Dosen pengajar :
Oleh :
Kelompok 2
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul Makalah Senam Nifas ini tepat
pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen Yuni
Handayani, SST., M.Kes. pada bidang studi Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan. Selain itu,
makalah ini disusun berdasarkan beberapa literatur yang kami ambil dan bertujuan untuk
menambah wawasan tentang senam nifas bagi para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Yuni Handayani, SST., M.Kes. selaku dosen
Evidence Based Dalam Praktik Kebidanan yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi sebagian
pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Kami menyadari, makalah
yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang
membangun akan kami nantikan demi kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua, terutama mahasiswi Kebidanan.
Penyusun
BAB I
LATAR BELAKANG
1.1 Pendahuluan
Evidence-Based Practice adalah pendekatan sistematis untuk meningkatkan kualitas praktik
keperawatan dengan mengumpulkan bukti terbaik, Almaskari (2017). Evidence adalah
kumpulan fakta yang diyakini kebenarannya. Ada dua bukti yang dihasilkan oleh evidence
yaitu bukti eksternal dan internal. Evidence-Based Practice in Nursing adalah penggunaan
bukti ekternal dan bukti internal (clinical expertise), serta manfaat dan keinginan pasien
untuk mendukung pengambilan keputusan di pelayanan kesehatan, Chang, Jones, & Russell
(2013). Hal ini menuntut perawat untuk dapat menerapkan asuhan keperawatan yang berbasis
bukti empiris atau dikenal dengan Evidance Based Nursing Practice (EBNP). (SILITONGA,
2020)
1.2.4. Pengaruh Faktor Pendidikan pada kesiapan EBP dalam pelayanan kesehatan?
1.3. Tujuan
1.3.1. Mengetahui dan memahami salah satu isu EBP dalam Keperawatan?
1.3.4. Mengetahui dan memahami tentang Pengaruh Faktor Pendidikan pada kesiapan EBP
1.3.5. Mengetahui dan memahami tentang Hambatan Pendidikan dalam Pelaksanaan EBP di
Siloam Hospital
1.4. Manfaat
1.4.1. Menambah wawasan mengenai Pengaruh Faktor Pendidikan pada kesiapan EBP
Siloam Hospital
BAB II
PEMBAHASAN
Hubungan Tingkat Pendidikan Perawat dengan Kompetensi Aplikasi Evidence-Based
Practice Di Siloam Hospitals Kebon Jeruk.
Kompetensi dalam aplikasi EBP tidaklah mudah, dibutuhkan pengetahuan yang cukup, sikap
yang baik dan perilaku yang profesional. Faktor- faktor diatas juga tidak luput dari pengaruh
karakteristik seseorang yang dapat mendukung kemampuan pengetahuan, sikap dan perilakunya
terhadap EBP yakni pendidikan.
Siagian (1995) yang dikutip Maryani (2006) menyatakan bahwa tingkat pendidikan seseorang
akan mempengaruhi motivasi kerjanya, hal ini didukung dengan pendapat Gillies (1994) dalam
Maryani (2006) mengemukakan bahwa perawat yang mempunyai pendidikan tinggi akan
memiliki kemampuan kerja yang tinggi.
Menurut Bastable (2002), pendidikan berperan sebagai proses untuk mempengaruhi perilaku
perawat dengan melakukan perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang
diperlukan untuk mempertahankan dan meningkatkan kompetensi mereka agar dapat
memberikan perawatan yang bermutu terhadap klien. Cook (2001) dalam AIPNI (2011),
mengatakan perawat dalam penggunaan EBP dapat menilai Evidence dan merumuskan solusi
berdasarkan bukti-bukti terbaik yang tersedia, untuk itu perawat perlu diperkenalkan kurikulum
pendidikan seperti pelatihan-pelatihan yang membangun kompetensi perawat untuk
mempersiapkan mereka untuk memiliki pemahaman yang lebih besar dan pengendalian peristiwa
yang mungkin terjadi selama situasi.
2.4 Pengaruh Faktor Pendidikan pada kesiapan EBP dalam pelayanan kesehatan
Pengetahuan merupakan hal yang sangat penting dalam pelaksanaan EBP, karena
pengetahuan yang dimiliki tidak hanya pada lingkup konsep saja melainkan dibutuhkan terkait
bagaimana praktik dalam melaksanakan EBP (Ligita, 2012). Pengetahuan EBP berkorelasi
positif dengan kebutuhan informasi dan budaya tempat kerja, menunjukkan bahwa perawat dapat
mengadopsi pengetahuan EBP melalui pengembangan keterampilan yang memadai di tempat
kerja yang mencakup EBP (Patelarou et al., 2017). Temuan ini didukung oleh peneliti, yang
menunjukkan bahwa pengetahuan EBP sangat terkait dengan tingkat keterampilan dan budaya
organisasi lokal (Melnyk BM, Fineout - overholt E, Stillwell SB, 2009).
Tingkat pendidikan perawat, pengetahuan EBP yang dimiliki, dan pengalaman EBP
sebelumnya serta usia dan tahun pengalaman kerja menunjukkan adanya pengaruh terhadap
kesiapan EBP pada perawat (Saunders et al., 2016). Hal ini diperkuat dengan penelitian yang
dilakukan oleh Sandofa, Rudini, & Fitri, (2016) menunjukkan bahwa pengetahuan yang rendah
dapat membuat perawat tidak dapat menilai secara kritis sebuah karya ilmiah. Sesuai dengan
penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara
pendidikan dengan kompetensi dalam melaksanakan EBP. Artinya, semakin tinggi tingkat
pendidikan perawat maka semakin baik pula kompetensinya dalam melaksanakan EBP. Hal ini
dikarenakan pendidikan berperan sebagai proses untuk mempengaruhi perilaku perawat dengan
melakukan perubahan pada pengetahuan, sikap, nilai dan keterampilan yang diperlukan
(Elysabeth et al., 2014).
Selain itu, untuk memenuhi kebutuhan informasi, perawat tergabung dalam beberapa
klub atau kelompok untuk memudahkan dalam mengakses databse kesehatan, contohnya
CINAHL (Yoder et al., 2014). Pelatihan dan bimbingan tentang EBP dapat meningkatkan
pengetahuan perawat tentang EBP (Foo et al., 2011).
Hal ini juga didukung dengan penelitian Maryani (2006), yang menunjukkan terdapat hubungan
yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan motivasi kerja. Perawat dengan pendidikan
tinggi mempunyai kecenderungan 3,912 kali mempunyai motivasi kerja tinggi dibanding dengan
perawat yang berpendidikan rendah.
Pendapat Gibson 1985 yang dikutip Maryani (2006), juga menyatakan bahwa tingkat pendidikan
yang lebih tinggi umumnya akan menyebabkan seseorang lebih mampu dan bersedia menerima
posisi dan tanggung jawab. Penulis berpendapat bahwa perawat yang mempunyai pendidikan
tinggi akan mempunyai kompetensi yang lebih tinggi dalam bidang keperawatan, lebih mudah
memahami tentang penilaian angka kredit sehingga perawat termotivasi dan berusaha untuk
menampilkan kinerja lebih baik.
Selain kompetensi berdasarkan pendidikan, terdapat karakteristik lain yang juga berpotensi
menentukan kompetensi perawat dalam melakukan EBP seperti lamanya bekerja dan pelatihan.
Berdasarkan karakteristik lama bekerja perawat dalam penelitian ini ditemukan bahwa sebanyak
58% perawat memiliki masa kerja 1-5 tahun, dan masa kerja 6-10 tahun dan diatas 10 tahun
masing-masing hanya sebanyak 21%.
2.6 Solusi dari Rendahnya Pendidikan dalam Penerapan EBP pada Fasilitas Kesehatan
Tenaga Kesehatan yang sudah menempuh pendidikan terakhir di diploma disarankan untuk
menyelesaikan pendidikan hingga sampai pendidikan minimal strata, dianjurkan para nakes
untuk sering mengikuti seminar kesehatan, lebih banyak membaca sehingga pengetahuan mereka
akan terus bertambah dan akan meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam melayani
masyarakat dan Sumber daya manusia.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Kebijakan penerapan EBNP di Indonesia terdapat dalam Undang-Undang Keperawatan
Nomor 38 Tahun 2014 Pasal 2 huruf b yang menyatakan bahwa praktik keperawatan berasaskan
nilai ilmiah sebagaimana dijelaskan bahwa praktik keperawatan harus dilandaskan pada ilmu
pengetahuan dan teknologi yang diperoleh baik melalui penelitian, pendidikan maupun
pengalaman praktik. Banyaknya hasil penelitian keperawatan yang sudah dihasilkan di institusi
pendidikan namun belum optimal penyerapannya ke pelayanan praktik keperawatan sehingga
banyak perawat yang belum terpapar dengan penelitian. Mukti (2012) mengatakan bahwa EBNP
sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas pelayanan, keselamatan pasien, keefektifan
managemen dalam pengelolaan pelayanan keperawatan, dan meningkatkan kesadaran akan
pentingnya bukti empiris dalam melaksanakan pelayanan
3.2 SARAN
Penerapan EBP perlu ditingkatkan kembali dalam praktik keperawatan khususnyadalam
intervensi kepada pasien. Karena ketika EBP dilakukan dengan baik, maka pasienyang dirawat
akan menerima dampak yang baik pula. Maka dari itu, Tenaga Kesehatan yang sudah menempuh
pendidikan terakhir di diploma disarankan untuk menyelesaikan pendidikan hingga sampai
pendidikan minimal strata, dianjurkan para nakes untuk sering mengikuti seminar kesehatan,
lebih banyak membaca sehingga pengetahuan mereka akan terus bertambah dan akan
meningkatkan kualitas tenaga kesehatan dalam melayani masyarakat dan Sumber daya manusia.
DAFTAR PUSTAKA
Learning, A. T., In, P., & Promotion, H. (2011). Eƶƌɛŝŷő Wƌădžŝɛ Ŝŷ Eğǁ Ğăůăŷě Eƶƌɛŝŷő
Wƌădžŝɛ Ŝŷ Eğǁ Ğăůăŷě. Notes, 27(2), 2008.
https://media.neliti.com/media/publications/130265-ID-none.pdf