TINJAUAN PUSTAKA
1
struktur atau fungsi jantung saat istirahat. (PERKI, 2020).
2
Berikut faktor risiko yang berhubungan dengan gagal jantung :
3
melakukan aktivitas biasa misalnya saat berjalan
cepat menaiki tangga.
3. Kelas III : Keterbatasan aktivitas fisik sangat terasa pada
pasien dengan cardiac disease. Nyaman
beristirahat tetapi merasakan gejala walaupun
hanya dengan aktivitas minimal.
4. Kelas IV : Pasien dengan penyakit jantung dimana aktivitas
fisik sangat terbatas dan gejala dirasakan walaupun
saat istirahat, bahkan ketidaknyamanan semakin
bertambah ketika melakukan aktivitas fisik apapun.
Menurut American College of Cardiology (ACC) dan
American Heart Association (AHA) tahun 2017
Gagal jantung terbagi atas atas 4 stadium berdasarkan kondisi
predisposisi pasien & derajat keluhannya yaitu (Gibson et al, 2021;
Heidenreich et al, 2022):
4
mereka yang mengidap hipertensi, DM,
sindroma.
2. Stage B : Penyakit jantung struktural dengan disfungsi
ventrikel kiri yang asimptomatis. Pasien dalam
stadium ini dapat mengalami LV remodeling,
fraksi ejeksi LV rendah, riwayat IMA
sebelumnya.
3. Stage C : Gagal jantung simptomatis dengan tanda dan
gejala gagal jantung saat ini atau sebelumnya.
Ditandai dengan penyakit jantung.
4. Stage D : Gagal jantung simptomatis berat atau refrakter.
Gejala dapat muncul saat istirahat meski dengan
terapi maksimal dan pasien memerlukan rawat
inap.
5
lanjut. Penyebab gagal jantung diastolik diantaranya adalah
penyakit struktural, abnormalitas fisiologis, abnormalitas non
miosit maupun miosit. Gagal jantung ini seringdikaitkan dengan
istilah Heart Failure with Preserved Ejection Fraction (HFPEF)
(Dakota, 2019).
6
walaupun preload sudah dikoreksi
- Urine output < 0,5 ml/ Kg BB/ Jam
- Heart Rate > 60 kali/menit
e. High Output Failure
Hiperdinamik, kadang-kadang disertai adanya bendungan di
paru
f. Gagal Jantung Kanan
- Terdapat curah jantung rendah
- Tanda-tanda bendungan perifer seperti JVP
yang meningkat, hepatomegali, dan hipotensi
7
sehingga terjadi akumulasi cairan di paru. Keluhan utama pada
gagal jantung ini adalah sesak nafas. (Menurut Dakota, 2019).
Gagal Jantung Berdasarkan Stevenson
Klasifikasi Stevenson menggunakan tampilan klinis dengan
melihat tanda kongesti dan kecukupan perfusi. Kongesti didasarkan
adanya ortopnea, distensi vena juguler, ronki basah, refluks hepato
jugular, edema perifer, suara jantung pulmonal yang berdeviasi ke
kiri, atau square wave blood pressure pada manuver valsava. Status
perfusi ditetapkan berdasarkan adanya tekanan nadi yang sempit,
pulsus alternans, hipotensi simtomatik, ekstremitas dingin dan
penurunan kesadaran. Pasien yang mengalami kongesti disebut
basah (wet) yang tidak disebut kering (dry). Pasien dengan gangguan
perfusi disebut dingin (cold) dan yang tidak disebut panas (warm).
Berdasarkan hal tersebut penderta dibagi menjadi empat kelas, yaitu:
1. Kelas I (A) : Kering dan hangat (dry – warm)
2. Kelas II (B) : Basah dan hangat (wet – warm)
3. Kelas III (L) : Kering dan dingin (dry – cold)
4. Kelas IV (C) : Basah dan dingin (wet – cold)
8
adalah gejala yang khas pada gagal jantung forward. Gagal
jantung backward terjadi apabila ventrikel kiri tidak mampu
memompakan darah yang datang dari vena pulmonalis dan atrium
kiri sehingga terjadi pengisian yang berlebihan di paru-paru. Gagal
jantung backward biasanya mangakibatkan edema paru.
Gagal Jantung Berdasarkan Killip
Klasifikasi berdasarkan Killip digunakan pada penderita
infark miokard akut, dengan pembagian:
1. Derajat I : Tanpa gagal jantung.
2. Derajat II : Gagal jantung dengan ronki basah halus di basal
paru, S3 galop peningkatan tekanan vena
pulmonalis, distritmia, dan peningkatan
frekwensi jantung.
3. Derajat III : Gagal jantung berat dengan edema paru seluruh
lapanganparu.
4. Derajat IV : Syok kardiogenik dengan hipotensi (tekanan
darah sistolik 90 mmHg), vasokonstriksi perifer
(oliguria, sianosis dan diaforesis), perubahan
status mental dan penurunan atau tak adanya
haluaran urin.
9
2 kriteria minor.
Gagal Jantung Berdasarkan Left Ventricular Ejection Fraction
(LVEF)
LVEF merupakan pertimbangan penting dalam klasifikasi
pasien gagal janung karena perbedaan prognosis dan respon terhadap
penanganan dan manajemen gagal jantung serta banyak pemeriksaan
klinis didasarkan pada ejeksi fraksi (Heidenreich et al, 2022; Malik,
Brito, Vaqar, et al, 2021).
10
2.4 Patofisiologi Gagal Jantung
Kerja jantung diatur oleh dua sistem yaitu :
1. Sistem pertama adalah regulasi secara intrinsik yang melibatkan respon
miokard untuk meregangkan serat-serat otot jantung sebelum proses
kontraksi (inotropik). Hal ini disebut preload dan melibatkan proses
pengisian jantung selama diastolik seperti volume diastolik akhir.
Respon miokard untuk meningkatkan kapasitas jantung setelah
kontraksi dimulai disebut afterload.
2. Sistem kedua merupakan regulasi secara ekstrinsik, yang melibatkan
respon jantung terhadap kondisi – kondisi seperti stimulasi neural,
hormon, obat dan penyakit. Setiap perubahan pada kedua sistem
tersebut menyebabkan gagal jantung. Selain itu, sirkulasi paru dan
perifer juga dapat memperburuk kondisi hemodinamik dari gagal
jantung.
Pada fase awal gagal jantung, terdapat 2 mekanisme yang dapat
dilakukan untuk memperbaiki kontraktilitas miokard. Respon pertama
adalah dengan mekanisme Starling. Menurut Hukum Starling, suatu
peningkatan pada volume diastolik akhir (preload) menyebabkan jantung
memulai kontraksinya pada tekanan dan volume yang lebih tinggi. Volume
sistolik akhir akan sedikit meningkat, namun pada kondisi ini jantung akan
bekerja pada volume diastolik akhir yang lebih besar dan akibatnya akan
mengeluarkan volume stroke yang besar juga.
Mekanisme kedua adalah melalui aktivasi sistem saraf simpatik.
Sistem saraf simpatik bekerja melalui reseptor alfa dan beta adrenergik yang
pada awalnya akan memperbaiki curah jantung. Mekanisme ini
menyebabkan terjadinya peningkatan tekanan dinding jantung, dimana
kondisi ini akan mengakibatkan terjadinya hipertropi miokard, pelemahan
sistem saraf simpatik, dan pengeluaran peptida natriuretik atrium.
Mekanisme sistem saraf simpatik ini, dalam waktu tertentu akan mengubah
gagal jantung kompensasi menjadi gagal jantung simptomatik yang akan
mempengaruhi kinerja ventrikel.
11
Ventrikel yang mengalami hipertropi menyebabkan abnormalitas
aliran koroner, morfologi kapiler, serta karakteristik mitokondria.
Mekanisme lain yang turut berperan dalam patogenesis gagal jantung adalah
aktivasi neurohormonal. Respon ini pada awalnya menguntungkan, Namun
selanjutnya akan menyebabkan perburukan pada gagal jantung. Respon ini
akan menghasilkan perubahan hemodinamik, seperti vasokontriksi dan
retensi cairan volume air. Selain itu juga menyebabkan reaksi inflamasi dan
berpengaruh pada pertumbuhan. Aktivasi reaksi neurohormonal dimulai dari
aktivasi sistem saraf simpatik.
12
maladaptif. Beberapa efek dari angitensin II seperti vasokontriksi, retensi
natrium dan air, rasa haus, menjaga filtrasi glomerulus (GFR) serta
hipertropi vaskuler dan miokard. (Dakota, 2019)
13
2.6 Komplikasi
2.6.1 Komplikasi akibat dari gagal jantung sendiri :
1. Aritmia dapat terjadi karena respon tarhadap peningkatan
katekolamin dan iskhemi miokard. Iskhemik atrial yang lama
dapat menimbulkan atrial fibrilasi.
2. Angina dan infark miokard terjadi akibat dari peningkatan kerja
otot jantung yang iskhemik atau akibat dari penurunan perfusi
arteri koroner akibat dari penurunan tekanan sistemik.
3. Syok terjadi akibat dari penurunan curah jantung.
4. Renal failure terjadi akibat dari penurunan aliran darah ke ginjal.
5. Pembentukan emboli terjadi akibat bendungan dan stasis vena .
6. Hepatomegali akibat dari bendungan vena.
7. Efusi pleura: Dihasilkan dari peningkatan tekanan kapiler.
Transudasi cairan terjadi dari kapiler masuk ke dalam ruang
pleura. Efusi pleura biasanya terjadi pada lobus bawah darah.
15
Tabel 2. Interpretasi Nilai Serum BNP
Hasil Interpretasi
Serum BNP < 100 Normal / gagal jantung terkompensasi baik.
Serum BNP 100 – Gagal jantung terkompensasi baik.
200
Normal (usia lanjut, wanita, pengguna
Beta Blocker). Cor pulmonal (gagal
jantung kanan). Hipertensi, disfungsi
diastolic. Penyakit jantung
iskemik.
Serum BNP 200 – Gagal jantung terkompensasi ringan sedang.
400
Gagal jantung kronik terkompensasi.
Serum BN > 400 Gagal jantung kongestif yang berat
(hipovolemia)
2.7.4 Ekokardiografi
Istilah ekokardiografi digunakan untuk semua teknik
pencitraan ultrasound jantung termasuk pulsed and continuous wave
Doppler, colour Doppler dan tissue Doppler imaging (TDI).
Konfirmasi diagnosis gagal jantung dan atau disfungsi jantung
dengan pemeriksaan ekokardiografi adalah keharusan dan dilakukan
secepatnya pada pasien dengan dugaan gagal jantung. Pengukuran
fungsi ventrikel untuk membedakan antara HFREF dan HFPEF
(PERKI, 2020).
Ekokardiografi mempunyai peran penting dalam
mendiagnosis gagal jantung dengan fraksi ejeksi normal. Diagnosis
16
harus memenuhi tiga kriteria:
a. Terdapat tanda dan/atau gejala gagal jantung
b. Fungsi sistolik ventrikel kiri normal atau sedikit terganggu
(fraksi ejeksi > 45-50%)
c. Terdapat bukti disfungsi diastolik (relaksasi ventrikel kiri
abnormal/kekauan diastolik)
d. Peningkatan kadar peptide natriuretic
Ekokardiografi transesofagus direkomendasikan pada
pasien dengan ekookardiografi transtorakal yang tidak adekuat
(obesitas, pasien dengan ventilator), pasien dengan kelainan katup,
pasien endocarditis, penyakit jantung bawaan atau untuk mengeklusi
thrombus di left atrial appendage pada pasien fibrilasi atrium.
Ekokardiografi dengan beban (dobutamin atau latihan) digunakan
untuk mendeteksi disfungsi ventrikel yang disebabkan oleh iskemia
dan menilai viabilitas miokard pada keadaan hipokinesis atau
akinesis berat.
2.8 Penatalaksanaan
17
morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup pasien. Berdasarkan
literatur, hanya 20-60% pasien yang taat pada terapi
farmakologi maupun non farmakologi.
c. Pemantaun berat badan mandiri
Pasien harus memantau berat badan rutin setiap hari,
jika terdapat kenaikan berat badan > 2 kg dalam 3 hari, pasien
harus menaikkan dosis diuretik atas pertimbangan dokter.
d. Asupan cairan
Restriksi cairan 900 ml – 1,2 liter/hari (sesuai berat
badan) dipertimbangkan terutama pada pasien dengan gejala
berat yang disertai hiponatremia. Restriksi cairan rutin pada
semua pasien dengan gejala ringan sampai sedang tidak
memberikan keuntungan klinis.
e. Pengurangan berat badan
Pengurangan berat badan pada pasien obesitas dengan
gagal jantung dipertimbangkan untuk mencegah perburukan
gagal jantung, menguragi gejala dan meningkatkan kualitas
hidup.
f. Kehilangan berat badan tanpa rencana
Malnutrisi klinis atau subklinis umum dijumpai pada
gagal jantung berat. Kaheksia jantung (cardiac cachexia)
merupakan predikator penurunan angka mortalitas. Jika selama
6 bulan terakhir terjadi kehilangan berat badan > 6% dari berat
badan stabil sebelumnya tanpa disertai retensi cairan, pasien
didefinisikan sebagai kaheksia. Status malnutrisi pasien harus di
nilai dengan hati-hati.
g. Latihan fisik
Latihan fisik direkomendasikan kepada semua pasien
gagal jantung kronik stabil. Program latihan fisik memberikan
efek yang sama baik dikerjakan di rumah sakit atau di rumah.
18
h. Aktivitas seksual
Penghambat 5-phosphodiesterase (contoh: sildenafil)
mengurangi tekanan pulmonal tetapi tidak direkomendasikan
pada gagal jantung lanjut dan tidak boleh dikombinasikan
dengan preparat nitrat.
19
d. Angiotensin Receptor Blockers (ARB)
ARB direkomendasikan pada pasien gagal jantung
dengan fraksi ejeksi ≤ 40 % yang tetap simptomatik walaupun
sudah diberikan ACE-I dan beta blocker optimal, kecuali
terdapat kontra indikasi.
20
karena perburukan gagal jantung, tetapi tidak mempunyai efek
terhadap mortalitas.
21
2.9 Konsep Asuhan Keperawatan
2.9.1 Pengkajian
Pengkajian merupakan langkah utama dan dasar utama dari
proseskeperawatan yang meliputi:
1) Anamnesa
a. Identitas pasien
Nama, umur, tempat tanggal lahir, jenis kelamin,
alamat, pekerjaan, suku/bangsa, agama, status perkawinan,
tanggal masuk rumah sakit (MRS), nomor register, dan
doagnosa medik. Identitas Penanggung Jawab, meliputi:
nama, umur, jenis kelamin, alamat, pekerjaan, serta status
hubungan dengan pasien.
b. Keluhan utama
Keluhan yang paling sering menjadi alasan pasien
untuk meminta pertolongan pada tenaga kesehatan seperti,
dispnea, kelemahan fisik, dan edema sistemik.
c. Riwayat penyakit sekarang
Pengkajian yang mendukung keluhan utama
dengan memberikan pertanyaan tentang kronologi keluhan
utama. Pengkajian yang didapat dengan gejala-gejala
kongesti vaskuler pulmonal, yakni munculnya dispnea,
ortopnea, batuk, dan edema pulmonal akut. Tanyakan juga
gejala-gejala lain yang mengganggu pasien.
d. Riwayat penyakit dahulu
Untuk mengetahui riwayat penyakit dahulu
tanyakan kepada pasien apakah pasien sebelumnya
menderita nyeri dada khas infark miokardium, hipertensi,
DM, atau hiperlipidemia. Tanyakan juga obat-obatan yang
biasanya diminum oleh pasien pada masa lalu, yang
mungkin masih relevan. Tanyakan juga alergi yang dimiliki
pasien (Wijaya & Putri, 2013).
e. Riwayat keluarga
Tanyakan pasien penyakit yang pernah dialami oleh
22
kelurga. Bila ada keluarga yang meninggal tanyakan
penyebab meninggalnya. Penyakit jantung pada orang
tuanya juga menjadi faktor utama untuk penyakit jantung
iskemik pada keturunannya.
f. Riwayat Pekerjaan dan Pola Hidup
Menanyakan situasi tempat pasien bekerja
danlingkungannya. Kebiasaan sosial dengan menanyakan
kebiasaan dan pola hidup misalnya minum alkohol atauobat
tertentu. Kebiasaan merokok dengan menanyakan tentang
kebiasaan merokok, sudah berapa lama, beberapa batang per
hari, dan jenis rokok. Data biografi juga merupakan data yang
perlu diketahui, yaitu dengan menanyakan nama, umur, jenis
kelamin, tempat tinggal, suku dan agama yang dianut oleh
pasien.
2) Pemeriksaan Fisik
a. Aktivitas/ istrirahat
Gejala : keletihan, kelemahan terus sepanjang hari,
insomnia, nyeri dada dengan aktivitas, dispnea pada saat
istirahat atau pada pengerahan tenaga. Tanda: gelisah,
perubahan status mental (latergi, TTV berubah pada
aktivitas).
b. Sirkulasi
c. Integritas ego
Gejala : ansietas, khawatir, takut, stres yang
berhubungan dengan penyakit. Tanda berbagai manifestasi
perilaku seperti ansietas, marah, ketakutan.
d. Eliminasi
Gejala : penurunan berkemih, urine berwarna gelap,
berkemih malamhari (nokturnal), diare/ konstipasi.
e. Makanan/ cairan
Gejala : kehilangan nafsu makan, mual atau muntah,
penambahan berat badan signifikan, pembengkakan pada
ekstremitas bawah, diet tinggi garam atau makanan yang
telah diproses, lemak, gula, dan kafein, penggunaan
diuretik. Tanda: penambahan berat badan cepat, distensi
abdomen (asites), edema (umum, dependen, atau pitting).
f. Hygiene
Gejala : keletihan, kelemahan, kelemahan selama
24
aktivitas perawatan diri. Tanda: penampilan menandakan
kelalaian perawatan personal.
g. Neurosensori
Gejala : kelemahan, peningkatan episode pingsan.
Tanda: letargi, kuat fikir, disorientasi, perubahan perilaku.
h. Nyeri/ kenyamanan
Gejala : nyeri dada, angina akut atau kronis, nyeri
abdomen kanan. Tanda: tidak tenang, gelisah, perilaku
melindungi diri.
i. Pernapasan
25
Paroksimal Nokturnal Dispnea
Paroksimal Nokturnal Dispnea (PND) adalah keluhan yang
dikenal baik oleh pasien yaitu pasien biasanya terbangun di
tengah malam karena mengalami napas pendek yang hebat.
Dispnea noktural proksimal diperkirakan disebabkan oleh
perpindahan cairan dari jaringan ke dalam kompartemen
intravaskular sebagai akibat dari posisi telentang. Pada siang
hari, saat pasien melakukan aktivitas, tekanan hidrostatik,
khususnya pada bagian bawah tubuh karena adanya gravitasi,
peningkatan volume cairan diserap kembali ke dalam sirkulasi.
Peningkatan volume cairan dalam sirkulasi akan memberikan
jumlah tambahan darah yang dialirkan ke jantung untuk dipompa
tiap menit (peningkatan beban awal) dan memberikan beban
tambahan pada dasar vaskular pulmonal yang telah mengalami
kongesti.
Batuk
Batuk iritatif adalah salah satu gejala dari
kongesti vaskular pulmonal yang sering tidak menjadi
perhatian tetapi dapat merupakan gejala dominan.
Batuk ini dapat produktif tetapi biasanya kering dan
batuk pendek. Gejala ini dihubungkan dengan kongesti
mukosa bronkial dan berhubungan dengan peningkatan
produksi mukus.
Edema Pulmonal
Edema pulmonal akut ini terjadi bila tekanan
kapiler pulmonal melebihi tekanan yang cenderung
mempertahankan cairan di dalam saluran vaskular
(kurang lebih 30 mmHg). Pada tekanan ini, akan terjadi
tranduksi cairan ke dalam alveoli, namun sebaliknya
tekanan ini akan menurunkan tersedianya area untuk
transpor normal oksigen dan karbon dioksida dari darah
dalam kapiler pulmonal. Edema pulmonal akut
26
dicirikan oleh dispnea hebat, batuk, ortopnea, ansietas,
sianosis, berkeringat, kelainan bunyi pernapasan, dan
sangat sering nyeri dada dan sputum berwarna merah
muda, berbusa yang keluar dari mulut.
Inspeksi. Inspeksi tentang adanya parut pada dada, keluhan
kelemahanfisik, dan adanya edema ekstremitas.
Palpasi. Denyut nadi perifer melemah. Thrill biasanya ditemukan.
Auskultasi. Tekanan darah biasanya menurun akibat penurunan
volume sekuncup. Bunyi jantung tambahan akibat kelainan katup
biasanya ditemukan apabila penyebab gagal jantung adalah
kelainan katup.
Perkusi Batas jantung mengalami pergeseran yang menunjukkan
adanyahipertrofi jantung (kardiomegali).
27
antara suplai dan kebutuhan oksigen, kelemahan, tirah baring
(D.0056).
28
2.9.3 Rencana Asuhan Keperawatan
Tabel 3. Rencana Asuhan Keperawatan
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
1. Penurunan curah Luaran Utama: Perawatan Jantung (1.02075)
jantung berhubungan Curah Jantung (L.02008) Observasi
dengan perubahan Setelah dilakukan asuhan Identifikasi tanda / gejala primer penurunan curah jantung
afterload, perubahan keperawatan selama 1x24 jam, (dyspnea, kelelahan, edema, orthopnea, peningkatan CVP)
frekuensi jantung, curah jantung pasien adekuat Identifikasi tanda / gejala sekunder penurunan curah jantung
irama, kontraktilitas dengan kriteria hasil: (peningkatan BB, palpitasi, ronkhi basah, oliguria, kulit pucat,
dan perubahan - Edema berkurang distensi vena jugularis)
preload (D.0008) - Dispnea berkurang Monitor tekanan darah
- Tidak terdapat gambaran Monitor intake dan output cairan
ekg aritmia Monitor berat badan setiap hari pada waktu yang sama
- EF membaik Monitor saturasi oksigen
Luaran Tambahan:
Monitor ekg 12 sadapan
Status Sirkulasi Monitor aritmia (kelainan irama dan frekuensi)
29
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
- Pulsasi nadi adekuat Monitor nilai laboratorium jantung (elektrolit, enzimjantung,
- Output urine meningkat BNP, NTpro-BNP
- Saturasi oksigen meningkat Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum dan sesudah
- Tekanan darah, MAP aktivitas
membaik Periksa tekanan darah dan frekuensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. beta blocker, ACE inhibitor, calcium chanel
blocker)
Terapeutik
Posisikan pasien semi-fowler atau fowler dengan kaki
kebawah atau posisi nyaman
Berikan diit jantung yang sesuai (batasi asupan kafein,natrium,
kolesterol)
Fasilitasi pasien dan keluarga untuk modifikasi gayahidup
Berikan terapi relaksasi untuk mengurangi stress, jikaperlu
Berikan dukungan emosional dan spiritual
Berikan oksigen untuk mempertahankan saturasioksigen >
30
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
94 %
Edukasi
Anjurkan beraktivitas fisik sesuai toleransi dan bertahap
Anjurkan berhenti merokok
Ajarkan pasien dan keluarga mengukur intake danoutput cairan
harian
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiaritmia, jika perlu
2. Pola nafas tidak efektif Luaran Utama: Manajemen Jalan Nafas (1.01011)
berhubungan penurunan Pola Napas Observasi
energi (D.0005) Monitor pola nafas (frekuensi, kedalaman, usaha nafas)
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama 1x24 jam, Monitor bunyi nafas tambahan (mis. gurgling,
31
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
- Dispnea berkurang Posisikan semifowler atau fowler
- Penggunaan otot bantu Lakukan fisioterapi dada, jika perlu
menurun Berikan oksigen, jika perlu
Edukasi
Ajarkan teknik batuk efektif
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian bronkodilator, mukolitik, jikaperlu
3. Hipervolemia Luaran Utama : Manajemen Hipervolemia (1.03114)
berhubungan dengan Keseimbangan Cairan Observasi
gangguan mekanisme (L.03020) Setelah dilakukan Periksa tanda dan gejala hypervolemia (mis. orthopnea, dispnea,
regulasi, gangguan aliran asuhan keperawatan selama edema, JVP/CVP meningkat, suara nafas tambahan)
balik vena 1x24 jam, cairan dalam tubuh Identifikasi penyebab hypervolemia
(D.0022) pasien seimbang dengan Monitor status hemodinamik (frekuensi jantung, tekanan darah,
kriteria hasil: MAP, CVP, PAP, PCWP, CO, CI), jikatersedia
- Keluaran urin membaik Monitor intake dan output cairan
32
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
- Edema berkurang Monitor tanda hemokonsentrasi (mis. kadar natrium,BUN,
- Tekanan darah hematokrit, berat jenis urine)
kembali normal Monitor tanda peningkatan tekanan onkotik plasma(mis. kadar
- Berat badan menurun protein dan albumin meningkat)
Monitor kecepatan infus secara ketat
Monitor efek samping diuretik (mis. hipotensi
orthostatik, hipovolemia, hipokalemia, hiponatremia)
Terapeutik
Timbang berat badan dan ukur lingkar perut setiap hari pada
waktu yang sama
Batasi asupan cairan dan garam\
Tinggikan kepala tempat tidur 30-40o
Edukasi
Anjurkan melapor jika haluaran urin < 0,5
mL/kgbb/jam dalam 6 jam
33
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
Anjurkan melapor jika BB bertambah >1 kg dalamsehari
Ajarkan cara mengukur dan mencatat asupan danhaluaran
cairan
Ajarkan cara membatasi cairan
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian diuretic
Kolaborasi pemberian kalium akibat diuretik
4. Intoleransi aktivitas Luaran Utama: Manajemen Energi (I.05178)
berhubungan dengan Toleransi Aktivitas Observasi
ketidak seimbangan (L.05047) Setelah dilakukan Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang
antara suplai dan asuhan keperawatanselama mengakibatkan kelelahan
kebutuhanoksigen, 1x24 jam, pasien kembali Monitor kelelahan fisik dan emosional
kelemahan, tirah baring. toleran saat beraktivitas
Monitor pola dan jam tidur
(D.0056)
dengan kriteria hasil:
Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama melakukanaktivitas
- Kemudahan dalam
Terapeutik
34
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
melakukanaktivitas sehari- Sediakan lingkungan yang nyaman dan rendah
hari meningkat stimulus(mis. cahaya, suara, kunjungan)
- Keluhan lelah berkurang Lakukan latihan rentang gerak aktif dan/atau pasif
- Dispnea saat dan
Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
setelah
Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
aktivitasberkurang
berpindah atau berjalan
- Tidak terdapat Edukasi
perasaan lemah
Anjurkan tirah baring
- Tidak terdapat sianosis
Anjurkan melakukan aktivitas secara bertahap
- Tekanan darah dan
Anjurkan menghubungi perawat jika tanda dan gejalakelelahan
frekuensi nafasnormal
tidak berkurang
Ajarkan strategi koping untuk mengurangi kelelahan
Kolaborasi
Kolaborasi dengan ahli gizi tentang cara meningkatkanasupan
makanan
35
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
5. Nyeri akut berhubungan Luaran Utama: Manajemen Nyeri (I.08238)
dengan agen pencedera Tingkat Nyeri (L.08066) Observasi
fisiologis (D.0077) Setelah dilakukan keperawatan Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi,kualitas,
selama 1 x 24 jam, nyeri intensitas nyeri.
pasien hilang dengan kriteria Identifikasi skala nyeri
hasil : Identifikasi respon nyeri non-verbal
Keluhan nyeri berkurang Identifikasi faktor yang memperberat dan meringankannyeri
Tidak gelisah Monitor efek samping penggunaan analgetik
Tekanan darah, nadi, dan Terapeutik
pola nafas normal Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasanyeri
1. Kemampuan menuntaskan Kontrol lingkungan yang memperberat rasa nyeri.
aktivitas meningkat Fasilitasi istirahat dan tidur.
Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam
pemilihanstrategi meredakan nyeri
Edukasi
36
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
Jelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Jelaskan strategi meredakan nyeri
Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
Anjurkan menggunakan analgetik secara tepat
Ajarkan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasanyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
37
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
kondisi yangdihadapi kepercayaan
berkurang Temani pasien untuk mengurangi kecemasan, jika
- Tidak menunjukkan memungkinkan.
perilaku gelisahdan/atau Pahami situasi yang membuat cemas
tegang Dengarkan dengan penuh perhatian
Tidak terdapat palpitasi Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
Motivasi mengidentifikasi situasi yang memicu
Kecemasan
Edukasi
38
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
ketegangan
Latih teknik relaksasi
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu
7. Manajemen kesehatan Luaran Utama: Edukasi Kesehatan (1.12383)
tidak efektif - Manajemen Kesehatan Observasi
berhubungan dengan (L.12104) Setelah dilakukan - Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerimainformasi
kompleksitas program keperawatan selama1 x 24 - Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan
perawatan / pengobatan jam, pasien dapat melakukan menurunkan motivasi perilaku hidup bersih dan sehat
(D.0116) manajemen kesehatan secara Terapeutik
optimaldengan kriteria hasil : Sediakan materi dan media pendidikan Kesehatan
- Melakukan tindakan Jadwalkan pendidikan Kesehatan sesuai kesepakatan
untukmengurangi faktor Berikan kesempatan bertanya
resiko Edukasi
- Menerapkan program Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhiKesehatan
39
Diagnosa
Keperawatan Luaran(SLKI) Intervensi(SIKI)
No.
(SDKI)
perawatan Ajarkan perilaku hidup bersih dan sehat
- Aktivitas hidup sehari-hari Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk
efektif memenuhi tujuan meningkatkan perilaku hidup bersih dan sehat
Kesehatan
- Tidak menunjukkan
verbalisasi kesulitan dalam
menjalani program
perawatan
40
41