Anda di halaman 1dari 93

HUBUNGAN PENGGUNAAN PANTY LINER DENGAN

KEJADIAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWA


KEBIDANAN SEMESTER EMPAT DI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Disusun oleh :
Septhia Ulfa Verawati
1710104103

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018
HUBUNGAN PENGGUNAAN PANTY LINER DENGAN
KEJADIAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWA
KEBIDANAN SEMESTER EMPAT DI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Melengkapi Sebagai Syarat Mencapai Gelar


Sarjana Terapan Kebidanan
Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas ‘Aisyiah
Yogyakarta

Disusun oleh :
Septhia Ulfa Verawati
1710104103

PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA TERAPAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
2018

i
ii
iii
iv
HUBUNGAN PENGGUNAAN PANTY LINER DENGAN
KEJADIAN KEPUTIHAN PADA MAHASISWA
KEBIDANAN SEMESTER EMPAT DI
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH
YOGYAKARTA
Septhia Ulfa Verawati³, Yuni Purwati²

ABSTRAK
Keputihan yang fisiologis apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan
keputihan yang patologis, sedangkan dampak dari keputihan patologis apabila tidak
segera ditangani, maka akan mengakibatkan masalah kesehatan reproduksi. Masalah
kesehatan reproduksi antara lain kanker serviks, kemandulan, hamil diluar
kandungan, penyumbatan pada saluran tuba. Keputihan juga merupakan gejala awal
dari kanker serviks atau kanker leher rahim.Kematian akibat kanker di kalangan
wanita, terhitung 1,67 juta (25,2%) kasus baru dan 521.907 (14,7%) kematian di
seluruh dunia. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2,2 juta penderita kanker serviks, di
Indonesia setiap tahunnya 8.000 perempuan meninggal dunia karena menderita
kanker serviks. Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan panty liner dengan
kejadian keputihan pada mahasiswa kebidanan semester empat di Universitas
Aisyiyah Yogyakarta. Desain penelitian Analitik-koralasi dengan pendekatan cross
sectional. Jumlah populasi 120 orang, jumlah sampel 92 orang dengan teknik
pengambilan sampel dengan random sampling dan yang digunakan pada analisis
bivariat adalah chi square. Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara
penggunaan panty liner dengan kejadian keputihan pada mahasiswa kebidanan
semester empat di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Hal ini diperoleh dari
perhitungan chi-square yaitu didapatkan nilai p value 0,019 <0,05 dengan koefisien
korelasi 0,282 sehingga ada hubungan antara penggunaan panty liner dengan
kejadian keputihan pada mahasiswa kebidanan semester empat di Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta dengan keeratan hubunga rendah.

Kata kunci : Keputihan, Panty Liner.


Daftar pustaka : 19 Buku, 12 Jurnal, 6 Skripsi, 24 Website,
Jumlah halaman : xii Halaman Depan, 63 Halaman, 9 Tabel, 1 Gambar, 12
Lampiran
¹Judul
²Mahasiswi Program Studi Kebidanan Program Sarjana Terapan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
³Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

v
THE CORRELATION BETWEEN PANTY LINER USE
AND LEUCORRHOEA ON STUDENTS OF FOURTH
SEMESTER AT 'AISYIYAH UNIVERSITY OF
YOGYAKARTA
Septhia Ulfa Verawati³, Yuni Purwati²

ABSTRACT
Physiological leucorrhoea that is not treated immediately will cause pathological
leucorrhoea, while the impact of pathological leucorrhoea that is not treated
immediately will lead to reproductive health problems. Reproductive health
problems include cervical cancer, infertility, pregnancy outside the womb, blockage
in the fallopian tubes. Leucorrhoea is also an early symptom of cervical cancer.
Mortality caused by cancer among women accounts for 1.67 million (25.2%) new
cases and 521,907 (14.7%) deaths worldwide. All over the world, there are about 2.2
million patients with cervical cancer, in Indonesia every year 8,000 women die due
to cervical cancer. This study aims to find out the relationship between the use of
panty liners and the incidence of leucorrhoea on fourth semester students at Aisyiyah
University of Yogyakarta. Analytical-Corrosion research design with cross sectional
approach. The populations are 120 people. The samples are 92 people with random
sampling and chi square for bivariate analysis. The result shows that there is a
correlation between the use of panty liner and the incidence of leucorrhoea in fourth
semester students at the University of 'Aisyiyah Yogyakarta. This is obtained from
the chi-square calculation that is p value of 0.019 <0.05 with a correlation coefficient
of 0.282 so that there is a correlation between the use of panty liner and the incidence
of leucorrhoea in fourth semester students at 'Aisyiyah University Yogyakarta with
low closeness correlation.

Keywords : Leucorrhoea, Panty Liner


Bibliography : 19 Books, 12 Journals, 24 Websites
Page numbers: i-xi Pages, 1-63 Pages, 1-10 Tables, 18 Attachments
1
Research Title
2
Student of Midwifery Program of Applied Sciences Bachelor, Faculty of Health
Sciences ‘Aisyiyah University of Yogyakarta
3
Lecturer of Health Sciences Faculty ‘Aisyiyah University of Yogyakarta

vi
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah segala puji bagi Allah SWT yang senantiasa melimpakan


RahmatNya. Sholawat dan salam semoga seantiasa kepada Nabi Muhammad SAW,
yang telah membawa kita umat manusia kepada zaman yang terang benerang yaitu
agama islam. Atas rahmat da karunia serta petunjuk Allah SWT penulis dapat
menyelesaika Skripsi yang berjudul “Hubungan Penggunaan Panty Liner Dengan
Kejadian Keputihan Pada Mahasiswa Kebidanan Semester Empat di Universitas
‘Aisyiyah Yogyakarta”.
Penyusunan Skripsi ini merupakan tugas yang harus ditempuh dalam rangka
tugas akhir pendidikan Program Studi Kebidanan Program Sarjaa Terapan Fakultas
Ilmu Kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, dalam penyusunan Skripsi ini
penulis banyak mendapatka bimbingan dan dorongan dari semua pihak, untuk itu
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat :
1. Warsiti, S.Kp., M.Kep., Sp.Mat selaku Rektor di Universitas ‘Aisyiyah
Yogyakarta.
2. Moh. Ali Imron, S.Sos., M.Fis selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
3. Fitria Siswi Utami, S.SiT., MNS, selaku Ketua Prodi Kebidanan Program
Sarjana Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.
4. Enny Fitriahadi, S.ST., M.Kes selaku penguji I yang telah bersedia
memberikan saran serta arahan sehingga dapat menyelesaikan Skripsi ini.
5. Yuni Purwati, M.Kep selaku penguji II yang telah bersedia meluangkan
waktu untuk membimbing da memberikan sara serta arahan sehingga
dapat menyelesaikan Skripsi ini.
6. Seluruh Dosen Pengampu Program Studi Kebidanan Program Sarjana
Terapan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang telah memberikan ilmu
yang bermanfaat selama menempuh pendidikan.
7. Ayah da Ibu serta keluarga tercinta yang selalu membrikan kasih sayang,
semangat, dan doa.
8. Civitas Akademik Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dan seluruh
mahasiswi Program Studi Kebidanan.
Penulis berharap Skripsi ini bisa bermanfaat untuk penulis dan khususnya
bagi pembaca Skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, Agustus 2018

Penulis

vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL .................................................................................. i
HALAMAN PERSETUJUAN.................................................................. ii
HALAMAN PNGESAHAN..................................................................... iii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN PENELITIAN ..................... iv
ABSTRAK ................................................................................................. v
ABSTRACT ............................................................................................... vi
KATA PENGANTAR ............................................................................. vii
DAFTAR ISI ........................................................................................... viii
DAFTAR TABEL..................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. x
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................... xii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................... 5
C. Tujuan .............................................................................................. 6
1. Tujuan Umum ............................................................................. 6
2. Tujuan Khusus ............................................................................ 6
D. Manfaat............................................................................................ 6
1. Manfaat Teoritis ........................................................................ 6
2. Manfaat Aplikatif ...................................................................... 6
E. Ruang Lingkup ................................................................................ 7
1. Lingkup Materi.......................................................................... 7
2. Lingkup Responden .................................................................. 7
3. Lingkup Waktu.......................................................................... 7
4. Lingkup Tempat ........................................................................ 7
F. Keaslian Penelitian........................................................................... 8

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Tinjauan Teori ............................................................................... 11
1. Penggunaan panty liner ......................................................... 11
1. Pengertian ............................................................................ 11
2. Efek penggunaan.................................................................. 12
3. Penggunaan panty liner yang baik ....................................... 13
4. Bahan panty liner ................................................................. 14
2. Kejadian Keputihan .................................................................... 15
a. Pengertian ............................................................................... 15
b. Klasifikasi............................................................................... 16
c. Faktor ..................................................................................... 18
d. Dampak .................................................................................. 20
e. Pencegahan ............................................................................. 21
B. Tinjauan Islam ............................................................................... 23
C. Kerangka Konsep .......................................................................... 25
D. Hipotesis ........................................................................................ 26

viii
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan penelitian ..................................................................... 27
B. Variabel penelitian ......................................................................... 28
C. Definisi Operasional ....................................................................... 28
D. Populasi dan sampel ....................................................................... 20
E. Alat dan metode pengumpulan data ............................................... 32
F. Metode pengolahan dan analisis data ............................................. 34
G. Etika penelitian ............................................................................... 34
H. Jalanya Penelitian ........................................................................... 39

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN


A. Hasil .............................................................................................. 44
B. Pembhasan..................................................................................... 50
C. Keterbtsan ..................................................................................... 61

BAB V PENUTUP
A. Simpulan ....................................................................................... 62
B. Saran.............................................................................................. 62

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 59


LAMPIRAN-LAMPIRAN

ix
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kriteria Pemberian Skor............................................................ 34
Tabel 3.1 Definisi Operasional ................................................................. 29
Tabel 3.2 Kisi-kisi kuesioner .................................................................... 35
Tabel 3.4 Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi ............... 41
Tabel 4.1 Gambaran Usia Subyek Penelitian ........................................... 39
Tabel 4.2 Frekuensi Penggunaan Panty Liner........................................... 45
Tabel 4.3 Hasil Jawaban Kuesioner Penggunaan Panty Liner .................. 47
Tabel 4.4 Frekuensi Kejadian Keputihan .................................................. 47
Tabel 4.5 Hasil Jawaban Kuesioner Kejadian Keputihan ......................... 48
Tabel 5.6 Hubungan antar variable ........................................................... 49

x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka konsep ................................................................... 27

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Time Schedule


Lampiran 2 : Surat Studi Pendahuluan Penelitian
Lampiran 3 : Surat Balasan Studi Pendahuluan
Lampiran 4 : Ethical Clearence
Lampiran 5 : Surat Izin Validitas dan Reliabilitas dari kampus
Lampiran 6 : Surat Balasan Izin Validitas dan Reliabilitas dari lahan
Lampiran 7 : Surat Izin Penelitian dari kampus
Lampiran 8 : Surat Persetujuan Menjadi Responden
Lampiran 9 : Kuesioner Pengguaan Panty Liner
Lampiran 10 : Kuesioner Kejadian Keputihan
Lampiran 11 : Hasil Olah Data Penelitian
Lampiran 12 : Lembar Bimbingan Skripsi
Lampiran 13 : Lembar Mengikuti Ujian Proposal

xii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Remaja merupakan fase perkembangan yang paling kompleks dengan segala

permasalahannya. Fase paling penting bagi remaja adalah masa pubertas, dimana

bagi remaja putri ditandai dengan matangnya organ reproduksi. Kematangan organ

reproduksi akan menjadi faktor pencetus keputihan bagi remaja putri terutama masa

sebelum dan sesudah haid (Prawirohardjo, 2014: 14). Keputihan (Leukore/flour

albus) merupakan cairan yang keluar dari vagina dalam keadaan biasa, cairan ini

tidak sampai keluar namun belum tentu bersifat patologis (berbahaya). Pengertian

lain adalah cairan putih yang keluar dari liang senggama secara berlebihan.

Menurut Departemen Kesehatan RI (2012: 9) mengemukakan bahwa keputihan

sebagai gejala yang sangat sering dialami oleh sebagian besar wanita, khususnya

keputihan pada remaja. Gangguan ini merupakan masalah kedua setelah gangguan

haid. Keputihan seringkali tidak ditangani serius oleh para remaja. Padahal keputihan

merupakan salah satu gejala indikasi adanya penyakit. Hampir semua perempuan

menganggap keputihan pada wanita sebagai hal yang normal.

Menurut WHO (2012: 4) , remaja wanita harus mengetahui tentang keputihan

dan penyebabnya secara dini karena masa remaja adalah masa peralihan dari anak-

anak menuju dewasa dan terdapat perubahan-perubahan fisiologis wanita khususnya

daerah organ reproduksi yang dapat menjadi masalah pada remaja jika tidak

mengetahui permasalahan seputar organ reproduksinya. Keputihan bukan merupakan

penyakit melainkan suatu tanda gejala. Tanda gejala dari keputihan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis. Tanda gejala keputihan

karena faktor fisiologis antara lain cairan dari vagina tidak berwarna, terkadang

1
2

berbau tetapi tidak menyengat seperti bau busuk, tidak gatal yang berlebihan , jumlah

cairan bisa sedikit, bisa cukup banyak. Tanda Gejala keputihan karena faktor

patologis antara lain cairan dari vagina keruh dan kental, warna kekuningan,

keabuabuan, atau kehijauan, berbau busuk, amis, dan terasa gatal, Jumlah cairan

banyak (Sibagariang, 2010: 10).

Keputihan yang fisiologis apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan

keputihan yang patologis, sedangkan dampak dari keputihan patologis apabila tidak

segera ditangani, maka akan mengakibatkan masalah kesehatan reproduksi. Masalah

kesehatan reproduksi antara lain kanker serviks, kemandulan, hamil diluar

kandungan, penyumbatan pada saluran tuba. Keputihan juga merupakan gejala awal

dari kanker serviks atau kanker leher rahim. Kematian akibat kanker di kalangan

wanita, terhitung 1,67 juta (25,2%) kasus baru dan 521.907 (14,7%) kematian di

seluruh dunia. Di seluruh dunia terdapat sekitar 2,2 juta penderita kanker serviks, di

Indonesia setiap tahunnya 8.000 perempuan meninggal dunia karena menderita

kanker serviks (Sibagariang, 2010: 37).

Kanker serviks merupakan pembunuh nomor satu bagi wanita. Angka insiden

kanker serviks diperkirakan mencapai 100 per 100.000 penduduk pertahun, yang bisa

berujung pada kematian (Depkes RI, 2014: 6). Sedangkan keputihan yang tidak

normal disebabkan oleh infeksi biasanya disertai dengan rasa gatal didalam vagina

dan disekitar bibir vagina bagian luar, kerap pula disertai bau busuk, dan

menimbulkan rasa nyeri sewaktu berkemih atau bersenggama (Shadine. 2012: 5).

Survei Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI) tahun 2007

menunjukkan pada wanita dengan rentang usia 15-24 tahun mengalami keputihan

sebanyak 31,8%. Ini menunjukkan bahwa remaja putri mempunyai risiko lebih tinggi

mengalami keputihan. Berdasarkan data statistic tahun 2009 jumlah remaja putri di
3

Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) yaitu 2,9 juta jiwa berusia 15-24 tahun dan 68%

mengalami keputihan patologi (Dinkes Yogyakarta, 2015: 40).

Berdasarkan data sistem pencatatan dan pelaporan terpadu rumah sakit kasus

neoplasma ganas serviks uteri pada tahun 2017 dari bulan Januari sampai bulan

September kabupaten sleman menduduki angka tertinggi yaitu 95 orang, dilanjut

kabupaten kota yogyakarta yaitu 29 orang, dan kabupaten gunungkidul 11 orang

(STP Rumah Sakit DIY, 2017).

Penelitian tentang kesehatan reproduksi menunjukkan bahwa 75% wanita

didunia mengalami keputihan paling tidak sekali seumur hidup dan 45% diantaranya

dapat mengalami keputihan sebanyak 2 kali atau lebih. Di Indonesia sekitar 75%

wanita pernah mengalami keputihan, sekitar 70% remaja putri di indonesia

mengalami masalah keputihan. Kondisi yang lembab akan mengakibatkan jamur

mudah berkembangbiak dan menginfeksi vagina. Keputihan yang terjadi tersebut

cenderung disebabkan oleh minimnya kesadaran untuk menjaga kesehatan terutama

kesehatan oragan genetalia (Shadine, 2012: 5).

Sistem pertahanan organ reproduksi wanita cukup baik yaitu dimulai dari

sistem asam basanya, pertahanan ini masih tidak cukup sehingga infeksi bisa

menjalar ke segala arah menimbulkan infeksi yang mendadak dan menahun salah

satunya adalah keputihan (Leukorea) (Shadine, 2012).Berdasarkan hasil penelitian

dari Panda S et al (2013) bahwa dari 50 orang wanita usia subur di kawasan Asia

Selatan terutama India yang terdeteksi Trikomoniosis vaginalis sebanyak 3 kasus

(6%) dan Candida Albicans dalam 26 kasus (52%). Terinfeksi Trikomoniosis

Vaginalis dan Candida Albicans sebanyak 4 kasus (8%). Hampir 83 % penyebab

keputihan adalah bakteri Candida Albicans yang banyak terjadi pada wanita usia

subur dan berasal dari daerah pedesaan (IJCRR, 2013)


4

Kurangnya kepedulian tentang keputihan belum disadari sepenuhnya oleh

masyarakat atau remaja. Dibuktikan dengan banyak remaja menggunakan panty liner

karena lebih praktis tanpa harus membawa celana dalam ganti. Hal ini dikarenakan

kurangnya pengetahuan dan informasi serta peran jender yang berlaku di dalam

masyarakat (Shadine, 2015: 41).

Pemerintah sangat mendukung dalam pemberian informasi dan konseling serta

pelayanan kesehatan reproduksi kepada para remaja sebagai bagian dari hak

reproduksi remaja (Depkes RI, 2008: 2). Adanya (PIK-M) Mahkota Puri di kampus

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang diharapkan dapat mengatasi permasalahan

remaja, terutama permasalahan remaja intra kampus, serta dapat membantu remaja di

masyarakat umum dalam memperoleh informasi terkait kesehatan reproduksi dan

permasalahan remaja lainnya.

Dalam kasus ini peran bidan dan pemerintah tentunya sangat di perlukan

untuk mengatasi masalah keputihan yang sekarang ini pada umumnya telah menjadi

masalah bagi perempuan sesuai dalam peraturan Kepmenkes No

28/MENKES/PER/X/2017 tentang izin dan penyelenggaraan praktik bidan dalam hal

ini sudah tercantum dalam pasal 18 yang berbunyi bidan berwenang untuk pemberian

konseling dan penyuluhan tentang kesehatan reproduksi wanita.Departemen

Kesehatan Republik Indonesia (Depkes RI) berupaya untuk mengatasi masalah

kesehatan remaja melalui pendekatan Pelayanan Kesehatan Peduli Remaja (PKPR)

di Puskesmas yang dimulai sejak tahun 2003 (Depkes, 2017: 11).

Berbagai cara dilakukan oleh para wanita untuk mengatasi masalah keputihan

diantaranya memperbaiki kebersihan perineum. Cara lainnya yaitu secara non

farmakologi yaitu menggunakan produk yang tersedia di pasaran seperti panty liner

herbal, antiseptik, vagina douching, dan tisu kewanitaan yang mengandung


5

antiseptik. Kebiasaan menjaga kebersihan, termasuk kebersihan organ-organ seksual

atau reproduksi merupakan awal dari usaha menjaga kesehatan salah satunya

mencegah timbulnya masalah genetalia pada wanita salah satunya keputihan

(Mayaningtyas, 2011: 1).

Ayat dalam Al- Qur’an juga menyebutkan agar manusia selalu menjaga

kebersihan seperti berikut ini :

Artinya :
“.... Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang taubat dan orang-orang yang
mensucikan diri”. QS Al-baqarah (2) : 222.
Ayat Al-Quran diatas menganjurkan kita sebagai umat muslim untuk selalu

bertaubat dan menjaga kebersihan , karena kebersihan sangat penting terutama dalam

menjaga kesehatan.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada mahasiswa kebidanan

semester empat pada tanggal 15 November 2017 di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta, bahwa kegiatan mahasiswa yang terlalu padat dapat mempengaruhi

mahasiswa mengalami keputihan fisiologi, dengan melakukan wawancara kepada 15

responden mahasiswa didapatkan 66% yaitu10 dari 15 mahasiswa menggunakan

panty liner dan mengalami keputihan, tidak berbau, warna jernih dan tidak gatal,

sedangkan 5 mahasiswa menggunakan panty liner dan tidak mengalami keputihan.

Maka saya sebagai penulis tertarik untuk mengambil judul Hubungan Penggunaan

Panty Liner dengan Kejadian Keputihan pada Mahasiswa Kebidanan Semester

Empat di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.


6

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penulis dapat merumuskan apakah ada hubungan

dengan penggunaan panty liner dengan kejadian keputihan pada mahasiswa

kebidanan semester empat di Universitas Aisyiyah Yogyakarta tahun 2018 ?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui hubungan antara penggunaan panty liner dengan kejadian

keputihan pada mahasiswa kebidanan semester empat di Universitas

Aisyiyah Yogyakarta.

2. Tujuan Khusus

a. Mengetahui penggunaan panty liner pada mahasiswa kebidanan semester

empat di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

b. Mengetahui kejadian keputihan pada mahasiswa kebidanan semester

empat di Universitas Aisyiyah Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis

Sebagai referensi tambahan tentang keputihan dan dapat dijadikan sebagai

bahan referensi dan daftar pustaka untuk melakukan penelitian-penelitian

selanjutnya.

2. Manfaat Aplikatif

a. Mahasiswi

Diharapkan dengan adanya penelitian tentang kejadian keputihan ini,

maka dapat menambah ilmu pengetahuan baru bagi mahasiswi tentang

keputihan dan dapat memperbaiki perilaku mahasiswi tentang menjaga

kebersihan bagian genitalnya.


7

b. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang

kesehatan reproduksi terkait dengan kejadian keputihan, dan dapat

dijadikan sebagai sumber data informasi bagi pengembangan penelitian

kebidanan berikutnya terutama yang berhubungan dengan penggunaan

cairan pembersih vagina dengan kejadian keputihan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

1. Lingkup Materi

Lingkup materi pada penelitian ini membahas tentang kejadian keputihan

yang sering terjadi pada remaja yang salah satunya dipengaruhi oleh panty

liner. Variabel terikatnya yaitu kejadian keputihan dan variabel bebasnya

yaitu penggunaan panty liner.

2. Lingkup Responden

Responden dalam penelitian ini adalah mahasiswa semester empat prodi D3-

kebidanan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, karena banyak responden

yang menggunakan panty liner dan mengalami keputihan.

3. Lingkup Waktu

Penyusunan skripsi ini dilakukan pada bulan Oktober 2017 sampai bulan

Juli 2018 dari penyusunan proposal sampai dengan pengumpulan data hasil

seminar.

4. Lingkup Tempat

Penelitian ini dilakukan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta, karena banyak

mahasiswa yang menggunakan panty liner, ditunjukkan dengan hasil studi

pendahuluan yang didapatkan sebanyak 66% mahasiswi menggunakan panty

liner dan mengalami keputihan.


8

F. Keaslian Penelitian

Tabel ini merupakan beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan penelitian ini serta secara khusus

memaparkan dalam hal persamaan dan perbedaannya.

Table 1.1
Keaslian Penelitian
No NamaPeneliti/ DesainPenelitian Hasil Persamaan Perbedaan
Tahun/ Judul
1. Mariza (2013) Dengan pendekatan Hasil penelitian Persamaan dalam Perbedaan dengan penelitian
melakukan waktu cross sectional. menunjukkan bahwa penelitian ini adalah sama selanjutnya adalah judul penelitian,
penelitian tentang Populasi penelitian faktor yang paling respondenya para remaja variabel bebas, tempat penelitian
“ Analisis Faktor Teknik pengambilan berhubungan dengan mulai usia 15-24 tahun, sebelumnya SMPTN Wilayah
Resiko yang sampel menggunakan kejadian flour dengan sama variabel terikatnya Kecamatan Teluk Betung Barat
Berhubungan proportional stratified kejadian flour albus flour albus atau Kota Bandar Lampung sedangkan
dengan Flour random adalah penggunaan keputihan,sama penelitian saya di UNISA
Albus pada Siswi sampling.Analisa data sabun pembersih menggunakan metode Yogyakarta , waktu penelitian
di SMPTN yang digunakan kewanitaan dengan cross sectional sebelumnya tahun 2013 sedangkan
Wilayah adalah analisis bivariat OR=21,044. saya tahun 2017 , dan responden
Kecamatan Teluk dengan uji chi square penelitian sebelumnya pada siswi
Betung Barat Kota dan analisis SMPTN sedangkan saya pada
Bandar Lampung/ multivariate dengan mahasiswa kebidanan semester
Tahun 2013. uji regresi logistic empat.
ganda.
9

2. Nanlessy (2013) Rancangan penelitian Hasil peneitian Persamaan dalam Perbedaan dengan penelitian
melakukan cross sectional. menunjukkan tidak ada penelitian selanjutnya selanjutnya adalah judul penelitian,
penelitian tentang Populasi penelitian ini hubungan antara adalah sampel yang variable bebas penelitian
“Hubungan adalah seluruh siswi pengetahuan remaja putri digunakan, sama-sama sebelumnya Pengetauan dan
Antara SMA Negeri 2 dalam menjaga menggunakan kuesioner Perilaku Remaja dalam Menjaga
Pengetauan dan Pineleng sejumlah 60 kebersihan alat genetalia dab analisa data uji square Kebersihan Alat Genetalia
Perilaku Remaja responden. Sampel dengan kejadian atau validitas. sedangkan penelitian saya variable;
dalam Menjaga diambil sesuai keputihan dengan nilai bebasnya panty liner, tempat
Kebersihan Alat populasi, dengan signifikan yang diperoleh penelitian sebelumnya di SMA
Genetalia Dengan criteria inklusi dan P = 0,628 lebih besar Negri 2
Kejadian ekslklusif.Istrumen dari nilai a = 0,05, Pineleng sedangkan penelitian saya
Keputihan di penelitian yang dengan nilai odds ratio di UNISA Yogyakarta , responden
SMA Negri 2 digunakan adalah sebesar 1,300 dan tidak penelitian sebelumnya remaja
Pineleng” kuesioner. ada hubungan antara SMA sedangkan penelitian saya
perilaku remaja putrid respondenya mahasiswa semester
dalam menjaga empat, dan waktu penelitian
kebersihan alat genetalia sebelumnya tahun 2013 sedangkan
dengan kejadian penelitian saya tahun 2017.
keputihan.
3. Wati (2014) Dengan desain Dari hasil penelitian Persamaan dalam Perbedaan dengan penelitian
melakukan penelitian didapatkan bahwa penelitian selanjutnya selanjutnya adalah variable terikat
penelitian tentang menggunakan metode mahasiswi yang adalah instrument yang di penelitian sebelumnya dermitatis
“Hubungan observasi analitik memakai panty liner pakai adalah kuesioner sedangkan penelitian saya
Pemakaian Panty (korelasi) dengan memiliki risiko terkena dan analisis data yang di variabel terikatnya keputihan,
Liner dengan pendekatan cross dermatitis dari pada gunakan chi square. tempat penelitian sebelumnya di
Kejadian sectional. Subyek mahasiswi yang tidak Universitas Muhammadiyah
Dermitatis Kontak penelitian yang memakai panty liner, Yogyakarta sedangkan tempat
Iritan Vulva di digunakan adalah 65 dari 65 responden yang penelitian saya di UNISA
Universitas mahasiswa, Instrumen memakai panty liner Yogyakarta , waktu penelitian
Muhammadiyah yang dipakai adalah sebanyak 18 orang yang sebelumnya tahun 2014
Yogyakarta”. kuesioner. Analisis terkena dermatitis dan sedangkan penelitian saya tahun
data yang digunakan sisanya 18 orang tidak 2017.
yaitu chi square. terkena dermatitis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teoritis

1. Pengunaan Panty Liner

a. Pengertian Panty Liner

Panty liner adalah alas yang bentuknya seperti pembalut tetapi

ukurannya sangat kecil dan tipis dari pembalut biasa. Umumnya wanita

menggunakan panty liner untuk keputihan atau saat keluarnya lendir

berlebih dari vagina. Berbeda dengan pembalut yang digunakan hanya

pada saat wanita mengalami menstruasi (Lotfira, 2012: 2).

Panty Liner adalah sebutan bagi sebuah jenis pembalut yang

digunakan khusus untuk kebersihan daerah kewanitaan. Umumnya

wanita menggunakan panty liner untuk keputihan atau saat keluarnya

lendir berlebih dari miss V. Namun, ada juga wanita yang memiliki

kebiasaan lain yaitu hampir setiap hari menggunakan panty liner

(Setiyawati, 2015 : 3).

Menurut jurnal Persia Anisa (2015 : 1) dengan judul Hubungan

Pemakaian Panty Liner dengan Kejadian Fluor Albus pada Siswi SMA

di Kota Padang, menjelaskan bahwa pemakaian panty liner merupakan

salah satu faktor predisposisi timbulnya keputihan. Panty liner

(pantliner, panty shield) merupakan salah satu jenis pembalut wanita

yang digunakan pada saat diluar periode menstruasi. Panty liner

memiliki susunan yang sama dengan pembalut ketika menstruasi namun

ukurannya lebih tipis.

10
11

b. Tujuan penggunaan Panty Liner

Untuk menyerap cairan vagina, keringat, bercak darah, sisa darah

menstruasi dan terkadang juga dipakai sebagai penyerap urin bagi wanita

inkontinensia (Persia Anisa, 2015: 2).

Menurut Setiyawati (2015 : 4) menyebutkan bahwa penggunaan

pantyliner karena keputihan atau saat keluarnya lendir berlebih dari miss

V yang menyebabkan ketidaknyamanan.

c. Efek penggunaan panty liner

1) Bakteri mudah berkembang biak

Saat keputihan bakteri justru dapat berkembang biak dengan

cepat saat kita menggunakan panty liner. Ini karena cairan

keputihan tersebut berada di panty liner dan menempel di kulit

selama berjam-jam. Bakteri yang berkembang biak dapat masuk ke

dalam vagina dan bisa menyebabkan penyakit, seperti jamur,

jerawat dan iritasi (Persia Anisa, 2015: 2).

2) Terpapar bahan kimia

Saat ini banyak melihat produk panty liner yang dapat

menyerap cepat sehingga permukaan panty liner menjadi kering

dan tidak menyebabkan vagina lembab. Namun, semakin cepat

panty liner dapat menyerap cairan, semakin banyak juga bahan

kimia yang terkandung di dalamnya (Persia Anisa, 2015: 2).

3) Menyebabkan keputihan

Menurut Farage (2007: 11), panty liner meningkatkan populasi

Eubacterium species di vagina dan menurunkan jumlah

Lactobacillus species di vagina sebagai flora normal sehingga akan


12

memacu pertumbuhan organisme penyebab keputihan. Pemakaian

panty liner juga dapat menstranfer flora instestinal seperti

Eschericia coli ke dalam vagina dan pemakaian panty liner non

breathable dapat meningkatkan risiko kandidiasis.

4) Menyebabkan alergi

Laporan dermatitis kontak alergi akibat pemakaian panty liner

tetap ada. Biasanya penyebab alergi tersebut terkait dengan

dermatosis vulva, inveksi vulva dan akibat hipersensitifitas

terhadap parfum, bahan perekat maupun bahan penyusun lainnya

pada panty liner (Fahmi, 2009: 6).

Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Wati (2014: 5) didapatkan

bahwa mahasiswi memakai panty liner memiliki risiko terkena dermatitis

yang memakai panty liner, dari 65 responden yang memakai panty liner

sebanyak 18 orang yang terkena dermatitis.

Panty liner bisa menyebabkan iritasi karena dermatitis kontak atau

alergi terhadap parfum fibers dan bahan kimia yang menyebabkan iritasi.

Tidak adanya udara dapat menyebabkan kelembapan yang dapat

menyebabkan meserasi kulit (dr. Radha Syed).

Menurut Dr Sharon R. Thompson dari Central Phoenix Obstetrics and

Gynecology menjelaskan beberapa item yang dapat menyebabkan

gangguan dalam keseimbangan vagina, seperti sabun, detergen cuci baju,

pantyliner, beberapa jenis pakaian dan kondom lateks.

d. Penggunaan panty liner yang baik

Pemakaian panty liner merupakan salah satu faktor predis posisi timbulnya

keputihan (Farage, 2009:17). Pendapat ini diperkuat dengan hasil penelitian


13

yang dilakukan pleh Persia (2015:36) bahwa lebih dari separuh responden

yang memakai panty liner mengalami flour albus, (69,2%) dengan hasil uji

statistic menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penggunaan panty

liner dengan kejadian flour albus.

1) Panty liner seharusnya digunakan dalam kurun waktu yang singkat. Hal ini

sangat penting karena sesungguhnya keputihan atau lendir adalah bagian

dari kotoran yang dikeluarkan secara alami oleh vagina yang akan

memberikan efek untuk timbulnya infeksi, rasa gatal, dan bau yang tidak

sedap. Menurut Farage (2007: 4), Menurut dr. Fitri haryanti harsono (2017:

1) menjelaskan jika diperbolehkan untuk menggunakan pantyliner tetapi

harus diganti tiap 3-4 jam sekali. Tidak boleh lebih dari 3-4 jam, karena jika

lebih dari waktu tersebut dapat menyebabkan vagina menjadi lembab,

bakteri justru dapat berkembang biak dengan cepat. Bakteri yang

berkembang biak dapat masuk kedalam vagina dan dapat menyebabkan

penyakit seperti jamur, jerawat dan iritasi dan rasa gatal pada vagina.

2) Gunakan panty liner sesaat sebelum haid atau sehari dua hari setelah haid.

3) Tidak menggunakan panty liner untuk keputihan secara rutin setiap hari.

4) Menjaga kebersihan dengan sering mengganti panty liner dan bersihkan

daerah vagina dengan air mengalir dan bersih

Gunakan panty liner yang tidak mengandung bahan kimia berlebih seperti

mengandung parfum. Panty liner yang mengandung parfum atau wangi-

wangian didalamnya terdapat bahan kimia tertentu, bagi yang berkulit sensitif

atau penggunaanya dalam jangka waktu yang lama saat lembab akan

mengakibatkan alergi atau infeksi seperti iritasi atau gatal kemerahan

bahkan timbul jerawat pada area kewanitaan Menurut Fahmi (2009:16).


14

5) Jangan gunakan celana dalam yang ketat saat penggunaan panty liner

Menurut beberapa ahli ada beberapa cara mencegah infeksi jamur dengan

menjaga kebersihan daerah kelamin serta melakukan perawatan organ

reproduksi, yaitu :

a) Harus mengganti panty linersecara teratur3-4 jam sekali atau setelah mandi

dan buang air kecil saat sudah terasa lembab dan tidak nyaman (Andira,

2010: 6).

b) Menggunakan pembalut/panty liner berbahan lembut, tidak mengandung

bahan yang membuat alergi (parfum dan gel) dan 14nalisa dengan baik pada

celana dalam (Setiyawati, 2015: 1).

c) Penggunaan panty liner seperlunya saja, diganti sekurang-kurangnya 4 jam

setelah pemakaian, sama halnya dengan pembalut, ini bertujuan untuk

menghindari pertumbuhan bakteri pada pembalut dan panty liner kedalam

vagina.

d) Mengganti celana dalam minimal 2 kali dalam sehari, dan jangan

menggunakan celana dalam yang ketat saat menggunakan panty liner

karena dapat jika terlalu ketat tidak dapat menyerap keringat, tidak terdapat

sirkulasi udara, maka akan menyebabkan kelembapan pada area vegina

sehingga mempercepat pertumbuhan bakteri dan terjadi keputihan

(Setiyawati, 2015: 2).

e. Bahan panty liner

Bahan dasar untuk pembuatan pembalut dan panty liner hampir sama,

yakni bahan kertas bekas yang di daur ulang, parfum fibers, dioksin (zat

pemutih), plastik dan kapas. Namun ada panty liner yang tidak

menggunakan kapas karena tidak untuk menampung cairan darah seperti


15

pembalut. Bagian dasar panty liner terbuat dari plastik, sehingga

membuat kulit tidak bisa bernafas bebas karena kurangnya sirkulasi

udara, hal ini menyebabkan vagina kering dan mudah terjadi iritasi (Wati,

2014: 5).

Panty liner memiliki komponen tambahan di dalamnya, diantaranya :

1) Mentol, kegunaan mentol pada panty liner untuk membantu

membuat daerah kewanitaan menjadi terasa sejuk dan tidak panas,

namun jika kadar mentol dalam panty liner berlebihan justru

membuat sensasi panas dan membuat kulit kering sehingga mudah

teriritasi.

2) Sirih, kegunaan sirih pada panty liner untuk membuat aroma vagina

menjadi lebih wangi dan terasa segar (Saptari, 2014: 3).

3) Aloevera, kegunaanya untuk menghambat peradangan, serta

menurunkan suhu dan menjaga kelembaban di vagina.

4) Parfum, kegunaan parfum pada panty liner untuk membuat aroma

dalam daerah kewanitaan menjadi lebih wangi, namun parfum yang

digunakan dalam panty liner banyak mengandung bahan kimia yang

memacu terjadinya kanker serviks (Boyke, 2012: 1).

2. Kejadian Keputihan

a. Pengertian keputihan

Keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina

di luar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal

setempat (Kusmiran, 2014: 2). Menurut (Manuaba, 2012: 4),

leukorea (Flour Albus) merupakan pengluaran cairan pervaginam

yang bukan darah.Keputihan adalah keluarnya cairan berlebihan dari


16

liang senggama (vagina) yang terkadang disertai rasa gatal, nyeri,

rasa terbakar di bibir kemaluan, kerap disertai bau busuk, dan

menimbulkan rasa nyeri sewaktu buang air kecil atau bersenggama

(Sani, 2010: 13).

b. Klasifikasi keputihan

1) Keputihan fisiologis

a) Pengertian

Keputihan yang fisiologis biasanya terjdi pada bayi yang

baru lahir, wanita yang baru mengalami menastruasi pada fase

sekresi yang berkisar pada hari ke 10-16, wanita yang sedang

hamil, kondisi dimana rangsangan seksual diberikan, saat

terjadinya ovulasi dan penyakit penyakit kronik lainya

(Manuaba, 2010: 4). Keputihan yang fisiologis biasanya

cairanya tidak terlalu banyak, berwarna bening, tidak ada rasa

gatal dan nyeri. Keputihan fisiologi biasanya banyak terdiri

epital dan jarang mengandung leukosit (Sibagariang, 2010: 7).

b) Tanda Gejala

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu

gejala. Tanda dan gejala dari keputihan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor fisiologis maupun faktor patologis.

Tanda dan gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain

cairan dari vagina berwarna kuning, tidak berwarna, tidak

berbau, tidak gatal, jumlah cairan bisa sedikit, bisa cukup

banyak (Sibagariang, 2010: 7).


17

2) Keputihan patologis

a) Pengertian

Pada keputihan patologiscairan yang keluar banyak

mengndung leuosit. Gejala yang muncul pada keputihan patologis

antara lain cairan yang berwarna jernih menjadi kekuningan dan

kehijauan, jumlah berlebihan, kental, berbau tak sedap, terasa gatal

atau panas adanya servisitis, rasa sakit saat berkemih dan

menimbulkan luka didaerah mulut vagina (Sibagariang 2010: 9).

Keputihan patologis utamanya disebabkan infeksi (jamur,

kuman, virus). Namun dapat pula akibat adanya benda asing dalam

liang senggama, gangguan hormonal akibat mati haid, kelainan

bawaan dari alat kelamin wanita, adanya kanker atau keganasan pada

alat kelamin terutama di leher rahim (Sani, 2010: 13).

b) Tanda Gejala

Keputihan bukan merupakan penyakit melainkan suatu gejala.

Tanda gejala dari keputihan tersebut dapat disebabkan oleh faktor

fisiologis maupun faktor patologis. Keputihan karena faktor

patologis antara lain cairan dari vagina keruh dan kental, warna

kekuningan, keabu-abuan, atau kehijauan, berbau busuk, amis,

dan terasa gatal, jumlah cairan banyak (Sibagariang, 2010: 24).

e. Faktor yang berpengaruh terhadap keputihan

1) Kelelahan fisik dan kondisi tubuh yang stres

Kondisi tubuh yang kelelahan dan stress baik fisik maupun

psikologis (seperti tuntutan akademis yang dinilai terlalu berat, hasil

ujian yang buruk dan tugas yang menumpuk) dapat mempengaruhi


18

hormon-hormon yang ada di dalam tubuh perempuan termasuk

memacu peningkatan hormon estrogen. Pengaruh hormon estrogen ini

menyebabkan terjadinya keputihan pada wanita (Shadine, 2009: 13).

Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Wijanti,

(2011) bahwa para remaja paling sering mengalami keputihan saat

mereka stress atau lelah sebanyak 54 responden (27,28%).

2) Menggunakan celana dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat.

Penggunaan celana dalam yang ketat dan berbahan nilon yang tidak

menyerap keringat akan menyebabkan peningkatan kelembaban

sehingga memudahkan bakteri untuk berkembang dan menyebabkan

iritasi (Sari, 2011: 3).

3) Memakai cairan pembersih daerah kewanitaan secara berlebihan.

Penggunaan cairan permbersih kewanitaan yang berlebihan atau

sering akan membunuh mikroorganisme normal dakam vagina (Sari,

2011: 4). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Mariza (2013: 5)

tentang faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian flour albus

didapatkan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan kejadian

flour albus adalah penggunaan sabun pembersih kewanitaan dengan

OR=21,044.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Suryandari &

Rufaida (2013: 6) didapatkan bahwa hampir setengah dari responden

memakai sabun pembersih kewanitaan dan mengalami keputihan

patologis sebanyak 33 responden (21,5%) dan sebagian kecil dari

responden mengalami keputihan fisiologis sebanyak 27 responden

(17,5%) dengan hasil uji statistik p= 0,01 yaitu ada hubungan antara
19

pemakaian sabun pembersih kewanitaan dengan terjadinya keputihan

pada Wanita Usia Subur (WUS).

4) Kebersihan

Perilaku atau yang menyebabkan keputihan khususnya adalah

kebersihan vulva hygiene. Vulva hygiene merupakan salah satu

tindakan atau perilaku sehari-hari untuk menjaga dan merawat

kebersihan bagian personal hygiene atau bagian tubuh pribadinya

yaitu dalam hal ini adalah kebersihan vagina (Iskandar, 2010: 9).

Menurut Shadine (2012: 9), kebersihan daerah kewanitaan juga

bisa dijaga dengan sering mengganiti pakaian dalam, paling tidak

sehari dua kali setelah mandi. Terutama bagi wanita aktif dan udah

berkeringat harus perlu diperhatikan, agar tidak terjadi kelembaban

pada organ kewanitaan maka harus sering mengganti celana dalam

minimal 2 kali sehari.

Menurut Shadine (2012: 9), kebersihan daerah kewanitaan juga

bisa dijaga dengan sering mengganti pakaian dalam, paling tidak

sehari 2 kali setelah mandi. Terutama bagi wanita yang aktif dan

mudah berkeringat, agar tidak terjadi kelembaban pada organ

kewanitaan.

f. Dampak keputihan

Keputihan akan menimbulkan kuman yang dapat menyebabkan

infeksi pada daerah yang dilalui mulai dari muara kandung kemih, bibir

kemaluan sampai uterus dan saluran indung telur sehingga menimbulkan

penyakit radang panggul dan dapat menyebabkan infertilitas (Bahari,


20

2012: 6). Cara pemeliharaan alat reproduksi secara umum sebagai

berikut:

1) Mengganti celana dalam minimal 2 kali sehari dan gunakan celana

dalam yang mudah menyerap kringat, tidak terlalu ketat.

2) Membersihkan kotoran yang keluar dari kelamin dan anus dengan air

atau kertas pembersih (tisu) dengan gerakan cara membersihkan anus

untuk perempuan adalah dari daerah vagina ke arah anus untuk

mencegah kotoran masuk ke vagina.

3) Gunakan air bersih dan mengalir untuk membersihkan vagina.

4) Dianjurkan untuk mencukur atau merapikan rambut kemaluan karena

bisa ditumbuhi jamur atau kutu yang dapat menimbulkan rasa tidak

nyaman dan gatal (Kusmiran, 2014: 8).

g. Pencegahan Keputihan

1) Selalu menjaga kebersihan diri, terutama kebersihan alat kelamin.

2) Biasakan untuk membasuh vagina dengan cara yang benar, yaitu

dengan gerakan dari depan ke belakang. Cuci dengan air bersih dan

mengalir setiap buang air dan mandi.

3) Hindari suasana vagina yang lembab berkepanjangan karena

pemakaian celana dalam yang basah, jaranf diganti dan tidak

menyerap keringat.

4) Gunakan celana dalam yang terbuat dari katun yang dapat menyerap

keringat dan tidak terlalu ketat.

5) Gunakan panty liner saat perlu saja, jangan terlalu lama. Ganti panty

liner tidak boleh lebih dari 5 jam sekali.


21

6) Hindari terlalu sering menggunakan bedak talk di sekitar vagina, tisu

harum, atau tisu toilet. Ini akan membuat vagina kerap teriritasi.

7) Perhatikan kebersihan lingkungan. Keputihan juga bisa muncul lewat

air yang tidak bersih.

8) Setia kepada pasangan merupakan langkah awal untuk menghindari

keputihan yang disebabkan oleh infeksi yang menular melalui

hubungan seks

9) Gaya hidup yang sehat dengan olah raga rutin dan istirahat yang

cukup (Shadine, 2012: 9).

h. Hubungan Penggunaan Panty Liner dengan Kejadian Keputihan

Panty Liner dapat menyebabkan terjadinya keputihan karena keluarnya

cairan yang berada di panty liner mengakibatkan daerah kewanitaan semakin

lembab, kurangnya menjaga kebersihan dibagian genetalia, serta tidak adanya

sirkulasi udara dengan pemakaian celana dalam yang ketat dapat memicu

timbulnya perkembangan bakteri atau pertumbuhan organisme penyebab dari

keputihan itu sendiri.

B. Tinjauan Islam

Masalah bersuci dalam agama islam menduduki tempat yang sangat penting

dan amat menentukan. Dalam pengertian luas, bersuci meliputi seluruh aspek

yang ada di ajaran islam. Khusus dalam masalah ajaran kesucian yang

berhubungan dengan pelaksanaan ibadah khusus atau ibadah mahadhah para ahli

fiqih menggunakan istilah yang lazim dipergunakan oleh Al-Qur’an yaitu

thaharah. Istilah thaharah ini ditinjau dari arti laughawiy atau etimologi berarti

“membersihkan diri” sedangkan menurut istilah atau terminologi berarti “bersuci


22

dengan cara-cara yang telah ditentukan oleh syara’ guna menghilangkan segala

jenis najis dan hadats” (PPA Majelis Tabligh, 2012).

Diantara sekian banyak firman Allah yang menunjuk arti pentingnya ajaran

kesucian, dapat dikemukakan diantaranya dalam Surah Al-Baqarah (2): 222

diterangkan :

Artinya : “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan


menyukai orang-orang yang mensucikan diri” (QS. Al-Baqarah : 222).

Ibadah seseorang hukumnya sah apabila badan, tempat dan pakaian bersih

dan suci dari berbagai macam najis, serta suci dari hadats, baik hadats besar

maupun hadats kecil. Hadas adalah keadaan tidak suci yang menganai pribadi

seorang muslim sehingga menyebabkan terhalangnya orang itu melakukan shalat

atau thawaf. Adapun yang menjadi sebab seseorang dihukumkan berhadas yaitu

jika mengeluarkan sesuatu dari dubur atau kubulnya yang berupa buang air kecil

atau air besar, mengeluarkan angin busuk (kentut), mengeluarkan madzi (air

yang berwarna putih, bergetah yang keluar karena dorongan syahwat) atau wadi

(air yang berwarna putih, kental, sedikit berlendir yang keluar mengiringi air

kencing dikarenakan kelelahan), menyentuh kemaluan tanpa memakai alas, tidur

nyenyak dengan posisi miring, atau posisi pinggul tidak tetap (PPA Majelis

Tabligh, 2012: 2).

Jika seseorang mengeluarkan sesuatu dari duburnya seperti mengeluarkan

madzi atau wadi yang mengenai badannya hendaknya dicuci, seandainya

mengenai kain maka cukuplah dipercikkan air di atasnya. Penjelasan ini

berdasarkan pada sebuah hadits yang menyatakan:

Dalam hal itu harus berwudhu” dan karena perkataan Ibnu Abbas r.a.:
“Mengenai mani, itulah yang diwajibkan mandi karenanya. Adapun madzi dan
wadi, hendaklah engkau basuh kemaluanmu atau sekitarnya, kemudian
berwudhulah sebagaimana wudhumu untuk shalat.
23

C. KERANGKA KONSEP

Rasa tidak
nyaman,
berkurangnya rasa
percaya diri,
timbulnya rasa
Penggunaan Kejadian khawatir dan
cemas.
Panty Liner Keputihan
Timbulnya rasa
khawatir dan
cemas, gatal,
berbau,rasa tidak
Kelelahan fisik dan kondisi nyaman, dan
tubuh yang stress masalah
Penggunaan celana dalam resproduksi
yang ketat dan tidak seperti kanker
menyerap keringat serviks,
kemandulan,
Memakai cairan pembersih kehamilan diluar
daerah kewanitaan secara kandungan, dan
berlebihan menyumbatan di
saluran tuba.

Keterangan :

: variabel yang diteliti

: variabel yang tidak diteliti

: arah hubungan

: keterkaitan lain yang mempengaruhi kedua variabel

Gambar 2.1 Kerangka Konsep (Modifikasi Farage, 1997; Sari, 2011; Shadine,
2009; Permatadewi, 2015).

Berdasarkan kerangka konsep pada gambar 2.1 menjelaskan bahwa

penggunaan panty linerberpengaruh terhadap kejadian keputihan. Faktor-faktor

yang berpengaruh dengan kejadian keputihan adalah kelelahan fisik dan kondisi

tubuh yang stress, menggunakan celana dalam yang ketat dan tidak menyerap

keringat, memakai cairan pembersih daerah kewanitaan secara berlebihan.


24

D. HIPOTESIS

Ada hubungan penggunaan panty liner dengan kejadian keputihan pada

mahasiswa kebidanan semester empat di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.


BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rencana Penelitian

Rancangan penelitian ini adalah Analitik-korelasion yaitu suatu penelitian

yang bertujuan untuk menjelaskan hubungan antara variabel independent dan

dependent melalui pengujian hipotesis tanpa adanya intervensi atau rekayasa

dari peneliti (Notoatmodjo, 2012: 39).

Dengan pendekatan cross sectional yaitu peneliti melakukan penelitian atau

pengamatan pada saat bersamaan / sekali waktu (Sulistianingsih, 2011: 116).

B. Variabel Penelitian

Variabel penelitian menurut Sulistyaningsih (2012: 26), yaitu sesuatu yang

berbentuk apa saja yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga

diperoleh informasi tentang hal tersebut, kemudian ditarik simpulanya.

Variabel yang akan diukur dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel Bebas (Independent variable)

Variabel bebas digunakan untuk memprediksi, yang disebut juga

variabel prediktor. Pada penelitian ini yang bertindak sebagai variabel

bebas (X) . Variabel Bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan panty

liner.

2. Variabel terikat (dependentvariable)

Variabel terikat merupakan variabel yang diprediksi, maka dari itu

disebut juga variabel kriteria. Pada penelitian ini yang bertindak sebagai

variabel terikat (Y). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah kejadian

keputihan.

25
26

3. Variabel Pengganggu

a. Kelelahan fisik dan kondisi tubuh yang stress

Tidak dikendalikan karena kegiatan belajar mengajar (KBM) di

kampus yang cukup padat.

b. Menggunakan celana dalam yang ketat dan tidak menyerap keringat.

Tidak dikendalikan karena peneliti tidak mengetahui apakah

responden menggunakan celana dalam ketat atau tidak.

c. Memakai cairan pembersih kewanitaan secara berlebihan.

Tidak dikendalikan karena peneliti tidak mengetahui apakah

responden menggunakan cairan pembersih kewanitaan secara

berlebihan atau tidak.

C. Definisi Operasional Penelitian

Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variable yang

dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variable yang bersangkutan

(Arikunto, 2010: 28).


27

Table 3.1
Definisi Operasional

Variabel Definisi Alat ukur dan cara Hasil ukur Skala


Operasional ukur

Pengguna Pembalut kecil Pengukuran Skor yang Ordinal


an Panty dan tipis yang dilakukan diperoleh
liner digunakan diluar menggunakan dengan
masa kuesioner yang berisi melihat dan
menstruasi. 11 butir pertanyaan dikategorikan
Responden yang favorable dan menjadi:
diambil adalah unfavorable diberi a. Baik= jika
mahasiswa nilai 1-3. Penilaian ≥ 76%
kebidanan pertanyaan b. Cukup=
semester empat favorablenilai 1 untuk jika ≥ 56%
kelas A dan penilaian “Tidak c. Tidak
Byang pernah pernah”, baik= jika ≤
menggunakan nilai 2 “Jarang”, nilai 55%
panty liner. 3 “Selalu”.
Waktu Sedangkan untuk
pengambilan pertanyaan
data adalah pada unfavorablenilai 1
saat penelitian di untuk penilaian
Universitas “Selalu”,
‘Aisyiyah nilai2 “Jarang”, nilai 3
Yogyakarta. “Tidak Pernah”.
Kejadian Cairan jernih Pengukuran dilakukan Keputih Nominal
keputihan yang keluar menggunakan an jika
diluar siklus kuesioner dengan 1 menjawa
menstruasi. pertanyaan b “Ya”
Responden yang apabila
diambil adalah pernah
mahasiswa mengala
kebidanan mi
semester empat pengluar
kelas A dan B an cairan
yang pernah yang
menggunakan bukan
panty liner. darah
Waktu dari
pengambilan kemalua
data adalah pada n diluar
saat penelitian di iklus
Universitas menstru
‘Aisyiyah asi yang
Yogyakarta. biasanya
disertai
gatal,
nyeri,
dan
sebalikn
ya.
28

D. Populasi dan Sampel

1. Polulasi

Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti

(Notoatmodjo, 2010: 135). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh

mahasiswa kebidanan semester empat kelas A dan B di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta yang memenuhi kriteria inklusi dengan jumlah 120 mahasiswa.

2. Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang

diteliti dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2010: 136).

Sampel dalam penelitian ini adalah mahasiswa kebidanan semester empat

kelas A dan B di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Untuk menentukan besarnya sampel yang digunakan dalam penelitian ini

menggunakan teknik random sampling sehingga mahasiswi memiliki

kesempatan yang sama untuk menjadi responden. Dengan cara membuat urutan

dari nomer 1 sampai dengan nomor 120, selanjutnya melakukan undian dengan

mengambil angka sebanyak 92 kali. Jumlah sampel yang digunakan pada

peneliti ini dihitung dengan menggunakan rumus Slovin.

Keterangan :
n : Besar populasi
N : Besar sampel
d2 : Tingkat kepercayaan atau ketepatan yang diinginkan 0,05
N
n = ───────────
1 + N(d)2

120
n = ───────────
1 + 120 (0,05)2

120
n = ───────────
1 + 155(0,0025)
29

120
n= ──────────
1 + 0,3
120
n= ──────────
1,3

n= 92

Setelah diperoleh hasil dan jumlah keseluruhan sampel, kemudian di

proposikan menurut kelas.

Adapun kriteria inklusi dan eksklusi dari sampel penelitian adalah sebagai

berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Mahasiswi yang bersedia untuk menjadi responden untuk penelitian

(menandatangani informed concent).

2) Mahasiswa kebidanan semester empat kelas A dan B di Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta.

3) Mahasiswa yang hadir saat penelitian.

4) Mahasiswa yang pernah menggunakan panty liner.

b. Kriteria Eksklusi

1) Mahasiswa kebidanan semester empat kelas A dan B di Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta yang tidak menggunakan panty liner

E. Etika Penelitian

1. Informed consent (lembar persetujuan)

Peneliti sebelumnya telah meminta persetujuan dari responden dalam

keikutsertaannya menjadi responden. Peneliti juga telah memberikan

informasi tentang tujuannya penelitian, jaminan kerahasiaan dan keamanan

pasien, sehingga pasien mau untuk menandatangani lembar persetujuan.


30

2. Anonimity (tanpa nama)

Nama responden dalam studi kasus ini ditulis dengan inisial untuk

menjaga kerahasiaan identitas responden, dan alamat responden tidak

ditulis lengkap agar terjaga keberadaan responden.

3. Confidentialy (kerahasiaan)

Data hasil penelitian digunakan untuk kepentingan penelitian dan

ilmu pengetahuan sehingga data dirahasiakan keberadaannya dengan cara

tidak menyebarluaskan hasil penelitian tanpa alasan. Data boleh

ditampilkan untuk menambah referensi ilmu pengetahuan.

4. Ethical Clearance

Ethical Clearance yaitu persetujuan dari komite etik penelitian

bahwa penelitian yang akan dilakukan tidak membahayakan responden

penelitian (Sulistyaningsih, 2012: 144). Peneliti mengajukan ethical

clearance untuk mendapat persetujuan dari komite etik dan telah disetujui

oleh komite etik penelitian UNISA.

5. Bertindak Adil

Bertindak adil dapat dilakukan dengan memberikan kesempatan

yang sama untuk menjadi responden.

F. Alat dan Metode Penelitian

1. Alat

Dalam penelitian ini alat yang digunakan adalah kuesioner. Kuesioner

adalah seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis yang ditujukan

kepada responden untuk dijawabnya (Sulistyaningsih, 2011: 133). Dalam

kuesioner memberikan pertanyaan tentang penggunaan panty liner dan


31

kejadian keputihan oleh mahasiswa kebidanan semester empat kelas A dan B

di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Kuesioner terdiri dari 2 macam yaitu :

a. Penggunaan Panty Liner

Kuesioner terdiri atas 11 butir pertanyaan dibagi menjadi butir

pertanyaan favorable 5 dan 6 butir pertanyaan unfavorable dengan skala

nominal untuk mengetahui penggunaan panty liner dengan pemilihan

jawaban “Selalu”, “Jarang”, dan “Tidak Pernah”. Adapun petunjuk

skoring yang digunakan :

1) Favorable

a) Skor 3 untuk jawaban “Selalu”

b) Skor 2 untuk jawaban “Jarang”

c) Skor 1 untuk jawaban “Tidak Pernah”

2) Unfavorable

a) Skor 1 untuk jawaban “Selalu”

b) Skor 2 untuk jawaban “Jarang”

c) Skor 3 untuk jawaban “Tidak Pernah”

Dalam menyusun skala, item-item yang tidak jelas menunjukkan

hubungan dengan sikap yang sedang diteliti masih dapat dimasukkan ke

dalam skala. Skala Likert dapat memperlihatkan item yang dinyatakan

dalam beberapa respons alternatif (S=sering, J=jarang, TP=tidak pernah)

Tabel 2.1
Kriteria Pemberian Skor
Skor Keterangan
76-100% Baik
56-75% Cukup
≤ 55% Tidak Baik
(Sumber : Nursalam, 2014: 68).
32

Hasil ukur pada definisi operasional pada penggunaan panty liner

dikatakan baik jika mencapai lebih dari 76% dari total skor jumlah

kuesioner, dikatakan cukup jika mencapai lebih dari 56% dan dikatakan

tidak baik jika total kurang dari 55% dari total skor jumlah kuesioner

(Djaali, 2008: 28).

b. Kejadian Keputihan

Kuesioner terdiri atas 1 butir pertanyaan unfavorable dengan skala

nominal untuk mengetahui dikatakan keputihan jika menjawab “Ya”

apabila pernah mengalami pengluaran cairan yang bukan darah dari

kemaluan diluar siklus menstruasi yang biasanya disertai gatal, nyeri,

dan terkadang berbau dan tidak keputihan jika menjawab “Tidak”

apabila tidak pernah mengalami pengeluaran cairan yang bukan darah

dari kemaluan diluar iklus menstruasi yang biasanya disertai gatal, nyeri,

dan terkadang berbau.

Tabel 3.2
Kisi-kisi Kuesioner Kejadian Keputihan
No Variabel No. Item Kuesioner Jumlah
Favourable Unfavourable
1. Penggunaan 2,3,5,6,10 1,4,7,8,9,11 11
Panty liner

2. Kejadian 1 1
Keputihan
2. Metode pengumpulan data

Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai

sumber, dan berbagai cara. Bila dilihat dari sumber datanya, maka

pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber sekunder

(Sugiyono, 2011: 8).


33

a. Data Primer

Data primer adalah yang diperoleh secara langsung dari responden.

Data primer didapat dari kuesioner yang terlalu diisi oleh responden.

b. Uji Validitas Instrument Penelitian

1) Uji Validitas

Validitas instrumen adalah suatu indeks yang menunjukan

alat ukur itu benar-benar mengukur apa yang diukur (Arikunto, 2010:

23). Validitas dilakukan dengan membandingkan angka korelasi

product moment (r hitung) dengan r table dengan tingkat kepercayaan

95% dan kesalahan 5% (0,05). Penelitian tentang hubungan

penggunaan panty liner dengan kejadian keputihan pada mahasisiwa

regular DIV bidan pendidik semester empat di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta menggunakan instrumen penelitian yaitu angket

(kuesioner). Validitas dilakukan dengan membandingkan angka

korelasi produck moment (r hitung) dengan (r tabel) dengan tingkat

kepercayaan 95% dan kesalahan 5% (0,05). Penggunaan instrumen

angket (kuesioner) untuk memperoleh data yang akurat diperlukan

alat pengumpulan data yang dapat dipertanggungjawabkan dengan

diuji validitas yang akan dilakukan pada dosen pakar teori kesehatan

reproduksi. Uji validitas diajukan terhadap 20 mahasiswa regular DIV

bidan pendidik semester empat di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

kelas A dan B yang memiliki karakteristik sama dengan tempat

penelitian yang peneliti lakukan . uji ini dilakukan pada tanggal 7 juni

2018, hasil uji validitas terhadap instrument penelitian yang peneliti

lakukan didapatkan hasil 10 soal valid untuk kuesioner penggunaan


34

panty liner dan 1 soal valid untuk kuesioner kejadian keputihan. Uji

validitas dimana point pertanyaan dengan hasil < r tabel (0,4438)

maka dianggap gugur karena tidak valid. Point pertanyaan yang tidak

valid pada kuesioner penggunaan panty liner di dapatkan pada nomer

8. Sehingga nomer tersebut dihapuskan dari pertanyaan di kuesioner

penggunaan panty liner dan sudah terwakili oleh pertanyaan di nomer

yang lain.

a. Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah kesamaan hasil pengukuran atau pengamatan bila

fakta atau kenyataan hidup di ukur dan diamati berkali-kali dalam waktu

yang berlainan. Reliabilitas menunjukan keterandalan alat ukur yang

digunakan (Nursalam, 2008: 11). Uji reabilitas dilakukan terhadap 20

mahasiswa regular DIV bidan pendidik semester empat di Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta kelas a dan b yang memiliki karakteristik sama

dengan tempat penelitian yang peneliti lakukan. uji ini dilakukan pada

tanggal 7 juni 2018, hasil uji reabilitas terhadap instrumen penelitian yang

peneliti lakukan, hasil instrumen p enelitian didapatkan cronbach’s alpha

0,865 > 0,06 untuk kuesioner penggunaan panty liner. Sehingga dengan

hasil uji reliabilitas tersebut, instrumen penelitian dalam peneliti ini

dikatakan reliabel untuk digunakan dalam jalanya penelitian.

G. Metode Pengolahan dan Analisa Data

1. Metode Pengolahan Data

Proses pengolahan data melalui tahap editing, coding, tabulating,

processing dan cleaning (Sulistyaningsih, 2012: 137).


35

a. Editing

Kegiatan penelitian yang dilakukan dalam langkah persiapan ini

diantaranya adalah mengecek nama dan kelengkapan identitas pengisi,

mengecek kelengkapan data dalam artian memeriksa isi instrument

pengumpulan data, mengecek macam isian data. Tahapan persiapan data

ini harus dilakukan dengan maksud agar data siap dan rapi untuk

dilakukan pengolahan data lebih lanjut.

b. Coding

1) Penggunaan Panty Liner

Merupakan kegiatan pemberian kode numerik (angka) terhadap data

yang terdiri atas beberapa kategori. Data penggunaan panty liner

sebagai univariat yaitu 1 untuk “Selalu”, 2 untuk “Jarang”, dan 3

untuk “Tidak pernah”. Dan dikategorikan menjadi “Baik”, “Cukup”,

dan “Tidak Baik” jika total skor 76-100% dikatakan “Baik”, skor 56-

75% dikatakan “Cukup”, dan skor ≤55% dikatakan “Tidak Baik”.

Dalam menghitung persen terssebut yaitu:

Jumlah nilai x100%


30

a) Baik : diberi kode 1

b) Cukup : diberi kode 2

c) Tidak Baik : diberi kode 3

2) Kejadian Keputihan

a) Ya : diberi kode 1

b) Tidak : diberi kode 2


36

c. Tabulating

Data tabulating adalah memasukkan data ke dalam tabel berdasarkan

tujuan penelitian. Agar memudahkan data tabulating, maka perlu dibuat

dummy table. Dalam tahap ini dibuat satu macam tabel frekuensi

(Arikunto, 2010: 22).

d. Entry data

Merupakan kegiatan memasukkan data yang sudah dilakukan

pengkodean ke dalam program komputer.

e. Cleaning

Merupakan kegiatan pengecekan kembali untuk melihat

kemugkinan-kemungkinan adanya kesalahan-kesalahan kode,

ketidaklengkapan dan sebagainya.

2. Metode Analisis Data

Analisis data dari penelitian ini melalui prosedur bertahap yaitu analisis

univariat dan analisis bivariat (Notoatmodjo, 2012: 28).

a. Analisis Univariat

Analisis univariat (deskriptif) adalah analisis yang digunakan untuk

menjelaskan atau mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian

(Notoatmodjo, 2012: 36). Bentuk data disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi sebagai acuan yang menjelaskan variabel-variabel

penggunaan panty liner dan kejadian keputihan pada mahasiswa kebidanan

semester empat di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta. Cara mendeskripsikan

tiap-tiap variabel dalam penelitian yaitu dengan melihat distribusi

frekuensinya dengan menggunakan rumus :


37

f
P= x 100%
n

Keterangan :

P : Persentase

f : Jumlah penerapan yang sesuai prosedur

n : Jumlah item observasi

(Machfoedz, 2010)

b. Analisis Bivariat

Analisis bivariat (kolerasi) yaitu analisa yang dilakukan terhadap

dua variabel yang diduga memiliki hubungan atau berkolerasi (Notoatmodjo,

2012: 36). Dalam penelitian ini analisa bivariat yang digunakan adalah

analisa chi-square (x2) dengan rumus :

k (f0 – fh)2
X2 = ∑
j=l
fh
Dimana :
X2 : Chi Kuadrat
f0 : Frekuensi observasi
fh : Frekuensi harapan (Sugiyono, 2010: 121).
Interpretasi terhadap hasil analisis chi-square adalah sebagai berikut :

1) Ha diterima jika p-value < α (0,05) untuk taraf signifikan 5% berarti ada

hubungan antara penggunaan panty liner dengan kejadian keputihan.

2) Ha ditolak jika p-value > (0,05) untuk taraf signifikan 5% berarti tidak

ada hubungan antara penggunaan panty liner dengan kejadian keputihan.


38

Tabel 3.3
Pedoman Pemberian Interpretasi Koefisien Korelasi
Interval koefisien Tingkat Hubungan
0.00 – 0.199 Sangat Rendah
0.20 – 0.399 Rendah
0.40 – 0.599 Sedang
0.60 – 0.799 Kuat
0.80 – 1000 Sangat Kuat
(Sumber : Sugiyono, 2011: 16)

H. Jalannya Penelitian

Prosedur penelitian tentang hubungan penggunaan panty liner dengan kejadian

keputihan pada mahasiswa kebidanan semester empat di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:

1. Tahap Persiapan

a. Mengajukan judul skripsi.

b. Judul sudah disetujui oleh dosen pembimbing.

c. Membuat surat studi pendahuluan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

d. Menyerahkan surat studi pendahuluan dari Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta ke rektor melalui LPPM Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

e. Menerima surat balasan studi pendahuluan dari LPPM Universitas

‘Aisyiyah untuk studi pendahuluan dan sebagai lampiran.

f. Melakukan studi pendahuluan dan mengambil data.

g. Menuliskan studi pendahuluan dalam proposal skripsi.

h. Melakukan penyusunan proposal dan bimbingan dengan dosen

pembimbing.

i. Seminar ujian proposal.

j. Perbaikan proposal.

k. Penyusunan skripsi.
39

2. Tahap pelaksanaan

a. Melakukan perizinan untuk melaksanakan penelitian dengan membuat

surat penelitian.

b. Menunggu surat balasan dari kampus Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

c. Memberikan penjelasan terhadap responden yang akan dilakukan

penelitian, bahwa peneliti akan melakukan penelitian dengan meminta

responden jika bersedia dilakukan penelitian,menyetujui inform concent

dan mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti, setelahnya peneliti

akan menjaga kerahasiaan dan responden akan diberikan kompensasi

berupa barang dari peneliti.

d. Melakukan penelitian pengambilan data peneliti memberikan

kesempatan apakah responden bersdia dilakukan penelitian dengan

memberikan waktu kepada responden mengisi informed concent dengan

tanda tangan kurang lebih diberikan waktu 5 menit.

e. Responden bersedia untuk dilakukan penelitian selanjutnya memberikan

kuesioner terhadap responden.

f. Meminta agar responden membaca dan memahami terlebih dahulu

pertanyaan-pertanyaan dari kuesioner yang kurang jelas jika ada

beberapa yang kurang jelas peneliti segera memberikan penjelasan

terhadap responden.

g. Menunggu responden memberikan hasil kuesioner kemudian peneliti

segera mengkoreksi hasil jawaban kuesioner apabila ada jawaban yang

belum terisi dan kurang jelas maka segera konfirmasi dan meminta

penjelasan kepada responden, pelaksanaan penelitian dilakukan pada

bulan Maret-Mei 2018, Memberikan waktu kepada responden untuk


40

mengisi kuesioner yang telah diberikan kurang lebih setiap responden

diberi estimasi waktu 10-15 menit untuk mengisi kuesioner.

h. Melakukan pengolahan data penelitian dengan menggunakan SPSS

i. Penyajian hasil penelitia, penyusunan pembahasan, serta kesimpulan

hasil penelitian.

j. Melakukan bimbingan skripsi.

k. Seminar ujian hsil skripsi.

l. Melakukan perbaikan hasil skripsi.

3. Tahap akhir

a. Tahap penyelesaian sebagai tahap akhir penelitian yaitu dengan

membuat laporan.

b. Menggandakan skripsi.

c. Melakukan perbaikan hasil bimbingan.

d. Seminar hasil penelitian.

e. Revisi hasil seminar penelitian, membuat CD pdf, membuat naskah

publikasi, dan mengumpulkan hasil revisi skripsi.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian

1. Gambaran Tempat Penelitian

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta beralamat di jalan Ringroad Barat

No. 63 Mlangi, Nogotirto, Gamping, Sleman, Yogyakarta. Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta terdiri dari 2 (dua) kampus yaitu : kampus 1 terletak di

jalan serangan yang berfungsi sebagai kegiatan belajar mengajar dan Kampus

Terpadu terletak di jalan ringroad barat yang berfungsi sebagai belajar

mengajar serta praktikum. Visi dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta adalah

menjadi universitas berwawasan kesehatan pilihan dan unggul berbasis nilai-

nilai Islam. Berkemajuan. Misi dari Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta adalah

menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat

berwawasan kesehatan dan berdasarkan nilai-nilai Islam berkemajuan untuk

mencerdaskan kehidupan bangsa, mengembangkan kajian dan pemberdayaan

perempuan dalam rangka Islam berkemajuan.

Sarana dan prasarana di Kampus Terpadu Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta yaitu Akademik, lab praktikum, kelas besar dan tutorial,

mushola, ruang dosen, perpustakaan, ruang kemahasiswaan, gazebo, kantin.

2. Gambaran Subyek Penelitian

Subyek pada penelitian ini adalah mahasiswa prodi D3-kebidanan semester

empat di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta yang menggunakan panty liner

dan mengalami keputihan. Jumlah mahasiswa prodi D3-kebidanan semester

empat kelas A dan B yang menjadi populasi adalah sebanyak 120 mahasiswa

dengan kriteria yang telah ditentukan, diantaranya usia antara 19-22 tahun,

yang pernah menggunakan panty liner, yang pernah mengalami keputihan,

41
42

mahasiswa prodi D3-kebidanan semester empat kelas A dan B yang

mengikuti kegiatan perkuliahan setiap hari Senin sampai hari Sabtu dari

pukul 06.00 sampai pukul 17.30 WIB. Penelitian dilakukan saat setelah

mahasiswa melakukan Ujian Akhir Semester (UAS) berada di ruangan B.102.

Tabel 4.1 Gambaran Usia Subyek Penelitian

Batas Usia Frekuensi


19-20 52
21-22 40

3. Frekuensi Penggunaan Panty Liner di Univesitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Gambaran frekuensi penggunaan panty liner di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta dapat di perlihatkan pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Penggunaan Panty Liner di


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Kategori Frekuensi Persen Valid Persen Kumulatif Persen
Baik 54 58,7 58,7 58,7
Cukup 34 37,0 37,0 95,7
Tidak baik 4 4,3 4,3 100,0
Total 92 100,0 100,0

Berdasarkan tabel 4.2 menggambarkan bahwa sebagian besar

responden menggunakan panty liner dengan baik yaitu 54 orang (58,7%),

yang menggunakan panty liner denagn cukup baik yaitu 34 orang (37,0%) ,

dan responden yang menggunakan panty liner tidak baik sebanyak 4 orang

(4,3%). Hasil jawaban penggunaan panty liner dapat diperlihatkan pada tabel

sebagai berikut:
43

Tabel 4.3
Hasil Jawaban Kuesioner Penggunaan Panty Liner
No Prertanyaan/pernyataan Selalu Jarang Tidak Pernah
f % f % f %
1. Apakah anda sering 4 4,34 50 54,34 34 40,21
menggunakan panty liner
2. Apakah anda menggunakan 3 3,26 43 46,73 46 50
panty liner setiap hari
3. Apakah anda mengganti panty 7 7,60 27 29,34 58 63,04
liner lebih dari 5 kali dalam
sehari
4. Apakah anda mengganti panty 20 21,73 23 25 49 53,26
liner sehari 2 kali
5. Apakah anda menggunakan 10 10,86 25 27,17 57 61,95
panty liner sehari dua hari
setelah menstruasi
6. Apakah anda menggunakan 9 9,78 17 18,47 66 71,73
panty linersesaat sebelum
menstruasi
7. Apakah anda menggunakan 57 61,95 12 13,04 23 25
celana dalam ketat saat
menggunakan panty liner
8. Apakah anda menggunakan 5 5,43 16 17,39 70 76
panty liner yang mengandung
parfum
9. Apakah anda menjaga 36 39,13 7 7,60 49 53,26
kebersihan saat menggunakan
panty liner
10. Apakah anda menggunakan 7 7,60 21 22,82 64 69,56
celana dalam yang ketat saat
menggunakan panty liner

Tabel 4.3 menggambarkan bahwa responden yang paling banyak untuk

kategori “selalu” terdapat pada soal nomor 7 sebanyak 57 orang (61,95%) yaitu

“Apakah anda menggunakan celana dalam ketat saat menggunakan panty liner”.

Pernyataan responden ini memberikan gambaran bahwa responden selalu

menggunakan celana yang ketat saat menggunakan panty liner, sedangkan

menggunakan celana dalam yang ketat saat menggunakan panty liner maka tidak

terdapat sirkulasi udara di sekitar vagina, yang akan menyebabkan kelembaban

pada area vegina sehingga mempercepat pertumbuhan bakteri dan terjadi keputihan

(Setiyawati, 2015: 2).


44

Jawaban yang paling banyak untuk untuk kategori “jarang” terdapat

pada soal nomor 1 sebanyak 50 orang (54,39%) yaitu “Apakah anda sering

menggunakan panty liner”. Pernyataan responden ini memberikan gambaran

bahwa responden jarang menggunakan panty liner dalam beraktifitas sehari-

hari termasuk pada saat kegiatan di kampus.

Jawaban yang paling banyak untuk kategori tidak pernah terdapat

pada soal nomor 8 sebanyak 70 orang (76%) yaitu “Apakah anda

menggunakan panty liner yang mengandung parfum”. Pernyataan responden

ini memberikan gambaran bahwa responden tidak pernah menggunakan

panty liner yang mengandung parfum, karena responden jarang menggunakan

panty liner terlebih lagi jika menggunakan panty liner yang mengandung

parfum atau bahan kimia termasuk wangi-wangian. Bagi responden

menghindari penggunaan panty liner yang mengandung parfum adalah salah

satu cara mencegah terjadinya keputihan dan penyakit lainya. Dijelaskan oleh

(Boyke, 2012: 1) bahwa parfum pada panty liner untuk membuat aroma

dalam daerah kewanitaan menjadi lebih wangi, namun parfum yang

digunakan dalam panty liner banyak mengandung bahan kimia yang memicu

terjadinya kanker serviks.

4. Kejadian Keputihan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Gambaran kejadian keputihan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta adalah

sebagai berikut:

Tabel 4.4 Kejadian Keputihan di


Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
Kategori Frekuensi Persen Valid Persen Kumulatif
Persen
Keputihan 30 32,6 32,6 32,6
Tidak Keputihan 62 67,4 67,4 100,0
Total 92 100,0 100,0
45

Berdasarkan tabel 4.4 menggambarkan bahwa responden yang

mengalami keputihan yaitu 30 orang (32,6%) dan sebagian besar responden

tidak mengalami keputihan yaitu sebanyak 62 orang (67,4%). Hasil jawaban

3333kuesioner kejadian keputihan dapat diperlihatkan pada tabel sebagai

berikut:

Tabel 4.5
Hasil Jawaban Kuesioner Kejadian Keputihan
No Pertanyaan/pernyataan Keputihan Tidak Keputihan
f % f %
1. Apakah anda pernah mengalami 30 32,6 62 67,39
pengluaran cairan yang bukan darah
dari kemaluan diluar siklus
menstruasi yang biasanya disertai
gatal, nyeri, dan terkadang berbau

Tabel 4.5 Pada kuesioner kejadian keputihan hanya terdapat 1 soal

yaitu “Apakah anda pernah mengalami pengluaran cairan yang bukan darah

dari kemaluan diluar siklus menstruasi yang biasanya disertai gatal, nyeri,

dan terkadang berbau”. Sehingga pada tabel tersebut menggambarkan bahwa

jawaban responden yang paling banyak menjawab “Tidak” sebanyak 62

orang (67,39%) karena responden jarang menggunakan panty liner saat

beraktifitas atau kegiatan di kampus, dan cara mencegah terjadinya keputihan

responden tidak pernah menggunakan panty liner yang mengandung parfum

dan bahan kimia yang mengandung wangi-wangian, sehingga dengan cara

pencegahan tersebut responden tidak mengalami keputihan.

5. Hubungan Penggunaan Panty Liner dengan Kejadian Keputihan di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Gambaran hubungan penggunaan panty liner dengan kejadian

keputihan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta dapat diperlihatkan pada tabel

sebagai berikut:
46

Tabel 4.6
Hubungan Penggunaan Panty Liner dengan Kejadian Keputihan di
Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta
No Keputihan Tidak Keputihan Chi
Keputihan square
Panty Liner f % f % X² P
1. Baik 42 36,4 12 17,6 7, 71 0,019
2. Cukup 19 22,9 15 11,1
3. Tidak baik 1 2,7 3 1,3
Jumlah 62 62 30 30

Tabel 4.6 menggambarkan bahwa sebagian besar responden yang

menggunakan panty liner dengan baik maka tidak mengalami keputihan yaitu 42

orang (36,4%), responden yang meggunakan panty liner dengan cukup baik maka

tidak mengalami keputihan yaitu 19 orang (22,9%) karena penggunaan panty liner

yang sudah baik membuat area genetalia tetap kering dan bersih sehingga tidak

terdapat perkembangan bakteri yang akan memicu terjadinya keputihan, dan

responden yang menggunakan panty liner dengan tidak baik maka tidak mengalami

keputihan yaitu 1 orang (2,7%) kemungkinan karena responden tetap menjaga

fisiknya agar tidak terlalu kelelahan dan stress dalam kegiatanya sehari-hari.

Sedangkan responden yang menggunakan panty liner dengan baik namun mengalami

keputihan yaitu 12 orang (17,6%) karena ada beberapa faktor lain yang

mengakibatkan terjadinya keputihan meskipun sudah menggnakan panty liner

dengan baik salah satunya yaitu faktor kelelahan dan stress karena memikirkan tugas

kuliah yang banyak dan kegiatan di kampus yang cukup padat, responden yang

menggunakan panty liner dengan cukup baik namun mengalami keputihan yaitu 15

orang (11,1%), dan responden yang menggunakan panty liner dengan tidak baik yang

mengalami keputihan yaitu 3 (1,3%) karena penggunaan panty liner yang tidak baik

dapat menimbulkan perkembang biakan bakteri secara cepat yang akan

mengakibatkan keputihan.
47

Hasil uji chi square menunjukkan nilai signifikansi yaitu 0,019 dengan

koefisien korelasi 0,282 maka dapat disimpulkan ada hubungan penggunaan panty

liner dengan kejadian keputihan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta tetapi

hubunganya masih rendah (Sugiyono,2011:16).

B. Pembahasan

1. Penggunaan panty liner di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Gambar tabel 4.2 menggambarkan bahwa sebagian besar responden yang

menggunakan panty liner dengan baik yaitu 54 orang (58,7%), yang menggunakan

panty liner dengan cukup baik yaitu 34 orang (37,0%) , dan responden yang

menggunakan panty liner dengan tidak baik sebanyak 4 orang (4,3%).

Penelitian ini memberikan gambaran bahwa sebagian besar responden

menggunakan panty liner dengan baik. Artinya panty liner tidak sering digunakan

setiap hari, digunakan hanya jika diperlukan saja dan responden tidak memilih

panty liner yang mengandung parfum atau bakan kimia tertentu yang mengandung

wangi-wangian. Menurut Lotfia (2012:2), panty liner adalah alas yang berbentuk

seperti pembalut tetapi ukuranya sangat kecil dan tipis dari pembalut biasa.

Penggunaan panty liner dengan baik dapat di sebabkan karena kesadaran

responden untuk menjaga kebersihan didaerah kewanitaanya. Panty liner

seharusnya digunakan dalam kurun waktu yang singkat. Hal ini sangat penting

karena sesungguhnya keputihan atau lendir adalah bagian dari kotoran yang

dikeluarkan secara alami oleh vagina yang akan memberikan efek untuk timbulnya

infeksi, rasa gatal, dan bau yang tidak sedap Menurut Farage (2007: 4), Menurut

dr. Fitri haryanti harsono (2017: 1) menjelaskan jika diperbolehkan untuk

menggunakan panty liner tetapi harus rutin mengganti panty liner tiap 3-4 jam

sekali. Tidak boleh lebih dari 3-4 jam, karena jika lebih dari waktu tersebut dapat
48

menyebabkan vagina menjadi lembab, bakteri justru dapat berkembang biak

dengan cepat. Bakteri yang berkembang biak dapat masuk kedalam vagina dan

dapat menyebabkan penyakit seperti jamur, jerawat, iritasi dan rasa

ketidaknyamanan seperti gatal pada area vagina.

Jawaban responden terhadap kuesioner penggunaan panty liner yang

membuktikan bahwa responden menggunakan panty liner dengan baik yaitu dari

hasil jawaban kuesioner responden yang paling banyak untuk kategori “tidak

pernah” terdapat pada soal nomor 8 sebanyak 70 orang (76%) yaitu “Apakah anda

menggunakan panty liner yang mengandung parfum”. Pernyataan responden ini

memberikan gambaran bahwa responden tidak pernah menggunakan panty liner

yang mengandung parfum, karena responden jarang menggunakan panty liner

terlebih lagi jika menggunakan panty liner yang mengandung parfum atau bahan

kimia termasuk wangi-wangian. Bagi responden menghindari penggunaan panty

liner yang mengandung parfum adalah salah satu cara mencegah keputihan dan

penyakit lainya. Dijelaskan oleh (Boyke, 2012: 1) bahwa parfum pada panty liner

untuk membuat aroma dalam daerah kewanitaan menjadi lebih wangi, namun

parfum yang digunakan dalam panty liner banyak mengandung bahan kimia yang

memicu terjadinya kanker serviks.

Penelitian ini juga didapatkan responden yang menggunakan panty liner

dengan cukup baik sebanyak 34 orang (37,0%), perilaku responden dalam

menggunakan panty liner yang tergolong cukup baik dapat di sebabkan karena

sebagian responden mengetahui beberapa cara menggunakan panty liner dengan

baik, namun belum begitu faham secara keseluruhan. Responden kemungkinan

hanya mengetahui bahwa cara menggunakan panty liner dengan baik yaitu tidak

menggunakan panty liner yang mengandung parfum atau bahan kimia yang
49

mengandung wangi-wangian, panty liner yang mengandung parfum atau wangi-

wangian didalamnya terdapat bahan kimia tertentu, bagi yang berkulit sensitif atau

penggunaanya dalam jangka waktu yang lama saat lembab akan mengakibatkan

alergi atau infeksi seperti iritasi atau gatal kemerahan bahkan timbul jerawat pada

area kewanitaan menurut Fahmi (2009:16).

Perilaku responden yang temasuk cukup baik dalam menggunakan panty liner

didukung oleh jawaban responden dengan pernyataan tentang penggunaan panty

liner. Responden yang paling banyak untuk kategori jarang terdapat pada soal

nomor 1 sebanyak 50 orang (54,3 %) yaitu “Apakah anda sering menggunakan

panty liner”. Pernyataan responden ini memberikan gambaran bahwa responden

jarang menggunakan panty liner dalam beraktifitas sehari-hari termasuk pada saat

kegiatan di kampus. Namun jika saat responden menggunkan panty liner ketika

berpergian atau beraktifitas reponden lebih sering menggunakan celana dalam yang

ketat dan tidak menyerap keringat saat menggu nakan panty liner.

Menurut Farage (2007:4), panty liner meningkatkan populasi Eubacterium

species divagina dan menurunkan jumlah Lactobacillus species di vagina sebagai

flora normal sehingga akan memacu pertumbuhan organism penyebab keputihan.

Pemakaian panty liner yang terlalu sering juga dapat mentransfer flora intestinal

seperti Eschericia coli kedalam vegina dan pemakaian panty liner non breathable

meningkatkan resiko flour albus. Hal tersebut juga sesuai dengan jurnal penelitian

menurut Persia (2015:1), dengan judul Hubungan Pemakaian Panty Liner dengan

Kejadian Fluor Albus pada Siswi SMA di Kota Padang, menjelaskan bahwa

pemakaian panty liner merupakan salah satu faktor predisposisi timbulnya

keputihan. Panty liner (pantliner, panty shield) merupakan salah satu jenis

pembalut wanita yang digunakan pada saat diluar periode menstruasi. Panty liner
50

memiliki susunan yang sama dengan pembalut ketika menstruasi namun ukurannya

lebih tipis.

Sedangkan dalam penelitian ini juga didapatkan responden yang menggunakan

panty liner tidak baik sebanyak 4 orang (4,3%). Perilaku responden yang

menggunakan panty liner dengan tidak baik didukung oleh jawaban responden

terhadap pernyataan penggunaan panty liner. Responden yang paling banyak untuk

kategori selalu terdapat pada soal nomor 7 yaitu “Apakah anda menggunakan

celana dalam ketat saat menggunakan panty liner”. Pernyataan responden ini

memberikan gambaran bahwa responden selalu menggunakan celana yang ketat

saat menggunakan panty liner, sedangkan menggunakan celana dalam yang ketat

saat menggunakan panty liner maka tidak terdapat sirkulasi udara di sekitar vagina,

yang akan menyebabkan kelembaban pada area vegina sehingga mempercepat

pertumbuhan bakteri dan terjadi keputihan (Setiyawati, 2015: 2).

2. Kejadian Keputihan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Gambar tabel 4.4 menggambarkan bahwa responden yang mengalami

keputihan yaitu 30 orang (32,6%) dan sebagian besar responden tidak mengalami

keputihan yaitu sebanyak 62 orang (67,4%). Penelitian ini menunjukkan bahwa

sebanyak 30 orang responden mengalami keputihan. Kusmiran (2014:2)

menyebutkan keputihan adalah keluarnya cairan selain darah dari liang vagina

diluar kebiasaan, baik berbau ataupun tidak, serta disertai rasa gatal setempat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan data penelitian tentang kesehatan

reproduksi wanita yang mennjukkan 75% wanita disunia pasti menderita keputihan

yang tidak sekali seumur hisup dan 45% diantaranya bisa mengalaminya sebanyak

dua kali atau lebih seperti diungkapkan oleh Shadine (2012:5). Menurut badaryati

(2012:3) di Indonesia sekitar 90% wanita mengalami keputihan karena Negara


51

Indonesia adalah daerah yang beriklim tropis , sehingga jamur mudah bertumbuh

dan berkembang, sehingga banyak mengakibatkan terjadinya keputihan pada

wanita Indonesia.

Keputihan yang fisiologis apabila tidak segera ditangani akan mengakibatkan

keputihan yang patologis, sedangkan dampak dari keputihan patologis apabila tidak

segera ditangani, maka akan mengakibatkan masalah kesehatan reproduksi.

Masalah kesehatan reproduksi antara lain kanker serviks, kemandulan, hamil diluar

kandungan, penyumbatan pada saluran tuba (Sibagariang, 2010: 37).

Keputihan yang dialami responden kemungkinan merupakan keputihan yang

fisiologis. Tanda gejala keputihan karena faktor fisiologis antara lain cairan dari

vagina tidak berwarna atau jernih, tekadang berbau tetapi tidak menyengat seperti

bau busuk, terkadang gatal , jumlah cairan bisa sedikit, dan bisa juga cukup

banyak. Tanda Gejala keputihan karena faktor patologis antara lain cairan dari

vagina keruh dan kental, warna kekuningan, keabuabuan, atau kehijauan, berbau

busuk, amis, dan terasa gatal dan panas, Jumlah cairan banyak (Sibagariang, 2010:

10).

Meskipun sebagian responden mengalami keputihan fisiologis yang tidak

mengganggu aktifitas namun jika tidak mengetahui cara pencegahanya akan

mengakibatkan keputihan yang patologis. Hal tersebut menunjukkan dengan

jawaban responden pada pernyataan kuesioner kejadian keputihan yang

memberikan jawaban “Ya” pada pernyataan nomor 1 yaitu “Apakah anda pernah

mengalami pengluaran cairan yang bukan darah dari kemaluan diluar siklus

menstruasi yang biasanya disertai gatal, nyeri dan terkadang berbau”. Pada

penelitian ini didapatkan didapatkan 62 orang (67,4%) tidak mengalami keputihan.

Hasil keputihan ini sesuai dengan survey Kesehatan Reprosuksi Remaja Indonesia
52

(SKRRI) tahun 2007 menunjukkan pada wanita dengan rentang usia 15-24 tahun

engalami keputihan sebanyak 31,8%. Hasil survey tersebut memberikan informasi

bahwa tidak semua remaja putri mengalami keputihan.

Responden yang tidak mengalami keputihan dapat disebabkan karena

responden selalu menjaga kebersihan daerah kewanitaanya. Perilaku responden

yang selalu menjaga keberhasilan terutama kebersihan kewanitaanya sesuai dengan

ajaran Islam yang menjunjung tinggi kesucian diri baik kesucian lahir maupun

batin.

Al-Quran Surah Al-Baqarah (2):222 diterangkan :


Artinya: “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan
menyukai orang-orang yang mensucikan diri.” (QS. Al-Baqarah :222)
Ibadah seseorang hukumnya sah apabila badan, tempat dan pakaian bersih dan suci

dari berbagai macam najis, serta suci dari hadats, baik hadats besar maupun hadats

kecil. Hadas adalah keadaan tidak suci yang mengenai pribadi seorang muslim

sehingga meyebabkan terhalangnya orang itu melakukan shalat atau thawaf.

Adapun yang terjadi sebab seseorang dihukumkan berhadats yaitu jika

mengeluarkan sesuatu dari dubur atau kubulnya yang berupa air kecil atau air

besar, mengeluarkan angin busuk (kentut), mengeluarkan madzi (air yang berwarna

putih yang keluar karena dorongan syahwat) atau wadi (air yang berwarna putih,

kental, sedikit berlendir yang keluar mengiringi air kencing dikarenakan

kelelahan), menyentuh kemaluan tanpa memakai alas, tidur nyenyak dengan posisi

miring, atau posisi pinggul tidak tetap (PPA Majelis Tabligh, 2012).

3. Hubungan Penggunaan Panty Liner dengan Kejadian Keputihan di Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta

Tabel 4.6 menggambarkan bahwa sebagian besar responden yang

menggunakan panty liner dengan baik maka tidak mengalami keputihan yaitu 42
53

orang (36,4%), sedangkan responden yang paling sedikit adalah menggunakan panty

liner dengan tidak baik dan tidak mengalami kejadian keputihan yaitu 1 orang

(2,7%). Hasil uji chi square memberikan kesimpulan ada hubungan menggunakan

panty liner dengan kejadian keputihan di Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta.

Penelitian ini menunjukkan bahwa responden yang yang tidak menggunakan

panty liner mempunyai kecenderungan untuk tidak mengalami keputihan. Hal

tersebut terjadi karena tidak adanya peningkatan jumlah bakteri yang disebabkan

karena kelembaban daerah kewanitaan. Responden yang tidak menggunakan panty

liner maka daerah kewanitaanya lebih terjaga kebersihanya karena kering sehingga

tidak meningkatkan resiko petumbuhan jamur atau bakteri secara cepat. Penelitian

Farage (2007:18), menyebutkan bahwa wanita melakukan berbagai cara untuk

membuat daerah kewanitaanya tetap bersih, kering dan tidak lembab salah satunya

menjaga kebersihan dan rutin mengganti celana dalam minimal 2 kali dalam sehari.

Penggunaan panty liner selain dapat mencegah keputihan membasahi celana

dalam, juga membawa kerugian yaitu mempercepat pertumbuhan Eubacterium

species. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Persia

(2015:36) yang menyebutkan bahwa sebanyak 69,2% responden yang memakai

panty liner mengalami keputihan. Menurut Farage (2007:19), panty liner

meningkatkan populasi Eubacterium species di vagina sebagai flora normal sehingga

akan memicu pertumbuhan organism penyebab keputihan. Pemakaian panty liner

juga dapat mentransfer flora intestinal seperti Eschericia coli ke dalam vagina dan

pemakaian panty liner non breathable dapat meningkatkan resiko kandidiasis.

Penelitian Farage (2007:21), sekitar 50% wanita di Amerika Utara dan Eropa

Barat menggunakan panty liner, dengan 10-30%, mereka menggunakan setiap hari

selama periode intermenstrual, yang mereka inginkan adalah tetap tetap bersih dan
54

kering setiap saat. Pemakaian panty liner merupakan salah satu faktor predisposisi

timbulnya keputihan. Penelitian oleh Mariza (2013:27) menunjukkan bahwa ada

hubungan antara penggunaan panty liner dengan kejadian flour albus.

Pada penelitian ini didapatkan responden menggunakan panty liner dengan

tidak baik dan tidak mengalami keputihan yaitu 1 orang (2,7%). Tidak adanya

kejadian keputihan pada responden yang menggunakan panty liner dengan tidak baik

dapat disebabkan karena cara penggunaanya yang baik yaitu mrnghindari

penggunaan panty liner yang mengandung parfum bahwa parfum. Pada panty liner

untuk membuat aroma dalam daerah kewanitaan menjadi lebih wangi, namun parfum

yang digunakan dalam panty liner banyak mengandung bahan kimia yang memicu

terjadinya kanker serviks (Boyke, 2012: 1) dan selalu mengganti panty liner kurang

dari 5 jam sekali dalam sehari sehingga daerah kewanitaan selalu kering dan tidak

terjadi pertumbuhan jamur atau bakteri penyebab keputihan.

Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian Nanlessy (2013) yang

menunjukkan tidak ada hubungan antara perilaku remaja putri dalam menjaga

kebersihan alat genetalia dengan kejadian keputihan dengan nilai signifikan yang

diperoleh P=0,158 lebih besar dari nilai á=0,05 dengan nilai odds ratio sebesar

2,162.

Penggunaan panty liner yang tidak baik namu tidak menimbulkan keputihan

didukung oleh jawaban responden pada soal nomor 1 dan 8 yaitu “Apakah anda

menggunakan panty liner yang mengandung parfum”. Pernyataan responden

merupakan gambaran bahwa responden hanya menggunakan pany liner yang non

parfum tidak pernah menggunakan panty liner yang mengandung parfum atau bahan

kimia tertentu yang mengandung wangi-wangian. Penggunaan panty liner yang non
55

parfum merupakan salah satu pencegahan keputihan dan menggunakan panty liner

dengan baik.

Jawaban pada soal nomor 1 yaitu “Apakah anda sering menggunakan panty

liner”. Pilihan jawaban responden ini memberikan gambaran bahwa panty liner

digunakan oleh responden hanya ketika bepergian atau beraktifitas di kampus. Bila

dirumah responden tidak menggunakan panty liner untuk mencegah dampak

penggunaan panty liner yang tidak baik seperti keputihan.

Tabel 4.6 juga menunjukkan responden yang menggunakan panty liner

dengan kategori baik, cukup baik, dan tidak baik sama-sama mengalami keputihan

hamper sama banyak yaitu 12 orang (17,6), 15 orang (11,1) dan 3 orang (1,3).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa keputihan dapat terjadi pada setiap

wanita, baik yang menggunakan panty liner ataupun tidak. Responden yang

mengalami keputihan namun tidak menggunakan panty liner dapat disebabkan

karena keputihan fisiologis atau patologis yang disebabkan oleh faktor lain seperti

menggunakan celana dalam yang ketat, sabun dan sebagainya. Penelitian Mariza

(2013) memberikan kesimpulan bahwa faktor yang paling berhubungan dengan

kejadian keputihan atau flour albus adalah penggunaan sabun pembersih kewanitaan.

Sibagariang (2010) menjelaskan bahwa keputihan terjadi karena teganggunya

keseimbangan ekosistem vagina. Lactobacillus acidophilus merupakan bakteri yang

dominan dalam ekosistem vagina. Lactobacillus membantu mempertahankan

potensial Hydrogen (pH) vagina normal (3,5-4,5) dengan memproduksi asam laktat,

yang menyeimbangkan ekosistem vagina. Keputihan diakibatkan oleh perubahan pH

disekitar alat genital yang awalnya bersifat asam menjadi lebih basa. pH asam pada

genital wanita berfungsi sebagai mekanisme pertahanan alat genital terhadap

pathogen patogen didaerah tersebut. pH yang berubah menjadi basa tidak hanya
56

menyebabkan patogen, bisa menginvasi daerah genital tetapi juga flora-flora normal

yang pada daerah genital menjadi bersifat pathogen. Adanya keadaan ini

menyeababkan vagina mngeluaran sekret yang tergantung kepada penyenan maupun

mikroorganisme yang meyebabkan keputihn. Manifestasi dari keputihan tergantung

kepada penyebab keputihan.

Keputihan yang terjadi pada responden yang menggunakan panty liner

disebabkan karena meningkatnya pertumbuhan bakteridi panty liner. Penggunaan

panty liner dapat menyebabkan beberapa gangguan organ reproduksi karena tidak

terjaganya kebersihan daerah tersebut. Penelitian Wati (2014) menyebutkan bahwa

mahasiswi yang emakai panty liner memiliki resiko terkena dermatitis dari pada

mahasiswi yang tidak memakai panty liner, dari 65 responden yang memakai panty

liner sebanyak 18 orang yang terkena dermatitis dan sisanya 18 orang tidak terkena

dermatitis. Menurut Farage (2007), panty liner meningkatkan populasi Eubacterium

species di vagina dan menurunkan jumlah lactobacillus species di vagina sebagai

flora normal sehingga akan memacu pertumbuhan organism penyebab keputihan.

Pemakaian panty liner juga dapat menstransfer flora intestinal seperti Eschericia coli

ke dalam vagina dan pemakaian panty liner non breathable dapat meningkatkan

resiko Kandidiasis.

C. Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Peneliti tidak dapat memantau satu persatu responden dalam mengisi

kuesioner, apakah responden saling berdiskusi dalam mengisi kuesioner atau

tidak.

2. Peneliti tidak menggali lebih tentang pengetahuan mahasiswa dalam menjaga

kebersihan alat genetalia.


BAB V
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Penggunaan panty liner oleh mahasiswa kebidanan semester empat di

Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta sebagian besar termasuk dalam

kategori baik yaitu 54 orang (58,7%).

2. Sebagian besar mahasiswa kebidanan semester empat di Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta mengalami keputihan yaitu 30 orang (32,6%).

3. Ada hubungan penggunaan panty liner dengan kejadian keputihan pada

mahasiswa kebidanan semester empat di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta yaitu (p 0,019).

4. Nilai koefisien korelasi yaitu 0,282 maka disimpulka bahwa keerata

hubungan masih redah (Sugiyono,2011:16).

B. Saran

1. Bagi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana informasi dan pengetahuan

bagi mahasiswa fakultas ilmu kesehatan di Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta, tentang penggunaan panty liner dengan baik dan kejadian

keputihan. Dengan mengurangi menggunakan panty liner dengan cara

membawa celana dalam saat beraktifitas di kampus untuk diganti saat

terasa lembab dan basah, menjaga personar hygiene dengan cara

mengganti panty liner setiap 3-4 jam sekali, memilih panty liner yang non

parfum, dan tidak menggunakan celana dalam ketat. Sedangkan kegiatan

dan aktifitas perkuliahan yang cukup padat di kampus Universitas

57
58

‘Aisyiyah Yogyakarta ini maka diharapkan mahasiswa dapat menjaga

kebersihan dan istrahat yang cukup untuk mencegah terjadinya kelelahan

yang akan berdampak pada keputihan.

2. Bagi Mahasiswa Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Diharapkan mahasiswa dapat mengurangi dan menghindari penggunaan

panty liner dengan cara rutin mengganti celana dalam saat sudah terasa

lembab dan basah, dan gunakan celana dalam yang tidak ketat dan

berbahan katun agar dapat menyerap keringat untuk mencegah terjadinya

keputihan.
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto. S. (2010). Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Aulia. (2012). Serangan Penyakit-Penyakit Khas Wanita Yang Sering


Terjadi.Yogyakarta: Buku Biru.

Bahari. H. (2012). Cara Mudah Atasi Keputihan. Jakarta: Buku Biru.

Boyke. (2012). Wanita Indonesia Sehat dan Harmonis.


Diakses pada tanggal 12 Oktober 2017 dari http://wish-
drboyke.com/index.php.vmchk/Wish-Pembalut-danPantyliner/View-
all-products.html.

Departemen agama RI. (2007). Al-Qur’an dan Terjemahannya. Bandung:


Jumanatul ‘Ali-art.

Depkes RI. (2012). Kesehatan Repsroduksi Remaja. Jakarta: Depkes RI

. (2017). Kesehatan Reproduksi remaja. Jakarta: Depkes RI

Fahmi. S. (2009). Perawatan Genetalia Sejak Neonatal Sampai


Geriatri.Jakarta: Balai Penerbit FKUI.

Farage. M. ( 2012). Do Panty Liners Promote vulvoganital candidiasis or


urinarytract infections? A review of the scienti”c evidence.Eur Jobstet
GynecolReprod Biol 2007;132(1):8-19.

Hainer BL, Gibson MV. (2011). Vaginitis. Am Fam Physicia. Jakarta: 83


(7):807-15.

Kasdu, D. (2010). Solusi Problem Wanita Dewasa.Jakarta: Puspa Sehat

Kepmenkes RI Nomor. 28 .MENKES/PER/X/2017.Starndar Profesi Bidan.


Jakarta: Depkes RI.

Kusmiran. E. (2014).Kesehatan Reproduksi Remaja dan Wanita.Jakarta:


Selemba Medika.

Manuaba. 2012. Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: EGC

. (2010). B uku Ajar Ginekologi Untuk Mahasiswa Kebidanan.


Jakarta: EGC.

Mariza. A. (2013).Analisis Faktor Resiko yang Berhubungan dengan


Kejadian Flour Albus pada Siswi di SMPTN di Wilayah Kecamatan
Teluk Betung Barat Kota Bandar Lampung. Diakses pada tanggal 20
Oktober 2017 dari http:afarich.com.331.pdf.

59
60

Nanlessy. DM. Hubungan Antara Pengetahuan Dan Perilaku Remaja Puteri


dalam Menjaga Kebersihan Alat Genetalia dengan Kejadian Keputihan
Di SMA Negri Padang. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Volume 1
Nomor 1. Agustus 2013.Di akses pada tanggal 10 Oktober 2017.

Notoatmodj. S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka


Cipta.

Nurhayati. A. (2013). Hubungan Pengetahuan, Sikap, dan Perilaku Vaginal


Hygiene Terhadap Kejadian Keputihan Patologis pada Remaja Putri
Usia 13-17 Tahun di Daerah Pondok Cabe Ilir.
Diakses pada tanggal 20 Oktober 2017 dari
http://repository,uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/26343/1/Anni
sa%20Nurhayati-fkik.pdf

Persia. A. ( 2015). Hubungan Pemakaian Panty Liner dengan Kejadian Flour


Albus pada Siswi SMA di Kota PadangBerdasarkan Wawancara
Terpimpin (Kuisioner). Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(2).Di akses
pada tanggal 10 Oktober 2017.

Pudjiati. Soedarmadi. 2012. Kandidosis Genitalis. Jakarta: Balai Penerbit


FKUI.

Sani. R. (2012). 24 Penyakit yang Harus di Waspadai Wanita. Yogyakarta:


Getar Hati.

Setiasari. FD. (2015). Pengaruh Penggunaan Panty Liner Terhadap Kejadian


Keputihan Pada Siswi SMK di Malang.
Diakses pada tanggal 23 Oktober 2017 dari
http://eprints.umm.ac.id/23320/.

Sibaragiang. EE. (2010). Kesehatan Reproduksi Wanita. Jakarta: Trans Info


Media.

Shadine. (2012). Penyakit Wanita. Yogyakarta: Citra Maya.

Sugiyono. (2011). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfbeta.


LAMPIRAN
TIME SCHEDULE PENYUSUNAN PENELITIAN

Waktu Kegiatan Oktober November Desember Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus
2017 2017 2017 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018 2018
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
Pembagian
pembimbing dan
tema
Penyusunan
proposal skripsi
Seminar proposal
Revisi proposal
Penyerahan
proposal
Pelaksanaan dan
penyusunan
laporan penelitian
Ujian hasil
penelitian
Revisi hasil
Skripsi
PengumpulanSkrip
si yang telah
disahkan dewan
penguji
PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan

karunianya kepada kita semua dan salawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada

junjungan kita, Rasulullah SAW. Pada kesempatan ini, saya Septhia Ulfa Verawati

mahasiswi Program Sarjana Terapan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah

Yogyakarta yang sedang melakukan sebuah penelitian untuk keperluan tugas akhir

(skripsi) meminta kesediaan anda sebagai responden dalam penelitian ini.

Kejujuran anda dalam melengkapi kuesioner ini sangat saya harapkan.

Tidak ada penilaian jawaban salah pada semua pilihan jawaban yang telah diberikan.

Jawaban terbaik adalah jawaban yang sesuai dengan keadaan diri anda. Kerahasiaan

data yang anda berikan akan dijaga dengan baik.

Atas perhatian dan peran serta anda dalam penelitian ini saya ucapkan

terimakasih. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.

Wassalammu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

Yogyakarta, juli 2018

(Septhia Ulfa Verawati)


PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan ini saya,

Nama :

Usia :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia dengan sukarela menjadi responden dan

bersedia mengisi kuesioner, hal ini dilakukan guna membantu peneliti memperoleh

data dalam penelitian yang berjudul “Hubungan Penggunaan Panty Liner dengan

Kejadian Keputihan pada MahasiswaKebidanan Semester Empat di Universitas

‘Aisyiyah Yogyakarta”. Data yang diperoleh dari penelitian tersebut akan dijaga

kerahasiannya.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sebenar-benarnya tanpa

ada paksaan dari pihak manapun.

Wassalammu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 2018
Responden

(..........................................)
KUESIONER

A. KUESIONER PENGGUNAAN PANTY LINER


Biodata Responden
No. Urut Responden :
Umur :
Alamat :
No.Hp :
Petunjuk mengerjakan
Bacalah Setiap Pertanyaan dibawah ini dengan teliti.
Panty Liner adalah pembalut kecil dan tipis yang digunakan diluar masa
menstruasi.
Mohon dijawab dalam kolom yang tersedia dengan cara memberi tanda
centang/ ceklis (√) pada tempat yang disediakan. Dengan keterangan : Selalu
(S), Jarang (J), Tidak Pernah (TP).
No Pertanyaan/Pernyataan S J TP
1. Apakah anda sering menggunakan panty liner
2. Apakah anda menggunakan panty liner setiap hari
3. Apakah anda mengganti panty liner lebih dari 5 kali
dalam sehari
4. Apakah anda mengganti panty liner sehari 2 kali
5. Apakah anda menggunakan panty liner sehari dua
hari setelah menstruasi
6. Apakah anda menggunakan panty linersesaat
sebelum menstruasi
7. Apakah anda menggunakan celana dalam ketat saat
menggunakan panty liner
8. Apakah anda menggunakan panty liner yang
mengandung parfum
9. Apakah anda menjaga kebersihan saat
menggunakan panty liner
10. Apakah anda mengganti panty liner setelah BAK
B. KUESIONER KEJADIAN KEPUTIHAN
Biodata Responden
No. Urut Responden :
Umur :
Alamat :
No.Hp :
Petunjuk mengerjakan
Bacalah Setiap Pertanyaan dibawah ini dengan teliti.
Keputihan adalah keluarnya cairan yang bukan darah dari kemaluan diluar
siklus menstruasi yang biasanya disertai gatal, nyeri, dan terkadang berbau.
Mohon dijawab dalam kolom yang tersedia dengan cara memberi tanda
centang/ ceklis (√) pada tempat yang disediakan dengan keterangan “Ya” dan
“Tidak”
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Apakah anda pernah mengalami pengluaran cairan
yang bukan darah dari kemaluan diluar iklus
menstruasi yang biasanya disertai gatal, nyeri, dan
terkadang berbau?
Panty Liner

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 20 100.0


a
Excluded 0 .0

Total 20 100.0

a. Listwise deletion based on all variables in the


procedure.
Reliability Statistics

Cronbach's
Alpha Based on
Cronbach's Standardized
Alpha Items N of Items

.841 .847 10

Item-Total Statistics

Corrected Item- Squared Cronbach's


Scale Mean if Scale Variance Total Multiple Alpha if Item
Item Deleted if Item Deleted Correlation Correlation Deleted

VAR00001 23.45 11.524 .728 . .811


p2 23.50 10.789 .782 . .801
p3 23.75 10.303 .836 . .793
p4 23.60 11.200 .489 . .834
p5 23.65 9.924 .793 . .796
p6 23.15 13.187 .438 . .837
p7 23.45 11.945 .473 . .832
p8 23.50 14.368 -.103 . .882
p9 23.10 13.463 .455 . .839
p10 23.30 10.853 .713 . .807
Statistics

KEPUTIHAN PANTYLINER

N Valid 92 92

Missing 0 0

Frequency Table

KEPUTIHAN

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid KEPUTIHAN 30 32.6 32.6 32.6

TIDAK KEPUTIHAN 62 67.4 67.4 100.0


Total 92 100.0 100.0

PANTYLINER

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid BAIK 54 58.7 58.7 58.7

CUKUP 34 37.0 37.0 95.7

TIDAK BAIK 4 4.3 4.3 100.0

Total 92 100.0 100.0

CROSSTABS
/TABLES=PANTYLINER BY KEPUTIHAN
/FORMAT=AVALUE TABLES
/STATISTICS=CHISQ CC
/CELLS=COUNT EXPECTED ROW COLUMN TOTAL
/COUNT ROUND CELL
/METHOD=EXACT TIMER(5).

Crosstabs
Case Processing Summary

Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

PANTYLINER * 92 100.0% 0 .0% 92 100.0%


KEPUTIHAN

PANTYLINER * KEPUTIHAN Crosstabulation

KEPUTIHAN

TIDAK
KEPUTIHAN KEPUTIHAN Total

PANTYLINER BAIK Count 12 42 54

Expected Count 17.6 36.4 54.0


% within PANTYLINER 22.2% 77.8% 100.0%

% within KEPUTIHAN 40.0% 67.7% 58.7%

% of Total 13.0% 45.7% 58.7%

CUKUP Count 15 19 34

Expected Count 11.1 22.9 34.0

% within PANTYLINER 44.1% 55.9% 100.0%

% within KEPUTIHAN 50.0% 30.6% 37.0%

% of Total 16.3% 20.7% 37.0%

TIDAK BAIK Count 3 1 4

Expected Count 1.3 2.7 4.0

% within PANTYLINER 75.0% 25.0% 100.0%


% within KEPUTIHAN 10.0% 1.6% 4.3%

% of Total 3.3% 1.1% 4.3%


Total Count 30 62 92

Expected Count 30.0 62.0 92.0

% within PANTYLINER 32.6% 67.4% 100.0%

% within KEPUTIHAN 100.0% 100.0% 100.0%

% of Total 32.6% 67.4% 100.0%


Chi-Square Tests

Asymp. Sig. Exact Sig. (2- Exact Sig. Point


Value df (2-sided) sided) (1-sided) Probability
a
Pearson Chi-Square 7.971 2 .019 .021

Likelihood Ratio 7.803 2 .020 .028


Fisher's Exact Test 7.719 .018
b
Linear-by-Linear 7.790 1 .005 .007 .005 .003
Association
N of Valid Cases 92

a. 2 cells (33,3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,30.
b. The standardized statistic is -2,791.

Symmetric Measures

Value Approx. Sig. Exact Sig.

Nominal by Nominal Contingency Coefficient .282 .019 .021


N of Valid Cases 92

Anda mungkin juga menyukai