Salah satu di antara pokok keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah
mengimani keberadaan Surga (Al Jannah) dan Neraka (An Naar). Salah
satunya berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), …
Salah satu di antara pokok keyakinan Ahlus Sunnah wal Jama’ah adalah
mengimani keberadaan Surga (Al Jannah) dan Neraka (An Naar). Salah
satunya berdasarkan firman Allah Ta’ala (yang artinya), “Peliharalah
dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu, yang
disediakan bagi orang-orang kafir. Dan sampaikanlah berita gembira
kepada mereka yang beriman dan berbuat baik, bahwa bagi mereka
disediakan surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya..” (QS.
Al-Baqarah : 24-25).
Penamaan Surga
Surga (Al Jannah) secara bahasa berarti : kebun (al bustan), atau kebun
yang di dalamnya terdapat pepohonan. Bangsa Arab juga biasa memakai
kata al jannah untuk menyebut pohon kurma. Secara istilah, surga ialah
nama yang umum mencakup suatu tempat (yang telah dipersiapkan oleh
Allah bagi mereka yang menaati-Nya), di dalamnya terdapat segala
macam kenikmatan, kelezatan, kesenangan, kebahagiaan, dan kesejukan
pandangan mata. Surga juga disebut dengan berbagai macam nama
selain Al Jannah, diantaranya : Darus Salam (Negeri Keselamatan;lihat QS.
Yunus : 25), Darul Khuld (Negeri yang Kekal;lihat QS. Qaaf : 34), Jannatun
Na’im (Surga yang Penuh Kenikmatan;QS. Luqman: 8), Al Firdaus (QS. Al
Kahfi : 108), dan berbagai penamaan lainnya.[6]
Pintu-Pintu Surga
Surga memiliki pintu-pintu. Dalam sebuah hadits dari shahabat Sahl bin
Sa’ad radhiyallaahu anhu dari Rasulullah shallallaahu alaihi wa sallam, “Di
dalam surga terdapat delapan pintu, di antaranya adalah Ar Rayyan.
Tidak ada yang memasukinya kecuali orang-orang yang berpuasa”[7].
Dari Utbah bin Ghazawan radhiyallaahu anhu, beliau berkata mengenai
lebar tiap pintu surga, “Rasulullah bersabda kepada kami bahwasanya
jarak antara daun pintu ke daun pintu surga lainnya sepanjang perjalanan
empat puluh tahun, dan akan datang suatu hari ketika orang yang
memasukinya harus berdesakan”.[8]
Tingkatan Surga
Dahsyatnya Neraka
Penamaan Neraka
An Naar, neraka secara bahasa ialah kobaran api (al lahab) yang panas
dan bersifat membakar. Secara istilah bermakna, suatu tempat yang telah
disiapkan Allah subhanahu wa ta’ala bagi orang-orang yang mendurhakai-
Nya. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya Allah mela’nati
orang-orang kafir dan menyediakan bagi mereka api yang menyala-nyala
(neraka)” (QS. Al Ahzab : 64). Neraka memiliki beragam nama selain an
naar, diantaranya Jahannam (lihat QS. An Naba’ : 21-22), Al Jahim (QS. An
Naziat : 36), As Sa’ir (QS. Asy Syura : 7), Saqar (QS. Al Mudatsir : 27-
28), Al Huthomah (QS. Al Humazah : 4), dan Al Hawiyah (QS. Al Qari’ah :
8-11)
Pintu-Pintu Neraka
Kedalaman Neraka
Dari Abu Hurairah radhiyallaahu anhu, “Kami bersama Rasulullah
shallallaahu alaihi wa sallam, tiba-tiba terdengar suara benda jatuh. Maka
Nabi shallallaahu alaihi wa sallam bertanya, ‘Tahukah kalian apakah itu?’
Kami pun menjawab, ‘Allah dan RasulNya lebih mengetahui’. Rasulullah
berkata, ‘Itu adalah batu yang dilemparkan ke dalam neraka sejak tujuh
puluh tahun lalu. Batu itu jatuh ke dalam neraka, hingga baru mencapai
dasarnya tadi’. [14]
“Peliharalah dirimu dari neraka yang bahan bakarnya manusia dan batu,
yang disediakan bagi orang-orang kafir” (QS. Al Baqarah : 24). Batu yang
dimaksud dalam ayat ini ditafsirkan oleh Ibnu Abbas dan sebagian besar
pakar tafsir dengan belerang, dikarenakan sifatnya yang mudah menyala
lagi busuk baunya. Sebagian pakar tafsir juga berpendapat bahwa yang
dimaksud batu di sini, ialah berhala-berhala yang disembah, sebagaimana
Allah berfirman (yang artinya), “Sesungguhnya kamu dan apa yang kamu
sembah selain Allah, adalah umpan Jahannam, kamu pasti masuk ke
dalamnya.” (QS. Al Anbiya : 98)
“Mereka tiada memperoleh makanan selain dari pohon yang berduri, yang
tidak menggemukkan dan tidak pula menghilangkan lapar” (QS. Al
Ghasiyah : 6-7). Ibnu Katsir rahimahullah membawakan perkataan Ali bin
Abi Thalhah, dari Ibnu Abbas, “Itu adalah pohon dari neraka”. Said bin
Jubair berkata, “Itu adalah Az Zaqum (pepohonan berduri bagi makanan
penghuni neraka)”. Ada pula yang berpendapat bahwa yang dimaksud
ialah batu.
“Di hadapannya ada Jahannam dan dia akan diberi minuman dengan air
nanah, diminumnnya air nanah itu dan hampir dia tidak bisa menelannya”
(QS. Ibrahim : 16-17). Yaitu mereka diberi air yang amatlah busuk baunya
lagi kental, maka merekapun merasa jijik dan tidak mampu menelannya.
“Diberi minuman dengan hamiim (air yang mendidih) sehingga
memotong ususnya” (QS. Muhammad : 47). Hamiim ialah air yang
mendidih oleh panasnya api Jahannam, yang mampu melelehkan isi perut
dan menceraiberaikan kulit mereka yang meminumnya. Sebagaimana
Allah Ta’ala berfirman (yang artinya), “Dengan air itu dihancur luluhkan
segala apa yang ada dalam perut mereka dan juga kulit (mereka)” (QS. Al
Hajj : 20).[15]
Yahya bin Mu’adz berkata, “Rasa takut di dalam hati bisa tumbuh dari tiga
hal. Yaitu senantiasa berpikir seraya mengambil pelajaran, merindukan
Surga seraya memendam rasa cinta, dan mengingat Neraka seraya
menambah ketakutan.” Hendaklah diri kita tidak pernah merasa aman
dari adzab neraka. Sulaiman At Taimi pernah berkata, “Aku tidak tahu apa
yang tampak jelas bagiku dari Rabbku. Aku mendengar Allah ‘azza wa
jalla berfirman, “Dan jelaslah bagi mereka adzab dari Allah yang belum
pernah mereka perkirakan”. (QS. Az Zumar : 47).[16] Semoga tulisan ini
dapat menambah rasa takut dan harap kita kepada Allah subhanahu wa
ta’ala, memotivasi kita untuk meningkatkan amal shalih, dan menjauhi
larangan-laranganNya.