KEPERAWATAN KRITIS
Oleh :
P1337420820007
TAHUN 2020
i
KATA PENGANTAR
Segala Puji serta Syukur penyusun panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas rahmat dan karunia-Nya penyusun dapat menyelesaikan makalah tentang
Evidence Based Nursing Range Of Motion (ROM) Pada Pasien Stroke di ICU.
Tujuan penyusun makalah ini ialah untuk melengkapi tugas Ujian Akhir Semester
Mata Kuliah Evidence Based Nursing.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu
diharapkan penyusun demi perbaikan penulisan makalah selanjutnya. Oleh karena itu,
penyusun meminta maaf bila ada kesalahan atau kekurangan dalam kata-kata maupun
penulisan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL........................................................................................ i
BAB I PENDAHULUAN
BAB V KASUS................................................................................................ 16
BAB VI PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 21
B. Saran..................................................................................................... 21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Stroke merupakan penyakit tidak menular yang menjadi penyebab kematian
ke dua setelah penyakit jantung coroner di dunia. Selain itu Stroke juga
merupakan penyebab utama demensia dan depresi. Secara global, 13,7 juta kasus
baru setiap tahunnya, serta 5,5 juta kematian akibat penyakit stroke. Namun 70%
stroke dan 87% kematian terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan
menengah. Selama empat dekade terakhir, kejadian stroke di negara
berpenghasilan rendah dan menengah meningkat lebih dari dua kali lipat. Selama
dekade ini, kejadian stroke telah menurun sebesar 42% di negara-negara
berpenghasilan tinggi(1). Di Indonesia terdapat 10,9 per 1000 penduduk
mengalami stroke per 2018(2).
Latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk latihan dalam
proses rehabilitasi yang dinilai cukup efektif untuk mencegah terjadinya
kecacatan pada pasien dengan stroke. Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi
kelemahan otot lanjut, program rehabilitasi yang bisa diberikan untuk pasien
stroke non hemoragik yaitu mobilisasi persendian dengan latihan range of motion
(rom) aktif. Range of motion (ROM) merupakan latihan yang dilakukan untuk
memperbaiki kemampuan pergerakkan pada sendi secara normal atau
meningkatkan massa otot serta tonus otot(3).
Latihan ROM aktif secara dini dapat meningkatkan kekuatan otot, apabila
tidak segera ditangani maka akan terjadi kelemahan otot secara permanen. Selain
itu latihan ini adalah salah satu bentuk intervensi dalam upaya pencegahan
terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska perawatan di rumah sakit
sehingga dapat menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga.
B. Rumusan masalah
1. Apa yang dimaksud dengan stroke?
2. Apa yang dimaksud dengan Range of Motion (ROM)?
1
3. Apa yang dimaksud dengan kekuatan otot?
4. Apakah intervensi ROM memiliki dasar Evidence Based Nursing?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Untuk menganalis intervensi ROM berdasarkan Evidence Based Nursing
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan stroke
b. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Range of Motion
(ROM)
c. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan kekuatan otot
d. Menganalis intervensi ROM dengan berdasarkan Evidence Based
Nursing
2
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Konsep Stroke
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga
menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan
akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu relatif singkat.
Stroke merupakan penyakit sistem persyarafan yang paling sering dijumpai.
Stroke bisa terjadi pada setiap tingkat umur(4).
Stroke terbagi menjadi 2 kategori yaitu stroke hemoragik dan stroke
iskemik. Stroke hemoragik adalah stroke karena pecahnya pembuluh darah
sehingga menghambat aliran darah yang normal dan merusaknya. Stroke iskemik
terjadi penyumbatan pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak
sebagian atau keseluruhan terhenti. Dikarenakan penumpukan kolesterol pada
dinding pembuluh darah atau bekuan darah yang telah menyumbat suatu
pembuluh darah ke otak.
Faktor risiko stroke serupa dengan faktor risiko penyakit jantung koroner
dan penyakit pembuluh darah lainnya. Strategi pencegahan yang efektif termasuk
menargetkan faktor kunci yang dapat diubah: hipertensi, peningkatan lipid dan
diabetes. Risiko akibat faktor gaya hidup juga dapat diatasi: merokok, tingkat
aktivitas fisik yang rendah, pola makan yang tidak sehat dan obesitas perut.
Kombinasi dari strategi pencegahan tersebut telah terbukti efektif dalam
mengurangi kematian akibat stroke bahkan di beberapa pengaturan
berpenghasilan rendah(1).
3
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif. Tujuan
ROM adalah :
1. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot,
2. Memelihara mobilitas persendian,
3. Merangsang sirkulasi darah,
4. Mencegah kelainan bentuk
Klasifikasi rom sebagai berikut(5):
1. ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang mengalami
kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan pada tulang maupun
sendi dimana klien tidak dapat melakukannya sendiri, sehingga klien
memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
2. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien tanpa
bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi ROM aktif
adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan ROM sendii dan
kooperatif
C. Konsep kekuatan otot
Pengukuran kekuatan otot Perubahan struktur otot sangat bervariasi.
Penurunan jumlah dan serabut otot, atrofi, pada beberapa serabut otot dan
hipertropi pada beberapa serabut otot yang lain, peningkatan jaringan lemak dan
jaringan penghubung dan lain-lain mengakibatkan efek negative. Efek tersebut
adalah penurunan kekuatan, penurun fleksibilitas, perlambatan waktu reaksi dan
penurunan kemampuan fungsional (Pudjiastuti & Utomo, 2008).
Penilaian Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya dipakai
untuk memeriksa penderita yang mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa
status kelumpuhan juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang
diperoleh selama menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi perburukan
pada penderita. Penilaian tersebut meliputi :
1. Nilai 0: paralisis total atau tidak ditemukan adanya kontraksi pada otot,
2. Nilai 1: kontaksi otot yang terjadi hanya berupa perubahan dari tonus otot,
dapat diketahui dengan palpasi dan tidak dapat menggerakan sendi,
4
3. Nilai 2: otot hanya mampu mengerakkan persendian tetapi kekuatannya
tidak dapat melawan pengaruh gravitasi,
4. Nilai 3: dapat menggerakkan sendi, otot juga dapat melawan pengaruh
gravitasi tetapi tidak kuat terhadap tahanan yang diberikan pemeriksa,
5. Nilai 4: kekuatan otot seperti pada derajat 3 disertai dengan kemampuan
otot terhadap tahanan yang ringan,
6. Nilai 5: kekuatan otot normal.
5
BAB III
ANALISA JURNAL
Populasi Stroke
6
Comparison Lebih 2 kelompok single group
7
B. Analisa jurnal
N Judul, Author, Population dan sample Intervensi Hasil penelitian Study desain
o Tahun penelitian
8
jumlah sampel menggukan lember
sebanyak 10 reponden. observasi yang dilakukan
pengukuran 7 hari setelah
pretest.
Pengaruh Populasi dalam Intervensi dilakukan 2x Hasil analisa data dengan Penelitian ini
Pemberian penelitian ini sebanyak sehari selama 7 hari dan menggunakan uji statistik menggunakan
Latihan Range 17 responden dan dilakukan pada pagi dan Paired Sample T-Test di desain
Of Motion sampel 16 responden sore hari. Evaluasi peroleh nilai P-Value 0,01< penelitian Pre
(Rom) Terhadap yang diberikan latihan penelitian ini dilakukan 0,05 maka dapat Experimental
Kemampuan range of motion. pada hari pertama dan disimpulkan bahwa H0 dengan
Motorik Pada Teknik pengambilan ketujuh. Kemudian ditolak. pendekatan
Pasien Post sampel, purposive observasi kekuatan otot, Sebelum intervensi Cross Sectional
Stroke Di Rsud sampling. sedangkan variabel ekstremitas atas mean 3,44 Analisa data
Gambiran(3) mengunakan lembar Setelah intervensi dalam
observasi ekstremitas atas mean 4,31 penelitian ini
Peneliti : Kun
Sebelum intervensi menggunakan
Ika Nur Rahayu
ekstremitas bawah mean analisa
4,31 univariat dan
9
Setelah intervensi analisa bivariat
ekstremitas bawah mean (Paired Sample
4,00 T-test).
Sehingga nilai sig delta pada
ektremitas atas sebesar
11,2% sedangkan pada
ekstremitas bawah 3,7%.
1. Pengaruh ROM Populasi dalam Idealnya latihan ini Nilai signifikansi kekuatan Desain
(Range of penelitian ini adalah dilakukan sekali sehari. otot tangan sebelum dan penelitian quasi
Motion) pasien stroke non Masing-masing gerakan sesudah pemberian ROM eksperimen
Terhadap hemoragik. Jumlah sebanyak 10 hitungan, sebesar 0,000. Artinya dengan one
Kekuatan Otot sample pada penelitian latihan dilakukan dalam terdapat perbedaan kekuatan group pre-post
Ekstremitas Pada ini adalah 90 di RSUP waktu 30 menit. otot tangan sebelum dan tes. Analisa
Pasien Stroke H. Adam Malik Medan Mulai latihan secara sesudah pemberian ROM. data univariat
Non Hemoragic responden. perlahan, dan lakukan Nilai signifikansi kekuatan dan bivariat
Peneliti : latihan secara bertahap. otot kaki sebelum dan dengan
Anggriani, Usahakan sampai sesudah pemberian ROM menggunakan
Zulkarnain, mencapai gerakan penuh sebesar 0,000. Artinya
10
Sulaimani, dan tetapi jangan memaksakan terdapat perbedaan kekuatan uji Wilcoxon
Roni gerakan. Jaga supaya otot kaki sebelum dan
Gunawan(7) tungkai dan lengan, sesudah pemberian ROM.
Tahun: 2018 anggota badan menyokong Rata-rata kekuatan otot
seluruh gerakan. Hentikan tangan responden sebelum
latihan apabila pasien ROM sebesar 2,5 dan
merasa nyeri, dan segera meningkat menjadi 3,52
konsultasikan ke tenaga setelah pemberian ROM.
kesehatan Sehingga sig deta sebesar
16,9%
Kemudian nilai rata-rata
kekuatan otot kaki sebelum
ROM sebesar 3,11 dan
meningkat menjadi 3,93
setelah mendapatkan
perlakuan ROM dengan sig
delta 11,6%
11
Efektivitas Populasi dalam Intervensi pada penelitian Didapatkan hasil nilai penelitian ini
Latihan ROM penelitian ini adalah ini adalah ROM dengan mean meningkat pada menggunakan
dan Bola Karet pasien Stroke Di menggenggam bola karet. kelompok intervensi quasy
Terhadap yaitu 2,57 dengan experimental
ruang Rehabilitasi Latihan diberikan
Peningkatan p.value 0,008 dan untuk design with
Kekuatan Medik RSUD Sleman sebanyak 6 kali pada kelompok kontrol control group
Menggenggam adalah sebesar 26 masing-masing kelompok didapatkan mean Tehnik analisis
dan Fungsi pasien pengambilan di mana dalam 1 2,33 dengan p. value 0,048 data pada
Menggenggam sampel menggunakan minggu mendapatkan 2 Nilai sig delta pada penelitian ini
Pada Pasien tehnik Purposive kali latihan. Perbedaan kelompok kontrol sebesar menggunakan
Stroke Di Rsud Sample dimana sample kedua kelompok terletak 7,6% sedangkan pada Independent T
Sleman(8) kelompok intervensi 10,7% dan Mann
pada penelitian ini pada latihan yang
Peneliti: Ardin S Whitney
ialah pasien dengan diberikan yakni pada
Hentu, Erna
stroke hemoragi kelompok intervensi
Rochmawati, dan
maupun hemipa resis diberikan latihan ROM
Erfin Firmawati
dan yang memiliki dan bola karet,
Tahun : 2018 kekuatan otot minimal sedangkan pada
2, kemudian di bagi kelompok kontrol hanya
kedalam dua kelompok diberikan latihan ROM
yaitu kelompok saja. Bola karet yang
kontrol dan kelompok digunakan pada pada
intervensi. Dimana penelitian ini yaitu bola
kelompok Intervensi karet yang pada
sebanyak 14 permukaannya bergerigi
responden dan 12 dan lentur, latihan
responden pada menggenggam bola
12
kelompok kontrol. karet selama 10-15 menit.
13
dilakukan intervensi.
14
BAB IV
PEMBAHASAN
Saat diberikan ROM pasif pada ekstremitas atas dan ekstremitas bawah maka
pembuluh darah menjadi elastis dan terjadi fase dilatasi pada pembuluh darah maka
aliran darah menuju kejantung menjadi lancar yang menyebabkan kerja jantung
meningkat sehingga kemampuan jantung dalam memompa darah meningkat
kemudian terjadi peningkatan tekanan darah(10). Latihan range of motion (ROM)
merupakan salah satu bentuk latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih
cukup efektif untuk mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke.
Sehingga dapat dianjurkan pemberian intervensi Latihan ROM dapat
dilakukan dengan intensitas 2 kali sehari dengan intensitas 15-30 menit. Untuk waktu
latihan ini disesuaikan kembali dengan kemampuan pasien. Hal yang perlu
diutamakan adalah ketepatan gerakan dan konsistensi latihan. Berikan istirahat atau
waktu jeda jika pasein kelelahan selama latihan diberikan.
15
BAB V
b) Respirasi
Pasien merasa sesak saat beraktivitas. RR=28x/mnt
16
a) Nutrisi
Pasien mengatakan tidak napsu makan, pasien makan 3 kali dan hanya
menghabiskan setengah dari porsi yang disediakan rumah sakit, pasien
minum 6 gelas/hari.
3. Pengkajian Psikofisik
a) Istirahat tidur
b) Aktivitas
17
B. Diagnosa
1. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan neuromuskular ditandai
dengan pasien dibantu dalam melakukan aktivitas, kelemahan pada tubuh
bagian kanan terpasang infus, kateter, dan pampers, TD = 240/100 mmHg,
Nadi = 88 x/menit, Suhu = 36,8oC, RR = 28x/menit, tonus otot
2 4
2 4
C. Intervensi
Diagnosa Tujuan Intrevensi
Gangguan mobilitas fisik Setelah dilakukan a. Monitor lokasi dan
berhubungan dengan tindakan keperawatan kecenderungan adanya
neuromuskular(11). dukungan mobilisasi nyeri dan
selama 3 x24 jam, ketidaknyamanan selama
diharapkan mobilitas pergerakan.
fisik pasien meningkat b. Tentukan batasan
dengan kriteria hasil : pergerakan sendi dan
a. Pergerakan ekstremitas efeknya terhadap fungsi
meningkat. sendi.
b. Kekuatan otot cukup c. Dukung latihan ROM.
meningkat. d. Bantu pasien membuat
c. Rentang gerak (ROM) jadwal latihan ROM.
meningkat. e. Jelaskan manfaat dan
d. Nyeri menurun . tujuan latihan sendi.
e. Kekakuan sendi f. Kolaborasikan dengan
cukup menurun. ahli terapi fisik dalam
f. Kelemahan fisik cukup mengembangkan dan
menurun. menerapkan latihan.(13).
g. Kecemasan menurun.
h. Gerakan terbatas
cukup menurun.
i. Gerakan tidak
terkoordinasi cukup
menurun(12).
18
D. Implementasi
1. Gangguan mobilitas fisik
Transpersonal
a. Bina hubungan saling percaya dengan pasien
b. Identifikasi adanya nyeri atau keluhan fisik lainnya.
c. Identifikasi toleransi fisik melakukan pergerakan.
d. Dengarkan keluhan pasien.
Carrative care
a. Monitor frekuensi jantung dan tekanan darah sebelum memulai mobilisasi
b. Latih ROM 2 kali sehari pagi dan sore dengan intensitas 15-30
c. Monitor tonus otot
Caring moment
a. Tenami pasien saaat tindakan
b. Perhatikan kondisi pasien saat melakukan latihan, jangan paksakan latihan
jika pasien lelah
c. Jelaskan tujuan dan prosedur mobilisasi
d. Ciptakan suasan lingkungan yang nyaman
e. Batasi kunjungan
E. Evaluasi
O: Pasien dapat makan dan minum secara mandiri, namun masih dibantu
untuk mandi, berganti pakaian, dan buang air besar. Terpasang kateter.
TD=200/100 mmHg
N=76x/menit
RR= 24x/menit
Suhu= 36,5
Tonus otot meningkat
3 4
3 4
P: Intervensi dilanjutkan,
19
F. Pembahasan
Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional dalam memberikan pelayanan
harus berdasarkan fungsi holistik, mencakup semua aspek baik biologi,
psikologis, sosiologi maupun spiritual. Konsep human caring ini sesuai dengan
fungsi perawat yang holistic untuk dapat memenuhi kebutuhan klien baik dalam
kondisi sehat, sakit, maupun kritis. Terutama pada pasien kritis, selain
membutuhkan tindakan yang tepat dan cepat, juga tidak lepas dari kebutuhan
caring dan pemenuhan aspek psikologis dan spiritual, karena pasien kritis berada
dalam kondisi pasrah dan membutuhkan tindakan yang berbeda di bandingkan
dengan klien yang berada dalam kondisi stabil. Keadaan kritis membutuhkan
ketenangan batin dan fisik, baik bagi pasien maupun keluarga agar dapat melalui
kondisi kritisnya. Oleh karena itu konsep caring merupakan salah satu konsep
yang harus dipahami oleh tenaga kesehatan dalam pemberian asuhan kepada
pasien kritis. Selain itu konsep caring dapat membangun hubungan yang baik
antara pasien dan perawat sehingga kebutuhan pasien dapat terpenuhi.
20
BAB VI
KESIMPULAN
A. Kesimpulan
Stroke atau cedera serebrovaskular (CVA), adalah kehilangan fungsi otak
yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga
menyebabkan sel-sel otak kekurangan darah, oksigen atau zat-zat makanan dan
akhirnya dapat terjadi kematian sel-sel tersebut dalam waktu relatif singkat..
Range of motion adalah latihan gerakan sendi yang memungkinkan terjadinya
kontraksi dan pergerakan otot, di mana klien menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai gerakan normal baik secara aktif ataupun pasif.
Pengukuran kekuatan otot Perubahan struktur otot sangat bervariasi. Penilaian
Kekuatan Otot mempunyai skala ukur yang umumnya dipakai untuk memeriksa
penderita yang mengalami kelumpuhan selain mendiagnosa status kelumpuhan
juga dipakai untuk melihat apakah ada kemajuan yang diperoleh selama
menjalani perawatan atau sebaliknya apakah terjadi perburukan pada penderita.
B. Saran
Diharapkan intervensi Range Of Motion (ROM) aktif maupun pasif dapat
diterapkan di rumah sakit dengan intensitas yang disesuaikan dengan hasil
penelitian. Memberikan edukasi dan sosialisasi pentingnya manfaat terapi ROM
untuk meningkatkan kekuatan otot pasien, agar pasien dan keluarga untuk mau
dan mampu melakukan latihan Range Of Motion (ROM) sehingga pasien juga
dapat menerapkannya di rumah untuk rehabilitasi.
21
DAFTAR PUSTAKA
22
13. PPNI TPSD. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI). Edisi 1.
Jakarta: Persatuan Perawat Indonesia; 2018.
23