Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN TUTORIAL PADA AN.

F DENGAN KEJANG DEMAM


DI RUANG MAWAR RSUD XXX

Disusun guna memenuhi tugas kelompok stase Keperawatan Anak

Disusun Oleh :

Febri Ismail 24.20.1461

Husna Karimah 24.20.1462

Anita Yustika 24.20.1463

Putri Anja Lestari 24.20.1464

Siti Nur Hidayah 24.20.1465

PROGRAM STUDI PROFESI NERS ANGKATAN XXVI


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
SURYA GLOBAL YOGYAKARTA
2021
LAPORAN KASUS TUTORIAL

KASUS

Seorang anak laki-laki usia 3 tahun dibawa oleh orang tuanya ke IGD dengan
kejang. Pada saat di rumah orang tua mengatakan jika anaknya mengalami panas tinggi sejak
kemarin sore dan pagi ini kejang kira-kira 5 menit. Anak tersebut juga mengalami batuk pilek
sejak 3 hari yang lalu dan ibu mengatakan anak sulit makan. Hasil pemeriksaan fisik
didapatkan BB 10,8 kg, suhu badan 39,5 0C, nadi 130 x/menit, Tekanan darah 95/65 mmHg,
suara napas ronkhi, urin yang keluar normal, BAB terakhir 2 hari yang lalu. Orang tua
terlihat khawatir dan cemas karena ini merupakan kejang yang ketiga kalinya untuk anak
tersebut. Di rumah tidak tersedia termometer dan obat penurun panas. Saat ini anak terpasang
infus dan mendapat injeksi ampicilin 265 mg tiap 6 jam, paracetamol tiap 6 jam, dan
diazepam 2 mg jika suhu di atas 380C.
Nama Pasien : An. F No. RM : XXX

Usia : 3 Tahun Dx. Medis : Kejang Demam


A. Problem
1. Data Subyektif
 Orang tua mengatakan jika anaknya mengalami panas tinggi sejak kemarin
sore dan pagi ini kejang kira-kira 5 menit.
 Orang tua mengatakan anak tersebut juga mengalami batuk pilek sejak 3 hari
yang lalu dan ibu mengatakan anak sulit makan.
 Orang tua mengatakan dirumah tidak terdapat termometer dan obat penurun
panas.
Data Objektif
 BB 10,8 kg
 Suhu badan 39,5 0C
 Nadi 130 x/menit
 Tekanan darah 95/65 mmHg
 Suara napas ronkhi
 Urin yang keluar normal
 BAB terakhir 2 hari yang lalu
 Orang tua terlihat khawatir dan cemas karena ini merupakan kejang yang
ketiga kalinya untuk anak tersebut
 Saat ini anak terpasang infus dan mendapat injeksi ampicilin 265 mg tiap 6
jam, paracetamol tiap 6 jam, dan diazepam 2 mg jika suhu di atas 380C.
B. Hypothesis
1. Hipertermi berhubungan dengan penyakit ditandai dengan DS: Orang tua mengatakan
jika anaknya mengalami panas tinggi sejak kemarin sore dan pagi ini kejang kira-kira
5 menit. DO: Suhu badan 39,5 0C, Nadi 130 x/menit.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan sekresi yang tertahan ditandai
dengan DS: Orang tua mengatakan anak mengalami batuk pilek sejak 3 hari yang lalu.
DO: Suara napas ronkhi, Nadi 130 x/menit, suhu: 39,50C
3. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan

dengan anoreksia ditandai dengan DS: orang tua mengatakan anak sulit
makan. DS: BB 10,8 kg
4. Ansietas berhubungan dengan ancaman atau perubahan pada status peran orang tua
ditandai dengan DO: Orang tua terlihat khawatir dan cemas karena ini merupakan
kejang yang ketiga kalinya untuk anak tersebut.
5. Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurang terpaparnya informasi ditandai
dengan DS: Orang tua mengatakan dirumah tidak terdapat termometer dan obat
penurun panas dan ini merupakan kejang yang ketiga kalinya.
6. Risiko tinggi terhadap cidera berhubungan dengan aktifitas kejang ditandai dengan
DS: orang tua mengatakan anaknya panas tinggi sejak kemarin sore dan pagi ini
kejang kira-kira 5 menit. DO: Suhu badan 39,5 0C, Nadi 130 x/menit, Tekanan darah
95/65 mmHg.

C. Mechanisme
D. More Info
1. Kaji warna kulit:
2. RR:
3. Hasil laboratorium:
4. Infus (apa, makro/mikro, tpm)
5. Manajemen pemberian obat injeksi paracetamol dengan 4,5 cc per 6 jam
E. Don’t Know
1. Bagaimana penanganan pertama saat kejang?
Menurut dr. Allert Benedicto (2015) kejang demam pada anak terjadi untuk kedua
kalinya saat Anda belum berada di rumah sakit atau ke dokter:
a) Jangan tahan gerakan kejang anak Anda. Namun letakkan ia di permukaan yang
aman seperti pada karpet di lantai.
b) Untuk menghindari tersedak, segera keluarkan jika ada sesuatu di dalam mulutnya
saat ia kejang. Jangan taruh obat dalam bentuk apa pun di dalam mulutnya saat
anak sedang kejang.
c) Untuk mencegah agar ia tak menelan muntahnya sendiri, letakkan ia menyamping,
bukan telentang, dengan salah satu lengan berada di bawah kepala yang juga
dimiringkan ke salah satu sisi.
d) Hitung durasi kejang demam. Panggil ambulans atau segera bawa ke instalasi
gawat darurat (IGD) jika kejang terjadi lebih dari 10 menit.
e) Tetaplah berada di dekatnya untuk menenangkannya.
f) Pindahkan benda tajam atau berbahaya dari sekitarnya.
g) Longgarkan pakaiannya.

2. Apa saja penyebab dari kejang demam?


Demam merupakan salah satu bentuk pertahanan tubuh terhadap
masalah yang terjadi dalam tubuh. Demam pada umumnya tidak berbahaya, tetapi
bila demam tinggi dapat menyebabkan masalah serius pada anak. Masalah yang
sering terjadi pada kenaikan suhu tubuh diatas 38ºC yaitu kejang demam
(Ngastiyah, 2012).
Kejang demam merupakan salah satu kelainan neurologis yang paling sering
dijumpai pada bayi dan anak. Dari penelitian oleh beberapa pakar didapatkan bahwa
sekitar 2,2%-5% anak pernah mengalami kejang demam sebelum mereka mencapai
umur 5 tahun. Penelitian di jepang bahkan mendapatkan angka kejadian (inseden)
yang lebih tinggi, mendapatkan angka 9,7% (pada pria 10,5% dan pada wanita 8,9%
dan Tsuboi mendapatkan angka sekitar 7%. (Maeda dkk, 2018).
Menurut Wong (2009) kejang demam disebabkan oleh:
a) suhu tubuh yang tinggi,
b) faktor genetik,
c) trauma,
d) gangguan sirkulasi.
e) infeksi saluran pernafasan atas, otitis media, pneumonia, gastroenteritis dan
infeksi saluran kemih.
f) Efek produk toksik dari pada mikroorganisme.
g) Respon alergik atau keadaan umum yang abnormal oleh infeksi.
Perubahan keseimbangan cairan dan elektrolit
Menurut Ridha (2014), mengatakan bahwa faktor resiko terjadinya kejang
demam diantaranya :
a. Faktor-faktor prinatal
b. Malformasi otak congenital
c. Faktor genetika
d. Demam
e. Gangguan metabolisme
f. Trauma
g. Neoplasma
h. Gangguan Sirkulasi
3. Apa saja klasifikasi kejang demam?

Widagdo (2012), mengatakan berdasarkan atas studi epidemiologi, kejang


demam dibagi 3 jenis, yaitu :

a. Kejang demam sederhana (simple febrile convulsion), biasanya terdapat pada


anak umur 6 bulan sampai 5 tahun, disertai kenaikan suhu tubuh yang
mencapai ≥ 39⁰C. Kejang bersifat umum dan tonik-klonik, umumnya
berlangsung beberapa detik/menit dan jarang sampai 15 menit. Pada akhir
kejang kemudian diakhiri dengan suatu keadaan singkat seperti mengantuk
(drowsiness), dan bangkitan kejang terjadi hanya sekali dalam 24 jam, anak
tidak mempunyai kelainan neurologik pada pemeriksaan fisis dan riwayat
perkembangan normal, demam bukan disebabkan karena meningitis atau
penyakit lain dari otak.
b. Kejang demam kompleks (complex or complicated febrile convulsion)
biasanya kejang terjadi selama ≥ 15 menit atau kejang berulang dalam 24 jam
dan terdapat kejang fokal atau temuan fokal dalam masa pasca
bangkitan. Umur pasien, status neurologik dan sifat demam adalah sama
dengan kejang demam sederhana.
c. Kejang demam simtomatik (symptomatic febrile seizure) biasanya sifat dan
umur demam adalah sama pada kejang demam sederhana dan sebelumnya
anak mempunyai kelainan neurologi atau penyakit akut. Faktor resiko untuk
timbulnya epilepsi merupakan gambaran kompleks waktu bangkitan. Kejang
bermula pda umur < 12 bulan dengan kejang kompleks terutama bila
kesadaran pasca iktal meragukan maka pemeriksaan CSS sangat diperlukan
untuk memastikan kemungkinan adanya meningitis.
4. Bagaimana manifestasi kejang demam?
Dewanto (2009), mengatakan gambaran klinis yang dapat dijumpai pada
pasien dengan kejang demam diantaranya :
a. Suhu tubuh mencapai >38⁰C
b. Anak sering hilang kesadaran saat kejang
c. mata mendelik, tungkai dan lengan mulai kaku, bagian tubuh anak
berguncang (gejala kejang bergantung pada jenis kejang)
d. Kulit pucat dan membiru
e. Akral dingin
5. Bagaimana patofisiologi kejang karena demam?
Sumber energi otak adalah glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah
menjadi CO2 dan air. Sel dikelilingi oleh membran yang terdiri dari permukaan
dalam yaitu lipoid dan permukaan luar yaitu ionik. Dalam keadaan normal membran

+
sel neuron dapat dilalui dengan mudah ion kalium (K ) dan sangat sulit dilalui oleh

+ -
ion Natriun (Na ) dan elektrolit lainnya, kecuali ion klorida (CI ). Akibatnya

+ +
konsentrasi ion K dalam sel neuron tinggi dan konsentrasi Na rendah,
sedang diluar sel neuron terdapat keadaan sebaliknya. Karena perbedaan jenis dan
konsentrasi ion di dalam dan luar sel, maka terdapat perbedaan potensial membran
yang disebut potensial membran dari neuron. Untuk menjaga keseimbangan
potensial membran diperlukan energi dan bantuan enzim Na-K ATP-ase yang
terdapat pada permukaan sel. Keseimbangan potensial membran ini dapat diubah
oleh:
a. Perubahan konsentrasi ion diruang ekstraselular
b. Rangsangan yang datang mendadak misalnya mekanisme, kimiawi atau aliran
listrik dari sekitarnya
c. Perubahan patofisiologi dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan

Pada keadaan demam kenaikkan suhu 1⁰C akan mengakibatkan kenaikkan


metabolisme basal 10-15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%. Pada anak
3 tahun sirkulasi otak mencapai 65 % dari seluruh tubuh dibandingkan dengan orang
dewasa hanya 15%. Oleh karena itu kenaikkan suhu tubuh dapat mengubah
keseimbangan dari membran sel neuron dan dalam waktu yang singkat terjadi difusi
dari ion kalium maupun ion natrium akibat terjadinya lepas muatan listrik. Lepas
muatan listrik ini demikian besarnya sehingga dapat meluas keseluruh sel
maupun ke membran sel disekitarnya dengan bantuan “neurotransmitter” dan
terjadi kejang. Tiap anak mempunyai ambang kejang yang berbeda dan tergantung
tinggiu rendahnyaambang kejang seseorang anak akan menderita kejang pada
kenaikan suhu tertentu. Kejang demam yang berlangsung singkat pada umumnya
tidak berbahaya dan tidak meninggalkan gejala sisa. Tetapi kejang demam yang
berlangsung lama ( lebih dari 15 menit) biasanya disertai apnea, meningkatkanya
kebutuhan oksigen dan energi untuk kontraksi otot skeletal yang akhirnya terjadi
hipoksemia, hiperkapnia, asidosis laktat disebabkan oleh metabolisme anerobik,
hipotensi artenal disertai denyut jantung yang tidak teratur dan suhu tubuh
meningkat yang disebabkan makin meningkatnya aktifitas otot dan mengakibatkan
metabolisme otak meningkat. Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab
hingga terjadinya kerusakan neuron otak selama berlangsungnya kejang (Lestari,
2016 & Ngastiyah, 2012).

6. Adakah cara pencegahan agar tidak kejang saat demam tinggi?


Menurut Ngastiyah (2012), pencegahan difokuskan pada pencegahan
kekambuhan berulang dan pencegahan segera saat kejang berlangsung.
a. Pencegahan berulang
1) Mengobati infeksi yang mendasari kejang.
2) Pendidikan kesehatan tentang:
a) Tersedianya obat penurun panas yang didapat atas resep dokter.
b) Tersedianya alat pengukur suhu dan catatan penggunaan
termometer, cara pengukuran suhu tubuh anak, serta keterangan
batas-batas suhu normal pada anak (36-37ºC).
c) Anak diberi obat antipiretik bila orang tua mengetahuinya pada
saat mulai demam dan jangan menunggu sampai demam
meningkat.
d) Memberitahukan pada petugas imunisasi bahwa anaknya pernah
mengalami kejang demam bila anak akan diimunisasi.
7. Bagaimana penatalaknaan keperawatan pada pasien kejang karena demam?
Ngastiyah (2012), Dalam penanggulangan kejang demam ada beberapa faktor
yang perlu dikerjakan yaitu:
1. Penatalaksanaan Medis
a. Memberantas kejang secepat mungkin
Bila pasien datang dalam keadaan status konvulsivus (kejang), obat pilihan
utama yang diberikan adalah diazepam yang diberikan secara intravena.
Dosis yang diberikan pada pasien kejang disesuaikan dengan berat
badan, kurang dari 10 kg 0,5-0,75 mg/kgBB dengan minimal dalam
spuit 7,5 mg dan untuk BB diatas 20 kg 0,5 mg/KgBB. Biasanya dosis
rata-rata yang dipakai 0,3 mg /kgBB/kali dengan maksimum 5 mg pada
anak berumur kurang dari 5 tahun, dan 10 mg pada anak yang lebih besar.
Setelah disuntikan pertama secara intravena ditunggu 15 menit, bila masih
kejang diulangi suntikan kedua dengan dosis yang sama juga melalui
intravena. Setelah 15 menit pemberian suntikan kedua masih kejang,
diberikan suntikan ketiga denagn dosis yang sama juga akan tetapi
pemberiannya secara intramuskular, diharapkan kejang akan berhenti.
Bila belum juga berhenti dapat diberikan fenobarbital atau paraldehid 4 %
secara intravena. Efek samping dari pemberian diazepan adalah
mengantuk, hipotensi, penekanan pusat pernapasan. Pemberian diazepan
melalui intravena pada anak yang kejang seringkali menyulitkan, cara
pemberian yang mudah dan efektif adalah melalui rektum. Dosis
yang diberikan sesuai dengan berat badan ialah berat badan dengan
kurang dari 10 kg dosis yang diberikan sebesar 5 mg, berat lebih dari 10
kg diberikan 10 mg. Obat pilihan pertama untuk menanggulangi kejang
atau status konvulsivus yang dipilih oleh para ahli adalah difenilhidantion
karena tidak mengganggu kesadaran dan tidak menekan pusat pernapasan,
tetapi dapat mengganggu frekuensi irama jantung.
b. Pengobatan penunjang
Sebelum memberantas kejang tidak boleh dilupakan pengobatan
penunjang yaitu semua pakaian ketat dibuka, posisi kepala sebaiknya
miring untuk mencegah aspirasi isi lambung, usahakan agar jalan napas
bebas untuk menjamin kebutuhan oksigen. Fungsi vital seperti kesadaran,
suhu, tekanan darah, pernapasan dan fungsi jantung diawasi secara ketat.
Untuk cairan intravena sebaiknya diberikan dengan dipantau untuk
kelainan metabolik dan elektrolit. Obat untuk hibernasi adalah klorpromazi
2-. Untuk mencegah edema otak diberikan kortikorsteroid dengan dosis
20-30 mg/kgBB/hari dibagi dalam 3 dosis atau sebaiknya glukokortikoid
misalnya dexametason 0,5-1 ampul setiap 6 jam sampai keadaan membaik.
c. Memberikan pengobatan rumat
Setelah kejang diatasi harus disusul pengobatan rumat. Daya kerja
diazepan sangat singkat yaitu berkisar antara 45-60 menit sesudah
disuntikan, oleh karena itu harus diberikan obat antiepileptik dengan
daya kerja lebih lama. Lanjutan pengobatan rumat tergantung daripada
keadaan pasien. Pengobatan ini dibagi atas dua bagian, yaitu pengobatan
profilaksis intermiten dan pengobatan profilaksis jangka panjang.
d. Mencari dan mengobati penyebab
penyebab kejang demam sederhana maupun epilepsi yang diprovokasi
oleh demam biasanya adalah infeksi respiratorius bagian atas dan otitis
media akut. Pemberian antibiotik yang adekuat perlu untuk mengobati
penyakit tersebut. Secara akademis pasien kejang demam yang datang
untuk pertama kali sebalikny dilakukan pungsi lumbal untuk
menyingkirkan kemungkinan adanya faktor infeksi didalam otak
misalnya meningitis.
2. Penatalaksanaan keperawatan
a. Pengobatan fase akut
1) Airway
a) Baringkan pasien ditempat yang rata, kepala dimiringkan dan
pasangkan sudip lidah yang telah dibungkus kasa atau bila ada
guedel lebih baik.
b) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien, lepaskan
pakaian yang mengganggu pernapasan
c) berikan O2 boleh sampai 4 L/ mnt.
2) Breathing
a) Isap lendir sampai bersih
3) Circulation
a) Bila suhu tinggi lakukan kompres hangat secara intensif.
b) Setelah pasien bangun dan sadar berikan minum hangat ( berbeda
dengan pasien tetanus yang jika kejang tetap sadar).
Jika dengan tindakan ini kejang tidak segera berhenti, hubungi dokter
apakah perlu pemberian obat penenang.
b. Pencegahan kejang berulang
1) Segera berikan diazepam intravena, dosis rata-rata
0,3mg/kgBB atau diazepam rektal. Jika kejang tidak berhenti tunggu 15
menit dapat diulang dengan dengan dosis dan cara yang sama.
2) Bila diazepan tidak tersedia, langung dipakai fenobarbital dengan
dosis awal dan selanjutnya diteruskan dengan pengobatan rumat.
8. Apa saja komplikasi yang dapat disebabkan oleh kejang demam?
Menurut Mansjoer (2000), komplikasi kejang demam umumnya berlangsung lebih
dari 15 menit yaitu :
 Kerusakan sel otak.
 Penurunan IQ pada kejang demam yang berlangsung lama lebih dari 15
menit dan bersifat unilateral, retardasi mental, dan kelumpuhan
F. Learning Issues
1. Mengetahui tentang pencegahan kejang demam
2. Memahami pengertian, etiologi, patofisiologi, komplikasi dan penatalaksanaan pasien
dengan kejang demam.
3. Mengetahui masalah – masalah dan intervensi keperawatan yang berhubungan dengan
pasien kejang demam.
G. Problem Solving

No Diagnosa Keperawatan Rencana Keperawatan


Nursing Outcome Nursing Intervention
1. Hipertermi berhubungan Setelah diakukan tindakan 3x24 jam Perawatan demam (3740)
1. pantau suhu dan monitor tanda-tanda vitalnya
dengan penyakit ditandai diharapkan masalah hipertermi dapat teratasi
2. monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan
dengan DS: Orang tua dengan kriteria hasil: kehilangan cairan yang tak dirasakan.
3. tutup pasien dengan selimut atau pakaian ringan,
mengatakan jika anaknya Termogulasi (0800)
tergantung pada fase demam
mengalami panas tinggi 1. Penurunan suhu kulit menurun 4. dorong konsumsi cairan
5. kolaborasi dengan dokter terkait terapi dosis
sejak kemarin sore dan 2. Denyut nadi normal
paracetamol untuk penurun demam.
pagi ini kejang kira-kira 5
Jika demam tinggi dan terjadi kejang maka bisa dilakukan:
menit. DO: Suhu badan
Manajemen kejang (2680)
0
39,5 C, Nadi 130 1. Monitor arah kepala dan mata saat kejang
x/menit. 2. Berikan oksigen dengan benar
3. Berikan obat anti kejang dengan benar sesuai advis
dokter
4. Orientasikan pasien kembali setelah kejang
Pencegahan kejang (2690)
1. Monitor kepatuhan dalam mengonsumsi
pengobatan antiepileptik
2. Instruksikan keluarga mengenai pertolongan
pertama pada kejang
3. Intruksikan keluarga mengenai potensial dari
faktor risiko
4. Intruksikan keluarga untuk memanggil jika dirasa
tanda akan terjadinya kejang
2. Bersihan jalan nafas Setelah diakukan tindakan 1x24 jam Manajemen jalan napas (3140)
tidak efektif diharapkan masalah bersihan jalan nafas 1. Auskultasi suara napas, catat area yang ventilasinya
berhubungan dengan dapat teratasi dengan kriteria hasil: menurun atau tidak ada dan adanya suara napas
produksi sekret yang Status pernapasan ( 0415) tambahan
berlebih ditandai dengan 1. Suara auskultasi nafas dari ronchi 2. Kelola nebulizer ultrasonik sebagaimana mestinya
DS: Orang tua menjadi vesikuler 3. Gunakan teknik yang menyenangkan untuk
mengatakan anak 2. Kepatenan jalan nafas normal memotivasi bernafas dalam kepada anak-anak misal
tersebut juga mengalami Tanda-tanda vital (0802) meniup gelembung atau balon, dll.
batuk pilek sejak 3 hari 1. Suhu tubuh normal 4. Intruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
yang lalu. DO: Suara 2. Tekanan nadi normal efektif
napas ronkhi, Nadi 130
x/menit, suhu: 39,50C

3. Ketidakseimbangan Setelah diakukan tindakan 3x24 jam Manajemen Nutrisi (1100) :


1. Anjurkan ibu untuk membawa makanan favorit
nutrisi kurang dari diharapkan masalah ketidakseimbangan
pasien
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat
kebutuhan tubuh 2. Monitor kecenderungan terjadinya penurunan dan
teratasi dengan kriteria hasil:
berhubungan dengan kenaikan berat badan
Nafsu makan (1014) :
1. Keinginan/hasrat untuk makan dari
anoreksia ditandai cukup terganggu (3) menjadi tidak 3. Tawarkan makanan ringan yang padat gizi

dengan DS: orang tua terganggu (5) 4. Tentukan status gizi pasien dan kemampuan pasien
2. Intake makanan dari cukup terganggu untuk memenuhi kebutuhan gizi
mengatakan anak sulit
(3) menjadi tidak terganggu (5)
makan. DS: BB 10,8 kg Manajemen berat badan (1260) :
3. Intake nutrisi dari cukup terganggu (3)
1. hitung berat badan ideal pasien
menjadi tidak terganggu (5)
2. dorong pasien untuk mengkonsumsi air yang cukup
4. Intake cairan dari cukup terganggu (3)
setiap hari
menjadi tidak terganggu (5

4. Ansietas berhubungan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengurangan Kecemasan (5820) :


dengan ancaman atau selama 2 x 24 jam diharapkan ansietas pada
1. Gunakan pendekatan yang tenang dan menyakinkan
perubahan pada status orang tua dapat teratasi dengan kriteria hasil:
2. Berikan informasi faktual terkait diagnosis, perawatan
peran orang tua ditandai
Tingkat Kecemasan (1211 ) :
dan prognosis
dengan DO: Orang tua
1. Kekhawatiran berlebihan dari (2)
terlihat khawatir dan 3. Ciptakan atmosfer rasa aman untuk mningkatkan
cukup berat menjadi ringan (4)
cemas karena ini kepercayaan
2. Rasa cemas yang disampaikan secara
merupakan kejang yang lisan dari (2) cukup berat menjadi ringan 4. Bantu orang tua untuk mengartikulasikan deskripsi
ketiga kalinya untuk anak (4)
yang realistis mengenai kejadian yang akan datang
tersebut
5. Kurang pengetahuan Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pendidikan kesehatan (5510)
1. mengajarkan strategi yang dapat digunakan dalam
berhubungan dengan selama 2 x 24 jam diharapkan masalah
menangani kejang, demam.
kurang terpaparnya Kurang pengetahuan dapat teratasi dengan
2. Rencanakan tindak lanjut jangka panjang untuk
informasi ditandai
dengan DS: Orang tua kriteria hasil: memperkuat perilaku kesehatan atau adaptasi terhadap
mengatakan dirumah gaya hidup
Pengetahuan pengasuhan (1826):
tidak terdapat 1. pencegahan penyakit dari pengetahuan 3. Berikan ceramah untuk menyampaikan informasi
termometer dan obat terbatas (2) menjadi pengetahuan dalam jumlah besar pada saat yang tepat
penurun panas dan ini sedang (3)
merupakan kejang yang 2. pengelolaan masalah kesehatan umum
ketiga kalinya. dari pengetahuan terbatas (2) menjadi
pengetahuan sedang (3)
3. kebutuhan perawatan fisik dari
pengetahuan terbatas (2) menjadi
pengetahuan sedang (3)
4. kebutuhan perawatan dasar dari
pengetahuan terbatas (2) menjadi
pengetahuan sedang (3)

6. Risiko tinggi terhadap Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen kejang (2680)
1. Monitor arah kepala dan mata saat kejang
cidera berhubungan selama 1 x 4 jam diharapkan masalah risiko
2. Berikan oksigen dengan benar
dengan aktifitas kejang tinggi terhadap cidera dapat teratasi dengan
3. Berikan obat-obatan dengan benar
ditandai dengan DS: kriteria hasil:
4. Berikan obat anti kejang dengan benar
orang tua mengatakan
Kontrol kejang sendiri (1620)
5. Orientasikan pasien kembali setelah kejang
anaknya panas tinggi
1. Mencegah faktor resiko pemicu kejang
sejak kemarin sore dan 2. Mempertahankan sikap yang positif
pagi ini kejang kira-kira pada ganguan kejang
5 menit. DO: Suhu badan 3. Menggunakan obat-obatan sesuai resep
0
39,5 C, Nadi 130 dokter
x/menit, Tekanan darah 4. Menjalankan tindakan yang aman
95/65 mmHg dilakukan
DAFTAR PUSTAKA

Dewanto, G. dkk. 2009. Panduan Praktis Diagnosis & Tata laksana Penyakit. Jakarta : CV
Agung Set

Dr. Allert Benedicto, 2015. Kejang demam pada anak dan cara mengatasinya.
https://www.alodokter.com/tetap-tenang-menangani-kejang-demam-pada-anak.
Diakses pada tanggal 04 Maret 2021

Lestari, T, 2016.Asuhan Keperawatan Anak. Yogyakarta : Nuha Medika

Maeda, dkk. 2018. Laporan pendahuluan kejang demam.


https://www.scribd.com/doc/240209755/LP-Kejang-Demam . Diakses pada
tanggal 02 Maret 2021

Mansjoer, Arif. 2007. Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3 Jilid II. Jakarta: Media Aesculapius

Ngastiyah. 2012. Perawatan anak sakit. Jakarta : EGC

Ridha, N.H, 2014. Buku Ajar Keperawatan Anak, Yogyakarta : Pustaka Penerbit Saraf.
Jakarta: EGC. hlm 92-93.

Widagdo, 2012. Tata Laksana Masalah Penyakit Anak dengan Kejang Demam. Jakarta:
CV. Sagung Seto.

Wong, et al. (2009). Wong buku ajar keperawatan pediatrik. (alih bahasa: Andry Hartono,
dkk). Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai