Anda di halaman 1dari 180

KARYA TULIS ILMIAH

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. Y DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI

SOSIAL DI DESA PENDEY, KECAMATAN WADAS, KABUPATEN KARAWANG”

Disusun oleh :

SHELLA WATI SUPRIANI

0433131440118039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan KM. 1 By Pass Karawang 41316


KARYA TULIS ILMIAH

“ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA NY. Y DENGAN MASALAH UTAMA ISOLASI

SOSIAL DI DESA PENDEY, KECAMATAN WADAS, KABUPATEN KARAWANG”

Disusun oleh :

SHELLA WATI SUPRIANI

0433131440118039

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KHARISMA KARAWANG

Jl. Pangkal Perjuangan KM. 1 By Pass Karawang 41316


LEMBAR PENGESAHAN

Tugas Akhir ini diajukan oleh :


Nama : Shella Wati Supriani
NIM : 0433131440118039
Program Studi : Keperawatan Diploma III

Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama Isolasi
Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten Karawang.

Telah berhasil dipertahankan dihadapan tim penguji dan diterima sebagai bagian
persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya Keperawatan pada
Program Studi Keperawatan Diploma III STIKes Horizon Karawang

DEWAN PENGUJI

Penguji I : Henny Liliyanti, M.Kep (….....................)


NIDN : 0404068301

Pembimbing : Endah Indarwati, M.Kep (….....................)


NIDN : 0411107402

Ditetapkan di : STIKes Kharisma Karawang


Tanggal : 23 Juni 2020

Menyetujui :
Ka. Prodi Keperawatan Diploma III
STIKes Kharisma Karawang

Dwi Sulistyo Cahyaningsih M.Kep


NIK KRW-2019-0052
HALAMAN PERSETUJUAN

Tugas Akhir Ini diajukan oleh :

Nama : Shella Wati Supriani

NIM 0433131440117039

Program Studi : Keperawatan Diploma III

Judul Tugas Akhir : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama
Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten
Karawang.

Telah disetujui untuk diseminarkan di hadapan Tim Penguji Tugas Akhir Program Studi
Keperawatan Diploma III STIKes Horizon Karawang.

Karawang, 23 Juni 2021

Disetujui Oleh :

Pembimbing

Endah Indrawati M.Kep


NIDN : 0411107402
ABSTRAK

Shella Wati Supriani (2021). Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama
Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten Karawang. Karya Tulis Ilmiah,
Program Studi DIII Keperawatan, Jurusan Keperawatan, STIKes Kharisma Karawang.
Pembimbing: Endah Indrawati M.Kep.

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau bahkan sama sekali
tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa ditolak,
tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang
lain. Faktor penyebab terjadinya isolasi sosial telah diidentifikasi berdasarkan tiga aspek
yaitu aspek biologis, aspek psikologis, dan aspek sosial budaya, riwayat gangguan jiwa
sebelumnya, riwayat introvert dan masalah ekonomi. Dari hasil pengkajian yang dilakukan
penulis didapatkan diagnosa antara lain Isolasi Sosial, Halusinasi Penglihatan, dan Harga
Diri Rendah. Tujuan penulisan ini adalah untuk melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada
klien dengan isolasi sosial. Penulis menggunakan metode deskriptif yang berupa studi
kasus yaitu suatu metode yang menggambarkan menganalisa dan menguraikan studi kasus
kelolaan kemudian melakukan asuhan keperawatan pada satu orang partisipan dan dilakukan
pada tanggal 02-04 Mei 2021. Dalam pengambilan data penulis menggunakan teknik
wawancara dan pengkajian. Hasil studi kasus ini menunjukan bahwa klien telah mampu
mengalihkan isolasi sosial setelah diberikan asuhan keperawatan selama tiga hari kunjungan.
Hal ini ditandai dengan klien mampu melakukan strategi pelaksanaan yang telah diajarkan
mahasiswa.

Kata Kunci : Isolasi Sosial, Asuhan Keperawatan


KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.


Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT dan atas rahmat dan karunia-

Nya serta sholawat dan salam yang senentiasa tercurah limpahkan kepada junjungan

alam yaitu nabi kita semua Muhammad SAW, Alhamdulillah atas segala rahmat dan

karunia-Nya pada kesempatan kali ini penulis dapat menyelesaikan penyusunan

Tugas Akhir ini dengan judul :

“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama Isolasi Sosial di

Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten Karawang”

Dalam penyusunan Tugas Akhir ini penulis mengalami banyak hambatan, namun

berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya penulis dapat

menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan tepat waktu, oleh karena itu pada kesempatan

ini penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Ibu Hj, Uun Nurjanah, M.Kep, selaku Ketua STIKes Kharisma Karawang

2. Ibu Dwi Sulistyo Cahyaningsih, M. Kep, selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan

3. Ibu Endah Indawati, M.Kep, selaku pembimbing karya tulis ilmiah

4. Ibu. Henny Liliyanti, M.Kep, selaku penguji karya tulis ilmiah

5. Kepada orangtua yang senantiasa memberi dukungan kepada saya sehingga

terselesaikannya Karya Tulis Ilmiah ini

6. Seluruh rekan-rekan satu angkatan yang telah memberikan masukan serta

saran-sarannya.
Kami berharap semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat memberi kemudahan kepada

mahasiswa-mahasiswi dalam kegiatan belajar. Dengan demikian mahasiswa dapat

mengembangkan kemampuan dalam berpikir kritis berlandaskan nilai Moral

Pancasila.. Kami menyadari bahwa Karya Tulis Ilmiah yang telah kami susun

masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kami mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun demi perbaikan KTI di masa yang akan datang.

Akhirnya kami mengucapkan terimakasih atas perhatiannya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Karawang, Juni 2021

......................................

Penyusun,
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kesehatan jiwa merupakan kondisi yang memfasilitasi secara optimal dan

selaras dengan orang lain, sehingga tercapai kemampuan menyesuaikan diri

dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan; keharmonisan fungsi

jiwa, yaitu sanggup menghadapi problem yang biasa terjadi dan terasa bahagia

(Suliswati, 2012). Indikator sehat jiwa meliputi sikap yang positif terhadap diri

sendiri, tumbuh berkembang, memiliki aktualisasi diri, keutuhan, kebebasan diri,

memiliki persepsi sesuai kenyataan dan kecakapan dalam beradaptasi dengan

lingkungan. Tetapi, tidak semua manusia mampu menjaga keharmonisan fungsi

jiwanya sehingga menyebabkan terjadinya gangguan jiwa (Yosep, 2009).

Gangguan jiwa adalah sindrom atau pola perilaku yang secara klinis

bermakna penderitaan dan menimbulkan kelainan pada satu atau lebih fungsi

kehidupan manusia. Fungsi jiwa yang terganggu meliputi fungsi biologis,

psikologis, sosial, dan spiritual. Secara umum gangguan fungsi jiwa yang dialami

seorang individu dapat terlihat dari penampilan, interaksi, proses pikir,

komunikasi dan aktivitas sehari-hari (Keliat, 2015). Menurut data WHO (2016),

terdapat sekitar 35 juta orang terkena depresi, 60 juta orang terkena bipolar, 21

juta terkena skizofrenia, serta 47,5 juta terkena dimensia (Yusuf, 2019).
Di Indonesia, dengan berbagai faktor biologis, psikologis dan sosial

dengan keanekaragaman penduduk; maka jumlah kasus gangguan jiwa

terus bertambah yang berdampak pada penambahan beban negara dan

penurunan produktivitas manusia untuk jangka panjang. Dari sejumlah

data dan informasi kesehatan, poin tentang gangguan jiwa mengungkap

peningkatan proporsi cukup signifikan. Sebab, jika dibandingkan dengan

Riskesdas 2013 naik dari 1.7% menjadi 7% (Yusuf, 2019).

Data Riskesdas 2018 menunjukkan kenaikan prevalensi ganggunan

mental emosional yang ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan

kecemasan untuk usia 15 tahun ke atas mencapai sekitar 6.1% dari

jumlah penduduk Indonesia. Sedangkan prevalensi gangguan jiwa berat,

seperti skizofrenia mencapai sekitar 400.000 orang atau sebanyak 1,7

per 1.000 penduduk (Maulana, 2019). Berdasarkan hasil penelitian tahun

2017 didapatkan diagnosis keperawatan terbanyak yang paling sering

ditemukan di rumah sakit jiwa di Indonesia yaitu perilaku kekerasan,

resiko bunuh diri, isolasi sosial, halusinasi, harga diri rendah, defisit

perawatan diri, waham, dan gangguan proses pikir (Nurjannah, 2017).

Berdasaran Dinas Kesehatan Kabupaten Karawang mencatat 10948

warga Karawang disepanjang tahun 2017 mengalami gangguan kejiwaan

ringan atau berat.

Isolasi sosial merupakan penurunan atau bahkan sama sekali tidak

mampu berinteraksi orang lain disekitarnya. Pasien merasa ditolak, tidak

diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan yang berarti

dengan orang lain (Keliat, 2015). Hasil penelitian tahun 2018 didapatkan

faktor predisposisi terjadinya isolasi sosial telah diidentifikasi

berdasarkan tiga aspek yaitu aspek biologis, psikologis, dan sosial


budaya. Faktor biologis terbanyak didapatkan data riwayat gangguan

jiwa sebelumnya. Faktor psikologis terbanyak disebabkan karena

riwayat introvert, dan faktor sosial budaya terbanyak adalah masalah

ekonomi keluarga dan klien pribadi. Sedangkan, faktor presipitasi

terjadinya isolasi sosial ialah adanya riwayat putus obat, riwayat

keinginan yang tidak terpenuhi, dan tidak adanya penghasilan atau

kondisi ekonomi yang masih kurang (Kirana, 2018).Dalam hal ini peran

fungsi dan tanggung jawab perawat dalam meningkatkan derajat

kesehatan jiwa, dalam kaitannya dengan menarik diri adalah

meningkatkan percaya diri pasien dan mengajarkan untuk berinteraksi

dengan orang lain, misalnya berkenalan dan bercakap-cakap dengan

pasien lain, memberikan pengertian tentang kerugian menyendiri dan

keuntungan dari berinteraksi dengan orang lain, sehingga diharapkan

mampu terjadi peningkatan interaksi sosial pasien.

Menurut Yusuf (2019) klien dengan gangguan jiwa biasanya

memiliki lebih dari satu masalah keperawatan yang biasanya disusun

dalam bentuk pohon masalah. Isolasi sosial merupakan urutan ketiga

setelah koping individu tidak efektif dan gangguan konsep diri: harga

diri rendah, jika masalah isolasi sosial tidak diatasi dengan baik maka

akan mengakibatkan perubahan persepsi sensori: halusinasi, resiko

perilaku kekerasan, perubahan isi pikir: waham, kerusakan komunikasi

verbal, intoleransi aktivitas dan defisit perawatan diri. Penatalaksanaan

keperawatan penting dilakukan agar masalah isolasi sosial pada klien

tidak berlanjut kemasalah lain yang lebih berat.

Penatalaksanaan keperawatan yang dapat diberikan kepada klien

dengan masalah isolasi sosial adalah terapi farmakologi, tindakan


keperawatan generalis, Terapi Aktivitas Kelompok Sosialisasi (TAKS)

dan psikoterapi (Zakiyah, 2018). Peran perawat dalam memberikan

terapi kepada klien dengan isolasi sosial tidak terlepas dari pentingnya

keahlian komunikasi terapeutik yang bertujuan untuk membantu klien

memperjelas dan mengurangi beban perasaan atau pikiran yang dialami

oleh klien.

Survey awal pada tanggal 2 Mei 2021 di Desa. Pendey, Kecamatan.

Wadas, Kabupaten Karawang didapatkan 1 orang klien yang mengalami

gangguan jiwa. Berdasarkan studi pendahuluan 1 orang klien dilakukan

observasi dan didapatkan gejala seperti, tatapan kosong, sering

menyendiri, tidak percaya pada orang lain..

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis selaku mahasiswa

keperawatan memilih untuk menulis Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny. Y Dengan Masalah Utama

Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten

Karawang”.

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan keperawatan pada Ny. Y. dengan

Masalah Utama Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan Wadas,

Kabupaten Karawang.

2. Tujuan Khusus

1) Mahasiswa Mampu Melakukan Pengkajian Keperawatan Pada Ny. Y.

Dengan Masalah Utama Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan

Wadas, Kabupaten Karawang.


2) Mahasiswa Mampu Merumuskan Diagnosa Keperawatan Pada Ny. Y.

Dengan Masalah Utama Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan

Wadas, Kabupaten Karawang.

3) Mahasiswa Mampu Menentukan Intervensi Keperawatan Pada Ny. Y.

Dengan Masalah Utama Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan

Wadas, Kabupaten Karawang.

4) Mahasiswa Mampu Melakukan Implementasi Keperawatan Pada Ny. Y.

Dengan Masalah Utama Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan

Wadas, Kabupaten Karawang.

5) Mahasiswa Mampu Melakukan Evaluasi Keperawatan Pada Ny. Y.

Dengan Masalah Utama Isolasi Sosial Di Desa Pendey, Kecamatan

Wadas, Kabupaten Karawang.

C. Metode Penulisan

Dalam penulisan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskriptif

yang berupa studi kasus yaitu suatu metode yang menggambarkan

menganalisa dan menguraikan studi kasus kelolaan kemudian melakukan

asuhan keperawatan.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penulisan karya

tulis ilmiah ini adalah :

1. Pengamatan

Penulis mengamati perilaku klien secara verbal dan nonverbal,

meliputi ucapan saat berinteraksi, baik dari sisi pembicaraan, intonasi

suara, ekspersi wajah, sikap tubuh, gaya berjalan, penampilan dan

aktivitas sehari-hari.
2. Wawancara

Teknik wawancara yang digunakan penulis untuk mendapatkan data klien

secara actual dengan melakukan interaksi langsung pada klien yang

bersangkutan.

3. Pemeriksaan Fisik

Penulis memeriksa keadaan fisik klien dan mengukur tanda-tanda vital

untuk mengetahui secara umum status kesehatan fisik klien saat ini.

4. Studi pustaka

Penulis menggunakan referensi buku-buku yang berhubungan dengan

teori- teori yang mendukung penulisan karya tulis ilmiah.

5. Asuhan Keperawatan Langsung

Penulis melakukan asuhan keperawatan langsung kepada pasien dengan

menggunakan pendekatan proses keperawata jiwa.

6. Studi Dokumentasi

Penulis mempelajari dokumentasi status kesehatan jiwa pasien dirumah

sakit, dan mengetahui data-data dari klien dan rekam medis.

D. Sistematika Penulisan

Penulisan karya tulis ilmiah ini, terdiri dari 4 bab yaitu:

BAB I : PENDAHULUAN, terdiri dari : Latar belakang, Tujuan penulisan,

Metode penulisan, dan Sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN TEORITIS, terdiri dari: Konsep dasar dan konsep

Asuhan Keperawatan.
BAB III : TUJUAN KASUS, terdiri dari : pengkajian, analisa data, pohon

masalah, daftar diagnosa keperawatan, diagnosa keperawatan berdasarkan

prioritas, rencana tindakan keperawatan.

PEMBAHASAN, terdiri dari : kesenjangan antara teori dan pelaksanaan

asuhan keperawatan.

BAB IV : PENUTUP, terdiri dari : kesimpulan dan rekomendasi.

E.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Konsep Isolasi Sosial

1. Pengertian Isolasi Sosial

Isolasi sosial adalah keadaan dimana individu mengalami penurunan atau

bahkan sama sekali tidak mampu berinteaksi dengan orang lain disekitarnya

(Damaiyanti, 2012). Klien mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan

tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat, 2011).

Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami individu dan dirasakan saat

didorong oleh keberadaan orang lain sebagai pernyataan negatif atau mengancam

(NANDA-I dalam Damaiyanti, 2012).

Isolasi sosial merupakan suatu gangguan interpersonal yang terjadi akibat

adanya kepribadian yang tidak fleksibel menimbulkan perilaku maladaptif dan

mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (DepKes, 2000 dalam Direja,

2011). Isolasi sosial merupakan upaya Klien untuk menghindari interaksi dengan

orang lain, menghindari hubungan dengan orang lain maupun komunikasi dengan

orang lain (Trimelia, 2011).

Jadi, dapat disimpulkan bahwa isolasi sosial merupakan keaadaan seseorang

yang mengalami penurunan bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan

orang lain karena mungkin merasa ditolak, kesepian dan tidak mampu menjalin

hubungan yang baik antar sesame.

2. Etiologi
Terjadinya Gangguan ini dipengaruhi oleh faktor predisposisi di antaranya

perkembangan dan sosial budaya. Kegagalan dapat mengakibatkan individu tidak

percaya pada diri, tidak percaya pada orang lain, ragu, takut salah, pesimis, putus

asa terhadap orang lain, tidak mampu merumuskan keinginan, dan merasa tertekan.

Kedaan ini menimbulkan perilaku tidak ingin berkomunikasi dengan orang lain,

lebih suka berdiam diri, menghindar dari orang lain, dan kegiatan sehari-hari

(Direja, 2011).

a.Faktor Predisposisi

Menurut Direja (2011) faktor predisposisi yang mempengaruhi masalah isolasi

sosial yaitu:

a. Faktor tumbuh kembang

Pada setiap tahapan tumbuh kembang individu ada tugas perkembangan yang harus

dipenuhi agar tidak terjadi gangguan dalam hubungan sosial. Apabila tugas-tugas

dalam setiap perkembangan tidak terpenuhi maka akan menghambat fase

perkembangan sosial selanjutnya.

Tabel 2.1

Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan Pertumbuhan Interpesonal.

Tahap
Tugas
Perkembangan
Masa bayi Menetapkan rasa percaya
Masa Bermain Mengembangkan otonomi dan awal perilaku

Masa Prasekolah Belajar menunjukan inisiatif, rasa tanggung

jawab, dan hati nurani


Masa Sekolah Belajar berkompetisi, bekerja sama, dan

Berkompromi
Masa Praremaja Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin.
Masa Dewasa Menjadi saling bergantung antara orang tua

Muda dan teman, mencari pasangan, menikah dan

mempunyai anak
Masa Tengah Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang sudah

Dilalui
Masa Dewasa Tua Berduka karena kehilangan dan

mengembangkan perasaan ketertarikan dengan

Budaya

Sumber: Direja (2011)

Menurut Yosep (2009), hidup manusia dibagi menjadi 7 masa dan pada

keadaan tertentu dapat mendukung terjadinya gangguan jiwa.

a) Masa Bayi

Masa bayi adalah menjelang usia 2-3 tahun, dasar perkembangan yang

dibentuk pada masa tersebut adalah sosialisasi dan pada masa ini timbul

dua masalah yang penting yaitu:


1) Cara mengasuh bayi

Cinta dan kasih sayang ibu akan memberikan rasa hangat/aman bagi

bayi dan di kemudian hari menyebabkan kepribadian yang hangat,

terbuka dan bersahabat. Sebaliknya, sikap ibu yang dingin acuh tak

acuh bahkan menolak di kemudian hari akan berkembang kepribadian

yang bersifat menolak dan menentang terhadap lingkungan.

2) Cara memberi makan

Sebaiknya dilakukan dengan tenang, hangat yang akan memberikan

rasa aman dan dilindungi, sebaliknya,pemberian yang kaku, keras, dan

tergesa-gesa akan menimbulkan rasa cemas dan tekanan.

b) Masa Anak Prasekolah

Pada usia ini sosialisasi mulai dijalankan dan tumbuh disiplin dan otoritas.

Hal-hal yang penting pada fase ini adalah:

1) Hubungan orangtua-anak

2) Perlindungan yang berlebihan

3) Otoritas dan disiplin

4) Perkembangan seksual

5) Agresi dan cara permusuhan

6) Hubungan kakak-adik

7) Kekecewaan dan pengalaman yang menyakitkan

c) Masa Anak Sekolah

Masa ini ditandai oleh pertumbuhan jasmani dan intelektual yang pesat.

Pada masa ini anak akan mulai memperluas pergaulan, keluar dari batas-

batas keluarga. Masalah- masalah penting yang timbul adalah:


1) Perkembangan jasmani

2) Penyesuaian diri di sekolah dan sosialisasi

d) Masa Remaja

Secara jasmaniah, pada masa ini terjadi perubahn-perubahan yang penting

yaitu timbulnya tanda-tanda sekunder (ciri-ciri kewanitaan atau kelaki-

lakian). Secara kejiwaan, pada masa ini terjadi pergolakan yang hebat. Pada

masa ini, seorang remaja mulai dewasa mencoba kemampuannya, di satu

pihak ia merasa sudah dewasa, sedangkan di pihak lain belum sanggup dan

belum ingin menerima tanggung jawab atas semua perbuatannya.

e) Masa Dewasa Muda

Seseorang yang melalui masa-masa sebelumnya dengan aman dan bahagia

akan cukup memiliki kesanggupan dan kepercayaan diri dan umumnya ia

akan berhasil mengatasi kesulitan-kesulitan pada masa ini. Bila mengalami

masalah pada masa ini mungkin akan mengalami gangguan-gangguan jiwa.

f) Masa Dewasa Tua

Sebagai patokan, pada masa ini dicapai apabila status pekerjaan dan sosial

seseorang sudah mantap. Masalah-masalah yang mungkin timbul adalah:

1) Menurunnya keadaan jasmani

2) Perubahan susunan keluarga

3) Terbatasnya kemungkinan perubahan-perubahan yang baru dalam

bidang pekerjaan atau perbaiki kesalahan yang lalu.

g)Masa Tua

Ada dua hal penting yang perlu diperhatikan pada masa ini yaitu

berkurangnya daya tangkap, daya ingat, berkurangnya daya belajar,


kemampuan jasmani dan kemampuan sosial ekonomi menimbulkan rasa

cemas dan rasa tidak aman serta sering mengakibatkan kesalah pahaman

orangtua terhadap orang sekitarnya. Perasaan terasingkan karena

kehilangan teman sebaya, keterbatasan gerak, dapat menimbulkan kesulitan

emosional yang cukup berat.

b. Faktor Komunikasi Dalam Keluarg

Gangguan komunikasi dalam keluarga merupakan faktor pendukung untuk

terjadinya gangguan hubungan sosial, seperti adanya komunikasi yang tidak

jelas (double bind) yaitu suatu keadaan dimana individu menerima pesan yang

saling bertentangan dalam waktu bersamaan, dan ekspresi emosi yang tinggi di

setiap berkomunikasi.

c. Faktor Sosial Budaya

Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan sosial merupakan suatu

faktor pendukung terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Hal ini

disebabkan oleh norma- norma yang salah dianut oleh keluarga, dimana setiap

anggota keluarga yang tidak produktif seperti lanjut usia, berpenyakitan kronis,

dan penyandang cacat diasingkan dari lingkungan sosial.

d. Faktor Biologis

Faktor biologis juga merupakan salah satu faktor pendukung yang

menyebabkan terjadinya gangguan dalam hubungan sosial. Organ tubuh yang

jelas mempengaruhi adalah otak. Klien skizofrenia yang mengalami masalah

dalam hubungan sosial terdapat struktur yang abnormal pada otak, seperti atropi

otak, perubahan ukuran dan bentuk sel-sel dalam limbik dan kortikal (Sutejo,

2017). Klien yang mengalami gangguan jiwa memiliki ciri-ciri biologis yang
khas terutama susunan dan struktur syaraf pusat, biasanya klien dengan

skizofrenia mengalami pembesaran ventrikel ke-3 sebeah kirinya. Ciri lainnya

yaitu memiliki lobus frontalis yang lebih kecil dari rata-rata orang normal

(Yosep, 2009).

Menurut Candel dalam Yosep (2009), pada Klienskizofrenia memiliki lesi

pada area Wernick’s dan area Brocha biasanya disertai dengan Aphasia serta

disorganisasi dalam proses bicara. Adanya hiperaktivitas Dopamine pada

Kliendengan gangguan jiwa seringkali menimbulkan gejala skizofrenia.

Menurut hasil penelitian, Neurotransmitter tertentu seperti Norepinephrine pada

Klien dengan gangguan jiwa memegang peranan dalam proses learning,

memory reinforcement, siklus tidur dan bangun, kecemasan, pengaturan aliran

darah dan metabolisme.

Menurut Singgih dalam Yosep (2009), gangguan mental dan emosi juga

bisa disebabkan oleh perkembangan jaringan otak yang tidak cocok (Aphasia).

Kadang-kadang seseorang dilahirkan dengan perkembangan cortex cerebry

yang kurang sekali, atau disebut sebagai otak yang rudimenter. Contoh

gangguan tersebut terlihat pada Microcephaly yang ditandai oleh kecilnya

tempurung otak. Adanya trauma pada waktu kelahiran, tumor, infeksi otak

seperti Enchepahlitis Letargica, gangguan kelenjer endokrin seperti tiroid,

keracunan CO (Carbon Monocide) serta perubahan-perubahan karena

degenerasi yang mempergaruhi sistem persyarafan pusat (Yosep, 2009).

b. Faktor Presipitasi

Menurut Herman Ade (2011) terjadinya gangguan hubungan sosial juga dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal seseorang. Faktor stressor presipitasi dapat
dikelompokan sebagai berikut :

1. Stressor Sosial Budaya

Stress dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor

keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang

yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat dirumah sakit.

2. Stressor Psikologi

Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan

keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan

orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan

ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi.

3. Patopsikologi

Menurut Stuart and Sundeen (2007) dalam Ernawati (2009). Salah satu

gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku menarik diri atau isolasi sosial

yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga, yang bisa di alami klien dengan

latar belakang yang penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewan, dan

kecemasan.

Perasaan tidak berharga menyebabkan klien semakin sulit dalam

mengembangkan hubungan dengan orang lain. Akibatnya klien menjadi regresi

atau mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian

terhadap penampilan dan kebersihan diri. Klien semakin tenggelam dalam

perjalanan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku primitive antara lain

pembicaraan yang austistic dan tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan,

sehingga berakibat lanjut menjadi halusinasi (Ernawati, 2009).


Tabel 2.2 Proses Terjadinya Masalah Isolasi Sosial

Misal : pada anak yang kelahirannya tidak


dikehendaki akibat kegagalan KB, hamil diluar
Pola Asuh Keluarga nikah, jenis kelamin tidak diinginkan, bentuk
fisik kurang menawan menyebabkan keluarga
mengeluarkan komentar-komentar negatif,
merendahkan, serta menyalahi anak

Misal: Saat individu menghadapi kegagalan


Koping Individu Tidak
mengalahkan orang lain, ketidakberdayaan,
Efektif
tidak mampu menghadapi kenyataan dan
menarik diri dari lingkungan

Misal: Kegagalan menjalin hubungan intim


Gangguan Tugas
dengan sesama jenis atau lawan jenis, tidak
Perkembangan
mampu mandiri

Misal: Stressterjadi akibat ansietas yang


Stress Internal dan
berkepanjangan dan terjadi bersamaan
Eksternal
dengan keterbatasan individu untuk
mengatasi. Ansietas tejadi akibat berpisah
dengan orang terdekat, kehilangan pekerjaan
atau orang yang dicintai.

Sumber: Yosep (2009)


Menurut Stuart Sundeen dalam Sutejo tentang respon klien ditinjau dari

interaksinya dengan lingkungan sosial merupakan suatu kontinum yang terbentang

antara respon adaptif dengan maladaptive sebagai berikut:

Adaptif Maladaptif

Manipulasi,
Menyendiri, Otonomi, Kesepian, menarik
impulsif,
kebersamaan, saling diri,
narsisme
ketergantungan ketergantungan

Skema 2.1 Rentang respon isolasi sosial

(sumber: Sutejo, 2017)

a.Respon Adaptif

Menurut Sutejo (2017) respon adaptif adalah respon yang masih dapat

diterima oleh norma-norma sosial dan kebudayan secara umum yang berlaku.

Dengan kata lain individu tersebut masih dalam batas normal ketika

menyelesaikan masalah. Berikut adalah sikap yang termasuk respon adaptif :

1. Menyendiri, respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa

yang telah terjadi di lingkungan sosialnya.

2. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide,

pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.

3. Kebersamaan, kemampuan individu dalam hubungan interpersonal yang

saling membutuhkan satu sama lain.

4. Saling ketergantungan (Interdependen), suatu hubungan saling

ketergantungan antara individu dengan orang lain.


b.Respon Maladaptif

Menurut Sutejo (2017) respon maladaptif adalah respon yang menyimpang

dari norma sosial dan kehidupan di suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang

termasuk respon maladaptif:

1. Manipulasi, kondisi dimana individu cenderung berorientasi pada diri sendiri.

2. Impulsif merupakan respon sosial yang ditandai dengan individu sebagai

subjek yang tidak dapat diduga, tidak dapat dipercaya dan tidak mampu

melakukan penilaian secara objektif.

3. Narsisisme, kondisi dimana individu merasa harga diri rapuh, dan mudah marah.

4. Pohon Masalah Isolasi Sosial

Daftar masalah isolasi sosial menurut Sutejo, 2017 adalah:

a. Resiko Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi

b. Isolasi Sosial

c. Gangguan konsep diri: Harga diri rendah

Skema 2.2 Pohon Masalah Diagnosa Isolasi Sosial


(Sumber: Sutejo, 2017)

Resiko Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Core Problem
Harga Diri Rendah

Causa

5. Manifestasi Klinis

Menurut Yosep (2009)tanda dan gejala klien isolasi sosial bisa dilihat

dari dua cara yaitu secara objektif dan subjektif. Berikut ini tanda dan gejala klien

dengan isolasi sosial:

a. Gejala subjektif

1. Klienmenceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain.

2. Klienmerasa tidak aman berada dengan orang lain.

3. Respons verbal kurang dan sangat singkat.

4. Klienmengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain.

5. Klienmerasa bosan dan lambat menghabiskan waktu.

6. Klientidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan.

7. Klienmerasa tidak berguna.

b. Gejala objektif

1. Klienbanyak diam dan tidak mau bicara.

2. Tidak mengikuti kegiatan.

3. Klienberdiam diri di kamar.

4. Klienmenyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat.

5. Klientampak sedih, ekspresi datar dan dangkal.

6. Kontak mata kurang.

7. Kurang spontan.

8. Apatis
9. Ekspresi wajah kurang berseri.

10. Mengisolasi diri

11. Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitar.

12. Aktivitas menurun.

Perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,

segera timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak

dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan persepsi

sensori: halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, bahkan lingkungan

(Herman Ade, 2011).

6. Mekanisme Koping

Mekanisme koping digunakan klien sebagai usaha mengatasi kecemasan

yang merupakan suatu kesepian nyata yang mengancam dirinya. Mekanisme koping

yang sering digunakan adalah proyeksi, splitting (memisah) dan isolasi. Proyeksi

merupakan keinginan yang tidak mampu ditoleransi dan klien mencurahkan emosi

kepada orang lain karena kesalahan sendiri. Splitting merupakan kegagalan individu

dalam menginterpretasikan dirinya dalam menilai baik buruk. Sementara itu, isolasi

adalah perilaku mengasingkan diri dari orang lain maupun lingkungan (Sutejo,

2017).

7. Komplikasi

Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan

tingkah laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang austistik dan

tingkah laku yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut

menjadi resiko gangguan sensosi persepsi: halusinasi, mencederai diri sendri,


orang lain serta lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan

defisit perawatan diri (Damaiyanti, 2012).

8. Penatalaksanaan

Penatalaksaan yang dapat diberikan kepada kliendengan isolasi sosial

antara lain pendekatan farmakologi, psikososial, terapi aktivitas, terapi okupasi,

rehabilitasi, dan program intervensi keluarga (Yusuf, 2019).

a. Terapi Farmakologi

1. Chlorpromazine (CPZ)

Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan

menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik diri

terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham, halusinasi,

gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat

dalam fungsi kehidupan sehari- hari, tidak mampu bekerja, hubungan sosial dan

melakukan kegiatan rutin.

Efek samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/

parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung tersumbat,

mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung), gangguan

endokrin, metabolik, biasanya untuk pemakaian jangka panjang.

2. Haloperidol (HLP)

Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi

netral serta dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi dan inhibisi

prikomotor, gangguan otonomik.


3. Trihexy Phenidyl (THP)

Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa ersepalitis dan

idiopatik, sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan fenotiazine. Efek

samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan otonomik.


b. Terapi Psikososial

Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam

proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman

dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima

pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya

secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).

c. Terapi Individu

Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada

individu dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-

perilakunya. Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan

klien(Videbeck, 2012). Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk terapi

yang dilakukan secara individu oleh perawat kepada kliensecara tatap muka

perawat-klien dengan cara yang terstruktur dan durasi waktu tertentu sesuai

dengan tujuan yang ingin dicapai (Zakiyah, 2018).

Salah satu bentuk terapi individu yang bisa diberikan oleh perawat kepada

klien dengan isolasi sosial adalah pemberian strategi pelasanaan (SP). Dalam

pemberian strategi pelaksanaan klien dengan isolasi sosial hal yang paling

penting perawat lakukan adalah berkomunikasi dengan teknik terapeutik.

Komunikasi terapeutik adalah suatu interaksi interpersonal antara perawat dank

klien, yang selama interaksi berlangsung, perawat berfokus pada kebutuhan

khusus klien untuk meningkatkan pertukaran informasi yang efektif antara

perawat dan Klien (Videbeck, 2012).

Semakin baik komunikasi perawat, maka semakin bekualitas pula asuhan

keperawatan yang diberikan kepadaklien karena komunikasi yang baik dapat

membina hubungan saling percaya antara perawat dengan klien, perawat yang

memiliki keterampilan dalam berkomunikasi secara terapeutik tidak saja mudah


menjalin hubungan saling percaya dengan klien, tapi juga dapat menumbuhkan

sikap empati dan caring, mencegah terjadi masalah lainnya, memberikan

kepuasan profesional dalam pelayanan keperawatan serta memudahan dalam

mencapai tujuan intevensi keperawatan (Sarfika, 2018).

a. Terapi Aktivitas Kelompok

Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan

suatu rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi sosial

akan dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di

sekitarnya. Sosialissai dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal,

kelompok, dan massa). Aktivitas yang dilakukan berupa latihan sosialisasi dalam

kelompok, dan akan dilakukan dalam 7 sesi dengan tujuan:

Sesi 1 : Klien mampu memperkenalkan diri

Sesi 2 : Klienmampu berkenalan dengan anggota kelompok

Sesi 3 : Klienmampu bercakap-cakap dengan anggota kelompok

Sesi 4 : Klienmampu menyampaikan dan membicarakan topik percakapan

Sesi 5 : Klienmampu menyampaikan dan membicarakan masalah pribadi pada

orang lain

Sesi 6 : Klienmampu bekerja sama dalam permainan sosialisasi kelompok

Sesi 7 : Klienmampu menyampaikan pendapat tentang mamfaat kegiatan

TAKS yang telah dilakukan.

a. Terapi Okupasi

Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi

seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan

maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan harga diri seseorang, dan

penyesuaian diri dengan lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat dilakukan

di rumah sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi membuat
kerajinan tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien dalam

keterampilan dan bersosialisasi (Elisia, 2014).

a. Terapi Psikoreligius

Terapi keagamaan pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata juga banyak

manfaat. Misalnya angkat rawat inap pada klien skizofrenia yang mengikuti

kegiatan keagamaaan lebih rendah bila dibandingan dengan mereka yang tidak

mengikutinya (Dadang, 1999 dalam Yosep 2009). Menurut Zakiah Darajat,

perasaan berdosa merupakan faktor penyebab gangguan jiwa yang berkaitan

dengan penyakit-penyakit psikosomatik. Hal ini diakibatkan karena seseorang

merasa melakukan dosa tidak bisa terlepas dari perasaan tersebut (Yosep, 2009).

Penerapan psikoreligius terapi di rumah sakit jiwa menurut Yosep (2009) meliputi:

a. Perawat jiwa harus dibekali pengetahuan yang cukup tentang agamanya/

kolaborasi dengan agamawan atau rohaniawan.

b. Psikoreligius tidak diarahkan untuk mengubah agama Kliennya tetapi

menggali sumber koping.

c. Memadukan milieu therapy yang religius; kaligrafi, ayat-ayat, fasilitas

ibadah, buku- buku, music/lagu keagamaan.

d. Dalam terapi aktifitas diajarkan kembali cara-cara ibadah terutama untuk

pasien rehabilitasi.

e. Terapi kelompok dengan tema membahas akhlak, etika, hakikat hidup

didunia, dan sebagainya.

Untuk klien dengan isolasi sosial terapi psikoreligius dapat bermanfaat dari

aspek auto- sugesti yang dimana dalam setiap kegiatan religius seperti sholat,

dzkir, dan berdoa berisi ucapan-ucapan baik yang dapat memberi sugesti positif

kepada diri klien sehingga muncul rasa tenang dan yakin terhadap diri sendiri

(Thoules, 1992 dalam Yosep, 2010). Menurut Djamaludin Ancok (1989) dan

Ustman Najati (1985) dalam Yosep (2009) aspek kebersamaan dalam shalat
berjamaah juga mempunyai nilai terapeutik, dapat menghindarkan seseorang dari

rasa terisolir, terpencil dan tidak diterima.

a. Rehabilitasi

Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit yang

dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya terapi

okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis,

menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6

bulan (Yusuf, 2019).

b. Program Intervensi Keluarga

Intervensi keluarga memiliki banyak variasi, namun pada umumnya

intervensi yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan sehari-

hari, memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang isolasi sosial,

mengajarkan bagaimana cara berhubungan yang baik kepada anggota keluarga

yang memiliki masalah kejiwaan (Yusuf, 2019).


B. Konsep Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

Klien yang mengalami Isolasi Sosial sukar berinteraksi dan susah

berhubungan dengan orang lain. Untuk itu, perawat harus mempunyai

kesadaran yang tinggi agar dapat mengenal, menerima dan mengevaluasi

perasaan sensitif sehingga dapat memakai dirinya secara terapeutik dalam

merawat klien. Dalam memberikan asuhan keperaatan pasien, perawat harus

jujur, empati, terbuka dan penuh penghargaan.

1. Pengkajian Keperawatan (Damaiyanti, M & Iskandar (2012. 61)

Untuk dapat menjaring data yang di perlukan umumnya, dikembangkan

formulir pengkajian dan petunjuk teknis pengkajian agar memudahkan dalam

pengkajian. Isi pengkajian meliputi :

1. Identitas Klien

Meliputi nama klien, umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,

agama, tangggal MRS, informan, tangggal pengkajian, No.Rumah klien

dan alamat klien.

2. Keluhan Utama

Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)

komunikasi kurang atau tidak ada, berdiam diri dikamar ,menolak

interaksi dengan orang lain, tidak melakukan kegiatan sehari-hari,

dependen.

3. Faktor predisposisi

Kehilangan, perpisahan, penolakan orang tua, harapan orang tua yang

tidak realistis, kegagalan/frustasi berulang, tekanan dari kelompok sebaya

perubahan struktur sosial.


Terjadi terauma yang tiba-tiba misalnya harus dioperasi, kecelakaan,

dicerai suami, putus sekolah, PHK, perasaan malu karena sesuatu yang

terjadi (korban perkosa, dituduh KKN, dipenjara tiba-tiba) perlakuan

orang lain yang tidak menghargai klien/perasaan negatif terhadap diri

sendiri yang berlangsung lama.

4. Aspek fisik / biologis

Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan, TB, BB) dan

keluhan fisik yang dialami oleh klien.

5. Aspek Psikososial

a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi.

b. Klien mempunyai gangguan/hambatan dalam melakukan hubunga

sosial dengan orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang

diikuti dalam masyarakat.

c. kenyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah

(spritual)

d. Konsep diri.

6. Citra tubuh

Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak

menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi.

Menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang tubuh,

Preokupasi dengan bagian tubuh yang hilang mengungkapkan

keputuasaan, mengungkapkan ketakutan.

7. Identitas diri

Ketidakpastian memandang diri, sukar menetapkan keinginan dan tidak

mampu mengambil keputusan.

8. Peran
Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit, proses

menua, putus sekolah, PHK.

9. Ideal diri

Mengungkapkan keputusasaan karena penyakitnya, mengungkapkan

keinginan yang terlalu tinggi.

10. Harga diri

Perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri,

gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, mencederai diri, dan

kurang percaya diri.

11. Status Mental

Kontak mata klien kurang/tidak dapat mepertahankan kontak mata kurang

dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu

berhubungan dengan orang lain, adanya perasaan keputusasaan dan

kurang berharga dalam hidup

12. Kebutuhan persiapan pulang.

a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan

b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan

Kamar mandi dan jamban, merapihkan pakaian.

c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi

d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas

didalam dan diluar rumah

13. Mekanisme Koping

Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakannya

pada orang orang lain (lebih sering menggunakan koping menarik diri).

14. Asfek Medik

Terapi yang diterima klien bisa berupa terapi farmakologi psikomotor,


terapi okopasional, TAK, dan rehabilitas.

2. Masalah Keperawatan dan diagnosa keperawatan

1) Masalah keperawatan

a. Resiko Gangguan persepsi sensori halusinasi

b. Isolasi Sosial

c. Harga Diri Rendah

2) Pohon Masalah

Bagan 2.3 Pohon Masalah

Resiko Gangguan Persepsi Sensori


Halusinasi

Effect

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Core Problem

Harga Diri Rendah

Causa

3) Diagnosa keperawatan

Adapun diagnosa keperawatan yang muncul dengan Isolasi

Sosial adalah sebagai berikut :


a. Isolasi Sosial : Menarik Diri

b. Harga Diri Rendah

c. Resiko Gangguan Persepsi Sensori Halusinasi

3. Intervensi Keperawatan

a. Isolasi sosial

1) Tujuan umum:

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x pertemuan

klien dapat berinteraksi dengan orang lain

2) Tujuan khusus:

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

b) Klien dapat menyebutkan penyebab isolasi sosial

c) Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan

orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang

lain.

d) Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap.

a) Klien dapat mengungkapkan perasaan nya setelah

berhubungan dengan orang lain.

b) Klien dapat memperdayakan sistem pendukung atau

keluarga mampu mengembangkan kemampuan pasien untuk

berhubungan dengan orang lain.

c) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik.

3) Intervensi

a) Bina hubungan saling percaya dengan perawat

menggunakan komunikasi teraputik


Rasional: hubungan saling percaya merupakan langkah

awal yang penting dalam menentukan keberhasilan

intervensi selanjutnya

b) Perlihatkan sikap menerima dengan cara melakukan kontak

yang sering tapi singkat

Rasional: Sikap menerima dari orang lain meningkatkan

c) Jujur dan menempati janji

Rasional: kejujuran dan rasa saling percaya membutuhkan

menimbulkan suatu hubungan saling percaya

d) Diskusikan dengan klien penyebab isolasi sosial

Rasional: mengetahui sajauh mana pengetahuan klien yang

isolasi sosial sehingga perawat dapat merencanakan

tindakan selanjutnya

e) Diskusikan keuntungan berhubungan dengan orang lain

Rasional: mrningkatkan pengetahuan klien

tentang perlunya berhubungan dengan orang

lain

f) Diskusikan dengan klien manfaat berhubungan dengan

orang lain

Rasional: manfaat berhubungan dengan orang lain supaya

klien mempunyai banyak teman

g) Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan atau

berkomunikasi dengan orang lain

Rasional: memberikan kesempatan pada klien agar klirn

bias berinteraksi dengan orang lain

h) Diskusikan dengan klien perasaanya setelah berhubungan

dengan orang
Rasional: mengungkapkan perasaan akan membantu klien

menilai keuntungan berhubungan dengan orang lain

i) Beri kesempatan klien untuk berhasil

Rasioanal: member penghargaan terhadap klien atas

keberhasilannya

j) Berikan reinforcement positif terhadap keberhasilan yang

telah dicapai

Rasional: agar klien tetap semangat dengan kemampuan

yang klien miliki

k) Bantu klien merumuskan tujuan yang ingin dicapainya

Rasioanal: mempertahankan klien untuk tetap semangat

pada tujuanya

l) Bina hubungan saling percaya dengan keluarga

Rasional: hubungan saling percaya dapat mempermudah

kerjasama dan intervensi yang akan dilakukan

m) Anjurkan setiap anggota keluarga untuk mengenal dan

menghargai kemampuan tiap anggota keluarga

Rasioanl: menyiapkan support sistem yang adekuat

b. Halusinasi

1) Tujuan umum

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 3x

pertemuan, gangguan persepsi haslusinasi persepsi:

halusinasi tidak terjadi.

2) Tujuan khusus

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya

b) Klien dapat mengenal halusinasinya.


c) Klien dapat mengontrol halusinasi nya.

d) Klien mendapat dukungan keluarga dalam

mengontrol halusinasinya

e) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik

3) Intervensi

a) Bina hubungan saling percaya antara perawata dan

klien

Rasional: hubungan saling percaya merupakan

dasar untuk kelancaran hubungan interaksi

selanjutnya.

b) Hindari memberi penilaian negatif setiap bertemu

klien, utamakan memeberi pujian yang realistis

Rasional: untuk meningkatkan harga diri klien

c) Lakukan kontak sering dan sesingkat mungkin

untuk mengurangi klien dangan halusinasi nya

Rasional: kontak sering dan singkat dapat

memutuskan halusinasinya

d) Observasi tingkah laku klien terkait dengan

halusinasinya: bicara dan tertawa sendiri,

memandang kekiri/kanan/depan/seolah-olah ada

teman bicara.

Rasional: mengenal perilaku pada saat halusinasi

timbul memudahkan perawat dalam melakukan

intervensi

e) Monitor tanda-tanda halusinasi pada klien, misalnya

menoleh ke salah satu sisi, melihat sekeliling


ruangan, dan berbicara sendiri.

Rasional: intervensi yang tepat dan segera dapat

memungkinkan klien mengelola halusinasi atau

membicarakan isi halusinasi tersebut.

f) Dorong klien menceritakan halusinasi nya.

Rasional: perawat harus mengetahui isi

halusinasinyaagar dapat membantu klien

memproses pikiran dan perasaan yang

berhubungan dengan halusinasi tersebut dan

mencegah perilaku agresif dan membahayakan.

g) Bila halusinasi timbul, orientasi klien pada realita

dan beri umpan balik berdasarkan situasi saat ini.

Rasional: orientasi akan mengurangi ansietas dan

membantu klien untuk bertahan pada situasi yang

berdasarkan realita.

h) Jangan menyangkal pengalaman klien, namun

terangkan bahwa persepsi sensori klien tidak sama

dengan persepsi sensori orang lain.

Rasional: kejujuran perawat membantu klien

menyadari bahwa halusinasi merupakan

pengalaman internal klien yang tidak di dasari oleh

realita eksternal.

i) Berbicara dengan klien saat klien sedang mengalami

halusinasinya secara aktif.

Rasional: berbicara dengan klien selama halusinasi

memberi rangsang saingan atau membantu klien

memahami isu-isu di balik halusinasi, seperti harga


diri kemarahan, dan kekuatan.

j) Beritahu klien tentang cara-cara hubungan

interpersonal yang dapat membantu memenuhi

kebutuhan, mengurangi ansietas, dan menurunkan

kebutuhan untuk berhalusinasi

Rasional: klien memerlukan bantuan untuk

mengembangkan hubungan dengan sesamanya

kerena mereka telah belajar untuk menggantungkan

diri pada suara-suara jika mereka sedang sendiri.

k) Bantu klien mengidentifikasi perasaan mana yang

mengarahkan pada halusinasinya.

Rasional: mengalihkan perhatian klien dari isi

halusinasi ke isi perasaan awal akan membantu

klien meningkatkan pemahaman diri.

l) Ajarkan teknik distraksi pada klien, seperti

bernyanyi mengiringi musik, mendengarkan radio,

dan membaca dengan suara keras.

Rasional: distraksi dapat digunakan untuk

membawa klien yang berhalusinasi aktif kembali

kenyataan.

m) Sediakan klien kesempatan untuk terlibat dalam

aktivitas konkret, seperti karya seni, musik,

permainan, dan tugas-tugas khusus

Rasional: halusinasi sering kali lebih mengganggu

jika klien seorang diri dan pikiran nya kosong.

n) Kuatkan semua percakapan yang mengacu pada

realitas
Rasional: pengetahuan positif meningkatkan

kecendrungan untuk melanjutkan perilaku yang

berdasarkan realitas.

o) Ajarkan klien tentang sifat halusinasi dan bagaimana

pengalaman afektif dan peristiwa eksternal dapat

membangkitkan halusinasi.

Rasional: membantu klien memahami peristiwa

mana yang membangkitkan halusinasi akan

membangkitkan keterampilan koping, klien dapat di

ajar untuk mengenali dan menghindari stressor

eksternal serta mendiskusikan perasaan nyeri agar

kekuatan nyeri tersebut dapat berkurang.

p) Ajarkan klien beberapa strategi untuk menurunkan

stress melalui latihan dan penghindaran stressor

yang sudah di kenal, jangan menggunakan imajinasi

terbimbing atau relaksasi progresif.

Rasional: mengurngi stress akan menurunkan

timbulnya halusinasi, namun penggunaan imajinasi

terbimbing atau relaksasi progresif dalam diri klien

yang mempunyai batasan ego buruk dapat

memperburuk halusinasi.

c. Harga diri rendah

1) Tujuan umum

Setelah di lakukan tindakan keperawatan selama 5x

pertemuan klien memiliki konsep diri yang positif.


2) Tujuan khusus

a) Klien dapat membina hubungan saling percaya.

b) Klien dapat mengidentifikasi kemampuan dan

aspek positif yang dimiliki.

c) Klien dapat menilai kemampuan yang di gunakan.

d) Klien dapat (menetapkan) merencanakan kegiatan

sesuai dengan kemampuan yang di miliki.

e) Klien dapat melakukan kegiatan sesuai kondisi

sakit dan kemampuan nya.

f) Klien dapat memanfaatkan sistem pendukung yang


ada.

3) Intervensi

a) Bina hubungan saling percaya dengan mengungkapkan

prinsip komunikasi terapeutik.

Sapa klien dengan ramah baik verbal maupun nonverbal.

 Perkenalkan diri dengan sopan

 Tanyakan nama lengkap klien dan nama panggilan

yang di sukai klien

 Jelaskan tujuan pertemuan

 Jujur dan menepati janji

 Tunjukan sikap empati dan menrima klien apa

adanya Beri perhatian kepada klien dan perhatikan

kebutuhan dasar klien.

Rasional: hubungan saling percaya merupakan dasar

untuk kelancaran hubungan interaksi selanjutnya.

b) Diskusikan kemampuan dan aspek positif yang di miliki

klien.
Rasional: mendiskusikan tingkat kemampuan klien

seperti realistik, kontrol diri atau integritas ego di

perlukan sebagai dasar askep.

c) Setiap bertemu klien hindarkan dari memberikan

penilaian negatif

Rasional: reinforcement positif akan meningkatkan

harga diri klien

d) Utamakan berikan pujian yang realistis

Rasional: pujian yang realistis tidak menyebabkan

klien melakukan kegiatan hanya karena ingin

mendapatkan pujian.

e) Diskusikan dengan klien kemampuan yang masih dapat

di gunakan selama sakit.

Rasional: keterbukaan dan pengertian tentang

kemampuan yang di miliki adalah untuk berubah.

f) Diskusikan kemampuan yang dapat di lanjutkan

penggunaannya.

Rasional: pengertian tentang kemampuan yang dimiliki

diri memotivasi untuk tetap mempertahankan

penggunaannya.

g) Rencanakan bersama klien aktifitas yang dapat di

lakukan setiap hari sesuai kemampuan.

 Kegiatan mandiri

 Kegiatan dengan bantuan

 Kegiatan yang membutuhkan bantuan total

Rasional: klien adalah individu yang bertanggung


jawab terhadap dirinya sendiri

h) Tingkatkan kegiatan sesuai dengan toleransi kondisi

klien.

Rasional: klien perlu bertindak secara realistis dalam

kehidupan nya.

i) Beri contoh cara pelaksanaan kegiatan yang boleh klien

lakukan.

Rasional: contoh peran yang di lihat klien akan

memotivasi klien untuk melaksanakan kegiatan.

j) Berikan kesempatan kepada klien untuk mencoba

kegiatan yang telah di rencanakan.

Rasional: memberikan kesempatan kepada klien

mandiri dapat meningkatkan motivasi dan harga diri

klien.

k) Berikan pujian atas keberhasilan klien

Rasional: reinforcement positif dapat meningkatkan

harga diri klien

l) Diskusikan kemampuan pelaksanaan di rumah

Rasional: berikan kesempatan kepada klien untuk tetap

melakukan kegitan yang biasa di lakukan.

m) Beri pendidikan kesehatan pada tentang cara merawat

klien dengan harga diri rendah.

Rasional: mendorong keluarga untuk merawat klien

n) Bentu keluarga memberikan dukungan selama klien di


rawat

Rasional: support sistem keluarga akan sangat

berpengaruh dalam mempercepat proses penyembuhan

klien.
4. Implementasi Keperawatan

Pelaksanaan Keperawatan adalah inisiatif dari rencana tindakan untuk

mencapai tujuan spesifik untuk membantu pasien dalam mencapai tujuan

yang telah ditetapkan yang mencakup permasalahan kesehatan dan

memfasilitasi koping (Keliat, 2009). Adapun jenis-jenis pelaksanaan

keperawatan sebagai berikut :

a. Independen, merupakan tindakan keperawatan yang dilakukan tanpa

arahan atau supervisi dari operasi.

b. Dependen, merupakan tindakan keperawatan yang disertai intruksi

kesehatan yang lain yang diimplementasikan dan perawat

bertanggung jawab untuk mengaplikasikan intruksi yang perlu

ditanyakan.

c. Kolaborasi atau Interdependen, merupakan tindakan keperawatan

yang dibuat perawat bersama tim kesehatan lainnya.

Tindakan keperawatan pada asuhan keperawatan jiwa dilaksanakan

dalam bentuk strategi pelaksanaan tindakan keperawatan.

Implementasi tindakan keperawatan menggunakan strategi

pelaksanaan tindakan keperawatan (SP) yang berprinsip bahwa setiap

kali berinteraksi dengan pasien, output interaksi haruslah sampai

kepada kemampuan koping pasien walaupun pertemuan tersebut

merupak pertemuan pertama. Oleh karenanya tindakan keperawatan

tidaklah terpaku pada tujuan khusus. Pada satu kesempatan interaksi

dapat mengimplementasikan beberapa tindakan keperawatan untuk

mencapai beberapa tujuan khusus.


Apabila pasien mengalami beberapa diagnosa keperawatan maka

penerapan tindakan keperawatan disusun berdasarkan prioritas.

Diagnosa yang aktual, mengancam jiwa dan dominan lebih

diprioritaskan dari pada diagnosa keperawatan yang resiko, tidak atau

kurang mengancam jiwa, dan tidak mendominasi masalah pasien.

Walaupun implementasi tindakan keperawatan berurutan berdasarkan

prioritas, namun tidak berarti bahwa sebelum maslah keperawatan

utama terselesaikan, masalah lain tidak perlu ditangani. Dalam satu

pertemuan perawat dapat menangani satu atau lebih diagnosa

keperawatan.

Selain tujuan tindakan keperawatan untuk mengubah perilaku pasien,

tujuan tindakan keperawatan yang lain adalah mengubah perilaku

keluarga. Tujuan utamanya adalah agar keluarga :

1) Memahami masalah yang dialami pasien dan keluarga

2) Mengetahui cara merawat pasien

3) Dapat mempraktekkan cara merawat pasien

4) Dapat memanfaatkan sumber yang tersedia untuk perawatan

pasien.
5. Evaluasi

Evaluasi adalah langkah evaluasi dari proses keperawatan, mengukur respon

klien terhadap tindakan dan kemajuanklien ke arah pencapaian tujuan

(Potter dan Perry, 2005).

Evaluasi asuhan keperawatan adalah penilaian respon pasien sementara atau

setelah tindakan keperawatan dilaksanakan. Metode evaluasi adalah

mengidentifikasi data subyektif dan obyektif sebagai respon pasien setelah

tindakan keperawatan dilaksanakanDokumentasi evaluasi meliputi : SOAP

(Keliat, 2009)

S: Respon subjektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

O: Respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah

dilaksanakan

A: Analisa ulang terhadap data subjektif untuk menyimpulkan apakah

masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang

kontrakdiks dengan masalah yang ada..

P: Rencana Tindak Lanjut

Terdiri dari tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon klien.
BAB III

TINJAUAN KASUS

A. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS

a. Identitas Klien

Nama : Ny. Y

Jenis Kelamin : Perempuan

Umur : 37 Tahun

Agama : Islam

Suku Bangsa : Sunda / Indonesia

Status : Belum Menikah

Alamat : Desa. Pendey, Kecamatan. Wadas, Kabupaten.

Karawang

Tanggal Pengkajian : 02 Mei 2021

2. FAKTOR PREDISPOSISI
Klien mengatakan belum pernah mengalami gangguan jiwa di

masa lalu dan ini adalah pertama kali klien mengalaminya. Pada

tahun 2014 klien mengalami aniaya fisik oleh atasannya saat

bekerja di Saudi Arabia. Lalu klien pulang ke Indonesia pada

tahun 2015, saat dirumah klien mengalami gejala seperti melihat

ada bayangan hitam berwujud orang yang ingin memukul klien.

Setiap bayangan itu muncul klien merasa ketakutan. Semenjak itu

klien selalu menyendiri dirumah dan tidak mau berbaur dengan

orang lain, karena klien merasa berbeda dan malu dengan sakit

yang di alaminya. Klien mengatakan tidak ada anggota keluarga

yang mengalami gangguan jiwa. Klien saat ini melakukan

pengobatan di Puskesmas terdekat, dan sebelumnya klien pernah

berobat di RSJ Dr. H. Marzoeki Mahdi.

Masalah Keperawatan : - Halusinasi Penglihatan

- Isolasi Sosial

- Harga Diri Rendah

4. PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL

a. Genogram
= Laki-Laki = Cerai

= Perempuan = Meninggal

= Orang yang tinggal serumah = Klien

1) Pola asuh

Klien sejak kecil di asuh oleh orang tuanya.

2) Pola komunikasi

Pola komunikasi didalam keluarga yaitu komunikasi

terbuka dan klien mengatakan komunikasi dengan keluarga

cukup baik.

3) Pola pengambilan keputusan

Dalam pengambilan keputusan klien diikutsertakan dan

selalu didiskusikan bersama.


a. Konsep diri

1) Citra tubuh

Klien mengatakan ia menyukai semua anggota tubuhnya,

karena berfungsi dengan baik.

2) Identitas diri

Klien dapat menyebutkan nama dengan benar, klien

mengatakan ia adalah seorang perempuan dan klien

mengatakan senang menjadi seorang perempuan.

3) Peran

Klien mengatakan dirinya adalah seorang perempuan yang

sudah berusia 37 tahun, anak kedua dari dua bersaudara.

Klien mengatakan sedih belum bisa menikah.

4) Ideal diri

Klien mengatakan kecewa terhadap dirinya sendiri karena

tidak mampu membantu perekonomian keluarganya. Klien

mengharapkan hidup yang lebih baik kedepannya, sembuh

dari sakitnya, memiliki pekerjaan yang bagus dan bisa

membantu perekonomian keluarganya

5) Harga diri

Klien merasa malu hanya tamat dibangku SD dan belum

bisa bekerja lagi, karena sakit yang di alaminya. Klien juga


merasa malu saat keluar rumah dan merasa berbeda dengan

orang lain, klien lebih senang menyendiri dirumah. Klien

senang bahwa keluarganya selalu mendukung untuk

kesembuhannya.

Masalah Keperawatan : - Isolasi Sosial

- Harga Diri Rendah

a. Hubungan sosial

1) Orang berarti

Orang yang terdekat dan sering diajak mengobrol yaitu ibu

dan kakaknya, karena klien merasa lebih terbuka dan

percaya kepada ibu dan kakaknya.

2) Peran serta dalam kegiatan kelompok / masyarakat

Klien mengatakan tidak mengikuti kegiatan kelompok /

masyarakat, karena klien tidak suka keramaian, ia merasa

tidak berguna dan lebih baik menyendiri dirumah.

3) Hambatan berhubungan dengan orang lain

Klien mengatakan jarang bercerita dan bersenda gurau

dengan keluarganya dan enggan bersosialisasi dengan

orang lain karena merasa berbeda dan takut mengganggu.

Masalah Keperawatan : - Isolasi Sosial

- Harga Diri Rendah


b. Spiritual

1) Agama

Klien beragama islam, klien mengatakan beribadah

sewaktu-waktu jika dia mau melakukannya dan tidak lupa

berdoa juga.

2) Pandangan diri klien tentang gangguan jiwa

Klien berpandangan bahwa orang yang mengalami

gangguan jiwa adalah mereka yang sedang diuji oleh Allah

SWT, termasuk dirinya sendiri, klien dan keluarganya pun

meyakini dan percaya bahwa penyakit klien bisa sembuh.

5. PEMERIKSAAN FISIK

a. Kesadaran : CM (Composmentis)

b. Tanda Vital : TD : 130/80 mmHg

N : 84x/menit

S : 36oC

RR : 20x/menit

c. Ukur : TB :160 cm

BB : 65 kg

d. Keluhan fisik : Pada saat dikaji klien mengatakan tidak ada

keluhan fisik pada dirinya.


6. STATUS MENTAL

a. Penampilan

Penampilan klien rapih, rambut bersih, kuku bersih, karena

klien rajin mandi, keramas dan sisir rambut, penggunaan

pakaian sesuai dan tidak terbalik.

b. Pembicaraan

Klien tidak mampu memulai pembicaraan, dan hanya menjawab

ketika diberi pertanyaan.

c. Aktifitas Motorik

Klien terlihat wajah lemas, lesu dan pandangan klien tampak

kosong.

d. Alam Perasaan

Klien merasa takut jika melihat bayangan hitam yang mau

memukul klien.

c. Afek

Klien berbicara saat ditanya saja dan menjawab dengan singkat

pertanyaan yang diberikan

d. Interaksi selama wawancara

Pada saat wawancara Ny. Y tidak berani menatap ke arah

lawan bicara dan menjawab seadanya. Tidak bisa memulai


pembicaraan.

e. Persepsi

Klien mengatakan melihat bayangan berwarna hitam berwujud

orang yang ingin memukulnya. Klien melihat bayangan hitam

tersebut pada waktu siang maupun malam, biasanya bayangan

tersebut muncul 1-2x sehari, bayangan muncul pada saat klien

sendiri maupun bersama anggota keluarga, saat klien melihat

bayangan tersebut klien merasa takut.

f. Proses Pikir

Klien tidak banyak bertanya hanya menjawab saat ditanya saja.

g. Isi Pikir

Klien merasa takut jika melihat bayangan yang mau memukul klien.

h. Tingkat Kesadaran

Klien dapat berorientasi waktu, orang dan tempat dengan baik.

Klien mampu menyebutkan hari, tanggal, tahun, dan jam dengan

benar saat wawancara.

i. Memori

Klien mampu mengingat kejadian yang sudah lama terjadi.

j. Tingkat konsentrasi

Klien mampu berhitung dengan baik. Misalnya saat klien

diminta berhitung dari 1 sampai 20 dan diulang kembali dari

20 hingga 1 klien dapat melakukan dengan baik..


55
k. Kemampuan penilaian

Klien mampu melakukan penilaian dengan baik.misalnya saat ditanya

mana yang lebih dahulu, mencuci baju atau menjemur baju? Klien dapat

menjawab mencuci baju.

l. Daya tilik diri

Pada saat dikaji klien tidak pernah mengingkari penyakit yang di derita

sekarang.

Masalah Keperawatan : - Isolasi Sosial

- Halusinasi Penglihatan

7. KEBUTUHAN DI RUMAH

a. Makan

Klien mampu makan dengan sendiri tanpa bantuan, klien makan

sebanyak 3x sehari 1 atau 1/2 porsi habis.

b. BAB/BAK

Klien mampu pergi ke kamar mandi sendiri tanpa bantuan orang lain dan

membersihkannya sendiri. BAB 2x sehari, BAK 5x sehari.

c. Mandi

Klien mandi 1-2x sehari dengan menggunakan sabun.

d. Berpakaian / berhias

Klien mampu berpakaian sendiri dengan benar.


e. Istirahat dan tidur

Tidur siang kurang lebih 2 jam dari pukul 11.30-13.00

Tidur malam kurang lebih 7-8 jam dari pukul 21.00-05.00

f. Penggunaan obat

Klien biasanya minum obat setelah makan dengan didampingi kakaknya.

g. Pemeliharaan Kesehatan

Keluarga klien mengatakan klien berobat ke Puskesmas.

h. Kegiatan didalam rumah

Klien mampu membereskan kamar dan kadang mencuci pakaiannya.

i. Kegiatan diluar rumah

Klien mengatakan kadang berbelanja ke warung terdekat, tetapi tidak

banyak berinteraksi dengan orang sekitar.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

8. MEKANISME KOPING

Klien tinggal bersama kedua orang tua dan kakanya, klien termasuk orang

yang pendiam dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain.

Masalah Keperawatan : Isolasi Sosial

9. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

a. Masalah dengan dukungan kelompok

Klien mengalami masalah dalam berinteraksi dengan kelompok karena

klien merasa malu dan takut mengganggu orang lain.

b. Masalah dengan lingkungan


Klien mengalami masalah dalam berinteraksi dengan lingkungan karena

klien merasa berbeda dan tidak mendapatkan dukungan dari lingkungan

sekitarnya.

c. Masalah dengan Pendidikan

Klien merasa malu karena pendidikannya hanya sampai dibangku SD.

d. Masalah dengan pekerjaan

Klien mengalami masalah dalam pekerjaan, karena sakit yang di alaminya.

e. Masalah dengan perumahan

Saat ditanya tetang tetangganya, klien tidak banyak tahu karena klien

jarang berinteraksi dengan tetangganya.

f. Masalah ekonomi

Klien mengatakan dalam ekonomi kurang

g. Masalah dengan pelayanan Kesehatan

Klien mengatakan tidak ada masalah dengan pelayanan Kesehatan.

Masalah Keperawatan : - Isolasi Sosial


- Harga Diri Rendah

10. Aspek Pengetahuan

Klien menyadari bahwa ia gangguan gangguan jiwa, klien juga mengetahui

kegunaan obat-obatan nya.

Masalah Keperawatan : Tidak Ada Masalah

11. Aspek Medis

a. Diagnosa Medis : Skizofrenia

b. Terapi : - Haloperidol
12. Analisa Data

Tabel 3.1 Analisa Data

No Data subyektif Data obyektif Masalah

1
- Klien mengatakan - Klien tampak sering Isolasi Sosial

lebih suka berdiam menyendiri dan tidak

diri dirumah. mau bergabung

- Klien mengatakan dengan yang lain.

malas berinteraksi - Klien tampak lesu

dengan orang lain. - Kontak mata klien

- Klien mengatakan kurang

tidak suka keramaian - Klien menolak

- Klien tidak mau berinteraksi dengan

bergabung dengan orang lain.

orang lain karena

merasa berbeda.

2. - Klien - Tatapan klien kosong Halusinasi Penglihatan

mengatakan ia - Sering memandang


melihat bayang satu arah.

hitam berbentuk - Kontak mata klien

orang yang ingin kurang.

memukulnya. - Sering melamun

- Waktunya siang

maupun malam

- bayangan

tersebut bisa

muncul 1-2 kali

sehari

- Bayangan hitam

itu datang saat

klien sendiri

maupun bersama

anggota keluarga.

- Klien

mengatakan ia

merasa takut saat

melihat bayangan

itu

3 - Klien merasa malu di usia - Kontak mata kurang Harga Diri Rendah
37 tahun belum menikah - Klien tampak lesu

- Klien merasa kecewa - Klien tampak berbicara

pada dirinya karena belum pelan

bisa membantu - Klien menjawab

perekonomian pertanyaan seperlunya

keluarganya.

- Klien

mengatakan

dirinya tidak

berguna

- Klien mengatakan

bingung dalam

memulai pembicaraan

dan takut mengganggu

orang lain

13. Diagnosa Keperawatan

1) Halusinasi Penglihatan

2) Isolasi Sosial

3) Harga Diri Rendah

14. Pohon Masalah


Halusinasi Penglihatan
Effect

Isolasi Sosial
Core Problem

Harga Diri Rendah


Causa

Masalah keperawatan yang diambil adalah Isolasi Sosial, penyebab dari

Isolasi Sosial adalah Harga Diri Rendah, sehingga timbul efeknya adalah

Halusinasi Penglihatan.

15. Prioritas Diagnosa Keperawatan

1) Isolasi Sosial

2) Halusinasi Penglihatan

4) Harga Diri Rendah


16. Intervensi

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN DENGAN ISOLASI SOSIAL

Nama : Ny. Y

Umur : 37 Tahun

No Diagnosa Perencanaan

Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

1. Isolasi Sosial Tujuan umum :

Pasien dapat

berinteraksi

denagn orang lain

Pasien mampu menyebutkan 1. Tanyakan pasien tentang : Untuk mengetahui

Tujuan khusus 1 : minimal satu penyebab a. Orang yang tinggal sejauh mana

Pasien mampu menarik diri dari : diri serumah/teman sekamar hubungan klien

menyebutkan sendiri, orang lain, dalam keluarga

lingkungan
penyebab menarik b. Orang yang paling dekat

diri dengan pasien

dirumah/diruang perawat

c. Apa yang membuat pasien

dekat dengan orang tersebut

d. Orang yang tidak dekat

dengan pasien

dirumah/dieuang perawatan

e. Apa yang membuat pasien

tidak dekat dengan orang

tersebut Untuk

f. Upaya yang dilakukan agar mendapatkan data

dekat dengan orang lain dan

2. Diskusikan dengan pasien menanggulangi

penyebab menarik diri atau isolasi sosial


tidak mau bergaul dengan

orang lain

3. Beri pujian terhadap Reinforcement

Tujuan khusus 2 : Pasien dapat menyebutkan kmampuan pasien positif

Pasien mampu keuntungan berhubungan mngungkapkan perasaanya meningkatkan

menyebutkan sosial dan kerugian menarik harga diri klien

keuntungan diri

berhubungan

sosial dan kerugian 1. Tanyakan pada pasien Untuk mengetahui

menarik diri. tentang : pengetahuan klien

a. Manfaat hubungan tentang isolasi

sosial sosial

b. Kerugian menarik

diri
2. Diskusikan bersama Agar klien tahu

pasien tentang manfaat kegunaan

berhubungan sosial dan interaksi sosial

kerugian menarik diri

1. Pasien dapat

Tujuan khusus 3 : melaksanakan 3. Beri pujian terhadap

Pasien dapat hubungan sosial kemampuan pasien Untuk menambah

melaksanakan secara bertahap mengungkapkan harga diri klien

hubungan sosial dengan : perasaannya

secara bertahap a. Perawat

b. Perawat lain

c. Pasien lain 1. Observasi prilaku pasien Melihat

d. Kelompok saat berhubungan social kemampuan klien

untuk berinteraksi

sosial
2. Beri motivasi dan bantu

pasien untuk Agar klien

berkenalan/berkomunikasi termotivasi untuk

dengan : berinteraksi

a. Perawat lain

b. Pasien lain

c. Kelompok

3. Libatkan pasien dalam

terapi aktivitas kelompok Agar klien merasa

sosialisasi berarti dalam

kelompok

4. Diskusikan jadwal harian

yang dapat dilakukan Untuk keteraturan

untuk meningkatkan dalam berinteraksi

kemampuan

pasien bersosialisasi
5. Beri motivasi untuk

Tujuan khusus 4 : Dapat menjelaskan melakukan kegiatan sesuai Agar klien

Paisen mampu perasaannya setelah dengan jadwal yang telah terbiasa dalam

menjelaskan berhubungan sosial dengan : dibuat berinteraksi

perasaannya 1. Orang lain 6. Beri pujian terhadap

setelah 2. Kelompok kemampuan pasien Agar klien

berhubungan memperluas pergaualannya termotivasi untuk

sosial melalui aktivitas yang berinteraksi

dilaksanakan

1. Diskusikan dengan pasien

1. Keluarga dapat tentang perasaanya setelah Mengetahui

menjelaskan tentang berhubungan sosial dengan keinginan klien

: : untuk berinteraksi

a. Pengertian a. Orang lain sosial

menarik diri
Tujuan khusus 5 b. Tanda dan b. Kelompok

Pasien gejala menarik 2. Beri pujian terhadap

mendapatkan diri kemampuan pasien Memberikan rasa

dukungan keluarga c. Penyebab dan mengungkapkan percaya diri untuk

dalam memperluas akibat menarik perasaannya berinteraksi

hubungan sosial diri

d. Cara merawat 1. Diskusikan pentingnya

pasien menarik peran serta keluarga sebagai Keterlibatan

diri pendukung untuk mengatasi keluarga sangat

2. Keluarga dapat prilaku menarik diri mendukung

mempraktekan cara 2. Diskusikan potensi keluarga terhadap proses

merawat pasien untuk membantu pasien perubahan

menarik diri mengatasi prilaku menarik perilaku klien

diri
3. Jelaskan pada keluarga

tentang :

a. Pengertian menarik diri

b. Tanda dan gejala

menarik diri

c. Penyebab dan akibat

menarik diri

4. Cara merawat pasien

menarik diri

1. Pasien dapat 5. Latih cara merawat pasien

menyebutkan : menarik diri

Tujuan khusus 6 : a. Manfaat minum 6. Tanyakan perasaan keluarga

Pasien dapat obat setelah mencoba cara yang

memanfaatkan b. Kerugian tidak dilatihkan

obat dengan baik minum obat


c. Nama, warna, 7. Beri motivasi keluarga agar

dosis, efek terapi membantu pasien untuk Dengan

dan efek samping bersosialisasi mengetahui dosis,

obat 8. Beri pujian kepada keluarga frekuensi, dan

2. Pasien atas keterilibatannya manfaat obat

mendemonstrasikan merawat pasien dirumah diharapkan klien

penggunaan obat sakit melaksanakan

dengan benar program

3. Pasien dapat pengobatan

menyebutkan akibat 1. Diskusikan denga pasien

berhenti minum obat tentang manfaat, dan Menilai

tanpa konsultasi kerugian tidak minum obat, kemampuan klien

dengan dokter nama, warna, dosis, cara, dalam mengelola

efek samping penggunaan pengobatannya

obat sendiri
Dengan

2. Pantau pasien saat mengetahui efek

penggunaan obat samping obat

klien akan

mengetahui apa

yang harus

3. Beri pujian jika pasien dilakukan setelah

menggunakan obat dengan minum obat

benar Program

pengobatan dapat

4. Diskusikan akibat berhenti berjalan sesuai

minum obat tanpa konsultasi dengan rencana

dengan dokter Dengan

mengetahui
5. Anjurkan pasien untuk prinsip 5 benar

berkonsultasi kepada penggunaan obat,

dokter/perawat jika terjadi maka kemandirian

hal-hal yang tidak klien untuk

diinginkan pengobatan dapat

ditingkatkan

secara bertahap

(Sumber : Keliat, B.A.2006)


Tabel 3.2

RENCANA KEPERAWATAN DENGAN HALUSINASI

Nama : Ny. Y
Umur : 37 Tahun

No. Diagnosa Perencanaan


Intervensi Rasional
DX Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi

2 Halusinasi Tujuan Umum (TUM):


Penglihatan
Gangguan persepsi sensori 1.1.Ekspresi wajah

halusinasi penglihatan bersahabat, menunjuan


1.1.1 Bina hubungan saling - Hubungan saling
tidak terjadi. rasa senang, ada kontak
percaya dengan percaya merupakan
mata, mau berjabat
Tujuan khusus (TUK): mengungkapkan dasar untuk
tangan, mau menyebutkan

nama, mau menyebutkan


1. Klien dapat mengenal salam, klien mau duduk prinsip komunikasi kelancaran hubungan

halusinasinya berdampingan dengan terapeutik interaksi selanjutnya

perawat, mau

mengutarakan masalah

yang dihadapi

2.1.1. Adakan kontak - Kontak yang sering


2.1. Klien dapat menyebutkan
sering, singkat, dan dan singkat
waktu, isi, frekuensi
bertahap merupakan salah satu
timbulnya masalah
upaya untuk membina

hubungan saling

percaya

2.1.2. Observasi tingkah

laku verbal dan non


2. Klien dapat mengenal verbal yang

halusinasinya berhubungan dengan - Pengendalian

halusinasi. Perhatikan terhadap gangguan

isi kalimat bicara komunikasi harus

sendiri atau lebih dahulu dikenali

menunjuk sesuatu oleh perawat sehingga

atau berteriak perawatan yang

dilakukan akan lebih

efektif
2.1.3. Gambarkan tingkah

laku halusinasi pada

klien misalnya saat

bicara dan menunjuk


- Klien mungkin tidak
sesuatu misalnnya ;
mampu

mengungkapkan
a. Adakah sesuatu perasaannya ,sehingga

yang anda lihat perlu memfasilitsai

atau dengar? untuk mengemukakan

b. Siapa yang ada secara terbuka dengan

dalam pikiran memberitahukan

anda? tingkah laku klien

kepada perawat

2.1.4. Terima halusinsi

sebagai hal nyata - Konfrontasi dengan

yang pada klien dan klien selain dapat

berikan pendapat merusak hubungan

bahwa halusinasi saling pecaya juga

tidak nyata pada diri dapat menyebabkan

perawat ( tidak trauma sehingga

membenarkan tapi
tidak pula makin mempeberat

membantah ) keadaan klien


2.2. Klien dapat menyebutkan

stimulasi yang dapat

menimbulkan halusinasi 2.1.5. Diskusikan dengan

antara lain sipat, klien apa yang

frekuensi, isi, waktu dirasakan jika

timbulnya halusinasi halusinasi

setelah 3 kali pertemuan (marah/takut, senang,

sedih) beri

kesempatan

mengungkapkan

perasaannya.

- Untuk

mengidentifikasi
2.2.1. Identifiksi bersama pengaruh halusinasi

klien situasi yang klien.

meimbulkan

halusinasi mencakup

sipat, frekuensi,

insiden, dan waku

terjadinya - Peran serta aktif dari


3.1. Klien dapat menyebutkan
klien sangat
tindakan yang biasa
2.2.2. Bersama klien menentukan
dilakukan untuk
memastikan faktor keefektifan rencana
mengendalikan
pencetus timbulnya perawatan yang akan
halusinasinya
halusinasi dilakukan

- Halusinasi dapat

terjadi karena
3.2. Klien dapat menyebutkan 2.2.3. Dorong klien untuk munculnya

cara baru untuk melaporkan jika kecemasan dan jika

mengontrol halusinasi muncul halusinasi klien tahu hubungan

terjadinya halusinasi

tersebut maka klien

akan dapat mengelola,

- menghindari,

3.1.1. Identifikasi bersama mengurangi, serta

klien cara tindakan mengendalikan

yang dilakukan jika halusinasinya.


3.3. Klien dapat memilih cara
terjadi halusinasi
mengatasi halusinasinya
(tidur, marah,
seperti yang telah
menyibukkan diri dan

lain-lain)
didiskusikan dengan - Upaya untuk

klien. mengurangi stimulus


3.1.2. bersama klien
internal perlu
membuat jadual
dilakukan oleh klien
aktivitas untuk
sendiri sehingga
menghindari
halusinasinya tidak
kesendirian
berlanjut

3. Klien dapat

mengontrol

halusinasinya
3.1.3. Libatkan klien dalam
- Stimulasi eksternal
terapi aktivitas
hendaknya selalu
orientsai realitas
dipresentasikan sesuai
realita terhadap klien

sehingga

halusinasinya tidak

berlanjut
3.2.1. Bersama klien

mengontrol halusinsi,

identifikasi jika
- Dengan selalu
tampak tanda-tanda
melakukan aktivitas
peilaku halusinasi
akan mempengaruhi

berkurangnya
3.3.1 Bersama klien
stimulus halusinasi
mendiskusikan

tentang alternatif

kegiatan yang dapat

mengontrol
halusinasinya, - Stimulus internal

misalnya; dapat ditutupi oleh


4. Klien mendapatkan
a. Bergabung stimulus eksternal
dukungan keluarga
dengan klien lain
dan paham
atau perawat
mengontrol
untuk bercakap-
halusinasinya
cakap
4.1. Keluarga dapat membina
b. Katakan kepada
hubungan saling percaya
perawat jika
dengan perawat setelah 1
mendengar /
kali pertemuan
melihat sesuatu
a. Keluarga dapat

menerima kehadiran
- Dengan meningkatkan
perawat 4.1.1. Lakukan home visit
perhatian klien
atau saat keluarga
rangsangan internal
berkunjung,
b. Keluarga mau perkenalkan diri dapat memperkuat

menjawab pertanyaan perawat kemampuan klien

perawat untuk meperoleh

c. Ekspresi wajah halusinasinya


5. Klien dapat keluarga hangat dan
menggunakan obat tidak tegang
- Berbagai tekhnik
untuk mengatasi 4.1.2. Jelaskan tujuan
dapat mengalihkan
halusinasinya perawat berinteraksi
perhatian klien
dengan keluarga
terhadap adanya

halusinasinya

4.2. Keluarga dapat mengerti


- Hubungan saling
tentang peran dan
percaya dapat terbina
tanggung jawab merawat 4.2.1. Keluarga dapat jika perawat

klien mengerti tentang menerima keluarga

peran dan tanggung ataupun sebaliknya

jawabnya dlam sehingga timbul

merawat klien perasaan aman dan

tidakada perasaan

terancam

4.3. Keluarga dapat

menjelaskan tentang - Penjelasan maksud


4.3.1. Kaji ulang
halusinasi klien setelah dan tujuan untuk
pengetahuan keluarga
satu kali peretemuan menurunkan rasa
tentang pengertian,
curiga pada diri
tanda-tanda, dan cara-
keluarga terhadap
cara yang harus
perawat sehingga
dilakukan apabila
hubungan saling
halusinasi klien percaya dapat terjalin

muncul di rumah dengan optimal

4.3.2. Berikan pujian bila - Pemahaman peran

keluarga menyatakan dan tanggung jawab

pernyataan yang sangat berguna untuk

4.4. Klien dapat benar tentang mengkaji persepsi

menggunakan keluarga halusinsi keluarga terhadap

sebagai support system masalah yang

dengan cara bercerita akhirnya dapat


4.4.1. Anjurkan keluarga
kepada keluarga setiap membantu klien
untuk tetap
kali halusinasinya muncul - Pengatahuan keluarga
mendorong klien agar
merupakan dasar
klien mau
untuk membantu
menyatakan
halusinasinya kepada perawatan klien di

keluarga rumah

5.1. Klien dapat mengerti


4.4.2. Anjurkan keluarga
cara minum obat, efek
untuk memberikan
terapi serta
pujian kepada klien
antisipasinya setelah
jika mau bercerita
3 kali pertemuan
tentang halusinasinya - Meningkatkan harga

diri dan memperkuat

hubungan saling
4.4.3. Keluarga dan klien
percaya
bersama-sma
- Dorongan positif
melakukan aktivits
dapat membantu klien
yang dapat
untuk mau
memutuskan siklus mengungkapkan

halusinasi halusinasinya

- Pujian dapat

meningkatkan harga
4.4.4. Jelaskan keadaan
diri klien
yang memerlukan

rujukan segera ke

RSJ terdekat atau

pelayanan kesehatan

terdekat jika klien


- Keaktifan keluarga
tampak mengamuk
dalam melakukan
dan menganiaya diri
aktivitas sangatlah
atau orang lain
dibutuhkan untuk
memutuskan siklus

halusinasi

5.1.1. Diskusikan dengan


- Untuk mencegah
klien dan keluarga
aklibat yang lebih

buruk yang akan

ditimbulkan oleh

klien
- Diskusi sangat

diperlukan untuk

mengetahui
5.1.2. Bantu klien
sejauhmana
memastikan bahwa
pekembangan klien
klien minum obat
dan manpaat yang
sesuai dengan
dirasakan klien
program
sehingga

mempertahnkan minat

5.1.3. Observasi tanda dan klien untuk distraksi

gejala terkait dengan

pengobatan
5.1.4. Jelaskan kepada klien - Ketaatan klien pada

dan keluarga tentang program pengobatan

pentingnya minum akan membuat efek

obat secara teratur dan terapi menjadi lebih

kontrol tepat pada efektif

waktunya.
- Agar dapat

mengantisipasi lebih

dini

- Dengan pemahaman

yang baik diharapkan

klien dan keluarga

patuh terhadap

program pengobatan
Tabel 3.3

RENCANA KEPERAWATAN DENGAN HARGA DIRI RENDAH

Nama : Ny. Y

Umur : 37 Tahun

No Diagnosa Perencanaan

Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional

2. Harga Diri Tujuan umum :

Rendah Klien memiliki

tujuan yang positif

Tujuan khusus 1 :

Pasien dapat 1. Pasien dapat 1. Bina hubungan saling Hubungan saling

mengidentifikasi mengungkapkan percaya percaya akan

kemampuan dan perasannya menimbulkan


aspek positif yang 2. Ekspresi wajah a. Sapa pasien kepercayaan klien

dimiliki bersahabat dengan ramah, pada perawat

3. Ada kontak mata baik verbal sehingga akan

4. Menunjukkan rasa maupun non verbal memudahkan

senang b. Perkenalkan diri dalam pelaksanaan

5. Mau berjabat tangan dengan sopan tindakan

6. Mau menjawab c. Tanya nama selanjutnya

salam lengkap pasien dan

7. Pasien mau duduk nama panggilan

berdampingan yang disukai

8. Pasien mau pasien

mengutarakan d. Jelaskan tujuan

masalah yang pertemuan, jujur

dihadapi dan menempati

janji
e. Tunjukkan sikap

empati dan

menerima pasien

apa adanya

f. Beri perhatian

pada pasien

2. Beri kesempatan untuk

mengungkapkan

Tujuan khusus 2 : perasaan tentang

Pasien dapat menilai penyakit yang

kemampuan yang dideritanya

dapat digunakan 3. Sediakan waktu untuk Pujian akan

1. Pasien mampu mendengarkan pasien meningkatkan

mempertahankan 4. Katakan pada pasien harga diri klien

aspek yang positif bahwa ia adalah seorang


yang berharga dan

bertanggung jawab serta

Tujuan khusus 3 : mampu mendorong

Pasien dapat dirinya sendiri.

menetapkan dan

merencanakan

kegiatan sesuai 1. Diskusikan

dengan kemampuan kemampuan dan aspek

yang dimiliki. positif yang dimili

pasien dan diberi pujian Peningkatan

1. Kebutuhan pasien atas kemampuan kemampuan

terpenuhi mengungkapkan mendorong klien

2. Pasien dapat perasaanya. untuk mandiri

melakukan aktivitas 2. Saat bertemu pasien,

terarah hindarkan memberi

penilaian yang negatif,


utamakan memberi

pujian yang realistis

Tujuan khusus 4 :

Pasien dapat

melakukan kegiatan .

sesuai dengan 1. Diskusikan kemampuan Pelaksanaan

kondisi sakit dan 1. Pasien mampu pasien yang masih dapat kegiatan secara

kemampuannya beraktivitas sesuai digunakan selama sakit mandiri modal awal

kemampuan 2. Diskusikan juga untuk

2. Pasien mengikuti kemampuan yang dapat meningkatkan

terapi aktivitas dilanjutkan penggunaan harga diri

kelompok dirumah sakit dan

dirumah nanti.
Tujuan khusus 5 : Pasien mampu beraktivitas 1. Rencanakan bersama Dengan aktivitas

Pasien dapat sesuai kemampuan pasien aktivitas yang klien akan

memanfaatkan Pasien mampu melakukan dapat dilakukan setiap mengetahui

sistem pendukung apa yang diajarkan hari sesuai kemampuan : kemampuannya

yang ada kegiatan mandiri,

kegiatan dengan bantuan

minimal, kegiatan dengan

bantuan total

2. Tingkatkan kegiatan Perhatian keluarga

sesuai dengan toleransi dan pengertian

kondisi pasien keluarga akan dapat

3. Beri contoh pelaksanaan membantu

kegiatan yang boleh meningkatkan

pasien lakukan (sering harga diri klien


klien takut

melaksanakannya)

1. Beri kesempatan pasien

untuk mencobakegiatan

yang direncanakan

2. Beri pujian atas

keberhasilan pasien

3. Diskusikan

kemungkinan

pelaksanaan dirumah.
1. Beri pendidikan

kesehatan kepada

keluarga tentang cara

merawat pasien harga

diri rendah

2. Bantu keluarga memberi

dukungan selama pasien

dirawat

3. Bantu keluarga

menyiapkan lingkungan

dirumah

(Sumber : Keliat, B.A.2006


17. Implementasi dan Evaluasi

Tabel 3.4 Implementasi dan Evaluasi

Hari & tanggal Diagnosi Implementasi Evaluasi Paraf

Waktu Keperawatan

Senin, 03 Mei Isolasi sosial Kondisi klien : S: Shella

2021 - Klien mengatakan malas - Klien mengatakan keuntungan

09.00 WIB berinteraksi dengan orang lain. mempunyai teman adalah bisa

- Klien menarik diri dari orang untuk menemaninya ngobrol

lain atau bercerita


Tindakan keperawatan : - Klien mengatakan kerugian

SP I : tidak mempunyai teman untuk

- Mendiskusikan penyebab ngobrol

isolasi sosial - Klien mengatakan mau

- Mendiskusikan tentang berkenalan dengan orang lain

keuntungan dan kerugian


O:
tidak berinteraksi dengan
Klien terlihat mau berkenalan
orang lain
dengan orang lain yaitu
- Mengajarkan cara
mahasiswa
berkenalan dengan satu
A:
orang
Klien mampu berkenalan
- Menganjurkan klien
dengan satu orang atau dua
memasukan kedalam jadwal
orang
jadwal harian
P:
Anjurkan klien untuk

berkenalan dengan satu dan

dua orang tanpa bimbingan

mahasiswa.

RTL :

Melatih klien untuk berkenalan

dengan satu atau dua orang

atau lebih

Senin, 03 Mei Isolasi sosial Kondisi klien : S: Shella


2021
Klien sering menyendiri dirumah Klien mengatakan sudah
10.00 WIB
berkenalan dengan orang lain

Tindakan keperawatan : O:

SP II : - Klien bisa berkenalan dengan

- Mengevaluasi kegiatan orang lain

harian
- Memberikan kesempatan - Klien tampak lebih semangat dan

pada klien mempraktekan mengajak berbincang-bincang

cara berkenalan dengan satu kepada mahasiswa lain.

orang dan dua orang


A:
- Membantu klien
Klien mampu
memasukan kedalam jadwal
mendemonstrasikan cara
kegiatan harian
berkenalan dengan satu orang

dan dua orang

P:

- Motivasi untuk melaksanakan

kegiatan berbincang – bincang

dengan orang lain

RTL :

Lanjut ke SP III berkenalan

dengan dua orang atau lebih


Senin, 03 Mei Isolasi sosial Kondisi klien : S: Shella
2021
Klien mengatakan jarang mengikuti - Klein mengatakan sudah
11.00 WIB
kegiatan yang ada dirumah. berkenalan dengan orang lain

Tindakan keperawatan : - Klien mengatakan senang

SP III : mempunyai banyak teman

- Mengevaluasi jadwal
O:
kegiaan harian
- Klien tampak kooperatif
- Mengevaluasi kemampuan
- Klien tampak mempunyai
yang lain berkenalan dengan
teman yang mau berkeanalan
dua orang atau lebih
dan ngobrol dengan nya
- Menganjurkan untuk
A:
memasukan kedalam jadwal
- Klien mampu melatih dan
kegiatan harian
menerapkan cara berkenalan
- Klien mampu berinteraksi

dengan orang lain

P:

- Motivasi klien untuk bergaul

dengan orang lain atau

temannya

RTL :

- Motivasi klien untuk

berkenalan terus dengan teman

yang belum dikenalnya

Lanjutkan intervensi selanjutnya


Selasa, 04 Mei Halusinasi Kondisi klien : S: Shella

2021 - klien sering melamun - klien mengontrol halusinasi

09 : 30 nya dengan cara menghardik


- Tatapan kosong dan tertuju
O:
pada satu arah, namun yang
- klien dapat menyebutkan cara
ditujunya itu tidak ada.
mengontrol halusinasinya

dengan cara menghardik


Tindakan keperawatan : - klien tampak kooperatif

SP I : - klien melakukan cara

- Mengidentifikasi jenis, isi, menghardik halusinasi

waktu, frekuensi, respon,


A:
durasi halusinasi
- Klien mampu mengontrol
- Mengajarkan cara
halusinasinya Sesuai yang di
mengontrol halusinasi
ajarkan mahasiswa yaitu
dengan cara menghardik
dengan cara menghardik
- menganjurkan klien
bercakap- cakap dan
memasukan jadwal ke
melakukan kegiatan
dalam kegiatan harian klien

P:

- Motivasi klien untuk

melaksanakan kegiatan yang

telah dilaksanakan
- Anjurkan klien untuk

melakukan menghardik jika

halusinasinya sedang muncul

RTL :

Lanjutkan ke SP II latih cara

mengontrol halusinasi dengan

bercakap-cakap dengan orang

lain

Selasa, 04 Mei Halusinasi Kondisi klien :  Klien mengatakan sudah bisa


2021
penglihatan Klien tampak melamun dan bediam mengontrol halusinasinya dengan
10 : 30
diri cara menghardik

 Klien mengatakan dengan

Tindakan keperawatan : bercakap-cakap

halusinasinya

tidak datang
SP II

- Mengevaluasi jadwal O:

kegiatan harian klien  Klien tampak kooperatif ketika

- Melatih klien diajak bercakap-cakap

mengendalikan halusinasi  Klien sudah bisa mengontrol

dengan cara bercakap-cakap halusinasinya dengan

dengan orang lain menghardik dan bercakap-

- Menganjurkan klien cakap

memasukan kedalam jadwal A:

kegiatan harian  Klien mampu bercakap-cakap

dengan orang lain

P:

 Motivasi untuk selalu melatih

cara mengontrol halusinasinya


dengan bercakap-cakap

dengan orang lain

RTL :

Lanjutkan ke SP III untuk

mengajarkan cara mengontrol

halusinasi dengan cara

melakukan kegiatan harian

Selasa, 04 Mei Halusinasi Kondisi klien : S:


2021
penglihatan Klien sudah jarang melamun Klien sudah jarang melamun
12.00 O:

Tindakan keperawatan :

SP III
- Mengevaluasi jadwal - Klien tampak melakukan

kegiatan harian klien kegiatan menyapu

- Melatih cara mengontrol halaman rumah.

halusinasi dengan cara A :

melakukan kegiatan yang - Klien mampu melakukan

bisa dilakukan kegiatan jika halusinasinya

- Menganjurkan klien muncul

memasukan kedalam jadwal P :

kegiatan harian - Motivasi klien untuk selalu

melatih cara mengontrol

halusinasinya dngan cara

melakukan kegiatan harian

yang bisa dilakukan


RTL :

Lanjutkan ke SP IV

mengajarkan mengontrol halusinasi

dengan cara minum obat yang benar

dan teratur

Selasa, 04 Mei Halusinasi Kondisi Pasien : S:


2021
penglihatan Klien menyangkal bahwa dirinya - Klien mengatakan bisa cara
13.30 suka melamun mengontrol halusinasi yang

Tindakan keperawatan SP IV telah di anjurkan oleh

- Mengevaluasi jadwal mahasiswa dengan

kegiatan harian menghardik,

- Memberikan pendidikan berbincang-bincang dan

kesehatan tentang melakukan kegiatan yang bisa

dilakukan
penggunaan obat secara - Klien mengatakan mengerti

teratur penjelasan perawat tentang

- Menganjurkan klien obat dan kegunaanya

memasukan kedalam jadwal

kegiatan harian O:

- Klien tampak menjelaskan

kembali tentang keuntungan

meminum obat secara teratur

A:

- Pertahankan intervensi yang

sudah perawat ajarkan

- SP IV tercapai
P:

Ingatkan klien utnuk selalu

melatih cara-cara mengontrol

halusinasinya yang telah di

ajarkan mahasiswa dalam

kegiatan harian

RTL :

- Lanjutkan ke intervensi

selanjutnya
Rabu, 05 Mei Harga diri rendah Kondisi klien : S: Shella
2021
- Klien merasa berbeda - Klien merasa berbeda dengan
09.00
dengan orang lain
orang lain
- Klien merasa tidak berguna
- Klien merasa tidak berguna
- Klien mengatakan malu
- Klien mengatakan mempunyai
diumur 37 belum menikah
beberapa kemampuan yang
- Klien merasa kecewa
dimiliki nya yaitu menyapu,
karena belum bisa
mencuci piring merapihkan
membantu perekonomian
tempat tidur
keluarga

O:
Tindakan keperawatan : - Klien terlihat mau melakukan
SP I :
menyapu dan merapihkan
- Mengidentifikasi aspek
tempat tidur
positif yang dimiliki
A:
- Mendiskusikan kemampuan

yang masih bisa dilakukan

- Melatih klien melakukan

kemampuan yang dimiliki


- Menganjurkan klien untuk - Klien mampu mengidentifikasi

memasukan kedalma jadwal aspek positif dan kemampuan

kwgiatan harian yang masih bisa dilakukan

P:

- Motivasi klien melaksanakan

kegiatan yang telah dipilih

yaitu menyapu, mencuci

piring, merapihkan tempat

tidur

RTL :

Lanjutkan ke SP II harga diri rendah

kegiatan yang dipilih kedua


Rabu, 05 Mei Harga diri rendah Kondisi klien S: Shella
2021
- Klien sudah mau - Klien mengatakan mempunyai
9 : 20
berinteraksi dengan beberapa kemampuan yang

lingkungannya
dimilikinya yaitu menyapu,
Tindakan keperawatan :
mencuci piring, merapihkan
SP II
tempat tidur
- Menetapkan atau

merencanakna kegiatan O :

sesuai kemampuan yang - Klien tampak tenang, sudah mau

dimiliki menghargai dirinya sendiri.

- Merencanakan kegiatan - Klien terlihat mau merapihkan

yang dapat dilakukan setiap tempat tidur

hari sesuai kemampuan


A:
- Memberi contoh cara
- Klien mampu melatih
melaksanakan kegiatan yang
kemampuan merapihkan

tempat tidur tanpa bantuan

mahasiswa

P:
dapat dilakukan klien - Anjurkan klien untuk

(merapihkan tempat tidur) melakukan kegiatan sehari –

hari seperti menyapu, dll.

RTL :

Melatih kembali kemampuan klien

yang dapat dilakukan dirumah sakit


145

B. Pembahasan

Dari hasil pengkajian yang dilakukan selama 3 hari dari tanggal 02 Mei

– 04 Mei 2021 penulis melakukan asuhan keperawatan jiwa meliputi

aspek bio, psiko, sosial dan spiritual. Permasalahan yang dialami klien

yaitu penulis akan menguraikan permasalah teori dan data yang

diperoleh dari klien sampai dengan evaluasi dan hambatan dalam

melakukan asuhan keperawatan jiwa

1. Pengkajian

Pada pengkajian, penulis fokus pada faktor predisposisi. Tingkah laku

dan mekanisme koping Ny. Y yang menyebabkan isolasi sosial dan

selama pengkajian ada kesesuaian penulis memfokuskan pada faktor

predisposisi, perilaku dan mekanisme koping Ny. Y yang

menyebabkan mengalami isolasi sosial. Adapun data yang didapatkan

adalah : pada saat di kaji kontak mata klien kurang saat berinteraksi,

kontak mata tertuju pada satu arah dan tidak tertuju pada mahasiswa,

klien tidak bisa memulai pembicaraannya, pembicaraannya pelan dan

klien mengatakan malas untuk bergaul dengan orang disekitar nya

karena malas dan merasa berbeda.

Faktor yang menghambat saat pengkajian yaitu ditemukannya klien

kurang kooperatif dan kontak mata kurang.

Untuk solusi yang dilakukan oleh penulis adalah dengan mengadakan

kontrak dengan melibatkan keluarga dan hubungan saling percaya

untuk melancarkan interaksi selanjutnya.


2. Diagnosa Keperawatan

Dari data yang penulis dapatkan pada Ny. Y adalah Isolasi Sosial,

Halusinasi Penglihatan dan Harga Diri Rendah.

a. Diagnosa pertama yaitu isolasi sosial, yang ditandai data mayor

yaitu mengatakan menyendiri, mengurung diri, tidak mau

bercakap-cakap dengan orang lain. Data minor yaitu tidak

berinisiatif berhubungan dengan orang lain, mondar mandir,

mencurigai orang lain.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian yaitu klien

kurang kooperatif dengan mahasiswa, klien tidak dapat

mempertahankan kontak mata saat berinteraksi, mata klien tidak

tertuju pada mahasiswa dan hanya memandang yang tidak ada

orang, klien tidak bisa memulai pembicaraan, klien malas

berinteraksi dengan orang lain, klien hanya berdiam diri dirumah.

b. Diagnosa kedua yaitu Halusinasi Penglihatan ditandai dengan

data mayor melihat bayangan, pandangan selalu tertuju pada satu

arah yang tidak ada wujudnya, kadang berbicara sendiri, dan dari

data minor yaitu selalu menyendiri dan melamun.

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengkajian yaitu klien

sering melamun, dan tatapan kosong dan tertuju pada satu arah,

namun yang ditujunya itu tidak ada.

c. Diagnosa ketiga yaitu Harga Diri Rendah, teori yang mendukung

masalah tersebut ditandai dengan data mayor kontak mata kurang,

tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain, tidak percaya

diri, merasa dirinya tidak berguna. Data minor mengatakan sering

malas – malasan, produktifitas semakin menurun, tidak dihargai


oleh siapapun. Dari hasil pengkajian yaitu klien tidak dapat

mempertahankan kontak mata dengan mahasiswa dan klien

mengatakan diri nya tidak berguna.

3. Perencanaan

Pada tahap ini penulis menetapkan tiga data prioritas, tujuan

khusus, kriteria evaluasi, dan rencana tindakan. Yang dibuat

perencanaan yaitu Isolasi Sosial, Halusinasi Penglihatan, Harga

Diri Rendah.

Strategi perencanaan pelaksanaan tindakan keperawatan

menggunakan strategi tindakan keperwatan (SP).

- Isolasi Sosial

SP 1 : membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi

penyebab isolasi sosial, mendiskusikan dengan klien tentang

keuntungn berinteraksi dengan orang lain, berdiskusi dengan

klien tentang kerugian tidak berinterraksi dengan orag lain,

mengjarkan klien cara berkenalan dengan satu orang.

SP 2 : memberikan kesempatan kepada klien cara berkenalan

dengan satu orang.

SP 3 : memberikan kesempatan kepada klien cara berkenalan

dengan dua orang atau lebih.

- Halusinasi Penglihatan

Sp 1 : mengidentifikasi jenis halusinasi pasien, isi, waktu,

frekuensi dan situasi yang menimbulkan halusinasi,

mengajarkan klien untuk menghardik halusinasi.

Sp 2 : melatih pasien mengendalikan halusinasi dengan

bercakap-cakap dengan orang lain.


SP 3 : melatih klien untuk mengendalikan halusinasi dengan

melakukuan kegiatan yang bisa dilakukan klien.

SP 4 : memberikan pendidikan tentang penggunaan obat

secara teratur.

- Harga Diri Rendah

SP 1 : bina hubunga saling percaya, mengidentifikasi

kemampuan adan aspek positif yang dimilki klien,

membantu menilai kemampuan klien yang masih dapat

digunakan, membantu klien memilih kegiatan yang dipilih,

memberikan pujian terhadap keberhaslan klien.

SP 2 : megevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih

kemampun yang ke 2 (dua).

SP 3 : mengevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih

kemampuan ke 3 (tiga ) menganjurkan klien memasukan

dalam jadwal kegiatan harian.

4. Implementasi

Setelah SP selesai dibuat langkah selanjutnya adalah penulis

melakukan tindakan keperawatan sesuai dengan apa yang di

rencanakan.

Diagnosa pertama :

Isolasi sosial, tindakan keperawatan yang dilakukan adalah : SP I

membina hubungan saling percaya, mengidentifikasi penyebab

isolasi sosial, mendiskusikan dengan klien tentang keuntungn

berinteraksi dengan orang lain, berdiskusi dengan klien tentang

kerugian tidak berinterraksi dengan orag lain, mengjarkan klien


cara berkenalan dengan satu orang, SP II memberikan

kesempatan kepada klien cara berkenalan dengan satu orang. SP

III memberikan kesempatan kepada klien cara berkenalan

dengan dua orang atau lebih. Mengevaluasi SP I, II, dan III.

Faktor penghambat yang penulis temukan dalam mengevaluasi

diagnosa isolasi sosial adalah klien masih jarang fokus dan

seringkali memalingkan pandangannya dari mahasiswa. Solusi

penulis harus terus berinteraksi dengan klien agar klien tergali

setiap masalahnya dan mau fokus terhadap orang yang sedang

berhadapan dengannya.

Diagnosa kedua :

Halusinasi Penglihatan, tindakan yang dilakukan terhadap klien

adalah Sp 1 mengidentifikasi jenis halusinasi pasien, isi, waktu,

frekuensi dan situasi yang menimbulkan halusinasi, mengajarkan

klien untuk menghardik halusinasi. Sp 2, melatih pasien

mengendalikan halusinasi dengan bercakap-cakap dengan orang

lain. SP 3, melatih klien untuk mngendalikan halusinasi dengan

melakukuan kegiatan yang bisa dilakukan klien. SP 4,

memberikan pendidikan tentang penggunaan obat secara teratur.

Faktor penghambat yang ditemukan oleh penulis adalah klien

kadang tidak fokus dalam pembicaraan. Solusi penulis harus

terus berinteraksi dengan klien agar klien tergali setiap

masalahnya.
Diagnosa ketiga :

Harga diri rendah, tindakan keperawatan yang dilakukan

terhadap klien adalah : SP I bina hubunga saling percaya,

mengidentifikasi kemampuan adan aspek positif yang dimilki

klien, membantu menilai kemampuan klien yang masih dapat

digunakan, membantu klien memilih kegiatan yang dipilih,

memberikan pujian terhadap keberhaslan klien, SP II

megevaluasi jadwal kegiatan harian klien, melatih kemampun

yang ke 2 (dua), SP III mengevaluasi jadwal kegiatan harian

klien, melatih kemampuan ke 3 (tiga ) menganjurkan klien

memasukan dalam jadwal kegiatan harian, mengevaluasi SP I, II,

dan III.

Tidak ada faktor penghambat yang ditemukan penulis pada

tindakan implementasi, solusinya harus terus melatih kemampuan

yang dimiliki oleh klien.

5. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan maka dilakukan

evaluasi untuk mengetahui tindakan yang telah dilakukan dan

respon klien dan keluarga terhadap tindakan keperawatan.

Evaluasi dari ketiga diagnosa keprawatan yang ditegakan sesuai

prioritas, setelah dilakukan tindakan keperawatan adalah sebagai

berikut.

Diagnosa 1 : Isolasi Sosial

Penatalaksanaan tindakan keperawatan yang


dilakukan penulis mencapai SP I, II, III, adapun hasilnya adalah

terjalin hubungan saling percaya dengan mahasiswa, dapat

menyebutkan keuntungan berinteraksi dengan orang lain, dan

kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain, klien mampu

berkenalan dengan satu orang, dua orang atau lebih

Diagnosa 2 : Halusinasi Penglihatan

Penatalaksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan penulis

mencapai SP I, SP II, SP III, SP IV, belum tercapai karena klien

kadang masih melihat bayangan yang menganggunya .

Diagnosa 3 : Harga Diri Rendah

Penatalksanaan tindakan keperawatan yang dilakukan penulis

mencapai SP I, II dan III, klien mampu mengidentifikasi

kemapuan yang dimiliki, klien mampu melakukan kegiatan yang

dilatih, klien mampu mengevaluasi jadwal harian, klien mampu

melatih kemampuan yang ke 2, klien mampu mengevaluasi

jadwal harian, klien mampu melatih kemampuan yang ke 3.

( membersihkan temapt tidur, mencuci piring, menyapu lantai).


BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang mengalami atau tidak

mampu berintraksi dengan orang lain disekitarnya. Klien mungkin merasa

ditolak,tidak diterima, kesepian dan tidak mampu membina hubungan yang

berarti dengan orang lain. (Dermawan & Rusdi, 2013).

Pengkajian asuhan keperawatan jiwa pada Ny. Y dengan gangguan isolasi

sosial di Desa Pendey, Kecamatan Wadas, Kabupaten Karawang, tanggal

pengkajian 02 Mei – 03 Mei 2021. Pada pengkajian Ny. Y yang mengalami

isolasi sosial dilakukan melalui observasi, wawancara, pemeriksaan fisik,

pengkajian status mental. Pada tahap pengkajian penulis memfokuskan pada

faktor predisposisi, perilaku dan mekanisme koping Ny. Y yang

mengakibatkan Ny. Y mengalami isolasi sosial. Adapun data yang di

dapatkan adalah : klien mengatakan merasa malas untuk berinteraksi dengan

orang lain, nada bicara klien pelan, klien lebih banyak diam, klien tidak

pernah mengikuti kegiatan kelompok, dan kegiatan gotong royong di sekitar

rumah, klien lebih banyak berdiam diri di rumah.

Diagnosa keperawatan yang muncul berdasarkan prioritas yaitu isolasi

sosial. Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. Y dengan isolasi

sosial adalah mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, keuntungan punya

teman dan bercakap-cakap, membantu Ny. Y melatih cara berkenalan

dengan orang lain, membantu Ny. Y memberi kesempatan untuk

mempraktikan cara berkenalan dengan satu orang, membantu Ny. Y melatih

cara berkenalan dengan 2 orang atau lebih dan berbincang- bincang,


membantu Ny. Y memberi kesempatan untuk mempraktikan cara

berkenalan dengan 2 orang atau lebih, membantu klien memasukan ke

jadwal kegiatan harian.

Evaluasi Ny. Y dapat menyebutkan keuntungan mempunyai teman dan

bercakap-cakap dengan orang lain dan kerugian tidak mempunyai teman dan

bercakap-cakap dengan orang lain, Ny. Y dapat mempraktekan cara-cara

dalam berekanalandan memasukan ke jadwal kegiatan harian.

B. Rekomendasi

Berikut ini adalah rekomendasi yang dapat penulis buat untuk

semua pihak agar bisa menjadi lebih baik dimasa akan datang:

a. Bagi klien

Bagi Ny. Y dengan masalah utama isolasi sosial diharapkan dapat

melakukan serta menerapkan cara-cara yang telah di pelajari yaitu SP 1

sampai SP 4 untuk mengontrol perasaan isolasi sosialnya. Ny. Y juga

harus patuh minum obat agar proses penyembuhan berhasil.

b. Bagi Institusi Pendidikan

Agar menyediakan lahan praktek yang memadai agar memudahkan

penulis dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan.

c. Bagi Penulis

Penulis harusnya memanfaatkan waktu seoptimal mungkin sehingga

dapat memberikan asuhan keperawatan kepada klien secara maksimal.

d. Bagi Keluarga

Keluarga merupakan sumber dukungan yang penting untuk meningkatkan


rasa percaya diri klien. Diharapkan dukungan, kesabaran, dan perhatian

lebih karena hal tersebut merupakan pendorong motivasi klien untuk lebih

baik karena merasa mendapat perhatian dan keluarga yang menjadi bagian

teman terdekat.
DAFTAR PUSTAKA

Badan Penulisan Dan Pengembangan Kementerian Kesehatan. 2018. Hasil Riset Kesehatan
Dasar Tahun 2018.

Damaiyanti, Mukhripan dan Iskandar. 2012. Asuhan keperawatan jiwa. Bandung: PT. Refika
Aditama

Elisia, Laela. 2014. Pengaruh Terapi Okupasi Terhadap Kemampuan Berinteraksi Pada
Pasien Isolasi Sosial. Jurnal Ilmu Keperawatan. Vol. 1(1): 3-4

Ernawati, Dkk. 2009. Asuhan Keperawatan Tn. I Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta: Trans
Info Media

Herman Surya Direja. Ade.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha
Medika

Keliat, Budi Anna.2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC

Keliat, Budi Anna.2015. Keperawatan Jiwa Terapi Aktivitas Kelompok. Jakarta: EGC

Kirana, 2018. Gambaran Kemampuan Interaksi Sosial Pasien Isolasi Sosial Setelah
Pemberian Social Skills Therapy Di Rumah Sakit Jiwa. Jurnal Ilmiah Kesehatan,
13(1): 87

Manajemen RSJ Tampan, 2019. Rekapitulasi pasien gangguan jiwa di rumah sakit jiwa
tampan tahun 2019.

Maulana, Indra. 2019. Penyuluhan Kesehatan Jiwa untuk Meningkatkan Pengetahuan


Masyarakat tentang Masalah Kesehatan Jiwa di Lingkungan Sekitarnya. Jurnal
Kesehatan Jiwa, 2(2): 218-220.
Nurjannah. 2017. Perbandingan Antara Diagnosis Yang Sering Ditehakkan Dan Possible Diagnosis
Yang Diprediksi Oleh Perawat Pada Tn. I Dengan Gangguan Jiwa.Jurnal Keperawatan
Klinis Dan Komunitas, 1(1): 9-10

Sarfika, Rika. 2018. Buku Ajar Keperawatan Dasar; Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan.
Padang: Andalas University Press

Suliswati, dkk. 2012. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta: EGC

Sutejo. 2017. Konsep Dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa Dan
Psikososial. Yogyakarta: Pustaka Baru Press

Trimelia. 2011. Asuhan Keperawatan Jiwa Tn. I Isolasi Sosial. Jakarta: Trans Indo Media Videbeck,

Sheila. L. 2012. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Yosep, Iyus. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung: PT. Refika Aditama

Yusuf, AH. 2019. Kesehatan Jiwa Pendekatan Holistic Dalam Asuhan Keperawatan. Jakarta: Mitra
Wacana Media

Zakiyah, Hamid, A. Y. S. , Susanti, H. 2018. Penerapan Terapi Generalis, Terapi Aktivitas


Kelompok Sosialisasi, dan Social Skill Training Pada Pasien Isolasi Sosial.Jurnal Ilmiah
Keperawatan Indonesia. Vol. 2(1): 21-22

http://www.slideshare.net/mobile/ssiser200d5e/hasil-riskesdas-riset kesehatan-dasar- tahun-


2018.
Diakses pada tanggal 02 Mei 2021.

https://riau.antaranews.com/berita/135303/rs-jiwa tampan-riau-tangani-1365-pasien-
gangguan-kesehatan-jiwa.

Diakses pada tanggal 02 Mei 2021


L
A
M
P
I
R
A
N
LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

I. Kasus Masalah Utama

Isolasi Sosial

II. Proses Terjadinya Masalah

A. Pengertian

Isolasi sosial adalah dimana individu mengalami penurunan atau bahkan

sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya.

( Keliat, 2010 )

B. Psikodinamika

1. Faktor Predisposisi

a. Faktor Biologis

1) Adanya faktor genetik inheritance

Hipotesis demam, dimana gejala muncul terutama aktivitas

hiperdopaminergik

2) Studi Neuroanatomic, temuan adalah pembesaran ventrikuler,

antropi selebral, fungsi pemorbid buruk, respon terapi buruk

b. Faktor Perkembangan

1) Gangguan peran, terjadi perpisahan / kehilangan orang tua

2) Pengalaman traumatik yaitu penganiayaan , adopsi, peran

orang tua yang buruk


c. Faktor sosiokultural

Budaya keterbatasan berhubungan dengan orang lain antara lain

perilaku diskriminasi, migrasi, hiptalisasi

2. Faktor Presipitasi

a. Stresor sosiokultural yaitu percerayan, mobilitas, tradisi, kapitalisasi

b. Stressor psikologis

3. Mekanisme Koping

a. Proyeksi adalah memindahkan tanggung jawab perilaku antisosial

diri sendiri pada orang lain

b. Spitting adalah ketidak mampuan mengintegrasi aspek baik dan

buruk diri sendiri pada orang lain

c. Identifikasi proyektif koping yaitu memindahkan tanggung jawab

perilaku antisosial diri sendiri, pada orang lain, secara tidak sadar

umumnya.

4. Rentang Respon

Neurologi

Respon Adaptif Respon Maladaptif


- Pikiran logis - Kadang – kadang - Gangguan proses

pikiran terganggu pikir

- Persepsi akurat - Ilusi - Halusinasi

- Emosi konsisten - Emosi berlebihan/ - Pertukaran proses

dengan kurang emosi

Pengalaman

- Perilaku sesuai - Perilaku yang tidak - Perilaku yang tidak

biasa terorganisir

- Hubungan yang - Menarik diri - Isolasi sosial

Harmonis

5. Tanda dan gejala

a. Data Subjektif adalah menjawab dengan singkat dengan kata –

kata ” tidak ”, ”ya”, ”tidak tahu”, ” tidak ada lagi yang

dibicarakan”.

b. Data Objektif adalah dari hail observasi yang dilakukan pada klien

akan ditemukan beberapa tanda dan gejala sebagai berikut :

1) Apatis, ekspresi sedih, efek tumpul

2) Menyendiri

3) Komunikasi kurang

4) Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk

5) Berdiam diri dikamar

6) Menolak berhubungan dengan orang lain


III. Pohon Masalah

A. Pohon Masalah

Gangguan Sensori Persepsi

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

B. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji

1. Halusinasi

DS : klien mendengar suara bisikan / melihat bayangan

DO : bicara sendiri, tertawa sendiri, marah tanpa

sebab.

2. Isolasi Sosial

DS : klien mengatakan malas berinteraksi dan mengatakan orang lain

tidak mau menerima dirinya.

DO : menyendiri, mengurung diri, tidak mau bercakap – cakap

dengan orang lain

3. Harga Diri Rendah

DS : klien mengatakan hidup tidak bermakna, merasa jelek

DO : kontak mata kurang, tampak malas – malasan, tidak berinisiatif

berinteraksi dengan orang lain


IV. Diagnosa Keperawatan

1. Gangguan Sensori Persepsi : Halusinasi

2. Isolasi Sosial

3. Harga Diri Rendah

V. Rencana Tindakan Keperawatan

DX.2 Isolasi Sosial

TUM : Klien dapat berinteraksi dengan orang

lain TUK :

1. Klien dapat menyebutkan penyebab menarik diri

2. Klien dapat menyebutkan keuntungan berhubungan dengan

orang lain dan kerugian tidak berhubungan dengan orang lain

3. Klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

4. Klien dapat mengungkapkan perasaannya setelah berhubungan

dengan orang lain

5. Klien dapat memberdayakan sistem pendukung atau keluarga

mampu mengembangkan kemampuan klien untuk berhubungan

dengan orang lain.


STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1

ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DO :

 Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dilingkungannya.

 Klien mengatakan jika ada masalah lebih menyimpan sendiri

DS : Klien terlihat sering menyendiri

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi sosial

3. Tujuan khusus :

TUK 1 : Klien dapat membina hubungan saling percaya

4. Tindakan keperawatan

2.1.1 Bina hubungan saling percaya dengan :

 Beri salam setiap kali berinteraksi.

 Perkenalkan nama, nama panggilan perawat dan tujuan perawat

berkenalan.

 Tanyakan nama dan panggilan nama kesukaan klien.


 Tunjukan sikap jujur dan menepati janji setiap kali berinteraksi

 Tanyakan perasaan klien dan masalah yang di hadapi klien

 Buat kontrak interaksi yang jelas

 Dengarkan ungkapan perasaan klien dengan empati.

Penuhi kebutuhan dasar klien

B. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi (Perkenalan):

a. Salam Trapeutik

“Selamat pagi ”

b. Evaluasi / Validasi

”bagaimana perasaan ibu hari ini ?”

c. Kontrak

Topik :“Saya Fhanny Rahmawaty, Saya senang dipanggil Fhanny,

Saya mahasiswa STIKes Kharisma Karawang yang akan

merawat ibu.”“Siapa nama ibu? Senang dipanggil

siapa?”“Bagaimana kalau kita bercakap-cakap sebentar bu?

Bagaimana bu ? oke baiklah.

Waktu :Mau berapa lama, bu? Bagaimana kalau 15 menit”

Tempat :Mau dimana kita bercakap-cakap?Bagaimana kalau di

ruang tamu?

2. Kerja
”apa yang membuat ibu selalu berdiam dirumah? Ibu tau dampak selalu

diam dirumah? Bagus sekali ibu bisa menyebutkan dampak selalu diam

dirumah”.

”Baik ibu sekarang ibu bisa ceritakan masalah apa yang membuat ibu

selalu berdiam dirumah? Saya akan mendengarkan cerita ibu dan

membantu menemukan solusinya.”

3. Terminasi

a. Evaluasi

Subjektif :”Bagaimana perasaan ibu saat ini setelah kita berbincang-

bincang tadi bu?”

Objektif :” I tadi sudah tadi sudah menceritakan masalah yang

dilaminya saat ini”

b. Rencana Tindak Lanjut

”baik ibu selanjutnya ibu usahkan untuk bersosialisasi dengan yang

lainnya ya bu.ibu tidak usah malu-malu”

c. Kontrak

Topik : ”nanti siang sayang akan datang lagi ya bu?”

Waktu :”kira-kira jam 11.00 siang ibu ada waktu?”

Tempat:”tempatnya disini saja ya bu?” Baiklah, sampai jumpa.”


STRATEGI PELAKSANAAN (SP) II

ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DO :

 Klien mengatakan jarang mengikuti kegiatan dilingkungannya.

 Klien mengatakan jika ada masalah lebih menyimpan sendiri

DS : Klien tampak diam dirumah, klien tampak sering menunduk, kontak

mata klien kurang

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

3. Tujuan Khusus

TUK 2 : klien mampu menyebutkan penyebab isolasi sosial

4. Tindakan Keperawatan

2.1.10 Tanyakan pada klien tentang :

 orang yang tinggal serumah/teman sekamar klien

 orang yang paling dekat dengan klien dirumah/diruangperawatan.

 Apa yang membuat klien dekat dengan orang tersebut

 Orangg yang tidak dekat dengan klien dirumah/diruang perawataan.


 Apa yang membuat klien tidak deka dengan orrang tersebut

 Upaya yang sudah dilakukan agar dekat dengan orang lain.

2.2.2 Diskusikan dengan klien penyebab menarik diri atau tiak mau

bergaul dengan orang lain

2.2.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaan

B. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam Trapeutik

“Selamat siang bu! ”

b. Evaluasi Validasi

“Bagaimana perasaan ibu saat ini? Bagaimana bu masih ingat

dengan saya bu ? Bagus sekali, ibu masih ingat.

c. kontrak

Topik : »Nah seperti janji saya, saya kembali lagi bu menemui ibu

untuk berbincang-bincang.

Waktu : « Tidak lama kok, sekitar 10 menit »

Tempat :« tempatnya mau dimana bu ? disini atau di teras depan ?»

2. Kerja

”dirumah ibu tinggal dengan siapa ?”


”siapa yang paling dekat dengan ibu ? apa yang membuat ibu dekat

dengannya? Bagus ibu dapat menyebutkan yang membuat dekat dengan

orang yang dirumah”

”dengan siapa ibu tidak dekat? Apa yang membuat ibu tidak dekat

dengannya? Apa yang membuat ibu terus selalu berdiam diri dirumah?

Apa yang harus ibu lakukan agar dekat dengan seseorang?”

3. Terminasi

a. Evaluasi

Subjektif :“bagaimana perasaan ibu setelah kita bercakap-cakap ? ”

Objektif :”klien tersenyum dan tampak malu-malu”.

b. Rencana Tindak Lanjut

”Baik ibu bagaimana kalau ibu ingat-ingat kembali yang

menyebabkan ibu dekat dengan seseorang dan siapa lagi kira-kira

yang dekat dengan ibu”

c. Kontrak

Topik :”bagaimana kalau besok kita latihan berkenalan dengan

orang lain!”

Waktu :”mau jam berapa? Jam 10?

Tempat :” Kita bertemu disini lagi ya ? Sampai besok.”


STRATEGI PELAKSANAAN (SP) III

ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DO : Klien tampak berdiam diri dirumah,Kontak mata klien kurang

DS : Klien tidak berinisiatif untuk memulai pembicaraan, Klien

mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di

masyarakat

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

3. Tujuan Khusus

TUK 3 : klien mampu menyebutkan keuntungan berhubungan sosial dan

kerugian isolasi sosial

TUK 4 : klien dapat melaksanakan hubungan sosial secara bertahap

4. Tindakan Keperawatan

3.1.4 Tanyakan pada klien tentang:

 manfaat hubungan social

 kerugian menarik diri.

3.1.5 Diskusikan bersama klien tentang maanfaat berhubungan social

dan kerugian menarik diri.


3.1.6 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya

4.1.7 Observasi prilku klien saat berhubungan social

4.1.8 Beri motivasi dan bantu klien untuk berkenalan atau

berkomunikasi dengan:

4.1.9 Libatkan klien dalam terapi aktifitas kelompok social.

4.1.10 Diskusikan jadwal harian yang dapat di lakukan

untuk menungkatkan kemampuan klien bersosialisasi.

4.1.11 Beri motivasi klien untuk melakukan kegiatan sesuai

dengan jadwal yang telah di buat

4.1.12 Beri pujian terhadap kemampuan klien memperluas

pergaulanya melalui aktifitas yang di laksanakan

B. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam Trapeutik

“Selamat pagi bu!”

b. Evaluasi Validasi

”Bagaimana perasaan hari ini?

c. Kontrak

Topik :”ibu ingat apa yang akan kita lakukan sekarang?, sesuai janji

kemarin kita akan latihan cara berkenalan antara ibu

dengan
perawat U ya bu, tujuan berkenalan agar ibu punya

banyak teman ya bu”

Waktu :”seperti biasa kira-kira 10 menit”

Tempat:”tempat nya mau dimana bu? Disini atau di teras depan?”

2. Kerja

”Menurut ibu apa saja keuntungannya kalau kita mempunyai teman ?

Wah benar, ada teman bercakap-cakap. Apa lagi ? (sampai pasien dapat

menyebutkan beberapa) Nah kalau kerugiannya tidak mampunyai teman

apa ya ibu ? Ya, apa lagi ? (sampai pasien dapat menyebutkan beberapa)

Jadi banyak juga ruginya tidak punya teman ya. Kalau begitu inginkah ya

ibu ? belajar bergaul dengan orang lain ?« Bagus. Bagaimana kalau

sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”

“Begini lho ibu ?, untuk berkenalan dengan orang lain kita sebutkan dulu

nama kita dan nama panggilan yang kita suka asal kita dan hobi. Contoh:

Nama Saya U, senang dipanggil U. Asal saya dari Cilamaya, hobi

menyapu”

“Selanjutnya ibu menanyakan nama orang yang diajak berkenalan.

Contohnya begini: Nama Bapak siapa? Senang dipanggil apa? Asalnya

dari mana/ Hobinya apa?”

“Ayo ibu dicoba! Misalnya saya belum kenal dengan ibu. Coba

berkenalan dengan saya!”

“Ya bagus sekali! Coba sekali lagi. Bagus sekali”


“Setelah ibu berkenalan dengan orang tersebut ibu bisa melanjutkan

percakapan tentang hal-hal yang menyenangkan ibu bicarakan. Misalnya

tentang cuaca, tentang hobi, tentang keluarga, pekerjaan dan

sebagainya.”

3. Terminasi

a. Evaluasi

Subjektif :“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan O”

Objektif :”Dibandingkan kemarin pagi, ibu tampak lebih baik saat

berkenalan dengan A” , pertahankan apa yang sudah ibu

lakukan tadi. Jangan lupa untuk bertemu kembali

dengan A jam 4 sore nanti”

b. Rencana Tindak Lanjut

”Jadi satu hari ibu dapat berbincang-bincang dengan orang lain

sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu

bisa bertemu dengan ibu, Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan

orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana ibu, setuju kan?”

c. Kontrak

Topik :”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan

tentang perasaan ibu saat mempunyai kenalan baru.

Waktu :”Pada jam yang sama ya bu?”

Tempat:” tempat yang sama ya. Sampai besok”


STRATEGI PELAKSANAAN (SP) IV

ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DO : Klien tampak berdiam diri dirumah,Kontak mata klien kurang

DS : Klien tidak berinisiatif untuk memulai pembicaraan, Klien

mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan yang ada di

masyarakat

2. Diagnosa Keperawatan

Isolasi Sosial

3. Tujuan Khusus

TUK 5 : klien mampu menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial

4. Tindakan Keperawatan

5.1.3 Diskusikan dengan klien tentang perasanya setelah

berhubungan social

5.1.4 Beri pujian terhadap kemampuan klien mengungkapkan perasaanya.

B. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam Trapeutik
“Selamat pagi bu!”

b. Evaluasi Validasi

”Bagaimana perasaan hari ini?

c. Kontrak

Topik :”sesuai dengan janji saya kemaren, saya datang lagi menemui

ibu untuk berbincang-bincang tentang perasaan ibu setelah ibu

berkenalan dengan yang lain”

Waktu :”seperti biasa kira-kira 10 menit”

Tempat:”tempat nya mau dimana bu? Disini atau di teras depan?”

2. Kerja

”bagaimana perasaan ibu kemarin setelah berlatih cara berkenalan

dengan perawat U? Ibu senang atau tidak? Baik ibu kalau ibu senang,

latih terus ya bu agar ibu mempunyai banyak teman untuk mengobrol”

3. Terminasi

a. Evaluasi

Subjektif :“Bagaimana perasaan ibu setelah berkenalan dengan U”

Objektif :”Dibandingkan kemarin pagi, ibu tampak lebih baik saat

berkenalan dengan U” , pertahankan apa yang sudah ibu

lakukan tadi.”

b. Rencana Tindak Lanjut

”Jadi satu hari ibu dapat berbincang-bincang dengan orang lain

sebanyak tiga kali, jam 10 pagi, jam 1 siang dan jam 8 malam, ibu

bisa
bertemu dengan ibu, Selanjutnya ibu bisa berkenalan dengan

orang lain lagi secara bertahap. Bagaimana ibu, setuju kan?”

c. Kontrak

Topik :”Baiklah, besok kita ketemu lagi untuk membicarakan

tentang perasaan ibu saat mempunyai kenalan baru.

Waktu :”Pada jam yang sama ya bu?”

Tempat:” tempat yang sama ya. Sampai besok”


LAPORAN PENDAHULUAN
HALUSINASI

A. Definisi
Halusinasi adalah salah satu gejala gangguan jiwa di mana pasien mengalami perubahan sensori
persepsi; merasakan sensasi palsu berupa suara, penglihatan, pengecapan perabaan atau
penghiduan. Pasien merasakan stimulus yang sebetulnya tidak ada. 
B. Faktor-faktor penyebab halusinasi
1. Faktor prediposisi
a. Faktor perkembangan
b. Faktor sosiokultural
c. Faktor biokimia
d. Faktor psikologis
e. Faktor genetik dan pola asuh
2. Faktor presipitasi
a. Perilaku
Respon klien terhadap halusinasi dapat berupa curiga , ketakutan, perasaan tidak aman,
gelisah bingung, perilaku merusak diri, kurang perhatian tidak mampu mengambil
keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak nyaa.
Menurut Rawllins dan Heaecock,1993 halusinasi dapat dilihat dari 5 dimensi , yaitu :
1) Dimensi fisik
2) Diemnsi emosinal
3) Dimensi intelektual
4) Dimensi sosial
5) Dimensi spiritual

C. Proses keperawatan
Pada proses pengkajian, data penting yang perlu saudara dapatkan adalah:
1. Jenis halusinasi:

Berikut adalah jenis-jenis halusinasi, data obyektif dan subyektifnya. Data objektif dapat
Saudara kaji dengan cara mengobservasi perilaku pasien, sedangkan data subjektif dapat
Saudara kaji dengan melakukan wawancara dengan pasien. Melalui data ini perawat dapat
mengetahui isi halusinasi pasien.

Jenis halusinasi Data Objektif Data Subjektif


Halusinasi Bicara atau tertawa sendiri Mendengar suara-suara atau
Dengar/suara Marah-marah tanpa sebab kegaduhan.
Menyedengkan telinga ke Mendengar suara yang
arah tertentu mengajak bercakap-cakap.
Menutup telinga Mendengar suara menyuruh
melakukan sesuatu yang
berbahaya.
Halusinasi Menunjuk-nunjuk ke arah Melihat bayangan, sinar,
Penglihatan tertentu bentuk geometris, bentuk
Ketakutan pada sesuatu kartoon, melihat hantu atau
yang tidak jelas. monster
Halusinasi Menghidu seperti sedang Membaui bau-bauan seperti
Penghidu membaui bau-bauan bau darah, urin, feses,
tertentu. kadang-kadang bau itu
Menutup hidung. menyenangkan.
Halusinasi Sering meludah Merasakan rasa seperti
Pengecapan Muntah darah, urin atau feses
Halusinasi Menggaruk-garuk Mengatakan ada serangga
Perabaan permukaan kulit di permukaan kulit
Merasa seperti tersengat
listrik

2. Isi halusinasi
Data tentang  isi halusinasi dapat saudara ketahui dari hasil pengkajian tentang jenis
halusinasi (lihat nomor 1 diatas). 
3. Waktu, frekuensi dan situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi 
Perawat juga perlu mengkaji waktu, frekuensi dan situasi munculnya halusinasi yang
dialami oleh pasien. Kapan halusinasi terjadi? Apakah pagi, siang, sore atau malam? Jika
mungkin jam berapa? Frekuensi terjadinya apakah terus-menerus atau hanya sekali-kali?
Situasi terjadinya apakah kalau sendiri, atau setelah terjadi kejadian tertentu. Hal ini
dilakukan untuk menentukan intervensi khusus pada waktu terjadinya halusinasi,
menghindari situasi yang menyebabkan munculnya halusinasi. Sehingga pasien tidak larut
dengan halusinasinya. Dengan mengetahui frekuensi terjadinya halusinasi dapat
direncanakan frekuensi tindakan untuk mencegah terjadinya halusinasi.
4. Respons halusinasi
Untuk mengetahui apa yang dilakukan pasien ketika halusinasi itu muncul. Perawat dapat
menanyakan pada pasien hal yang dirasakan atau dilakukan saat halusinasi timbul. Perawat
dapat juga menanyakan kepada keluarga atau orang terdekat dengan pasien. Selain itu dapat
juga dengan mengobservasi perilaku pasien saat halusinasi timbul.

D. Merumuskan Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan ditetapkan berdasarkan data subyektif dan obyektif yang ditemukan
pada pasien
Gangguan sensori persepsi: halusinasi ………….. 
E. Tindakan Keperawatan Pasien Halusinasi
1. Tindakan Keperawatan untuk Pasien
a. Tujuan tindakan untuk pasien meliputi:
1) Pasien mengenali halusinasi yang dialaminya
2) Pasien dapat mengontrol halusinasinya
3) Pasien mengikuti program pengobatan secara optimal
b. Tindakan Keperawatan
1) Membantu pasien mengenali halusinasi. Untuk membantu pasien mengenali
halusinasi Saudara dapat melakukannya dengan cara berdiskusi dengan pasien
tentang isi halusinasi (apa yang didengar/dilihat), waktu terjadi halusinasi, frekuensi
terjadinya halusinasi, situasi yang menyebabkan halusinasi muncul dan respon
pasien saat halusinasi muncul 
2) Melatih pasien mengontrol halusinasi. Untuk membantu pasien agar mampu
mengontrol halusinasi Saudara dapat melatih pasien empat cara yang sudah terbukti
dapat mengendalikan halusinasi.Keempat cara tersebut meliputi:
a) Menghardik halusinasi
Menghardik halusinasi adalah upaya mengendalikan diri terhadap halusinasi
dengan cara menolak halusinasi yang muncul. Pasien dilatih untuk mengatakan
tidak terhadap halusinasi yang muncul atau tidak mempedulikan
halusinasinya. Kalau ini dapat dilakukan, pasien akan mampu mengendalikan
diri dan tidak mengikuti halusinasi yang muncul. Mungkin halusinasi tetap ada
namun dengan kemampuan ini pasien tidak akan larut untuk menuruti apa yang
ada dalam halusinasinya.
Tahapan tindakan meliputi:
 Menjelaskan cara menghardik halusinasi
 Memperagakan cara menghardik
 Meminta pasien memperagakan ulang
 Memantau penerapan cara ini, menguatkan perilaku pasien
b) Bercakap-cakap dengan orang lain
Untuk mengontrol halusinasi dapat juga dengan bercakap-cakap dengan orang
lain. Ketika pasien bercakap-cakap dengan orang lain maka terjadi distraksi;
fokus perhatian pasien akan beralih dari halusinasi ke percakapan yang
dilakukan dengan orang lain tersebut. Sehingga salah satu cara yang efektif
untuk mengontrol halusinasi adalah dengan bercakap-cakap dengan orang lain.
c) Melakukan aktivitas yang terjadwal

Untuk mengurangi risiko halusinasi muncul lagi adalah dengan menyibukkan


diri dengan aktivitas yang teratur. Dengan beraktivitas secara terjadwal, pasien
tidak akan mengalami banyak waktu luang sendiri yang seringkali mencetuskan
halusinasi. Untuk itu pasien yang mengalami halusinasi bisa dibantu untuk
mengatasi halusinasinya dengan cara beraktivitas secara teratur dari bangun pagi
sampai tidur malam, tujuh hari dalam seminggu.
Tahapan intervensinya sebagai berikut:
 Menjelaskan pentingnya aktivitas yang teratur untuk mengatasi halusinasi.
 Mendiskusikan aktivitas yang biasa dilakukan oleh pasien
 Melatih pasien melakukan aktivitas
 Menyusun jadwal aktivitas sehari-hari sesuai dengan aktivitas yang
telahdilatih. Upayakan pasien mempunyai aktivitas dari bangun pagi sampai
tidur malam, 7 hari dalam seminggu.
 Memantau pelaksanaan jadwal kegiatan; memberikan penguatan terhadap
perilaku pasien yang positif.
d) Menggunakan obat secara teratur

Untuk mampu mengontrol halusinasi pasien juga harus dilatih untuk


menggunakan obat secara teratur sesuai dengan program. Pasien gangguan jiwa
yang dirawat di rumah seringkali mengalami putus obat sehingga akibatnya
pasien mengalami kekambuhan. Bila kekambuhan terjadi maka untuk mencapai
kondisi seperti semula akan lebih sulit. Untuk itu pasien perlu dilatih
menggunakan obat sesuai program dan berkelanjutan.
Berikut ini tindakan keperawatan agar pasien patuh menggunakan obat:
 Jelaskan guna obat
 Jelaskan akibat bila putus obat
 Jelaskan cara mendapatkan obat/berobat
 Jelaskan cara menggunakan obat dengan prinsip 5 benar (benar obat, benar
pasien, benar cara, benar waktu, benar dosis)
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) I
HALUSINASI

SP 1 Pasien : Membantu pasien mengenal halusinasi, menjelaskan cara-cara mengontrol


halusinasi, mengajarkan pasien mengontrol halusinasi dengan cara pertama: menghardik
halusinasi

Orientasi:
”Assalamualaikum D. Saya perawat yang akan merawat D. Nama Saya SS, senang dipanggil S.
Nama D siapa? Senang dipanggil apa”
”Bagaimana perasaan D hari ini? Apa keluhan D saat ini”
”Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang suara yang selama ini D dengar tetapi
tak tampak wujudnya? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama? Bagaimana kalau 30
menit”

Kerja:
”Apakah D mendengar suara tanpa ada ujudnya?Apa yang dikatakan suara itu?”
” Apakah terus-menerus terdengar atau sewaktu-waktu? Kapan yang paling sering D dengar
suara? Berapa kali sehari D alami? Pada keadaan apa suara itu terdengar? Apakah pada waktu
sendiri?”
” Apa yang D  rasakan pada saat mendengar suara itu?”
 ”Apa yang D lakukan saat mendengar suara itu? Apakah dengan cara itu suara-suara itu
hilang? Bagaimana kalau kita belajar cara-cara untuk mencegah suara-suara itu muncul?
” D , ada empat cara untuk mencegah suara-suara itu muncul. Pertama, dengan menghardik
suara tersebut. Kedua, dengan cara bercakap-cakap dengan orang lain. Ketiga, melakukan
kegiatan yang sudah terjadwal, dan yang ke empat minum obat dengan teratur.”
”Bagaimana kalau kita belajar satu cara dulu, yaitu dengan menghardik”.
”Caranya sebagai berikut: saat suara-suara itu muncul, langsung D  bilang, pergi saya tidak mau
dengar, … Saya tidak mau dengar. Kamu suara palsu. Begitu diulang-ulang sampai suara itu tak
terdengar lagi. Coba D peragakan! Nah begitu, … bagus! Coba lagi! Ya bagus D sudah bisa”

Terminasi:
”Bagaimana perasaan D  setelah peragaan latihan tadi?” Kalau suara-suara itu muncul lagi,
silakan coba cara tersebut ! bagaimana kalu kita buat jadwal latihannya. Mau jam berapa saja
latihannya? (Saudara masukkan kegiatan latihan menghardik halusinasi dalam jadwal kegiatan
harian pasien). Bagaimana kalau kita bertemu lagi untuk belajar dan latihan mengendalikan
suara-suara dengan cara yang kedua? Jam berapa D?Bagaimana kalau dua jam lagi? Berapa
lama kita akan berlatih?Dimana tempatnya”
”Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) II
HALUSINASI

SP 2 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara kedua: 


       bercakap-cakap dengan orang lain 

Orientasi:
“Assalammu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih muncul
? Apakah sudah dipakai cara yang telah kita latih?Berkurangkan suara-suaranya Bagus ! Sesuai
janji kita tadi saya akan latih cara kedua untuk mengontrol halusinasi dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Kita akan latihan selama 20 menit. Mau di mana? Di sini saja?

Kerja:
“Cara kedua untuk mencegah/mengontrol halusinasi yang lain adalah dengan bercakap-cakap
dengan orang lain. Jadi kalau D mulai mendengar suara-suara, langsung saja cari teman untuk
diajak ngobrol. Minta teman untuk ngobrol dengan D. Contohnya begini; … tolong, saya mulai
dengar suara-suara. Ayo ngobrol dengan saya! Atau kalau ada orang dirumah misalnya Kakak
D katakan: Kak, ayo ngobrol dengan D. D sedang dengar suara-suara. Begitu D. Coba D
lakukan seperti saya tadi lakukan. Ya, begitu. Bagus! Coba sekali lagi! Bagus! Nah, latih terus
ya D!”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah latihan ini? Jadi sudah ada berapa cara yang D pelajari untuk
mencegah suara-suara itu? Bagus, cobalah kedua cara ini kalau D mengalami halusinasi lagi.
Bagaimana kalau kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D. Mau jam berapa latihan
bercakap-cakap? Nah nanti lakukan secara teratur serta sewaktu-waktu suara itu muncul! Besok
pagi saya akan ke mari lagi. Bagaimana kalau kita latih cara yang ketiga yaitu melakukan
aktivitas terjadwal? Mau jam berapa? Bagaimana kalau jam 10.00? Mau di mana/ Di sini lagi?
Sampai besok ya. Assalamualaikum”
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) III
HALUSINASI

SP 3 Pasien : Melatih pasien mengontrol halusinasi dengan cara ketiga: 


melaksanakan aktivitas terjadwal 

Orientasi: “Assalamu’alaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya


masih muncul ? Apakah sudah dipakai  dua cara yang telah kita latih ? Bagaimana hasilnya ?
Bagus ! Sesuai janji kita, hari ini kita akan belajar cara yang ketiga untuk mencegah halusinasi
yaitu melakukan kegiatan terjadwal. Mau di mana kita bicara? Baik kita duduk di ruang tamu.
Berapa lama kita bicara? Bagaimana kalau 30 menit? Baiklah.”

Kerja: “Apa saja yang biasa D lakukan? Pagi-pagi apa kegiatannya, terus jam berikutnya (terus
ajak sampai didapatkan kegiatannya sampai malam). Wah banyak sekali kegiatannya. Mari kita
latih dua kegiatan hari ini (latih kegiatan tersebut). Bagus sekali D bisa lakukan. Kegiatan ini
dapat D lakukan untuk mencegah suara tersebut muncul. Kegiatan yang lain akan kita latih lagi
agar dari pagi sampai malam ada kegiatan.

Terminasi: “Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap cara yang ketiga untuk
mencegah suara-suara? Bagus sekali! Coba sebutkan 3 cara yang telah kita latih untuk
mencegah suara-suara. Bagus sekali. Mari kita masukkan dalam jadwal kegiatan harian D.
Coba lakukan sesuai jadwal ya!(Saudara dapat melatih aktivitas yang lain pada pertemuan
berikut sampai terpenuhi seluruh aktivitas dari pagi sampai malam) Bagaimana kalau
menjelang makan siang nanti, kita membahas cara minum obat yang baik serta guna obat. Mau
jam berapa? Bagaimana kalau jam 12.00 pagi?Di ruang makan ya! Sampai jumpa.
Wassalammualaikum.
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) IV
HALUSINASI

SP 4 Pasien: Melatih pasien menggunakan obat secara teratur


Orientasi:
“Assalammualaikum D. Bagaimana perasaan D hari ini? Apakah suara-suaranya masih
muncul ? Apakah sudah dipakai  tiga cara yang telah kita latih ? Apakah jadwal kegiatannya
sudah dilaksanakan ? Apakah pagi ini sudah minum obat? Baik. Hari ini kita akan
mendiskusikan tentang obat-obatan yang D minum. Kita akan diskusi selama 20 menit sambil
menunggu makan siang. Di sini saja ya D?”

Kerja:
“D adakah bedanya setelah minum obat secara teratur. Apakah suara-suara berkurang/hilang ?
Minum obat sangat penting supaya suara-suara yang D dengar dan mengganggu selama ini
tidak muncul lagi. Berapa macam obat yang D minum ? (Perawat menyiapkan obatpasien) Ini
yang warna orange (CPZ) 3 kali sehari jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam gunanya untuk
menghilangkan suara-suara. Ini yang putih (THP)3 kali sehari jam nya sama gunanya untuk
rileks dan tidak kaku. Sedangkan yang merah jambu (HP)  3 kali sehari jam nya sama gunanya
untuk pikiran biar tenang. Kalau suara-suara sudah hilang obatnya tidak boleh diberhentikan.
Nanti konsultasikan dengan dokter, sebab kalau putus obat, D akan kambuh dan sulit untuk
mengembalikan ke keadaan semula. Kalau obat habis D bisa minta ke dokter untuk
mendapatkan obat lagi. D juga harus teliti saat menggunakan obat-obatan ini. Pastikan obatnya
benar, artinya D harus memastikan bahwa itu obat yang benar-benar punya D. Jangan keliru
dengan obat milik orang lain. Baca nama  kemasannya. Pastikan obat diminum pada waktunya,
dengan cara yang benar. Yaitu diminum sesudah makan dan tepat jamnya. D juga harus
perhatikan berapa jumlah obat sekali minum, dan harus cukup minum 10 gelas per hari”

Terminasi:
“Bagaimana perasaan D setelah kita bercakap-cakap tentang obat? Sudah berapa cara yang kita
latih untuk mencegah suara-suara? Coba sebutkan! Bagus! (jika jawaban benar). Mari kita
masukkan jadwal minum obatnya pada jadwal kegiatan D. Jangan lupa pada waktunya minta
obat pada perawat atau  pada keluarga kalau di rumah. Nah makanan sudah datang. Besok kita
ketemu lagi untuk melihat manfaat 4 cara mencegah suara yang telah kita bicarakan. Mau jam
berapa? Bagaimana kalau jam 10.00. sampai jumpa. Wassalammu’alaikum.
LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

A. Kasus Masalah Utama

Harga Diri Rendah

B. Proses terjadinya masalah

1. Definisi

Harga diri rendah adalah semua pikiran, keyakinan dan kepercayaan yang

membuat seseorang mengetahui tentang dirinya dan mempengaruhi

hubungan dengan orang lain ( Stuart dan Sunden, 2010 ).

Harga diri rendah adalah individu cenderung untuk menilai dirinya negative

dan merasa lebih rendah dari orang lain ( Depkes RI, 2010 ).

2. RentangRespon

Respon Adaptif ResponMaladaptif

Aktualisasi diri Konsep Harga diri Keracunan depersoalisasi


diripositif rendah identitas
kronis

3. Tanda dan Gejala

a. Mengkritik diri sendiri

b. Perasaan tidak makan

c. Pandangan hidup yang pesimistis


d. Tidak menerima pujian

e. Penurunan produktifitas

f. Penolakan terhadap kemampuan diri

g. Kurang memperhatikan perawatan diri

h. Berpakaian tidak rapih

i. Selera makan berkurang

j. Tidak berani menatap lawan bicara

k. Lelah banyak menunduk

l. Bicara lambat dengan nada suara lemah

4. Faktor Predisposisi

Terjadinya harga diri rendah adalah penolakan orang tua yang tidak realitas

kegagalan berulang lagi, kurang mempunyai tanggung jawab personal,

ketergantungan pada orang lain ideal diri yang tidak realitis.

5. Faktor Masalah

Terjadinya harga diri adalah hilangnya sebagian anggota tubuh, berubah nya

penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan, serta menurun nya

produktifitas harga diri rendah ini dapat terjadi secara situasi oral maupun

kronik.
C. Pohon Masalah

1. Pohon Masalah

Isolasi Sosial

HargaDiriRendah

Berduka disfungsional

2. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji

a. Isolasi Sosial

DS : Klien mengatakan malas berbicara dengan orang lain

DO : Klien duduk sediri, klien dijawab bila ditanya saja

b. Harga Diri Rendah

DS : Klien mengatakan saya tidak berguna

DO : Klien mengkritik, Klien menyadari dan menilai dirinya negatif

D. Diagnosa Keperawatan

1. Isolasi Sosial

2. Harga Diri Rendah

3. Berduka Disfungsional

E. Rencana Tindakan Keperawatan

DX :Harga Diri Rendah


TUM :Klien menunjukan peningkatan harga diri

TUK :

1. Klien dapat membina hubungan saling percaya

2. Klien dapat mengidentivikasi aspek positif dan kemampuan yang dimiliki

3. Klien dapat melihat kemampuan yang dimiliki untuk di laksanakan

4. Klien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan yang dimiliki

5. Klien dapat melakukan kegiatan sesuai rencana yang dibuat.


STRATEGI PELAKSANAAN (SP) 1

HARGA DIR RENDAH

A. Peoses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS : klien mengatkan malu dan sering diejek oleh tetangga karena kondisi

anaknya

DO : klien selalu mengurung diri, kontak mata kurang, tidak berinisiatif

untuk berinteraksi

2. Diagnosa Keperawatan

Harga Diri Rendah

3. Tujuan Khusus

TUK 1 : pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat

TUK 2 : pasien dapat mengidentifikasi aspek positif dan kemampuan yang

dimiliki

TUK 3 : pasien dapat menilai kemampuan yang dimiliki untuk dilaksanakan

4. Tindakan keperawatan

a. Bina hubungan saling percaya


b. Diskusikan dengan pasien aspek positif yang dimiliki pasien

c. Diskusikan dengan pasien kemampuan yang dapat dilaksanakan

d. Berikan pujian yang realistis, hindari penilaian yang negative

B. Strategi Pelaksanaan

1. Orientasi

a. Salam Trapeutik

“Saya Fhanny Rahmawaty, Saya senang dipanggil Fhanny, Saya

mahasiswa STIKes Kharisma Karawang yang akan merawat

ibu.”“Siapa nama ibu? Senang dipanggil siapa?”“Bagaimana kalau

kita bercakap-cakap tentang aspek positif dan kemampuan yang

dimiliki ibu ?

b. Evaluasi Validasi

”Bagaimana keadaan ibu hari ini ? ibu terlihat segar“.

c. Kontrak

Topik :”Bagaimana, kalau kita bercakap-cakap tentang kemampuan

dan kegiatan yang pernah ibu lakukan? Setelah itu kita akan

nilai kegiatan mana yang masih dapat ibu dilakukan.”

Waktu : Berapa lama ?”Bagaimana kalau 10 menit ?”

Tempat:”Dimana kita duduk ? Bagaimana kalau di teras depan ?

Berapa lama ?

2. Kerja
”ibu, apa saja kemampuan yang ibu miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat

daftarnya ya! Bagaimana dengan merapihkan kamar? Menyapu ?

Mencuci piring. dst.“ Wah, bagus sekali ada lima kemampuan dan

kegiatan

yang ibu miliki. ” ibu dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang

masih dapat dikerjakan di rumah ? Coba kita lihat, yang pertama

bisakah, yang kedua.......sampai 5 (misalnya ada 3 yang masih bisa

dilakukan). Bagus sekali ada 3 kegiatan yang masih bisa dikerjakan di

rumah sakit ini. ”Sekarang, coba ibu pilih satu kegiatan yang masih bisa

dikerjakan di rumah”.” ibu yang nomor satu yang sering ibu laksanakan

mencuci piring?bagus sekali ibu”

3. Terminasi

a. Evaluasi

Subjektif :“Bagaimana perasaan bapak setelah kita bercakap-cakap

tentang kemampuan yang ibu miliki ? ibu ternyata banyak

memiliki kemampuan yang dapat dilakukan di rumah.”

Objektif :”ibu terlihat senang setelah berbincang-bincang tentang

kemampuan yang dimilikinya”

b. Rencana Tindak Lanjut

Baiklah bu, sekarang coba sebutkan kegiatan positif yang bapak miliki?

c. Kontrak

Topik :”nanti siang kita membuat rencana kegiatan harian ya bu.”


Waktu :”Kalau begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam

9 pagi

Tempat :”Di dapur rumah ibu ya bu, Sampai jumpa ya”.


STATEGI PELAKSANAAN (SP) II

HARGA DIRI RENDAH

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan malu dan sering diejek oleh tetangganya karena

kondisi anaknya.

DO : klien kooperatif, Kontak mata kurang.

2. Diagnosa Keperawatan

Harga Diri Rendah

3. Tujuan Khusus

TUK 4 : pasien dapat merencanakan kegiatan sesuai dengan kemampuan

yang dimiliki

4. Tindakan Keperawatan

a. Rencanakan bersama pasien aktivitas yang dapat dilakukan setiap hari

sesaui kemampuan pasien

b. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan kondisi pasien

c. Berikan contoh cara pelaksanaan kegiatan yang dapat pasien lakukan

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi

a. Salam Trapeutik

“Selamat pagi”.

b. Evaluasi Validasi

”bagaimana perasaan ibu pagi ini ? Wah, tampak cerah ””Bagaimana ibu

, sudah dicoba cuci piring tadi pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan,

kalau belum bantu lagi,

c. Kontrak

Topik :” sekarang kita akan membuat rencana kegiatan ibu ””

Waktu :”Waktunya sekitar 15 menit.

Tempat :”tempatnya mau dimana bu ? di ruang tamu, oke baiklah bu”

2. Kerja

“coba bu sekarang sebutkan kemampuan yang ibu miliki apa saja ?

apakah ada yang lain bu?”

”Baik bu sekarang kita akan menyusun jadwal kegiatan ibu ya bu, bagus

sekali ibu. Jangan lupa ya bu untuk dilakukan setiap hari”

3. Terminasi

a. Evaluasi

Subjektif : bagaimana perasaan ibu setelah menyusun kegiatan harian

dengan saya bu ?

Objektif : kontak mata klien baik, klien cukup kooperatif

b. Rencana Tindak Lanjut


”baiklah, bagaimana kalau ibu melakukan kegiatan yang sudah ibu buat

tadi? Jika ada hambatan dan perlu bantuan, saya siap membantu.”

c. Kontrak

Topik :”saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini ya bu, coba ibu

laksanakan jadwal yang telah dibuat tadi. Besok kita akan

berbincang apa saja yang telah ibu lakukan ya”

Waktu :”Mau jam berapa ? Sama dengan sekarang ? Sampai jumpa ”

Tempat : ”disini ya bu”


STATEGI PELAKSANAAN (SP) III

HARGA DIRI RENDAH

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

DS : Klien mengatakan masih malu dengan tetangganya karena kondisi

anaknya

DO : klien kooperatif, Kontak mata kurang.

2. Diagnosa Keperawatan

Harga Diri Rendah

3. Tujuan Khusus

TUK 4 : klien dapat menerima dengan kebesaran hati kondisi anaknya

4. Tindakan Keperawatan

a. Tanyakan kepada klien tentang kelebihan anaknya yang membuat klien

bangga kepada anaknya

B. Strategi Pelaksanaan
1. Orientasi

a. Salam Trapeutik

“Selamat pagi ibu, sebelumnya maaf sudah menganggu aktivitasnya

ya bu”.

b. Evaluasi Validasi

”bagaimana perasaan ibu pagi ini ? Wah, tampak cerah ””Bagaimana ibu

, masih ingatkah dengan saya bu? Waah masih ingat ternyata ya bu,

bagus sekali ingatannya bu,”

c. Kontrak

Topik :” sekarang kita akan berbincang-bincang tentang anak ibu ya bu”

Waktu :”Waktunya sekitar 15 menit.

Tempat :”tempatnya mau dimana bu ? di ruang tamu, oke baiklah bu”

2. Kerja

“coba bu sekarang sebutkan kemampuan yang dimiliki anak ibu, yang

membuat ibu bangga ? apakah ada yang lain bu? Wah banyaak yaa bu”

”ibu senang dengan kehadiran anak ibu yang sudah mulai tumbuh dewasa ?

harus senang yaa bu, harus bersyuku ya bu”

”sekarang ibu tidak usah malu lagi bu dengan kondisi anak ibu yang seperti

ini, karena di diri anak ibu banyak sekali kemampuan yang membuat ibu

bangga. Buktikan pada tetangga ibu, bahwa anak ibu itu hebat ya bu”

3. Terminasi

d. Evaluasi
Subjektif : bagaimana perasaan ibu setelah kita bincang-bicang tadi ?

Objektif : kontak mata klien baik, klien kooperatif

e. Rencana Tindak Lanjut

”baiklah, ibu tidak usah malu-malu ya bu, ibu harus percaya diri

dengan kemampuan anak ibu yang bisa membuat ibu bangga dan

buktikan kepada tetangga ibu, siap bu? Baiklah kalo begitu.”

f. Kontrak

”saya kira, sekian dulu perbincangan kita hari ini ya bu”


RIWAYAT HIDUP

1. IDENTITAS
Nama : Shella Wati Supriani
Tempat, Tanggal Lahir : Karawang, 16 Januari 2001

Suku/ Bangsa : Sunda/ Indonesia


Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Dsn. Sudah RT/RW 03/01, Ds.
Purwajaya, Kec. Tempuran, Kab.
Karawang

2. RIWAYAT PENDIDIKAN

1) Pada tahun 2005-2006 TK. Bani Utsman

2) Pada tahun 2006-2012 SDN Purwajaya 1

3) Pada tahun 2012-2015 SMPN 1 Tempuran

4) Pada tahun 2015-2018 SMAN 1 Cilamaya

5) Pada tahun 2018-2021 STIKes Horizon Karawang

Anda mungkin juga menyukai