Definisi Operasional Variabel dependen dalam penelitian ini adalah Kinerja Perusahaan.
Variabel Dependen Strategi adalah Analisis Stratejik Internasional
Dalam penelitian ini terdapat 12 (dua belas) karakteristik
perusahaan yang merupakan variabel laten berdasarkan himpunan
variabel terukur (indikator) seperti disajikan dalam tabel 1. Kedua
belas variabel tersebut terdiri dari komplementaritas sumber daya,
kompatibilitas operasi, kompatibilitas budaya, learning intent,
receptivity, transparansi, kepercayaan, reciprocity, komunikasi,
ketertarikan, fitness for use dan applicability. Kedua belas
variabel tersebut membentuk empat variabel laten utama yaitu
kecocokan mitra, pembelajaran, relational capital dan kualitas
pengetahuan alihan (tabel 1). Sesuai Agung (2004), berhubung
penelitian ini menggunakan variabel berukuran subjektif, dan
untuk mempersingkat waktu maka sebagai alat ukur untuk
variabel yang telah ada pengukurannya, dimanfaatkan kuesioner
yang telah dikembangkan oleh para peneliti/ilmuwan lain dengan
modifikasi seperlunya sesuai substansi. Selanjutnya, variabel
berukuran subjektif tersebut diukur oleh responden yang kebetulan
terpilih dalam bentuk persepsi terhadap himpunan pernyataan
berskala Likert dengan alternatif jawaban 1 sampai dengan 6,
sehingga para responden dapat diklasifikasi secara tepat menjadi
dua kelompok (Agung, 2004). Namun tidak semua instrumen yang
dikembangkan oleh peneliti terdahulu tersedia untuk penelitian ini,
sehingga instrumen baru untuk fitness for use dan applicability
dikembangkan sendiri berdasarkan literatur yang ada. Untuk itu
dihitung skor rerata berdasarkan masing-masing himpunan
variabel terukur yang dipakai sebagai nilai/ukuran dari variabel
laten yang bersangkutan (contoh: skor komplementaritas sumber
daya dihitung berdasarkan skor rerata dari variabel terukur yang
terdiri dari lima pertanyaan). Berdasarkan skor masing-masing
variabel, dipakai nilai batas (cut-off point) 4 dari rentang 1
sampai 6, sehingga perusahan yang memberi nilai variabel laten
lebih kecil dari 4, dinyatakan sebagai memberikan jawaban ”tidak”
terhadap variabel laten tersebut.
Cara & Alat Cara dan alat yang digunakan untuk mengukur variabel dependen
Mengukur Variabel yaitu: Dari 441 perusahaan yang dikirim kuesioner, yang
Dependen mengembalikan sebanyak 110 perusahaan dan yang valid sebanyak
101 responden terdiri dari sektor industri farmasi (15), kimia
(19), elektronik (24), telekomunikasi (13), otomotif (8) dan
perminyakan (22) sehingga memberikan 23% response rate.
Sebagian besar responden (89.1%) merupakan bagian dari TMT (Top
Management Team) yaitu CEO, Vice President, Direktur atau
General Manager. Mereka telah terlibat secara langsung dengan
aliansi yang diteliti untuk jangka waktu rata-rata sembilan tahun,
sehingga cukup mempunyai keahlian berkaitan dengan kerjasama
tersebut. Ukuran perusahaan menunjukkan bahwa sekitar 30.7%
responden mempekerjakan kurang dari 100 orang dan 30.7%
responden mempekerjakan antara 100 hingga 500 orang. Sisanya
sekitar 38.6% mempunyai karyawan lebih dari 500 orang. Periode
aliansi yang dilakukan kurang dari 5 tahun sebanyak 20.5 % dan
lebih dari 10 tahun sebanyak 48.9%. Mayoritas mitra asing aliansi
berasal dari Asia (khususnya Jepang, Korea, China, Singapura)
(41.6%) diikuti oleh Amerika (29.7%), Eropa (19.8%) dan
Australia (2%).
Definisi Operasional Variabel independen dalam penelitian ini adalah Karakteristik
Variabel Independen Perusahaan. Karakteristik perusahaan merupakan elemen penting
untuk keberhasilan alih pengetahuan Reid, Bussiere, & Greenaway,
2001). Berdasarkan telaah literatur (Becker & Knudsen, 2006),
karakteristik perusahaan untuk penelitian ini dapat disarikan
menjadi tiga kelompok yaitu: pertama, faktor struktural meliputi
kecocokan mitra (partner fit) (Kale et al., 2000; Sucahyo et al.,
2005) yang terdiri dari komplementaritas sumber daya,
kompatibilitas operasi dan kompatibilitas budaya (Parkhe, 1991;
Sarkar et al., 2001). Kedua, faktor mekanisme yang meliputi
faktor kognitif berupa pembelajaran terdiri dari learning intent,
receptivity, dan ransparansi (Larsson et al., 1998; Hamel, 1991) dan
faktor behavioral berupa relational capital (Kale et al., 2000;
Sucahyo et al., 2005) yang terdiri dari kepercayaan (trust),
reciprocity, komunikasi, dan ketertarikan (Sarkar et al., 2001;
Muthusamy & White, 2005). Ketiga, kinerja (outcome) yakni
kualitas pengetahuan alihan (quality of knowledge transferred)
dengan dimensi fitness for use dan applicability (Juran, 1992; Dalkir,
2005).
Langkah-langkah Langkah-langkah yang digunakan dalam proses penelitian ini adalah:
Terapi Metode analisis data dilakukan secara deskriptif dengan menyajikan
rangkuman statistik dalam bentuk tabulasi, berdasarkan kelompok-
kelompok variabel yang terpilih (Agung, 2004). Rangkuman hasil
analisis tersebut menyajikan rerata (mean), standar deviasi (S.D),
nilai minimum, nilai maksimum, dan frekuensi untuk kedua belas
variabel laten. Selain analisis deskriptif dilakukan juga analisis
varians untuk menguji hipotesis tentang perbedaan rerata kedua belas
variabel laten antar ketiga negara mitra aliansi (Amerika, Eropa
dan Asia 11) dan analisis korelasi bivariat untuk mempelajari
pengaruh linier dari masing-masing variabel laten terhadap
variabel laten lainnya.
Hasil Penelitian Secara keseluruhan, hasil penelitian ini Selanjutnya analisis
deskriptif serta uji hipotesis antar negara mitra dilakukan untuk
mengkaji karakteristik perusahaan yang melakukan aliansi
melalui dimensi kecocokan mitra, pembelajaran, relational capital
dan kualitas pengetahuan alihan.
Kekuatan Penelitian Kekuatan penelitian ini adalah alat yang digunakan dalam penelitian
berupa kuesioner cukup mudah digunakan oleh subjek penelitian
sehingga dalam pengambilan datanya tidak dibutuhkan waktu yang
lama seperti pada metode analisis data secara deskriptif dengan
menyajikan rangkuman statistik dalam bentuk tabulasi berdasarkan
kelompok-kelompok variabel yang terpilih (Agung, 2004).
Kelemahan Penelitian Kelemahan penelitian ini adalah bersifat nodal dengan hanya
mengkaji sisi mitra lokal (satu arah) dan tidak mengkaji secara
dyadic (dua arah) untuk mendapatkan pandangan mitra asing
terhadap aliansi. Selain itu, kuesioner yang dalam penelitian ini
hanya menggunakan persepsi satu responden untuk setiap
perusahaan yang terdiri dari CEO atau TMT (top management
team), bisa menimbulkan resiko bias terhadap persepsi tersebut.
Oleh karenanya, untuk penelitian mendatang penelitian bersifat
dua arah (dyadic) perlu dilakukan agar dapat dikaji persepsi
kedua belah pihak yang melakukan aliansi, serta menggunakan
responden pada tingkat yang lebih rendah dan yang terlibat
langsung dengan kegiatan alih pengetahuan serta aliansi, dengan
jumlah lebih dari satu untuk setiap perusahaan agar didapatkan hasil
yang lebih relevan dan mengurangi resiko bias.