Anda di halaman 1dari 62

ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN

BAKU KELAPA PADA PT. PAPUA NATURAL INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Proposal

Tugas Akhir Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Program Studi

Manajemen

Sukma US Zainuddin

NIM; 2017RB47040

PROGRAM STUDI MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI

MANAJEMEN OPRASIONAL

UNIVERSITAS VICTORY SORONG

TAHUN 2020/2021
LEMBAR PENGESAHAN

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Dalam Memenuhi Skripsi Tugas
Akhir Manajemen Sumber Daya Manusia Pada Program Studi Manajemen

Disusun Oleh :

Sukma US Zainuddin

NIM; 2017RB47040

PROGRAM STUDI MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS VICTORY SORONG

TAHUN 2021

ii
HALAMAN PERSETUJUAN

Setelah melalui konsultasi yang dan pemeriksaan yang cermat,maka Skripsi.

Dengan judul ‘ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU

KELAPA PADA PT. PAPUA NATURAL INDONESIA” Disetujui dan

diajukan untuk dipertahankan dihadapan Tim Penguji Program Studi Manajemen

pada fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas Victory Sorong :

Hari/Tanggal : Rabu 05 Mei 2021

Tempat : Universitas Victory Sorong

Alamat : Jln. Basuki Rahmat km.11,5 Kelurahan Klawuyuk


Distrik Sorong utara ,Kota Sorong , Papua Barat

Sorong, 27 Juli 2021

Menyetujui:
Pembimbing I Pembimbing II

Berti Pakaila, SE, M.Si Samue Y Warella, SE.MM.


NIDN.120601676701 NIDN.1405098502

Mengetahui,

Dekan Fakultas Ekonimi Dan Bisnis

Robethair Suripatty, SE.,MM

iii
NIDN. 1406128001

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi dengan judul “ANALISIS PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN

BAKU KELAPA PADA PT. PAPUA NATURAL INDONESIA” setelah

dipertahankan dihadapan Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen pada

Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Univesitas Victory Sorong menandasahkan skripsi

dari :

Nama Mahasiswi : SUKMA US ZAINUDDIN

NIM : 2017RB47040

Program Studi : MANAJEMEN

Tim Penguji Skripsi Program Studi Manajemen :

1. Penguji I : Jlminj Tindage, S. Sos., MM ( )

2. Penguji II : Samuel Y. Warella SE,. MM ( )

3. Penguji III : Berti Pakaila, SE,. M.Si ( )


Mengesahkan

Dekan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis

Universitas Victory Sorong

Roberthair Suripatty, SE.,MM


NIDN.1406128001

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang maha

luas ilmu-Nya yang telah memberikan rahmat serta kekuatan sehingga penulis

dapat menyelesaikan Skripsi judul “ANALISIS PENGENDALIAN

PERSEDIAAN BAHAN BAKU KELAPA PADA PT. PAPUA NATURAL

INDONESIA”.

Adapun penyusunan Skripsi ini penulis menyusun dengan maksud dan

tujuan untuk memenuhi tugas akhir dan melengkapi salah satu syarat kelulusan

pada Fakultas Ekonomi, Program Studi Manajemen, Universitas Victory Sorong

Penulis menyadari dalam penyusunan Skripsi ini tidak lepas dari bantuan

beberapa pihak, baik secara materi maupun moral. Oleh karena itu penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Nur Iman Wastina Edriani Kalami,selaku Pembina Yayasan

Universitas Victory Sorong.

2. Ibu Vania Faomasi Hia/Kalami, selaku Ketua Yayasan Victory

Sorong.

3. Bapak Dr. Roximelsen Suripatty, SH.MH.M.Kn selaku Rektor

Universitas Victory Sorong.

4. Bapak Dr.Tagor Manurung, SE,.MM, selaku Wakil Rektor I Bidang

Akademik Universitas Victory Sorong.

5. Bapak Dr.Jordan Tibola, SE,.MM, selaku Wakil Rektor II Bidang

Keuangan Universitas Victori Sorong.

v
6. Bapak Amatus Turot, S.Hut., M.Si, selaku Wakil Rektor III Bidang

Kemahasiswaan Universitas Victory Sorong.

7. Ibu Jalmin Tindage,S,MM selaku Wakil Rektor IV Bidang Kerjasama

Univesitas Victory Sorong selaku Dosen selaku Dosen Penguji I.

8. Bapak Berti Pakaila, SE.,M.Si, selaku Wakil Rektor V Bidang

Pengawasan Universitas Victori Sorong dan selaku Dosen

Pembimbing I.

9. Bapak Roerthair Suripatty,SE, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi

dan Bisnis Universitas Victory Sorong.

10. Ibu Fensca F. Lahallo, S.PD., M.Si selaku Ketua Program Studi

Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Victori Sorong.

11. Bapak Samuel Y Warella SE, MM. Selaku Dosen Pembimbing II

12. Bapak dan Ibu Dosen serrta Civitas Akademika Univeritas Victory

Sorong yang telah memberikan ilmu serta membantu penulis selama

perkuliaan.

13. Sahabat-Sahabat saya ,Saira Macap, Chofifah Macap, Salija Edalolon,

Merlin Suripatty, dan Teman-teman seperjuangan yang mendukung

penulisan Skripsi ini, yang selalu ada dalam setiap suka dan duka serta

selalu memotivasi penulis.

14. Seluruh teman jurusan Manajemen khususnya angkatan 2017.

15. Kepada pemilik PT. Papua Natural Indonesia yang telah memberi ijin

kepada penuli suntuk melakukan penelitian

vi
Tidak satupun yang dapat penulis berikan selain untaian doa semoga

Tuhan memberikan balasan yang sebaik – baiknya serta rahmat yang

melimpah. Penulis menerima kritik dan saran yang membangun sebagai

masukan untuk lebih baik kedepannya. penulis mengucapkan terimakasih

kepada pembaca yang telah berkenan membaca ini, semoga skripsi

penelitian ini dapat bermanfaat dan memberi wawasan pengetahuan.

Sorong, 27 Juli 2021


Penulis

Sukma US Zainudin

vii
DAFTAR ISI
HALAMAN PERSETUJUAN...............................................................................iii
KATA PENGANTAR.............................................................................................v
DAFTAR ISI........................................................................................................viii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
1.1 Latar Belakang..........................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................................4
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................................4
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................................5
1.5 Manfaat Praktis..........................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................6
2.1 Pengartian pengendalian persedian...........................................................6
2.2 Pengertian Pengendalian Bahan Baku.....................................................14
2.3 Econimc Order Quantity(EOQ)...............................................................15
2.4 Safety Stock (Persedian Pengaman)........................................................18
2.5 Lead Time................................................................................................18
2.6 Reoder Point(ROP)..................................................................................19
2.7 Penelitian Terdahulu................................................................................20
2.8 Kerangka Penelitian................................................................................21
BAB III METODE PENELITIAN........................................................................23
3.1 Jenis Penelitian........................................................................................23
3.2 Lokasi dan waktu Penelitian....................................................................23
3.3 Metode pengumpulan data......................................................................23
3.4 Sumber data.............................................................................................24
3.5 Teknik pengumpulan data.......................................................................24
3.6 Teknik Analisis data................................................................................25
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...............................................................27
4.1. Gambaran Umum Perusahan...................................................................27
4.2. Analisis Data...........................................................................................28
4.3. Analisis Pengendalian Persedian Bahan Baku Kelapa............................35
BAB V PENUTUP.................................................................................................51

viii
5.1. KESIMPULAN.......................................................................................51
5.2. SARAN...................................................................................................52
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................53

ix
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perusahaan yang bergerak dalam bidang industri, baik itu

perusahaan besar, perusahaan menengah, dan perusahaan kecil sudah tentu

mempunyai persediaan bahan baku. persediaan bahan baku yang ada pada

setiap perusahaan tentu berbeda dari segi jumlah maupun jenisnya, hal ini

dimungkinkan karena setiap perusahaan mempunyai skala produksi dan

hasil produksi yang berbeda.

Persediaan bahan baku merupakan faktor yang penting dalam

perusahaan, sehingga persediaan bahan baku harus mencukupi untuk dapat

menjamin kebutuhan dalam kelancaran kegiatan produksi. Jumlah

persediaan bahan baku sebaiknya tidak terlalu sedikit dan tidak terlalu

banyak. Kekurangan bahan baku dapat menghambat kegiatan produksi,

terhambatnya proses produksi tentu akan berpengaruh terhadap tingkat

penjualan yang berakibat perusahaan tidak mampu memenuhi permintaan

konsumen.

Hal ini pada akhirnya mempengaruhi laba perusahaan dan

kepercayaan konsumen terhadap perusahaan. Bila terjadi kelebihan bahan

baku akan menimbulkan berbagai resiko bagi perusahaan yaitu besarnya

beban bunga yang harus di tanggung, tambahan biaya untuk penyimpanan

1
dan pemeliharaan bahan baku di gudang, memperbesar kemungkinan

kerugian karena kerusakan dan turunnya kualitas bahan tersebut, sehingga

dapat memperkecil keuntungan yang diperoleh oleh perusahaan.

Persediaan sebagai barang-barang yang disimpan untuk digunakan pada

periode yang akan datang untuk memenuhi tujuan tertentu. Yang

dimaksud persediaan dalam penelitian ini adalah kekayaan milik

perusahaan yang akan diolah untuk proses produksi sehingga menjadi

barang yang setengah jadi.

Dalam perencanaan dan pengendalian bahan baku yang menjadi

masalah utama adalah menyelenggarakan persediaan bahan yang paling

tepat agar kegiatan produksi tidak terganggu dan dana yang ditanam dalam

persediaan bahan tidak berlebihan. Seharusnya dengan adanya kebijakan

persediaan bahan baku yang diterapkan dalam perusahaan, biaya

persediaan dapat ditekan sekecil mungkin. Untuk meminimumkan biaya

persediaan tersebut dapat digunakan metode Economic Order Quantity

(EOQ). Metode EOQ ini dapat digunakan dengan mudah dan praktis untuk

merencanakan berapa kali suatu bahan dibeli dan dalam jumlah kuantitas

berapa kali pemesanan. Selain itu dengan penerapan metode EOQ pada

perusahaan tidak hanya diketahui berapa jumlah persediaan yang paling

efisien tetapi juga akan mengetahui biaya yang akan dikeluarkan dengan

persedian bahan baku yang dimilikinya yang dihitung dengan Total

Inventory Cost [ CITATION And18 \l 1033 ].

2
Kelapa (cocos nucifera) adalah tanaman tugggal dalam marga

cocos suku arenan. Tanaman kelapa merupakan tanaman serbaguna karna

seluruh bagian tanaman ini sangat bermanfaat bagi kehidupan manusia.

Tanaman kelapa juka memeliki nilai budaya dan ekonomis yang cukup

tinggi dalam kehidupan masyarakat di Indonesia.

PT. Papua Natural Indonesia merupakan salah satu perusahan yang

baru dibuka terletak di Jalan Krakatau no 4 puncak bahari kampung baru

kota Sorong Papua Barat yang mana bergerak di bidang perkebunan dan

pengelolaan hasil perkebunan kelapa yang berdiri sejak tahun 2018 yang

mana berfokus pada produk kecantikan. PT Papua Natural Indonesia juga

berklaborasi dengan kelompok petani komunitas pala di Fakfak, Vanila di

Jayapura,coklat di sentani,buah merah sorong untuk memperoleh bahan

baku berkualiatas dan memberdayakan ibu-ibu papua disalawati dalam

mengelolah bahan baku kelapa menjadi barang setengah jadi.

Dari hasil wawancara yang telah dilakukan oleh peneliti dengan

staf produsi PT. Papua Natural Indonesia, diketahui selama ini perusahaan

belum menerapkan kebijakan dalam pembelian bahan baku,sehingga 4

terjadi pemborosan dalam pamakaian bahan baku kelapa sehingga produk

yang di hasilkan tidak maksimal jumlahnya. Hal ini terjadi karena kurang

adanya pengendalian persedian bahan baku yang kurang tepat, maka

diperlukan adanya pengendalian pada bahan baku agar dapat menjamin

proses produksi tetap berjalan. Setelah itu diperlukan metode yang tepat

agar mengetahui jumlah pesanan bahan baku kelapa yang lebih ekonomis,

3
sehingga dapat meminimumkan biaya dan memaksimalkan laba yang

diperlukan.

Metode EOQ (Economic Order Quantity) merupakan salah satu

model pengendalian persediaan yang paling banyak digunakan. Metode

EOQ berusaha mencapai tingkat persediaan seminimum mungkin, biaya

rendah dan mutu yang lebih baik. Menurut Heizer dan Render (2012:68),

economic order quantity (EOQ) adalah salah satu teknik pengendalian

persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian

persediaan ini menjawab dua pertanyaan penting yakni kapan harus

memesan dan berapa banyak harus memesan.

Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul” Analisis pengendalian persedian

bahan baku kelapa pada PT Papua Natural Indonesia”

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas maka rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah sebagai beriku:

1. Bagaimana penegndalian persedian bahan baku kelapa pada PT Papua

Natural Indonesia.

2. Berapa jumlah pesanan persedian bahan baku Kelapa ekonomis pada

PT Papua Natural Indonesia.

1.3 Tujuan Penelitian

Ditinjau dari rumusan masalah yang ditemukan diatas, maka tujuan dalam

penelitian ini adalah:

4
1. Untuk mengetahui pengendalian persedian bahan baku kelapa sawit

pada PT Papua Natural Indonesia

2. Untuk mengetahui berapa jumlah pesanan persedian bahan baku

kelapa pada PT Papu Natural Indonesia.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapata memberikan manfaat, yaitu manfaat

teoritis dan manfaat praktis:

1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis penelitian diharapkan menghasilkan konsep mengenai

penetapan persedian bahan baku menggunakan metode Economic

Order Quantity (EOQ)

1.5 Manfaat Praktis

a. Bagi mahasiswa

Penelitian ini dapat berguna sabagai bahan kajian dan menjadi

refensi untuk penelitian selanjutnya mengenai perhitungan

persedian bahan baku diwaktu yang akan datang.

b. Bagi perusahan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai evaluasi terhadap kebijakan

perusahan yang selama ini diterpakan, sehingga pengelolaan

persedian bahan baku optimal dan dpat menimalkan biaya

persedian.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengartian pengendalian persedian

Persediaan (Inventory) adalah stok dari suatu item atau sumber

daya yang digunakan dalam suatu organisasi perusahaan. Sistem inventory

adalah sekumpulan kebijakan dan pengendalian, yang memonitor tingkat

inventory, dan menentukan tingkat mana yang harus dijaga, bila stok harus

diisi kembali dan berapa banyak yang harus dipesan. Inventory

manufaktur umumnya adalah berupa item yang berkontribusi atau akan

menjadi bagian dari output produk perusahaan. Adapun maksud dari

analisis dalam manufaktur dan administrasi stok jasa, adalah untuk

menentukan kapan pesanan akan diadakan dan berapa banyak yang harus

dipesan (Assauri, 2016).

Pengendalian persediaan adalah serangkaian kebijakan

pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus dijaga,

kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan berapa

besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang

dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik, tergantung dari

volume produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya [ CITATION MTr17 \l

1033 ], mengatakan bahwa pengendalian persediaan adalah serangkaian

kebijakan pengendalian untuk menentukan tingkat persediaan yang harus

dijaga, kapan pesanan untuk menambah persediaan harus dilakukan dan

6
berapa besar pesanan harus diadakan, jumlah atau tingkat persediaan yang

dibutuhkan berbeda-beda untuk setiap perusahaan pabrik, tergantung dari

volume produksinya, jenis perusahaan dan prosesnya.

Setiap perusahaan yang melakukan kegiatan produksi akan

memerlukan persediaan bahan baku. Dengan tersedianya persediaan bahan

baku maka diharapkan sebuah perusahaan dapat melakukan proses

produksi sesuai kebutuhan dan permintaan konsumen. Selain itu dengan

adanya persediaan bahan baku yang cukuptersedia digudang juga

diharapkan dapat memperlancar kegiatan produksi perusahaan dan dapat

menghindari terjadinya kekurangan bahan baku.

A. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Persediaan

Setiap perusahaan untuk dapat mencapai suatu tujuan, maka perusahaan

tersebut harus memenuhi beberapa faktor tentang persediaan bahan baku.

Para ahli ekonomi mencoba menjelaskan segala kebijaksanaan yang

menyangkut pesanan. [ CITATION Lah16 \l 1033 ] , besar kecilnya persediaan

bahan baku dan bahan penolong dipengaruhi oleh faktor:

a. Volume atau jumlah yang dibutuhkan, yakni persedian ditkasir

berdasarkan ramalan kebutuhan proses produksi per periode

(misalnya berdasarkan anggaran penjualan) proses produksi.

b. Kontinuitas produksi tidak berhenti, diperlukan tingkat persedian

bahan baku yang tinggi dan sebaliknya.

c. Sifat bahan baku/penolong, perlu diketahui apakah cepat rusak

(durable good) atau tahan lama(undurable good). Apabilah bahan

7
atau persedian termasuk kedalam kategori barang cepat rusak maka

persedian yang disimpan tidak perlu terlalu banyak. Sedangkan

untuk bahan baku yang memiliki sifat tahan lama, maka tidak ada

salah nya perusahan menyimpannya dalam jumlah besar.

Tujuan pengendalian persedian yaitu untuk memperoleh kualitas

dan jumlah yang tepat dari bahan-bahan atau barang-barang yang

tersedia pada waktu dibutuhkan dengan biaya-biaya yang minim untuk

keuntungan atau kepentingan perusahan menurut assauri (2016)

adapun maksud dari tersedia inventor ialah:

a. Untuk menjaga independensi dari operasi, dimana pasokan

material pada work center dimungkinkan untuk dapat fleksibel

dalam operasi.

b. Untuk dapat memenuhi variasi dari permintaan produk, dimana

permintaan produk tidak dapat diketahui secara tepat, sehingga

terdapat kesulitan untuk menghasilkan produk secara tepat dalam

memenuhi permintaan.

c. Untuk memungkinkan dapat dilakukannya fleksibilitas dalam

scheduling produksi, dimana disediakannya stok dari inventory

guna menghilangkan tekanan terhadap sistem operasi produksi.

d. Untuk memberikan usaha perlindungan atau penjagaan terhadap

perbedaan waktu delivery bahan baku, dimana terdapatnya

keterlambatan atas kedatangan material yang dipesan dari vendor.

8
e. Untuk memanfaatkan keuntungan ekonomis atas besarnya pesanan

pembelian.

A. Fungsi pesedian

Setiap organisasi perusahaan selalu berupaya untuk menjamin

terdapatnya kelancaran operasi produksinya. Dalam upaya ini,

perusahaan mengadakan inventory yang tetap selalu ada. Inventory

yang diadakan perusahaan adalah dalam berbagai jenis, yang akan

diuraikan [ CITATION Man14 \l 1033 ] sebagai berikut :

a. Fungsi Decoupling Fungsi penting persediaan adalah

memungkinkan operasi-operasi perusahaan internal dan eksternal

mempunyai kebebasan (independensi). Persediaan decouples ini

memungkinkan perusahaan dapat memenuhi permintaan langganan

tanpa menunggu supplier.

b. Fungsi Economics Lot Sizing Melalui penyimpanan persediaan,

perusahaan dapat memproduksi dan membeli sumber-sumber daya

dalam kuantitas yang dapat mengurangi biaya-biaya per unit.

Dengan persediaan lot size ini akan mempertimbangkan

penghematan-penghematan.

c. Fungsi Antisipasi Sering perusahaan menghadapi fluktuasi

permintaan yang dapat diperkirakan dan diramalkan berdasar

pengalaman atau data masa lalu. Disamping itu, perusahaan juga

sering dihadapkan pada ketidakpastian jangka waktu pengiriman

9
barang kembali sehingga harus dilakukan antisipasi untuk cara

menanggulanginya.

B. Jenis Persediaan

Menurut Assauri (2016:227) Untuk dapat menjalankan fungsi inventory,

perusahaan-perusahaan pada umumnya menjaga adanya empat jenis

inventory. Keempat jenis inventory itu adalah:

a. Inventory bahan baku

Inventory bahan baku dibeli dalam keadaan belum diproses. Inventory

ini digunakan secara terpisah pasokannya dari proses produksi. Dalam

penanganan inventory bahan baku, umumnya pendekatan yang lebih

disukai adalah menghilangkan perbedaan dari pemasokannya dalam

kualitas, kuantitas, dan waktu deliverynya, sehingga tidak perlu

dipisah- pisahkan.

b. Inventory barang dalam proses atau Work-in-Process (WIP)

Inventory barang dalam proses atau Work-in-Process (WIP) adalah

komponen-komponen atau bahan baku yang sedang dalam

prosespengerjaan, tetapi belum selesai. WIP ada karena waktu yang

telah digunakan dalam proses, yang berkaitan dengan produk dalam

pembuatannya, disebut waktu siklus atau cycle time. Terjadinya

pengurangan cycle time, Maka akan terjadi pengurangan inventory.

Sering pelaksanaan tugas ini adalah tidak sulit. Selama waktu produk

dibuat, pada kenyataannya ada waktu nganggur atau tidak jalan. Pada

10
dasarnya waktu kerja atau run time adala bagian kecil dari waktu aliran

material.

c. Maintenance /Repair/ Operating Supplies (MROs)

Maintenance /Repair/Operating Supplies (MROs) adalah mencurahkan

untuk perlengkapan maintenance/repairing/ operating yang

dibutuhkan, agar dapat terjaga mesin-mesin dan proses dapat

produktif. MROs ini ada, karena terdapatnya kebutuhan dan waktu

untuk perawatan dan perbaikan dari peralatan, adalah tidak dapat

diketahui. Walaupun demikian permintaan untuk inventory MROs

adalah sering, dan merupakan fungsi dari scheduling perawatan atau

pemeliharaan, sedangkan yang lainnya merupakan permintaan MROs

yang tidak terjadwal, tetapi harus diantisipasi.

d. Inventory barang jadi

Inventory barang jadi adalah produk yang sudah selesai diproses dan

menunggu pengiriman. Barang jadi diinventorikan, karena permintaan

dari para pelanggan pada masa depan adalah tidak dapat diketahui.

[ CITATION Sar14 \l 1033 ]

C. Kebijaksanaan Persediaan

Kebijaksaan pengendalian persediaan erat kaitannya terhadap langkah-

langkah perusahaan melihat kapasitas pengendalian produk baik jangka

panjang ataupun jangka pendek. Dengan demikian secara

efektifkebijaksaan pengendalian persediaan tersebut berdasarkan tingkat

kebutuhan dan disesuaikan dengan perhitungan yang sifatnya harus

11
dikendalikan terus- menerus. Para ahli ekonomi mencoba menjelaskan

segala kebijaksaan yang menyangkut pengendalian persediaan. Heizer

dan Render (2011:318), kebijaksanaan persediaan yaitu:

a. Pemilihan karyawan, pelatihan dan disiplin yang baik.

b. Pengendalian yang ketat atas kiriman barang yang datang.

c. Pengendalian yang efektif atas semua barang yang keluar dan

fasilitas.

[ CITATION Sub12 \l 1033 ] , kebijaksanaan persediaan (investory) adalah

mempengaruhi proses produksi untuk melaksanakan sesuai dengan

sasaran perusahaan. Sebuah sistem pengendalian akan terdiri dari input,

output, sebuah atau perekanan dan sebuah penggerak atau aktivikator.

Tujuan pengawasan pengendalian persediaan akan merugikan

perusahaan, sebaliknya persediaan yang terlalu kecil pun tidak akan

menguntungkan bagi perusahaan. Oleh sebab itu, pengendalian

persediaan bahan baku memiliki peran yang sangat besar dalam

menentukan persediaan yang efisien.

D. Biaya Persediaan

Industri manufacture (pabrik) merupakan salah satu industri yang

mengandalkan konsep inventory management dalam mempertahankan

aktifitasnya secara stabil dan terkendali. Karena itu bagi industri

manufacture ketersediaan biaya persediaan harus selalu diperhatikan.

Menurut Irham Fahmi (2012:111) biaya persediaan manufaktur ada tiga

komponen yaitu :

12
a. Bahan baku atau bahan mentah, biaya dari bahan dasar yang

digunakan untuk membuat produk.

b. Tenaga kerja, biaya tenaga kerja langsung yang dibutuhkan untuk

menyelesaikan produk.

c. Overhead, biaya yang tidak langsung pada prises manufaktur. Seperti

sarana penyusutan peralatan manufaktur, gaji penyelia, dan biaya

prasarana.

Untuk membuat keputusan dalam inventory, harus diperhatikan

jenisjenis biaya yang terjadi. Jenis-jenis biaya yang berdampak pada

keputusan besarnya inventory (Assauri, 2016:228) adalah :

a. Biaya memegang inventory Biaya ini mencakup biaya

penyimpanan, biaya handling, biaya asuransi, biaya kerusakan,

biaya akibat pencurian, biaya penyusutan, dan biaya penuaan

atau keusangan.

b. Biaya penyiapan atau perubahan produksi Biaya ini timbul

dalam penyiapan kebutuhan produk, yang akan selalu berbeda,

perbedaan itu meliputi bahan, dan biaya penyiapan peralatan

tertentu, serta penyiapan arsip yang diperlukan.

c. Biaya Pemesanan Biaya ini merupakan biaya yang perlu

dipersiapkan manajemen dalam pembelian dan pemesanan

barang.

d. Biaya uang timbul akibat kekurangan persediaan. Biaya ini

terjadi akibat stok dari suatu item kosong dan pesanan untuk

13
item itu harus ditunggu, sampai kapan datang atau tiba, sehingga

biaya timbul menerima pesanan pengganti atau juga

membatalkan atau menolaknya.

2.2 Pengertian Pengendalian Bahan Baku

Pengendalian bahan baku yaitu diselengarakan dalam suatu

perusahaan, tentunya di usahakan untuk dapat menunjang kegiatan-

kegiatan yang ada dalam perusahaan yang bersangkutan. Keterpaduan dari

seluruh pelaksanaan kegiatan yang ada dalam perusahaan akan menunjang

terciptanya pengendalian bahan baku yang baik dalam suatu perusahaan

[ CITATION Wij16 \l 1033 ]

Pengendalian persediaan merupakan fungsi manajerial yang sangat

penting, karena mayoritas perusahaan melibatkan investasi besar pada

aspek ini. Teori untuk menentukan jumlah optimal bahan baku yang untuk

memenuhi permintaan pasar di masa depan. dan pengendalian persediaan

yang efektif harus dilakukan perusahaan mengingat konsekuensi yang

dihadapi perusahaan atas kekurangan atau kelebihan persediaan.

Persediaan memiliki fungsi penting yang dapat meningkatkan efisiensi

operasional suatu perusahaan. Dengan adanya persediaan maka proses

produksi tidak terhambat oleh kekurangan bahan baku. Selain itu, prosedur

untuk memperoleh dan menyimpan bahan baku yang dibutuhkan dapat

dilaksanakan dengan biaya minimum.[ CITATION Lah17 \l 1033 ]

14
2.3 Econimc Order Quantity(EOQ)

Metode analisis data dalam penelitian ini menggunakan metode Economic

Order Quantity (EOQ).Teknik EOQ dapat digunakan untuk membantu

menentukan persediaan yang efisien. Model EOQ ini tidak hanya

menentukan jumlah pemesanan yang optimal tetapi yang lebih penting lagi

adalah menyangkut aspek finansial dari keputusan-keputusan tentang

kuantitas pemesanan tersebut (Syamsuddin, 2007:294)[ CITATION Sya16 \l

1033 ]. EOQ (Economic Order Quantity)

Menurut [ CITATION Ham15 \l 1033 ] yaitu jumlah unit yang dipesan pada

biaya yang paling murah (ekonomis) atau optimal. Sedangkan menurut

Heizer dan Render, 2010:92), EOQ adalah salah satu teknik pengendalian

persediaan yang paling tua dan terkenal secara luas, metode pengendalian

persediaan ini menjawab 2 (dua) pertanyaan penting, kapan harus

memesan dan berapa banyak harus memesan.

Selain itu metode EOQ bertujuan untuk menentukan jumlah dan

frekuensi pembelian yang optimal. Melalui penentuan jumlah dan

frekuensi pembelian yang optimal maka akan didapatkan pengendalian

persediaan yang optimal.

Model kuantitas pemesanan ekonomis ini merupakan model yang

umum digunakan sebagai teknik pengendalian inventory. Teknik ini secara

relatif mudah digunakan, akan tetapi penerapannya harus didasarkan pada

beberapa asumsi, (Assauri, 2016:230) yaitu :

15
a. Permintaan akan suatu item telah diketahui jumlah unitnya dan

bersifat konstan, dan permintaan ini adalah independen atas

permintaan untuk item-item yang lain.

b. Waktu antara pesanan dan datanganya barang, atau lead time adalah

tetap.

c. Penerimaan inventory adalah seketika dan lengkap, dengan kata lain

inventory dari satu pesanan datang dalam batch satu waktu.

d. Diskon kuantitas tidak mungkin atau tidak ada.

e. Hanya ada biaya variabel, yaitu biaya penempatan pesanan (yang

terdiri dari biaya penyiapan dan biaya pemesanan), dan biaya

memgang stok atau biaya penyimpanan (yaitu holding atau carrying

cost).

f. Kekurangan stok atau tidak tersedianya inventory dapat dihindari, jika

pesanan dilakukan tepat waktu.

Dalam penentuan atau pemecahan jumlah pesanan yang ekonomis ini

dapat dilakukan dengan 3 cara (Assauri 2016) yaitu:

1. Tabular Approach Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan

tabular approach dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau

tabel jumlah pesanan dan jumlah biaya per tahun. Jumlah Pesanan

yang mengandung jumlah biaya terkecil merupakan jumlah pesanan

ekonomis.

2. Dengan menggunakan rumus (Formula Approach) Cara penentuan

jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan di dalam rumus-rumus

16
matematika dapat dilakukan dengan memperhatikan bahwa jumlah

biaya persediaan yang minimum.

Perhitungan (Economic Order Quantity) EOQ dapat dihitung

dengan rumus (Irham Fahmi , 2014:120)

EOQ= 2. D .(OC )¿ CC ¿ ¿
¿ √
Keterangan :

EOQ = Jumlah optimal barang per pemesanan.

D = Permintaan tahunan barang persediaan dalam unit (Demand).

OC = Biaya pemesanan (Ordering Cost) (S).

CC = Biaya penyimpanan (Carrying Cost) (H).

Q* = Jumlah barang yang optimum pada setiap pesanan (EOQ).

Untuk dapat menghitung berapa kali perusahaan dapat melakukan

pembelian dalam setahun, maka diperlukan adanya perhitungan

frekuensi dalam persediaan, dapat dihitung dengan rumus (Irham

Fahmi , 2014:120).

Perhitungan untuk menghitung jumlah persediaan menurut (Heizer

Dan Render dalam Michel C. Tuerah, 2014 ) rumus adalah sebagai

berikut :

Jumlah pesanan yang diperkirakan=¿ Q∗¿ ¿ ¿


D

Perhitungan untuk menghitung biaya pemesanan tahunan menurut

(Heizer dan Render, 2010:94) rumus biaya pemesanan adalah sebagai

berikut :

17
D
Biaya pemesanan=
Q∗¿ xS ¿

Perhitungan untuk menghitung biaya penyimpanan tahunan

menurut [ CITATION Hei14 \l 1033 ] rumus biaya penyimpanan adalah

sebagai berikut:

Q∗¿
Biaya pemesanan= xH ¿
2

Perhitungan untuk menghitung persediaan rata-rata tahunan

menurut(Heizer Dan Render dalam Michel C. Tuerah, 2014 ) rumus

adalah sebagai berikut :

Q∗¿
Persedianrata−rata= ¿
2

2.4 Safety Stock (Persedian Pengaman)

Irham Fahmi (2014:121) Safety stock merupakan kemampuan perusahaan

untuk menciptakan kondisi persediaan yang selalu aman atau penuh

pengamanan dengan harapan perusahaan tidak akan pernah mengalami

kekurangan persediaan. Sedangkan menurut Joel G. Seagel dan Jae K.

Shim safety stock adalah persediaan tambahan yang disiapkan sebagai

proteksi terhadap kemungkinan habisnya persediaan. Perhitungan safety

stock dapat dihitung dengan rumus :

Safety stock = (pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) X Lead tim

2.5 Lead Time

Waktu antara penempatan pesanan dan diterimanya barang yang dipesan,

disebut sebagai lead time atau waktu delivery, yang dapat dalam waktu

18
pendek, seperti beberapa jam, atau dalam waktu lebih lama seperti

beberapa bulan (Assauri, 2016:232-233).

[ CITATION Sla16 \l 1033 ], Lead time yaitu jangka waktu yang diperlukan

sejak dilakukan pemesanan sampai saat datangnya bahan baku yang

dipesan. Untuk mengetahui seberapa lamanya lead time biasanya diketahui

dari lead time pada pemesanan-pemesanan yang dilakukan sebelumnya.

2.6 Reoder Point(ROP)

Biasanya keputusan untuk kapan memesan, dinyatakan sebagai titik

pemesanan kembali atau Reorder Point (ROP) [ CITATION Ass16 \l 1033 ].

Sudana (2011:227) Reorder Point (ROP) adalah pada tingkat persediaan

berapa pemesanan harus dilakukan agar barang datang tepat pada

waktunya. Adapun pengertian dari reorder point adalah titik dimana suatu

Safety stock = (pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) X Lead

timeperusahaan atau institusi bisnis harus memesan barang atau bahan

guna menciptakan kondisi persediaan yang harus terkendali Perhitungan

ROP (Reorder Point) dapat dihitung dengan rumus :

ROP=LtxQ

Keterangan :

ROP = Reorder Point

Lt = Lead Time ( hari, minggu, bulan)

Q = Pemakaian rata-rata (per hari, per minggu, atau per bulan).

19
2.7 Penelitian Terdahulu

1. Lahu dan Sumarau (2017) penelitian dengan judul “ Analisis persedian

pengandalian bahan baku pada perusahan Dunkin Donuts Manado,

bertujuan untuk menentukan persediaan yang tepat pada perusahaan

Dunkin Donuts Manado. Metode yang digunakan dalam penelitian ini

adalah metode deskriptif kuantitatif dengan metode perhitungan EOQ,

Safety stock dan Reorder point. Hasil penelitian menunjukan bahwa

pengendalian pesediaan bahan baku yang diterapkan oleh Dunkin

Donuts Manado belum optimal. Perusahaan tidak mengalami

kehabisan persediaan dalam memenuhi permintaan konsumen, tetapi

perusahaan belum mampu dalam meminimalkan biaya persediaan.

2. Michel Chandra Tuerah (2014), Analisis Pengendalian Persediaan

Bahan Baku Ikan Tuna Pada CV. Golden KK tujuan dari penelitian ini

untuk mengetahui pengendalian persediaan bahan baku ikan tuna pada

CV. Golden KK dengan metode EOQ (Economic Order Quantity).

Dan menunjukkan hasil penelitian bahwa pengendalian dan pengadaan

persediaan bahan baku ikan tuna CV. Golden KK sudah efektif dalam

memenuhi permintaan konsumen karena perusahaan tidak mengalami

kehabisan persediaan bahan baku dan total biaya persediaan dengan

metode EOQ lebih kecil dibandingkan dengan metode yang digunakan

perusahaan pimpinan CV. Golden KK sebaiknya dapat

mempertahankan terus keefektifan dalam mengendalikan persediaan,

agar tidak terjadi kekurangan bahan baku dan mempertimbangkan

20
teknik pengendalian persediaan bahan baku dengan metode EOQ agar

lebih efisien.

2.8 Kerangka Penelitian

Permasalahan bahan baku merupakan permasalahan yang paling mendasar

bagi sebuah perusahaan, karena bahan baku merupakan suatu hal yang

sangat penting bagi sebuah proses produksi. Untuk dapat mengambil

keputusan dalam pembelian bahan baku secara tepat dan efisien maka

perusahaan atau pabrik membutuhkan adanya pengendalian persediaan

terhadap bahan baku.

Dengan pengendalian persediaan yang baik perusahaan atau pabrik dapat

mengetahui jumlah persediaan yang akan dipesan sesuai dengan

pemakaian, agar tidak terjadi kelebihan atau kekurangan persediaan bahan

baku, dengan jumlah yang cukup dan optimal sehingga proses produksi

dapatberjalan dengan lancar. Salah satu metode yang dapat digunakan

dalam pengambilan keputusan dalam persediaan bahan baku adalah

Metode EOQ (Economic Order Quantity).

21
PT. Papua Natural
Indonesia

Data persedian bahan


baku

Tabular Formula
Approach Approach

Persedian bahan baku


kelapa

22
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenisnya adalah studi deskriptif yang menurut [ CITATION Ari13 \l 1033 ]

adalah Penelitian yang dimaksudkan untuk menyelidiki keadaan, kondisi

atau hal lain-lain yang sudah disebutkan yang hasilnya dipaparkan dalam

laporan penelitian. Dan ditinjau dari pendekatan analisisnya

diklasifikasikan kedalam metode kualitatif. Sugiyono (2015:15),

menjelaskan bahwa metode penelitian kualitatif merupakan metode

penelitian yang berlandaskan pada filsavat positivme, digunakan untuk

meneliti pada kondisi obyek yang alamiah, dimana peneliti adalah sebagai

instrumen kunci.

3.2 Lokasi dan waktu Penelitian

Perusahaan yang dijadikan sebagai objek penelitian dalam

penulisan ini adalah PT.Papua Natural Indonesi Jl. Krakatau No 4, Puncak

Bahari, Kampung Baru Sorong Papua Barat

Waktu penelitian dilakukan selama 3 (Dua) bulan yaitu bulan mei

sampai juli 2021.

3.3 Metode pengumpulan data

[ CITATION Sug153 \l 1033 ] menyatakan jenis data dibedakan atas dua jenis

yaitu data kuanitatif dan data kualitatif. Jenis data yang digunakan dalam

23
penelitan iniadalah data kuantitatif dan data kualitatif. Data kualitatif

dalam penelitan ini yaitu data yang diperoleh dari dalam perusahaan yang

bukan dalam bentuk angka, tetapi dalam bentuk lisan maupun tulisan,

seperti sejarah singkat perusahaan, prosedur-prosedur perusahaan dan

struktur organisasi perusahaan. Sedangkan data kuantitatif dalam

penelitian ini yaitu data-data yang mempengaruhi biaya persediaan bahan

baku serta data yang berkaitan dengan permasalahan.

3.4 Sumber data

Dalam menghimpun data yang dibutuhkan dalam penulisan penelitian ini,

maka penulis menggunakan beberapa sumber data sebagai berikut :

1. Data primer yaitu data yang dikumpulkan sendiri oleh perorangan

secara langsung dari objek yang diteliti dan untuk kepentingan studi

yang bersangkutan yang dapat berupa wawwancara dan observasi,

(Jurliansa, 2014). Data penelitian ini diperoleh dengan melakukan

observasi dan wawancara langsung pada Pabrik PT. Papua Natural

Indonesia

2. Data sekunder yaitu data yang diperoleh/dikumpulkan dan disatukan

oleh studi-studi sebelumnya atau yang diterbitkan oleh berbagai

instansi lain, [ CITATION jul14 \l 1033 ] Data penelitian ini berupa rincian

persediaan dan biaya- biaya persediaan PT.Papua Natural Indonesia

3.5 Teknik pengumpulan data

Proses penelitian dan penulisan, penulis menggunakan metode

pengumpulan data adalah sebagai berikut :

24
1. Wawancara, dalam proses wawancara dilakukan dengan percakapan

oleh dua pihak, yaitu pewawancara dan terwawancara. Terwawancara

memberikan jawaban atas pertanyaan yang diberikan oleh

pewawancaraterkait dengan permasalahan yang dibahas, yang

dilakukan pada karyawan bagian persediaan pada Pabrik kelapa mooi

papua kota sarong papua barat

2. Observasi, pada proses observasi dilakukan pengamatan pada proses

atau kegiatan yang sedang berlangsung, melakukan pengamatan

terhadap sistem pengendalian bahan baku yang dilakukan oleh

perusahaan Pabrik kelapa mooi papua kota sarong papua barat

3.6 Teknik Analisis data

1. Tabular Approach

Metode ini dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel

jumlah pesanan dan jumlah biaya pertahun. Jumlah pesanan yang

mengandung jumlah biaya yang terkecil merupakan jumlah pesanan

yang ekonomis.

2. Formula Approach

Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan di

dalam rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan

memperhatikan bahwa jumlah biaya persediaan yang minimum.

a. EOQ (Economic Order Quantity) Analisis yang dilakukan untuk

mengetahui jumlah pesanan yang dapat mengahasilkan

25
penghematan dengan pembelian yang optimal dengan tidak

mengalami kekurangan persediaan.

b. Safety Stock

[ CITATION Fah15 \l 1033 ] Safety Stock merupakan kemampuan

perusahaan untuk menciptakan kondisi persediaan yang selalu

aman atau penuh pengamanan dengan harapan tidak akan pernah

mengalami kekurangan persediaan.

Rumus:

Safety stock = (pemakaian maksimum – pemakaian rata-rata) X

Lead time

c. Reorder Point (ROP) Reorder point dapat diketahui dengan

menetapkan 1. penggunaan selama ada lead time, lead time adalah

masa tunggu sejak pemesanan bahan baku dilakukan hingga

material yang dipesan tiba, 2. Safety stock merupakan persediaan

minimal yang ditetapkan oleh perusahaanyang berfungsi untuk

menjaga kekurangan dari kemungkinan terlambatnya material

datang.

Rumus :

ROP=LtxQ

Keterangan:

ROP = Reorder Point atau titik pemesanan kembali

Lt = Lead Time

Q = Pemakaian rata-rata.

26
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum Perusahan

1. Sejarah Berdirinya PT. Papua Natural Indonesia

PT Pupua Ntural Indonesia merupakan salah satu wirausaha sosial asal

Sorong Papua yang bediri pada tahun 2018, dengan focus

memproduksi kosmtik berkualitas dan natural, yang mana

memberdayakan ibu-ibu Papua di Salawati dalam mengelolah bahan

baku kelapa menjadi produk hair, skin and body care yang aman di

gunakan bagi tubuh maupun lingkungan.

2. Sruktur Organisasi

Sruktur organisasi PT,Papua Natural Indonesia yang mana dari

produser, CFO, Pevoloperut dan produksi.

Gambar sruktur organisasi

Produser (CEO)S

(Sara Mirati)

CFO Pevoliperut Staf Produksi

(Khoirul Sri Mulyani) (Khoirul Sri Mulyani) (Iriayani Us Zainudin)

27
4.2. Analisis Data

Pada dasarnya persedian akan mempermudah jalanya operasi

perusahaan pabrik yang harus dilakukan secara berturut-turut untuk

memproduksi dan menyalurkan kepada konsumen. Setiap perusahaan

memiliki cara yang berbeda-beda untuk untuk mengelolah persediaan

bahan baku, meladi dari jumlah unit bahan baku yang akan digunakan,

kapan waktu penggunaan, mapun berapa jumlah yang dikeluarkan untuk

membeli bahan baku. Namun setiap perusahaan/pabrik pasti membutuhkan

pengendalian persediaan bahan baku yang tepat, tanpa adanya

pengendalian persediaan bahan baku yang tepat maka pabrik tidak akan

dapat melakukan kegiatan produksi dengan baik.

1. Pembelian Kelapa

Strategi pembelian yang digunakan oleh PT. Papua Natural

Indonesia pembelian yang dilakukan dengan cara biasa, dimana

pembelian bahan baku kelapa pada PT. Papua Natural Indonesia

dilakukan untuk memenuhi keperluan biasa atau rutin. Penentuan

pembelian bahan baku kelapa yang dilakukan oleh pemilik PT. Papua

Natural Indonesia berdasarkan pada pengalaman pada periode lalu,

kemudian disesuaikan dengan produksi yang akan dilakukan pada

periode selanjutnya. Pemesanan kelapa dilakukan sebanyak satu kali

dalam sebulan, PT. Papua Natural Indonesia menggunakan kelapa

28
yang berasal dari Kampung Sailolof Distrik Salawati Kabupaten

Sorong Papua Barat.

Adapun data yang diperoleh dari pabrik tersebut tentang

pembelian bahan baku kelapa pada tahun 2020 disajikan pada tabel

dibawah ini :

Tabel Pembelian bahan baku kelapa

No Bulan Pembeli Pembelian Bahan Baku

Kelapa (kg)
1 Januari 1,700
2 Februari 1,700
3 Maret 1,700
4 April 2, 550
5 Mei 850
6 Juni 1,700
7 Juli 850
8 Agustus 6,800
9 September 1,700
10 Oktober 2, 550
11 November 1, 700
12 Desember 1, 105
Total pembelian 24, 905
Rata – rata 2.075
Sumber:: PT. Papua Natural Indonesia (data yang diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.1 terlihat bahwa pada Januari,Februari, Maret,

Juni, September dan November PT. Papua Natural Indonesia

melakukan pembelian bahan baku kedelai adalah sebesar 1,700 kg,

pada bulan mei dan juli pembelian yang dilakukan sebesar 850 kg,

sedangkan pada bulan agustus, dengan total pembelian bahan baku

kelapa sebesar 6.800 kg, pada bulan oktober pembelian yang

dilakukan sebanyak 2.550 kg, dan selama bulan Desember 2020

29
pembelian sebanyak 1.105 kg. Untuk total pembelian setahun yang

dilakukan oleh PT.Papua Natural Indonesia adalah sebanyak 24, 905

kg, dengan rata-rata pembelian sebanyak 2,075 kg. PT. Papua Natural

Indonesia melakukan proses produksi secara terus-menerus,

persediaan menjadi hal yang sangat penting dalam proses produksi.

2. Pemakaian bahan baku

Pemakaian bahan baku kelapa pada PT. Papua Natural Indonesia

pada tahun 2020 sebanyak 24,905 Kg dengan frekuensi pembelian

selama tahun 2020 sebanyak 12 kali dalam setahun. Rincian

pemakaian tahun 2020 dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Pemakain Bahan Baku Kelapa Tahun 2020

No Bulan Pembeli Pemakain Bahan Baku

Kelapa (kg)
1 Januari 1,700
2 Februari 1,700
3 Maret 1,700
4 April 2, 550
5 Mei 850
6 Juni 1,700
7 Juli 850
8 Agustus 6,800
9 September 1,700
10 Oktober 2, 550
11 November 1, 700
12 Desember 1, 105
Total pembelian 24, 905
Rata – rata 2.075
Sumber : PT. Papau Natural Indonesia (data yang diolah 2020)

30
Berdasarkan tabel 4.2 diatas menunjukkan pemakaian bahan baku

kelapa Pada PT.Papua Natural Indonesia yang berubah-ubah dalam

setiap bulannya. Pemakaian bahan baku kelapa tertinggi terdapat pada

bulan Agustus yaitu sebanyak 6.800 kg dan pemakaian terendah yaitu

sebanyak 850 kg pada bulan mei dan juli 2020. Dari data pemakaian

diatas menunjukkan total pemakaian bahan baku kelapa selama tahun

2020 yaitu sebesar 24,905 kg.

3. Frekuensi pemesanan

Frekuensi pemesanan adalah waktu setiap kali pemesanan yang

dilakukan untuk pembelian bahan baku. Setiap perusahaan tentu

mengharapakan keuntungan yang lebih besar, pemesanan yang

dilakukan setiap saat tanpa mempertimbangkan kebutuhan pemakaian

bahan baku dan stock barang di gudang akan mengakibatkan

timbulnya biaya yang lebih besar yang diakibatkan besarnya biaya

yang pemesanan yang dilakukan. Untuk menghasilakan biaya yang

lebih efisien maka setiap perusahan pabrik harus mengetahui kapan

dan berapa banyak bahan yang harus di pesan, sehingga tidak terjadi

penumpukan persediaan dan kekurangan. Frekuensi pemesanan Pada

PT.Papua Natural Indonesia disajikan pada tabel 4.3 dibawah ini :

Tabel 4.3

Frekuensi Pemesanan Bahan Baku Kelapa Tahun 2020

Pembelian Frekuensi Pembelian

Bahan Baku Kelapa

31
1 Bulan 1 kali
1 Tahun 12 kali pembelian
Sumber : PT.Papua Natural Indonesia (data yang di peroleh 2020)

PT.Papua Natural Indonesia melakukan frekuensi pemesanan dalam

satu bulan yaitu satu kali, sehingga dalam satu tahun yaitu sebanyak

12 kali pemesanan

4. Biaya pemesanan

Biaya pemesanan adalah biaya yang terkait dengan usaha untuk

mendapatkan bahan baku kelapa yang dikeluarkan oleh PT.Papua

Natural Indonesia sampai bahan baku tersebut diterima. Biaya ini

besarnya dipengaruhi oleh frekuensi pemesanan bahan baku. Dalam

periode tahunan, jika dilakukan kuantitas pesanan yang besar setiap

kali pesan, maka frekuensi pemesanan akan semakin kecil sehingga

biaya pemesanan akan semakin kecil dalam periode tahunan.

Sebaliknya, jika kuantitas pesanan yang diadakan kecil setiap kali

pesan dalam periode tahunan, maka frekuensi pemesanan akan

semakin besar sehingga biaya pemesanan bahan baku akan semakin

besar dalam periode tahunan.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa komponen biaya

pemesanan yang dikeluarkan oleh PT.Papua Natural Indonesia adalah

biaya telepon yang merupakan biaya tarif pulsa, dan biaya SMS (Short

Message Service) yang digunakan untuk komunikasi dengan supplier.

PT.Papua Natural inonesia tidak mengeluarkan biaya untuk

pengiriman dan biaya angkut dikarenakan pihak supplier yang

32
menanggung biaya pengiriman dan biaya angkut. Rincian biaya

pemesanan bahan baku kelapa pada PT. Papua Natural Indonesia dapat

dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini :

Tabel 4.4

Biaya Pemesanan Bahan Baku Kelapa Tahun 2020.

No Jenis Biaya Jumlah (Rp)


Biaya telp Rp. 60.000

Total Rp. 60.000


Sumber : PT.Papua Natural Indonesia (data yang diolah 2020)

Berdasarkan tabel 4.4 menunjukkan bahwa biaya pemesanan

kelapa yang dilakukan oleh PT. Papua Natural Indonesia selama satu

tahun adalah sebesar Rp. 60.000.

5. Biaya penyimpanan

Biaya penyimpanan (carrying cost atau holding cost) adalah biaya

yang dilkeluarkan oleh PT.Papua Natural Indonesia karena

melakukan penyimpanan bahan baku dalam jangka waktu tertentu.

Besarnya jumlah biaya penyimpanan dipengaruhi oleh jumlah

persediaan bahan baku. Biayapenyimpanan per periode akan semakin

besar apabila jumlah persediaan bahan baku semakin tinggi.

Gudang penyimpanan bahan baku kedelai pada PT.Papua Natural

Indonesia tidak terpisah dengan tempat produksi pembuatan kelapa.

Sehingga biaya yang dikeluarkan untuk penyimpanan bahan baku

tidak terlalu mahal karena gudang yang digunakan untuk

33
penyimpanan bahan baku kelapa cukup sederhana. Adapun rincian

biayanya dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut :

Tabel 4.5

Biaya Penyimpanan Bahan Baku kelapa Tahun 2020

No Jenis Biaya Jumlah (Rp)


Biaya listrik Rp. 1.200,000

Total Rp. 1.200,000


Sumber : PT.Papua Natural Indonesia (data yang diolah 2020)

Total biaya penyimpanan bahan baku kelapa pada tahun 2020 adalah

sebesar Rp.1.200,000, yang digunakan untuk biaya listrik pada

PT.Papua Natural Indonesia.

4.3. Analisis Pengendalian Persedian Bahan Baku Kelapa

Perhitungan sangat dibutuhkan dalam melakukan pengendalian

persediaan bahan baku yang berupa kelapa pada pembuatan minyak PT.

Papua Natural Indonesia dapat meminimalkan biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan, sehingga dapat memproduksi kelapa sesuai dengan

permintaan konsumen.

1. Tabular Approach

Penentuan jumlah pesanan yang ekonomis dengan tabular approach

dilakukan dengan cara menyusun suatu daftar atau tabel jumlah

pesanan dan jumlah biaya per tahun. Jumlah Pesanan yang

mengandung jumlah biaya terkecil merupakan jumlah pesanan

ekonomi

34
Tabel.

Tabel Tabular Approach

Jumlah Banyaknya Persedian Biaya Biaya Total

pesanan unit/order rata-rata pemesanan penyimpanan biaya/tahun

(kg) (kg) (Rp) (Rp (Rp


1 24.905 12.452 60.000 1.200,000 1.260.000
2 12.452 6.226 120,000 600 720
3 8.635 4.150,6 180,000 400 580
4 6.476,25 3.113 240,000 300 540
5 5.181 2.490,4 300,000 240 540
6 4.317,5 2.075,3 360,000 200 560
7 3.700,7 1.778,8 420,000 171,4 591,4
8 3.238,1 1.559,5 480,000 150 630
9 2.878,3 1.383,5 540,000 133,3 673,3
10 2.590,5 1.245,2 600,000 120 600,120
11 2.355 1.132 660,000 109,0 660,109
12 2.158,7 1.037,6 720,000 100 720.100
Total 78.888,05 38.643,9 4.620,000 1.202.523,7 1.266.779,021

Berdasarkan tabel diatas dengan menggunakan model persediaan

tabular approach menunjukkan total biaya persediaan tertinggi yaitu

pada frekuensi pemesanan sebanyak 1 kali dengan kuantitas atau

banyaknya unit yang diorder sebanyak 24.905 kg, dengan persediaan

rata-rata sebanyak 12,452 kg, biaya pemesanan yang dikeluarkan

yaitu sebesar Rp. 60.000, dan biaya penyimpanan sebesar

Rp.1.200.000 sehingga total biaya persediaan yang dikeluarkan

sebesar Rp. 1.260.000. Sedangkan total biaya persediaan terendah

menunjukkan total biaya yaitu sebesar Rp.540 dengan frekuensi

pemesanan sebanyak 5 kali, dengan banyaknya unit per order 5.181

35
kg, persediaan rata-rata sebanyak 2.490,4 kg, biaya pemesanan Rp.

300.000 dan biaya penyimpanan yang dikeluarkan sebesar Rp. 240.

Biaya persediaan dengan metode yang diterapkan di PT. Papua

Natural Indonesia, dengan jumlah frekuensi pesanan setahun sebanyak

12 kali, total banyaknya persediaan yaitu 78.888,05 kg per tahun,

persediaan rata-rata dalam setahun sebanyak 38.643,9 kg, dengan

biaya pemesanan yang dikeluarkan sebesar Rp. 4.620,000, dalam

frekuensi 12 kali pemesanan dan biaya penyimpanan sebesar Rp.

1.202.523,7. Sehingga total biaya persediaan bahan baku kelapa pada

PT. Papua Natular Indonesia adalah sebesar Rp. 1.266.779,021

pertahunnya.

Pada Model Persediaan Tabular Approach menghasilkan total

biaya persediaan terendah pada saat jumlah pemesanan dan

penyimpanan terlihat pada jumlah yang sama yaitu pada frekuensi 5

kali

2. Formula approach

Cara penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan menurunkan di

dalam rumus-rumus matematika dapat dilakukan dengan

memperhatikan bahwa jumlah biaya persediaan yang minimum

terdapat, jika ordering cost sama dengan carrying cost.

a. Metode Economic Order Quantity (EOQ)

Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa dengan

menggunakan metode EOQ dapat mengefisiensikan biaya-biaya

36
persediaan pada pt. Papua Natural Indonesia sehingga dapat

memaksimalkan keuntungan. Namun sebelum menentukan

besarnya kuantitas setiap kali pemesanan yang paling ekonomis

maka perlu diperhatikan langkah-langkah yang mendasari

perhitungan EOQ yaitu selama periode bersangkutan tingkat harga

konstan baik harga beli bahan maupun harga biaya pemesanan dan

penyimpanan, setiap saat akan diadakan pembelian selalu tersedia

dana, pemakaian bahan yang relatif stabil dari waktu ke waktu

selama periode bersangkutan, bahan yang bersangkutan dapat

selalu tersedia di pasaran setiap saat akan dibeli, fasilitas

penyimpanan selalu tersedia berapa kalipun pembelian akan

diadakan, bahan yang bersangkutan tidak mudah rusak dalam

penyimpanan digudang.

Analisis yang digunakan untuk mengetahui jumlah pesanan

yang dapat menghasilkan penghematan dengan pembelian yang

ekonomis, PT.Papua Natural Indonesia dapat menggunakan

metode Economic OrderQuantity (EOQ). Dengan metode EOQ

dapat diketahui jumlah pembelian paling ekonomis yang harus

dilakukan pada saat pembelian. Menurut PT. Papua Natural

Indonesia, total pembelian bahan baku kelapa yang dikeluarkan

pada tahun 2020 adalah sebanyak 24.905 kg dengan frekuensi

selama satu bulan yaitu satu kali pembelian sehingga per tahunnya

sebanyak 12 kali pemesanan. Jumlah bahan baku yang digunakan

37
sebanyak 24.905 kg pada tahun 2020. Biaya pemesanan yang

dikeluarkan adalah sebesar Rp. 60.000 dalam tahun 2020, dan

biaya penyimpanan yang dikeluarkan adalah sebesar Rp.

1.200.000 tahun 2020. Pehitungan untuk menghitung biaya

pemesanan bahan baku kelapa yaitu sebagai berikut :

total biaya pesan


Biaya setiap kali pesan ¿
frekuensi pemesanan

60.000
¿
12kali

¿ Rp.5 .000 / pemesan

Diketahui total biaya pemesanan yang dikeluarkan oleh PT. Papua

Natural Indonesia adalah sebesar Rp.60.000, dengan frekuensi

pemesanan sebanyak 12 kali dalam setahun. Berdasarkan

perhitungan diatas biaya pemesanan bahan baku berupa kelapa

adalah sebesar Rp. 5.000 untuk setiap kali pemesanan.

Perhitungan biaya penyimpanan bahan baku kelapa yaitu

sebagai berikut:

total biaya penyimpanan


Biaya penyimpanan bahan baku ¿
jumla h persedian ba h an baku

1.200,000
¿
24.905 kg

¿ 48,18 /kg

Diketahui total biaya penyimpanan yang dikeluarkan oleh

PT.Papua Natural Indonesia adalah sebesar Rp. 1.200.000,

dengan jumlah persediaan 24.905 kg. Berdasarkan perhitungan

38
diatas yang menunjukkan biaya penyimpanan bahan baku kedelai

per kg adalah sebesar Rp. 48,18.

Perhitungan untuk menghitung jumlah pemesanan

ekonomis dengan menggunakan metode EOQ yaitu sebagai

berikut : Perhitungan Economic Order Quantity (EOQ) :

2. ( ID ) .(OC)
EOQ=
√ CC

2. ( 24.905 ) .(5.000)
EOQ=
√ 48,18

( 49,81 ) .(5.000)
EOQ=
√ 48,18

249.050
EOQ=
√ 48,81

EOQ=√ 5.102,4

EOQ=71.43 kg

Berdasarkan data yang diperoleh dari PT.Papua Natural Indonesia

pembelian bahan baku kelapa adalah sebanyak 24.905 kg. Dari

perhitungan dengan menggunakan metode Economic Order

Quantity (EOQ) diperoleh bahwa jumlah pemesanan bahan baku

berupa kelapa yang dapat dipesan yaitu sebanyak 71.43kg

sehingga biaya yang dikeluarkan lebih ekonomis.

Perhitungan untuk menghitung persediaan rata-rata bahan baku

kelapa dalam setahun yang dapat dilakukan oleh PT.Papua Natural

Indonesia yaitu sebagai berikut :

39
Q
Persedian rata-rata =
2

71.43 kg
¿
2

¿ 35,715 Kg

Diketahui pembelian yang diperleh dari perhitungan dengan

penggunaan metode EOQ (Economic Order Quantity) yaitu

sebanyak 35,715 kg, sehingga diperoleh perhitungan diatas yang

menunjukkan persediaan rata-rata bahan baku kelapa yaitu

sebanyak 35,715 kg

Perhitungan Untuk menghitung jumlah frekuensi

pemesanan yang diperkirakan dalam setiap sekali pesan menurut

metode EOQ:

D
Jumlah pesanan yang diperkirakan =
Q

24.905
F=
71.43 kg

F=348,7 kali

Diketahui kebutuhan bahan baku kelapa pada PT. Papua

Natural Indonesia yaitu sebanyak 24.905 kg, dengan jumlah

pemesanan ekonomis yang diperoleh dengan penggunaan metode

(Economic Order Quantity) EOQ sebanyak 17,43 kg. Berdasarkan

hasil penelitian yang dilakukan di PT.Papua Natural Indonesia

frekuensi pemesanandari perhitungan diatas dengan penggunaan

metode EOQ menunjukkan bahwa frekuensi yang dapat dilakukan

40
oleh PT. Papa Natural Indonesia adalah sebanyak 12 kali dalam

setahun. Sedangkan yang dilakukan oleh PT Papua Natural

Indonesia adalah sebanyak 12 kali dalam setahun. Sehingga PT

Papua Natural Indonesia dapat meminimalkan frekuensi

pemesanan bahan baku kelapa.

D
Biaya pesan = xs
Q

24.905 kg
¿ X Rp .5.000 / pemesan
17,43 kg

¿ Rp .7.140/tahun

Diketahui bahwa kebutuhan bahan baku kelapa adalah sebesar

24.905 kg, dengan jumlah pemesanan ekonomis yang diperoleh

denganpenggunaan metode (Economic Order Quantity) EOQ

sebanyak 17.43 kg, dan biaya setiap kali melakukan pemesanan

yaitu sebesar Rp. 5.000, Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh

jumlah biaya pemesanan yang dapat dikeluarkan oleh PT.Papua

Natural Indonesia adalah sebesar Rp. 7.140 untuk pemesanan per

tahun. Perhitungan untuk menghitung biaya penyimpanan tahunan

dengan menggunakan metode EOQ :

Q
biaya penyimpanan= xH
2

71,43 kg
¿ x Rp .48,81
2

¿ Rp.6,974,9 /tahun

41
Diketahui bahwa jumlah pemesanan ekonomis yang

diperoleh dengan penggunaan metode (Economic Order Quantity)

EOQ sebanyak 10.782 kg, dan biaya penyimpanan per kg yaitu

sebesar Rp. 32. Berdasarkan perhitungan diatas diperoleh jumlah

biaya penyimpananyang dapat dikeluarkan oleh Pabrik Tahu

Usaha bapak Miswan adalah sebesar Rp. 172.512 per tahun.

b. Perhitungan Safety Stock

Adanya persediaan pengaman diperlukan untuk

menghadapi diantaranya apabila terjadi kenaikan pemakaian

bahan baku diluar kebutuhan yang diperhitungkan, dan apabila

terjadi keterlambatan kedatangan barang yang dipesan. Sehingga

dengan adanya persediaan pengaman dapat mengatasi adanya

fluktuasi permintaan dan waktu tunggu kedatangan bahan baku.

Kekurangan bahan baku kelapa pada PT.Papua Natural

Indonesia dapat mengakibatkan proses produksi pada PT. Papua

Natral Indonesia akan terhambat sehingga dapat mengurangi

keuntungan yang diterima. Untuk dapat mengantisipasi agar tidak

terjadi kekurangan bahan baku kelapa maka diperlukan adanya

persediaan pengaman atau safety stock.

Penentuan besarnya safety stock merupakan suatu proses

yang harus dilakukan dengan cermat dan tepat. Hal ini

dikarenakan adanya persediaan pengaman akan menngurangi

biaya yang timbul akibat kehabisan persediaan. Makin besar

42
persediaan pengaman, makin kecil kemungkinan kehabisan

persediaan bahan baku, sehingga makin kecil pula biaya karena

kehabisan persediaan, tentunya perusahaan tidak akan mengalami

kerugian akibat tidak terpenuhinya permintaan konsumen karena

kehabisan persediaan, dan proses produksi akan berjalan lancar.

Namun demikian, adanya persediaan pengaman akan menambah

biaya penyimpanan bahan baku, semakin tinggi persediaan

pengaman, makin besar pula biaya penyimpanan bahan baku. Oleh

karena itu, PT. Papua Natural Indonesia harus dengan cermat dan

tepat dalam menentukan persediaan pengaman agar persediaan

tersebut dapat berperan sesuai dengan fungsinya.

Perhitungan safety stock:

Safety stock =(pemakaian maksimum –pemakaian rata-rata)X

Lead time

Safety stock = 6,800 - 35,715 kg X 3 hari

Safety stock = 1.041 kg/tahun

Diketahui bahwa PT. Papua Natural Indonesia selama ini

tidak menyediakan persediaan kelapa pengaman atau safety stock

untuk mengantisipasi adanya kekurangan bahan baku kelapa.

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan metode EOQ yang

menunjukkan bahwa persediaan pengaman yang harus selalu

tersedia di PT. Papua Natural Indonesia untuk persediaan kelapa

yaitu sebanyak 1.041 kg, yang berarti perusahaan harus memiliki

43
persediaan bahan baku kelapa sebanyak 1.041 kg agar dapat

mengantisipasi adanya kekurangan bahan baku selama waktu

tenggang tanpa menghambat proses produksi yang dilakukan.

c. Perhitungan Reorder Point (ROP)

Reorder point atau titik pemesanan kembali merupakan

metode penentuan untuk mengetahui kapan PT. Papua Natural

Indonesia akan melakukan pemesanan kembali sehingga

penerimaan bahan baku yang dipesan dapat tepat waktu. Karena

dalam melakukan pemesanan bahan baku, bahan baku tidak dapat

langsung diterima hari itu juga. Besarnya sisa bahan baku yang

masih tersisa hingga pabrik harus melakukan pemesanan kembali

adalah sebesar ROP yang telah dihitung. Yang dimakusd dengan

lead time dalam penelitian ini adalah tenggang waktu yang

diperlukan antara saat pemesanan bahan baku dilakukan dengan

datangnya bahan baku yang dipesan.

PT. Papua Natural Indonesia membutuhkan lead time

(waktu tenggang) selama 3 hari untuk mendapatkan persediaan

bahan baku kedelai sejak dilakukan pemesanan hingga bahan baku

kelapa diterima. Untuk menghindari adanya kekurangan bahan

baku kelapa maka PT. Papua Natural Indonesia harus melakukan

pemesanan kembali ketika jumlah persediaan mencapai titik

pemesanan kembali (ROP).

44
Perhitungan untuk menghitung waktu pemesanan kembali

dilakukan :

jumla h h ari kerja


Waktu pemesanan =
frekuensi pemesanan

360
Q=
348,7

Q=1,031 hari

Berdasarkan perhitungan diatas, diketahui bahwa Jika satu

tahun 360 hari, dengan frekuensi pemesanan yang dilakukan

dengan menggunakan metode EOQ sebanyak 349 kali, maka PT.

Papua Natural Indonesia dapat melakukan pemesanan setiap 1,031

hari sekali.

Perhitungan untuk menghitung pemakaian rata-rata:

EOQ
Q=
frekuensi pemesanan

71.43 kg
Q=
349 hari

Q=1,104 kg

Diketahui pemesanan ekonomis dengan penggunaan

metode Economic Order Quantity (EOQ) yaitu sebesar 71,43kg,

dengan pemesanan dilakukan setiap 349 hari. Berdasarkan

perhitungan diatas diperoleh pemakaian rata-rata yaitu sebanyak

1,104 kg.

Perhitungan Untuk menghitung ROP:

ROP =L:X Q

45
ROP = 3 Hari X1,104

ROP =39,8 kg

Berdasarkan perhitungan reorder point (ROP) diatas maka

dapat diketahui bahwa persediaan bahan baku kelapa digunakan

setiap hari, sehingga jumlah persediaannya semakin berkurang,

dan pada saat persediaan bahan baku kelapa mencapai titik

pemesanan kembali (ROP) yaitu sebanyak 39,8 kg, maka

PT.Papua Natural Indonesia sudah harus melakukan pemesanan

kembali sebanyak pemesanan ekonomis (EOQ) yaitu 71,43 kg.

Pemesanan harus dilakukan sebelum persediaan bahan baku

kelapa digudang habis, karena butuh Lead time (waktu tenggang)

sekitar 3 hari pada saat pemesanan hingga bahan baku kelapa tiba

di gudang perusahan.

3. Graphical approach

Penentuan jumlah pesanan ekonomis dengan graphical approach,

dilakukan dengan cara menggambarkan grafik-grafik carrying cost,

ordering cost dalam satu gambar, dimana sumbu horizontal jumlah

pesanan (order) pertahun, dan sumbu vertikal besarnya biaya dari

ordering cost, carrying cost dan total cost

46
Biaya Persedian

Total biaya

Biaya
penyimpanan

Rp.14.112
Biaya
Rp.7.140 pemesan

Rp.6.972

Kuantitas
71.43 kg

Grafik hubungan antara kedua jenis biaya persediaan

Pada gambar diatas terlihat bahwa kurva biaya pemesanan

mengalami penurunan dikarenakan frekuensi pemesanan menurun

yaitu sebanyak 17 kali, pada kurva biaya penyimpanan juga

mengalami penurunan dengan angka dikarenakan jumlah unit bahan

baku kelapa yang di pesanan menurun yaitu pada angka 71.43 kg.

Sehingga kurva total biaya persediaan juga menurun.

Berdasarkan analisis dari model persediaan, terlihat pada model

tabular approach menunjukkan jumlah biaya persediaan yang

terendah yaitu pada frekuensi pemesanan sebanyak 5 kali, dengan

banyaknya persediaan unit/ order pemesanan sebanyak 5.181 kg,

dengan persediaan rata-rata yaitu sebesar 2.490,4kg, biaya

47
penyimpanan sebesar Rp.240 dan pemesanan sebesar Rp.300,000,

sehingga biaya persediaan yang dikeluarkan sebesar Rp.540.000.

Pada model perhitungan dengan menggunakan formula

approach diperoleh pemesanan ekonomis dengan menggunakan

metode Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan unit order

sebanyak 73.43 kg, dengan rata-rata persediaan yaitu sebanyak

35,715kg. Berdasarkan perhitungan frekuensi pada metode Economic

Order Quantity (EOQ) jumlah kali pemesanan yang diperkirakan

dapat dilakukan yaitu sebanyak 13 kali. Biaya pemesanan pada model

persediaan menggunakan metode Economic Order Quantity (EOQ)

menunjukkan jumlah biaya yang dikeluarkan yaitu sebesar Rp. 7,140/

tahun. Sedangkan biaya penyimpanan yang harus dikeluarkan yaitu

sebesar Rp. 6,972/ tahun, sehingga total biaya persediaan yang

dikeluarkan yaitu sebesar Rp.14,112

Berdasarkan model persediaan diatas menunjukkan model formula

approach dengan penggunaan metode Economic Order Quantity

(EOQ), lebih baik untuk digunakan dikarenakan pada metode

Economic Order Quantity (EOQ) biaya pemesanan dan biaya

penyimpanan mengalami penurunan, sehingga dapat meminimalkan

biaya yang dikeluarkan pada PT. Papua Natural Indonesia dan dapat

memaksimalkan laba yang diperoleh. safety stock yang digunakan

sebagai persediaan pengaman yang harus ada digudang yaitu

sebanyak 1.041kg, dengan pemesanan kembali pada metode Reorder

48
Point (ROP) dapat dilakukan pemesanan pada saat persediaan

digugang sebanyak 39,8 kg, dan dapat dilakukan pemesanan kembali

setiap 34 hari sekali, dengan jumlah pemakaian rata-rata sebanyak

1.104 kg. Sehingga penggunaan metode Economic Order Quantity

(EOQ) lebih ekonomis dan efisien dibandingkan metode tabular

approach.

Berdasarkan hasil penelitian Michel Chandra Tuerah tahun 2014

tentang pengendalian persediaan bahan baku ikan tuna pada CV.

Golden KK, yang menunjukkan hasil penelitian bahwa pengendalian

persediaan bahan baku menurut metode EOQ lebih optimal dibanding

metode yang selama ini diterapkan. Biaya persediaan bila dihitung

menggunakan metode EOQ juga dapat menghemat biaya persediaan

dibanding dengan metode yang diterapkan selama ini oleh perusahaan.

Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti tahun

2021 tentang persediaan bahan baku kelapa pada PT.Papua Natural

Indonesia, hasil penelitian menunjukkan bahwa pengendalian

persediaan bahan baku kelapa akan lebih optimal jika menggunakan

metode EOQ dibanding yang diterapkan oleh perusahaan selama ini.

Biaya persediaan jika dihitung menggunakan metode EOQ dapat

menghemat biaya yang dikeluarkan perusahaan dibanding yang telah

diterapkan perusahaan selama ini.

49
BAB V

PENUTUP

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat

diambil suatu kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan pada model persediaan formula approach dengan

penggunaan metode Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan

jumlah pemesanan ekonomis yaitu sebanyak37,41kg, yang

mengakibatkan biaya pemesanan dan biaya penyimpanan menurun,

sehingga dapat meminimalkan biaya yang dikeluarkan pada PT.Papua

Natural Indonesia dan dapat memaksimalkan laba yang diperoleh.

2. Frekuensi pembelian bahan baku kelapa pada PT.Papua Natural

Indonesia bila menggunakan metode EOQ adalah sebanyak 34 kali

pembelian bahan baku kelapa dalam satu periode (1 tahun), sedangkan

pemesanan yang selama ini dilakukan oleh PT. Papua Natural

Indonesia adalah sebanyak 12 kali dalam satu tahun sehingga total

biaya persediaan yang dikeluarkan oleh PT.Papua Natural Indonesia

menunjukkan jumlah yang lebih tinggi dibandingkan dengan metode

EOQ dengan total biaya persediaan yaitu sebesar Rp. 14,112 Hal ini

disebabkan karena kuantitas pemesanan mengalami penurunan.

3. PT.Papua Natural Indonesia tidak menetapkan adanya safety stock atau

persediaan pengaman dalam kebijakannya, sedangkan dalam

50
penggunaan metode EOQ, persediaan pengaman untuk dapat

memperlancar proses produksi yaitu sebanyak 1,104 kg

5.2. SARAN

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka peneliti dapat memberikan saran

kepada PT. Papua Natural Indonesia yang dapat digunakan sebagai bahan

pertimbangan adalah :

1. PT. Papua Natural Indonesia sebaiknya meninjau kembali kebijakan

persediaan bahan baku kelapa yang selama ini telah dilakukan oleh

PT. Papua Natural Indonesia.

2. PT. Papua Natural Indonesia dapat mencoba mengaplikasikan

metode Economic Order Qquantity untuk menentukan kuantitas

pemesanan yang ekonomis.

3. PT.Papua Natural Indonesia sebaiknya menentukan besarnya

persediaan pengaman (safety stock), pemesanan kembali (reorder

point) untuk menghindari resiko kehabisan bahan baku dan juga

kelebihan bahan baku sehingga dapat meminimalkan biaya bahan

baku kelapa.

DAFTAR PUSTAKA

51
Andreano V, L., Indrie D, P., & Merlyn M, K. (2018). ANALISIS
PENGENDALIAN PERSEDIAAN BAHAN BAKU KELAPA PADA
PT.TROPICA COCOPRIMA MENGGUNAKAN ECONOMIC ORDER
QUANTITY. Jurnal EMBA Vol.6 No.3 Juli 2018, Hal. 1158 - 1167, 1158
- 1167.

Arikunto. (2013). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Edisi Lima


Belas. jakarta: Rineka Cipta,.

Assauri, S. (2016). Manajemen Produksi. jakarta: Lembaga Penerbit FE


Universitas indonesia .

Fahmi , I. (2015). Manajemen Produksi Dan Operasi. Cetakan kedua. Bandung:


Alfabeta.

Heizer, J. d. (2011). Manajemen Operasi. Edisi 9 Buku 2. Jakarta.: Penerbit


Salemba Empat.

Heizer, J. d. (2014). . Manajemen Operasi. Edisi 9 Buku 2. jakarta: Penerbit


Salemba Empat :.

juliansa, N. (2014). Analisis Data Penelitian Ekonomi Dan Manajemen. Jakarta:


Grasindo.

Lahu, E. d. (2016). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guna


Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado. . Jurnal
EMBA. Vol. 5, No. 3. , 4175-
4184.https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/18394/
1792. Diakses September 2017.

Lahu, E. d. (2017). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Guna


Meminimalkan Biaya Persediaan Pada Dunkin Donuts Manado. Jurnal
EMBA. Vol. 5, No. 3. , Hal. 4175-4184.
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/18394/1792.
Diakses September .

Mahfud., H. d. (2015). ManajemenProduksi Modern ; Operation Manufaktur dan


Jasa. Jakarta.: Bumi Aksara.

Manengkey, N. (2014). Analisis Sistem Pengendalian Intern Persediaan Barang


Dagang Dan Penerapan Akuntansi Pada PT. Cahaya Mitra. Jurnal Emba.
(Online). Vol. 2, No. 3,,
http://ejournal.unsurat.ac.id/index.php/emba/article/view/5065. diakses.

52
Saragi, G. d. (2014). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Daging Dan
Ayam Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ)
Pada Restoran Steak Ranjang Bandung. e-Proceeding of Management.
Vol. 1, No. 3, ttp://openlibrary.telkomuniversity.ac.id. Diakses Desember
2014.

Slamet, A. (2016). Penganggaran Perencanaan dan Pengendalian Usaha.


semarang: UPT UNNES Press.

Subagyo. (2012). Manajemen Operasi. Yogyakarta.: BPFE .

Sugiono. (2015). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.

Syamsuddin, L. (2016). Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta.: Raja


Grafindo Persada : .

Trihudiyatmanto, M. (2017). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku


Dengan Menggunakan Metode Economic Order Quantity (EOQ) (Studi
Empiris Pada CV. Jaya Gemilang Wonosobo). .Jurnal PPKM III(Online).
Vol. 1, No. 1, , (http://jurnalppkm.unsiq.ac.id. dialses 7 Januari 2018.

Tuerah,M.(2014 Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Tuna Pada


CV.Golden(https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/
1354/1572. Diakses Desember 2014.).. Jurnal EMBA. Vol. 2, No. 4. , 524-
536.

Wijaya, D. d. (2016). Analisis Pengendalian Persediaan Bahan Baku Ikan Pada


PT. Celebes Minapratama Bitung”,. Jurnal EMBA ISSN 2303-1174, Vol.
4, No. 2,, Hal. 578-591.

53

Anda mungkin juga menyukai