DISUSUN OLEH:
P1337420820007
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji serta Syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
karena atas rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang
Evidence Based Nursing Pengaruh Latihan Fisik Pada Pasien Gagal Jantung. Tujuan
penyusun makalah ini ialah untuk melengkapi tugas Mata Kuliah Askep KMB 1.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan penyusun demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Oleh karena itu,
penyusun meminta maaf bila ada kesalahan atau kekurangan dalam kata-kata maupun
penulisan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................i
KATA PENGANTAR......................................................................................ii
DAFTAR ISI....................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang......................................................................................1
B. Rumusan Masalah.................................................................................1
C. Tujuan...................................................................................................1
BAB IV PEMBAHASAN................................................................................12
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan...........................................................................................14
B. Saran.....................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................15
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Cardiovascular Disease (CDV) atau penyakit jantung merupakan penyebab
kematian nomor 1 di dunia. Diperkirakan 17,9 juta jiwa meninggal karena CVD
pada tahun 2016, angka ini mewakili 31% dari semua kematian di dunia. Dari
kematian tersebut, 85% disebabkan oleh serangan jantung dan stroke. Lebih dari
tiga perempat kematian karena CVD terjadi di negara berpenghasilan rendah dan
menengah[1]. Di Indonesia penyakit jantung menjadi penyebab kematian
terbanyak kedua setelah stroke. Prevalensi penderita penyakit jantung di
Indonesia sebesar 1.5 %. Prevalensi PJK lebih tinggi pada perempuan 1,6%
dibandingkan pada laki-laki 1,3%. Sedangkan jika ditinjau dari sisi pekerjaan,
penderita Penyakit Jantung tertinggi terdapat pada aparat pemerintahan, yaitu
PNS/TNI/Polri/BUMN/BUMD dengan prevalensi 2,7%. Begitu pula, jika dilihat
dari tempat tinggal, penduduk perkotaan lebih banyak menderita Penyakit Jantung
dengan prevalensi 1,6% dibandingkan penduduk perdesaan yang hanya 1,3%[2].
Penyakit jantung dapat menyerang secara mendadak. Penyakit gagal jantung
dapat disebabkan oleh berbagai kebiasaan seperti kurangnya aktivitas fisik,
konsumsi makanan tidak sehat, merokok, atau adanya riwayat keluarga. Sebagian
besar penyakit kardiovaskular dapat dicegah dengan mengatasi faktor risiko
perilaku seperti penggunaan tembakau, pola makan tidak sehat dan obesitas,
ketidakaktifan fisik, dan penggunaan alkohol. Penyakit jantung dapat dicegah dan
dikontrol dengan melakukan aktivitas fisik, berhenti merokok, menjaga asupan
makanan yang sehat[3].
B. Rumusan masalah
Bagaimana Evidence Based Nursing pada pasien Gagal Jantung?
C. Tujuan
Untuk mengetahui Evidence Based Nursing pada pasien Gagal Jantung.
1
BAB II
LANDASAN TEORI
2
2. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis gagal jantung bervariasi, tergantung dari umur pasien,
beratnya gagal jantung, etiologi penyakit jantung, ruang-ruang jantung yang
terlibat, apakah kedua ventrikel mengalami kegagalan serta derajat gangguan
penampilan jantung. Pada penderita gagal jantung kongestif, hampir selalu
ditemukan[6] :
a. Gejala paru berupa dyspnea, orthopnea dan paroxysmal nocturnal dyspnea.
b. Gejala sistemik berupa lemah, cepat lelah, oliguri, nokturi, mual, muntah,
asites, hepatomegali, dan edema perifer
c. Gejala susunan saraf pusat berupa insomnia, sakit kepala, mimpi buruk
sampai delirium. 1
3. Etiologi
Gagal jantung disebabkan oleh beberapa faktor, antara lain[7]:
a. Kelainan otot jantung, gagal jantung sering terjadi pada pasien kelainan otot
jantung, hal ini disebabkan karena menurunnya kemampu
pompa/kontraktilitas janjotung. Kondisi yang mendasari penyebab kelainan
fungsi otot diantaranya ateriosklerosis koroner, hiprtensi arterial, dan
penyakit degeneratif atau inflamasi.
b. Aterosklerosis/sumbatan koroner mengakibatkan disfungsi/gangguan
miokardium dalam memompa karena terganggunya aliran darah ke otot
jantung, biasanya mendahului terjadinya gagal jantung, menyebabkan
kontraktilitas menurun.
c. Hipertensi, hal ini akan meningkatkan beban kerja jantung dan pada
gilirannya mngakibatkan hipertrofi otot jantung dan pada akhirnya
menurunkan kemampuan kontraktilits jantung.
d. Peradangan dan penyakit myocardium degenerative berhubungan dengan
gagal jantung karena kondisi ini secara langsung merusak serabut jantung,
menyebabkan menurunnya kemampuan pompa dari jantung.
e. Penyakit jantung lainnya, Gagal jantung dapat terjadi sebagai akibat
penyakit jantung yang sebenarnya, yang secara langsung mempengaruhi
3
jantung. Mekanisme biasanya terlibat mencakup gangguan aliran darah yang
masuk jantung kelainan katup jantung, gangguan irama jantung/aritmia.
f. Faktor sistemik, terdapat sejumlah besar faktor yang berperan dalam
perkembangan dan beratnya gagal jantung. Meningkatnya laju metabolisme
(misal: demam), hipoksia dan anemia diperlukan peningkatan curah jantung
untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik. Hipoksia dan anemia juga
dapat menurunkan suplai oksigen ke jantung. Asidosis respiratorik atau
metabolik dan abnormalitas elektronik dapat menurunkan kontraktilitas
jantung.
4. Penatalaksanaan
Dasar penatalaksanaan pasien gagal jantung adalah[7]:
a. Dukung istirahat untuk mengurangi beban kerja jantung.
b. Meningkatkan kekuatan dan efisiensi kontraksi jantung dengan bahanbahan
farmakologis.
c. Menghilangkan penimbunan cairan tubuh berlebihan dengan terapi diuretik
diet
d. Memonitor tanda-tanda vital
Terapi Farmakologi:
4
e. Vasodilator (Captopril, isosorbit dinitrat) Mengurangi preload dan afterload
yang berlebihan, dilatasi pembuluh darah vena menyebabkan berkurangnya
preload jantung dengan meningkatkan kapasitas vena.
f. Inhibitor ACE Mengurangi kadar angiostensin II dalam sirkulasi dan
mengurangi sekresi aldosteron sehingga menyebabkan penurunan sekresi
natrium dan air. Inhibitor ini juga menurunkan retensi vaskuler vena dan
tekanan darah yg menyebabkan peningkatan curah jantung.
5
BAB III
ANALISA JURNAL
6
Tabel. Analisa Jurnal Gagal Jantung
7
Latihan Sirkuit adalah pasien gagal adalah latihan fisik yang melibatkan menyelesaikan studi tanpa
Terhadap jantung kronik randomized serangkaian latihan yang ada efek samping. Tidak
Biomarker stabil di RSUP Dr. controlled trial berbeda yang dilakukan secara didapati perubahan kadar
Inflamasi, Kariadi Semarang (RCT) pre–test berurutan dan terus-menerus TNF–α sesudah latihan
Kapasitas yang memenuhi and post–test selama satu putaran/sirkuit. sirkuit (p=0,513);
Fungsional, kriteria inklusi. control group Pilihan gerakan latihan yang Kelompok perlakuan
Fungsi Paru, Sebanyak 26 orang design. Data spesifik dan bergerak cepat dari dengan latihan sirkuit
dan Kualitas memenuhi kriteria yang didapatkan satu pos ke pos lainnya menunjukkan peningkatan
Hidup Pasien penelitian dan telah kemudian ditujukan untuk konsumsi oksigen
Gagal Jantung bersedia menjadi dikumpulkan dan memaksimalkan efektivitas dan maksimal yang lebih besar
Kronik[8] subjek penelitian dianalisis. Uji efisiensi waktu. (p=0,034), rerata
Peneliti : melalui persetujuan normalitas Kedua kelompok dilakukan peningkatan nilai FVC
Fauzan pada informed menggunakan pemeriksaan sampel darah (Forced Vital Capacity)
Muttaqien , consent. Setelah Shapiro Wilk sebelum perlakuan untuk setelah latihan yang lebih
Yulvina, Riana dilakukan test. Uji hipotesis mengukur kadar TNF–α, besar (p=0,010), serta
Novitasari, randomisasi antara dua melalui pengambilan sampel rerata peningkatan kualitas
Fahmi Syarif, sederhana kelompok darah vena perifer lengan hidup yang lebih besar
Sri Wahyudati, didapatkan menggunakan uji pasien diambil sebanyak 10cc.. (p=0,047) dibandingkan
dan Sefri sebanyak 13 subyek Mann– Kedua kelompok dilakukan kelompok kontrol.
Noventi Sofia pada kelompok Whitney.Analisis pemeriksaan fungsional paru
Tahun : 2019 perlakuan dan 13 data pre dan (FVC) dengan menggunakan
subyek pada post, uji spirometer CHEST Multi–
kelompok kontrol. hipotesis Functional Spirometer HI–801,
menggunakan uji yang dilakukan 3 kali
Wilcoxon. Nilai pengukuran dan diambil
p<0,05 reratanya. Setelah itu kedua
merupakan nilai kelompok melakukan tes jalan 6
signifikan. menit, dimana subjek diminta
berjalan di jalur lurus sepanjang
8
15 meter yang telah disediakan
selama 6 menit. Hasil tes
berupa jarak (dalam meter)
yang mampu ditempuh oleh
subyek penelitian dalam waktu
6 menit tersebut. Selain itu
kedua kelompok penelitian
kemudian diminta mengisi
kuisioner kualitas HeartQoL
yang telah divalidasi.
Latihan Fisik Populasi penelitian Desain penelitian Pengumpulan data Berdasarkan hasil
Rehabilitatif ini adalah Semua Pra Eksperimen menggunakan Modul penelitian dari 10
Out Patient penderita Gagal dengan Pengawasan Latihan yang berisi responden hampir
Terhadap Jantung yang pendekatan One 9 gerakan latihan out patient, setengahnya yaitu 4
Respiratory sedang rawat Group Pre-Post SOP, lembar observasi meliputi responden (40%) memiliki
Rate dan Heart jalan.Teknik Test Design Variabel Respiratory Rate, Respiratory Rate 24
Rate Pada sampling purposive Uji statistik Heart Rate, Latihan fisik x/menit dan rata-ratanya
Penderita Gagal sampling sampel 10 menggunakan rehabilitatif Out Patient yaitu 27 x/menit sebelum
Jantung Aditya responden Wilcoxon Sign diberikan Latihan Fisik
Tiara[9] Rank Test Rehabilitatif Out Patient.
Peneliti : melalui SPSS Dari 4 responden yang
Putri, Henny versi 16 p memiliki Respiratory Rate
Purwandari, dan 24x/menit, Seluruhnya
Erni Tri Indarti yaitu 4 responden (100%).
Tahun : 2019 Hasil analisa statistic
menunjukkan nilai yang
signifikan dengan p= 0,01
sehingga Respiratory Rate
sebelum dilakukan Latihan
9
Fisik Rehabilitatif Out
Patient di pengaruhi oleh
Pendidikan secara
signifikan. Sehingga latihan
fisik berengaruh teradap
peningkatan perbaikan
pernapasan pasien.
4. Deep Breathing Teknik pemilihan Penelitian ini Kelompok kontrol hanya Hasil dari uji statistic
Exercise dan responden adalah menggunakan mendapatkan intervensi standar didapatkan hasil yang
Active Range Of dengan metode desain quasy rumah sakit sedangkan signifikan pada dua
Motion Efektif stratified random experiment kelompok intervensi kelompok dengan P=0,001.
Menurunkan sampling dengan dengan mendapatkan intervensi standar Dimana pada kelompok
Dyspnea Pada klasifikasi grade rancangan rumah sakit dan intervensi deep intervensi terdapat
Pasien CHF NYHA II dan pretest-posttest breathing exercise dan active penurunan tingkat dyspnea.
Congestive III. Randomisasi control range of motion.
Heart pada kedua group design Peneliti melakukan pengukuran
Failure[10] stratifikasi tersebut dyspnea sebelum
Peneliti : didapatkan dengan intervensi dengan menggunakan
Novita membagi jumlah modified Borg scale.
Nirmalasari sampel dengan Pengukuran dyspnea dilakukan
Tahun : jumlah stratifikasi 15 menit sebelum intervensi
2017 berdasarkan NYHA dimulai. Setelah pre-test
sehingga masing- dilakukan, peneliti melakukan
masing. intervensi sesuai dengan standar
Total responden operasional prosedur (SOP)
berjumlah 32 orang deep breathing exercise dan
yang dibagi active range of motion yang
menjadi kelompok telah dibuat sebelumnya pada
kontrol dan kelompok intervensi. Intervensi
10
intervensi. dilakukan setelah 48 jam pasien
masuk rumah sakit, Latihan
diawali dengan
melakukan deep breathing
exercise yang dilakukan selama
5 siklus (1 siklus 1 menit yang
terdiri dari 5 kali nafas dalam
dengan jeda 2 detik setiap 1 kali
nafas) dilanjutkan dengan
active range of motion secara
bertahap dengan masing-masing
gerakan dilakukan selama 5
kali. Latihan tersebut dilakukan
tiga kali sehari selama 3 hari.
Pada kelompok control
mendapatkan intervensi sesuai
dengan prosedur di rumah sakit
yaitu pemberian posisi dan
oksigenasi. Peneliti melakukan
post-test setelah 15 menit dari
berakhirnya intervensi pada hari
ketiga.
11
BAB IV
PEMBAHASAN
Pasien gagal jantung sering disertai dengan kelainan faal paru seperti restriksi
dan obstruksi, gangguan disfungsi, kelemahan otot-otot napas dan diafragma serta
gangguan perfusi. Kondisi ini dapat dapat dicegah dengan melakukan kombinasi
terapi farmakologi dan non farmakologi. Salah satu dari terapi non farmakologi yang
dapat diberikan adalah latihan fisik. Terdapat beragam tehnik latihan fisik yang dapat
diberikan pada pasien gagal ginjal. Sedangkan penelitian lainnya meneliti tentang
resprasi rate dan tingkat dyspnea.
Terdapat 4 jurnal terkait latihan fisik yang dilakukan pada penderita gagal ginjal
meneliti tentang pengaruhnya terhadap kondisi pernapasan pasien. Dua diantara 4
jurnal menunjukkan adanya peningkatan kapasitas paru, dimana didapatkan hasil
yang signifikan pada kelompok intervensi setelah dilakukan latihan sirkuit dan home
based exercise training (HBET).
Penelitian yang dilakukan oleh Fauzan dkk, didapatkan hasil yang signifikan
peningkatan kapasitas pernapasan. Pada penelitian ini parameter yang digunakan
merupakan FVC (Forced Vital Capacity) dimana menggambarkan volume udara
maksimal yang diekshasi secara kuat dan cepat setelah inhalasi maksimal. Rata-rata
terdapat perningkatan FVC pada kelompok perlakuan. Sehingga pemberian latihan
sirkuit dapat berpengaruh terhadap perbaikan fungsi paru pada pasien gagal jantung.
Namun perlu dilakukan perhatian pada intensitas dan jenis latihan disesuikan kembali
dengan kondisi dan kemampuan pasien.
Penelitian yang dilakukan oleh Kadek, dengan terapi home based exercise
training (HBET) mendapatkan hasil yang signifikan terhadap peningkatan kapasitas
fungsional. Rata-rata kapasitas fungsional responden mengalami peningkatan 13,14
meter bila dibandingkan dengan pengukuran sebelum melakukan HBET. Kapasitas
fungsional berdampak pada perubahan fisiologis, psikologis dan musculoskeletal.
12
Dampak fisiologis dapat melatih otot-otot pasien, menstimulasi pengeluaran enzim
aerobic serta nitrit oxide. Hal tersebut mengakibatkan penurunan tahanan pembuluh
darah perifer serta memperbaiki volume darah yang dipompa oleh jantung, serta
kebutuhan metabolik jaringan tubuh meningkat. Pada saat yang sama kebutuhan
oksigen dan nutrisi untuk jaringan juga mengalami peningkatan dan di sisi lain
banyak karbondioksida, toksin, dan produk lain yang tidak diperlukan dibuang. Pada
individu sehat kondisi ini dikompensasi dengan peningkatan cardiac output bisa
sampai 6 kali lipat dalam kondisi istirahat.
Latihan HBET yang dilakukan pada pasien gagal jantung stabil secara bertahap
dapat meningkatkan kemampuan ventrikel jantung untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi dan oksigen jaringan sehingga terjadi peningkatan kapasitas fungsional.
Peningkatan kapasitas fungsional setelah diberikan pelatihan home based exercise
training (HBET) pada pasien gagal jantung dipengaruhi oleh frekuensi, intensitas,
durasi dan mode latihan fisik. Latihan ini mudah diaplikasikan sehari. Latihan ini
dapat dilakukan berupa jalan kaki, bersepeda, tipe latihan fisik ini efektif bagi pasien
hipertensi latihan ini bersifat dinamis dan tahanan ringan. Pasien dapat mengadaptasi
latihan ini sebagai gaya hidup baru.
Selain itu dengan melakukan latihan fisik pasien dapat meningkatkan
kemampuan self care. Tentumya disertai dengan dukungan keluarga dan teman dekat
sangat diperlukan selama perawatan.
13
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Gagal jantung kongestif adalah ketidakmampuan jantung memompa darah dalam
jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan terhadap oksigen dan
nutrien. Penyakit jantung dapat menyerang secara mendadak. Penyakit gagal
jantung dapat disebabkan oleh berbagai kebiasaan seperti kurangnya aktivitas
fisik, konsumsi makanan tidak sehat, merokok, atau adanya riwayat keluarga.
Sebagian besar penyakit kardiovaskular dapat dicegah dengan mengatasi faktor
risiko perilaku seperti penggunaan tembakau, pola makan tidak sehat dan
obesitas, ketidakaktifan fisik, dan penggunaan alcohol.
B. Saran
Pemberian terapi dapat dikombinasikan dengan terapi non farmakologi seperti
latihan fisik home based exercise training (HBET) yang disesuaikan dengan
kondisi dan kemampuan pasien. Latihan ini dapat diterapkan dan diadaptasi
pasien dalam kegiatan sehari-hari sebagai gaya hidup baru
14
DAFTAR PUSTAKA
15