Disusun oleh :
0433131440118039
Disusun oleh :
0433131440118039
Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama Isolasi
Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten Karawang.
Telah berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada
Program Studi Keperawatan Diploma III STIKes Horizon Karawang
DEWAN PENGUJI
Menyetujui :
Ka. Prodi Keperawatan Diploma III
STIKes Kharisma Karawang
NIM 0433131440117039
Judul Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama
Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten
Karawang.
Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi
Keperawatan Diploma III STIKes Horizon Karawang.
Disetujui Oleh :
Pembimbing
Shella Wati Supriani (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama
Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten Karawang. Karya Tulis Ilmiah,
Program Studi DIII Keperawatan, Jurusan Keperawatan, STIKes Kharisma Karawang.
Pembimbing: Endah Indrawati M.Kep.
Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain. Faktor penyebab terjadinya isolasi sosial telah diidentifikasi berdasarkan tiga aspek
yaitu aspek biologis, aspek psikologis, dan aspek sosial budaya, riwayat gangguan jiwa
sebelumnya, riwayat introvert dan masalah ekonomi. Dari hasil pengkajian yang dilakukan
penulis didapatkan diagnosa antara lain Isolasi Sosial, Halusinasi Penglihatan, dan Harga
Diri Rendah. Tujuan penulisan ini adalah untuk melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan isolasi sosial. Penulis menggunakan metode deskriptif yang berupa studi
kasus yaitu suatu metode yang menggambarkan menganalisa dan menguraikan studi kasus
kelolaan kemudian melakukan asuhan keperawatan pada satu orang partisipan dan dilakukan
pada tanggal 02-04 Mei 2021. Dalam pengambilan data penulis menggunakan teknik
wawancara dan pengkajian. Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa klien telah mampu
mengalihkan isolasi sosial setelah diberikan asuhan keperawatan selama tiga hari kunjungan.
Hal ini ditandai dengan klien mampu melakukan strategi pelaksanaan yang telah diajarkan
mahasiswa.
Nya serta sholawat dan salam yang senentiasa tercurah limpahkan kepada junjungan
alam yaitu nabi kita semua Muhammad SAW, Alhamdulillah atas segala rahmat dan
“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama Isolasi Sosial di
Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mengalami banyak hambatan, namun
berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu, oleh karena itu pada kesempatan
1. Ibu Hj, Uun Nurjanah, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kharisma Karawang
2. Ibu Dwi Sulistyo Cahyaningsih, M. Kep, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
saran-sarannya.
Kami berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi kemudahan kepada
Pancasila.. Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah yang telah kami susun
masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran
yang sifatnya membangun demi perbaikan KTI di masa yang akan datang.
......................................
Penyusun,
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan; keharmonisan fungsi
jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan terasa bahagia
(Suliswati, 2012). Indikator sehat jiwa meliputi sikap yang positif terhadap diri
Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis
bermakna penderitaan dan menimbulkan kelainan pada satu atau lebih fungsi
psikologis, sosial, dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami
komunikasi dan aktivitas sehari-hari (Keliat, 2015). Menurut data WHO (2016),
terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21
juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia (Yusuf, 2019).
Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial
resiko bunuh diri, isolasi sosial, halusinasi, harga diri rendah, defisit
dengan orang lain (Keliat, 2015). Hasil penelitian tahun 2018 didapatkan
kondisi ekonomi yang masih kurang (Kirana, 2018).Dalam hal ini peran
setelah koping individu tidak efektif dan gangguan konsep diri: harga
diri rendah, jika masalah isolasi sosial tidak diatasi dengan baik maka
terapi kepada klien dengan isolasi sosial tidak terlepas dari pentingnya
oleh klien.
Karawang”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Kabupaten Karawang.
2. Tujuan Khusus
C. Metode Penulisan
asuhan keperawatan.
1. Pengamatan
aktivitas sehari-hari.
2. Wawancara
bersangkutan.
3. Pemeriksaan Fisik
untuk mengetahui secara umum status kesehatan fisik klien saat ini.
4. Studi pustaka
6. Studi Dokumentasi
D. Sistematika Penulisan
Asuhan Keperawatan.
BAB III : TUJUAN KASUS, terdiri dari : pengkajian, analisa data, pohon
asuhan keperawatan.
E.
BAB II
TINJAUAN TEORI
bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya
(Damaiyanti, 2012). Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan negatif atau mengancam
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes, 2000 dalam Direja,
2011). Isolasi sosial merupakan upaya Klien untuk menghindari interaksi dengan
orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan
yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan
orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak mampu menjalin
2. Etiologi
Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya
percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus
asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.
Kedaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,
lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari
(Direja, 2011).
a.Faktor Predisposisi
sosial yaitu:
Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus
dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas
Tabel 2.1
Tahap
Tugas
Perkembangan
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku
Berkompromi
Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin.
Masa Dewasa Menjadi saling bergantung antara orang tua
mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah
Dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan
Budaya
Menurut Yosep (2009), hidup manusia dibagi menjadi 7 masa dan pada
a) Masa Bayi
Masa bayi adalah menjelang usia 2-3 tahun, dasar perkembangan yang
dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul
Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/aman bagi
terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak
Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan tumbuh disiplin dan otoritas.
1) Hubungan orangtua-anak
4) Perkembangan seksual
6) Hubungan kakak-adik
Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmani dan intelektual yang pesat.
Pada masa ini anak akan mulai memperluas pergaulan, keluar dari batas-
d) Masa Remaja
lakian). Secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan yang hebat. Pada
pihak ia merasa sudah dewasa, sedangkan di pihak lain belum sanggup dan
Sebagai patokan, pada masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial
g)Masa Tua
Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada masa ini yaitu
cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman
jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang
saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di
setiap berkomunikasi.
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu
disebabkan oleh norma- norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap
anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakitan kronis,
d. Faktor Biologis
dalam hubungan sosial terdapat struktur yang abnormal pada otak, seperti atropi
otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan kortikal (Sutejo,
2017). Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang
khas terutama susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien dengan
yaitu memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang normal
(Yosep, 2009).
pada area Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta
Menurut Singgih dalam Yosep (2009), gangguan mental dan emosi juga
bisa disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aphasia).
yang kurang sekali, atau disebut sebagai otak yang rudimenter. Contoh
tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, infeksi otak
b. Faktor Presipitasi
Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi
oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut :
Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
2. Stressor Psikologi
3. Patopsikologi
Menurut Stuart and Sundeen (2007) dalam Ernawati (2009). Salah satu
gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial
yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa di alami klien dengan
kecemasan.
perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitive antara lain
pembicaraan yang austistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,
Adaptif Maladaptif
Manipulasi,
Menyendiri, Otonomi, Kesepian, menarik
impulsif,
kebersamaan, saling diri,
narsisme
ketergantungan ketergantungan
a.Respon Adaptif
Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat
diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku.
Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika
dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang
subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu
3. Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah marah.
b. Isolasi Sosial
Effect
Core Problem
Harga Diri Rendah
Causa
5. Manifestasi Klinis
Menurut Yosep (2009)tanda dan gejala klien isolasi sosial bisa dilihat
dari dua cara yaitu secara objektif dan subjektif. Berikut ini tanda dan gejala klien
a. Gejala subjektif
b. Gejala objektif
7. Kurang spontan.
8. Apatis
9. Ekspresi wajah kurang berseri.
segera timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
sensori: halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan
6. Mekanisme Koping
yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping
yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi
merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi
kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu
dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi
adalah perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo,
2017).
7. Komplikasi
tingkah laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang austistik dan
tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut
8. Penatalaksanaan
a. Terapi Farmakologi
1. Chlorpromazine (CPZ)
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri
gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat
dalam fungsi kehidupan sehari- hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung tersumbat,
mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan
2. Haloperidol (HLP)
netral serta dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi
idiopatik, sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan fenotiazine. Efek
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).
c. Terapi Individu
individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-
perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan
klien(Videbeck, 2012). Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk terapi
yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada kliensecara tatap muka
perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu sesuai
Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada
klien dengan isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam
pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling
membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien, perawat yang
suatu rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi sosial
kelompok, dan massa). Aktivitas yang dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam
orang lain
a. Terapi Okupasi
Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
penyesuaian diri dengan lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan
di rumah sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat
kerajinan tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam
a. Terapi Psikoreligius
manfaat. Misalnya angkat rawat inap pada klien skizofrenia yang mengikuti
kegiatan keagamaaan lebih rendah bila dibandingan dengan mereka yang tidak
merasa melakukan dosa tidak bisa terlepas dari perasaan tersebut (Yosep, 2009).
Penerapan psikoreligius terapi di rumah sakit jiwa menurut Yosep (2009) meliputi:
pasien rehabilitasi.
Untuk klien dengan isolasi sosial terapi psikoreligius dapat bermanfaat dari
aspek auto- sugesti yang dimana dalam setiap kegiatan religius seperti sholat,
dzkir, dan berdoa berisi ucapan-ucapan baik yang dapat memberi sugesti positif
kepada diri klien sehingga muncul rasa tenang dan yakin terhadap diri sendiri
(Thoules, 1992 dalam Yosep, 2010). Menurut Djamaludin Ancok (1989) dan
Ustman Najati (1985) dalam Yosep (2009) aspek kebersamaan dalam shalat
berjamaah juga mempunyai nilai terapeutik, dapat menghindarkan seseorang dari
a. Rehabilitasi
menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6
intervensi yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan sehari-
1. Identitas Klien
2. Keluhan Utama
dependen.
3. Faktor predisposisi
dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan
5. Aspek Psikososial
(spritual)
d. Konsep diri.
6. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.
7. Identitas diri
8. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses
9. Ideal diri
Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,
pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).
1) Masalah keperawatan
b. Isolasi Sosial
2) Pohon Masalah
Effect
Core Problem
Causa
3) Diagnosa keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
a. Isolasi sosial
1) Tujuan umum:
2) Tujuan khusus:
lain.
3) Intervensi
intervensi selanjutnya
tindakan selanjutnya
lain
orang lain
dengan orang
Rasional: mengungkapkan perasaan akan membantu klien
keberhasilannya
telah dicapai
pada tujuanya
b. Halusinasi
1) Tujuan umum
2) Tujuan khusus
mengontrol halusinasinya
3) Intervensi
klien
selanjutnya.
memutuskan halusinasinya
teman bicara.
intervensi
berdasarkan realita.
realita eksternal.
kenyataan.
realitas
Rasional: pengetahuan positif meningkatkan
berdasarkan realitas.
membangkitkan halusinasi.
memperburuk halusinasi.
1) Tujuan umum
3) Intervensi
klien.
Rasional: mendiskusikan tingkat kemampuan klien
penilaian negatif
mendapatkan pujian.
penggunaannya.
penggunaannya.
Kegiatan mandiri
klien.
kehidupan nya.
lakukan.
klien.
klien.
4. Implementasi Keperawatan
ditanyakan.
keperawatan.
pasien.
5. Evaluasi
(Keliat, 2009)
dilaksanakan
dilaksanakan
masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
Terdiri dari tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS
a. Identitas Klien
Nama : Ny. Y
Umur : 37 Tahun
Agama : Islam
Karawang
2. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien mengatakan belum pernah mengalami gangguan jiwa di
masa lalu dan ini adalah pertama kali klien mengalaminya. Pada
orang lain, karena klien merasa berbeda dan malu dengan sakit
- Isolasi Sosial
4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL
a. Genogram
= Laki-Laki = Cerai
= Perempuan = Meninggal
1) Pola asuh
2) Pola komunikasi
cukup baik.
1) Citra tubuh
2) Identitas diri
3) Peran
4) Ideal diri
5) Harga diri
kesembuhannya.
a. Hubungan sosial
1) Orang berarti
1) Agama
berdoa juga.
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Kesadaran : CM (Composmentis)
N : 84x/menit
S : 36oC
RR : 20x/menit
c. Ukur : TB :160 cm
BB : 65 kg
a. Penampilan
b. Pembicaraan
c. Aktifitas Motorik
kosong.
d. Alam Perasaan
memukul klien.
c. Afek
e. Persepsi
f. Proses Pikir
g. Isi Pikir
Klien merasa takut jika melihat bayangan yang mau memukul klien.
h. Tingkat Kesadaran
i. Memori
j. Tingkat konsentrasi
mana yang lebih dahulu, mencuci baju atau menjemur baju? Klien dapat
Pada saat dikaji klien tidak pernah mengingkari penyakit yang di derita
sekarang.
- Halusinasi Penglihatan
7. KEBUTUHAN DI RUMAH
a. Makan
b. BAB/BAK
Klien mampu pergi ke kamar mandi sendiri tanpa bantuan orang lain dan
c. Mandi
d. Berpakaian / berhias
f. Penggunaan obat
g. Pemeliharaan Kesehatan
8. MEKANISME KOPING
Klien tinggal bersama kedua orang tua dan kakanya, klien termasuk orang
sekitarnya.
Saat ditanya tetang tetangganya, klien tidak banyak tahu karena klien
f. Masalah ekonomi
b. Terapi : - Haloperidol
12. Analisa Data
1
- Klien mengatakan - Klien tampak sering Isolasi Sosial
merasa berbeda.
- Waktunya siang
maupun malam
- bayangan
tersebut bisa
sehari
- Bayangan hitam
klien sendiri
maupun bersama
anggota keluarga.
- Klien
mengatakan ia
melihat bayangan
itu
3 - Klien merasa malu di usia - Kontak mata kurang Harga Diri Rendah
37 tahun belum menikah - Klien tampak lesu
keluarganya.
- Klien
mengatakan
dirinya tidak
berguna
- Klien mengatakan
bingung dalam
memulai pembicaraan
orang lain
1) Halusinasi Penglihatan
2) Isolasi Sosial
Isolasi Sosial
Core Problem
Isolasi Sosial adalah Harga Diri Rendah, sehingga timbul efeknya adalah
Halusinasi Penglihatan.
1) Isolasi Sosial
2) Halusinasi Penglihatan
Nama : Ny. Y
Umur : 37 Tahun
No Diagnosa Perencanaan
Pasien dapat
berinteraksi
Tujuan khusus 1 : minimal satu penyebab a. Orang yang tinggal sejauh mana
Pasien mampu menarik diri dari : diri serumah/teman sekamar hubungan klien
lingkungan
penyebab menarik b. Orang yang paling dekat
dirumah/diruang perawat
dengan pasien
dirumah/dieuang perawatan
tersebut Untuk
orang lain
keuntungan diri
berhubungan
sosial sosial
b. Kerugian menarik
diri
2. Diskusikan bersama Agar klien tahu
1. Pasien dapat
b. Perawat lain
untuk berinteraksi
sosial
2. Beri motivasi dan bantu
dengan : berinteraksi
a. Perawat lain
b. Pasien lain
c. Kelompok
kelompok
kemampuan
pasien bersosialisasi
5. Beri motivasi untuk
Paisen mampu perasaannya setelah dengan jadwal yang telah terbiasa dalam
dilaksanakan
: : untuk berinteraksi
menarik diri
Tujuan khusus 5 b. Tanda dan b. Kelompok
diri
3. Jelaskan pada keluarga
tentang :
menarik diri
menarik diri
menarik diri
obat sendiri
Dengan
klien akan
mengetahui apa
yang harus
benar Program
pengobatan dapat
mengetahui
5. Anjurkan pasien untuk prinsip 5 benar
ditingkatkan
secara bertahap
Nama : Ny. Y
Umur : 37 Tahun
perawat, mau
mengutarakan masalah
yang dihadapi
hubungan saling
percaya
efektif
2.1.3. Gambarkan tingkah
mengungkapkan
a. Adakah sesuatu perasaannya ,sehingga
kepada perawat
membenarkan tapi
tidak pula makin mempeberat
sedih) beri
kesempatan
mengungkapkan
perasaannya.
- Untuk
mengidentifikasi
2.2.1. Identifiksi bersama pengaruh halusinasi
meimbulkan
halusinasi mencakup
sipat, frekuensi,
- Halusinasi dapat
terjadi karena
3.2. Klien dapat menyebutkan 2.2.3. Dorong klien untuk munculnya
terjadinya halusinasi
- menghindari,
lain-lain)
didiskusikan dengan - Upaya untuk
3. Klien dapat
mengontrol
halusinasinya
3.1.3. Libatkan klien dalam
- Stimulasi eksternal
terapi aktivitas
hendaknya selalu
orientsai realitas
dipresentasikan sesuai
realita terhadap klien
sehingga
halusinasinya tidak
berlanjut
3.2.1. Bersama klien
mengontrol halusinsi,
identifikasi jika
- Dengan selalu
tampak tanda-tanda
melakukan aktivitas
peilaku halusinasi
akan mempengaruhi
berkurangnya
3.3.1 Bersama klien
stimulus halusinasi
mendiskusikan
tentang alternatif
mengontrol
halusinasinya, - Stimulus internal
menerima kehadiran
- Dengan meningkatkan
perawat 4.1.1. Lakukan home visit
perhatian klien
atau saat keluarga
rangsangan internal
berkunjung,
b. Keluarga mau perkenalkan diri dapat memperkuat
halusinasinya
tidakada perasaan
terancam
keluarga rumah
hubungan saling
4.4.3. Keluarga dan klien
percaya
bersama-sma
- Dorongan positif
melakukan aktivits
dapat membantu klien
yang dapat
untuk mau
memutuskan siklus mengungkapkan
halusinasi halusinasinya
- Pujian dapat
meningkatkan harga
4.4.4. Jelaskan keadaan
diri klien
yang memerlukan
rujukan segera ke
pelayanan kesehatan
halusinasi
ditimbulkan oleh
klien
- Diskusi sangat
diperlukan untuk
mengetahui
5.1.2. Bantu klien
sejauhmana
memastikan bahwa
pekembangan klien
klien minum obat
dan manpaat yang
sesuai dengan
dirasakan klien
program
sehingga
mempertahnkan minat
pengobatan
5.1.4. Jelaskan kepada klien - Ketaatan klien pada
waktunya.
- Agar dapat
mengantisipasi lebih
dini
- Dengan pemahaman
patuh terhadap
program pengobatan
Tabel 3.3
Nama : Ny. Y
Umur : 37 Tahun
No Diagnosa Perencanaan
Tujuan khusus 1 :
janji
e. Tunjukkan sikap
empati dan
menerima pasien
apa adanya
f. Beri perhatian
pada pasien
mengungkapkan
menetapkan dan
merencanakan
Tujuan khusus 4 :
Pasien dapat
melakukan kegiatan .
kondisi sakit dan 1. Pasien mampu pasien yang masih dapat kegiatan secara
dirumah nanti.
Tujuan khusus 5 : Pasien mampu beraktivitas 1. Rencanakan bersama Dengan aktivitas
bantuan total
melaksanakannya)
untuk mencobakegiatan
yang direncanakan
keberhasilan pasien
3. Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan dirumah.
1. Beri pendidikan
kesehatan kepada
diri rendah
dirawat
3. Bantu keluarga
menyiapkan lingkungan
dirumah
Waktu Keperawatan
09.00 WIB berinteraksi dengan orang lain. mempunyai teman adalah bisa
mahasiswa.
RTL :
atau lebih
Tindakan keperawatan : O:
harian
- Memberikan kesempatan - Klien tampak lebih semangat dan
P:
RTL :
- Mengevaluasi jadwal
O:
kegiaan harian
- Klien tampak kooperatif
- Mengevaluasi kemampuan
- Klien tampak mempunyai
yang lain berkenalan dengan
teman yang mau berkeanalan
dua orang atau lebih
dan ngobrol dengan nya
- Menganjurkan untuk
A:
memasukan kedalam jadwal
- Klien mampu melatih dan
kegiatan harian
menerapkan cara berkenalan
- Klien mampu berinteraksi
P:
temannya
RTL :
P:
telah dilaksanakan
- Anjurkan klien untuk
RTL :
lain
halusinasinya
tidak datang
SP II
- Mengevaluasi jadwal O:
P:
RTL :
Tindakan keperawatan :
SP III
- Mengevaluasi jadwal - Klien tampak melakukan
Lanjutkan ke SP IV
dan teratur
dilakukan
penggunaan obat secara - Klien mengatakan mengerti
kegiatan harian O:
A:
- SP IV tercapai
P:
kegiatan harian
RTL :
- Lanjutkan ke intervensi
selanjutnya
Rabu, 05 Mei Harga diri rendah Kondisi klien : S: Shella
2021
- Klien merasa berbeda - Klien merasa berbeda dengan
09.00
dengan orang lain
orang lain
- Klien merasa tidak berguna
- Klien merasa tidak berguna
- Klien mengatakan malu
- Klien mengatakan mempunyai
diumur 37 belum menikah
beberapa kemampuan yang
- Klien merasa kecewa
dimiliki nya yaitu menyapu,
karena belum bisa
mencuci piring merapihkan
membantu perekonomian
tempat tidur
keluarga
O:
Tindakan keperawatan : - Klien terlihat mau melakukan
SP I :
menyapu dan merapihkan
- Mengidentifikasi aspek
tempat tidur
positif yang dimiliki
A:
- Mendiskusikan kemampuan
P:
tidur
RTL :
lingkungannya
dimilikinya yaitu menyapu,
Tindakan keperawatan :
mencuci piring, merapihkan
SP II
tempat tidur
- Menetapkan atau
merencanakna kegiatan O :
mahasiswa
P:
dapat dilakukan klien - Anjurkan klien untuk
RTL :
B. Pembahasan
Dari hasil pengkajian yang dilakukan selama 3 hari dari tanggal 02 Mei
aspek bio, psiko, sosial dan spiritual. Permasalahan yang dialami klien
1. Pengkajian
adalah : pada saat di kaji kontak mata klien kurang saat berinteraksi,
kontak mata tertuju pada satu arah dan tidak tertuju pada mahasiswa,
Dari data yang penulis dapatkan pada Ny. Y adalah Isolasi Sosial,
arah yang tidak ada wujudnya, kadang berbicara sendiri, dan dari
sering melamun, dan tatapan kosong dan tertuju pada satu arah,
3. Perencanaan
Diri Rendah.
- Isolasi Sosial
- Halusinasi Penglihatan
secara teratur.
4. Implementasi
rencanakan.
Diagnosa pertama :
berhadapan dengannya.
Diagnosa kedua :
masalahnya.
Diagnosa ketiga :
dan III.
5. Evaluasi
berikut.
PENUTUP
A. Kesimpulan
orang lain, nada bicara klien pelan, klien lebih banyak diam, klien tidak
bercakap-cakap dengan orang lain dan kerugian tidak mempunyai teman dan
B. Rekomendasi
semua pihak agar bisa menjadi lebih baik dimasa akan datang:
a. Bagi klien
c. Bagi Penulis
d. Bagi Keluarga
lebih karena hal tersebut merupakan pendorong motivasi klien untuk lebih
baik karena merasa mendapat perhatian dan keluarga yang menjadi bagian
teman terdekat.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Penulisan Dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. 2018. Hasil Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2018.
Damaiyanti, Mukhripan dan Iskandar. 2012. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama
Elisia, Laela. 2014. Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Pada
Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. 1(1): 3-4
Ernawati, Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Tn. I Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media
Herman Surya Direja. Ade.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika
Keliat, Budi Anna.2015. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC
Kirana, 2018. Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial Setelah
Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
13(1): 87
Manajemen RSJ Tampan, 2019. Rekapitulasi pasien gangguan jiwa di rumah sakit jiwa
tampan tahun 2019.
Sarfika, Rika. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar; Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan.
Padang: Andalas University Press
Suliswati, dkk. 2012. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC
Sutejo. 2017. Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa Dan
Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa Tn. I Isolasi Sosial. Jakarta: Trans Indo Media Videbeck,
Yusuf, AH. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistic Dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra
Wacana Media
https://riau.antaranews.com/berita/135303/rs-jiwa tampan-riau-tangani-1365-pasien-
gangguan-kesehatan-jiwa.
ISOLASI SOSIAL
Isolasi Sosial
A. Pengertian
( Keliat, 2010 )
B. Psikodinamika
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
hiperdopaminergik
b. Faktor Perkembangan
2. Faktor Presipitasi
b. Stressor psikologis
3. Mekanisme Koping
perilaku antisosial diri sendiri, pada orang lain, secara tidak sadar
umumnya.
4. Rentang Respon
Neurologi
Pengalaman
biasa terorganisir
Harmonis
dibicarakan”.
b. Data Objektif adalah dari hail observasi yang dilakukan pada klien
2) Menyendiri
3) Komunikasi kurang
A. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
1. Halusinasi
sebab.
2. Isolasi Sosial
2. Isolasi Sosial
lain TUK :
ISOLASI SOSIAL
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DO :
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi sosial
3. Tujuan khusus :
4. Tindakan keperawatan
berkenalan.
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi (Perkenalan):
a. Salam Trapeutik
“Selamat pagi ”
b. Evaluasi / Validasi
c. Kontrak
ruang tamu?
2. Kerja
”apa yang membuat ibu selalu berdiam dirumah? Ibu tau dampak selalu
diam dirumah? Bagus sekali ibu bisa menyebutkan dampak selalu diam
dirumah”.
”Baik ibu sekarang ibu bisa ceritakan masalah apa yang membuat ibu
3. Terminasi
a. Evaluasi
c. Kontrak
ISOLASI SOSIAL
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DO :
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
2.2.2 Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tiak mau
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Trapeutik
b. Evaluasi Validasi
c. kontrak
Topik : »Nah seperti janji saya, saya kembali lagi bu menemui ibu
untuk berbincang-bincang.
2. Kerja
”dengan siapa ibu tidak dekat? Apa yang membuat ibu tidak dekat
dengannya? Apa yang membuat ibu terus selalu berdiam diri dirumah?
3. Terminasi
a. Evaluasi
c. Kontrak
orang lain!”
ISOLASI SOSIAL
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
masyarakat
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
berkomunikasi dengan:
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Trapeutik
b. Evaluasi Validasi
c. Kontrak
Topik :”ibu ingat apa yang akan kita lakukan sekarang?, sesuai janji
dengan
perawat U ya bu, tujuan berkenalan agar ibu punya
2. Kerja
Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat
apa ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)
Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ya
“Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu
nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh:
menyapu”
“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba
sebagainya.”
3. Terminasi
a. Evaluasi
sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu
c. Kontrak
ISOLASI SOSIAL
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
masyarakat
2. Diagnosa Keperawatan
Isolasi Sosial
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
berhubungan social
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Trapeutik
“Selamat pagi bu!”
b. Evaluasi Validasi
c. Kontrak
Topik :”sesuai dengan janji saya kemaren, saya datang lagi menemui
2. Kerja
dengan perawat U? Ibu senang atau tidak? Baik ibu kalau ibu senang,
3. Terminasi
a. Evaluasi
lakukan tadi.”
sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu
bisa
bertemu dengan ibu, Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan
c. Kontrak
A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori
persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada.
B. Faktor-faktor penyebab halusinasi
1. Faktor prediposisi
a. Faktor perkembangan
b. Faktor sosiokultural
c. Faktor biokimia
d. Faktor psikologis
e. Faktor genetik dan pola asuh
2. Faktor presipitasi
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga , ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyaa.
Menurut Rawllins dan Heaecock,1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi , yaitu :
1) Dimensi fisik
2) Diemnsi emosinal
3) Dimensi intelektual
4) Dimensi sosial
5) Dimensi spiritual
C. Proses keperawatan
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara dapatkan adalah:
1. Jenis halusinasi:
Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif dapat
Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat
Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat
mengetahui isi halusinasi pasien.
2. Isi halusinasi
Data tentang isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi (lihat nomor 1 diatas).
3. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika
mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali?
Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini
dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat
dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.
Orientasi:
”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang dipanggil S.
Nama D siapa? Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar tetapi
tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit”
Kerja:
”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar
suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?”
” Apa yang D rasakan pada saat mendengar suara itu?”
”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik
suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D bilang, pergi saya tidak mau
dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus D sudah bisa”
Terminasi:
”Bagaimana perasaan D setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi,
silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) II
HALUSINASI
Orientasi:
“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul
? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai
janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?
Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk
diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini; … tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak
D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-suara. Begitu D. Coba D
lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus
ya D!”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk
mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi.
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok
pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi?
Sampai besok ya. Assalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) III
HALUSINASI
Kerja: “Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus
ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita
latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini
dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.
Terminasi: “Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D.
Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau
menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau
jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.
Wassalammualaikum.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) IV
HALUSINASI
Kerja:
“D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ?
Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar dan mengganggu selama ini
tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini
yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP) 3 kali sehari jam nya sama gunanya
untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, D akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis D bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya
benar, artinya D harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya,
dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”
Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita
latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita
masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. Jangan lupa pada waktunya minta
obat pada perawat atau pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammu’alaikum.
LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang
Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative
dan merasa lebih rendah dari orang lain ( Depkes RI, 2010 ).
2. RentangRespon
e. Penurunan produktifitas
4. Faktor Predisposisi
Terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realitas
5. Faktor Masalah
Terjadinya harga diri adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubah nya
produktifitas harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasi oral maupun
kronik.
C. Pohon Masalah
1. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
HargaDiriRendah
Berduka disfungsional
a. Isolasi Sosial
D. Diagnosa Keperawatan
1. Isolasi Sosial
3. Berduka Disfungsional
TUK :
A. Peoses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS : klien mengatkan malu dan sering diejek oleh tetangga karena kondisi
anaknya
untuk berinteraksi
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
dimiliki
4. Tindakan keperawatan
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Trapeutik
dimiliki ibu ?
b. Evaluasi Validasi
c. Kontrak
dan kegiatan yang pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan
Berapa lama ?
2. Kerja
”ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
Mencuci piring. dst.“ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan
kegiatan
yang ibu miliki. ” ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang
rumah sakit ini. ”Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa
dikerjakan di rumah”.” ibu yang nomor satu yang sering ibu laksanakan
3. Terminasi
a. Evaluasi
Baiklah bu, sekarang coba sebutkan kegiatan positif yang bapak miliki?
c. Kontrak
9 pagi
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
kondisi anaknya.
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
yang dimiliki
4. Tindakan Keperawatan
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Trapeutik
“Selamat pagi”.
b. Evaluasi Validasi
”bagaimana perasaan ibu pagi ini ? Wah, tampak cerah ””Bagaimana ibu
, sudah dicoba cuci piring tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan,
c. Kontrak
2. Kerja
”Baik bu sekarang kita akan menyusun jadwal kegiatan ibu ya bu, bagus
3. Terminasi
a. Evaluasi
dengan saya bu ?
tadi? Jika ada hambatan dan perlu bantuan, saya siap membantu.”
c. Kontrak
Topik :”saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini ya bu, coba ibu
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
anaknya
2. Diagnosa Keperawatan
3. Tujuan Khusus
4. Tindakan Keperawatan
B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi
a. Salam Trapeutik
ya bu”.
b. Evaluasi Validasi
”bagaimana perasaan ibu pagi ini ? Wah, tampak cerah ””Bagaimana ibu
, masih ingatkah dengan saya bu? Waah masih ingat ternyata ya bu,
c. Kontrak
2. Kerja
membuat ibu bangga ? apakah ada yang lain bu? Wah banyaak yaa bu”
”ibu senang dengan kehadiran anak ibu yang sudah mulai tumbuh dewasa ?
”sekarang ibu tidak usah malu lagi bu dengan kondisi anak ibu yang seperti
ini, karena di diri anak ibu banyak sekali kemampuan yang membuat ibu
bangga. Buktikan pada tetangga ibu, bahwa anak ibu itu hebat ya bu”
3. Terminasi
d. Evaluasi
Subjektif : bagaimana perasaan ibu setelah kita bincang-bicang tadi ?
”baiklah, ibu tidak usah malu-malu ya bu, ibu harus percaya diri
dengan kemampuan anak ibu yang bisa membuat ibu bangga dan
f. Kontrak
1. IDENTITAS
Nama : Shella Wati Supriani
Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 16 Januari 2001
2. RIWAYAT PENDIDIKAN