
(RPKAD) di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edi Wibowo, Panglima Kostrad mulai memimpin
operasi penumpasan terhadap Gerakan 30 September.
Setelah berhasil menghimpun pasukan yang setia kepada pemerintah, operasi penumpasan
G-30-S/PKI segera dilakukan. Studio RRI pusat dan Gedung Telkom dapat direbut kembali.
Operasi selanjutnya diarahkan ke wilayah di sekitar Pangkalan Udara Halim Perdana Kusuma.
Kawasan tersebut dapat dikuasai pasukan yang dipimpin oleh Kolonel Sarwo Edhi Wibowo pada
tanggal 2 Oktober 1965.
Dari bukti-bukti yang telah dikumpulkan ABRI dan masyarakat menyimpulkan bahwa dibalik
Gerakan 30 September ini adalah PKI. Dimulailah operasi pengejaran terhadap anggota PKI ini.
a. Operasi Merapi di Jawa Tengah oleh RPKAD di bawah pimpinan Kolonel Sarwo Edhie
Wibowo.
b. Operasi Trisula di Blitar Selatan dipimpin Kolonel Muh. Yasin dan Kolonel Wetermin
Merasa tidak ada dukungan dari masyarakat dan anggota angkatan bersenjata lainnya, para
pemimpin dan tokoh pendukung G-30-S/PKI termasuk pemimpin PKI D.N. Aidit melarikan diri.
Pada operasi di Tegal, Letkol Untung berhasil di tangkap, sementara D.N. Aidit tertembak mati di
daerah Boyolali. Para tokoh PKI yang tertangkap diadili dan ada yang dihukum mati.Atas petunjuk
Sukitman (seorang polisi), diketahui bahwa perwira-perwira angkatan darat yang diculik dan
dibunuh telah dikuburkan/ditanam di Lubang Buaya. Pada tanggal 3 Oktober 1965, ditemukan
kuburan para jenderal itu. Pengambilan jenazah dilakukan pada tanggal 4 Oktober 1965 oleh
RPKAD dan Marinir.
Menggapai Cakrawala
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. A 6. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
2. A 7. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
3. A 8. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
4. A 9. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
5. A 10. a
a S a s
b S b s
c S c s
d s d s
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. a
Tugas Siswa
Lakukanlah sesuai dengan perintahnya !
Glosarium
Angkatan Kelima : angkatan bersenjata yg terdiri dr rakyat, di samping empat angkatan yg sudah ada,
yaitu angkatan darat, laut, udara, dan kepolisian (dalam paham komunisme)
Divisi : satuan militer yg besar (jumlahnya sampai puluhan ribu) yg biasanya lengkap dng
peralatannya, dipimpin oleh perwira tinggi (biasanya mayor jenderal.
Opersi Militer : tindakan atau gerakan militer.
Cakrawala Kepribadian Bangsa
Kehidupan berbangsa dan bernegara tidak akan bisa dilepaskan tentang masalah keadilan
sosial. Perasaan tidak adanya ketidakadilan membuat seseorang atau kelompok berusaha untuk mencari
keadilan tersebut, bahkan terkadang sampai melakukan tindakan sporadis seperti memberontak.
Mungkin tindakan tersebut dianggap benar, namun sebenarnya tindakan tersebut merugikan bagi dirinya
sendiri dan orang lain. Apbila kita mau mencari keadilan lakukan dengan cara santun dan sesuai dengan
hukum yang berlaku, jangan sampai tindakan kita justru membuat orang lain menjadi rugi.
Uji Kompetensi
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!
1. A 11. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
2. A 12. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
3. A 13. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
4. A 14. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
5. A 15. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
6. A 16. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
7. A 17. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
8. A 18. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
9. A 19. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
10. A 20. a
a S a s
b S b s
c S c s
d s d s
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A
7. A
8. A
9. A
10. a
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. S
2. S
3. S
4. S
5. s
Perbaikan
1. S
2. S
3. S
4. S
5. S
Cakrawala Ilmu
Lubang Buaya
Lubang Buaya adalah sebuah tempat di kawasan Pondok Gede, Jakarta yang menjadi tempat
pembuangan para korban Gerakan 30 September pada 30 September 1965. Secara spesifik, sumur
Lubang Buaya terletak di Kelurahan Lubang Buaya di Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur. Pada saat
terjadinya G30S, Lubang Buaya merupakan pusat pelatihan milik Partai Komunis Indonesia. Saat ini di
tempat tersebut berdiri Lapangan Peringatan Lubang Buaya yang berisi Monumen Pancasila, sebuah
museum diorama, sumur tempat para korban dibuang, serta sebuah ruangan berisi relik.
Ulangan Tengah Semester
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!
1. A d s
a S 7. A
b S a S
c S b S
d s c S
2. A d s
a S 8. A
b S a S
c S b S
d s c S
3. A d s
a S 9. A
b S a S
c S b S
d s c S
4. A d s
a S 10. A
b S a S
c S b S
d s c S
5. A d s
a S 11. A
b S a S
c S b S
d s c S
6. A d s
a S 12. A
b S a S
c S b S
c S d s
d s 17. A
13. A a S
a S b S
b S c S
c S d s
d s 18. A
14. A a S
a S b S
b S c S
c S d s
d s 19. A
15. A a S
a S b S
b S c S
c S d s
d s 20. a
16. A a s
a S b s
b S c s
c S d s
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A
7. A
8. A
9. A
10. a
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. S
2. S
3. S
4. S
5. S
Bab 6
Akhir Masa Kekuasaan Presiden Soeharto
Dan Awal Masa Reformasi
Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan pemerintahan dan kerja sama internasional.
Kompetensi Dasar
7.1 Menjelaskan berakhirnya masa Orde Baru dan lahirnya reformasi.
Presiden Soeharto memimpin Indonesia selama 32 tahun. Dalam kepemimpinannya Indonesia
memasuki masa yang disebut dengan masa Orde Baru. Sedangkan, masa Orde
Lama adalah masa dimana Presiden Soekarno memimpin Indonesia. Saat Gbr. Pidato
Soeharto dilantik sebagai Presiden Indonesia ke-2, dirinya berjanjia akan
mundurnya
menjalankan pemerintahannya sesuai dengan nilai-nilai pancasila. Janji-janji
tersebut ternyata dalam perjalannya melenceng jauh. Penegakan hukum yang Soeharto
tebang pilih, utang luar negeri yang menumpuk, dan tidak ada kritik untuk
pemerintah membuat pemerintahan Soeharto seakan-akan otoriter. Pada saat Indonesia dilanda krisi
ekonomi global, tahun 1997 Indonesia kesulitan untuk dapat mengatasi krisi tersebut. Dampak dari krisis
tersebut ternyata meluas keberbagai bidang sehingga memunculkan krisis kepercayaan kepada
pemerintah Soeharto. Desakan untuk mundur membuat Presiden Soeharto meletakkan jabatannya dan
digantikan oleh wakilnya (B.J. Habibie). Mundurnya Presiden Soeharto menandakan Indonesia
memasukan era baru, yakni Era Reformasi.
Ringkasan Materi
A. Indonesia Masa Orde Baru
Orde baru adalah masa pemerintahan yang baru menggantikan masa orde lama. Orde lama
yang kental dengan komunis diganti oleh sistem pemerintahan yang baru. Sistem pemerintahan orde
lama yang lebih dikenal dengan sebutan sistem demokrasi terpimpin diubah oleh pemerintahan orde
baru menjadi demokrasi pancasila. Demokrasi pancasila adalah demokrasi yang akan dijalankan
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung di dalam pancasila. Berbagai kebijakan yang diambil oleh
pemerintahan orde baru tidak boleh bertentangan dengan nilai-nilai pancasila.
1. Lahirnya Pemerintahan Orde Baru
Aksi sepihak yang dilakukan oleh PKI dengan menculik dan membunuh para jenderal
angkatan darat membuat rakyat marah besar. Rakyat Indonesia mendesak kepada Presiden
Soekarno untuk segara menyelsaikan masalah PKI. Tindakan yang diambil oleh pemerintah
Presiden Soekarno dianggap terlalu lamban sehingga elemen rakyat dan mahasiswa melakukan
demontarsi turun ke jalan.
Mahasiswa melakukan demonstrasi besar-besaran turun ke jalan untuk melakukan
demontrasi. Elemen Mahasiswa tersebut antara lain: KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia),
KAPPI (Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia), KAGI (Kesatuan Aksi Guru Indonesia), KAWI
(Kesatuan Aksi Wanita Indonesia), KASI (Kesatuan Aksi Sarjana Indonesia), KABI (Kesatuan Aksi
Buruh Indonesia). Pada tanggal 26 Oktober 1966, berbagai kesatuan aksi tersebut bersatu dalam
barisan Front Pancasila. Pada tanggal 12 Januari 1965, aksi mahasiswa mengeluarkan tiga
tuntutan rakyat yang dikenal dengan Tritura. Isi dari tritura antara lain sebagai berikut.
a Bubarkan PKI dan ormas-ormasnya.
b Bersihkan Kabinet Dwikora dari unsur-unsur G-30-S/PKI.
c Turunkan harga/perbaikan ekonomi
Keadaan kota Jakarta yang memanas makin membara setelah Menlu Subandrio berupaya
membentuk Barisan Soekarno yang diduga akan beranggotakan dari ormas PKI. Subandrio
berdalih pembentukan Barisan Soekarno untuk melindungi kewibawaan Presiden Soekarno yang
mulai turun akibat dihujat mahasiswa. Namun, keinginan Subandrio itu dapat digagalkan ABRI
dengan alasan berpotensi menimbulkan gejolak dan permusuhan dengan mahasiswa.
Desakan yang begitu besar dari rakyat Indonesia dan mahasiswa membuat Presiden
Soekarno mencoba untuk mengganti kebinetnya. Kabinet Dwikora yang disempurnakan menjadi
pilihan utama Presiden Soekarno untuk mengganti Kabinet Dwikora. Kabinet tersebut kemudian
mendapat julukan “Kabinet Seratus Menteri”. Kebijakan pemerintah tersebut ternyata tidak
membuat senang rakyat. Gelombang demonstrasi semakin hebat. Ketika melakukan aksi-aksi
demonstrasi tersebut, seorang mahasiswa gugur yang bernama Arif Rahman Hakim, yang
kemudian diangkat menjadi Pahlawan Ampera.
Pada tanggal 11 Maret 1966, Kabinet Dwikora melakukan sidang di Istana Negara. Sidang
mengalami kegagalan karena adanya isu akan adanya serangan pasukan liar ke Istana Negara.
Presiden meninggalkan Istana Negara menuju ke Istana Bogor. Pada sore harinya, Mayjen Basuki
Rahmat, Brigjen Amir Mahmud, dan Brigjen M. Yusuf atas izin Menpangad, Letjen Soeharto,
menghadap Presiden di Istana Bogor. Ketiga perwira ini menyarankan agar Presiden memberikan
wewenang kepada Letjen Soeharto untuk mengambil langkah-langkah pengamanan dan
penertiban umum. Berdasarkan hasil diskusi, Presiden Soekarno akhirnya mengeluarkan surat
perintah kepada Men/Pangad, Letjen Soeharto untuk mengatasi segala keadaan. Surat itulah yang
dikenal dengan nama Surat Perintah Sebelas Maret (Supersemar). Isi dari Supersemar adalah
menunjuk Letjen Soeharto untuk mengambil segala tindakan yang dianggap perlu untuk
terciptanya keamanan, dan kestabilan jalannya pemerintah RI dan Revolusi Indonesia.
Setelah mendapat surat perintah dari Presiden, Letjen Soeharto segera menindaklanjuti
surat tersebut. Hal yang dilakukan pertama kali adalah memenuhi Tritura. Untuk meningkatkan
kewibawaan pemerintah dan stabilitas keamanan, dilancarkan operasi konsolidasi dan rehabilitasi
teritorial serta pemerintahan sipil. Tokoh-tokoh PKI mulai ditangkapi lembaga pemerintahan mulai
dibersihkan, jabatan yang kosong karena dijabat oleh tokoh PKI segera diisi dengan yang tidak
terlibat dengan PKI.
Setelah Lembaga Pemerintahan eksekutif, yudikatif, dan legislatif sudah dibersihkan,
selanjutnya adalah pemurnian pelaksanaan UUD ’45. MPRS yang sudah Bersih dari unsur PKI
melakukan sidang tanggal 20 Juni–5 Juli 1966 yang menghasilkan keputusan sebagai berikut.
a Tap. MPRS No. IX/MPRS Tahun 1966 tentang Pengukuhan Supersemar.
b Tap. MPRS No. X/MPRS Tahun 1966 tentang Pengaturan Lembaga-Lembaga Negara.
c Tap. MPRS No. XII/MPRS Tahun 1966 tentang Kebijaksanaan Politik Luar Negeri.
d Tap. MPRS No. XIII/MPRS Tahun 1966 tentang Pembentukan Kabinet Ampera.
e Tap. MPRS No. XIX/MPRS Tahun 1966 tentang Peninjauan kembali Tap. MPRS yang
bertentangan dengan UUD ’45.
f Tap. MPRS No. XX/MPRS Tahun 1966 tentang Tata Urutan Perundang-undangan di
Indonesia.
g Tap. MPRS No. XXV/MPRS Tahun 1966 tentang Pembubaran PKI dan Ormasnya, dan
Menyatakan PKI dan Ormasnya sebagai Organisasi Terlarang.
Dalam situasi politik dan ekonomi yang masih kacau, MPRS mengadakan sidang istimewa
pada bulan Juni 1966 untuk meminta pertanggungjawaban Presiden Soekarno. Presiden Soekarno
menyampaikan pidato pertanggungjawabannya pada tanggal 22 Juni 1966. Pidato Presiden
Soekarno itu diberi judul “Nawaksara” (“nawa” artinya sembilan, “aksara” artinya pasal). Sidang
MPRS ternyata tidak dapat menerima isi pidato Nawaksara itu. Begitu juga ketika laporan itu
diperbaiki dan dilengkapi (Pel-Nawaksara). Hal itu disebabkan Presiden Soekarno tidak
menjelaskan kebijakan yang telah diambil berkaitan peristiwa G-30-S/PKI beserta epilognya.
Pada tanggal 25 Juli 1966, Presiden Soekarno membubarkan Kabinet Dwikora yang
disempurnakan. Selanjutnya, sesuai Tap. MPRS No. III/MPRS/1966, Presiden menugaskan Letjen
Soeharto sebagai pengemban Supersemar untuk membentuk Kabinet Ampera. Jadi, Kabinet
Ampera tetap dipimpin oleh Presiden Soekarno, tetapi pelaksanaannya dilakukan oleh Presidium
Kabinet yang dipimpin Letjen Soeharto. Akibat dualisme kepemimpinan, Kabinet Ampera tidak
maksimal dalam menjalankan tugas.
Sementara itu, DPR-GR dalam resolusi dan memorandumnya pada tanggal 9 Februari 1967
menolak Nawaksara beserta pelengkapnya sebagai suatu pertanggungjawaban Presiden.
Berdasarkan hal tersebut, DPR-GR mengusulkan kepada MPRS untuk mengadakan sidang
istimewa. Pimpinan MPRS pun menyetujui mengagendakan pelaksanaan sidang istimewa pada
bulan Maret 1967. Hasilnya Tap. MPRS No. XXXIII/MPRS Tahun 1967 tentang pencabutan
Soekarno dari jabatan Presiden, kemudian Tap. MPRS No. XLVI/MPRS Tahun 1967 tentang
pengangkatan Soeharto menjadi Presiden RI. Dengan ketetapan tersebut terjadilah pergantian
pemimpin Presiden/Mandataris MPR secara konstitusional. Dengan diangkatnya Soeharto menjadi
Presiden RI, Indonesia memasuki masa Orde Baru.
2. Kebijakan-Kebijakan Pada Masa Orde Baru
Perubahan masa atau orde dari orde lama ke orde baru membuat semua kebijakan yang
diambil juga mengalami perubahan. Perubahan yang paling mencolok adalah perubahan arah
pandangan ideology. Pada masa orde lama, Indonesia lebih condong ke arah Uni Soviet, namun
pada masa orde baru Indonesia lebih cenderung condong ke Blok Barat.
a Bidang Politik
Di dalam bidang politik, pemerintahan orde baru membuat kebijakan-kebijakan,
antara lain:
1) Penyederhanaan partai politik
Pada tahun 1971, pemerintah Indonesia melakukan kebijakan penyederhanaan
partai politik. Kebijakan tersebut dibuat bertujuan untuk menjaga kestabilan politik di
Indonesia. Memasuki tahun 1973, parpol-parpol melakukan fusi. Kelompok Persatuan
Pembangunan sejak 5 Januari 1973 berganti nama menjadi Partai Persatuan
Pembangunan (PPP). Kelompok demokrasi pembangunan pada tanggal 10 Januari
1973 berganti nama menjadi Partai Demokrasi Indonesia (PDI).
Penyederhanaan partai politik kemudian diundang-undangka., UU No.3 Tahun
1975 adalah undang-undang yang mengatur mengenai penyederhanaan jumlah partai
sehingga ditetapkan hanya tiga peserta yang dapat mengikuti pemilu yakni PPP, PDI,
dan Golkar. Pada tahun 1977, pemilu diikuti oleh tiga partai politik yang masing –
masing menghasilkan 232 kursi untuk Golkar, 99 kursi untuk PPP, dan 29 kursi untuk
PDI. Pelaksanaan Pemilu ketiga pada tanggal 4 Mei 1982. Hasilnya, perolehan suara
Golkar secara nasional meningkat. Bahkan sejak Pemilu 1982 sampai dengan Pemilu
1997 suara Golkar selalu mendominasi.
2) Memasukkan ABRI ke kancah politik
Upaya lain ditempuh oleh Orba untuk menciptakan stabilitas politik adalah
dengan menempatkan peran ganda ABRI atau yang dikenal dengan Dwifungsi ABRI.
Peran ganda yang dimaksud adalah peran hankam dan sosial. Dalam kenyataannya,
peran ABRI ini digunakan sebagai tameng pemerintahan dari semua kritikkan
masyarakat.
3) Membubarkan MPRS dan diganti dengan MPR
Pada pemilu tahun 1971, merupakan pemilu terakhir yang dapat diikuti oleh
banyak partai politik. Pada pemilu 1971 diikuti oleh 58.558.776 pemilih untuk memilih
460 orang anggota DPR. Dari 460 orang anggota DPR tersebut, 360 orang anggota
dipilih dan 100 orang diangkat. Pemilu 1971 diikuti oleh sepuluh organisasi peserta
pemilu, yaitu Golongan Karya (236 kursi), Partai Nahdlatul Ulama (58 kursi), Partai
Muslimin Indonesia (24 kusi), Partai Nasional Indonesia (20 kursi), Partai Kristen
Indonesia (7 kursi), Partai Katolik (3 kursi), Partai Islam Perti (2 kursi), Partai Murba
dan Partai IPKI (tak satu kursi pun).
Berdasarkan hasil Pemilu 1971 maka untuk pertama kali RI mempunyai MPR
tetap, yakni bukan MPRS. Pimpinan MPR dan DPR hasil Pemilu 1971 adalah Idham
Chalid. Selanjutnya MPR ini mengadakan sidang pada bulan Maret 1973 yang
menghasilkan beberapa keputusan di antaranya sebagai berikut.
a) Tap. MPR No. IV /MPR /1973 tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara
sebagai pengganti Manipol.
b) Tap. MPR No. IX /MPR /1973 tentang Pemilihan Jenderal Soeharto sebagai
Presiden RI.
c) Tap. MPR No. XI /MPR /1973 tentang Pemilihan Sri Sultan Hamengkubuwono
IX sebagai Wakil Presiden RI.
4) Diterimanya Timor Timur sebagai bagian dari NKRI
Timor Timur merupakan sebuah wilayah bekas koloni portugis yang dianeksasi
oleh militer Indonesia menjadi sebuah provinsi yang pernah menjadi bagian Indonesia
antara 17 Juli 1976 sampai 19 Oktober 1999. Kala itu provinsi ini merupakan provinsi
Indonesia yang ke-27. Timor Timur berintegrasi dengan wilayah Negara Kesatuan
Republik Indonesia setelah dijajah selama 450 tahun oleh Portugal. Wilayah provinsi
ini meliputi bagian timur Pulau Timor, Pulau Kambing atau Atauro, Pulau Jaco, dan
sebuah eksklave di Timor Barat yang dikelilingi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur.
b Bidang Ekonomi
Krisis ekonomi yang melanda Indonesia dari tahun 1955, membuat rakyat
Indonesia hidup dalam penderitaan. Kelaparan dan kemiskinan terjadi dimana – mana.
Hal itulah yang menjadi tantangan bagi pemerintah Indonesia yang baru, agar dapat
mengurangi krisis ekonomi yang semakin memprihatinkan. Untuk dapat mengatasi krisis
ekonomi yang melanda Indonesia maka melalui Ketetapan No. XXIII/MPRS/1966,
Presiden Soeharto mengeluarkan kebijakan – kebijakan perekonomian antara lain :
1) Dikeluarkannya beberapa peraturan pada tanggal 3 Oktober 1966 yang mengatur
tentang:
a) Menerapkan anggaran belanja berimbang.
b) Menerapkan kebijakan untuk mengekang proses ekspansi kredit bagi usaha-
usaha sektor produktif.
c) Menerapkan kebijakan penundaan pembayaran utang luar negeri
(rescheduling).
d) Menerapkan kebijakan penanaman modal asing untuk membuka kesempatan
bagi investor luar negeri untuk turut serta dalam pasar dan perekonomian
Indonesia.
2) Dikeluarkannya Peraturan 10 Februari 1967 tentang persoalan harga dan tariff.
3) Dikeluarkannya Peraturan 28 Juli 1967 untuk memberikan stimulasi kepada
pengusaha agar mau menyerahkan sebagian dari hasil usahanya untuk pajak dan
ekspor Indonesia.
4) Menerapkan Undang-Undang No. 1 Tahun 1967 tentang Penanaman Modal asing.
5) Mengesahkan dan menerapkan RUU APBN 1968.
6) Presiden Soeharto juga menerapkan kebijakan ekonomi dengan mengandalkan dana
utangan dari luar negeri. Untuk itu, Indonesia bergabung ke dalam institusi ekonomi
internasional, seperti Internasional Bank for Reconstruction and Development (IBRD),
Internasional Monetary Fund (IMF), Internasional Development Agency (IDA), dan
Asian Development Bank (ADB).
Kebijakan-kebijakan dalam bidang ekonomi di masa orde baru merupakan buah
pemikiran dari beberapa pakar ahli di bidang ekonomi. emerintah Orde Baru membentuk
Tim Ahli Ekonomi yang beranggota Prof. Dr. Widjojo Nitisastro, Prof. Dr. Ali Wardhana,
Prof. Dr. Moh. Sadli, Prof. Dr. Soemitro Djojohadikusumo, Prof. Dr. Subroto, Dr. Emil
Salim, Drs. Frans Seda, dan Drs. Radius Prawiro. Mereka adalah ekonom lulusan
perguruan tinggi Amerika Serikat (Berkeley). Mereka pun dikenal sebagai “Mafia
Berkeley” untuk memperbaiki ekonomi.
Pembangunan nasional yang diupayakan pada masa Orde Baru direali-sasikan
melalui Pembangunan Jangka Pendek dan Pembangunan Jangka Panjang.
Pembangunan Jangka Pendek dirancang melalui Pembangunan Lima Tahun (pelita).
Setiap pelita memiliki misi pembangunan dalam rangka mencapai tingkat kesejahteraan
bangsa Indonesia. Untuk mewujudkan tujuan nasional tersebut, MPR telah menetapkan
Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN) sejak tahun 1973.
Pelaksanaan pembangunan Orde Baru bertumpu kepada program yang dikenal
dengan sebutan Trilogi Pembangunan yang meliputi:
1) pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya menuju kepada terciptanya keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
2) pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi.
3) stabilitas nasional yang sehat dan dinamis.
Pelaksanaan Pola Umum Pembangunan Jangka Panjang (25–30 tahun) dilakukan
Orde Baru secara periodik lima tahunan yang disebut pelita (Pembangunan Lima Tahun).
Pembangunan yang dimaksud meliputi:
1) Pelita I (1 April 1969–31 Maret 1974) dengan menekankan pembangunan bidang
pertanian.
2) Pelita II (1 April 1974–31 Maret 1979) dengan menekankan ketersediaan pangan,
sandang, perumahan, sarana dan prasarana, menyejahterakan rakyat, dan
memperluas kesempatan kerja.
3) Pelita III (1 April 1979–31 Maret 1984) dengan menekankan pada Trilogi
Pembangunan.
4) Pelita IV (1 April 1984–31 Maret 1989) dengan menitikberatkan sektor pertanian
menuju swasembada pangan dan meningkatkan industri yang dapat menghasilkan
mesin industri sendiri.
5) Pelita V ( 1 April 1989–31 Maret 1994); menitikberatkan pada sektor pertanian dan
industri.
6) Pelita VI (1 April 1994–31 Maret 1999); masih menitikberatkan pembangunan pada
sektor ekonomi yang berkaitan dengan industri dan pertanian serta pembangunan dan
peningkatan kualitas sumber daya manusia sebagai pendukungnya.
c Bidang Hukum
Hukum merupakan dasar untuk menegakkan nilai-nilai kemanusian. Berbagai
perbaikan di bidang hukum telah dilakukan dan diarahkan menurut petunjuk UUD 1945.
Sebagai contoh, telah ditetapkan Undang-undang tentang KUHAP, Undang-undang
tentang Hak Cipta, Paten, dan Merek, dan UU Kompilasi Hukum Islam. Agar hukum
dapat dijalankan berdasarkan peraturan-peraturan yang berlaku, dilakukan penyuluhan
hukum kepada masyarakat luas maupun kepada aparat pemerintah. Perbaikan aparatur
hukum terus-menerus dilakukan meskipun belum mencapai hasil yang optimal dan belum
sepenuhnya dapat memenuhi tuntutan keadilan masyarakat.
d Bidang Agama
Agama mempunyai peran yang sangat penting terhadap pembentukan moral
manusia Indonesia sebagai dasar membentuk manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu,
dukungan prasarana dan sarana peribadatan yang memadai memang diperlukan dalam
upaya menjalankan kehidupan ibadah yang tenteram dan damai. Sejak awal PJP I
sampai dengan tahun 1995/1996 telah dibangun masjid, gereja Kristen Protestan, gereja
Katolik, pura, dan wihara oleh berbagai kalangan, baik pemerintah maupun masyarakat
masing-masing sebanyak 6003 ribu masjid, 31 ribu gereja Protestan, 14 ribu gereja
Katolik, 23,7 ribu pura, dan 4 ribu wihara. Walaupun terkadang dapat timbul ketegangan,
secara umum dapat dikatakan bahwa selama ini telah berhasil diciptakan suasana
kehidupan antaragama yang rukun sehingga para pemeluk agama dapat menjalankan
ibadahnya dengan tenteram serta memperkuat persatuan dan kesatuan bangsa.
e Pendidikan dan Iptek
Pembangunan nasional tidak saja menghasilkan pertumbuhan ekonomi yang
pesat, tetapi juga menghasilkan kesejahteraan rakyat yang makin meningkat dan makin
merata. Kebutuhan pokok rakyat telah tersedia secara meluas dengan harga yang
mantap dan dalam jangkauan rakyat banyak. Dalam PJP I tersebut, kualitas hidup dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia mengalami peningkatan yang sangat berarti. Pada
awal PJP I, angka harapan hidup baru mencapai rata-rata 45,7 tahun dan telah
meningkat menjadi 63,5 tahun pada tahun 1995/96. Keberhasilan program-program
pendidikan masa Orde Baru ditunjukkan dengan menurunnya jumlah penduduk usia 10
tahun ke atas yang buta aksara dari 39,1 persen pada tahun 1971 menjadi 12,7 persen
pada tahun 1995.
Ilmu pengetahuan dan teknologi merupakan salah satu dasar utama untuk
meningkatkan produktivitas. Berbagai upaya peningkatan teknologi terutama di bidang
pertanian dan kesehatan selama PJP I dan dua tahun pertama Repelita VI sama-sama
telah membuahkan hasil. Keberhasilan lain yang dapat dicatat adalah meningkatnya
kemampuan rekayasa dan rancang bangun dalam industri manufaktur, mulai dari industri
dengan teknologi sederhana sampai industri canggih seperti pesawat terbang.
f Aparatur Negara
Dalam upaya menciptakan efisiensi dan efektivitas pembangunan, kualitas, dan
kuantitas aparatur negara terus ditingkatkan. Dalam kaitan ini juga dilakukan penataan
organisasi departemen dan lembaga nondepartemen. Peningkatan kemampuan kegiatan
penerangan, komunikasi, dan media massa (televisi radio, majalah, dan surat kabar)
telah meningkatkan kesejahteraan dan kecerdasan bangsa.
g Hubungan Luar Negeri
Hubungan luar negeri yang sempat renggang di masa orde lama dicoba untuk
diperbaiki pada masa orde baru. Hubungan luar negeri tersebut antara lain sebagai
berikut.
1) Kembali Menjadi Anggota PBB
Indonesia untuk pertama kalinya menjadi anggota PBB ke-60 pada tanggal 28
September 1950. Namun, pada tanggal 1 Januari 1965 keluar dari keanggotaan PBB.
Ketika berlangsungnya pemerintahan Orde Baru, atas dukungan DPR-GR Indonesia
kembali aktif di PBB pada tanggal 28 September 1966.
2) Pemulihan Hubungan Diplomatik dengan Singapura
Indonesia memulihkan hubungan diplomatik dengan Singapura melalui
perantaraan Habibur Rachman (Dubes Pakistan untuk Myanmar). Pemerintah
Indonesia menyampaikan nota pengakuan terhadap Republik Singapura pada tanggal
2 Juni 1966 yang diterima Perdana Menteri Lee Kuan Yew. Pemerintah Singapura
pun menyampaikan nota jawaban kesediaan untuk mengadakan hubungan
diplomatik.
3) Normalisasi Hubungan dengan Malaysia
Pada tanggal 11 Agustus 1966, ditandatangani persetujuan normalisasi
hubungan Malaysia-Indonesia. Malaysia diwakili Tun Abdul Razak dan Indonesia
diwakili Adam Malik. Persetujuan tersebut merupakan hasil dari perundingan di
Bangkok pada tanggal 29 Mei–1 Juni 1966. Perundingan di Bangkok itu dikenal
sebagai “Persetujuan Bangkok”.
4) Indonesia Menjadi Salah Satu Pendiri ASEAN
Indonesia dengan beberapa negara Asia Tenggara memprakarsai pembentukan
Association of Southeast Asian Nations (ASEAN), yaitu sebuah organisasi kerja sama
di antara negara-negara di kawasan Asia Tenggara. Penandatanganan naskah
pembentukan ASEAN dilaksanakan pada tanggal 8 Agustus 1967 di Bangkok oleh
Menteri Luar Negeri dari Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, dan Filipina. Oleh
karena itu, naskah pembentukan ASEAN itu disebut Deklarasi Bangkok.
5) Indonesia Menjadi Anggota Organisasi Internasional
Pada era orde baru, Indonesia juga ikut masuk menjadi anggota beberapa
organisasi internasional, antara lain:
a) Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI)
Inter-Governmental Group on Indonesia (IGGI) didirikan pada tahun
1967. Tujuannya, memberi bantuan kredit jangka panjang dengan bunga
ringan kepada Indonesia untuk biaya pembangunan. Anggota IGGI terdiri atas
dua kelompok, yaitu negara-negara kreditor dan lembaga keuangan dunia.
b) Asia Pasific Economic Cooperation (APEC)
APEC merupakan forum kerja sama ekonomi negara-negara di kawasan
Asia dan Pasifik. APEC terbentuk pada bulan Desember 1989 di Canberra,
Australia. Gagasan APEC muncul dari Robert Hawke, Perdana Menteri
Australia saat itu.
Indonesia sebagai anggota APEC mempunyai peranan yang cukup
penting. Dalam pertemuan di Seattle, Amerika Serikat (1993), Indonesia
ditunjuk sebagai Ketua APEC untuk periode 1994–1995. Sebagai Ketua
APEC, Indonesia berhasil menyelenggarakan pertemuan APEC di Bogor pada
tanggal 14–15 November 1994 yang dihadiri oleh delapan belas kepala
negara dan kepala pemerintahan negara anggota. Sidang APEC di Tokyo
tahun 1995, memutuskan bahwa perdagangan bebas akan mulai diberlakukan
tahun 2003 bagi negara maju dan 2010 bagi negara berkembang.
Menggapai Cakrawala
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. A c S
a S d s
b S 3. A
c S a S
d s b S
2. A c S
a S d s
b S 4. A
a S c S
b S d s
c S 8. A
d s a S
5. A b S
a S c S
b S d s
c S 9. A
d s a S
6. A b S
a S c S
b S d s
c S 10. a
d s a s
7. A b s
a S c s
b S d s
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. a
Tugas Siswa
Lakukanlah sesuai dengan perintahnya !
B. Indonesia Awal Reformasi
Pada awalnya kebijakan-kebijakan yang dilakukan oleh pemerintahan orde baru sangat
bermanfaat. Pembangunan di segala bidang terjadi di era orde baru. Stabilitas politik ekonomi sangat
terjaga yang membuat Indonesia dijuluki sebagai Macan Asia. Namun, pada awal 1990-an dampak
negative dari kebijakan yang diambil oleh pemerintah orde baru baru terasa. Krisis di berbagai bidang
yang melanda Indonesia dimulai dari krisis ekonomi global. Harga BBM yang melonjak dan
bersamaan itu harga sembako juga ikut melonjak. Tekanan dan desakan agar Presiden Soeharto
untuk meletakkan jabatannya semakin santer terdengar. Demonstrasi besar-besara di tahun 1998
membuat Presiden Soeharto harus melatakkan jabatannya dan diganti oleh Wakil Presiden (B.J.
Habibie). Di saat itulah era reformasi dimulai.
1. Penyebab jatuhnya rezim Soeharto
Pertumbuhan ekonomi dunia yang semakin memburuk di awal tahun 1990-an mulai
berdampak kepada pertumbuhan perekonomian Indonesia. Pemerintah Indonesia yang selalu
bersandar kepada hutang IMF sudah tidak lagi berhutang. Keadaan semacam ini membuat
perekonomian Indonesia semakin memburuk. Krisis ekonomi tersebut ternyata merembet ke
berbagai bidang. Rasa ketidakpercayaan terhadap kepemimpinan Presiden Soeharto mulai
merebak di mana-mana, bahkan menteri dan partai politik yang mendukungnya tidak lagi percaya
kepada Presiden Soeharto.
Adapun beberapa krisis yang membuat rezim pemerintahan Soeharto tumbang antara lain:
a Krisis Ekonomi
Pada tanggal 1 Juli 1997 nilai tukar rupiah turun dari Rp2.575,00 menjadi
Rp2.603,00 per dollar Amerika Serikat. Pada bulan Desember 1997 nilai tukar rupiah
terhadap dollar Amerika Serikat mencapai Rp5.000,00 per dollar Amerika Serikat,
bahkan pada bulan Maret 1998 telah mencapai Rp16.000,00 per dollar Amerika Serikat.
Faktor lain yang menyebabkan krisis ekonomi di Indonesia, antara lain sebagai berikut.
1) Utang Luar Negeri Indonesia
Utang luar negeri Indonesia tidak sepenuhnya merupakan utang negara, tetapi
sebagian merupakan utang swasta. Utang yang menjadi tanggungan negara hingga 6
Februari 1998 mencapai 63,462 milliar dollar Amerika Serikat, sedangkan utang pihak
swasta mencapai 73,962 milliar dollar Amerika Serikat.
2) Penyimpangan Pasal 33 UUD 1945
Sistem ekonomi yang berkembang pada masa orde baru adalah sistem ekonomi
kapitalis yang dikuasai oleh para konglomerat dengan berbagai bentuk monopoli,
oligopoli, dan diwarnai dengan korupsi dan kolusi.
3) Pola Pemerintahan Sentralistis
Pemerintahan orde baru dalam melaksanakan sistem pemerintahan bersifat
sentralistis, artinya semua bidang kehidupan berbangsa dan bernegara diatur secara
sentral dari pusat pemerintahan (Jakarta). Dengan begitu, pemerintah pusat sangat
menentukan berbagai berbagai kebijakan yang menyangkut bidang kehidupan
masyarakat di seluruh Indonesia.
Ketidaksanggupan pemerintah Indonesia untuk dapat lepas dari krisis ekonomi di
masa itu adalah rapuhnya pondasi ekonomi Indonesia. Banyaknya praktek KKN di tubuh
penyelenggara negara membuat Indonesia menjadi salah satu negara yang terkena
dampak besar dari krisis ekonomi global.
b Krisis Politik
Sejak pertengahan tahun 1996, situasi politik di Indonesia memanas. Golongan
Karya yang berkeinginan menjadi mayoritas tunggal (single majority) mendapat tekanan
dari masyarakat. Masyarakat menuntut adanya perubahan di bidang politik, ekonomi,
demokratisasi dalam kehidupan sosial serta dihormatinya hak asasi manusia. Hasil
Pemilihan Umum 1997 dimenangkan oleh Golkar sehingga menguasai DPR dan MPR
serta banyak mengandung unsur nepotisme. Terpilihnya Jenderal Purnawirawan
Soeharto sebagai Presiden RI banyak mendapat reaksi masyarakat. Adapun
pembentukan Kabinet Pembangunan VII dianggap berbau Kolusi, Korupsi, dan
Nepotisme (KKN).
Keadaan seperti ini mengakibatkan munculnya rasa tidak percaya kepada institusi
pemerintah, DPR, dan MPR. Ketidakpercayaan itulah yang menimbulkan munculnya
gerakan reformasi. Kaum reformis yang dipelopori oleh kalangan mahasiswa yang
didukung para dosen serta para rektornya mengajukan tuntutan untuk mengganti
presiden, reshuffle kabinet, menggelar Sidang Istimewa MPR, dan melaksanakan
pemilihan umum secepatnya.
Para mahasiswa dan aktivis politik juga mengecam pelaksanaan lima paket UU
politik yang melahirkan demokrasi semu atau demokrasi rekayasa. Lima paket UU politik
yang dianggap menjadi sumber ketidakadilan, di antaranya UU No. 1 Tahun 1985
tentang Pemilihan Umum, UU No. 2 Tahun 1985 tentang Susunan, Kedudukan, Tugas,
dan Wewenang DPR/MPR, UU No. 3 Tahun 1985 tentang Partai Politik dan Golonan
Karya, UU No. 5 Tahun 1985 tentang Referendum, dan UU No. 8 Tahun 1985 tentang
Organisasi Massa
Krisis politik lain sebagai penyebab mundurnya Presiden Soeharto adalah
melemahnya dukungan politik dari organisasi dan tokoh yang sebelumnya menjadi
pendukungnya. Misalnya, pernyataan politik Kosgoro yang meminta Presiden Soeharto
mundur. Pernyataan Kosgoro pada tanggal 16 Mei 1998 tersebut diikuti dengan
pernyataan Ketua Umum Golkar Harmoko, yang pada saat itu menjabat juga sebagai
Ketua MPR/ DPR Republik Indonesia yang meminta Presiden Soeharto untuk mundur
c Krisis Sosial
Ada dua jenis aspirasi dalam masyarakat, yaitu mendukung Soeharto atau
menuntut Soeharto turun dari kursi kepresidenan. Kelompok yang menuntut Presiden
Soeharto untuk mundur diwakili oleh mahasiswa. Kelompok mahasiswa ini memiliki cita-
cita reformasi terhadap Indonesia. Organisasi yang mendukung mundurnya Presiden
Soeharto di antaranya Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) dan Forum
Kota (Forkot).
Pada masa reformasi ini muncul rasa sentmental terhadap golongan dan ras
Tionghoa. Mereka dianggap sebagai golongan yang selama ini mendukung Presiden
Soeharto, dan golongan ini harus bertanggung jawab atas semua kesengsaraan rakyat
pribumi. Akibat munculnya rasa sentimental tersebut membuat adanya konflik sosial yang
berbau SARA. Toko-toko dan pusat pembelanjaan yang dianggap milik golongan
Tionghoa dijarah dan dibakar. Kerusuhan sosial ini membuat kondisi keamanan
Indonesia tidak kondusif sehingga berdampak kepada pertumbuhan ekonomi bangsa
Indonesia.
d Krisis Hukum
Banyak ketidakadilan yang terjadi dalam pelaksanaan hukum pada masa
pemerintahan Orde Baru. Seperti kekuasaan kehakiman yang dinyatakan pada Pasal 24
UUD 1945 bahwa kehakiman memiliki kekuasaan yang merdeka dan terlepas dari
kekuasaan pemerintah (eksekutif). Namun pada saat itu, kekuasaan kehakiman di bawah
kekuasaan eksekutif. Hakim juga sering dijadikan sebagai alat pembenaran atas tindakan
dan kebijakan pemerintah atau sering terjadi rekayasa dalam proses peradilan, apabila
peradilan itu menyangkut diri penguasa, keluarga kerabat, atau para pejabat negara.
Reformasi menghendaki penegakan hukum secara adil bagi semua pihak sesuai dengan
prinsip negara hukum.
e Krisis Kepercayaan
Dalam pemerintahan Orde Baru berkembang KKN yang dilaksanakan baik secara
terselubung maupun secara terang-terangan. Hal tersebut mengakibatkan munculnya
ketidakpercayaan rakyat terhadap pemerintahan yang ada. Pihak luar negeri juga mulai
tidak percaya kepada pemerintah Indonesia. Krisis kepercayaan yang muncul kemudian
diikuti dengan maraknya demonstrasi yang dipelopori oleh mahasiswa. Para mahasiswa
semakin gencar berdemonstrasi setelah pemerintah mengumumkan kenaikan harga
BBM dan ongkos angkutan pada tanggal 4 Mei 1998. Puncaknya pada tanggal 12 Mei
1998 di Universitas Trisakti Jakarta. Aksi mahasiswa yang semula damai berubah
menjadi aksi kekerasan setelah tertembaknya empat mahasiswa Trisakti, yaitu Elang
Mulya Lesmana, Heri Hartanto, Hendriawan Sie, dan Hafi dhin Royan. Keempat
mahasiswa yang gugur tersebut diberi gelar sebagai “Pahlawan Reformasi”.
2. Lahirnya era reformasi
Keadaan Indonesia yang semakin tidak terkendali membuat Presiden Soeharto berjanji akan
melakukan reshuffle kabinetnya. Kabinet yang semula merupakan Kabinet Pembangunan VII akan
diubah menjadi Kabinet Reformasi. Untuk menyakinkan rakyat Indonesia akan keseriusannya,
Presiden Soeharto juga membentuk suatu Komite Reformasi yang akan bertugas untuk
menyelesaikan UU Pemilu, UU Kepartaian, UU Susduk MPR, DPR, dan DPRD, UU Antimonopoli,
serta UU Antikorupsi. Komite Reformasi tersebut gagal terbentuk karena 14 menteri dalam kebinet
menolak akan rencana Presiden. Karena merasa kehilangan dukungan dari kabinetnya dan
ditambah dengan tuntutan mundur dari anggota MPR dan DPR mengakibatkan presiden Soeharto
meletakkan jabatannya.
Pada tanggal 21 Mei 1998 bertempat di Credential Room, Istana Negara Jakarta, Presiden
Soeharto membacakan surat pengunduran diri dari jabatannya sebagai Presiden RI disaksikan
Ketua Mahkamah Agung. Surat pengunduran diri Presiden Soeharto berjudul “Pernyataan Berhenti
sebagai Presiden RI” ditulis oleh Prof. Dr. Yusril Ihza Mahendra. Selanjutnya, jabatan Presiden RI,
ia serahkan kepada Wakil Presiden B.J. Habibie. Peristiwa ini menandai berakhirnya kekuasaan
Orde Baru dan dimulainya Orde Reformasi.
Menggapai Cakrawala
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. A d s
a S 4. A
b S a S
c S b S
d s c S
2. A d s
a S 5. A
b S a S
c S b S
d s c S
3. A d s
a S 6. A
b S a S
c S b S
c S d s
d s 9. A
7. A a S
a S b S
b S c S
c S d s
d s 10. a
8. A a s
a S b s
b S c s
c S d s
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. a
Tugas Siswa
Lakukanlah sesuai dengan perintahnya !
Glosarium
Demokrasi pancasila : demokrasi yg berdasarkan sila Pancasila yg dilihat sbg suatu keseluruhan yg utuh
Krisis ekonomi : kemerosotan dl kegiatan ekonomi yg dapat menimbulkan depresi, sbg akibat dr
kepekaan konjungtur ekonomi bebas
Reformasi : perubahan secara drastis untuk perbaikan (bidang sosial, politik, atau agama) dl
suatu masyarakat atau negara.
Rezim : tata pemerintah negara; pemerintahan yg berkuasa
Cakrawala Kepribadian Bangsa
Pergantian masa pemerintahan dari orde lama ke orde baru, dan orde baru ke reformasi telah
memberikan pembelajaran bagi Indonesia. Amanah dan kepercayaan rakyat Indonesia sangat mahal
harganya. Kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah Indonesia harus prorakyat bukan pro
kepada kelompok atau individu. Amanah dan kepercayaan perlu kita jaga agar kelak sewaktu-waktu
apabila kita akan diberikan amanah dan kepercayaan, kita mampu untuk menjalankannya dengan baik.
Uji Kompetensi
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!
1. A a S
a S b S
b S c S
c S d s
d s 6. A
2. A a S
a S b S
b S c S
c S d s
d s 7. A
3. A a S
a S b S
b S c S
c S d s
d s 8. A
4. A a S
a S b S
b S c S
c S d s
d s 9. A
5. A a S
b S a S
c S b S
d s c S
10. A d s
a S 16. A
b S a S
c S b S
d s c S
11. A d s
a S 17. A
b S a S
c S b S
d s c S
12. A d s
a S 18. A
b S a S
c S b S
d s c S
13. A d s
a S 19. A
b S a S
c S b S
d s c S
14. A d s
a S 20. a
b S a s
c S b s
d s c s
15. A d s
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A
7. A
8. A
9. A
10. a
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. S
2. S
3. S
4. S
5. s
Perbaikan
1. S
2. S
3. S
4. S
5. S
Cakrawala Ilmu
Mohammad Hatta, bapak politik luar negeri kita, telah menggariskan bahwa Indonesia menganut politik
luar negeri “bebas aktif” yang sampai sekarang masih dianut oleh pemerintah. Sebagai negara yang
waktu itu sedang menghadapi agresi Belanda yang ingin kembali berkuasa, Indonesia juga dihadapkan
pada situasi perang dingin. Politik luar negeri “bebas aktif” mengandung dua unsur, yaitu tidak memihak
blok Barat maupun blok Timur dan aktif dalam memajukan perdamaian dunia. Dengan politik luar negeri
bebas aktif, Indonesia memainkan peran cukup besar di panggung internasional.
Bab 7
Peranan Indonesia Dalam Kerja Sama Multilateral
Standar Kompetensi
7. Memahami perubahan pemerintahan dan kerja sama internasional.
Kompetensi Dasar
7.2 Menguraikan perkembangan lembaga internasional dan peran Indonesia dalam kerja sama internasional.
Perkembangan politik di dunia bersifat statis atau dapat berubah seketika. Arah politik di dunia
tidak dapat ditebak oleh negara manapun. Oleh karena itu, setiap negara berusaha untuk menjalin
sebuah kerja sama yang saling menguntungkan. Kerja sama internasional bisa
berbentuk bilateral atau multilateral. Kerja sama bilateral adalah kerja sama Gbr. Pasukan
antar kedua negara, sedangkan kerja sama multilateral adalah kerja sama garuda di PBB
antarnegara dengan membentuk sebuah organisasi internasional. Melalui
sebuah kerja sama tersebut, diharapkan negara baik yang menjadi pendiri atau
anggota mampu untuk berperan aktif dalam perkembangan dunia di masa depan. Indonesia yang
mempunyai amanah dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yakni ikut serta dan aktif dalam
perdamaian dunia, harus diwujudkan dalam bentuk kerja sama multilateral. Dengan demikian, Indonesia
harus mampu berperan aktif, baik sebagai pendiri atau anggota untuk menciptakan perdamaian dunia.
Ringkasan Materi
A. Indonesia Sebagai Pendiri
Salah satu tujuan nasional bangsa Indonesia dalam alinea empat Pembukaan Undang-Undang
Dasar 1945 adalah ikut melaksanakan ketertiban dunia. Dari kalimat tersebut, dapat dikatakan bahwa
pemerintah Indonesia harus ikut aktif dalam menciptakan ketertiban dunia sehingga menciptakan
perdamaian. Indonesia tidak mungkin bisa untuk menjalankan tujuan nasional tersebut tanpa adanya
dukungan dari negara-negara lain. Agar tujuan nasional terwujud, maka Indonesia ikut berperan
menginisiatif membentuk badan-badan internasional untuk menjaga ketertiban dunia. Adapun
organisasi internasional tersebut antara lain sebagai berikut.
1. ASEAN (Association of Southeast Asia Nations)
ASEAN adalah organisasi internasional yang terdiri dari negara-negara di Asia Tenggara.
Keberadaan negara-negara di Asia Tenggara dalam pergaulan dunia tidak dapat dihilangkan.
Letaknya yang ada di antara Benua Asia dan Benua Australia menjadikan kawasan Asia Tenggara
sebagai jalur perdagangan internasional terutama perdagangan laut. Bahkan di masa lampau,
negara-negara Asia Tenggara merupakan incaran utama negara-negara Barat untuk dijadikan
tempat kolonialisasi.
Di masa globalisasi, negara-negara berkembang menjadi pasar utama bagi produk-produk
negara maju, tidak kecuali negara-negara di Asia Tenggara. Melihat keadaan seperti ini, lima
negara di Asia Tenggara setuju untuk membentuk sebuah organisasi internasional di kawasan
Asia Tenggara untuk melakukan kerja sama di segala bidang. Kerja sama multilateral tersebut
kemudian bernama ASEAN (Association of Southeast Asia Nations).
a Latar Belakang Pembentukan ASEAN
Pada awalnya Indonesia dan empat negara di Asia Tenggara, yaitu Malaysia,
Thailand, Filipina, dan Singapura bergabung bersama dan mendirikan organisasi yang
biasa disebut “Perbara” atau Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara atau yang
lebih dikenal dengan nama ASEAN (Association of South East Asia Nations). Latar
belakangdibentuknya ASEAN dikarenakan adanya beberapa persamaan sebagai berikut.
1) Persamaan letak geografis yang berada di wilayah Asia Tenggara.
2) Persamaan budaya yang berinduk pada rumpun Melayu Austronesia.
3) Persamaan nasib dan sejarah, yaitu pernah dijajah bangsa-bangsa Barat.
4) Persamaan kepentingan untuk mencapai kemajuan dalam bidang sosial, ekonomi,
dan budaya
Pada tanggal 8 Agustus 1967, utusan-utusan dari masing-masing negara
mengadakan pertemuan di Bangkok yang membahas kerja sama yang akan dibangun
dan menandatangani Deklarasi Bangkok sebagai dasar berdirinya ASEAN. Tokoh-tokoh
yang menandatangani naskah Deklarasi adalah para Menteri Luar Negeri.
1) Adam Malik : Menteri Luar Negeri Indonesia.
2) S. Rajaratnam : Menteri Luar Negeri Singapura.
3) Thanat Koman : Menteri Luar Negeri Thailand.
4) Tun Abdul Razak : Menteri Luar Negeri Malaysia.
5) Narsisco Ramos : Menteri Luar Negeri Filipina
Brunei Darusalam menjadi anggota pertama ASEAN di luar lima negara
pemrakarsa. Brunei Darusalam bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal 7
Januari 1984 (tepat seminggu setelah memperingati hari kemerdekaannya). Sebelas
tahun kemudian ASEAN kembali menerima anggota baru, yaitu Vietnam pada tanggal 28
Juli 1995 dan menjadi anggota ketujuh. Dua tahun kemudian, Laos dan Myanmar
menyusul masuk menjadi anggota ASEAN, yaitu pada tanggal 23 Juli 1997. Dua tahun
kemudian disusul oleh Kamboja yang bergabung menjadi anggota ASEAN pada tanggal
16 Desember 1998.
b Asas dan Tujuan ASEAN
Kerja sama ASEAN mempunyai asas sebagai berikut.
1) Saling menghormati kemerdekaan, kedaulatan, persamaan dari semua anggota.
2) Mengakui hak setiap bangsa untuk hidup bebas dari campur tangan pihak luar.
3) Tidak mencampuri urusan dalam negeri masing-masing anggota.
4) Menyelesaikan perselisihan secara damai
Tujuan pembentukan ASEAN tercantum dalam Deklarasi Bangkok yang memuat
hal sebagai berikut.
1) Mempercepat pertumbuhan ekonomi, kemajuan sosial, serta pengembangan
kebudayaan di kawasan ASEAN melalui usaha bersama dalam semangat dan
persahabatan untuk memperkukuh landasan sebuah masyarakat bangsa-bangsa Asia
Tenggara yang sejahtera dan damai.
2) Meningkatkan perdamaian dan stabilitas regional dengan jalan menghormati keadilan
dan ketertiban hukum di dalam negara-negara di kawasan ASEAN. Selain itu, juga
mematuhi prinsip-prinsip Piagam PBB.
3) Meningkatkan kerja sama yang aktif serta saling membantu satu dengan yang lain di
dalam menangani masalah kepentingan bersama yang menyangkut berbagai bidang.
Misalnya, di bidang ekonomi, sosial, kebudayaan, teknik, ilmu pengetahuan, dan
administrasi.
4) Saling memberikan bantuan dalam bentuk sarana pelatihan dan penelitian dalam
bidang pendidikan, profesional, teknik, dan administrasi.
5) Meningkatkan kerja sama yang lebih efektif dalam meningkatkan penggunaan
pertanian serta industri, perluasan perdagangan komoditas internasional, perbaikan
sarana pengangkutan dan komunikasi, serta peningkatan taraf hidup mereka.
6) Memelihara kerja sama yang lebih erat dan bergabung dengan organisasi
internasional dan regional lainnya untuk menjajaki segala kemungkinan saling bekerja
sama secara lebih erat di antara mereka sendiri.
c Bentuk Kerja Sama ASEAN
Kerja sama ASEAN dituangkan dalam bentuk komite. Komite yang dibentuk oleh
ASEAN bekerja dalam bidang ekonomi dan non ekonomi. Tiap-tiap komite ditempatkan di
tiap negara. Untuk komite yang bersinggungan dengan bidang ekonomi, maka
dikoordinasi oleh Menteri Ekonomi. Ada lima komite dalam bidang ekonomi, yakni :
1) Komite Perdagangan dan Pariwisata (Committee on Trade and Tourism atau COTT).
Komite ini berkedudukan di Singapura.
2) Komite Industri Pertambangan dan Energi (Committee on Industry Mineral and Energy
atau COIME) yang berkedudukan di Filipina.
3) Komite Keuangan dan Perbankan (Committee in Finance and Bank atau COFAB)
yang berkedudukan di Thailand.
4) Komite Pangan, Pertanian, dan Kehutanan (Committee on Food, Agriculture, and
Foresty atau COFAF) yang berkedudukan di Indonesia.
5) Komite Transportasi dan Komunikasi (Committee on Transportation and
Communication atau COTAC) yang berkedudukan di Malaysia.
Sementara itu, komite yang menangani bidang non-ekonomi dikelompokkan
menjadi tiga komite. Tempat kedudukan ketiga komite ini berpindah setiap tiga tahun.
Komite-komite tersebut sebagai berikut.
1) Komite Kebudayaan dan Penerangan (Committee on Culture and Information atau
COCI).
2) Komite Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Committee in Science and Technology atau
COST).
3) Komite Pembangunan Sosial (Committee on Social Development atau COSD).
Sampai ini kerja sama ASEAN sangat menguntungkan bagi para anggotanya.
Beberapa bidang kerja sama yang masih dilaksanakan adalah kerja sama ekonomi, kerja
sama sosial, kerja sama kebudayaan, kerja sama ilmu pengetahuan dan teknologi, serta
kerja sama politik. Bahkan, ASEAN berhasil mengambil beberapa keputusan penting,
seperti menjadikan wilayah Asia Tenggara sebagai ZOPFAN (Zone of Peace, Freedom,
and Neutrality atau Kawasan yang Damai, Bebas, dan Netral) dan SEANWFZ (Southeast
Asian Nuclear Weapon Free Zone atau ASEAN Kawasan Bebas Senjata Nuklir).
d Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN (KTT ASEAN)
Untuk mencapai tujuannya maka ASEAN telah beberapa kali menyelenggarakan
konferensi tingkat Tinggi (KTT) yang dihadiri oleh kepala negara dan kepala
pemerintahan. Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN juga diselenggrakan secara
bergilir di setiap negara anggota. Sejak dibentuknya ASEAN sampai dengan tahun 2012
telah berlangsung 18 kali KTT resmi, 4 KTT tidak resmi, dan 1 KTT Luar Biasa. Bangsa
Indonesia beberapa kali menjadi tuan rumah dalam KTT ASEAN, seperti KTT ASEAN I di
Bali pada tahun 1976, selanjutnya pada tahun 2003 Bali kembali menjadi tuan rumah
KTT ASEAN, dan pada tahun 2011 Indonesia kembali menjadi tempat KTT ASEAN
dengan mengambil tempat di Jakarta.
Selain menggelar secara resmi, KTT juga digelar tidak resmi, seperti yang
dilaksanakan pada tanggal 30 November 1996 di Jakarta, pada tanggal 14–16 Desember
1997 di Kuala Lumpur, pada tanggal 27–28 November 1999 di Manila, pada tanggal 22–
25 November 2000 di Singapura. ASEAN juga menggelar KTT Luar Biasa guna
menyikapi masalah yang sangat genting dan mendesak KTT Luar Biasa ASEAN
berlangsung di Jakarta pada tanggal 6 Januari 2005. KTT Luar Biasa ASEAN itu
membahas tentang penanggulangan dan solusi menghadapi gempa dan tsunami.
2. Konferensi Asia Afrika (KAA)
Berakhirnya Perang Dunia II membawa berkah tersendiri bagi negara-negara di Asia Afrika.
Piagam Atlantik yang dikeluarkan oleh PBB tentang hak asasi manusia membawa rasa
nasionalisme tinggi bagi masyarakat di negara-negara Asia Afrika. Perasaan senasib dan
sepenanggungan membawa negara-negara Asia Afrika untuk membentuk kerja sama multilateral.
Kerja sama antara negara-negara Asia Afrika tersebut bernama Konferensi Asia Afrika (KAA).
a Latar Belakang Pembentukan KAA
Pembentukan Konferensi Asia Afrika dilator belakangi oleh beberapa sebab,
antara lain sebagai berikut.
1) Bangsa-bangsa di Asia dan Afrika memiliki persamaan nasib dan sejarah, yakni sama-
sama menjadi sasaran penjajahan bangsa – bangsa Eropa.
2) Makin meningkatnya kesadaran bangsa – bangsa Asia dan Afrika yang masih terjajah
untuk memperoleh kemerdekaan, misalnya, Yaman sedang berjuang membebaskan
Aden dari kekuasaan Inggris, Rakyat Aljazair, Tunisia, Maroko, Sudan, dan Kongo
sedang membebaskan tanah airnya dari kekuasaan bangsa Eropa, dan lain-lain.
3) Perubahan politik yang terjadi setelah Perang Dunia II berakhir, yakni situasi
internasional diliputi kecemasan akibat adanya perlombaan senjata antara Blok Barat
dan Blok Timur. Di antara bangsa-bangsa Asia yang telah merdeka masih belum
terdapat kesadaran untuk bersatu, yang kemudian Uni Soviet dan Amerika Serikat ikut
melibatkan diri dalam masalah tersebut. Misalnya sengketa Cina–Taiwan untuk
memperebutkan Pulau Quemoi, sengketa India–Pakistan memperebutkan wilayah
Kashmir, sengketa Korea Utara–Korea Selatan tentang masalah perbatasan.
4) PBB seringkali tidak mampu mengatasi persengketaan antarnegara.
5) Kepentingan politik luar negeri Indonesia untuk menggalang kekuatan negara-negara
Asia Afrika agar mendukung merebut Irian Barat (Papua) melalui PBB.
6) Bangsa-bangsa Asia dan Afrika tidak ingin terlibat dalam Perang Dingin, tetapi ingin
memusatkan perhatian pada pembangunan sehingga memerlukan kerja sama.
Latar belakang tersebut ternyata mendapatkan antusias besar di beberapa negara
Asia Afrika. Untuk dapat mewujudkan dibentuknya sebuah organisasi yang terdiri dari
negara-negara Asia Afrika maka gagasan tersebut disampaikan ke Negara India, Sri
Langka, Burma, dan Pakistan. Untuk menindaklanjuti gagasan tersebut perlu diadakan
semacam pertemuan kecil. Pertemuan tersebut terjadi sebanyak dua kali.
1) Konferensi Kolombo (Pancanegara I)
Konferensi Kolombo dilaksanakan pada tanggal 28 April-2 Mei 1954 di Kolombo,
Sri Lanka. Konferensi dihadiri lima perdana menteri, yaitu Sri Lanka diwakili oleh PM
Sir John Kotelawala; Burma diwakili oleh PM U Nu; India diwakili oleh PM Pandit
Jawaharlal Nehru; Pakistan diwakili oleh PM Mohammad Ali Jinnah; Indonesia diwakili
oleh PM Ali Sastroamijoyo. Konferensi Kolombo menghasilkan keputusan, seperti
Indocina harus dimerdekakan dari imperialisme Prancis; kemerdekaan bagi Tunisia
dan Maroko; menyetujui dan mengusahakan adanya Konferensi Asia Afrika serta
memilih Indonesia sebagai penyelenggara.
2) Konferensi Bogor (Pancanegara II)
Konferensi Bogor dilaksanakan pada tanggal 28–29 Desember 1954. Perdana
menteri dari negara yang hadir pada Konferensi Kolombo hadir semua pada
Konferensi Bogor. Keputusan Konferensi Bogor, antara lain menetapkan kota
Bandung sebagai tempat penyelenggaraan KAA pada tanggal 18–24 April 1955;
menetapkan negara-negara yang diundang sebanyak 30 (termasuk pengundang);
menetapkan kelima negara peserta Konferensi Bogor sebagai negara-negara
sponsor; menentukan rencana agenda konferensi dan merumuskan pokok-pokok
tujuan Konferensi Asia Afrika.
b Tujuan Konferensi Asia Afrika
Tujuan dilaksanakannya Konferensi Asia Afrika, antara lain
1) mengembangkan saling pengertian dan kerja sama antarbangsa-bangsa Asia dan
Afrika, serta untuk menjajaki dan melanjutkan kepentingan timbal balik ataupun
kepentingan bersama.
2) meninjau masalah – masalah hubungan sosial, ekonomi, dan kebudayaan dalam
hubungannya dengan negara – negara peserta.
3) mempertimbangkan masalah-masalah mengenai kepentingan khusus dari bangsa-
bangsa Asia dan Afrika seperti yang menyangkut kedaulatan nasional, rasionalisme,
dan kolonialisme.
4) meninjau kedudukan Asia dan Afrika serta rakyatnya, serta memberikan sumbangan
untuk meningkatkan perdamaian dan kerja sama internasional.
c Konferensi Pertama di Bandung
KAA I diselenggarakan pada tanggal 18–24 April 1955 di Gedung Merdeka,
Bandung. Konferensi Asia Afrika dipimpin oleh Perdana Menteri Ali Sastroamijoyo dan
dengan sekretaris adalah Ruslan Abdul Gani. Konferensi Asia Afrika dihadiri sebanyak 29
negara (23 Asia dan 6 Afrika). Satu negara yang tidak hadir adalah Federasi Afrika
Tengah (Rhodesia). Ketidakhadirannya disebabkan oleh terjadinya pergolakan politik di
dalam negeri. Adapun enam negara Afrika lain yang hadir, yaitu Mesir, Ethiopia, Ghana,
Libia, Liberia, dan Sudan.
Sebanyak 29 negara yang mewakili lebih dari setengah total penduduk dunia pada
saat itu mengirimkan wakilnya. Konferensi ini merefleksikan apa yang mereka pandang
sebagai ketidakinginan kekuatan-kekuatan Barat untuk mengkonsultasikan dengan
mereka tentang keputusan-keputusan yang memengaruhi Asia pada masa Perang
Dingin; kekhawatiran mereka mengenai ketegangan antara Republik Rakyat Tiongkok
dan Amerika Serikat; keinginan mereka untuk membentangkan fondasi bagi hubungan
yang damai antara Tiongkok dengan mereka dan pihak Barat; penentangan mereka
terhadap kolonialisme, khususnya pengaruh Perancis di Afrika Utara dan kekuasaan
kolonial perancis di Aljazair; dan keinginan Indonesia untuk mempromosikan hak mereka
dalam pertentangan dengan Belanda mengenai Irian Barat.
KAA menghasilkan sepuluh prinsip yang terkenal dengan Dasasila Bandung
(Bandung Declaration atau Bandung Spirit) yang berisi hal-hal sebagai berikut.
menghormati hak-hak dasar manusia sesuai dengan piagam PBB; menghormati
kedaulatan dan wilayah teritorial semua bangsa; mengakui persamaan ras dan
persamaan semua bangsa; tidak melakukan intervensi dalam negeri negara lain;
menghormati hak semua bangsa untuk mempertahankan diri; tidak melakukan peraturan
dan pertahanan kolektif untuk kepentingan khusus; tidak melakukan agresi atau
kekerasan terhadap negara lain; menyelesaikan perselisihan internasional dengan cara
damai; memajukan kepentingan bersama; dan menghormati hukum dan kepentingan
internasional.
d Dampak Konferensi Asia Afrika
Keberhasilan penyelenggaraan KAA juga memberikan dampak yang besar bagi
hubungan antarnegara dan perdamaian dunia.
1) Dampak KAA bagi Negara-Negara di Kawasan Asia dan Afrika
Dampak KAA bagi negara-negara di kawasan Asia dan Afrika, antara lain
bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika yang memperoleh kemerdekaan makin
meningkat; keberadaan bangsa-bangsa di kawasan Asia dan Afrika dalam percaturan
politik dunia mulai mendapat arti; munculnya kerja sama dan hubungan yang baik di
antara negara di kawasan Asia dan Afrika di bidang ekonomi, sosial, dan budaya.
2) Dampak KAA bagi Dunia Internasional
Dampak KAA bagi dunia internasional, antara lain ketegangan dunia berkurang;
Australia dan Amerika Serikat mulai berusaha menghapus politik ras diskriminasi;
negara-negara kolonialisme dan imperialisme mulai melepaskan atau memerdekakan
daerah-daerah jajahan.
3) Dampak KAA bagi Indonesia
Dampak KAA bagi bangsa Indonesia, antara lain Indonesia mendapat dukungan
dalam perjuangan merebut Irian Barat. Dampak lainnya adalah politik luar negeri
bebas aktif yang dijalankan Indonesia mulai diikuti negara-negara lain.
3. Gerakan Non Blok (GNB)
Kemenangan pihak sekutu dalam Perang Dunia II ternyata juga membawa dampak
perpecahaan. Uni Soviet dan Amerika Serikat mengklaim bahwa merekalah yang menjadi penentu
faktor kemenangan dalam Perang Dunia II. Kedua negara tersebut saling berebut sekutu agar mau
mengikuti ideologi yang mereka bawa. Perseteruan antar dua negara besar dengan ideology yang
berbeda menimbukan perang ideology atau Perang Dingin.
Perang Dingin antara Blok Barat (Amerika dengan sekutunya) dan Blok Timur (Uni Soviet
dengan sekutunya) membuat negara-negara yang baru merdeka khawatir. Mereka tidak ingin
terserat dalam arus pergolakan dunia saat itu. Untuk menghadapi hal tersebut, negara-negara
yang baru merdeka membuat kerja sama yang landasan dan tujuannya tidak memihak salah satu
blok.
a Latar Belakang Pembentukan Gerakan Non Blok (GNB)
Negara-negara yang tidak mau bergabung
dengan Blok Barat atau Blok Timur, pada umumnya Sekilas Cakrawala:
adalah negara-negara yang sedang berkembang atau Kata "Nonblok" diperkenalkan
pertama kali oleh Perdana
negara-negara dunia ketiga. Negara-negara itu Menteri India Nehru dalam
berusaha menciptakan kekuatan bersama yang bersifat pidatonya tahun 1954 di
netral dan tidak terseret oleh pengaruh Blok Barat Kolombo, Sri Lanka. Dalam pidato
ataupun Blok Timur.Adapun latar belakang terbentuknya itu, Nehru menjelaskan lima pilar
yang dapat digunakan sebagai
Gerakan Non Blok, antara lain sebagai berikut. pedoman untuk membentuk relasi
1) Perang dingin antara Blok Barat dan Blok Timur yang Sino–India yang disebut dengan
dikhawatirkan akan berkembang menjadi perang Panchsheel (lima pengendali
nuklir.
2) Terdorong oleh semangat Konferensi Asia Afrika di Bandung pada tahun 1955.
3) Terjadi Krisis Kuba pada tahun 1961.
4) Terbentuknya Dokumen Brioni (Yugoslavia, Indonesia, India) yang mencetuskan ide
pembentukan Gerakan Non-Blok.
5) Blok Timur membangun tembok yang membelah Kota Berlin (tembok Berlin).
6) Kolonialisme masih merajalela di beberapa bagian dunia.
7) Masih adanya pelecehan terhadap hak asasi (diskriminasi dan rasialisme).
Berdasarkan pandangan yang sama maka pada tanggal 1–6 September 1961
diadakan KTT negara-negara Nonblok I di Beograd yang dihadiri lima tokoh pendiri
sebagai berikut.
1) Presiden Josep Bross Tito dari Yugoslavia.
2) Presiden Gamal Abdul Nasser dari Mesir.
3) Presiden Kwame Nkrumah dari Ghana.
4) Perdana Menteri Jawaharlal Nehru dari India.
5) Presiden Soekarno dari Indonesia.
b Tujuan Gerakan Non Blok (GNB)
Dalam pembentukan Gerakan Non Blok mempunyai tujuan dan maksud tertentu.
Tujuan dan maksud pembentukan tersebut antara lain :
1) Mengurangi ketegangan antara Blok Barat dan Blok Timur.
2) Mendukung perjuangan dekolonisasi dan memegang teguh perjuangan melawan
imperilalisme, kolonialisme, neo-kolonialisme, rasionalisme, apartheid, dan zionisme.
3) Sebagai wadah perjuangan negara-negara yang sedang berkembang.
4) Tidak membenarkan usaha penyelesaian sengketa dan kekerasan.
5) Memajukan kerja sama di bidang ekonomi, sosial, dan politik antara sesama anggota
dan memelihara keamanan dan perdamaian dunia.
Selain mempunyai tujuan, Gerakan Non Blok juga mempunyai beberapa prinsip,
antara lain :
1) Tidak berpihak pada Blok Barat dan Blok Timur.
2) Berpihak pada perjuangan antikolonialisme.
3) Menolak ikut serta dalam berbagai bentuk aliansi militer.
4) Menolak ikut serta aliansi bilateral dengan negara Adikuasa.
5) Menolak pendirian basis militer negara Adikuasa.
6) Menolak pendirian basis militer negara Adikuasa di wilayah masing-masing.
c Konferensi Tingkat Tinggi GNB
Pada waktu terbentuk, GNB hanya beranggota 25 negara. Setiap diselenggarakan
KTT anggotanya selalu bertambah sebab setiap negara dapat diterima menjadi anggota
GNB dengan memenuhi persyaratan. Adapun syarat menjadi anggota GNB adalah
menganut politik bebas dan hidup berdampingan secara damai, mendukung gerakan-
gerakan kemerdekaan nasional, tidak menjadi anggota salah satu pakta militer Amerika
Serikat atau Uni Soviet.
Di dalam Gerakan Non-Blok tidak terdapat struktur organisasi yang mengurus
kegiatan di berbagai bidang karena bukan merupakan lembaga. Gerakan Non-Blok
mengandalkan perjuangan pada kekuatan moral. Satu-satunya pengurus dalam Gerakan
Non-Blok adalah ketua. Normalnya, pertemuan GNB berlangsung setiap tiga tahun
sekali. Ketua Gerakan Non-Blok dijabat oleh kepala pemerintahan negara yang menjadi
tuan rumah Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Gerakan Non-Blok. KTT GNB berlangsung
setiap tiga tahun sekali. Sampai dengan tahun 2012 telah berlangsung 16 kali KTT
Gerakan Non-Blok. KTT XVI GNB dilaksanakan di Teheran, Iran (26-31 Agustrus 2012).
KTT Gerakan No-Blok XVII direncanakan berlangsung di Venezuela pada tahun 2015.
Pada waktu KTT I di Beograd, tercetus tiga buah dokumen penting bagi perjalanan
Gerakan Non Blok, yakni
1) Pernyataan tentang bahaya perang dan permohonan untuk perdamaian.
2) Deklarasi mengenai prinsip-prinsip Nonalignent bersama dengan 27 ketentuan
persetujuan tentang pemecahan masalah-masalah dunia.
3) Surat bersama untuk Presiden Kennedy disampaikan oleh Presiden Ir. Soekarno dan
Presiden Medibo Keita. Surat untuk PM Kruschev disampaikan oleh PM Nehru dan
Presiden Nkrumah.
Saat menjadi ketua Gerakan Non-Blok tahun 1992, Indonesia banyak memberikan
sumbangan nyata bagi perdamaian dunia. Misalnya memberi sumbangan bagi
penyelesaian masalah Republik Demokrasi Rakyat Korea, Bosnia, Herzegovina, dan
penyelesaian utang luar negeri negara-negara berkembang. Presiden Soeharto saat itu
mengusulkan untuk negara terbelakang diperlukan penyelesaian utang sekaligus (once
and for all) dan bukan penjadwalan kembali utang secara berkali-kali selama bertahun-
tahun.
d Peran Indonesia Dalam GNB
Peranan GNB saat terjadi Perang Dingin begitu terlihat. Negara-negara anggota
GNB tidak mau terlibat dalam GNB, walaupun dalam perkembangan banyak negara-
negara anggota mengundurkan diri dari GNB karena ketarik pusaran dalam salah satu
blok, salah satunya adalah Indonesia. Adapun peran GNB dalam pergaulan dunia, antara
lain :
1) Berpartisipasi menciptakan tatanan dunia baru berdasarkan keadilan, kesamaan, dan
demokrasi.
2) Memperjuangkan penataan PBB agar selalu dapat menyelesaikan masalah-masalah
internasional.
3) Memperjuangkan keamanan internasional dengan mengadakan
pembatasan/penghapusan senjata atom.
4) Memperjuangkan terciptanya kerja sama internasional (selatan dengan selatan, utara
dengan utara).
Indonesia sangat berperan dalam Gerakan Non Blok. Bukan hanya sebagai salah
satu pemrakarsa GNB, Indonesia melalui Ir. Soekarno menyampaikan Deklarasi Beogard
kepada presiden Amerika Serikat (John F. Kennedy) bahwa telah berdiri Gerakan Non
Blok, dan negara-negara yang menjadi anggotanya tidak akan ikut dalam salah satu blok.
Selain itu, Indonesia juga pernah menjadi tuan rumah dalam Konferensi Tingkat Tinggi
GNB.
B. Indonesia Sebagai Anggota
Ikut serta dalam perdamaian dunia berarti Indonesia harus menjadi anggota organisasi
perdamaian dunia. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) adalah organisasi yang bertugas untuk
menjaga dan menciptakan perdamaian dunia. Walaupun Indonesia bukan sebagai salah satu pendiri
dari PBB, Indonesia tetap harus ikut dalam kegiatan yang bertujuan untuk menciptakan perdamaian
dunia. Indonesia di dalam tubuh PBB menjadi anggota tidak tetap dan menjadi anggota no 60.
1. PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa / United Nation)
Perserikatan Bangsa-bangsa didirikan di San Francisco pada 24 Oktober 1945 setelah
Konferensi Dumbarton Oaks di Washington, DC. Namun, Sidang Umum yang pertama dihadiri
wakil dari 51 negara baru berlangsung pada 10 Januari 1946 (di Church House, London).
Sebelumnya dari tahun 1919 hingga 1946, terdapat sebuah organisasi yang mirip, yaitu Liga
Bangsa-Bangsa yang bisa dianggap sebagai pendahulu PBB.
a Sejarah Singkat Berdirinya PBB
Ketika perang besar kembali mengguncang dunia sejak tahun 1939, timbul
gagasan untuk menyelamatkan generasi yang akan datang dari bencana akibat perang
dan gagasan untuk mewujudkan perdamaian dunia yang abadi. Franklin Delano
Roosevelt (Presiden Amerika Serikat) sejak semula telah memiliki ide untuk mewujudkan
suatu dunia yang damai. Ide itu terkenal dengan nama the Four Freedoms of F.D.
Roosevelt. Isinya meliputi bahwa setiap orang/bangsa bebas mengeluarkan pendapat
(freedom of speech); setiap orang/bangsa bebas beragama (freedom of religion); setiap
orang/bangsa bebas dari kemiskinan (freedom from wants); setiap orang/bangsa bebas
dari rasa ketakutan (freedom from fear).
Dengan dipelopori oleh F.D.Roosevelt dan Winstons Churchill (PM Inggris),
diadakanlah perundingan di atas geladak Kapal Augusta di Teluk New Foundland.
Pertemuan yang dilaksanakan tanggal 14 Agustus 1941 itu menghasilkan Piagam
Perdamaian yang lazim disebut Atlantic Charter. Piagam inilah yang menjadi cikal bakal
lahirnya PBB.
Satu setengah bulan setelah Victory Day/V-Day atau Hari Kemenangan Sekutu
atas Jerman tanggal 7 Mei 1945, Piagam PBB ditandatangani lima puluh negara di San
Francisco. Sejak piagam itu ditandatangani tanggal 28 Juni 1945 hingga saat ini, dunia
memang terhindar dari bencana dan malapetaka akibat Perang Dunia. Namun, bukan
berarti hal ini menunjukkan kesuksesan PBB di dalam mengelola hubungan diplomasi
antarnegara. PBB sering tidak kuasa menolak pengaruh dan intervensi Amerika Serikat
dalam menangani dan menyelesaikan kasus dan pertikaian antarnegara.
b Persyaratan Menjadi Anggota PBB
Sampai dengan saat ini hampir negara-negara di seluruh dunia telah menjadi
anggota PBB. Keanggotaan PBB terdiri atas dua macam, yaitu anggota asli dan anggota
tambahan. Anggota asli (original members) terdiri atas 50 negara, yaitu negara-negara
yang ikut menandatangani Piagam San Fransisco 26 Juni 1945. Pada tanggal 15
Oktober 1945 Polandia menyusul sehingga menjadi 51 negara. Anggota tambahan, yakni
negara-negara anggota PBB yang masuk kemudian berdasar syarat-syarat disetujui
Majelis Umum PBB. Persyaratan untuk menjadi anggota PBB, meliputi negara merdeka,
negara yang cinta damai, sanggup mematuhi ketentuan-ketentuan yang tercantum dalam
Piagam PBB, dan diusulkan oleh Dewan Keamanan dan disahkan oleh Majelis Umum
PBB.
c Organ Tubuh Dalam PBB
Seperti halnya tubuh manusia, sebuah organisasi juga mempunyai organ atau
lembaga yang berfungsi untuk menjalankan visi dan misi organisasi tersebut. Di dalam
tubuh PBB, terdapat beberapa lembaga yang mempunyai fungsi masing-masing. Adapun
lembaga tersebut antara lain:
1) Majelis Umum (General Assembly)
Majelis Umum PBB atau Sidang Umum PBB adalah salah satu dari enam badan
utama PBB. Majelis ini terdiri atas anggota dari seluruh negara anggota dan bertemu
setiap tahun di bawah seorang Ketua Majelis Umum PBB yang dipilih dari wakil-wakil.
Pertemuan pertama diadakan pada 10 Januari 1946 di Hall Tengah Westminster di
London dan termasuk wakil dari 51 negara.
Pertemuan ini biasanya dimulai di Selasa ketiga bulan September dan berakhir
pada pertengahan Desember. Pertemuan khusus dapat diadakan atas permintaan
dari Dewan Keamanan atau mayoritas anggota PBB. Pertemuan khusus pernah
diadakan pada Oktober 1995 untuk memperingati perayaan 50 tahun PBB. Dalam
setiap kali pertemuan bahasa resmi yang digunakan adalah bahasa Inggris, Mandarin,
Prancis, Rusia, Arab, dan Spanyol.
2) Dewan Keamanan (Security Council)
Dewan Keamanan PBB adalah badan terkuat di PBB. Tugasnya adalah menjaga
perdamaian dan keamanan antarnegara. Apabila badan PBB lainnya hanya dapat
memberikan rekomendasi kepada para anggota, Dewan Keamanan mempunyai
kekuatan untuk mengambil keputusan yang harus dilaksanakan para anggota di
bawah Piagam PBB. Dewan Keamanan mengadakan pertemuan pertamanya pada 17
Januari 1946 di Church House, London, dan keputusan yang mereka tetapkan disebut
Resolusi Dewan Keamanan PBB.
Dewan Keamanan mempunyai lima anggota tetap. Mereka aslinya adalah
kekuatan yang menjadi pemenang Perang Dunia II, yaitu Tiongkok, Prancis, Uni
Soviet, Inggris, dan Amerika Serikat. Tiongkok dikeluarkan pada 1971 dan digantikan
oleh Republik Rakyat Tiongkok. Setelah Uni Soviet pecah, Rusia masuk
menggantikannya. Kelima anggota tersebut adalah negara-negara yang boleh
mempunyai senjata nuklir di bawah Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Anggota Tetap
DK PBB mempunyai hak veto (hak membatalkan keputusan PBB). Tujuan
pembentukan Dewan keamanan PBB, yaitu menghentikan agresi dan memulihkan
perdamaian; menyusun dan melaksanakan siasat untuk menyelesaikan pertikaian
internasional; menyelidiki keadaan yang memungkinkan menimbulkan persengketaan;
serta merencanakan agenda pembicaraan dalam sidang Majelis Umum PBB.
3) Dewan Ekonomi dan Sosial (Economic and Social Council)
Dewan ini beranggotakan 27 negara untuk masa jabatan tiga tahun. Tugas
Dewan Ekonomi dan Sosial, antara lain:
a) Mengadakan perubahan-perubahan terhadap sosial, ekonomi, budaya,
kesehatan, dan pendidikan;
b) Melaksanakan kegiatan-kegiatan ekonomi dan sosial di bawah wewenang
PBB;
c) Memajukan perasaan menghormati terhadap hak-hak manusia dan
kemerdekaan asasi.
Dalam menjalankan tugasnya, Dewan Ekonomi dan Sosial memiliki organisasi-
organisasi khusus, seperti UNESCO, UNICEF, WHO, FAO, dan ILO.
4) Dewan Perwalian (Trusteeship Council)
Anggota Dewan Perwalian terdiri atas negara-negara yang menguasai daerah
perwalian; anggota tetap Dewan Keamanan PBB; dan sejumlah negara anggota PBB
yang dipilih dalam Sidang Umum PBB untuk masa jabatan tiga tahun. Adapun tugas
Dewan Perwalian, antara lain membimbing, mendorong, dan membantu memajukan
penduduk daerah perwalian dalam rangka mencapai kemerdekaan sendiri.
5) Mahkamah Internasional (International Court of Justice)
Mahkamah Internasional berkedudukan di Den Haag, Belanda. Anggotanya
terdiri atas lima belas hakim internasional yang dipilih oleh Majelis Umum dan Dewan
Keamanan PBB. Hakim ini memangku jabatannya selama masa sembilan tahun.
Tugas Mahkamah Internasional, antara lain memeriksa perselisihan antarnegara yang
diserahkan kepada PBB; memberi pendapat kepada Majelis Umum tentang
penyelesaian sengketa antarnegara anggota PBB; mendesak Dewan Keamanan PBB
untuk bertindak terhadap salah satu pihak negara yang berselisih; dan mengajukan
usulan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai situasi yang menurutnya dapat
membahayakan perdamaian internasional.
6) Sekretariat (Secretary)
Sekretariat PBB dipimpin oleh seorang sekretaris jenderal yang dipilih oleh
Majelis Umum untuk masa jabatan lima tahun. Tugasnya sebagai berikut.
a) Sebagai kepala administrasi PBB.
b) Menyiapkan, mengumumkan, dan melaksanakan segala keperluan badan
PBB.
c) Membuat laporan tahunan dan laporan tambahan mengenai tugas dan
pekerjaan Majelis Umum.
d) Mengadakan usulan kepada Dewan Keamanan PBB mengenai situasi yang
menurutnya dapat membahayakan perdamaian internasional.
d Peran Indonesia Dalam PBB
Pemerintah Indonesia untuk pertama kalinya diterima menjadi anggota PBB pada
tanggal 28 September 1950. Selanjutnya pernah keluar dari keanggotaan PBB karena
berselisih paham dengan Federasi Malaysia. Indonesia kemudian kembali menjadi
anggota PBB pada tanggal 29 September 1960 dan tetap sebagai anggota yang ke-60.
Bangsa Indonesia tidak hanya menerima bantuan dari PBB, tetapi juga berperan aktif
terhadap kegiatan PBB. Bentuk keaktivan yang telah ditunjukkan bangsa Indonesia,
seperti berikut.
1) Secara tidak langsung, Indonesia ikut menciptakan perdamaian dunia melalui kerja
sama dalam konferensi Asia Afrika, ASEAN, maupun Gerakan Nonblok.
2) Secara langsung, yakni Indonesia mengirimkan Pasukan Garuda sebagai sumbangan
terhadap PBB untuk menciptakan perdamaian dunia sejak tahun 1957 sampai dengan
tahun 2013 ini. Pasukan Indonesia yang dikirim kenegara – negara konflik dinamakan
dengan Kontingen Garuda (KONGA).
3) Pada tahun 1985 Indonesia membantu PBB, yakni memberikan bantuan pangan ke
Ethiopia pada waktu dilanda bahaya kelaparan. Bantuan tersebut disampaikan pada
peringatan hari Ulang Tahun FAO ke- 40.
4) Indonesia pernah dipilih sebagai anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB pada
tahun 1973–1974.
5) Menteri Luar Negeri, Adam Malik pernah menjabat sebagai ketua sidang Majelis
Umum PBB untuk masa sidang tahun 1974.
Menggapai Cakrawala
A. Berilah tanda silang (x) pada huruf a, b, c, atau d pada jawaban yang paling benar!
1. A 2. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
3. A 7. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
4. A 8. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
5. A 9. A
a S a S
b S b S
c S c S
d s d s
6. A 10. a
a S a s
b S b s
c S c s
d s d s
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. a
Tugas Siswa
Lakukanlah sesuai dengan perintahnya !
Glosarium
Konferensi : rapat atau pertemuan untuk berunding atau bertukar pendapat mengenai suatu
masalah yg dihadapi bersama; permusyawaratan; muktamar.
Non Blok : tidak memilih atau memihak blok barat (Amerika Serikat) atau blok timur (Uni
Soviet); bersikap netral tidak memihak salah satu blok.
Multilateral : melibatkan atau mengikutsertakan lebih dr dua bangsa (pihak dsb)
Cakrawala Kepribadian Bangsa
Peran Indonesia di dunia sangat besar. Hal itu menandakan bahwa Negara Indonesia sangat
dibutuhkan oleh negara-negara lain di dunia terutama bagi negara berkembang. Peran besar Indonesia
dalam pergaulan dunia bukan karena kekuatan militer Indonesia melainkan keinginan bangsa Indonesia
untuk mewujudkan dunia yang penuh damai. Hal tersebut dapat kita teladani, bahwa kita tidak perlu
menjadi kuat agar orang mau dekat dengan kita, melainkan hati dan niat kita yang baik akan
mengundang orang untuk datang kepada diri kita.
Uji Kompetensi
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!
1. A b S
a S c S
b S d s
c S 4. A
d s a S
2. A b S
a S c S
b S d s
c S 5. A
d s a S
3. A b S
a S c S
d s b S
6. A c S
a S d s
b S 14. A
c S a S
d s b S
7. A c S
a S d s
b S 15. A
c S a S
d s b S
8. A c S
a S d s
b S 16. A
c S a S
d s b S
9. A c S
a S d s
b S 17. A
c S a S
d s b S
10. A c S
a S d s
b S 18. A
c S a S
d s b S
11. A c S
a S d s
b S 19. A
c S a S
d s b S
12. A c S
a S d s
b S 20. a
c S a s
d s b s
13. A c s
a S d s
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A
7. A
8. A
9. A
10. a
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. S
2. S
3. S
4. S
5. s
Perbaikan
1. S
2. S
3. S
4. S
5. S
Cakrawala Ilmu
PBB memiliki organisasi lain yang bergerak di berbagai bidang sebagai berikut.
a UNICEF (United Nations International Children Emergency Fund), tugasnya adalah menolong dan
menyantuni anak-anak yang mengalami penderitaan akibat kemiskinan, cacat, bencana alam, dan
korban perang.
b UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organization), bertugas membina kerja
sama internasional di bidang pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan.
c UNHCR (United Nations High Commisioner for Refugees), UNHCR bertugas menangani dan
membantu pengungsi antarnegara.
d WHO (World Health Organization). Bertugas membantu negara anggota PBB dalam meningkatkan
kesehatan masyarakat.
e IMF (International Monetary Fund). Tugas IMF yaitu meningkatkan kerja sama moneter dan
perdagangan internasional.
f ILO (International Labour Organization). Tugas ILO memiliki tugas untuk mengusahakan keadilan
sosial ekonomi dan meningkatkan taraf hidup buruh (pekerja).
g FAO (Food and Agriculture Organizations) FAO memiliki tugas mengembangkan pertanian dan
meningkatkan standar gizi penduduk dunia.
Ulangan Akhir Semester
A. Berilah tanda silang (X) pada huruf a, b, c, atau d di depan jawaban yang benar!
1. A b S
a S c S
b S d s
c S 8. A
d s a S
2. A b S
a S c S
b S d s
c S 9. A
d s a S
3. A b S
a S c S
b S d s
c S 10. A
d s a S
4. A b S
a S c S
b S d s
c S 11. A
d s a S
5. A b S
a S c S
b S d s
c S 12. A
d s a S
6. A b S
a S c S
b S d s
c S 13. A
d s a S
7. A b S
a S c S
d s b S
14. A c S
a S d s
b S 18. A
c S a S
d s b S
15. A c S
a S d s
b S 19. A
c S a S
d s b S
16. A c S
a S d s
b S 20. a
c S a s
d s b s
17. A c s
a S d s
B. Isilah titik-titik di bawah ini dengan jawaban yang benar!
1. A
2. A
3. A
4. A
5. A
6. A
7. A
8. A
9. A
10. a
C. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini dengan benar!
1. S
2. S
3. S
4. S
5. S
Daftar Pustaka
Dini Susanti. 2004. Ringkasan Bank Soal Pengetahuan Sosial Sejarah. Jakarta:Yrama Widya.
Dodi R. IPS Sejarah. Jakarta: Erlangga.
I Wayan Badrika. 2005. Pengetahuan Sosial Sejarah 3. Jakarta: Bumi Aksara.
I Wayan Legawa, dkk. 2008.Contextual Teaching and Learning Ilmu Pengetahuan Sosial. Sekolah
Menengah Pertama/Madrasah Tsanawiyah Kelas IX Edisi 4.Jakarta: Pusat Perbukuan, Departemen
Pendidikan Nasional (BSE).
Nugroho Notosusanto, dkk. 1991. Sejarah Nasional Indonesia Jilid VI. Jakarta: Depdikbud.
Pusat Kurikulum. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan 2006 untuk Mata Pelajaran Ilmu
PengetahuanSosial untuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah. Jakarta: Pusat.
Sardiman. A.M, Endang Mulyana, dan Dyah Respati Suryo. 2006. Khazanah Ilmu PengetahuanSosial 3.
Surakarta: Tiga Serangkai Pustaka Mandiri.
Suparman, dkk. 2000. IPS Sejarah untuk SLTP Kelas 3. Surakarta: Tiga Serangkai.
Suwanto, dkk. 1997. Sejarah Nasional dan Umum. Semarang: Aneka Ilmu.
Suyono, dkk. 1994. IPS Sejarah: Kurikulum Pendidikan Dasar. Surakarta: Widya Duta.
Tim Penyusun Master. 2003. Sejarah Kelas 3 SLTP. Surakarta: Cempaka Putih.
Tim Penyusun Sejarah. 1995. IPS Sejarah Nasional dan Umum. Surakarta: Tiga Serangkai.

Anda mungkin juga menyukai