Anda di halaman 1dari 19

KURIKULUM MATERI ORANG TUA/ WALI SDIT BINA INSAN

MADANI
1. Bertamasya kenegeri surga
2. Mendidik anak cinta alquran
3. Keutamaan membaca alquran dan mengkhatamkanya
4. Bersama keluarga menuju surga
5. Keberkahan hidup
6. Menggapai rahmat Alloh
7. Mendidik anak agar sholat
8. Harmonisasi keluarga
1. BERTAMASYA KENEGERI SURGA

Marilah kita senantiasa bersyukur kepada Allah, atas nikmat iman dan takwa dengan syukur
yang sesungguhnya, sehingga Allah benar-benar berkenan menambahkan anugrah nikmat
teragung itu, berupa keteguhan iman dan ketinggian takwa sebagai balasan bagi hamba-hamba-
Nya yang pandai bersyukur, Amin. Allahumma Amin!

Termasuk dalam anugerah keimanan yang agung yang harus senantiasa kita syukuri adalah
keimanan dan keyakinan yang di-berikan oleh Allah ke dalam hati sanubari kita sekalian, berupa
percaya akan wujudnya surga dengan segala kenikmatannya, dan percaya adanya neraka
dengan segala penderitaan yang paling pedih dan memilukan.

Dengan keimanan pada nikmat-nikmat surga, kita akan menjadi semakin terdorong untuk
beramal shalih, dan mempertebal ketakwaan kita, begitu juga dengan rasa takut pada ancaman
siksaan neraka, akan semakin menambah rasa takut kita dari berbuat maksiat yang dapat
melunturkan busana takwa dari diri kita. (Fana’udzubillah).

Hadirin Rahimakumullah wa A’azzakumullah!

Sesungguhnya, Allah menjanjikan surga dengan segala puncak kenikmatannya demi


kebahagiaan para hadirin dan segenap orang-orang mukmin di dunia dan di akhirat. Sejak di
dunia orang-orang beriman mendapatkan kebahagiaan, karena selalu beramal shalih demi cita-
cita yang mulia di akhirat. Dari iman dan amal shalih yang mereka laksanakan, Allah membalas
kebaikan mereka di dunia sebelum nanti di akhirat juga akan diberi balasan kebaikan,

‫َم ْن َع ِمَل َص اِلًحا ِّم ن َذ َك ٍر َأْو ُأنَثى َو ُهَو ُم ْؤ ِم ٌن َفَلُنْح ِيَيَّنُه َحَياًة َطِّيَبًة َو َلَنْج ِز َيَّنُهْم َأْج َر ُهْم ِبَأْح َس ِن‬
‫َم اَك اُنوا َيْع َم ُلوَن‬
“Barangsiapa yang mengerjakan amal shalih, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan
beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan
sesungguhnya akan Kami berikan balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari
apa yang telah mereka kerjakan.” (An-Nahl: 97).

Sedangkan di akhirat kelak Allah menyediakan surga bagi mereka dengan segala puncak
kenikmatan-kenikmatan di dalam-nya, sebagaimana Allah Subhanahu wa Ta’ala telah
menjelaskannya di dalam firman-Nya di atas.

Di sini, khatib mencoba untuk memaparkan gambaran surga, sebagaimana yang telah
diterangkan oleh Allah di dalam Alquran, oleh Rasulullah di dalam hadits-hadits beliau, dan
beberapa keterangan dari para salafush shalih:
1. Pintu-pintu yang bermacam-macam; ada pintu shalat, pintu jihad, sedekah, pintu ar-
Rayyan yang dikhususkan bagi ahli puasa dan pintu-pintu yang lainnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam pernah menjelaskan bahwa,

:‫َم ا ِم ْنُك ْم ِم ْن َأَح ٍد َيَتَو َّض ُأ َفُيْس ِبُغ اْلَو ُضْو َء ُثَّم َيُقْو ُل‬
“Tidaklah salah seorang dari kalian berwudhu dan menyempurnakan wudhunya, kemudian
mengucapkan,

‫َأْش َهُد َأْن اَل إله ِإاَّل هللا َو َأَّن ُم َح َّم ًد ا َعْبُد هللا َو َر ُس ْو ُلُه‬
‘Aku bersaksi bahwa tidak ada tuhan yang berhak disembah selain Allah dan Muhammad adalah
hamba Allah dan Rasul-Nya‘,

‫ِإاَّل ُفِتَح ْت َلُه َأْبَو اُب اْلَج َّنِة الَّثَم اِنَيُة َيْد ُخ ُل ِم ْن َأِّيَها َش اَء‬
“melainkan akan dibukakan baginya delapan pintu surga, dia (dipersilahkan) masuk dari pintu
mana saja yang dia kehendaki.” (H.R. Muslim, no. 234).

Hadirin Rahimakumullah!

2. Tingkatan-tingkatan surga.

Tingkatan tertinggi adalah surga yang khusus untuk nabi kita Muhammad Shallallahu ‘alahi wa
Sallam di tempat yang paling tinggi di Surga Firdaus.

Kemudian surga para Nabi, surga para mukminin yang beriman kepada segenap Rasulullah,
kamar-kamar mereka berada tinggi di atas, mereka menyaksikannya bagaikan menyaksikan
bintang “ ‫ ”َك ْو َك ٌب ُد ِّر ٌّي‬yang melintas di atas, jauh di ufuk langit di sebelah timur atau barat, yang
mana antara satu dengan yang lainnya tidak sama.

Tingkatan surga itu lebih dari seratus dan bagi pembaca dan penghafal al-Qur`an dipersilakan
naik ke derajat-derajat berikutnya sesuai jumlah bacaan mereka.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫هُْم َد َر َج اُُت ِع نَد ِهللا َو ُهللا َبِص يُُر ِبَم ا َيْع َم ُلوَن‬

“(Kedudukan) mereka itu bertingkat-tingkat di sisi Allah, dan Allah Maha Melihat apa yang
mereka kerjakan.” (Ali Imran: 163).

Bahkan bagi para syuhada`, mereka mendapatkan surga bertingkat seratus, antara tingkat yang
satu dengan berikutnya setinggi antara langit dan bumi.

Hadirin Rahimakumullah!
3. Tanah di surga adalah Misk (kasturi).

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam menceritakan tentang mi’raj beliau Shallallahu ‘alahi wa
Sallam,

.‫ُأْد ِخ ْلُت اْلَج َّنَة َفِإَذ ا ِفْيَها َج َناِبُذ الُّلْؤ ُلِؤ َو ِإَذ ا ُتَر اُبَها اْلِم ْسُك‬

“Saya dimasukkan ke surga, ternyata di dalamnya ada kubah-kubah dari mutiara dan tanahnya
dari misk (kasturi).” (H.R. al-Bukhari).

Ibnu Shayyad pernah bertanya kepada Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam tentang tanah di surga,
maka beliau menjawab, “Pasir lembut yang putih, misk yang murni,” (H.R. Muslim: 2928).

4. Istana-istana megah dan indah.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫َيْغ ِفْر َلُك ْم ُذ ُنوَبُك ْم َو ُيْد ِخ ْلُك ْم َج َّناٍت َتْج ِري ِم ْن َتْح ِتَها ْاَألْنَهاُر َو َم َس اِكَن َطِّيَبًة ِفي َج َّناِت َع ْد ٍن َذ ِلَك اْلَفْو ُز اْلَعِظ يُم‬
“Niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosamu dan memasukkan kamu ke dalam surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai, dan (memasukkan kamu) ke istana-istana yang baik di
surga ‘Adn. Itulah keberuntungan yang besar.” (Ash-Shaff: 12).

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bercerita,

‫ َفَم ا َم َنَعِنْي َأْن َأْد ُخَلُه َيا اْبَن‬.‫ ِلَر ُج ٍل ِم ْن ُقَر ْيٍش‬:‫ ِلَم ْن هذا؟ َفَقاُلْو ا‬: ‫ َفُقْلُت‬،‫َد َخ ْلُت اْلَج َّنَة َفِإَذ ا َأَنا ِبَقْص ٍر ِم ْن َذ َهٍب‬
‫ َو َع َلْيَك َأَغ اُر َيا َر ُسْو َل هللا؟‬: ‫ َقاَل‬. ‫اْلَخ َّطاِب ِإاَّل َم ا َأْع َلُم ِم ْن َغْيَر ِتَك‬

“Saya pernah masuk surga, tiba-tiba saya berada dalam sebuah istana emas, saya bertanya,
‘Milik siapa istana ini?’ Mereka menjawab, ‘Milik seseorang dari Quraisy (Umar bin al-
Khaththab)’.” “Tidak ada yang menghalangiku untuk memasukinya wahai Ibnu al-Khaththab,
kecuali karena apa yang saya ketahui dari kecemburuanmu.” Umar mengatakan, “Apakah
kepadamu aku cemburu wahai Rasulullah?” (H.R. al-Bukhari, no. 7024 dan Muslim, no. 2394).

Sebuah contoh lain yang menceritakan kondisi istana di surga; malaikat Jibril
‘alaihissalam pernah mendatangi Nabi Shallallahu ‘alahi wa Sallam dan berkata kepada beliau,

“Khadijah akan datang kepadamu membawa bejana berisi lauk pauk, makanan, dan minuman.
Apabila dia datang, maka sampaikanlah salam dari Rabbnya dan dariku, lalu berilah kabar
gembira kepada-nya dengan sebuah istana di surga dari mutiara berongga, tiada hiruk pikuk
maupun keletihan di dalamnya.” (H.R. al-Bukhari, no. 3821 dan Muslim, no. 2432).

5. Kamar-kamar di surga;

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,


‫َلِكِن اَّلِذ يَن اَّتَقْو ا َر َّبُهْم َلُهْم ُغ َر ٌف ِّم ن َفْو ِقَها ُغ َر ٌف َّم ْبِنَّيٌة َتْج ِر ي ِم ن َتْح ِتَها ْاَألْنَهاُر َو ْع َد ِهللا َال ُيْخ ِلُف ُهللا‬
‫اْلِم يَع اَد‬

“Tetapi orang-orang yang bertakwa kepada Rabb-nya mereka mendapat kamar-kamar (di
surga), di atasnya dibangun pula kamar-kamar yang di bawahnya mengalir sungai-sungai. Allah
telah berjanji dengan sebenar-benarnya. Allah tidak akan memungkiri janji-Nya.” (Az-Zumar: 20).

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda,

“Sesungguhnya di dalam surga ada kamar-kamar, luarnya terlihat dari dalamnya, ruang
dalamnya tampak dari luarnya.” Seorang badui bertanya, “Untuk siapa itu?” Beliau Shallallahu
‘alahi wa Sallam menjawab, “Untuk orang yang indah tutur katanya, suka memberi makan, selalu
ber-puasa, serta melaksanakan shalat malam di saat orang-orang sedang tidur.” (H.R. at-
Titmidzi, no. 1984, dn Ahmad, no. 1340 dan di-hasankan oleh al-Albani).

6. Kemah-kemah di surga.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ُحوٌر َّم ْقُصوَر اٌت ِفي اْلِخ َياِم‬


“Bidadari-bidadari yang jelita, putih bersih dipingit dalam kemah-kemah.” (Ar-Rahman: 72).

Dan nabi kita Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda,

‫ ِلْلُم ْؤ ِم ِن ِفْيَها َأْهُلْو َن َيُطْو ُف َع َلْيِهُم‬، ‫ ُطْو ُلَها ِس ُّتْو َن ِم ْياًل‬،‫ِإَّن ِلْلُم ْؤ ِم ِن ِفي اْلَج َّنِة َلَخ ْيَم ًة ِم ْن ُلْؤ ُلَؤ ٍة َو اِحَدٍة ُمَج َّو َفٍة‬
.‫ َفاَل َيَر ى َبْعُض ُهْم َبْعًضا‬، ‫اْلُم ْؤ ِم ُن‬

“Sesungguhnya orang Mukmin di surga memiliki sebuah tenda dari mutiara berongga,
panjangnya enam puluh mil. Di dalamnya dia memiliki istri-istri yang dia gilir, sebagian mereka
tidak melihat sebagian yang lain.” (HR. Muslim, no. 2838).

7. Peraduan di dalam surga. Para penghuni surga berada di atas peraduan-peraduan yang
indah lagi nyaman, Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ُم َّتِكِئيَن َع َلى ُسُر ٍر َّم ْص ُفوَفٍة َو َز َّو ْج َناُهم ِبُحوٍر ِع يٍن‬
“Mereka bertelekan di atas peraduan-peraduan yang berderetan dan Kami kawinkan mereka
dengan bidadari-bidadari yang cantik ber-mata jeli.” (Ath-Thur: 20).

8. Tahta di dalam surga yang sangat indah dengan sandaran yang sangat nikmat:
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ُأْو َلِئَك َلُهْم َج َّناُت َع ْد ٍن َتْج ِر ي ِم ن َتْح ِتِهُم ْاَألنَهاُر ُيَح َّلْو َن ِفيَها ِم ْن َأَس اِوَر ِم ن َذ َهٍب َو َيْلَبُسوَن ِثَياًبا ُخ ْض ًرا ِّم ن‬
‫ُس ْنُد ٍس َو ِإْسَتْبَر ٍق ُّم َّتِكِئيَن ِفيَها َع َلى ْاَألَر اِئِك ِنْع َم الَّثَو اُب َو َح ُس َنْت ُم ْر َتَفًقا ُأْو َلِئَك َلُهْم َج َّناُت َع ْد ٍن َتْج ِري ِم ن‬
‫َتْح ِتِهُم ْاَألنَهاُر ُيَح َّلْو َن ِفيَها ِم ْن َأَس اِو َر ِم ن َذ َهٍب َو َيْلَبُسوَن ِثَياًبا ُخ ْض ًرا ِّم ن ُس ْنُد ٍس َو ِإْسَتْبَر ٍق ُّم َّتِكِئيَن ِفيَها َع َلى‬
‫ْاَألَر اِئِك ِنْع َم الَّثَو اُب َو َح ُس َنْت ُم ْر َتَفًقا‬
“Mereka itulah (orang-orang yang) bagi mereka Surga ‘Adn, mengalir sungai-sungai di
bawahnya; dalam surga itu mereka dihiasi dengan gelang emas dan mereka memakai pakaian
hijau dari sutera halus dan sutera tebal, sedang mereka duduk sambil bersandar di atas tahta
yang indah. Itulah pahala yang sebaik-baiknya, dan tempat istirahat yang indah.” (Al-Kahfi: 31).

Hadirin Rahimakumullah!

9. Busana di surga adalah busana yang terbuat dari sutera, di mana ketika kita berada di
dunia, memakai sutera adalah larangan keras dari Rasulullah bagi kaum laki-laki dan
diperbolehkan bagi kaum wanita, tetapi di surga nanti, keharaman memakai sutera ter-hapus,
dan penghuni surga akan mengenakannya kelak, dan baju-baju tersebut tidak akan usang
selamanya.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫َيْلَبُسوَن ِم ن ُس نُد ٍس َو ِإْسَتْبَر ٍق ُّم َتَقاِبِليَن‬

“Mereka memakai sutera yang halus dan sutera yang tebal, (duduk) berhadap-hadapan.” (Ad-
Dukhan: 53).

Dan baju-baju itu indah menawan, sapu tangannya pun jika dibandingkan dengan pakaian
terindah di dunia, maka sama dengan busana-busana para raja, sebagaimana disebutkan dalam
hadits riwayat al-Bukhari, bahwa sapu tangan di surga itu lebih indah daripada busana raja-raja.

10. Buah-buahan di surga.

Buah-buahan segar yang sangat amat nikmat, kelezatannya tiada tara dan terus berbuah tiada
pernah habis sepanjang masa, merendah dekat sekali, mudah untuk dipetik oleh penduduk
surga yang berjalan-jalan berkeliling surga sambil memetik buah-buahan yang mereka lewati di
tepi-tepi jalan-jalan surga. Satu biji anggurnya saja andaikan dimakan oleh penduduk bumi dan
langit, tetap tidak akan habis.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫ُأُك ُلَها َداِئٌم َو ِظ ُّلَها ِتْلَك ُع ْقَبى اَّلِذ يَن اَّتَقْو ا‬

“Buahnya tak henti-henti sedang naungannya (demikian pula). Itulah tempat kesudahan bagi
orang-orang yang bertakwa.” (Ar-Ra’d: 35).

11. Pohon-pohon di surga.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman, yang artinya,

“Kedua surga itu mempunyai pepohonan dan buah-buahan.” (Ar-Rahman ; 48)

Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman (yang artinya),


“Berada di antara pohon bidara yang tidak berduri, dan pohon pisang yang bersusun-susun
(buahnya), dan naungan yang terbentang luas.” (Al-Waqi’ah: 28-30).

Imam al-Bukhari dan Muslim mengeluarkan sebuah hadits dari Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa
Sallam, bahwa beliau bersabda,

“Sesungguhnya di dalam surga ada sebuah pohon, bila seorang pengendara menempuh
perjalanan di bawah teduhannya selama seratus tahun, ia masih belum melewatinya, bacalah
ayatnya jika kalian mau, (dan naungan yang terbentang luas).” (H.R. al-Bukhari 3252, Muslim
2826).

Di dalam Sunan at-Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda,

“Dan pangkal-pangkal batangnya dari emas.” (H.R. at-Tirmidzi 2525)

12. Sungai-sungai di surga.

Sungai-sungai itu mengalir di bawah istana-istana, kamar-kamar dan taman-taman. Mengalir dari
atasnya yaitu Arasy Allah Yang Maha Pengasih, mata air dan air mancur yang memancar.

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda,

.‫َس ْيَح اُن َو َج ْيَح اُن َو اْلُفَر اُت َو الِّنْيُل ُك ٌّل ِم ْن َأْنَهاِر اْلَج َّنِة‬

“Saihan, Jaihan, Eufrat, dan Nil, semuanya dari sungai-sungai surga.” (HR. Muslim 2839).

13. Istri-istri di surga.

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

‫َو َلُهْم ِفيَها َأْز َو اُُج ُم َطَّهَر ُُة َو ُهْم ِفيَها َخاِلُد وَن‬

“Dan untuk mereka di dalamnya ada istri-istri yang suci dan mereka kekal di dalamnya.” (Al-
Baqarah: 25).

Sedang istri-istrinya yang Mukminah, yang shalihah, yang berasal dari dunia akan menjadi paling
jelita, paling anggun lagi mempesona di antara para bidadari di atas, sebagaimana hadits dari
Ummu Salamah radiyallahu ‘anha, yang diriwayatkan oleh Muslim.

‫ َأُقْو ُل َقْو ِلْي هذا‬.‫َباَر َك هللا ِلْي َو َلُك ْم ِفي اْلُقْر آِن اْلَك ِر ْيِم َو َجَع َلَنا ُهللا ِم َن اَّلِذ ْيَن َيْسَتِم ُعْو َن اْلَقْو َل َفَيَّتِبُعْو َن َأْح َس َنُه‬
. ‫َو َأْسَتْغ ِفـُر هللا ِلْي َو َلُك ْم‬

14. Kendaraan di surga.

Abdullah bin Umar radiyallahu ‘anhuma menerangkan,

“Kuda-kuda dari Yaqut merah yang bisa terbang ke mana saja dan setiap kendaraan atau
hewan-hewan pilihan yang mengagumkan.”
15. Pasar di surga.

Rasulullah Shallallahu ‘alahi wa Sallam bersabda,

“Di surga ada pasar, mereka mengunjunginya setiap Jumat, kemudian angin utara bertiup
menerpa wajah dan busana mereka, maka menambah kegagahan dan ketampanan mereka,
mereka pulang, dengan kondisi yang semakin tampan dan rupawan, keluarga mereka
menyambut mereka dan berkata, ‘Demi Allah, betapa bertambah tampan dan rupawan Anda!’
Mereka pun membalas, ‘Demi Allah, kini kalian pun bertambah cantik dan rupawan’.” (H.R.
Muslim 2833 dari Anas radiyallahu ‘anhu).

Itulah sekelumit gambaran surga yang sangat indah nan mempesona, yang tidak pernah terlihat
oleh mata, tidak terdengar oleh telinga, tidak teraba oleh indra kita yang lemah ini dan tidak pula
pernah terbetik di hati seorang hamba sekalipun. Masih banyak sekali keindahan-keindahan
surga yang tidak dapat disampaikan oleh khatib pada kesempatan ini, semoga saja dengan
gambaran-gambaran yang telah disampaikan tadi dapat memberikan motifasi kepada kita semua
untuk selalu berlomba-lomba mendapatkannya.

Akhirnya, marilah kita memohon kepada Allah, semoga kita sekalian, bersama anggota keluarga
kita, masyarakat Muslimin dan para pemimpin kaum Mukminin dicatat oleh Allah Subhanahu wa
Ta’ala sebagai calon penghuni surga, yang merupakan cita-cita akhir tempat kembali
kita. Amin, ya Rabbal Alamin, kenikmatan puncak yang tiada terbayangkan.

‫ِإَّن َهللا َو َم َالِئَك َتُه ُيَص ُّلوَن َع َلى الَّنِبِّي َيآَأُّيَها اَّلِذ يَن َء اَم ُنوا َص ُّلوا َع َلْيِه َو َس ِّلُم وا َتْس ِليًم ا‬

‫ ِإَّنَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬، ‫ َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم‬، ‫ َك َم ا َص َّلْيَت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم‬، ‫ َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد‬، ‫اللهم َص ِّل َع َلى ُمَحَّمٍد‬

‫ ِإَّنَك َحِم ْيٌد َمِج ْيٌد‬، ‫ َو َع َلى آِل ِإْبَر اِهْيَم‬، ‫ َك َم ا َباَر ْك َت َع َلى ِإْبَر اِهْيَم‬، ‫ َو َع َلى آِل ُمَحَّمٍد‬، ‫اللهم َباِر ْك َع َلى ُمَحَّمٍد‬

‫ َر َّبَنا َظَلْم َنا َأْنُفَس َنا َو ِإْن َلْم َتْغ ـِفـْر َلَنا َو َتْر َحْم َنا َلَنُك وَنَّن ِم َن اْلَخ اِس ِرْيَن‬،‫اللهم اْغ ـِفـْر ِلْلُم ْس ِلِم ْيَن َو اْلُم ْس ِلَم اِت‬
‫ اللهم ِإَّنا َنُعْو ُذ‬.‫ اللهم ِإَّنا َنْس َأُلَك اْلُهَدى َو الُّتَقى َو اْلَع َفاَف َو اْلِغ َنى‬. ‫ َر َّبَنا آِتَنا ِفي الُّد ْنَيا َحَس َنًة َوِفي اآْل ِخَرِة َحَس َنًة َوِقَنا َع َذ اَب الَّناِر‬،
‫ َو آِخ ُر َد ْع َو اَنا‬.‫ِبَك ِم ْن َز َو اِل ِنْع َم ِتَك َو َتَحُّو ِل َعاِفَيِتَك َو ُفَج اَءِة ِنْقَم ِتَك َو َجِم ْيِع َس َخ ِط َك‬

‫ َو َص لى هللا َع َلى َنِبِّيَنا ُمَحَّمٍد َو َع َلى آِلِه َو َص ْح ِبِه َو َس َّلَم‬. ‫َأِن اْلَحْم ُد هلل َر ِّب اْلَع اَلِم ْيَن‬

Read more https://khotbahjumat.com/40-bertamasya-ke-negeri-surga.html


MENDIDIK ANAK CINTA ALQURAN

Pemateri: Ustzh. DR. Hj. Aan Rohanah, Lc , M.Ag

Anak sebagai karunia dari Allah, merupakan rahmat dan rizki yang dinanti para orang tua.
Karena anak adalah permata hati yang dengan keshalehannya bisa membahagiakan kedua
orang tua di dunia dan di akhirat .

Allah berfirman:
‫رحمة هللا وبركاته عليكم‬
Artinya : " itu adalah rahmat dan berkah Allah curahkan kepadamu" ( QS. 11:73 )

Amal shaleh anak bisa menjadi sedekah jariyah yang pahalanya tidak akan terputus hingga
hari kiamat tiba. Sebab keberadaan anak shaleh dikarenakan adanya pengorbanan dan
perjuangan yang besar dari para orang tua dalam mendidiknya tanpa kenal waktu.
Rasulullah bersabda:
‫اذا مات ابن ادم انقطع عمله اال من ثالث صدقة جارية او علم ينتفع به او ولد صالح يدعو له‬
Artinya: " Apabila anak Adam meninggal maka terputuslah amalnya kecuali 3 perkara ,
yaitu: sedekah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakannya" ( HR.
Muslim ).
Pantaslah jika anak adalah milik yang paling berharga , menjadi aset yang paling bernilai
bagi para orang tua di dunia dan akhirat. Karena itu wahai para orang tua berilah anak nikmat
Allah yang teragung yaitu pendidikan mencintai Alquran.
Allah berfirman:
‫ علم القران‬.‫الرحمن‬.
Artinya: " Allah Yang Maha Penyayang . Telah mengajarkan Alquran"( QS. 55 : 1-2 ).
Pentingnya pendidikan anak mencintai Al-Quran telah diwasiatkan Rasulullah SAW. kepada
para orang tua dengan sabdanya:
‫ حب نبيكم وحب ال بيته وتالوة القران فان حملة القران في ظل عرش هللا يوم ال ظل اال‬: ‫ادبوا اوالدكم على ثالث خصال‬
‫ظله‬.
Artinya : " Didiklah anakmu kepada 3 perkara yitu mencintai nabimu, mencintai keluarganya,
dan ( mencintai) membaca Al-Qur'an, karena sesungguhnya pelaku Al-Qur'an akan berada di
bawah naungan Arsy Allah saat tidak ada naungan kecuali naungan-Nya" ( HR. Thabrani ).

Mengapa anak harus dididik mencintai Rasulullah, keluarganya dan mencintai Al-Quran ?
Karena dalam konsep Islam, anak harus disiapkan menjadi pemimpin yang beriman kokoh,
beribadah benar, berakhlak mulia, berwawasan pengetahuan yang luas dan bermanfaat ,
sehat, mandiri, dan menjadi pejuang dalam melaksanakan dan menegakkan nilai2 Islam
hingga kejayaaannya. Merekalah yang akan menjadi pemimpin bagi orang2 yang bertakwa.

Mendidik anak cinta alquran itu dimulai dengan cinta membacanya, cinta menghafal dan
mengulangnya, cinta memahami ayat2-Nya, hingga cinta untuk mengamalkan dan berdakwah
kepadanya. Urgensi mendidik anak cinta Al-Qur'an :
1. Mendidik anak selalu dekat dengan Allah dan dekat dengan wahyu-Nya.

2. Melatih kecerdasan dan kekuatan hafalannya.

3. Mendidik anak berjiwa kuat agar mampu mengendalikan nafsunya.


‫اذا تليت عليهم اياته زادتهم ايمانا‬
Artinya: "Apabila dibacakan alquran kepada mereka maka bertambahlah imannya" ( QS. 8 : 2
)

4. Mendidik anak berakhlak mulia.

5. Menjaga anak dari penyakit hati dan penyimpangan moral.

6. Mempersiapkan anak lebih dini untuk memiliki potensi menjadi tokoh besar.

7. Menyibukkan anak pada kegiatan yang bermanfaat.

8. Menyiapkan anak bahagia di dunia dan di akhirat.

9. Bernilai sedekah jariah bagi orang tua.

10. Menjadi syafaat bagi anak dan orang tuanya.

Kiat mendidik anak cinta Al-Qur'an:


1. Keteladanan dari kedua orang tua.
2. Banyak berdoa kepada Allah.
3. Memberikan motivasi kepada anak.
4. Disiplin dalam mengajarkan alquran ; membaca, menghafal dan mengamalkan.
5. Banyak memperdengarkan tilawah quran dari qari terbaik.
6. Melekatkan anak kepada guru alquran ( ahli alquran yang fashih, hafidz dan berakhlak
alquran ).
7. Menciptakan lingkungan yang kondusif.
8. Memberikan apresiasi dan tidak memberikan sangsi.
9. Bertahap sesuai kemampuan anak.
10. Menyediakan fasilitas yang dibutuhkan.

Semoga Allah memberikan kemudahan dan keberkahan dalam upaya kita mewujudkan anak
cinta alquran, amin

Dipersembahkan:
www.iman-islam.com
Keutamaan Tilawah Alquran Dan Mengkhatamkannya

MUQADIMAH
 Al Qur’an adalah Kitab Suci yang merupakan sumber dan pertama ajaran Islam, yang menjadi
petunjuk kehidupan umat manusia, dan diturunkan Alloh SWT kepada Nabi Muhammad SAW
sebagai salah satu rahmat yang tiada taranya bagi alam semesta.

 Didalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman, dan pelajaran bagi siapa
saja yang mempercayai serta mengamalkannya.

 Merupakan Kitab Suci terakhir yang diturunkan Alloh SWT, yang isinya mencakup segala pokok-
pokok syariat yang terdapat dalam Kitab-Kitab Suci sebelumnya.
 Al Qur’an adalah sebaik-baik bacaan bagi orang mu’min. Bukan hanya merupakan amal dan
ibadah yang sangat mulia yang pahalanya berlipat ganda, tetapi juga menjadi obat dan penawar
bagi orang yang gelisah jiwanya.

 Kisah seseorang yang datang dan meminta nasehat kepada sahabat Rasulullah SAW, Abdullah
Ibnu Mas’ud karena jiwanya yang gelisah, pikirannya kusut, makan tidak enak, dan tidurpun
tidak nyenyak.

 Nasehat Ibnu Mas’ud : “ Kalau penyakit itu yang menimpamu, maka bawalah hatimu
mengunjungi 3 tempat, yaitu ke tempat orang-orang yang membaca Al Qur’an,
engkau baca Al Qur’an atau engkau dengar baik-baik bacaannya. Atau engkau pergi
ke Majelis pengajian yang mengingatkan hati kepada Alloh. Atau engkau mencari
waktu dan tempat yang sunyi, disan engkau berkhalwat menyembah Alloh,
meminta dan memohon kepada Alloh ketenangan jiwa, ketentraman pikiran dan
kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum juga terobati dengan cara ini, engkau
minta kepada Alloh agar diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu pakai
itubukan lagi hatimu.”

KEUTAMAAN TILAWAH AL QUR’AN


 Rasulullah SAW bersabda : “Ada dua golongan manusia yang sungguh-sungguh orang dengki
kepadanya, yaitu orang diberi oleh Alloh Kitab Suci al Qur’an kemudian dibacanya siang dan
malam, dan orang yang dianugerahi oleh Alloh kekayaan harta, siang dan malam kekayaan itu
digunakannya untuk segala sesuatu yang diridhoi Alloh SWT.”

 Itu merupakan 2 rasa iri / hasad yang diperbolehkan dalam Islam.


 Berikut ini akan kita bahas secara singkat mengenai keutamaan tilawah (membaca) Al-Qur’an
dan Ahdaf (tujuan) membaca Al-Qur’an.

 1. Al-Qur’an adalah Kalamullah

 a. Kitab yang Mubarak (diberkahi)

 Allah SWT berfirman,

 ‫َو َٰه َذ ا ِك َتاٌب َأنَز ْلَناُه ُمَباَر ٌك ُّمَص ِّدُق اَّلِذ ي َبْيَن َيَد ْيِه َو ِلُتنِذَر ُأَّم اْلُقَر ٰى َو َم ْن َح ْو َلَهاۚ َو اَّلِذ يَن ُيْؤ ِم ُنوَن ِباآْل ِخ َرِة ُيْؤ ِم ُنوَن ِب ِهۖ َو ُهْم‬
٩٢﴿ ‫﴾َع َلٰى َص اَل ِتِهْم ُيَح اِفُظوَن‬
 “Dan Ini (Al-Qur’an) adalah Kitab yang Telah kami turunkan yang diberkahi; membenarkan
kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya dan agar kamu memberi peringatan kepada
(penduduk) ummul Qura (Mekah) dan orang-orang yang di luar lingkungannya. orang-orang
yang beriman kepada adanya kehidupan akhirat tentu beriman kepadanya (Al-Qur’an) dan
mereka selalu memelihara sembahyangnya.” (QS. Al-An’am (6) :

 b. Menuntun ke jalan yang lurus.

 Allah SWT berfirman,

 ٩﴿‫﴾ِإَّن َٰه َذ ا اْلُقْر آَن َيْهِد ي ِلَّلِتي ِهَي َأْقَو ُم َو ُيَبِّش ُر اْلُم ْؤ ِمِنيَن اَّلِذ يَن َيْع َم ُلوَن الَّصاِلَح اِت َأَّن َلُهْم َأْج ًرا َك ِبيًرا‬
 “Sesungguhnya Al-Qur’an Ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan
memberi kabar gembira kepada orang-orang mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi
mereka ada pahala yang besar.” (QS. Al-Isra’ (17) : 9)

 c. Tidak ada sedikit pun kebatilan di dalamnya

 Allah SWT berfirman,

 ٤٢﴿ ‫﴾اَّل َيْأِتيِه اْلَباِط ُل ِم ن َبْيِن َيَد ْيِه َو اَل ِم ْن َخ ْلِفِهۖ َتنِز يٌل ِّم ْن َح ِكيٍم َحِم يٍد‬
 “Yang tidak datang kepadanya (Al-Qur’an) kebatilan baik dari depan maupun dari belakangnya,
yang diturunkan dari Rabb yang Maha Bijaksana lagi Maha Terpuji.” (QS. Fushshilat: (41

 2. Membaca Al Qur’an adalah sebaik-baik amal perbuatan.

 Rasulullah SAW bersabda:

 ‫َخ ْيُر ُك ْم َم ْن َتَع َّلَم اْلُقْر آَن َو َع َّلَم ُه‬


 “Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an” (At-Tirmidzi dari
Utsman bin Affan, hadits hasan shahih).

 Dari hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas, Rasulullah SAW bersabda : “Barangsiapa yang
mempelajari Kitabullah, kemudian mengamalkannya, maka Alloh akan menunjukinya dari
kesesatan, dan akan dipeliharanya pada hari kiamat dari siksa yang berat.”

 3. Al-Qur’an akan menjadi syafi’ (penolong) di hari Kiamat.

 Rasulullah SAW bersabda,

 ‫اْقَرُء وا اْلُقْر آَن َفِإَّنُه َيْأِتي َيْو َم اْلِقَياَم ِة َش ِفيًعا َأِلْص َح اِبِه‬
 “Bacalah Al-Qur’an sesungguhnya ia akan menjadi penolong pembacanya di hari kiamat.”
(Muslim dari Abu Umamah).

 4. Beserta para malaikat yang mulia di hari Kiamat.

 Sabda Nabi SAW,

 ‫اْلَم اِهُر ِباْلُقْر آِن َم َع الَّس َفَرِة اْلِكَر اِم اْلَبَرَرِة َو اَّلِذ ي َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َو َيَتَتْعَتُع ِفيِه َو ُهَو َع َلْيِه َش اٌّق َلُه َأْج َر اِن‬
 “Orang yang mahir membaca Al-Qur’an bersama para malaikat yang mulia dan baik dan orang
yang membaca Al-Qur’an dengan terbata-bata, ia mendapatkan dua pahala.” (Muttafaq Alaih
dari Aisyah ra.)

 5. Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an.

 Sabda Nabi SAW,

 ‫َم َثُل اْلُم ْؤ ِم ِن اَّلِذ ي َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َك َم َثِل اُأْلْتُرَّج ِة ِر يُح َها َطِّيٌب َو َطْع ُمَها َطِّيٌب َو َم َثُل اْلُم ْؤ ِم ِن اَّلِذ ي اَل َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َك َم َثِل الَّتْم َرِة‬
‫اَل ِر يَح َلَها َو َطْع ُمَها ُح ْلٌو َو َم َثُل اْلُم َناِفِق اَّلِذ ي َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َم َثُل الَّرْيَح اَنِة ِر يُح َها َطِّيٌب َو َطْع ُمَها ُم ٌّر َو َم َث ُل اْلُم َن اِفِق اَّل ِذ ي اَل‬
‫َيْقَر ُأ اْلُقْر آَن َك َم َثِل اْلَح ْنَظَلِة َلْيَس َلَها ِر يٌح َو َطْع ُمَها ُم ٌّر‬
 “Perumpamaan orang beriman yang membaca Al-Qur’an adalah bagaikan buah utrujah,
aromanya harum dan rasanya nikmat. Perumpamaan seorang mukmin yang tidak membaca Al-
Qur’an seperti buah kurma, tidak ada baunya dan rasanya manis. Perumpamaan seorang
munafik yang membaca Al-Qur’an bagai raihanah (semacam bunga kenanga), baunya harum
namun rasanya pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur’an bagai
buah handzalah (antawali), tidak ada buahnya dan rasanya pahit.” (Muttafaq Alaihi)

 6. Penyebab terangkatnya derajat suatu kaum.

 Sabda Nabi SAW,

 ‫ِإَّن َهَّللا َيْر َفُع ِبَهَذ ا اْلِكَتاِب َأْقَو اًم ا َو َيَض ُع ِبِه آَخ ِر يَن‬
 “Sesungguhnya Allah akan mengangkat suatu kaum dengan kitab ini dan akan menjatuhkannya
dengan kitab ini pula” (Muslim dari Umar bin Khatthab).

 7. Turunnya rahmah dan sakinah

 Sabda Nabi SAW,

 ‫َم ا ِم ْن َقْو ٍم َيْج َتِم ُعوَن ِفي َبْيٍت ِم ْن ُبُيوِت ِهَّللا َع َّز َو َج َّل َيْقَر ُءوَن َو َيَتَع َّلُم وَن ِكَتاَب ِهَّللا َع َّز َو َج َّل َيَتَداَر ُس وَنُه َبْيَنُهْم ِإاَّل‬
‫َح َّفْت ِبِهْم اْلَم اَل ِئَك ُة َو َغ ِش َيْتُهْم الَّرْح َم ُة َو َذ َك َر ُهْم ُهَّللا ِفيَم ْن ِع ْنَد ُه‬
 “Tidak ada satu kaum yang sedang membaca, mempelajari, dan mendiskusikan kitab Allah,
kecuali para malaikat akan menaungi mereka, dan rahmat Allah akan tercurah kepadanya, dan
sakinah (kedamaian) akan turun di atasnya, dan Allah akan sebutkan mereka pada makhluk yang
ada di sisi-Nya.” (Ahmad dari Abu Hurairah).

 8. Memperoleh kebajikan yang berlipat ganda.

 ‫َم ْن َقَر َأ َح ْر ًفا ِم ْن ِكَتاِب ِهَّللا َفَلُه ِبِه َحَس َنٌة َو اْلَحَس َنُة ِبَع ْش ِر َأْم َثاِلَها اَل َأُقوُل الم َح ْر ٌف َو َلِكْن َأِلٌف َح ْر ٌف َو اَل ٌم َح ْر ٌف‬
‫َوِم يٌم َح ْر ٌف‬
 “Barang siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah, maka ia akan memperoleh satu hasanah
(kebajikan), dan satu hasanah akan dilipat gandakan menjadi sepuluh. Aku tidak katakan alif
lam mim satu huruf, akan tetapi alif satu hurf, lam satu huruf, dan mim satu huruf.” (At-
Tirmidzi)

 9. Bukti hati yang terjaga/melek.

 Rasulullah SAW bersabda,


 ‫ِإَّن اَّلِذ ي َلْيَس ِفي َج ْو ِفِه َش ْي ٌء ِم ْن اْلُقْر آِن َك اْلَبْيِت اْلَخ ِر ِب‬
 “Sesungguhnya orang yang di hatinya tidak ada sesuatupun dari Al-Qur’an, maka ia bagaikan
rumah rusak.” (At-Tirmidzi dari Ibnu Abbas).

 Dari Hadits yang diriwayatkan oleh Baihaqi dari Anas r.a, Rasulullah SAW bersabda, “
Hendaklah kamu beri nur (cahaya) rumah tanggamu dengan shalat dan dengan membaca Al
Qur’an.”

 Dalam hadits lain dari Anas r.a, Rasulullah SAW bersabda, “ Perbanyaklah membaca Al Qur’an
dirumahmu, sesungguhnya di dalam rumah yang yang tidak ada orang yang membaca Al Qur’an,
akan sedikit sekali dijumpai kebaikan dirumah itu, dan akan banyak sekali kejahatan, serta
penghuninya selalu merasa sempit dan susah.”

AHDAF ( TUJUAN) TILAWAH AL QUR’AN


 1. Ibadah

 Allah SWT berfirman,

 ٥٦﴿ ‫﴾َو َم ا َخ َلْقُت اْلِج َّن َو اِإْل نَس ِإاَّل ِلَيْعُبُدوِن‬


 “ Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi
kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzaariyat: 56)

 Allah SWT berfirman

 ١١٣﴿ ‫﴾َلْيُسوا َس َو اًء ۗ ِّم ْن َأْهِل اْلِكَتاِب ُأَّم ٌة َقاِئَم ٌة َيْتُلوَن آَياِت ِهَّللا آَناَء الَّلْيِل َو ُهْم َيْسُج ُد وَن‬
 “Mereka itu tidak sama; di antara ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus,
mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang
mereka juga bersujud (sembahyang).” (QS. Ali Imran: 113)
 2. Tsaqafah

 Allah SWT berfirman,

 ٨٩﴿ ‫﴾َو َنَّز ْلَنا َع َلْيَك اْلِكَتاَب ِتْبَياًنا ِّلُك ِّل َش ْي ٍء َو ُهًدى َو َر ْح َم ًة َو ُبْش َر ٰى ِلْلُم ْسِلِم يَن‬
 “Dan kami turunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) untuk menjelaskan segala
sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan kabar gembira bagi orang-orang yang
berserah diri.” (QS. An Nahl: 89)

MENGKHATAMKAN AL QUR’AN
 Di dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, Imam Al Ghazali mencatat beberapa hadits dan riwayat
mengenai pembacaan Al Qur’an sampai khatam. Di gambarkannya bagaimana para sahabat
dengan keimanan dan keikhlasan hati, berlomba-lomba sampai khatam, ada yang khatam dalam
sehari semalam saja, bahkan ada yang khatam 2x dalam sehari semalam, dst.

 Di dalam sebuah hadits yang shahih, Rasulullah SAW menyuruh Abdullah Ibnu Umar utntuk
mengkhatamkan Al Qur’an sekali dalam seminggu. Begitulah para sahabat seperti Utsman, Zaid
bin Tsabit, Ibnu Mas’ud, Ubbay bin Kaab, telah menjadikan wiridnya untuk mengkhatamkan Al
Qur’an pada setiap hari Jum’at.
 Adapun mereka yang mengkhatamkan dalam seminggu, Al Qur’an itu dibagi tujuh, menurut
pembagian yang sudah diatur. Misalnya seperti pembagiannya Ibnu Mas’ud. Hari pertama 3
surat, hari kedua 5 surat, hari ketiga 7 surat, hari keempat 9 surat, hari kelima 11 surat, hari
keenam 13 surat, dan hari ketujuh sisa surat sampai khatam.

 Di samping itu, ada juga diantara para sahabat yang membaca Al Qur’an sampai khatam dalam
sebulan, untuk memperdalam penyelidikannya mengenai maksud yang terkandung didalamnya.

 FADHILAH MENGKHATAMKAN AL QUR’AN


 A. Di Dunia

 1. Ketenangan jiwa

 2. Rezeki yang terbaik

 3. Hati yang sensitive, empati

 4. Naungan dari malaikat.


 B. Di akhirat

 1. Mendapatkan rahmat Alloh SWT

 2. Menjadi hamba yang dibangga-banggakan ( dihadapan makhluk lain)

 3. Mendapatkan syafaat

 4. Terangkat kedudukannya di surge

 5. Mengangkat derajat orang tua di akhirat

 6. Mendapatkan pahala yang berlipat ganda.

Referensi: Riyadhush Shalihin dan terjemahan Al Qur’an.


MENGGAPAI RAHMAT ALLOH

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Suatu hari Baginda Nabi Muhammad SAW didatangi Jibril,
kemudian berkata, “Wahai Muhammad, ada seorang hamba Allah yang beribadah selama 500 tahun
di atas sebuah bukit yang berada di tengah-tengah lautan. Di situ Allah SWT mengeluarkan sumber
air tawar yang sangat segar sebesar satu jari, di situ juga Allah SWT menumbuhkan satu pohon
delima, setiap malam delima itu berbuah satu delima.

Setiap harinya, hamba Allah tersebut mandi dan berwudhu pada mata air tersebut. Lalu ia memetik
buah delima untuk dimakannya, kemudian berdiri untuk mengerjakan shalat dan dalam shalatnya ia
berkata: “Ya Allah, matikanlah aku dalam keadaan bersujud dan supaya badanku tidak tersentuh oleh
bumi dan lainnya, sampai aku dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersujud”.

Maka Allah SWT menerima doa hambanya tersebut. Aku (Jibril) mendapatkan petunjuk dari Allah
SWT bahwa hamba Allah itu akan dibangkitkan pada hari kiamat dalam keadaan bersujud. Maka
Allah SWT menyuruh: “Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga karena rahmat-Ku”. Akan tetapi,
hamba tersebut berkata: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena amal ibadahku”.

Maka Allah SWT menyuruh lagi: “Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga karena rahmat-Ku”. Akan
tetapi, hamba tersebut berkata lagi: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena amal ibadahku”.
Untuk yang ketiga kalinya Allah SWT menyuruh lagi: “Masukkan hamba-Ku ini ke dalam surga
karena rahmat-Ku”. Akan tetapi, hamba tersebut pun berkata lagi: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam
surga karena amal ibadahku”.

Maka Allah SWT menyuruh malaikat agar menghitung seluruh amal ibadahnya selama 500 tahun
dengan nikmat Allah yang telah diberikan kepadanya. Setelah dihitung-hitung ternyata kenikmatan
Allah SWT tidak sebanding dengan amal ibadah hamba tersebut selama 500 tahun. Maka Allah SWT
berfirman: “Masukkan ia ke dalam neraka”. Maka ketika malaikat akan menariknya untuk dijebloskan
ke dalam neraka, hamba tersebut berkata lagi: “Ya Allah, masukkan aku ke dalam surga karena
rahmat-Mu. (HR Sulaiman Bin Harom, dari Muhammad Bin Al-Mankadir, dari Jabir RA).

Dari kisah di atas, jelaslah bahwa seseorang bisa masuk surga karena rahmat Allah SWT, bukan
karena banyaknya amal ibadah. Lantas muncul pertanyaan, bagaimana dengan amal ibadah yang kita
lakukan setiap hari, seperti shalat, zakat, sedekah, puasa, dan amalan-amalan lainnya tidak ada arti?
Jangan salah persepsi. Sungguh, tidak ada amal ibadah yang sia-sia, amal ibadah adalah sebuah proses
atau alat untuk menjemput rahmat Allah SWT. Karena rahmat Allah tidak diobral begitu saja kepada
manusia. Akan tetapi, harus diundang dan dijemput.

Rasulullah SAW mengajarkan kepala umatnya beberapa cara agar rahmat Allah itu bisa diraih.
Pertama, berbuat ihsan dalam beribadah kepada Allah SWT dengan menyempurnakan ibadah kepada-
Nya dan merasa diperhatikan (diawasi) oleh Allah (QS al-A'raf [7]: 56). Kedua, bertakwa kepada-Nya
dan menaati-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-larangan-Nya (QS al-
A'raf [7]: 156-157). Ketiga, kasih sayang kepada makhluk-Nya, baik manusia, binatang. maupun
tumbuhan.

Keempat, beriman, berhijrah, dan berjihad di jalan Allah (QS al-Baqarah [2]: 218). Kelima,
mendirikan shalat, menunaikan zakat, dan menaati Rasulullah SAW (QS an-Nur [24]: 56). Keenam,
berdoa kepada Allah SWT untuk mendapatkannya dengan bertawasul dengan nama-nama-Nya yang
Mahapengasih (ar-Rahman) lagi Mahapenyayang (ar-Rahim). Firman Allah SWT, “Wahai Rabb
kami, berikanlah rahmat kepada kami dari sisi-Mu dan sempurnakanlah bagi kami petunjuk yang
lurus dalam urusan kami (ini).” (QS al-Kahfi [18]: 10).

Ketujuh, membaca, menghafal, dan mengamalkan Alquran (QS al-An'am [6]: 155). Kedelapan,
menaati Allah SWT dan Rasul-Nya (QS Ali Imran [6]: 132). Kesembilan, mendengar dan
memperhatikan dengan tenang ketika dibacakan Alquran (QS al-A'raf [7]: 204). Kesepuluh,
memperbanyak istigfar, memohon ampunan dari Allah SWT. Firmannya, “Hendaklah kamu meminta
ampun kepada Allah, agar kamu mendapat rahmat.” (QS an-Naml [27]: 46).

Dan apabila dibacakan al-Qur'an, maka dengarkanlah baik-baik, dan


perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat. (QS. Al
A’raaf {7}: 204)

Kata ' Rahmat ' dalam Al Qur`an berjumlah sekitar 143 kata dalam 42
surat. Jumlah ini menunjukan bahwa Allah lebih mengedepankan sifat-
Nya ini daripada sifat yang lainnya. Bukankah seseorang itu termasuk
merugi andaikan tiada rahmat dari-Nya. '… maka kalau tidak ada
karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang
yang rugi.' (QS. Al Baqoroh {2}: 64). Dan sebaliknya bukankah orang
yang mendapatkan rahmat-Nya termasuk orang-orang yang mendapat
petunjuk-Nya, 'Mereka itulah yang mendapatkan keberkatan yang
sempurna dan rahmat dari Tuhannya, dan mereka itulah orang-orang
yang mendapat petunjuk.' (QS. Al Baqoroh {2}: 157). Lalu dengan
apakah kita akan mendapatkan rahmat-Nya dan bagaimanakah cara
meraih rahmat-Nya ?. Diantara cara untuk meraih rahmat-Nya adalah :

Taat kepada Allah dan Rosul-Nya tanpa reserve, ketaatan yang tidak
dihinggapi keraguan.

Adapun bentuk ketaatan kita terhadap Allah dan Rosul-Nya adalah


menjadikan perkataan keduanya (Al Qur`an dan As Sunah) sebagai way
of live kita. 'Dan ta'atilah Allah dan Rasul, supaya kamu diberi rahmat.'
(QS. Ali ‘Imran {3}: 132).

Ketaqwaan.
Allah berfirman, ' ...Bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.' (QS. Al
An’aam {6}: 155). Dalam ayat lain, ' … Bertaqwalah kepada Allah
supaya kamu mendapat rahmat.' (QS. Al Hujuraat {49}: 10).

Berbuat baik.

Dalam hal ini beragam bentuk kebaikan telah Allah SWT ajarkan
kepada Rosulullah SAW dan umatnya, diantaranya, ' Dan berbuat
baiklah kepada dua orang ibu-bapak, karib-kerabat, anak-anak yatim,
orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh,
teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu ...' (QS. An Nissaa`
{4}: 36). ingatlah janji Allah SWT,' Orang-orang yang berbuat baik di
dunia ini mendapat (pembalasan) yang baik.' (QS. An Nahl {16}: 30).

Peduli terhadap Al Qur`an.

Bentuk kepedulian ini adalah kita membaca, mendengar, menyimak


dan memahami (QS. Al A’raaf {7} : 204) serta mengamal-kannya. Allah
berfirman, 'Dan al-Qur'an itu adalah kitab yang Kami turunkan yang
diberkati, maka ikutilah dia dan bertaqwalah agar kamu diberi rahmat.'
(QS. 6:155). Dengan datangnya bulan suci ini kepedulian kita terhadap
Al Qur`an harus kita tingkatkan lagi sehingga kita mampu meraih
rahmat-Nya, bukankah bukankah Allah telah memberikan jamainan
kepada kita ?, 'Sesungguhnya di dalam (al-Qur'an) itu terdapat rahmat
yang besar dan pelajaran bagi orang-orang yang beriman.' (QS. 29:51).

Takut akan siksaan Allah.

Allah berfirman, 'Dan apabila dikatakan kepada mereka: 'Takutlah


kamu akan siksa yang dihadapanmu dan siksa yang akan datang supaya
kamu mendapat rahmat.' (QS. 36:45)

Selalu istigfar.

Allah berfirman, 'Hendaklah kamu meminta ampun kepada Allah, agar


kamu mendapat rahmat'. (QS. 27:46).
Mendirikan sholat dan menunaikan zakat.

Allah berfirman,'Dan dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat, dan ta'atlah


kepada rasul, supaya kamu diberi rahmat. (QS. 24:56). Bila kita
menyimak Al Qur`an maka kita dapatkan dua kewajiban tersebut
(shalat dan zakat) selalu bergandengan. Andaikan seseorang melakukan
yang satu dan meninggalkan yang lain maka wajib untuk diperangi
sebagaimana contoh yang dilakukan oleh Khalifah Abu Bakar terhadap
sekelompok orang yang tidak mau menunaikan zakat.

Itulah beberapa wasilah yang dapat kita lakukan, Semoga Allah


melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua. Amin

Wallohu a’alam.

Anda mungkin juga menyukai