Anda di halaman 1dari 1

Perjanjian Linggarjati

Perundingan ini dilangsungkan di Linggajati, Cirebon, Jawa Barat pada 10 November 1946.
Delegasi Indonesia terdiri dari Sutan Sjahrir, Mohammad Roem, Mr. Susanto Tirtoprojo, dan dr. A.K.
Gani, sedangkan delegasi Belanda antara lain Prof. Willem Schermerhorn, F. De Boer, H.J. van Mook,
dan Max van Poll. Lord Killearn dari Inggris bertindak sebagai mediator.

Perundingan Linggajati menghasilkan apa yang kemudian disebut Perjanjian Linggajati, yang isinya
antara lain sebagai berikut.

1. Belanda mengakui secara de facto Republik Indonesia dengan wilayah kekuasaan meliputi
Sumatra, Jawa, dan Madura. Belanda harus meninggalkan wilayah de facto ini paling lambat
pada 1 Januari 1949.
2. Republik Indonesia dan Belanda akan bekerja sama dalam membentuk negara serikat
dengan nama Republik Indonesia Serikat (RIS). Pembentukan RIS akan segera dilaksanakan
Sebelum 1 Januari 1949.
3. RIS dan Belanda akan membentuk Uni Indonesia-Belanda yang diketuai Ratu Belanda.

Agresi Militer Belanda I

Agresi Militer Belanda I atau Operatie Product adalah sebuah kejadian penting dalam sejarah
Indonesia. Usai memproklamirkan kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, Indonesia tidak serta merta
langsung terbebas dari para penjajah. Belanda masih berupaya untuk merebut wilayah Indonesia
lewat berbagai serangan. Agresi Militer Belanda I ini merupakan operasi militer yang dilakukan
Belanda di untuk merebut Pulau Jawa dan Sumatera pada 21 Juli sampai 5 Agustus 1957. Peristiwa
ini pecah usai Belanda melanggar Perjanjian Linggarjati.

Kehadiran Agresi Militer Belanda I ini menimbulkan berbagai protes dari dunia Internasional.
Agresi ini dipimpin langsung Oleh Letnan Gubernur Jenderal Johannes van Mook dengan tujuan
untuk memulihkan perekonomian Belanda setelah Perang Dunia II dengan menguasai kekayaan
alam yang dimiliki oleh Indonesia. Belanda memiliki tafsiran sendiri terkait kemerdekaan RI dan juga
hasil Perjanjian Linggarjati hingga agresi militer pun dilakukan.

Komisi Tiga Negara (KTN)

Komisi Tiga Negara (KTN) dikenal juga sebagai Komisi Jasa-Jasa Baik (Committee of Good
Offices) yang dibentuk oleh Dewan Keamanan PBB tepatnya pada 25 Agustus 1947.

Pembentukan KTN terjadi usai Dewan Keamanan PBB mendapat usulan dari Amerika Serikat,
akibat dari peristiwa Agresi Militer Belanda 1 di Indonesia yang memakan banyak korban sekaligus
melanggar Perjanjian Linggarjati yang sebelumnya telah disepakati oleh Belanda.

Indonesia pun mengadukan peristiwa Agresi Militer Belanda 1 yang berlangsung pada 21 Juli
1947 ke PBB, hingga pada akhirnya PBB turut mengutuk apa yang dilakukan oleh pemerintah
Belanda. PBB juga mendorong Belanda dan Indonesia melakukan gencatan senjata seusai peristiwa
Agresi Militer Belanda 1 itu. Sebagai upaya mediasi kedua negara yang berkonflik, PBB pun
membentuk KTN.

Anda mungkin juga menyukai